Anda di halaman 1dari 19

MATERI INTI - Ml 5

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemeriksaan kesehatan karyawan untuk menilai "fitness for work" merupakan
persyaratan dalam pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang benar dalam rangka mendapatkan data dasar kesehatan bagi pekerja.
Unsur pekerja merupakan faktor penting dalam keberhasilan usaha suatu
perusahaan. Karena itu harus tersedia sistem yang menjamin pemantauan
kesehatan pekerja, baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak, untuk bekerja
pada pekerjaan atau lingkungan kerja tertentu

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Tujuan Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta memahami pemeriksaan kesehatan bagi
pekerja

Tujuan Khusus
Setelah sesi ini peserta:
1. Mengetahui pengertian dan tujuan tentang Pemeriksaan Kesehatan
Pekerja
2. Mengetahui tentang Peraturan Perundangan terkait Pemeriksaan
Kesehatan Pekerja
3. Mengetahui ruang lingkup dari Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
4. Mengetahui tahapan Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
5. Mengetahui tentang Penetapan Status Kelayakan Bekerja
6. Mengetahui contoh jenis pemeriksaan berdasarkan pekerjaan

III. POKOK-POKOK BAHASAN


1. Pengertian dan tujuan tentang Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
2. Peraturan Perundangan terkait Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
3. Ruang lingkup dari Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
4. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
5. Penetapan Status Kelayakan Bekerja
6. Contoh jenis pemeriksaan berdasarkan pekerjaan
IV. BAHAN AJAR
1. Hand Out materi Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
2. Bahan Studi Kasus

V. LANGKAH DAN PROSES


1. Fasilitator memperkenalkan diri (5 menit)
2. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan materi secara singkat (15 menit)
3. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang Pemeriksaan Kesehatan
Pekerja (10 menit)
4. Fasilitator menyampaikan materi tentang Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
(20 menit)
5. Fasilitator memberi tugas untuk mendiskusikan suatu kasus di dalam
kelompok (40 menit)
6. Fasilitator memberi kesempatan kepada Peserta untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompok (20 menit)
7. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pendapat dan atau pertanyaan (15 menit)
8. Fasilitator merangkum materi Pemeriksaan Kesehatan Pekerjaan (10 menit)

VI. URAIAN MATERI

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN


PEKERJA

Pengertian :
a) Pemeriksaan Kesehatan Pekerja adalah suatu usaha pengumpulan data
medis serta melakukan interpretasi dan penilaian untuk mengetahui status
kesehatan pekerja dalam rangka menjamin kemampuan fisik dan kesehatan
tenaga kerja.

b) Pelayanan Kesehatan Kerja adalah suatu upaya kesehatan yang


dilaksanakan dengan tujuan :
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian
pekerjaan dengan tenaga kerja.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit.
c). Sarana Pelayanan adalah tempat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
bagi pekerja yang mempunyai ijin operasional dan sersertifikasi, berupa
Puskesmas, klinik atau Rumah Sakit.
d). Dokter Pemeriksa Kesehatan adalah dokter yang mempunyai ijin praktek
di sarana tersebut yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dan memiliki kompetensi sebagai pemeriksa kesehatan pekerja.

e). Promosi kesehatan didefinisikan sebagai ilmu dan seni yang membantu
orang merubah perilaku hidupnya untuk menuju tingkat kesehatan yang
optimal.

Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Pekerja :


Sebagai panduan atau referensi pemeriksaan kesehatan bagi pekerja, pemberi
pelayanan kesehatan, pemerintah dan dunia usaha. Selain itu dapat juga
untuk :

1. Deteksi dini terhadap penyakit akibat kerja yang timbul di kalangan pekerja;
2. Antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan akibat
kerja;
3. Menetapkan kecakapan kerja ("fitness status"), dengan kata lain bahwa
secara medis pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya tanpa
membahayakan baik dirinya sendiri maupun teman sekerjanya;
4. Melihat "trend' perkembangan penyakit di kalanganan pekerja dilihat dari
berbagai determinan;
5. Data dasar kesehatan untuk pembanding di masa yang akan datang;
6. Sebagai dasar menilai efektifitas program pencegahan yang sudah
dilakukan;
7. Mematuhi peraturan perundangan.

B. PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT


Peraturan perundangan yang melandasi program pemeriksaan kesehatan
pekerja ini antara lain :
1. UU No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
2. UU No. 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan;
3. UU No. 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran;
4. UU No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan;
5. PP No. 14 tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja;
6. Keppres Rl No. 22 tahun 1993, tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja;
7. Kepmenkes No. 715 tahun 2003, tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasa Boga;
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02/Men/1980,
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja;
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/Men/1982,
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

C. RUANG LINGKUP DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA

Ruang Lingkup Kesehatan Pekerja meliputi:

1. Kelayakan Untuk Bekerja {Fitness To Work)

Fitness To Work adalah status kesehatan pekerja yang dianggap memenuhi


syarat kesehatan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan,
yakni mampu melakukan tanggung jawab pekerjaan mereka tanpa
pembatasan apapun.

Program penilaian fitness seorang pekerja merupakan hal yang penting


dan diwajibkan oleh perundang-undangan. Mengingat semua tempat kerja
mengandung faktor risiko bahaya yang dapat berdampak terhadap
kesehatan pekerjanya. Dan dalam upaya mencegah kecelakaan maupun
sakit akibat kerja serta mencegah kecacatan, maka penilaian kesehatan
ini sangat perlu diterapkan.

2. Program Kembali Bekerja {Return To Work Program)

Program kembali bekerja (Return to Work Program) dalam hal ini kita
singkat menjadi RTW, adalah program yang membantu pekerja untuk
secepatnya kembali bekerja setelah mendapatkan cedera maupun sakit
yang serius. Biasanya karena cedera atau sakit tersebut pekerja tidak
mampu melaksanakan tugas-tugas sebelumnya, sehingga secara medis
perlu diberi pembatasan dalam bekerja selama jangka waktu tertentu untuk
pemulihan.

Program RTW ini dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif akibat


cedera atau sakit terhadap pekerja yang bersangkutan, baik secara fisik
maupun mental. Studi memperlihatkan bahwa pekerja yang mengalami
kecelakaan dapat sembuh lebih cepat serta menurunkan kemungkinan
kecacatan, bilamana mereka pada saat itu diberikan kesempatan mengikuti
program kerja ringan (light duty assignments) yang memberikan mereka
waktu untuk menjalani kesembuhan. Biasanya untuk fase ini diklasifikasikan
sebagai "tidak fit untuk sementara (temporarily unfit/temporarymodified
work)". Perlu disepakati berapa lama status ini disandang, mengingat
operasi perusahaan tidak boleh terkendala. Di beberapa keadaan diberikan
sampai pekerja sembuh total atau tidak melebihi 90 hari. Namun jenis
cedera dan kemungkinannya mengalami kecacatan perlu dipertimbangkan.
Program ini sangat membantu baik pihak manajemen maupun pekerja
dalam kaitan dengan fitness to work, mencegah terjadinya kecacatan
permanen, serta penting dalam program kompensasi bagi pekerja. Siap
atau tidak seorang pekerja untuk kembali bekerja dinyatakan oleh dokter
yang merawatnya setelah melakukan evaluasi ulang.

Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

Pemeriksaan kesehatan dalam kesehatan kerja bersifat job-related, maksudnya


adalah parameter pemeriksaan, disesuaikan dengan jenis pajanan di tempat
kerja. Kebijakan fitness untuk bekerja ini mencakup semua pekerja yang bekerja
di lingkungan perusahaan, baik pekerja tetap maupun kontraktor.

Dalam pelaksanaannya, program penilaian kebugaran untuk bekerja ini


mencakup 6 (enam) macam pemeriksaan kesehatan, yang dapat dibagi atas
3 (tiga) bagian besar, yaitu :

1. Awal bekerja

• Pra-Kerja (Pre-employment)
• Pra-penempatan atau alih tugas (Pre-placement)
2. Selama bekerja
• Berkala (Periodical examination)
• Khusus akibat pajanan tertentu (Special exposure)
3. Akhir bekerja
• Pasca-penempatan (Post-placement)
• Pensiun (Termination, exit).

Pra-kerja (Pre-employment)

Pemeriksaan kesehatan pra-kerja dilakukan pada pekerja permanen (tetap) dan


kontrak.

