Anda di halaman 1dari 116

PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah mengajarkan manusia dengan qalam. Rahmat dan
keselamatan semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW; Rasul panutan ala yang merupakan
manusia terfasih di antara orang Arab dan alam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Agung
Setiawan, S.Pd.I, M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Ilm al-Ashwat
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan buku ini.
Adapun tujuan dari penulisan kompilasi makalah-makalah
kelas B menjadi sebuah buku ini untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester dari Bapak Dr. Agung Setiawan, S.Pd.I, M.Pd.I.
pada mata kuliah Ilm al-Ashwat program studi Pendidikan Bahasa
Arab. Selain untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester, buku
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan mempermudah
dalam mempelajari cara penuturan dan pengucapan suku kata
tertentu dalam bahasa Arab agar terhindar dari kesalahan dalam
pengucapan.
Sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang pastinya
saling berkomunikasi tidak pernah terlepas dari bahasa sebagai
medianya. Seiring berkembangnya zaman, semakin maju era
globalisasi ini pun semakin menambah pengetahuan masyarakat
dalam tutur yang multilingual. Namun, dalam proses untuk
menjadi masyarakat bilingual atau multilingual tidaklah mulus
namun, tidak terlalu signifikan. Terjadi banyak masalah dan

ii | P a g e
hambatan yang dialami masyarakat dalam belajar berbagai
bahasa. Hal ini, terjadi karena berbagai faktor. Salah satu
diantaranya adalah faktor budaya yang berbeda. Dalam
pembelajaran bahasa saat ini, bahasa Arab juga memiliki kendala
yang sama namun tidak terlalu signifikan. Bahasa Arab yang
sedang berkembang di Indonesia, hanya sekedar pemahaman
nahwu, shorof, balaghoh. Pemahaman Bahasa Arab di Indonesia
masih sering mengabaikan pembelajaran fonologinya. Tidak heran
walaupun banyak orang atau santri yang telah lama belajar Bahasa
Arab, namun masih terdapat berbagai kesalahan bunyi atau
pengucapan yang hal ini dipengaruhi oleh dialek masing-masing.
Padahal bunyi adalah bagian paling utama dalam bahasa karena
komunikasi lisan tidak akan terjadi apabila tidak ada bunyi.
Oleh karena itu, buku ringkasan yang berisi tentang ilmu
ashwat ini disusun untuk mempelajari secara mendalam terkait
ilmu bunyi dan penuturannya, yang akan memecahkan kendala-
kendala yang terjadi dalam bidang fonologi. Penulis berharap
banyak agar buku ini dapat menjadi ladang amal bagi semua,
sekaligus menjadi cermin kecintaan kita terhadap Bahasa Arab dan
Islam sebagai pemacu para pemerhati dan pecinta Bahasa Arab
agar terus mencurahkan perhatiannya untuk menyebar luaskan
Bahasa Arab.
Penulis menyadari bahwa dalam buku ini masih
menyisakan banyak kekurangalen. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun kami butuhkan untuk perbaikan kedepannya.

Yogyakarta, 24 Desember 2022

Penulis

iii | P a g e
DAFTAR ISI

PENGANTAR .................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... iv


TEMA I ............................................................................................................................................... 1

BUNYI DAN SUARA ........................................................................................................................ 1

TEMA II ............................................................................................................................................. 9

ILMU AL ASWATH ......................................................................................................................... 9

TEMA III .......................................................................................................................................... 16

ORGAN BICARA ............................................................................................................................ 16

TEMA IV .......................................................................................................................................... 24

DESKRIPSI BUNYI BAHASA ARAB .......................................................................................... 24

TEMA V............................................................................................................................................ 34

KONSONAN DAN TATA CARAPENGUCAPANNYA .............................................................. 34

TEMA VI .......................................................................................................................................... 40

KONSEP BUNYI VOKAL .............................................................................................................. 40

TEMA VII......................................................................................................................................... 46

KONSEP SUKU KATA................................................................................................................... 46

TEMA VIII ....................................................................................................................................... 52

KONSEP TEKANAN (NIBRO) ..................................................................................................... 52

TEMA IX .......................................................................................................................................... 64

KONSEP NADA DAN INTONASI ................................................................................................ 64

TEMA X............................................................................................................................................ 72

JEDA ................................................................................................................................................. 72

TEMA XI .......................................................................................................................................... 77

FONEM DAN ALOFON ................................................................................................................. 77


iv | P a g e
TEMA XII......................................................................................................................................... 88

KONSEP ASIMILASI DAN DISIMILASI ................................................................................... 88

TEMA XIII ....................................................................................................................................... 98

PERBEDAAN BUNYI BAHASA ARAB DAN BAHASA INDONESIA .................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 107

v|Page
TEMA I

BUNYI DAN SUARA

A. Pengertian Bunyi
Di antara ulama terdahulu adalah Ibnu Sina yang
mendefnisikan bunyi sebagaimana dikutip oleh Manaf
Mahdi Muhammad (1998 : 13) bahwa sesungguhnya bunyi
adalah bergelombangnya udara dan tertahannya udara
karena kekuatan dan pukulan dari penyebab apapun.
Adapun ulama sakarang maka di antara mereka adalah
Ibrahim Anis (1961 : 9) yang mendefnisikan bunyi bahwa
sesungguhnya bunyi adalah tabiat dohir yang diketahui
bekasnya tanpa diketahui bentuknya. Dalam ensiklopedia
kebahasaan Indonesia (jilid 1, 2009 : 219) disebutkan
bahwa bunyi adalah kesan pada pusat syaraf sebagai akibat
getaran gendang telinga yang bereaksi karena adanya
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Defnisi ini
menyiratkan bahwa unsur utama dalam bunyi adalah
getaran.1Adapun dalam KBBI (Poerwadarminta 1985 :
169) bunyi diartikan sebagai sesuatu yang kedengaran atau
dapat didengar (bunyi biasanya dibedakan dengan suara)
bunyi dihasilkan oleh benda atau binatang dsb, suara
dihasilkan oleh manusia. Dalam kamus linguistik bunyi
diartikan sebagai akibat getaran gendang telinga yang

1
Lina Marlina, PENGANTAR ILMU ASHWAT (Bandung:Fajar Media,
2019) hal:2

1|Page
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara
(Kridalaksana 1993 : 33).
B. Macam dan Jenis Bunyi
a. Berdasarkan frekuensinya, klasifikasi bunyi terdiri dari
3 macam, antara lain :
1. Bunyi Ultrasonik
Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya di
atas 20.000 Hz ( heartz ). Frekuensi bunyi ultrasonik
terlalu besar sehingga tidak dapat didengar oleh
manusia. Tetapi bunyi ultrasonik dapat didengar oleh
beberapa hewan, contohnya : kelelawar, lumba-lumba,
paus, tikus, dan belalang. Bunyi ultrasonik sulit
menembus hambatan dengan struktur padat / keras
sehingga hanya bisa dipantulkan. Contoh pemanfaatan
bunyi ultrasonik :
- Pengukuran kedalaman laut Pemeriksaan USG (
ultrasonografi ) pada bidang kesehatan.
- Proses pengambilan gambar menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi.
2. Bunyi Audiosonik
Bunyi audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya
antara 20 – 20.000 Hz. Bunyi ultrasonik dapat didengar
manusia. Contoh pemanfaatan bunyi audiosonik :
- Bunyi piano
- Bunyi orang berbisik
- Bunyi pintu yang tertutup
3. Bunyi Infrasonik

2|Page
Bunyi infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya di
bawah 20 Hz. Bunyi infrasonik juga tidak dapat
didengar oleh manusia tapi bunyi infrasonik dapat
didengar oleh beberapa hewan seperti : anjing, laba-
laba, jangkrik, gajah, dan lumba – lumba. Bunyi
infrasonik mampu merambat dari jarak sangat jauh dan
mampu menembus hambatan tanpa mengurangi
besaran frekuensi yang dihasilkan. Contohnya getaran
gempa dan aktivitas gunung berapi yang dapat
diketahui dengan menggunakan alat seismograf.2
b. Bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran
manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
(1) noise atau sepadan dengan )‫ (الجرس‬dalam bahasa
arab
noise adalah bunyi yang bukan bersumber dari
getaran yang bersifat teratur atau
berkesinambungan, seperti bunyi pukulan pada
kayu, bunyi tabrakan atau keramaian lalu lintas
(2) voice atau sepadan dengan )‫س‬
ّ ِ‫ (الح‬dalam bahasa
arab
voice adalah bunyi yang diproduksi oleh alat ucap
atau organ wicara manusia namun tidak
dimaksudkan sebagai bunyi bahasa secara material
melainkan dipakai untuk memberikan sifat bunyi
tersebut, seperti “orang itu suaranya bagus”

2
Lina Marlina, PENGANTAR ILMU ASHWAT (Bandung:Fajar Media,
2019) hal:5

3|Page
(3) sound atau sepadan dengan )‫ (الصوت‬dalam bahasa
arab.
Sound adalah bunyi bersifat umum meliputi bunyi
bahasa dan bunyi bukan bahasa. Bunyi ini
bersumber dari getaran yang bersifat
teratur/berkesinambungan baik diproduksi oleh
manusia maupun alat-alat musik
Dengan demikian dapat dikatakan sound adalah bunnyi
yang bersifat umum, tercakup didalamnya voice dan
noise. Voice adalah sebutan sifat bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia, sedangkan noise adalah sebutan
untuk bunyi bising yang ditangkap oleh alat
pendengaran manusia. 3
c. Jenis bunyi
Cepat rambat bunyi adalah kecepatan perambatan
gelombang bunyi yang didapatkan dari hasil bagi jarak
yang ditempuh dengan waktu tempuh tersebut. Ada dua
hal utama yang mempengaruhi cepat rambat bunyi,
yaitu :
1) Kerapatan partikel medium perambatannya.
Semakin rapat susunan medium tersebut maka akan
semakin cepat bunyi merambat. Artinya
perambatan bunyi pada zat padat lebih cepat
dibandingkan dengan zat cair.

3
Singgih Kuwardono, SISTEM BUNYI DAN TULISAN ARAB
(Banyumas:Rizquna, 2020) hal:10

4|Page
2) Suhu medium perambatannya, semakin tinggi suhu
medium perambatannya maka akan semakin cepat
bunyi merambat, demikian pula sebaliknya. 4
C. Proses Terjadinya Bunyi
Proses terjadinya bunyi diawali dengan sebuah
getaran dari suatu benda atau hal lainnya hingga akhirnya
merambat dan terdengar oleh telinga. Bunyi juga
merupakan unsur dari bahasa. Proses terjadinya bunyi
bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan
paru-paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga
paru-paru terdesak keluar. Pada waktu yang sama alat
ucapa manusia atau alat bicara melakukan gerakan-gerakan
tertentu terutama bagian mulut, hingga udara yang keluar
ada yang terhalang seluruhnyai (semivokal), terhalang
sebagian(konsonan) dan tidak terhalang(vokal) Gerakan
alat bicara inilah yang menghasilkan berbagai bunyi bahasa
sesuai dengan kebutuhan si pembicara.
Secara garis besar proses terjadinya bunyi terbagi
atas empat macam, yakni:
1). Proses keluarnya bunyi dari paruparu
2). Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan
3). Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh
artikulator
4). Proses Oro-nasal, yaitu proses keluarnya bunyi melalui
mulut atau hidung

4
Lina Marlina, PENGANTAR ILMU ASHWAT (Bandung:Fajar Media,
2019) hal:4

5|Page
D. Definisi Bunyi dan Bahasa
Bahasa adalah bunyi-bunyi yang diucapkan oleh
setiap kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud
mereka. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang
mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi
oleh alat ucap manusia, bidang kajian fonologi adalah
bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan
gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Bahasa yang
pertama kali muncul itu berupa bunyi-bunyi. Bentuk
tertulis representasi dari satu-satunya bahasa lisan. Bahasa
pada dasarnya bagian dalam proses akuisisi bahasa pada
anak-anak, di mana diketahui bahwa hal pertama yang anak
peroleh dari lingkungan sekitar itu adalah suara yang
hakikatnya terdengar dan terulang.
Menurut KBBI bahasa merupakan sistem bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk
berkomunikasi, berinteraksi, bekerja sama dan
mengidentifkasi diri. Menurut Kridalaksana (1993: 21)
bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifkasi diri.
Sudaryono menyatakan bahwa bahasa ialah sarana
komunikasi yang sangat efektif walaupun tidak sempurna.,
sehingga ketidaksempurnaan bahasa dalam berkomunikasi
dapat menjadi salah satu sumber terjadinya
kesalahpahaman bagi pendengarnya. Dalam bahasa Arab
bahasa disebut lughah (‫ )اللغة‬kata lughah berupa nomina

6|Page
yang diturunkan dari sebuah akar. Dalam bahasa arab, ada
tiga kata yang bisa diterjemahkan “bahasa” yaitu
kalam,lisan , dan lughah. Oleh para linguis arab, lughah
disamakan dengan langange; lisan dengan langue dan
kalam dengan parole.
Bahasa terdengar dan dikeluarkan oleh mereka
melalui pengucapan untuk menjelaskan situasi mereka
sendiri melalui gerakan-gerakan tertentu, mengungkapkan
sesuatu ketika berbicara dan diperbarui oleh toti irama
ketika didengarkan oleh pendengar. Jelas keberadaan
ilmiah dari tiga kondisi suara, sumber energi, tubuh
bergetar dan ruang resonansi. Sumber energi adalah paru-
paru, yang mengalir dari udara menuju laring. Tubuh yang
bergetar diwakili oleh vokal di tenggorokan, telinga
bergetar ketika udara mengenai paru-paru. Ruang cincin
adalah rongga cincin, rongga mulut dan rongga hidung,
yang bergetar dan keluar dari suara getaran. Bunyi yang
diucapkan oleh setiap manusia berbeda antara satu sama
lain dari tingkat dan lapisan karena kemampuan mereka
untuk menyesuaikan lapisan audio yang berbeda dari orang
lain. Sesuai dengan penjelsan sebelumnya kemampuan
untuk menyesuaikan lapisan suara bervariasi dari orang ke
orang, seperti perbedaan antara suara penyanyi atau
pembaca. Misalnya penyanyi dan pembaca itu lebih indah
daripada yang lain., karena kemampuan mereka yang luar
biasa untuk menyesuaikan udara yang naik dari paru-paru

7|Page
dan mampu menyesuaikan serta mengarahkannya ke warna
suara tertentu atau kelas suara tertentu.5
Bunyi dan bahasa adalah elemen penting dalam
berkomunikasi. Tidak akan terjalin komunikasi jika di
dalamnya tidak ada bunyi dan bahasa. Karena perannya
yang sangat penting dalam kehidupan kita, maka tidak ada
salahnya hal tersebut harus kita pelajari. Jika kita
mengetahui bagaimana bunyi dan bahasa yang baik, maka
komunikasi yang kita lakukan akan baik juga.

