Andika Setiono
Nama Wahana : RSUD H.M. Djafar Harun
Topik : Ilmu Kesehatan Anak
Tanggal (kasus) : 5 February 2019
Nama Pasien : An. S (laki-laki) No. RM : 064021
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Nurlela, dr. Irmawaty Umar
Tempat Presentasi : RSUD H.M. Djafar Harun
Objektif Presentasi :
tampak lesu, sering mengeluh pusing, kadang mengeluh nyeri perut disertai buang air besar yang
encer dan terlihat tidak bersemangat. Sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak mulai panas,
tidak mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi, namun berangsur-angsur meningkat
setiap harinya yang dirasakan makin memberat saat malah hari. Oleh ibunya, anak diberi obat
penurun panas, panas turun beberapa saat setelah minum obat, namun kemudian naik lagi. Panas
terus-menerus sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari dan tidak begitu panas pada
pagi dan siang hari. Pada waktu malam hari penderita tekadang mengigau, tidak berkeringat dan
Tujuan :
Untuk menegakkan diagnosis
Manajemen penatalaksanaan
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos
Data Pasien: Nama: an. S (5 tahun) Nomor Registrasi: 066991
RSUD H.M. Djafar Harun Telp : Terdaftar sejak : 20 April 2019
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Sekitar 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak tampak lesu, sering mengeluh
pusing, kadang mengeluh nyeri perut disertai buang air besar yang encer dan terlihat
tidak bersemangat. Sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak mulai panas, tidak
mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi, namun berangsur-angsur meningkat
setiap harinya yang dirasakan makin memberat saat malah hari. Oleh ibunya, anak diberi
obat penurun panas, panas turun beberapa saat setelah minum obat, namun kemudian
naik lagi. Panas terus-menerus sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari dan
tidak begitu panas pada pagi dan siang hari. Pada waktu malam hari penderita tekadang
Kurang lebih 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak mengeluh nyeri di daerah
ulu hati, anak juga mengalami mual dan muntah, serta tidak ada buang air besar hingga
masuk Rumah Sakit. Muntah sering, dengan frekuensi 2 hingga 4 kali dalam sehari. Isi
muntahan berupa air yang diminum, dan terkadang berisi apa yang dimakan. Nafsu
makan anak menurun sejak terjadinya demam, namun minum masih kuat. Buang air kecil
normal seperti biasa, berwarna kuning muda, dan tidak ada sakit waktu buang air kecil.
Anak tidak ada mengeluh nyeri otot atau nyeri pinggang, tidak ada riwayat bepergian ke
luar kota.
5. Riwayat natal
Spontan / tidak spontan : Spontan belakang kepala
Lingkar kepala : -
Tempat : Rumah
6. Riwayat Imunisasi
Nama Dasar Ulangan
BCG 2 bulan
Campak 9 bln
7. Riwayat Makan
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai 4 bulan, dilanjutkan bubur saring sampai 9
bulan, berisi sayuran, serta lauk (hati ayam, ikan, dan lain-lain) yang dihancurkan.
Hingga sekarang, kecuali pada saat sakit, anak makan nasi ditambah lauk, tidak
9. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
GCS : 4–5–6
2. Pengukuran
Tanda vital: Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 86 X/menit, kualitas: kuat, reguler
Suhu : 37,7 OC
Kelembaban : Cukup
Lain-lain : -
Lain-lain : -
3. Leher :
- Vena Jugularis : Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan : Tidak meningkat
4. Toraks :
a. Dinding dada / paru
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Pernapasan : Gerakan simetris
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat
Abdomen :
5. Ekstremitas :
Umum : Akral atas dan bawah hangat, tidak
Neurologis
Lengan Tungkai
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Tanda meningeal - - - -
Widal : H 1/360
O 1/240
12. Tatalaksana
- Istirahat total
Daftar Pustaka:
1. Kaspan MF, Soejoso DA, Soegijanto S, et al. Penyakit tropik dan menular: Demam
tifoid. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, penunting. Pedoman
diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 187-189.
2. Sumarno, Nathin MA, Ismael S. Tumbelaka WAFJ. Masalah Demam Tifoid pada
Anak. Medika 1980; 20.
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi demam tifoid
b. Etiologi demam tifoid
c. Gambaran Klinis demam tifoid
d. Diagnosis demam tifoid
e. Penatalaksanaan demam tifoid
f. Komplikasi demam tifoid
anak tampak lesu, pusing, dan tidak bersemangat. Sejak + 4 hari SMRS anak mulai panas,
tidak mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi, remitten. Setelah minum obat
penurun panas, panas turun namun kemudian naik lagi, terus naik, terutama saat malam hari,
mengigau (+), berkeringat (-), kejang (-). 3 hari SMRS anak mengeluh nyeri di ulu hati, mual
(+), muntah (+), muntah sering dengan frekuensi 2 – 4 X/hari, berisi air atau makanan. Nafsu
makan menurun namun minum tetap kuat. BAB (-) hingga MRS, BAK (+) normal, ikterik
(-), nyeri (-). Tidak ada riwayat keluar kota atau ke hutan.