Pra-kerja - Calon pekerja permanen (tetap)

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan sebelum penempatan seorang calon pekerja


pada suatu pekerjaan yang spesifik, dalam kapasitas sebagai karyawan baru. Hasil
pemeriksaan ini digunakan sebagai data dasar (baseline data). Pemeriksaan
kesehatan dilakukan untuk mengetahui apakah pekerja mampu melaksanakan
pekerjaan tersebut dari sudut pandang kesehatan dengan cakap dan aman.
Menetapkan apakah yang bersangkutan memenuhi standar fisik yang ditetapkan
bagi pekerjaan tersebut. Bilamana pekerja telah memulai pekerjaannya dan belum
dilakukan pemeriksaan kesehatan maka harus dilengkapi dalam waktu 30 - 60
hari setelah bekerja atau penempatan.

Pra-kerja - Calon pekerja kontrak (jangka waktu tertentu)

Untuk pekerja kontrak, pemeriksaan kesehatan tergantung dari lamanya hubungan


kerja, dibagi atas 3 kategori, yaitu :

• Kurang dari 3 bulan


• Antara 3-12 bulan
• Lebih dari 12 bulan.

Pra - penempatan / alih tugas (pre-placement)

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan sebelum penempatan pada suatu pekerjaan


yang spesifik, dalam kapasitas sebagai seorang pekerja yang dipindahkan ke
pekerjaan lain dengan faktor risiko yang berbeda dengan sebelumnya. Hasil
pemeriksaan ini juga digunakan sebagai data dasar (baseline data) untuk pekerja
sebelum memasuki tempat kerja baru dengan bahaya yang berbeda dari
sebelumnya serta sebagai pembanding bilamana yang bersangkutan keluar dari
tanggung jawab pekerjaan tersebut.
Dilakukan penilaian apakah pekerja mampu melaksanakan pekerjaan tersebut dari
sudut pandang kesehatan dengan cakap dan aman, serta menetapkan apakah
yang bersangkutan memenuhi standarfisikyang ditetapkan bagi pekerjaan tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pekerja memulai pekerjaannya.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala (periodical examination)
Pemeriksaan ini dimaksudkan sebagai suatu deteksi dini atas adanya perubahan
kesehatan pekerja yang dikaitkan dengan pekerjaannya serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh dari pekerjaan, sehingga perlu dikendalikan dengan usaha-usaha
pencegahan, yang dilaksanakan berdasarkan jadwal / interval waktu yang
ditetapkan. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, melalui Pemnenakertrans Nomor
02/Men/1980 ditetapkan sekurang-kurangnya dilakukan setahun sekali. Manajemen
dan dokter kesehatan kerja wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan
berkala, sesuai dengan kebutuhan menurut jenis pekerjaan yang ada.

Pemeriksaan dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu :


1. pemeriksaan kesehatan dasar
Terdiri dari lembarpertanyaan (kuesioner), pemeriksaan fisik, foto rontgen, dan
pemeriksaan laboratorium rutin. Berdasarkan Kepmenaker Nomor 2 tahun
1980: Pemeriksaan dilaksanakan sekurang-kurangnya setahun sekali.

2. Pemeriksaan kesehatan lengkap

Pemeriksaan kesehatan lengkap adalah pemeriksaan kesehatan dasar


ditambah dengan pemeriksaan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Berdasarkan UKOOA (United Kingdom Offshore Operator Association),


pemeriksaan berkala ini didasarkan kepada usia, dimana:

• Usia kurang dari 39 tahun diperiksa sekali dalam 3 tahun.


• Usia antara 40 - 49 tahun diperiksa sekali dalam 2 tahun.
• Usia 50 tahun atau lebih diperiksa sekali dalam setahun.

Pemeriksaan kesehatan khusus akibat pajanan tertentu {special exposure)

Pemeriksaan kesehatan dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh suatu


pekerjaan tertentu terhadap pekerja atau dilakukan bila ada suatu pajanan tertentu
yang memerlukan pengamatan lebih ketat. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan
pula terhadap:

• Pekerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan


perawatan lebih dari 2 (dua) minggu,
• Pekerja berusia di atas 40 (empat puluh) tahun, pekerja wanita, pekerja cacat
atau pekerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu,

Pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan "risiko"

Manajemen harus melaksanakan analisis risiko untuk setiap pekerjaan dan tugas,
termasuk setiap temuan, baik yang mencakup zat atau keadaan yang menunjukkan
keterpajanan terhadap zat/keadaan tersebut, yang mana membutuhkan
pemeriksaan kesehatan khusus, misalnya seperti bising, debu/silika, suhu extreem
(heat or cold stress), bahan kimia, misalnya bahan pelarut organik (benzene,
toluene, xylene), air raksa, lead (timah hitam), asbes dan sebagainya. OSHA
menetapkan daftar bahan-bahan yang bilamana terdapat di tempat kerja, maka
pekerja yang terpajan mutlak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus.
(Lampiran - 5)

Pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan "jabatan"

Jenis jabatan yang memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus, antara lain tukang
las (welders), sopir, penjamah makanan (foodhandler), petugas medis, pekerja di
offshore, operator komputer (visual display unit), pemakai alat respirator (SCBA),
penyelam, pilot, pemadam kebakaran, operator alat berat, sekuriti dan sebagainya.