5
Lina Marlina, PENGANTAR ILMU ASHWAT (Bandung:Fajar Media,
2019) hal:11-12

8|Page
TEMA II

ILMU AL ASWATH

A. Pengertian Ilmu Al- Ashwat

Kajian bunyi atau ilmu bunyi bahasa dalam bahasa


Arab disebut dengan ilmu al – ashwat. Ibn Jinny adalah
orang yang memperkenalkan istilah ilm al – ashwat dalam
tradisi Arab. Menurutnya kajian bunyi bahasa memiliki
keterkaitan dan persamaan dengan kajian musik karena
keduanya mengkaji bagaimana bunyi dan tangga nada
diproduksi. Ibn Jinny menyebut istilah ‘ilm al ashwat
setel;ah menjelaskan analogi proses produksi bunyi bahasa
dengan alat musik semacam seruling dan gitar. Pandangan
Ibnu Jinny tersebut dilihat dalam perspektif teori modern
sepadan atau serupa dengan teori resonansi bunyi. Ilmu Al
– Ashwat merupakan ilmu yang sudah ada sejak lama. Ilmu
ini telah popular di beberapa negara, diantaranya yaitu
India, Romawi, Yunani, dan Arab sejak dahulu.
Para ulama yang memperhatikan pelajaran bahasa
menjelaskan batasan yang dimaksud bunyi maka mereka
menyusun definisi – definisi bunyi bunyi yang jelas
diantara ulama terdahulu dan sekarang. Menurut M.
Tontowi, ilmu al – ashwat adalah ilmu yang mengkaji
tentang suara dan berbagai bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Jika dikaitkan dengan hal itu, ilmu al –
ashwat adalah ilmu yang menitikberatkan pembahasannya

9|Page
pada suara dan bunyi – bunyi yang diucapkan langsung
oleh penutur asli bahasa arab, yaitu orang – orang Arab.
Sedangkan menurut Ahmad Sayuti Anshari Nasution
mendefinisikan ilmu al – ashwat sebagai ilmu yang
mempelajari tentang proses menghasilkan atau produksi,
penyampaian atau perpindahan dan penerimaan bunyi
bahasa.
Tujuan dari mempelajari Ilmu al – ashwat adalah agar
pembelajaran Bahasa Arab dapat diperhatikan dengan
serius dan dalam pelafalan bunyi atau ujaran bahasa Arab
yang diucapkan dapat sesuai dengan aslinya. Ilmu al –
ashwat menekankan pada makhorijul huruf dan tajwid.
Ilmu al – ashwat dalam bahasa Arab terdiri dari
beberapa komponen, diantaranya yaitu shawamit ( bunyi –
bunyi konsonan bahasa Arab ) dan juga shawait ( bunyi –
bunyi vocal bahasa Arab ). Dari dua komponen tersebut
dapat disimpulkan bahwasannya Ilmu al – ashwat
mempunyai karakter khusus yang disebabkan oleh
makhraj. Jika dilihat dari perspektif fonologi, bahasa Arab
merupakan bahasa yang jujur, lugas, teliti dan konsisten.
Dimanapun letak huruf tertentu bertempat, baik fonem
maupun morfem dapat dipastikan bahwasannya huruf
tersebut akan dilafalkan dengan karakter tertentu. Selain itu
juga, ilmu bunyi berfungsi untuk memperoleh informasi
terkait tingkat penguasaan suatu lafal bunyi bahasa yang
menyangkut aspek bunyi bahasa yang bervariasi.

10 | P a g e
B. Pembagian Ilmu Al-Ashwat
1. Berdasarkan material bunyi dan fungsinya
a. Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi
bahasa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai
pembeda makna atau tidak dalam suatu bahasa.
Fonetik diklasifikasikan menjadi tiga cabang
yaitu: fonetik artikulatoris (fonetik yang
mempelajari tentang mekanisme alat-alat bicara
manusia yang berkerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu diklasifikasikan. Fonetik akustik
(cabang fonetik yang mempelajari bunyi bahasa
dari segi bunyi sebagai gejala fisik, frekuensi
getaran, amplitude, intensitas, timbre). Fonetik
audiotoris (cabang fonetik yang mempelajari
bunyi bahasa Ketika bunyi tersebut sampai ke
telinga pendengar, baik dari segi psikologi
maupun jiwa).
b. Fonemik
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dan memperhatikan
bunyi bahasa tersebut sebagai pembeda makna.
2. Pembagian ilmu bunyi deskriptif dan normative
Ilmu bunyi deskriptif adalah bunyi bahasa yang
jelas seperti yang diucapkan para ahli dalam
lingkungan tertentu dalam metode tema tanpa

11 | P a g e
memperhatikan analisis dan pendekatan.
Sedangkan ilmu bunyi normative adalah ilmu yang
membahas bunyi bahasa yang jelas dalam
lingkungan tertentu dan berkaitan dengan kaidah-
kaidah dan pengertian-pengertian yang
memungkinkan berhaluan padanya dalam
pengucapan bunyi bahasa ini.
3. Pembagian ilmu bunyi sinkronik/deskriptif dan
ilmu bunyi diakronik/historis.
Ilmu bunyi sinkronik membahas tentang bunyi
bahasa yang dijelaskan dalam periode waktu yang
terbatas dan telah disebutkan ilmu ini memiliki
nama lain yaitu ilmu bunyi deskriptif,ilmu bunyi
berbarengan serta ilmu bunyi serentak.
4. Pembagian ilmu bunyi diakronik/historis
Ilmu bunyi diakronik/historis membahas asal mula
bahasa yang dijelaskan dalam segi
pengembanganya,serta muncul dari perbedaan
masa dan waktu.
5. Pembagian ilmu bunyi komparatif/perbandingan
dan ilmu bunyi kontrastif.
Ilmu bunyi komporatif adalah ilmu bunyi yang
menjelaskan keserupaan bunyi danperbedaan bunyi
dalam bahasa yang berhubungan dengan kumpulan
suatu kebahasaan. Sedangkan Ilmu bunyi kontrastif
yaitu membahas suara bahasa yang terdiri pada
kerangka bahasa berbeda dengan tujuan

12 | P a g e
menememukan kesamaan dan perbedaan
diantaranya, contoh bertemunya anatara suara
(orang) Arab dan suara (orang) Indonesia.
6. Pembagian ilmu al ashwat dari segi perjalanan suara
dalam pengamalan bicara
a. Ilmu ashwat nuthqi (ilmu bunyi artikulaatoris)
Ilmu ashwat nuthqi yaitu mempelajari suara-
suara dari sisi Artikulatoris dan psikologi
bercontohkan dalam aplikasi pengucapan
dalam pengucapan.
Dan judul ilmu ini adalah instrumen suara
manusia., dan tempat keluarnya suara, dan sifat
suara.
b. Ilmu Ashwat Akuistik
Ilmu ashwat akuistik yaitu mempelajari suara-
suara dari sisi fisika atau akuistik yang
bercontohkan dalam arahan suara yang
berpindah dan merambah pada angin.
C. Urgensi Pembelajaran Ilmu Ashwat di Kalangan
Mahasiswa Bahasa Arab
Dalam pembelajaran Ilmu Al – Ashwat memiliki
beberapa prinsip yang ada di dalamnya untuk
menghasilkan keterampilan berbahasa yang komprehensif.
Prinsip – prinsip tersebut yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan keterampilan dalam menulis.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan
menyimak setiap kata yang di dengar dalam bahasa Arab.

13 | P a g e
Keterampilan ini bertujuan untuk memudahkan kita dalam
memahami dan membedakan antara satu bunyi dengan
bunyi yang lainnya dengan merealisasikan teori – teori
pelafalan bunyi dan huruf hijaiyyah atau huruf bahasa arab
dengan fasih dan benar, sehingga dapat memahami dengan
sempurna perkataan yang didengar.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan
dalam menyampaikan gagasan. Dalam keterampilan ini,
Ilmu al – ashwat memiliki peran penting dalam kelancaran
proses komunikasi dan interaksi yang bergantung pada
pemahaman. Sedangkan keterampilan membaca yaitu
keterampilan yang terjadi karena keterampilan
sebelumnya, yaitu keterampilan mendengar dan membaca.
Ilmu al ashwat adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari perihal bunyi atau ucapan yang dipakai dalam
komunikasi sehari hari dan juga mempelajari tata cara
pengucapan yang benar. Ilmu al ashwat sangat penting bagi
orang yang hendak belajar Bahasa Arab terutama bagi
orang asing ()‫غير الناطقين بها‬
Ilmu al ashwat bertanggung jawab terhadap
kebenaran pengucapan bunyi, kata dan juga kalimat dalam
proses berbahasa. Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka
bahasa yang diucapkan tidak akan dapat dipahami dengan
baik atau dapat dimaknai namun sangat berbeda jauh dari
makna yang sebenarnya. Selain itu, kedudukan ilmu al
ashwat dalam pembelajaran bahasa arab adalaj untuk
memberikan penjelasan dalam pembelajaran shorof

14 | P a g e
(morfologi). Shorof dijuluki sebagai bapak ilmu bahasa
arab, karena shorof adalah ilmu pokok untuk mengetahui
bentuk - bentuk kata dalam bahasa Arab dengan
bagaimanapun keadaannya dan tidak menerangkan tentang
i'rob dan bina' (Syekh Musthafa Al-Ghalayaini 2007:8).
Ilmu al ashwat memberikan penjelasan tentang
pembelajaran ilmu shorof, terkhusus dalam memberikan
penjelasan tentang fenomena - fenomena pada kalimat
dasar (binaul kalmia) beserta perubahannya.

15 | P a g e
TEMA III

ORGAN BICARA

A. Pengertian
Alat ucap adalah istilah yang merujuk pada perangkat
manusia yang terdapat diantara dua bibir dan dua paru-paru
yang berkontribusi sehingga menyebabkan terbentuknya
suara. Alat ucap mencakup dari organ bicara yaitu, orga-organ
yang menyertai secara langsung dalam proses pengeluaran
suara. Alat ucap dan organnya terdapat juga pada kepala,
punduk, dan dada. Para ahli bahasa telah membatasi bahwa
alat ucap dibatasi oleh apa yang terdapat antara dua bibir pada
kepala dan paru-paru di dada.
Alat ucap dan organ-organnya merupakan salah satu
bahasan pelajaran yang sangat penting, dimana ia merupakan
sumber keluarnya suara linguistic atau satu titik dimana suara
itu terbentuk dan disebut ucapan. Pengucapan itu
membutuhkan tempat yang khusus dari organ-organ bicara
atau dengan cara menggerakan organ bicara dan
mengaktifkannya dengan cara yang telah ditentukan.
Perbedaan dari cara menggunaka organ bicara atau
perbedaan tempat menyebabkan perbedaan pada keluarnya
suara dan sifat-sifatnya, dan dissna ada perbedaan-perbedaan
suara linguistic dan bagianbagiannya. Kamal Basyar (133-
132:2000 M), telah menjlaskan bahwasanya ada bebrapa poin
yang dapt digunakan untuk mendeteksi hal apa saja yang
mengenai organ bicara yaitu :

16 | P a g e
1. Penamaan organ bicara bersifat majas. Organ bicara tidak
mengeluarkan bunyi perkataan melainkan ia memilik
fungsi lain yang juga sangat penting. Umpamanya lidah,
fungsi lidah yang lainnya yaitu merasakan dan
menggerakan makanan dan gigi memiliki fungsi lain
yaitu mengigigit dan mengunyah, hidung untuk menghidu
dan bernafas,begitu juga dengan paru-paru.
Mengeluarkan suara merupakan satu dari banyaknya
fungsifungsi yang dilakukan oleh organ bicara ini. Alat
ucap sebenarnya diciptakan untuk manusia agar
digunakan dengan sekehendak manusia itu sendiri, maka
penamaan ini bukan hanya ekspansi dan metafora.

2. Organ bicara terdiri dari organ-organ yang tidak banya,


tapi mereka saling menyempurnakan. Ia merupakan
sistem yang memiliki tingkat presisi dan disiplin yang
tinggi. Bunyi menjelaskan secara spesifik mengenai
segala hal, seperti ‘ba’ misalnya, karena ‘ba’ itu
merupakan suara yang timbul dari bibir, dan bibir ini
sendiri yang menjadi paa suara ini dengan
karakteristiknya. Maka ketika dikeluarkan huruf ‘ba’,
maka udara akan berhenti oleh terkatupnya bibir dan
kemudian dengan cepat. Pita suara cenderung bergetar
dengan cara tertentu dengan demikian bunyi digambarkan
sebagi stabil eksplosif lisani luar biasa.