2. Obyektif
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS : 4 – 5 – 6
Pernapasan : 25 kali/menit
Suhu : 37,7 OC
Mulut : Mukosa bibir basah dan merah muda, oral thrush (+)
Titer O 1/240
3. Assessment
Definisi dan etiologi
Demam tifoid adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Salmonella typhi, kuman
gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada manusia. 7 Salmonella termasuk
dalam famili Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300 serotipe. Salmonella typhi
merupakan salah satu Salmonellae yang termasuk dalam jenis gram negatif, memiliki flagel,
tidak berkapsul, tidak bersporulasi, termasuk dalam basil anaerobik fakultatif dalam
Penularan penyakit demam tifoid adalah secara “faeco-oral”, dan banyak terdapat di
masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman Salmonella typhi masuk ke
tubuh melalui mulut bersama dengan makan atau minuman yang tercemar. Sesudah melewati
asam lambung, kuman menembus mukosa usus dan masuk peredaran darah melalui aliran
limfe. Selanjutnya, kuman menyebar ke seluruh tubuh. Dalam sistem retikuloendotelial (hati,
limpa, dll), kuman berkembangbiak dan masuk ke dalam peredaran darah kembali
(bakteriemia kedua). Meskipun melalui peredaran darah kuman menyebar ke semua sistem
tubuh dan menimbulkan berbagai gejala, proses utama ialah di ileum terminalis. Bila berat,
seluruh ileum dapat terkena dan mungkin terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
Walaupun dapat difagositosis, kuman dapat berkembang biak di dalam makrofag karena
adanya hambatan metabolisme oksidatif. Kuman dapat menetap atau bersembunyi pada satu
tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya relaps atau
pengidap (pembawa).
Gambaran Klinis
Pertimbangkan demam tifoid jika anak demam dan mempunyai salah satu tanda
berikut ini: diare atau konstipasi, muntah, nyeri perut, sakit kepala atau batuk, terutama jika
demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan diagnosis lain sudah disisihkan.
Diagnosis
Pada pemeriksaan, gambaran diagnosis kunci adalah:
Pemeriksaan penunjang:
1. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus
atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal
atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif. LED
(Laju Endap Darah) : meningkat. Jumlah trombosit normal atau menurun
(trombositopenia).
2. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai
hepatitis Akut.
4. Imunologi
Tes Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Samonella typhi atau paratyphi (reagen). Uji ini merupakan
test kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara
dimana penyakit ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test)
hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi.
Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin.
Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif
palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor,
antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain
(Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor
rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain
penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari
1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik
lain.
Diagnosis Demam Tifoid atau Paratifoid dinyatakan bila titer O = 1/160, bahkan
mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam
tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu 1. Melihat
hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita
demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan
besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontak sebelumnya.
5. Mikrobiologi
Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid
atau paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk
Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan
Demam Tifoid atau Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL),
darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam
spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih
dalam minggu pertama sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah
mendapat vaksinasi
Penatalaksanaan
1. Pengobatan kausal
a. Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari oral atau iv dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari.
b. kotrimoksasol dengan dasar trimetropin 8-10 mg/kgBB/ hari atau sulfameoksasol
40-50 mg/kgBB/hari selama 7 hari
c. amoksisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 10 hari
d. sefriakson 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari
e. sefiksim 15-20 mg/kgBB/hari iv atau im selama 5 hari
2. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason
1-3 mg/kgBB/hari iv dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
3. Memperbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit atasi dehidrasi, hipoglikemi
4. Pengobatan suportif : roboransia
5. Pengobatan dietetik tergantung kondisi penderita bila perlu makanan lunak/ cair
mudah dicerna tinggi kalori dan protein
6. Tirah baring bila perlu isolasi penderita
7. Transfusi darah sesuai keperluan
8. Tindakan diperlukan pada penyulit perforasi usus
Diet : makanan tidak berserat dan mudah dicerna, setelah demam reda dapat diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
4. Plan
Diagnosis : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien ini didiagnosis Koma Hiperglikemia + Syok Sepsis + DM tipe II, Susp. KAD,
Susp. KHH + Ulcus DM regio pedis Sinistra.
Pengobatan :
- Istirahat total
Diet lunak, rendah serat, tidak merangsang, tinggi kalori, tinggi protein