Pemeriksaan kesehatan pasca-penempatan (post-placement)


Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada akhir dari suatu pajanan dimana
setelah dalam kurun waktu tertentu bekerja menghadapi faktor risiko yang ada di
tempat kerja. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setelah selesai melaksanakan
suatu tugas yang mengandung unsuryang berisiko terhadap kesehatan dan beralih
ke tugas yang lain. Pemeriksaan ini perlu dilakukan bilamana paparan terhadap
pajanan yang spesifik dihentikan, sebagai evaluasi sebelum beralih ke faktor risiko
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pekerja yang bersangkutan dipindahkerjakan
(re-assign), dengan demikian terjadi adanya suatu perubahan proses kerja/faktor
risiko.

Pemeriksaan kesehatan sebelum pensiun (termination, exit)

Sama dengan pemeriksaan kesehatan umum dan berlaku bagi pekerja permanen
yang telah bekerja selama lebih dari satu tahun, adalah suatu pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan pada saat mengundurkan diri atau pensiun atau akhir
dari status kepegawaian. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa semua aspek
yang berhubungan dengan kesehatan pekerja selama masa pengabdiannya.
Hasilnya hams didokumentasikan untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya
implikasi hukum akibat permasalahan kesehatan yang timbul di kemudian hari
yang berhubungan dengan pajanan di tempat kerja (menyangkut klaim ganti rugi).
Hal ini terutama penting bagi suatu kondisi yang bersifat kronis atau yang
mempunyai periode laten yang panjang.

D. TAHAPAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA

Secara virtual, pemeriksaan kesehatan pekerja dapat dibagi atas 3 (tiga) fase,
yaitu fase pra pemeriksaan kesehatan atau fase penentuan jenis pemeriksaan
kesehatan, fase pelaksanaan dan fase pasca pemeriksaan kesehatan. Hal ini sangat
membantu dalam menentukan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
dan terkait dengan pemeriksaan kesehatan pekerja.

1. Fase Pra Pemeriksaan (Penentuan Jenis Pemeriksaan Kesehatan)


Penilaian lingkungan kerja

Mengingat bahwa jenis pemeriksaan yang akan dilakukan ada keterkaitan


dengan jabatan (job-relatedness), maka penilaian terhadap lingkungan kerja
perlu dilakukan.

Sebagai bagian dari penilaian risiko kesehatan {Health Risk Assessment),


pelaksanaan program monitoring di tempat kerja secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut:
• Menggunakan metode survei jalan lintas (walk through survey), secara team
melakukan inspeksi di tempat kerja baik di area produksi maupun area
penunjangnya. Melakukan inventarisasi semua kondisi, proses kerja dan
atau faktor risiko yang ada di setiap aktifitas.

• Pelaksanaannya melalui penggabungan beberapa cara, seperti melihat


secara langsung, wawancara (interview), pengambilan foto, melihat langsung
rekam medik (file record) dari pengukuran, pelaksanaan program, dan cara
lain yang dimungkinkan. Untuk itu diperlukan perangkat checklist sebelum
melakukan survei.

Faktor risiko yang mungkin ada di tempat kerja, dapat digolongkan sebagai
berikut:
• Faktor Fisik : bising (noise), getaran (vibaration), radiasi pengion/non-
pengion (radiation ionizing/non-ionizing), suhu ekstrim (hot/cold),
pencahayaan (iluminasi) dan tekanan barometrik (barometricpressure).

• Faktor Kimiawi : Hydrocarbon (misalnya : benzene), solvents, pestisida,


asbes, debu (silicosis, pneumoconiosis), bahan yang mudah meledak
(explosive), logam berat (misalnya pada pengelas/we/ders), gas yang
menimbulkan sesak nafas/asphyxiants (H2S, CO, C02), bahan yang membuat
sensitif (sensitizers), bahan iritan dan sebagainya.