17 | P a g e
3. Tidak semua organ bicara itu bergerak atau menerima
pergerakan, kebanyakan organ bicara itu tetap (tidak
bergerak) atau sedikit pergerakannya.

4. Alat ucap terhadap organ bicara dan struktur dasarnya itu


sama bagi setiap manusia tidak berbeda dari satu dan yang
lainnya atau dari satu golongan dengan golongan lainnya.
Alat ucap terbagi berdasarkan sifatnya pada organ yang
bergerak dan organ yang tidak bergerak. Organ yang
bergerak yaitu, bibir, lidah, langit-langit lunak, anak
lidah, dan pipa suara yang ada didalam tenggorokan.
Adapun organ yang tidak bergerak yaitu, gigi, gusi, dan
langit-langitkeras.
B. Alat Ucap dan Organ Bicara
Berikut adalah macam macam alat ucap dan organ
bicara.Terdiri dari paru paru, pipa udara,tenggorokan, rongga
diatas kerongkongan,lidah,langit langit mulut,gigi, dan bibir.
1. Paru-paru
Paru paru adalah organ yang bersifat elastis yang dapat
berkembang dan mengempis. organ ini terdiri dari
penampungan udara, saluran udara,dan pembuluh darah.
2. Pipa Udara
Merupakan tabung yang terbuat dari tulang rawan dalam
bentuk cincin yang tidak sempurna, yang terhubung satu
sama lain melalui selaput lendir.
3. Tenggorokan
Adalah sebuah rongga yang terletak diantara

18 | P a g e
kerongkongan dengan mulut yang bentuknya mirip
dengan pipa. Tenggorkona juga merupakan kotak
kartilago yang terletak pada atas dan terdiri dari 3
kartilago, yaitu :

a. Tiroid, kurang membulat dari belakang, dan lebar


menonjol dari depan. bagian yang paling menonjol
disebut jakun.
b. Trikoid, bentuk cincin dan merupakan satu satunya
cincin lengkap diseluruh pernafasan.
c. Aritenoid, merupakan dua buah diatas tulang rawan
kedua daru berlakang dan dapat meluncur kebawah
dan memutar dalam posisi.

4. Rongga diatas kerongkongan


Merupakan titik dering yang menguatkan bunyi setelah
melewati pita suara di tenggorokan \. terletak diatas
tenggorokan dibagi menjadi tiga, yaitu rongga hidung,
rongga mulut, dan rongga tenggorokan.
5. Lidah
Merupakan organ yang paling penting dalam pengucapan
bunyi. lidah merupakan organ yang fleksibel yang paling
banyak didalam mulut. Fleksibilitas lidah menjadi titik
fokus untuk mengeluarkan sebagian besar suara linguistik
ketika bertemu dengan organ maanapun. lidah memiliki
lima unsur yaitu : ujung lidah, pinggir lidah, tengah lidah,
pangkal lidah, dan akar lidah.

19 | P a g e
6. Langit-langit mulut
Yaitu bagian yang setara dengan lidah dan terkait dengan
nya dalam situasi tertentu dalam menghasilkan bunyi
tertentu.
7. Gigi
Gigi atas yang merupakan organ bicara yang tetap. gigi
bawah organ bicara yang bergerak.fungsi gigi sebagai
organ bicara sangat jelas karena merupakan penghambat
udara yang datang dari paru paru, sehingga tidak keluar
secara serentak dari rongga mulut.
8. Bibir
Merupakan organ bicara yang bergerak ke setiap arah dan
memiliki situasi berbeda beda ketika berbicara. maka
ketika bibir merapat udara tidak mungkin keluar
kemudian udara dilepaskan secara sekaligus.
C. Pembentukan Bunyi Bicara

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dibentuk oleh 3 faktor,


yaitu pernafasan (sebagai sumber tenaga), alat ucap (yang
menimbulkan suara), dan rongga pengubah getaran atau pita
suara. Ada 4 tahapan utama yang terjadi dalam pembentukan
bunyi bahasa, yaitu :

1. Proses pembentukan (Intiation)


bunyi dalam bahasa dapat terjadi karena adanya 2 benda
atau lebih yang bergeseran ataupun berbenturan. Proses
ini juga dapat disebut dengan proses arus udara, yaitu
dengan memasukan udara ke paru-paru dan turunnya

20 | P a g e
sekat rongga dada dan menyebabkan paru-paru
mengembang dan udara dari luar masuk kedalam paru-
paru. Proses keluarnya udara dari paru-paru inilah yang
dianggap sebagai proses pembentukan bahasa
2. Proses pembunyian (Phonation)
proses ini terjadi di daerah kerongkongan dan organ
bicarayang palinhg utama adalah dua buah pita suara. Pita
suara menghadapi udara yang dating dan paru-paru
dengan 4 kondisi, yaitu :
a. Kondisi rapat (tertutup), menghasilkan bunyi letupan
b. Kondisi bersentuhan, menghasilkanj bunyi bersuara
c. Kondisi berjauhan, menghasilkan bunyi tidak bersuara
d. Kondisi berdekatan, menghasilkan bunyi bisikan
3. Proses Nasalisasi (Oro Nasal)
Pada proses inilah ditentukannya golongan bunyi, apakah
bunyi tersebut masuk ke golongan bunyi mulut murni atau
masuk ke golongan bunyi hidung. Apabila langit-langit
lunak dan lidah menutup saluran yang mengarah ke
rongga hidung maka bunyi yang akan terjadi adalah bunyi
mulut murni, seperti ha, kha, kaf, jim, ta, sin, tsa, ta.
Tetapi apabila langit-langit dan lidah tidak menutup
rongga hidung maka akan terjadi bunyi hidung, seperti
bunyi (mim-nun) dalam bahasa arab dan bunyi ng dan ny
dalam bahasa Indonesia.
4. Proses Artikulasi (Articulation)
Proses ini terjadi karena adanya Kerjasama antara organ
bicara aktif dengan organ bicara pasif. Dalam proses ini

21 | P a g e
peran organ bicara yang terdapat pada rongga mulit
sangat signifikan. Jika organ bicara menghadapi udara
yang datang dari paru-paru maka akan terjadi bunyi
letupan seperti (da, qof, tho, ta, ba), dan apabila dihadapi
dengan hambatan parsial maka akan terjadi bunyi geseran
seperti bunyi (dhad-lam) dan seterusnya. Perbedaan
pengeluaran udara untuk istirahat dan pengeluaran udara
untuk bicara .

Untuk Istirahat Untuk Bicara

Terjadi tidak sengaja Terjadi dengan sengaja

Terjadi karena aspek Terjadi karena ketentuan


biologi biologis

Gerakan otot atau organ Gerakan otot atau organ


pernafasan terbatas pernafasan signifikan

Getaran 15-20 perdetik Getaran perdetik lebih besar

Waktu menghisap dan Waktu mengeluarkan udara


mengeluarkan udara sama lebih Panjang

22 | P a g e
Masuk udara dari hidung
Masuk dan keluar udara
keluar dari mulut atau
dari hidung
hidung

23 | P a g e
TEMA IV

DESKRIPSI BUNYI BAHASA ARAB

A. Deskripsi Bunyi Bahasa Arab


Deskripsi bunyi bahasa Arab terbagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Tempat keluar bunyi (makhraj)
Tempat keluar dapat didefinisikan sebagai posisi
dimana udara terperangkap atau menyempit ketika
berbicara (Mahdi Muhamad, 1998:42). Tempat
artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan
dalam pembentukan bunyi itu. Para ulama berbeda
pendapat tentang tempat keluarnya bunyi,
penamaannya, jumlahnya, dan bunyi yang
dikeluarkan. Berdasarkan tempat keluarnya, ulama
terdahulu ada yang menyebutkan delapan dan ada pula
yang menyebutkan empat belas bahkan enam belas.
Adapun ulama kontemporer mengatakan ada sebelas
tempat keluar. Jumhur ulama kontemporer
berpendapat sesungguhnya tempat keluarnya bunyi
bahasa Arab ada sepuluh.
Dari bahasan yang telah di sebutkan bahwa tempat
keluar adalah anggota pelafalan yang membentuk titik
pelafalan untuk bunyi-bunyi yang di tentukan.
Dengan makhroj ini kita bisa mendeskripsikan bunyi
bahasa Arab dan menamainya serta menjaga anggota

24 | P a g e
yang bergerak pada anggota yang tetap. Berikut
deskripsi bunyi bahasa Arab beserta sifatnya
berdasarkan tempat keluar dan hal hal yang terlibat
dalam pelafalannya.
a. Bunyi Billabial yaitu ‫ ﻡ‬dan ‫ﺏ‬
Dalam pelafalannya, bibir bawah mengikuti bibir
atas. Dilafalkan keduanya dengan menutup kedua
bibir lalu meletupkannya.
b. Bunyi labio-Dentals yaitu ‫ﻑ‬
Dalam pelafalannya bibir bawah mengikuti gigi
atas dan di lafalkan huruf tersebut dengan
mempertemukan bibir bawah pada gigi atas.
c. Bunyi interdentals yaitu ‫ ﺙ‬, ‫ﺫ‬, dan ‫ﻅ‬
Dalam pelafalannya melibatkan ujung lidah, gigi
bawah dan gigi atas. Diucapkan dengan meletakan
ujung lidah antara gigi bawah dan atas
d. Bunyi apico-dento-alveolars yaitu ‫ ﺕ‬, ‫ﻁ‬, ‫ﻅ‬, ‫ﺩ‬, ‫ﻝ‬,
dan ‫ﻥ‬
Dalam pelafalannya melibatkan ujung lidah,
gigi atas dan gusi. Dilafalkan huruf-huruf tersebut
dengan meletakan ujung lidah dalam pertemuan
antara pangkal dua gigi atas yang besar dengan
gusi.
e. Bunyi apico-alveolar yaitu ‫س‬, ‫ﺭ‬, ‫ﺹ‬, dan ‫ج‬
Dalam pelafalannya melibatkan pangkal lidah dan
gusi. Diucapkan dengan meletakn ujung lidah di
atas gusi.

25 | P a g e
f. Bunyi periferal (fronto-palatals) yaitu ‫ ج‬dan ‫ﺵ‬
Dalam pengucapannya bergabung dengan ujung
lidah dan bagian dalam mulut. Diucapkan dengan
menghubungkan ujung lidah dengan langit-langit
keras.
g. Bunyi tengah (centro-palatals) yaitu ‫ي‬
Pengucapannya di tengah lidah mengikuti bagian
dalam mulut dan diucapkan dengan mengangkat
bagian tengah lidah ke atas bagian dalam mulut
akan tetapi tidak disertai dengan menyentuhnya.
h. Bunyi sternum (dorso-velars) yaitu ‫خ‬, ‫غ‬, ‫ك‬, dan ‫و‬
Pengucapannya di pangkal lidah mengikuti
piringan dan diucapkan dengan mengangkat
pangkal lidah pada langit langit lunak (piringan).
i. Bunyi sternum ovular (dorso-ovular) yaitu ‫ق‬
Dalam pengucapannya pangkal lidah mengikuti
katup nafas dan diucapkan bunyi ini dengan
mengangkat pangkal lidah pada katup nafas.
j. Bunyi lingkaran dering (rooto-pharyangeals)
yaitu ‫ ح‬dan ‫ع‬
Dalam pengucapannya akar lidah mengikuti
tenggorokan dan diucapkan dengan
menyempitkan tenggorokan mendekati akar lidah
dari dinding tenggorokan tanpa menyentuhnya.
k. Bunyi kerongkongan (glottal) yaitu ‫ ء‬dan ‫ه‬
Anggota pengucapan dalam kerongkongan saling
mengikuti dan yang paling penting dari keduanya

26 | P a g e
adalah dua pita suara. Ucapkanlah ‫ ء‬dengan
menutupkan pita suara dalam kerongkongan dan
ucapkanlah ‫ ه‬dengan menggerakan dua pita suara
tersebut.
2. Cara keluar udara ketika mengucapkan bunyi
a. Bunyi letupan yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
cara arus udara ditutup sehingga udara terhenti
seketika, lalu dilepaskan kembali. Terdapat 8
huruf yang masuk bunyi ini, yaitu ‫ء ق ك ﻁ ض ﺩ ﺕ ﺏ‬
b. Bunyi geseran yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
cara arus udara ditutup dan dibuka berulang secara
cepat. Terdapat 13 huruf yang masuk dalam bunyi
ini yaitu ‫ه ﻑ غ ع ﻅ ﺹ ﺵ س ز ﺫ خ ح ﺙ‬
c. Bunyi paduan yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
cara arus udara ditutup rapat kemudian
dikeluarkan secara berangsur agar tidak terjadi
secara cepat seperti mengeluarkan suara letupan,
contohnya huruf ‫ ج‬dan ‫ﻝ‬
d. Bunyi nasal yaitu bunyi yang dihasilkan oleh arus
udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat tetapi
dialirkan lewat rongga hidung. Contohnya huruf ‫ﻡ‬
dan ‫ﻥ‬
e. Bunyi bergetar yaitu bunyi yang diulang atau
disempurnakan pengucapannya. Dengan kata lain,
itu adalah suara pukulan lidah yang diulang ke
gusi ketiak menyentuh gusi dalam posisi yang
memungkinkan udara untuk lewat pada titik

27 | P a g e
pertemuan. Bagaimanapun, getaran yang
dibenarkan hanya sekali saja, terlebih pada
keadaan tasydid.
f. Syibh sha’aitah (semivokal) yaitu bunyi yang
diucapkan seperti huruf vokal tetapi bunyinya
pecah seperti huruf konsonan, dapat disebut juga
dengan bunyi hampiran. Contoh hurufnya adalah
‫ ي‬dan ‫و‬
g. Suara oral adalah bunyi dimana rongga hidung
tidak berfungsi sebagai tempat keluar udara saat
diartikulasikan, dikarenakan mundurnya
pinggiran mulut dan naiknya anak lidah menutup
pintu saluran udara sehingga udara terpaksa keluar
dari rongga mulut. Huruf yang termasuk adalah
‫ق‬, ‫ﺏ‬, ‫ﻑ‬. ‫ﺫ‬, ‫ﺩ‬, ‫ﺕ‬, ‫س‬, ‫ج‬, ‫ك‬
3. Keadaan vital suara ketika mengucapkan bunyi
a. Bunyi bunyinya mikroskopik (hidup) yang
terdapat pada huruf ‫ﻝ‬, ‫ﻥ‬, ‫ﻡ‬, ‫ع‬, ‫غ‬, ‫ﻅ‬, ‫ز‬, ‫ﺫ‬, ‫ج‬, ‫ض‬, ‫ﺩ‬, ‫ﺏ‬, dan ‫ﺭ‬
b. Bunyi tidak bersuara dimiliki oleh huruf ‫ﺵ‬، ‫ﺹ‬، ‫ﻑ‬
،‫ﻁ‬, ‫ق‬, ‫ء‬, ‫ه‬, ‫ك‬, ‫ﺕ‬، ‫ﺙ‬، ‫ح‬، ‫خ‬، ‫س‬
Untuk menguji apakah termasuk bunyi bersuara
atau tidak, dapat dilakukan dengan langkah:
1) Letakkan jari di telinga kemudian ucapkan
suara yang akan diuji. Jika gema muncul di
kepala, bunyi itu adalah bunyi bersuara dan
jika sebaliknya maka bunyi tersebut
merupakan bunyi tidak bersuara.