• Faktor Ergonomi: Gerakan berulang (xepetitif), mengangkat (lifting), beban


statis (static load), postur janggal (awkwardposture), menarik dan mendorong
(pulling-pushing), Iain-Iain (seperti bising dan pencahayaan buruk).
• Faktor Psikososial: Kerja lembur, post traumatic, alkohol dan obat-obatan
terlarang, kerja shift, terpencil/dikucilkan (remoteness), pengorganisasian/
organizational (team-work, hubungan kerja, dan sebagainya).

• Faktor Gaya Hidup (Life Style): merokok, alcohol dan obat-obatan terlarang.
kurang gerak (lack of exercise) dan sebagainya, serta diet tidak seimbang.

• Faktor Biologis : Penyebaran bahan patogen dalam darahlBloodborne


pathogen (misalnya tertusukjarum suntik/ Needle Stick Injury), bio-aerosols
(TBC, Legionella), HIV/AIDS, penyakit menular seksual (STD's), gigitan
binatang (misalnya: ular, kalajengking), tanaman beracun, penyakit-penyakit
lokal (misalnya: TB, malaria, DHF), keracunan makanan (food poisoning),
sanitasi dan sebagainya.

Semua hasil identifikasi harus dikomunikasikan dengan manajemen dan


didokumentasi dengan baik. Dalam kaitan dengan pemeriksaan kesehatan
pekerja, maka hasil penilaian ini dapat menghasilkan paket jenis pemeriksaan
yang diperlukan sesuai dengan prinsip "job-related".
2. Fase Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan

a. Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan program ini, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diikuti yaitu non diskriminatif, validitas dan penerimaan.

Non diskriminatif

Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara mumi untuk menilai status fitness


pekerja sesuai dengan permintaan (job requirement).

Validitas
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, sertifikat hasil pemeriksaan hanya
berlaku untuk 1 (satu) tahun. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan
khusus (akibat pajanan faktor risiko tertentu) berlaku untuk jangka waktu
tertentu, misalnya 6 (enam) bulan. Selepas dari jangka waktu tersebut,
maka diperlukan penilaian ulang atas status fitness pekerja dengan
memperbaharui sertifikat tanda sehat tersebut.

b. Pelaksana Pemeriksaan

Tergantung fasilitas yang ada di masing-masing klinik di wilayah kerja, maka


dimungkinkan pelaksana pemeriksaan kesehatan tersebut oleh :

• Tenaga dan fasilitas sendiri,


• Tenaga dan fasilitas dari luar (out source).

Dalam pelaksanaan pemeriksaan keduanya memenuhi beberapa


persyaratan yang diwajibkan.

Tenaga dan fasilitas sendiri

Agar data yang dihasilkan memenuhi persyaratan sebagai data medis yang
valid, maka beberapa hal yang periu diperhatikan :
• Mempunyai peralatan dan infrasturktur lainnya yang memenuhi
persyaratan, misalnya untuk pemeriksaan audiogram harus tersedia
audiometri,
• Peralatan harus selalu dikalibrasi secara berkala,
• Tenaga teknis pelaksana harus mendapatkan pelatihan kompetensi kerja
tersertifikasi oleh badan yang diakui, sehingga mampu melaksanakan
pemeriksaan yang sesuai standar,
• Mempunyai protokol pemeriksaan yang jelas dan selalu diikuti.
Tenaga dan fasilitas dari luar (outsource)
Beberapa kriteria harus dipenuhi oleh provider pelaksana, yaitu:
• Kerjasama
Dalam pelaksanaan pemeriksaan penyelenggara harus dapat
bekerjasama dengan pihak perusahaan dalam menetapkan jadwal kerja
dengan tetap memperhatikan kegiatan produksi yang normal.
• Persyaratan
Penyelenggara yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan diatas
(empat poin persyaratan sebagaimana pemeriksaan oleh pihak sendiri).
• Laporan hasil pemeriksaan
Pelaksana wajib membuat kesimpulan akhirdari hasil pemeriksaan serta
membuat laporannya. Untuk karyawan yang ditemukan adanya kelainan
dalam pemeriksaan kesehatan, hasil pemeriksaan pendahuluan (interim
report) harus dapat diterima dalam waktu sesingkat-singkatnya yang
memuat hasil pemeriksaan untuk ditindaklanjuti segera, misalnya
tuberkulosis, diabetes, hipertensi, dan sebagainya.
• Limbah medis
Penyelenggara harus bertanggung jawab atas limbah dan proses
pemeriksaan kesehatan dan menanganinya sesuai dengan perundangan
yang berlaku.
• Kontinuitas pelayanan
Untuk menjaga kontinuitas pelayanan, pihak penyelenggara harus
bersedia memberikan pelayanan jangka panjang sesuai dengan
permintaan pihak HSE, serta menjamin uniformitas pelayanan dan data
rekam medik.
• Biaya pemeriksaan
Penyelenggara mencantumkan biaya dengan rinci dan jelas untuk
mendapatkan persetujuan pihak manajemen.