28 | P a g e
2) Letakkan telapak tangan diatas dahi ketika
bersuara, apabila terasa ada getaran maka
bunyi itu adalah bunyi bersuara dan apabila
tidak terjadi getaran maka itu adalah bunyi
tidak bersuara.
3) Letakkan jari di leher, kemudian ucapkan
bunyi yang dimaksud. Apabila terjadi getaran
di leher maka itu adalah bunyi bersuara
sedangkan jika terjadi sebaliknya maka itu
adalah bunyi tidak bersuara.
4. Keadaan ujung lisan ketika mengucapkan bunyi.
a. Suara yang diterapkan yaitu suara yang
mengangkat bagian belakang lidah saat
mengucapkan huruf yang dituju yaitu bagian
lembut langit langit mulut, hal ini juga disebut
velarisasi. Velarisasi juga mengarah kepada
amplifikasi suara yang terjadi karena tenggorokan
menyempit. Seperti pada huruf ‫غ‬, ‫ك‬, ‫و‬, dan ‫خ‬
b. Bunyi yang tipis yaitu ketika pengucapannya tidak
mengangkat bagian belakang lidah, tidak bertemu
langsung dengan bagian atas lidah yang lembut.
Huruf yang termasuk bunyi ini adalah semua
huruf kecuali 4 huruf yang telah disebutkan tadi.
c. Bunyi pertengahan yaitu suara yang dalam
keadaan amplifikasi dan menipis terdengar sama
saja. Terdapat tiga huruf yang masuk dalam bunyi

29 | P a g e
ini yaitu ‫غ‬, ‫ق‬, dan ‫خ‬. Huruf yang awalnya berbunyi
tipis tapi menjadi tebal dalam kondisi khusus.
B. Pembagian Bunyi menurut Sumber Arus Udara
Dalam sudut pandang ini, konsonan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Konsonan dengan arus udara egresif (eksplosif)
Konsonan arus udara egresif adalah konsonan yang
dalam pembentukannya menggunakan arus udara
pernapasan yang datang dari paru-paru, kemudian
melewati saluran udara seperti kerongkongan, lokasi
pita suara, tenggorokan, rongga mulut, dan rongga
hidung.
2. Konsonan dengan arus udara ingresif (implosif)
Konsonan arus udara ingresif adalah konsonan yang
dalam pembentukannya menggunakan arus udara yang
datang dari luar, kemudian dibentuk di tempat saluran
udara.
Di dalam alat manusia udara itu diproduksi oleh paru-
paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari pada
sekat rongga dada. Bila udara ini mengalir ke atas melalui
larynx dan farinx lalu ke depan dan keluar mulut atau
hidung atau keduanya, arus udara itu dapat dihambat
pada berbagai tempat kemudian menghasilkan bunyi.
Dapat dibagi menjadi 2 bagian, yakni:
1. Vokoid atau Majhur merupakan suara yang jelas
bunyinya karna tidak ada hambatan. Terdapat tiga
kriteria dalam penggolongan vokoid

30 | P a g e
a. Lidah sebagai artikulator, dimana untuk
menghasilkan suara vokoid maka lidah bagian
depan dan belakang yang berperan penting.
b. Rahang bawah sebagai penentu posisi lidah.
c. Posisi bibir sebagai co-artikulator dengan dua
macam posisi yaitu apakah antara bibir atas dan
bawah berbentuk bulat ataukah membentuk
lekah.

Adapun sifat sifat vokoid yaitu penyengauan/nasal dan


tegang-kendur

2. Kontoid atau Mahmus


a. Apabila ada hambatan total pada salah satu tempat
antara paru paru dan udara sehingga jalan udara
tertutup (hambat).
b. Arus udara di mulut tapi membuka jalan ke rongga
hidung (nasal).
c. Arus udara yang mungkin dihalangi pada salah
satu tepat sehingga hanya merupakan sebuah
lubang kecil yang berbentuk celah yang dilalui
oleh udara itu (spiran).
d. Garis tengah jalan di mulut atau oleh kedua belah
sisi mulut yang dilalui arus udara (lateral).
e. Arus udara yang lewat mungkin menyebabkan
sebuah alat elastis yang bergetar dengan cepat
(getar).

31 | P a g e
Terdapat beberapa pendapat ulama dalam
menggolongkan sifat bunyi bahasa Arab, namun
kebanyakan ulama sepakat bahwa sifat bunyi bahasa Arab
sekurang kurangnya ada 13 sifat dan digolongkan
menjadi enam golongan.
1. Jahr dan Hamas
Jahr yaitu kuatnya tekanan huruf pada makhraj.
Sedangkan Hams yaitu tidak kuatnya tekanan huruf
sehingga dapat dikeluarkan sambil bernafas.
2. Syiddah, Rochwah, dan Tawassuth
Syiddah yautu terkurungnya huruf dengan kuat
ketika diwaqafkan, yaitu huruf ‫ﺏ‬. ‫ﺕ‬. ‫ﺩ‬. ‫ﻁ‬. ‫ض‬. ‫ك‬. ‫ق‬.
Rochwah yaitu ketika suatu huruf diwaqafkan tapi
masih bisa berjalan dengan bebas. Hurufnya adalah
huruf huruf yang tidak terdapat pada Syiddah dan
Tawassuth. Sedangkan Tawassuth adalah
pertengahan antara ayiddah dan rochwah, huruf
hurufnya adalah ‫ا‬. ‫ﻡ‬. ‫ي‬. ‫ﺭ‬. ‫ﺩ‬. ‫ع‬. ‫ﻝ‬.
3. Ithbaq dan Infitah
Ithbaq yaitu terkurungnya huruf antara lidah dan
langit langit. Hurufnya ada empat yaitu ‫ﺹ‬.‫ض‬.‫ﻁ‬.‫ﻅ‬.
Sedangkan Infitah adalah kebalikan dari ithbaq dan
hurf hurufnya adalah yang tidak termasuk dalam
ithbaq.
4. Isti’la dan Inkhifadl
Isti’la yaitu menaik ke langit langit, hurufnya adalah
huruf huruf ithbaq ditambah huruf ‫ق‬. ‫ع‬. ‫خ‬. Sedangkan

32 | P a g e
Inkhifadl adalah kebalikannya, huruf hurufnya
adalah yang tidak termasuk dalam isti’la.
5. Dzalaqoh dan Ishmat
Dzalaqoh yaitu ringan ketika diucapkan, huruf
hurufnya adalah ‫ﻝ‬. ‫ﻑ‬، ‫ﻥ‬، ‫ﺏ‬، ‫ﺭ‬، ‫ ﻡ‬. Sedangkan Ishmat
kebalikannya, hurufnya adalah selain huruf dzalaqoh.
6. Shafir dan Lojjin
Shafir adalah suara yang menyerupai suara unggas
atau hewan karena menyebut hurufnya dengan suara
berdesir dan kuat dari antara dua bibir mulut.
Hurufnya ada tiga yaitu ‫ﺹ‬، ‫ز‬، ‫س‬. Perbedaan safir dan
hams adalah desiran napas yang lebih kuat
dibandingkan hams yang sekadar membunyikan
hurufnya dengan hembusan nafas yang lebih ringan.
Lojjin atau Liin yakni lunak, dan menjadi sifat huruf
mad yang tiga, yaitu; ‫و‬، ‫ا‬، ‫ي‬.

33 | P a g e
TEMA V

KONSONAN DAN TATA CARAPENGUCAPANNYA

A. Pengertian Konsonan
Konsonan merupakan kondisi dimana adanya
penyumbatan saat keluar pengucapan atau bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu
tempat disaluran suara.6
Konsonan (‫صوامت‬/‫ )حروﻑ‬adalah bunyi letupan, bunyi
geseran, bunyi bersuara atau bisa juga bunyi tidak bersuara.
Konsonan selalu mendapatkan hambatan di saluran udara, baik
hambatan kuat atau lemah, sehingga mengakibatkan adanya
letupan atau geseran. Yang termasuk konsonan juga adalah
semua bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika
diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping
kiri atau kanan mulut. Konsonan atau huruf mati adalah fonem
yang bukan vokal dan dengan kata lain direalisasikan dengan
obstruksi. Jadi aliran udara yang melewati mulut dihambat pada
tempat-tempat artikulasi.
Sebagian pakar fonetik bahasa Arab menyebutkan bahwa
konsonan dalam bahasa Arab terdiri dari 28 konsonan, sebagian
lagi menyebutkan terdiri dari 26 konsonan. Yang menyebutkan
28 konsonan adalah yang memasukkan dua buah semivokal ke
dalam konsonan, sedangkan yang berpendapat 26 konsonan

1)
Dr. Lina Marlina, M.Ag. PENGANTAR ILMU ASHWAT, (2019)

34 | P a g e
tidak memasukkan semivokal ke dalam konsonan. Para ahli
fonetik membagi konsonan menjadi beberapa bagian
berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Huruf yang
menghasilkan bunyi dalam bahasa Arab ada 28 yang disebut
huruf hijaiyyah.
B. Pembagian Konsonan Menurut Makhrajnya
Makhraj adalah tempat tertentu di saluran udara yang
mengalami pengejangan lebih keras dari yang lain dan
merupakan tempat penuturan suatu konsonan. Sebagaian pakar
fonetik bahasa Arab merinci makhraj konsonan Arab menjadi
sebelas macam. Rinciannya sebagai berikut :

1) Konsonan labial ( ‫) شفوية‬, yang terdiri dari ‫و‬- ‫م‬- ‫ب‬

2) Konsonan labiodental (‫)شفوية أسنانية‬, yang terdiri dari ‫ف‬

3) Konsonan interdental, yang terdiri dari ‫ظ‬- ‫ذ‬- ‫ث‬

4) Konsonan alveodental, yang terdiri dari ‫ن‬- ‫ل‬- ‫ض‬- ‫د‬- ‫ط‬- ‫ت‬

5) Konsonan alveolar, yang terdiri dari ‫ص‬- ‫س‬-‫ر‬-‫ز‬

6) Konsonan alveopalatal, yang terdiri dari ‫ج‬- ‫ش‬

7) Konsonan palatal, yang terdiri dari ‫ي‬

8) Konsonan velar ( ‫) حنكية‬yang terdiri dari ‫ك‬-‫غ‬-‫خ‬

9) Konsonan uvular ( ‫) لهوية‬yang terdiri dari ‫ق‬

10) Konsonan pharyngal (‫ ) حلقية‬yang terdiri dari ‫ع‬-‫ح‬

11) Konsonan glottal (‫ ) حنجرية‬yang terdiri dari ‫ء‬-‫ه‬

35 | P a g e
C. Pembagian Konsonan Menurut Organ Bicara Aktif
Dalam sudut pandang organ bicara aktif yang difungsikan
dalam menghambat atau menekan saluran udara ketika
mengartikulasikannya, konsonan dapat dibagi menjadi beberapa
bagian. Yang dimaksud dengan organ bicara aktif adalah bibir
bawah (labial), ujung lidah (apiko), tengah lidah (medio), pinggir
lidah (lamino) dan belakang lidah (dorso). Konsonan dari sudut
pandang ini dapat dibagi menjadi sebelas macam.

a. Konsonan bilabial, yang terdiri dari ‫و‬-‫م‬-‫ب‬

b. Konsonan labiodental, yang terdiri dari ‫ف‬

c. Konsonan apikointerdental, yang terdiri dari ‫ظ‬-‫ذ‬-‫ث‬

d. Konsonan apikodental, yang terdiri dari ‫ن‬-‫ل‬-‫ض‬-‫د‬-‫ط‬-‫ت‬

e. Konsonan apikoalveolar, yang terdiri dari ‫ص‬-‫س‬-‫ر‬-‫ز‬

f. Konsonan apikopalatal, yang terdiri dari ‫ج‬-‫ش‬

g. Konsonan mediopalatal, yang terdiri dari ‫ي‬


D. Pembagian Konsonan Menurut Pengartikulasiannya
Dasar yang menjadi pertimbangan dalam pembagian ini
adalah tingkat hambatan yang terjadi terhadap arus udara,
hambatan total, atau hambatan parsial dan distorsi yang terjadi
terhadap jalan keluar udara sebagai akibat kuatnya hambatan
yang terjadi terhadap arus udara, sehingga udara terpaksa
mencari jalan keluar melalui rongga hidung atau melalui celah-
celah di pinggir mulut.
Dalam sudut pandang ini konsonan bahasa Arab di bagi
menjadi tiga macam. Rinciannya adalah sebagai berikut :

36 | P a g e
1) Konsonan letupan ( ‫) األصوات االنفجارية‬
Konsonan letupan adalah bunyi yang ketika diartikalusikan
mendapat hambatan kuat dari organ bicara dan tidak
terdapat jalan keluar udara, baik dari hidung atau dari
samping kiri dan kanan mulut sehingga udara terkepung
dibelakang organ bicara tersebut. Kemudian organ bicara
tersebut membuka jalan udara dengan cepat, yang
mengakibatkan terdengarnya bunyi seperti letupan.
Konsonan yang terjadi dengan cara inilah yang disebut
dengan bunyi letupan. Yang termasuk konsonan ini dalam
bahasa Arab .‫غ‬-‫ق‬-‫ك‬-‫ﺩ‬-‫ﻁ‬-‫ﺕ‬-‫ﺏ‬.
2) Konsonan Geseran ( ‫) األصوات االحتكاكية‬
Konsonan geseran adalah bunyi yang ketika diartikulasikan
organ bicara tidak merapat kuat, tetapi memberikan
peluang untuk udara agar dapat lewat dengan leluasa di
areal itu, walaupun harus mengakibatkan terjadinya
semacam getaran. Konsonan dengan kondisi seperti
inilah yang di sebut dengan konsonan geseran. Adapun
yang termasuk dalam konsonan geseran dalam bahasa
Arab adalah ‫ه‬-‫ع‬-‫ح‬-‫غ‬-‫خ‬-‫ز‬-‫ش‬-‫ص‬-‫ظ‬-‫ذ‬-‫ث‬-‫ف‬
3) Konsonan Gabungan ( ‫) األصوات املركبة‬
Konsonan gabungan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan udarayang datang dari paru-paru mendapat
hambatan kuat dari organ bicara, tetapi ketika organ bicara
tersebut memberikan kesempatan untuk lewatnya udara,
hal tersebut tidak terjadi secara cepat sehingga tidak terjadi
semacam letupan. Konsonan letupan dalam bahasa Arab

37 | P a g e
adalah ‫ج‬.
E. Pembagian Konsonan Menurut Posisi Pita Suara
Dalam sudut pandang ini, konsonan terbagi menjadi dua
bagian. Berikut adalah penjelasannya.
1. Konsonan Bersuara ( ‫) األصوات املهجورة‬
Konsonan bersuara adalah bunyi yang terjadi ketika udara
yang datang dari paru-paru disambut oleh dua pita suara
yang dengan kondisi bersentuhan (tidak merapat) sehingga
udara tetap saja bisa keluar masuk di antara kedua pita suara
tersebut, tetapi dengan mengakibatkan terjadinya gesekan
yang teratur antara dua pita suara tersebut. Konsonan
bersuara dalam bahasa Arab adalah -‫و‬-‫يب‬-‫خ‬-‫ر‬-‫ل‬-‫ز‬-‫ض‬-‫د‬-‫ن‬-‫م‬.
2. Konsonan Tidak Bersuara ) ‫) األصوات املهموسة‬
Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang terjadi
dengan tidak ada hambatan terhadap udara yang datang
dari paru-paru, karena kedua pita suara menyambutnya
dengan kondisi berjauhan sehingga udara dengan leluasa
keluar masuk tanpa mengakibatkan adanya pergesekan
antara dua pita suara tersebut. Konsonan Bahasa Arab
tidak bersuara adalah ‫ء‬-‫ه‬-‫ح‬-‫ق‬-‫خ‬-‫ك‬-‫ﺵ‬-‫ﺹ‬-‫ﻁس‬-‫ﺕ‬-‫ﺙ‬-‫ﻑ‬
F. Pembagian Konsonan Menurut asaumber Arus Udara
Dalam sudut pandang ini, konsonan dapat di bagi menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Konsonan dengan arus udara egresif (eksplosif).
Konsonan arus udara egresif adalah konsonan yang
dalam pembentukannya menggunakan arus udara

38 | P a g e
pernapasan yang datang dari paru-paru, kemudian
melewati saluran udara seperti kerongkongan, lokasi
pita suara, tenggorokan, rongga mulut dan rongga
hidung.
2. Konsonan dengan arus udara ingresif (implosif).
Konsonan arus udara ingresif adalah konsonan yang
dalam pembentukannya menggunakan arus udara yang
datang dari luar, kemudian dibentuk di tempat saluran
udara. Konsonan jenis ini misalnya .‫ﻅ‬-‫ﻁ‬-‫ض‬-‫ ﺹ‬.

39 | P a g e
TEMA VI

KONSEP BUNYI VOKAL

A. PENGERTIAN BUNYI VOKAL


Dalam bahasa Inggris vokal disebut dengan vowels.
Begitu juga didalam bahasa Arab bunyi vokal terdapat
berbagai macam istilah. Salah satunya : ‫ أصوات‬,‫املصوتت‬
‫الصوائت‬,. Selain kata istilah tersebut ada juga yang lebih
popular yaitu kata Al-Harakat. Disebabkan karena banyaknya
ulama ashwat yang menggunakan istilah tersebut. Disebut Al-
Harakat karena sebagaimana dikutip oleh kalam basyar
menurut pendapan Ibnu Jini, yaitu karena bunyi vokal dapat
menjadikan huruf dapat bergerak (dilafalkan).
Pengertian bunyi vokal sendiri sebagaimana yang di
kemukakan oleh ( Muhammad 1998 M : 91 ) yaitu bunyi-
bunyi jelas, yang ketika dilafalkan udara keluar secara terus
menerus darihulu kerongkongan dan mulut tanpa adanya
hambatan pada alat ucapyang memasuki hulu kerongkongan
dan mulut tersebut, yang dapatmenyebabkan terhalang
keluarnya udara atau menyebabkan gesekan ketika didengar.
Didalam bahasa Arab terdapat tiga bunyi vokal pokok,
yaitu fathah, kasroh, dan dhommah. Penamaan ketiga bunyi
vokal tersebut dikemukakan oleh pelopor ahli bunyi dalam
bahsa arab yang jenius yaitu, Abu Aswad Ad-Duwali.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Abu Aswad,
vokal fathah karena terbukanya dua mulut, kasrah karena

40 | P a g e
mulut melebar dan terbukanya lebar mulut, dan dhommah
karena terhimpunnya mulut.
Untuk bunyi vokal ini diberikan kode atau tanda yang
simple yaitu (ُُِ ُ) tanda ini merupakan inovasi dari seorang
jenius yaitu Syekh Kholil bin ahmad Al-farohidi, ia
berpendapat bahwa sesungguhnya bunyi vokal yang pendek
pada hakikatnya merupakan sebagian huruf mad (vokal
panjang) dari segi pelafalannya. Maka berdasarkan hal ini,
tanda atau ciri untuk vokal pendek adalah (ُُِ ُ) akan tetapi
perlu diperhatikan, bahwasanya tanda ini diambil dari huruf
mad jadi hanya bertidak sebagai tanda , kode, yang tertulis
saja, bukan dzat atau bentuk vokal itu sendiri. Bunyi vokal
berdeda dengan tanda atau ciri vokal itu sendiri, adapun vokal
yaitu fathah, dhomah, dan kasrah, kalau tanda atau ciri vokal
yaitu (ُُِ ُ). Harakat panjang untuk ketiga bunyi vokal
tersebut adalah: fathah panjang(Al-Alif Al-madd), kasrah
panjang( Al-Ya Al-Madd), dan untuk dhommah panjang(Al-
Waw Al-Madd).
B. MACAM-MACAM BUNYI VOKAL DALAM BAHASA
ARAB

Bunyi vokal dalam bahasa Arab ada 6, yaitu :


1. Fathah pendek / /Seperti ‫لن‬
2. Kasrah pendek /ِ /Sepertiِ ‫قف‬
3. Dhomah pendek/ُ / Seperti ‫قم‬
4. Fathah panjang//‫ا‬seperti‫صاد‬
5. Kasrah Panjang/ِ/ ‫ي‬seperti‫ميم‬
ِ

41 | P a g e
6. Dhomah panjang//‫و‬Seperti‫نون‬
Dari seluruh vokal di atas semuanya memiliki sifat-sifat
tersendiri, mungkin ada yang bersifat tebal, tipis, ataupun
sedang. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasanya
vokal dilihat dari segi sifatnya ada 18 bunyi. Bunyi vokal
menjadi tipis jika di ikuti bunyi- bunyi yang bersifat menjadi
tersebut vokal dan( ‫ ه‬,‫ ح‬,‫ ش‬,‫ س‬,‫ ث‬,‫ ف‬,‫ ع‬,‫ ز‬,‫ ذ‬,‫ء‬, ‫ت‬, ‫د‬, ‫ب‬, ) tipis
tebal jika di ikuti oleh bunyi-bunyi yang bersifat tebal ( , ,‫ ط‬,‫ظ‬
‫ ص‬,‫ )ض‬dan vokal tersebut bisa menjadi sedang jika diikuti
oleh huruf ( ‫ ق‬,‫ غ‬,‫) خ‬.

Berikut ini penjelasan vokal beserta contohnya dalam sebuah


kalimat :
1. Fathah pendek tipis, seperti ‫يرك‬
2. Fathah pendek tebal, seperti ‫صبر‬
3. Fathah pendek sedang, seperti ‫قعد‬
4. Kasrah pendek tipis, seperti ‫ِبركة‬
5. Kasroh pendek yang tebal, seperti ‫صحة‬
6. Kasroh pendek yang sedang, seperti : ‫قبلة‬
7. Domah pendek yang tipis, seperti‫يرك‬
8. Domah pendek yang tebal, seperti‫ظلم‬
9. Domah pendek yang sedang, seperti‫قتل‬
10. Fathah panjang yang tipis, seperti‫يارك‬
11. Fathah panjang yang tebal, seperti‫صافح‬
12. Fathah panjang yang sedang, seperti‫قاتل‬
13. Kasroh panjang yang tipis, seperti‫دين‬
14. Kasroh panjang yang tebal, seperti‫طني‬

42 | P a g e
15. Kasroh panjang yang sedang, seperti‫غيبة‬
16. Domah panjang yang tipis, seperti ‫مقتول‬
17. Domah panjang yang tebal, seperti‫مغضوب‬
18. Domah panjang yang sedang, seperti‫ماخوذ‬
C. BUNYI VOKAL DIFTONG
Diftong adalah dua vokal yang bersatu sebagai satu bunyi
bahasa. Kedua vokal tersebut hanya memiliki satu puncak
kenyaringan dan dilafalkan dengan satu embusan napas. Huruf
diftong dalam bahasa Indonesia hanya ada ketika huruf vokal
bertemu dengan huruf vokal lainnya. Huruf diftong sering
juga disebut vokal rangkap. Hanya ada empat bentuk huruf
diftong, yakni au, ai, oi, ei. Seluruh ulama ahli ashwat
bersepakat bahwa dalam bahasa arab terdapat bunyi diftong,
seperti contoh dalam lafadz ‫( بون –لون –موت‬aw), juga dalam
lafadz ‫ بيت –ميل‬-‫ ( ليت‬ay).Akan tetapi ada juga sebagian ulama
ahli aswat berpendapat dan pendapat mereka jelas, kuat, dan
lebih utama. Bahwa dalam bahasa Arab tidak terdapat bunyi
diftong. Hal itu dikarenakan vokal diftong adalah satu
kesatuan yang terdiri dari dua harakat. Dalam kalimat tadi
bukanlah satu kesatuan, akan tetapi dua vokal. Yang pertama
berharakat dan yang kedua sukun. ( fathah + wawu dalam
lafadz( mautun, launun, baunun), dan fathah ditambah ya
dalam lafadz( mailun, laitun, baitun). Terkadang huruf waw
dan ya’ bisa berharakat dan bisa huruf mati. Para ulama ashwat
menyebutnya dengan semi vocal.
Selain itu, bisa jadi huruf waw dan ya’ menjadi huruf
konsonan jika:

43 | P a g e
1. Jika wawu dan ya terletak di awal kalimat ( ‫وجد‬- ‫)ي ِجد‬
2. Jika wawu dan ya tersebut di ikuti oleh hakat
apapun –(‫حِ وار‬- ‫ ) زا ِوية‬,(‫تعاون‬- ‫)قيام‬
3. Jika wawu dan ya tersebut mati setelah fathah (– ‫بيت‬
‫) موت‬.
D. FUNGSI VOKAL DALAM SEBUAH BAHASA
(LINGUISTIK)
Vokal mempunyai fungsi sebagai perubah makna kalimat
atau perbedaan suara yang mengakibatkan pebedaan pada
makna, seperti yang akan dijelaskan berikut:
1. “‫” حلم‬dengan mendomahkan ha’ tersebut akan berbeda
maknanya ketika ha’ nya dikasrahkan. Serta lafadz “ ‫حمل‬
”dengan memfathahkan mimnya akan berbda ketika mim
nya dikasrah.
2. Lafadz “ ‫” بر‬dengan megkasrahkan ba’ nya akan berbeda
maknanyaketika ba’ nya difathahkan atau didomahkan.
3. Lafadz “ ‫” مطر‬dengan memfathah pendekkan tha’ nya
akan berbedamaknanya ketika tha’ nya difathah
panjangkan. Sama berbedanyadenga lafadz “ ‫” قتل‬dengan
memfathah pendekkan qof dengan memfathah
panjangkan qof trsebut.
4. Lafadz “ ‫” قال‬dengan memfathah panjangkan qof nya akan
berbeda maknanya ketika qof nya dikasrah panjang.
Maka dari itu vokal merupakan bagian fonem yang
menjadi satuan terkecil dalam linguistik yang tidak memiliki
makna akan tetapi mampu merubah makna atau menjadi
pembeda makna dalam sebuah kalimat. Dapat kita