3. Fase Setelah (Pasca) Pemeriksaan Kesehatan

Beberapa hal yang perlu dilaksanakan setelah selesainya proses pemeriksaan


kesehatan pekerja, yaitu:

a. Penilaian

Kriteria penilaian
Penetapan status fitness, hams menjawab pertanyaan berikut:
• Apakah pekerja yang bersangkutan dari sisi medis mampu melaksanakan
pekerjaan tersebut?
• Apakah pekerjaan tersebut membuat si pekerja menjadi berisiko
terganggu kesehatannya?
• Apakah membiarkan pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya akan
menimbulkan risiko bagi pekerja lain atau masyarakat disekitarnya?

E. PENETAPAN STATUS KELAYAKAN BEKERJA

Pada dasarnya, penetapan medis kemungkinan akan dikategorikan dalam 3


(tiga) kategori utama:

• Memenuhi persyaratan (Qualified)

Yang bersangkutan memenuhi persyaratan jabatan, serta mampu


melaksanakan tugas yang dipersiapkan. Memperbolehkan yang
bersangkutan melaksanakan tugas dimaksud, tidak akan menyebabkan
terjadinya risiko gangguan kesehatan maupun gangguan keselamatan
baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
• Memenuhi persyaratan dengan keterbatasan (Qualified with
Restriction)

Yang bersangkutan memenuhi persyaratan jabatan serta mampu


melaksanakan tugas yang dipersiapkan, namun dengan beberapa
keterbatasan karena faktor kesehatan. Sebagai contoh, pekerja yang
menderita hipertensi 140/90 dibantu dengan obat-obatan. Dokter
memperbolehkan yang bersangkutan melaksanakan tugas dimaksud,
apabila diyakini tidak akan menyebabkan terjadinya risiko gangguan
kesehatan maupun gangguan keselamatan baik bagi dirinya maupun
bagi orang lain.

• Tidak memenuhi persyaratan (Not Qualified)

Dari sudut pandang medis, yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan


tugas yang dipersiapkan, karena akan menimbulkan kondisi yang tidak
aman atau terjadinya gangguan kesehatan.

Dalam praktek sehari-hari peningkatan atau penurunan bisa terjadi di antara


setiap kategori fitness, maka dibuat klasifikasi sebagai berikut:
a. Fit to work (fit untuk semua jenis pekerjaan).

Pekerja dianggap memenuhi syarat kesehatan untuk melaksanakan


pekerjaan yang telah ditetapkan, yakni mampu melakukan tanggung jawab
pekerjaan mereka tanpa pembatasan apapun.

b. Fit with restriction (fit dengan keterbatasan/dengan catatan).

• Misalkan fit dengan akomodasi.


Pekerja dianggap fit untuk pekerjaan yang telah ditetapkan, tetapi mereka
membutuhkan akomodasi tingkat tertentu yang dapat diterima untuk
melaksanakan tugas mereka. Sebagai contoh pekerja yang Hipertensi
140/90 terkontrol dengan obat-obatan.

 Fit dengan risiko kesehatan rendah (low-risk).

Pekerja dianggap fit untuk pekerjaan yang telah ditetapkan. Walaupun


menderita risiko kesehatan rendah, namun risiko tersebut masih bisa
dikontrol.

• Fit dengan risiko kesehatan sedang [moderate-risk).

Pekerja dianggap fit untuk pekerjaan yang telah ditetapkan, namun


menderita risiko kesehatan sedang yang tidak sepenuhnya bisa dikontrol.

c. Temporary unfit to work (unfit untuk sementara).

Pekerja dianggap tidak fit untuk pekerjaan yang ditetapkan, karena :

• Tidak bisa melaksanakan tugas dan/atau bisa membahayakan baik


kesehatan dan keselamatan sendiri maupun kesehatan dan keselamatan
orang lain;

• Mempunyai risiko kesehatan akut yang secara signifikan dapat


meningkatkan kemungkinan untuk evakuasi-medis. Sebagai contoh,
hipertensi dengan tekanan lebih dan 160/95. Kategori ini biasanya diikuti
dengan evaluasi ulang.

d. Unfit for special occupation (unfit untuk jabatan tertentu).