44 | P a g e
perhatikan dalam contoh pertama, bahwasannya dommah
dalam lafadz “ ‫ “حلم‬dan kasrah dalam lafaz “ ‫ “حلم‬keduanya
memiliki makkna yang berbeda. Sama halnya dengan
fathah dalam lafadz “‫ “ حمل‬dan kasrah dalam lafadz “ ‫حمل‬
“ keduanya mempunyai makna yang berbeda. Maka dalam
hal ini, kita harus hati-hati bahwasannya vokal yang
berperan diwilayah fonem terdapat 6 dasar bunyi (fathah
pendek, fathah panjang, kasrah pendek, kasrah panjang,
domah pendek, dan domah panjang).
Begitu juga perlu diperhatikan bahwasanya bunyi
vokal dalam konteks nahwu ( gramer) yang baku, itu
mengeluarkan fungsi fonem untuk melangsungkannya fungsi
dari morfin. Jika vokal berfonem tidak membawa dan
merubah makna, itu dikarenakan adanya morfhin yang
membawanya pada makna yang telah lain yang telah
ditentukan. Seperti dalam kata kerja (fiil) berikut ini () ‫كتبت‬
‫كتبت‬, ‫ت‬
ِ ‫كتب‬, maka makna dari kata tersebut berbeda secara
grammer karena perbedaanya harkat yang terkandungnya
sehingga membawanya pada makna lain yang berbeda.
Adapun dhomah menunjukan pada(‫ )المتكلم المفرد المذكر‬, dan
menunjukan pada (‫) المخطب المفرد المذكر‬, dan kasrah
menunjukkan pada(‫)المفرد المؤنث المخطب‬

45 | P a g e
TEMA VII

KONSEP SUKU KATA


A. Pengertian Suku Kata
Suku kata adalah satu kata yang utuh yang menjadi
komponen terkecil dalam penyusunan kata, suku kata
bukanlah komponen terkecil dalam suatu Bahasa karna suatu
bahasa itu tersusun minimal dari dua suku kata atau lebih.
Suku kata adalah satu unit bunyi yang terdapat dalam semua
kata yang terucap. Kata di bagi menjadi dua bagian dalam
pembahasan ini:
1. Kata yang hanya tersusun dari satu suku kata saja yang di
sebut dengan monosyllabic, contohnya seperti ,‫ ل ْم‬,‫ م ْن‬,‫من‬
ْ
2. Kata yang tersusun dari beberapa suku kata yang di sebut
dengan polysyllabic, contohnya seperti: }‫ س‬+‫ ل‬+‫جلس {ج‬
Konsep suku kata ialah di dasarkan atas jelasnya dua
bunyi yang muncul ketika melafalkan bunyi suatu Bahasa, dua
bunyi tersebut ialah seperti yang di kemukakan oleh “ (
muslih, 2011 M :73: ) ”
1. Ketika melafalkan suatu bunyi yang halus dalam sebuah
kata, disana terdapat bunyi-bunyi tertentu yang terlihat
jelas yang menghasilkan puncak kenyaringan bunyi, orang
yang melafalkan terhadap bunyi yang menghasilkan
puncak kenyaringan maka merasakan debaran dalam dada.
2. Maka dari itu ketika udara dari paru paru terdorong, maka
udara tersebut akan menemukan jalan keluar. Maka dari

46 | P a g e
peristiwa itu munculah puncak kenyaringan yang di ikuti
debaran dada.
3. Ketika melafalkan suku kata dalam sebuah kata di sana
dapat di ketahui dalam keadaan waqaf yang memisahkan
antara satu suku kata dengan suku kata yang lain. Maka dari
itu di berilah tanda ( + ) sebagai pemisah antara suku kata
dalam sebuah kata.
4. Pada setiap suku kata harus terdapat minimal satu bunyi
vocal yaitu vocal pendek atau vocal panjang dan harus
terdapat satu bunyi konsonan atau lebih yang mendahului
bunyi vocal itu atau yang menghimpit huruf vocal itu.
Huruf vocal merupakan inti dari suku kata, dalam setiap
suku kata hanya terdapat:
a) Bunyi vocal saja, baik vocal pendek {fathah, dhomah,
dan kasrah} maupun vocal panjang { alif mad, wau
mad, dan ya mad}
b) Bunyi konsonan tercantum dalam suku kata tetapi
bukan sebagai inti yaitu tidak tetap, dia hanya sebagai
pembatas yang letaknya sebelum dan sesudah inti suku
kata, terkadang sebelum inti suku kata saja. Bunyi
konsonan yang letaknya sebelum inti suku kata di
sebut onset, dan bunyi konsonan yang terletak setelah
inti suku kata di sebut coda.
Dalam Bahasa jumlah coda atau jumlah onset itu berbeda-
beda, bervariasi yang mencangkup antara 0-3. Dalam Bahasa
dan hampir semua Bahasa suku kata itu tersusun hanya satu

47 | P a g e
vocal saja baik vocal pendek atau vocal panjang dan setiap
bunyi vocal itu di dahului oleh bunyi konsonan.
B. Macam-Macam Suku Kata
1. Suku kata berdasarkan bunyi di bagi menjadi dua macam
yaitu:
a. Suku kata terbuka yaitu suku kata yang berakhir pada
bunyi vocal pendek dan vocal panjang. Contoh dari
suku kata terbuka pendek yaitu ( ‫ ) درس‬dan suku kata
terbuka panjang contohnya adalah ( ‫ ما‬,‫ في‬,‫) ال‬,
b. Suku kata tertutup yaitu suku kata yang berakhir pada
satu bunyi konsonan atau lebih. Contoh suku kata
tertutup yang berakhir pada satu bunyi konsonan
yaitu ( ‫ لم‬,‫ من‬,‫ ) من‬dan contoh yang berakhir pada dua
bunyi konsonan atau lebih yaitu ( ‫ أنت‬,‫ ) قلب‬ketika
waqaf.
2. Suku kata berdasarkan segi panjangnya di bagi menjadi
dua yaitu:
a. Suku kata pendek yaitu suku kata yang berakhir pada
bunyi vocal pendek contohnya yaitu ( ‫د ر س‬ )
semuanya adalah suku kata pendek yang wajib
terbuka.
b. Suku kata panjang adalah suku kata yang berakhir
pada bunyi vocal panjang contohnya adalah seperti
dalam lafadz ‫ في‬atau dalam konsonan ‫كن‬
3. Suku kata berdasarkan gelombang nadanya di bagi
menjadi dua bagian:

48 | P a g e
a. Suku kata bergelombang , adalah suku kata yang
apabila bertemu dengan nada utama dalam sebuah
kata. Suku kata ini terlihat lebih jelas dan lebih tegas
di bandingkan bagian lain dari dalam kata itu. Suku
kata yang bergelombang dalam satu kata, ini hanya
lafadz ‫ استغفر‬yang mana dalam lafadz itu pada suku
kata ke dua adalah satu suku kata bergelombang.
b. Suku kata tidak bergelombang yaitu suku kata yang
mana nadanya itu tidak bergelombang
C. Tanda-Tanda Suku Kata
Tanda-tanda suku kata secara rinci adalah sebagai
berikut:
1. satu bunyi konsonan ( C ) contohnya adalah ‫ص‬
2. dua bunyi konsonan ( CC ) contohnya adalah ‫ص ص‬
3. satu vocal pendek ( V ) contohnya adalah ‫ح‬
4. dua vocal alif mad, ya mad, waw mad contohnya
adalah ‫ح ح‬
D. Karakteristik Suku Kata dalam Bahasa Arab
Karakterisitik dalam suku kata bahasa arab di
kelompokan berdasarkan karakteristik umumnya yaitu:
1. Suku kata dalam Bahasa terbentuk minimal dari dua
bunyi, yaitu konsonan dan vocal contohnya ‫ص ح‬, dan
maksimal tersusun dari 5 bunyi yaitu: konsonan,
vocal, vocal, konsonan, konsonan contohnya ‫ص ح ح‬
‫ص ص‬.
2. Suku kata dalam Bahasa arab selalu terdapat bunyi
vocal.

49 | P a g e
3. Suku kata dalam bhaasa arab selalu di awali oleh
bunyi konsonan dan di ikuti oleh bunyi vocal.
4. Suku kata dalam Bahasa arab tidak di awali oleh
bunyi vocal
5. Suku kata dalam Bahasa arab tidak di awali oleh dua
bunyi konsonan secara berurutan karna dalam Bahasa
arab terdapat hamzah wasal dalam permulaan kata
perintah ( fiil amar ) seperti contohnya dalam lafadz
( ‫ ) إجلس‬pengganti dari lafadz ( ‫) جلس‬
6. Suku kata dalam Bahasa arab tidak di akhiri dengan
dua bunyi konsonan kecuali dalam keadaan waqaf.
7. Suku kata dalam Bahasa arab terkadang tersusun dari
dua bunyi konsonan secara berurutan.
E. Pola-Pola Suku Kata Dalam Bahasa Arab
Menurut karakterisrik umum yang telah di bahas, para
peneliti dan pengajar bunyi Bahasa bersepakat bahwa suku
kata dalam Bahasa arab mempunyai 6 pola atau bentuk.
Berikut ini konsep pengklasifikasian suku kata yang di
tuturkan oleh Kamal Basyar (200 : 510) pendapat beliau
adalah pendapat paling simple dan paling jelas.
Pengkasifikasiannya adalah sebagai berikut :
1. Suku kata pendek mempunyai 1 pola :
Konsonan, vocal ( CV \‫ ) ص ح‬contohnya ialah;
a) Tiga suku kata dalam lafadz : ‫ ( ت َ ْكت ُُب‬Tak + Tu + Bu )
b) Suku kata pertama dank e dua dalam lafadz : َ‫ ( َكتَبْت‬Ka +
Tab + Ta )
2. Suku kata sedang mempunyai 2 pola :

50 | P a g e
Konsonan, vocal, vocal ( CVV \‫ ) ص ح ح‬contohnya ialah :
a) suku kata pertama dalam lafadz ‫ ( َقاب َل‬qaa + ba + la )
b) suku kata ke dua laam lafadz ‫ ( يُ َقاب ُل‬yu + qaa + bi + lu )
3. Suku kata panjang memiliki 3 pola :
Konsonan, vocal, vocal, konsonan ( CVVC \ ‫) ص ح ح ص‬
contohnya ialah :
a) suku kata pertama dalam lafadz ‫ ( ضَاليْن‬daal + liinn )
َ ُ‫ ( ي‬yu + daar + ra )
b) suku kata ke dua dalam lafadz ‫ضار‬
c) suku kata terakhir dalam lafadz ‫ ( حميم‬ha + miim ) dalam
keadaan waqof atau mengabaikan I’rab.

51 | P a g e
TEMA VIII

KONSEP TEKANAN (NIBRO)


A. Pengertian Tekanan
Tekanan (nabr) atau dalam bahasa Inggris disebut stress
adalah aktivitas seluruh organ bunyi pada waktu yang
bersamaan.Pada saat pengucapan suku kata yang diberi
tekanan, gerakan dua pita suara (vocal cords) saling mendekat
satu sama lain untuk meminimalisir kadar udara yang keluar
sehingga frekuensi getaranpun bertambah. Efeknya, bunyi
yang dihasilkan menjadi kuat dan jelas di pendengaran. Situasi
ini terjadi pada saat pengucapan buny-bunyi bersuara
(majhur). Sedangkan pada bunyi-bunyi tak bersuara
(mahmus), yang terjadi adalah kebalikannya, yakni kedua pita
suara saling menjauh lebih daripada saat produksi bunyi tak
bersuara yang tidak ditekan.Karenanya kadar udara yang
dikeluarkan relatif lebih besar.7
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya
bunyi.Suatu bunyi yang diucapkan dengan arus udara yang
kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti
dibarengi dengan tekanan keras.Sebaliknya, sebuah bunyi
yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan
lunak.Berbeda dengan nada, tekanan dalam bahasa Indonesia
berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat

7
Kholisin dan Yusuf Hanafi, Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab, (Malang,
JSA FS UM, 2005), hlm. 68

52 | P a g e
(sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam
tataran kata (leksis). Dalam tataran kalimat tidak semua kata
mendapatkan yang sama. Hanya kata-kata yang dianggap
penting saja yang mendapatkan tekanan (aksen).8
Menurut Kamal Basyar tekanan itu adalah pelafalan satu
suku kata pada sebuah kalimat dengan pelafalan yang paling
jelas dan yang paling nyata atau tampak rasionya.Menurut
Tamam Hasan bahwasanya tekanan itu adalah jelasnya
pelafalan suatu bunyi atau suku kata dibandingkan suku kata
yang lain dalam sebuah ucapan.Menurut Manaf Mahdi
Muhammad tekanan itu adalah pelafalan satu suku kata yang
ditentukan dengan kekuatan pelafalan yang lebih besar
dibandingkan suku kata yang lain dalam sebuah kata atau
kalimat.Menurut Kamal Ibrahim bahwasanya tekanan itu
adalah proporsi kekuatan yang diberikan untuk melafalkan
satu suku kata agar bisa didengar lebih jelas dibandingkan
suku kata yang lain. Menurut Muhammad ali al-huli tekanan
adalah proporsi kekuatan pelafalan yang diberikan pada bunyi
konsonan dalam satu suku kata sebuah kalimat atau jumlah.
Jadi suku kata yang ditekan itu memerlukan tekanan pelafalan
yang lebih dibandingkan suku kata yang tidak ditekan.
Berdasarkan pengertian di atas terdapat beberapa
perbedaan bentuk tekanan yang akan dijelaskan dalam poin-
poin berikut ini :

8
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 120-
121

53 | P a g e
1. Tekanan itu terilustrasi dalam jelasnya pelafalan atau
jelasnya tekanan dalam satu suku kata sebuah kata.
2. Tekanan itu terdapat dalam bunyi vocal bukan dalam
bunyi konsonan.
3. Proporsi tekanan tidaklah mutlak, jika suku kata
pertama (‫ )ك‬dalam kata ‫ كتب‬itu merupakan suku kata
yang ditekan dan dilafalkan dengan kekuatan yang
paling besar dan paling jelas karna sesungguhnya (‫)ك‬
tersebut jika dibarengi dengan suku kata (‫)ب‬,(‫)ت‬
yakni bahwasanya suku kata (‫ )ك‬yang ditekan itu
lebih jelas terdengarnya dan lebih kuat pelafalannya
dibandingkan dua suku kata yang lainnya ( ‫ت‬,‫) ب‬
ketika pelafalan nya.
4. Tekanan itu terjadi dalam pelafalan sebuah suku kata
dengan mengerahkan tekanan yang lebih dari
pembicara.
B. Tingkatan Tekanan
Dalam pelafalan setiap suku kata terdapat tingkatan
tekanan yang berbeda-beda yang tampak jelas dari segi
kuatnya pelafalan suku kata tersebut.Ahli linguistik membagi
tingkatan tekanan menjadi 4 tingkatan dilihat dari segi kuatnya
pelafalan sebuah bunyi :
1. Tekanan Pokok
2. Tekanan Sekunder.
3. Tekanan Sedang.
4. Tekanan Lemah.

54 | P a g e
Sebagian ahli linguistik mempunyai pengklasifikasian
yang lain, mereka menganggap cukup dengan 3 tingkatan
tekanan saja, yaitu :
1. Tekanan pokok
2. Tekanan sekunder
3. Tekanan lemah
Akan tetapi ahli linguistik yang lainnya juga berpendapat
bahwa pembagian ini juga sulit dalam hal pembedaan dan
praktiknya terutama pada tingkatan tekanan sekunder,
sehingga mereka membaginya menjadi 2 tingkatan saja yaitu
:
1. Tekanan pokok
2. Tekanan lemah
Pengklasifikasian ini merupakan pengklasifikasian
tekanan yang paling ringkas, hanya saja analisis tekanan nya
terfokus pada tekanan pokok dan mengabaikan pada tekanan
selain tekanan pokok.
C. Macam-Macam Tekanan Dan Fungsinya
Tekanan terbagi menjadi 2 yaitu Tekanan Dalam Kata dan
Tekanan Dalam Kalimat. Adapun tekanan dalam kata terdapat
pada satuan setiap kata.Misalkan potongan kata pertama (‫)غ‬
pada kalimat (‫)غفر‬.Adapun tekanan dalam kalimat berada pada
kata yang terdapat pada kalimat tersebut.Misalkan pada kata
(‫ )ما‬yang terdapat pada kalimat nafi (‫ )ما‬dalam kalimat (‫محمد‬
‫)ما تأخر‬.
Sedangkan fungsi dari tekanan adalah untuk membedakan
antara pembagian tanda kalimat. Dan tekanan dengan sifat

55 | P a g e
fonem terdapat pada kata yang mengikuti konteks bahasa yang
dinyatakan didalam nya.
Tekanan yang terdapat pada jumlah pertama lafaz ‫ما‬
menjadi ( ‫ ) ما نافية‬dan bermakna ‫( الهذا يطيب لكم‬ini tidak
bermanfaat bagi kalian) dan tekanan yang kedua terdapat pada
kalimat ‫ طاب‬yang menjadi ( ‫ ) ما موصولة‬dan bermakna ‫يطيب لكم‬
‫هذا‬ (ini bermanfaat bagi kalian). Perbedaan arti dari kedua
jumlah itu karena berbedannya pengucapan tekanan pada
kalimat tersebut.
D. Kaidah-Kaidah Tekanan Dalam Bahasa Arab
Mengenai kaidah-kaidah tekanan dalam bahasa Arab,
terdapat perbedaan pendapat antara ulama dan pembaharu dan
bisa jadi ini dikembalikan pada kejelasan tekanan. Berikut
adalah pembagian-pembagian kaidah tekanan :
1. Kaidah-kaidah tekanan pada tingkatan kata
a. Apabila ada kata dari satu suku kata, menempatkan
tekanan pada suku katanya yang satu dengan
penetapan pada intinya yaitu vokal, seperti : ‫ عن‬, ‫ من‬,
‫ لم‬, ‫ لن‬, ‫ ال‬, ‫ ما‬, ‫في‬
b. Apabila ada kata dari suku kata yang pendek,
menempatkan tekanan pada suku katanya yang awal,
seperti: ‫ س‬+ ‫ ل‬+ ‫)جلس( ج‬
c. Apabila ada kata dari suku kata yang panjang,
menempatkan tekanan pada suku kata akhirnya,
seperti: ‫ موس‬+ ‫)جاموس( جا‬

56 | P a g e
d. Apabila ada kata dari suku kata campuran ( pendek
dan panjang), menempatkan tekanan pada suku kata
panjang yang lain, seperti: ‫ ن‬+ ‫ ما‬+ ‫ئ‬+‫( صائمان ( صا‬
e. Apabila ada kata dari wazan “ ‫“ انفعل او افتعل‬
menempatkan tekanan pada fa’ fiil nya, seperti: ‫ ل‬+
‫م‬+ ‫ ت‬+ ‫) اشتمل ( اش‬
f. Apabila pemberhentian kata dengan dhomir nashab
muttashil, tekanannya terdapat pada suku kata
sebelum akhir apabila panjang. Adapun bila pendek
maka menempatkan tekanan pada suku kata ketiga
dari berhentinya kata, seperti: ‫ ها‬+ ‫ بت‬+ ‫ ك‬+ ‫ ت‬+‫( ار‬
‫( ارتكبتها‬
2. Kaidah- kaidah tekanan pada tingkatan kalimat
a. Tekanan terdapat pada kalimat–kalimat istifham, dan
nafi, nahi, dan syarat. Seperti: ‫هل كتبت رسالة ؟‬
b. Tekanan terdapat pada kata yang menyempurnakan
tambahan , seperti : ‫ فحسب‬, ‫ فقط‬, ‫ البتة‬seperti contoh
ini: ‫ليس هذا فحسب‬
c. Tekanan terletak pada kata-kata tuntutan, kata kerja
atau kata benda seperti : ‫اتّق هللا‬
d. Tekanan terletak pada mubtada atau khobar yang
menurut konteks bahasa menerima kalimat di
dalamnya, seperti : ‫محمد في البيت‬ tekanan terdapat
pada mubtada apabila kalimat ini positif menjawab
pertanyaan )siapa di dalam rumah ?) ‫محمد في البيت‬
tekanan terdapat pada khobar apabila kalimat positif
ini menjawab pertanyaan )Dimana Muhamad ?(

57 | P a g e
e. Tekanan terletak pada kata atau kalimat yang
menguatkan maknanya, seperti pada kalimat dibawah
ini : ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada
kata awal ( ‫ ) اشترى‬Untuk menguatkan fiil ‫ اشترى‬bukan
fiil ‫)البيع أواالستعارة‬. ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan
terdapat pada kata kedua ( ‫ )محمد‬Untuk menguatkan
bahwa ‫ محمد‬itu fail, bukan ‫ أحمد‬maupun ‫محمود‬dan
bukan yang lainnya. ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan
terdapat pada kata ketiga (‫ )كتب‬Untuk menguatkan
bahwa ‫ الكتاب‬itu yang dibelinya bukan ‫مجلة‬. ‫اشترى محمد‬
‫( كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata keempat
(‫ )اللغة‬Untuk menguatkan bahwa ‫ انتساب الكتب اللغة‬yang
dibelinya adalah ‫ كتب اللغة‬bukan ‫ كتب التاريخ‬atau ‫كتب الفقه‬
atau yang lainnya. ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan
terdapat pada kata kelima (‫ )أمس‬Untuk menguatkan
bahwa membelinya itu ‫ أمس‬bukan ‫ قبل يومين‬atau yang
lainnya.
Pada bagian ini kita akan memfokuskan pembahasan
terkait kaidah tekanan pada tekanan yang paling kuat atau
tekanan pertama. Tidak ada hubungan antara ukuran suku kata
dengan ukuran sharaf dan tidak ada hubungan juga antara
tekanan dengan ukuran sharaf. Tekanan disusun berdasarkan
ukuran suku kata. Maka wajib dalam pembelajaran tekanan
untuk meletakkan ukuran-ukuran suku kata bukan pada
tatanan sharaf. Setiap kata –yang terpenting terdiri atas suku-

58 | P a g e
kata- memiliki satu tekanan pertama saja. Berikut ini adalah
kaidah-kaidah tekanan dalam bahasa Arab.9
1. Kata-kata pada suku kata yang pertama
Suku kata pertama yang menunjukkan suara diam
termasuk pada tekanan kuat.
2. Kata-kata pada suku kata yang kedua
Suku kata yang kedua dikatakan memiliki tekanan apabila
termasuk dari jenis yang panjang atau salah satu
serangkai.
3. Suku kata yang ketiga
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk
jenis panjang dan serangkaian.
4. Suku kata yang keempat
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk
pada jenis panjang.

Adapun Kholisin menjelaskan bahwa tekanan dalam bahasa


Arab memiliki empat posisi. Yang paling populer adalah suku
kata sebelum suku kata terakhir. Ringkasannya sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui posisi tekanan dalam kosakata Arab,
pertama kali dengan melihat suku kata terakhir. Jika
sebuah kata itu tersusun dari empat atau lima suku kata,
maka tekanan berada pada suku kata terakhir itu.

9
‫ ص‬.،‫المرجع السابق‬. 24 .

59 | P a g e
2. Jika tersusun dari dua atau tiga suku kata, maka dengan
melihat suku kata sebelum suku kata terakhir. Di situlah
tekanan itu terletak.
3. Jika hanya tersusun dari satu suku kata, maka tekanan
terletak pada huruf pertama.
4. Tekanan tidak akan pernah berada pada suku kata
keempat dihitung dari akhir kata kecuali dalam satu
kasus, yakni ketiga suku kata sebelum terakhir itu sejenis.
Selain tekanan dalam kata, ada juga tekanan dalam
kalimat, dimana si penuntun memberikan stress pada salah
satu kata dalam kalimat yang diucapkannya dengan maksud
memberikan kesan khusus yang membedakannya dari kata-
kata lain dalam kalimat itu. Tujuannya sangat banyak,
diantaranya:
1. Penekanan perihal arti pentingnya atau isyarat akan
muatan khusus di dalamnya.
2. Pesan yang dikandung dalam kalimat terkadang berlainan
seiring dengan perbedaan kata yang memperoleh stress.
Tekanan dalam kalimat itu amat populer dalam banyak
bahasa di dunia ini. Nabr (stress) baik dalam kata maupun
kalimat ini tidak lain merupakan peninggian tingkat
kenyaringan bunyi. Kenyaringan dan ketinggian itu
tergantung kepada kadar tekanan udara yang dipompa
dari paru-paru. Ini semua sama sekali tidak memiliki
kaitan dengan nada bunyi atau intonasi.
E. Perpindahan Tekanan

60 | P a g e
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang membebaskan
penekanan dalam berbicara. Dimana ia tidak menekan pada
satu suku kata saja ketika menurunkan kata dari yang lain. Dan
tekanan berpindah mengikuti pada beberapa suku kata dalam
setiap kata. Seperti:
1. Tekanan terdapat pada suku kata awal (: ( ‫ ر‬+ ‫د ( درس ) د‬
‫س‬+
2. Tekanan terdapat suku kata akhir : ( ‫ روس‬+ ‫روس ( دروس ) د‬
3. Tekanan terdapat pada suku kata kedua ( + ‫مدرس ) م‬
ّ ( ‫در‬
‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫در‬
Begitu juga tekanan pada tingkatan kalimat yaitu tekanan
berpindah dalam satu kalimat dari kata yang satu ke kata yang
lain, tergantung pada makna yang ingin di kuatkan oleh
pembicara, seperti: ‫قرأ محمدكتابا‬menempatkan tekanan pada
kalimat awal ‫فعل‬menguatkan bahwasannya pembahasan dia
bacaan ‫قراءة‬dan bukan tulisan ‫ كتابة‬dan bukan perkataan ‫كالما‬
‫كتابا‬ ‫محمد‬ ‫قرأ‬menempatkan tekanan pada kata kedua
‫فاعل‬menguatkan bahwasanya ‫ محمد‬dia yang membaca dan
bukan ‫حمد أو محمود‬. ‫ قرأ محمد كتابا‬menempatkan tekanan pada
kata ketiga ‫ مفعول‬menguatkan bahwasannya yang sempurna
dibacanya dan bukan majalah dan bukan koran.10
F. Kesalahan Penerapan Pola Nabr Dan Tanghim Dalam
Percakapan Bahasa Arab Mahasiswa
Secara umum kesalahan penerapan Nabr dan Tanghim
pada kata atau kalimat belum sepenuhnya dapat merubah

10
Dr. Lina Marlina, M.Ag, Pengantar Ilmu Al Ashwat, Hal.124

61 | P a g e
makna. Adapun kesalahan penerapan pola nabr dan tanghim
dalam maharoh al kalam mahasiswa jurusan pendidikan
Bahasa Arab yang dapat menimbulkan perubahan makna
adalah sebagai berikut:

Kesalahan Nabr dan Tanghim Perubahan Makna


Dalam ungkapan ini terdapat tiga
kata; kata pertama satu maqtho’
mendapat tekanan, sedangkan kata
yang kedua mengalami
perpindahan tekanan disebabkan
karena maqtho terbuka yang tidak
boleh disukun, sehingga harus
meletakkan nabr pada maqtho
terbuka tersebut untuk
menyelamatkan makna yang
‫وعليْكم السَّالم‬ terkandung. Sedangkan untuk kata
yang ketiga jelas nabr terletak pada
akhir maqtho, karena terdiri dari
dua maqtho sedangkan maqtho’
terakhir dari jenis maqtho’ panjang.
Perubahan makna dari ungkapan
ini karena kesalahan dalam
penempatan nabr sangat berarti,
dari kata yang memiliki makna
yang khusus menjadi makna yang
luas karena kehilangan partikel al.