Karena kondisinya, pekerja tidak fit secara permanen untuk pekerjaan
tertentu, namun dapat bekerja dengan baik untuk jabatan lainnya.

e. Unfit to work : Tidak mampu bekerja.


Pekerja tidak fit secara permanen untuk pekerjaan yang ditetapkan karena:
• Tidak bisa melaksanakan tugas dan/atau bisa membahayakan baik
kesehatan dan keselamatan sendiri maupun orang lain.
• Mempunyai risiko kesehatan akut yang secara signifikan meningkatkan
kemungkinan untuk dievakuasi-medis.

b. Tindak lanjut (Follow Up)


Tindak lanjut dan hasil pemeriksaan akan dilaksanakan oleh perusahaan,
khususnya berupa:
• Tindakan medik yang diperlukan dalam rangka pengobatan;
• Rujukan ke spesialis yang bersangkutan dengan penyakit tertentu;
• Sertifikasi kecakapan berkerja (fitness), khususnya kepada penjamah
makanan, sopir, pengguna alat respirator dan pemadam kebakaran.
• Program pencegahan dan pengendalian lingkungan kerja
• Program promosi kesehatan kerja, dan Iain-Iain.

c. Laporan Medik

Setiap tenaga medis yang menjalankan praktik kedokteran wajib membuat


laporan pemeriksaan kesehatan yang tertampung dalam dokumen/rekam
medik dan harus segera dilengkapi setelah pekerja selesai mendapat
pelayanan kesehatan. Setiap catatan rekam medik harus dibubuhi nama,
waktu, dan tanda tangan petugas yang memberi pelayanan kesehatan.

Catatan medik yang dibuat merupakan ringkasan hasil pemeriksaan


kesehatan yang mencakup:

• Diagnosis
Diagnosis ini harus mempunyai dasar yang kuat, serta berdasarkan
kriteria diagnostik yang jelas.
• Riwayat Penyakit Dahulu (History)
Riwayat kondisi diskualifikasi ini mencakup rujukan terhadap temuan
dan hasil pemeriksaan sebelumnya, pengobatan serta respon terhadap
pengobatan.
• Temuan Klinis (Clinical findings)
Temuan klinis, mencakup semua hasil tes laboratorium, x-rays atau
evaluasi khusus yang dilakukan.
• Prognosis
Prognosis dinyatakan secara jelas berdasarkan pemeriksaan medis yang
menyimpulkan bahwa yang bersangkutan tidak mampu, atau berada
dalam kondisi tidak aman dalam melaksanakan tugas tersebut.
• Rekomendasi
Rekomendasi disampaikan berdasarkan hasil analisa pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh.
Rekomendasi harus menjawab pertanyaan berikut:
- Terhadap diri sendiri:
Apakah pekerja ybs (secara medis) mampu melaksanakan
pekerjaan tersebut? Dan tidak membuat si pekerja menjadi berisiko
terganggu kesehatannya?
- Terhadap lingkungannya:
Apakah membiarkan pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya
akan menimbulkan risiko bagi pekerja lain atau masyarakat di
sekitarnya?

Sebagai bagian dari informasi dan pendidikan bagi karyawan, maka:

• Semua hasil pemeriksaan harus tercatat lengkap dan rapi di dalam file
medis karyawan.
• Karyawan berhak mendapatkan informasi tentang hasil pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan segera setelah selesai dilaksanakan. Informasi
yang disampaikan harus tercatat di dalam file medis yang bersangkutan.
• Pekerja yang ditemukan adanya kelainan harus ditindaklanjuti.
• Laporan yang dikirim ke pada pihak manajemen berupa rekapitulasi

Karena salah satu alasan melakukan pemeriksaan kesehatan ini adalah


untuk mendeteksi kelainan atau gangguan kesehatan akibat kerja sedini
mungkin, agar dapat dicegah atau perkembangannya dihambat dengan
melakukan modifikasi dari pajanan yang ada. Bilamana tidak segera
ditindaklanjuti, maka kesempatan untuk melakukan pencegahan akan hilang.

d. Penanganan Limbah medis

Salah satu permasalahan dalam pemeriksaan kesehatan pekerja adalah


timbulnya limbah medis yang cukup besar, mencakup sisa spesimen dan
benda tajam seperti jarum suntik (sharp disposal).

Sebagai penghasil limbah biologis, berkewajiban untuk:


• Memahami jenis limbah yang dihasilkan dan aktifitasnya (termasuk
limbah bahan kimia dan radioaktif, bilamana ada),
• Memisahkan secara fisik limbah tersebut sesuai jenisnya,
• Menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai, termasuk limbah tajam,
seperti jarum suntik,
• Memindahkan limbah medis termasuk benda tajam tersebut ke tempat
pengumpulan limbah sebelum diambil oleh kontraktor yang ditunjuk,
• Mendokumentasikan semua kegiatan penanganan limbah medis
tersebut.

F. CONTOH JENIS PEMERIKSAAN BERDASARKAN PEKERJAAN

Paket Pemeriksaan Kesehatan

Keterangan :

Paket A : Pern, kesehatan untuk Umum dan Adiministrasi.


Paket B : Pern, kesehatan untuk Food handler.
Paket C : Pern, kesehatan untuk paparan bising.
Paket D : Pern, kesehatan untuk paparan suhu tinggi.
Paket E : Pern. Kesehatan untuk paparan debu
Paket F : Pern. Kesehatan untuk welder
Paket G : Pem.kesehatan untuk paparan bahan kiimia (solvent, dlsb).
Paket H : Pem.kesehatan untuk Driver, Forklift.
Paket I : Pem.kesehatan untuk pemakai SCBA
Paket J : Pern .kesehatan untuk paparan ionizing Radiation
NO PARAMETER UJI A B C D E F G H I J ket
1 Identitas ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
2 RiwayatPekerjaan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
3 Riwayat Kesehatan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
4 Pemeriksaan fisik

a. Tinggi badan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
b. Berat Badan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
c. Tensimeter ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
d. BMI(BodyMasslndex)
¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
e. pemeriksaan mata

- Refraksi (visus)
¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥

- Buta Warna (ishihara)


¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥

- Funduscopy
¥
- Tonometri ¥
f. Gigi dan Mulut g. ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
g. Organ Fisik:

-THT ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
-Sistem Kardiovaskular ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Sistem pemafasan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Abdomen ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Genito urinary system ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Central & peripheral ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
nerv.
-Kulit ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
-LymphNodes ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
-Muscle—Skeletal and ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
spinal
5 Rontgen thorax
¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
6 EKG
- Usia 40 tahun atau ¥ ¥
- Usia 40 th atau lebih ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Laboratorium
a.Darah lengkap
-Leukosit ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
-LED ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Diff.Count ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Golongan darah dan ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ 1 kali
rhesus
b. Gula darah
- Gula darah puasa ¥
- Gula darah 2 jam PP
c.Profil lipid
- Kholesterol total
- HDL-kolesterol
- LDL-Kolesterol
- trigliserida
d. Fungsi Hati
- SGOT ¥ ¥ ¥ ¥
- SGPT ¥ ¥ ¥ ¥
- Alkali Phospatase ¥ ¥ ¥ ¥
-Gamma GI ¥ ¥
-Billirubin direct ¥ ¥
-Bilirubin indirect ¥ ¥
-billirubin Total ¥ ¥
e. Fungsi ginjal
- Ureum ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Creatinin ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
f.Asam Urat
g. Hepatitis Marker
- HBsAg
- Anti HbsAg
h. Urine Rutin ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
i. Faeces
- Faeces Rutin ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
- Faeces Culture ¥
8 audiometri ¥ ¥ ¥ ¥
9 Spirometri ¥ ¥ ¥ ¥
10 Analisa Reproduksi ¥

----------------------------------------------------------------------------------

Studi kasus Pemeriksaan kesehatan Kerja

1. Di suatu perusahaan sepatu di bagian pengeleman, akan melakukan pemeriksaan


kesehatan bagi karyawannya. Anda sebagi petugas kesehatan apa yang akan anda
lakukan

2. Dari hasil pemeriksaan kesehatan di sebuah perusahaan X dengan jumlah karyawan


1.000 orang, didapatkan 20 orang mengalami gangguan kasus pernafasan, 35 orang
mengalami gangguan penyakit kulit dan 100 orang mengalami berbagai penyakit
lainnya. Apa yang anda lakukan ?

Anda mungkin juga menyukai