62 | P a g e
Makna salam dari Alloh berubah
menjadi salam dari siapapun.
Kata ini tidak memiliki perubahan
‫كيْف‬ makna, akan tetapi kehilangan ciri
dan karakter bahasa.
Kata ini tidak memiliki perubahan
‫ش ْك ًرا‬ makna, akan tetapi kehilangan ciri
dan karakter.
Kata ini tidak memiliki perubahan
‫ع ْف ًوا‬ makna, akan tetapi kehilangan ciri
dan karakter bahasa.
Kata ini tidak memiliki perubahan
‫ماذ ا‬ makna, akan tetapi kehilangan ciri
dan karakter bahasa.

63 | P a g e
TEMA IX

KONSEP NADA DAN INTONASI


A. Suprasegmental

Fonem adalah bunyi, fonem terbagi menjadi dua, yaitu:


segmental dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang
bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan
“Menyanyi”, maka nomina yang dibunyikan tersebut bisa
dibagi menjadi tiga suku kata: me-nya-nyi, atau dibagi
menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: m-e-n-y-a-n-y-i.
Sedangkan suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai
fonem tersebut yang bisa berupa tekanan suara (intonasi),
panjang-pendek dan getaran suara yang menunjukkan emosi
tertentu.11
Perbedaan antara segmental dan suprasegmental ialah
segmental dia hanya menghasilkan makna tekstual (sesuai
makna nomina yang diucapkan), sedangkan suprasegmental
mampu menghasilkan makna yang kontekstual (karena makna
tekstualnya sudah bercampur dengan keadaan dan kondisi si
pengucap yang itu diketahui lewat intonasi dan getaran-
getaran yang mengiringi fonem tertentu).

11
Wahyu Oktavia, “Penamaan Bunyi Segmental dan Suprasegmental Pada
Pedagang Keliling,” Jurnal Bahasa Lingua Scientia 10, no. 1 (2018): 1-
16, https://doi.org/10.21274/ls.2018.10.1.1-16.

64 | P a g e
Bunyi suprasegmental yaitu bunyi yang menyertai bunyi
segmental, dengan beberapa unsur yang menyertainya. Unsur-
unsur tersebut sebagai berikut:12
1. Tekanan (Stress)
2. Jangka/rentang waktu/durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme

B. Konsep Nada dan Intonasi

Terdapat dua istilah dalam ilmu ashwat yang berkaitan


erat dan harus dijadikan acuan ketika berkomunikasi. Kedua
istilah itu adalah nada dan intonasi. Intonasi ialah naik
turunnya lagu kalimat sedangkan nada ialah tekanan dalam
pengucapan kata.
Nada ialah tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu
kata. Tinggi rendahnya nada dapat membedakan bagian
kalimat yang satu dengan kalimat yang tidak penting.
Sedangkan intonasi ialah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi
berfungsi sebagai pembentukan makna kalimat.

12
Lina Marlina, Pengantar Ilmu Ashwat, Fajar Media Bandung, vol. 1,
2019, https://digilib.uinsgd.ac.id/30539/1/PENGANTAR ILMU
ASHWAT.pdf.

65 | P a g e
Menurut t Hart, Collier, dan Cohen, intonasi ialah
rangkaian variasi nada dalam tuturan yang disebabkan oleh
vibrasi pita suara. Batasan yang diberikan oleh t Hart, Collier,
dan Cohen diatas mengimplikasikan bahwa:
1. Intonasi dimanifestasikan dalam wujud nada. Oleh sebab
itu, unsur yang terpenting dalam sistem intonasi bahasa
adalah nada, lebih lengkapnya variasi nada.
2. Nada secara fisiologis dihasilkan melalui getaran pita
suara yang terletak di dalam laring organ alat ucap.
Getaran pita suara inilah yang menyebabkan pergeseran
pertikel udara yang kemudian menghasilkan bunyi.
3. Salah satu fungsi intonasi adalah sebagai penanda
kesantunan dan emotif. Contohnya, sikap ragu-ragu
seseorang dapat disignalkan oleh intonasinya.
4. Intonasi dapat memberi gambaran adanya kelas-kelas
sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu, sangat
mungkin pula identitas asal daerah teridentifikasi dari
intonasinya.
5. Intonasi merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan
karena intonasi merupakan salah satu pilar utama dalam
wacana lisan.
6. Pengetahuan tentang intonasi dapat membantu seseorang
yang sedang mempelajari suatu bahasa untuk dapat
berbicara mendekati karakteristik tuturan penutur asli
bahasa yang sedang dipelajari.

66 | P a g e
Perbedaan nada dan intonasi menurut beberapa ahli:
1. Tamam hasan, intonasi adalah tinggi rendahnya
suara ketika berbicara dan nada adalah suatu bagian
dari intonasi yang ada dalam kalimat, nada tersebut
digambarkan dengan naik, turun atau stabil.
2. Ahmad mukhtar umar, nada merupakan tingkatan
bunyi dalam satuan kata dan dinamakan dengan
nada kata. Adapun intonasi merupakan tingkatan
bunyi dalam satuan kalimat atau frase.

C. Nada

Nada adalah unsur suprasegmental yang diukur


berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus
ujaran, kenyaringan ini terjadi karena getaran selaput suara.
Nada merupakan naik turunnya pengucapan suatu suku kata
atau morfem13. Bahasa nada adalah bahasa yang perubahan
nadanya akan menukar maksud perkataan. Dalam bahasa
intonasi, tinggi nada adalah hal yang sangat penting. Karena
menentukan apa arti sebuah kata atau suku kata.
Secara non linguistik, variasi nada ini bisa menunjukkan
kadar emosi penutur. Misalnya, nada tinggi tajam
menunjukkan kemarahan, nada rendah menunjukkan.
kesusahan, dan nada tinggi menunjukkan kegembiraan.
Adapun bahasa-bahasa yang tidak menggunakan nada
untuk membedakan makna kata disebut bahasa tanpa nada.

13
“Fonem Suprasegmental dalam Bahasa Melayu,” 2011.

67 | P a g e
Contohnya kata “No” dalam bahasa inggris yang
pengucapannya bisa dengan nada normal, tinggi atau rendah,
perbedaan nada pengucapannya tidak akan mengubah makna
katanya, akan tetapi memberikan makna tambahan seperti
keraguan, keyakinan, pertanyaan dan ketidakpedulian.
Terdapat 4 tingkatan nada dalam bahasa, yaitu:
1. Nada turun atau rendah, simbol fonemiknya /1/
Nada rendah berada pada akhir kalimat atau
perkataan normal tanpa emosi.
2. Nada sedang atau normal, simbol fonemiknya /2/
Nada sedang berada di awal kalimat atau perkataan
normal tanpa emosi.
3. Nada tinggi, simbol fonemiknya /3/ Nada tinggi
berada sebelum akhir ucapan dan diikuti nada
rendah setelahnya.
4. Nada paling tinggi, simbol fonemiknya /4/ Nada ini
terdapat pada kata yang menunjukan kekaguman
atau kaget, perintah ataupun emosi.

D. Intonasi

Intonasi merupakan satuan fonem yang fungsi


kebahasaannya untuk membedakan makna dalam suatu
kalimat yang masing-masing kata dari kalimat tersebut
memiliki nada yang bervariasi. Intonasi seperti yang
disebutkan di atas terjadi pada tingkat kalimat sedangkan nada
terletak pada tingkat kata.

68 | P a g e
Maka, intonasi dapat didefinisikan sebagai nada-nada
(tingkatan bunyi) yang terdapat dalam sebuah kalimat atau
perbedaan jenis-jenis tingkat bunyi dalam suatu kalimat.
Intonasi memiliki banyak sekali pola yang terdiri dari nada-
nada yang berbeda berdasarkan tujuan seseorang dalam
mengatakan kalimat tersebut.
Jenis-jenis intonasi berdasarkan tekanannya:
1. Tekanan Dinamik (keras lemah): Ucapkanlah
kalimat dengan melakukan penekanan pada setiap
kata yang memerlukan penekanan. Misalnya, saya
pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan
bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
a. SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang
lain)
b. Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan
menjual)
c. Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku
tulis)
2. Tekanan Nada (tinggi), membaca mengucapkan
kalimat dengan suara yang naik turun dan berubah
ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada
ialah tentang tinggi rendahnya suatu kata.
3. Tekanan tempo, yaitu memperlambat atau
mempercepat pengucapan Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang
kita maksudkan.

69 | P a g e
Secara umum fungsi intonasi dalam kalimat adalah
sebagai berikut:
1. Membedakan makna kalimat
2. Mengubah struktur kalimat
3. Membedakan kalimat yang penting
4. Mengubah sebuah maksud kalimat
Terdapat 4 fungsi dari intonasi dalam analisis linguistik
dan komunikasi sosial antar pengguna bahasa, diantaranya:
1. Fungsi sintakis
Intonasi dapat membedakan antara kalimat informasi
dan kalimat sindiran, tergantung intonasi mana yang kita
gunakan baik intonasi naik ataupun întonasi turun.
Contohnya dalam kalimat( ‫ ) أنت ناجح‬apabila akhir
kalimatnya diucapkan dengan intonasi turun, maka
kalimat tersebut bermakna informatif atau memberikan
informasi tetapi apabila kalimat tersebut diucapkan
dengan intonasi naik maka kalimat tersebut akan
bermakna sakratif (sindiran) atau menyinggung.
2. Fungsi semantik kontekstual
Dalam menjelaskan pola intonasi suatu frasa tertentu
perlu mengacu pada makna kontekstual menurut konteks
sosialnya. Contohnya kata "na'am" dalam bahasa arab,
kata "apa" dalam bahasa Indonesia dan kata "no" dalam
bahasa inggris. Dapat memberikan makna kontekstual
yang berbeda, diucapkan dengan intonasi yang berbeda
sesuai dengan makna yang diinginkan.
3. Fungsi sosial budaya

70 | P a g e
Pola-pola tertentu dari intonasi menunjukan kelas
atau tingkatan sosial dan budaya dalam kelompok
masyarakat tertentu. Sebagaimana yang telah diamati
bahwa suatu kelas atau kelompok sosial dan budaya
tertentu memiliki cara khusus terendiri dalam
mengucapkan sesuatu. Hal inilah yang membedakan
kelas atau kelompoknya dengan kelas atau kelompok
yang lainnya.
4. Fungsi leksikal
Pola intonasi dapat membedakan makna kata pada
tingkat leksikon dan nada, fungsi ini sering disebut
dengan lexical tone atau nada leksikal. Kata "ma" dalam
salah satu bahasa china bermakna ibu apabila diucapkan
dengan nada sedang atau datar. tetapi akan bermakna
kuda apabila diucapkan dengan intonasi naik atau turun.

71 | P a g e
TEMA X

JEDA
A. Pengertian Jeda

Jeda dapat disebut juga dengan persendian. Dalam kamus


KBBI, jeda adalah waktu berhenti sejenak diantara dua
kegiatan. Jeda merupakan perhentian yang membatasi
terminal intonasi kalimat. Dapat disebut juga dengan diam
sebentar diantara dua kata atau lebih di dalam sebuah ucapan.
Hal ini bertujuan untuk menunjukkan terhadap kedudukan
akhir lafadz atau suku kata yang kemudian akan dimulai
kembali. Sedangkan persendian atau sendi merupakan
peralihan dari satu bunyi ke bunyi yang lain dengan terdapat
pemberhentian sejenak.14

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat


mengungkapkan pikiran yang utuh atau setiap tuturan yang
dapat mengungkapkan setiap informasi dengan lengkap.15
Jeda atau persendian adalah pemutus suatu arus bunyi-bunyi
bahasa yang dapat dipisah-pisahkan dan dipilah atau disebut
juga dengan bunyi segmental ketika diujarkan oleh penutur.
Sebagai dampaknya, akan terjadi kesenyapan diantara bunyi-
bunyi yang putus itu. Kesenyapan itu bisa terjadi di posisi
awal, tengah ataupun akhir ujaran.

14
Dr.Lina Marlina, Pengantar Ilmu Ashwat, Fajar Media, 2019, Hal 147
15
Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, KALIMAT, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta 2014, Hal 15

72 | P a g e
Kesenyapan awal akan terjadi apabila bunyi itu akan
diujarkan. Misalnya adalah ketika mengujarkan kalimat hadza
qolamun terjadi kesenyapan yang tak terbatas sebelumnya
atau dapat disebut juga dengan diam sebelum mengujarkan.
Kesenyapan tengah terjadi antara ucapan kata-kata atau suku
kata dalam sebuah kalimat. Misalnya adalah antara kata hadza
dengan qolamun dari kalimat hadza qolamun. Sedangkan
antar suku kata misalnya adalah antara ha dan dza dalam kata
hadza walaupun kesenyapan tersebut hanya singkat.
Kesenyapan akhir terjadi pada akhir ujaran. Misalnya adalah
ujaran akhir kalimat hadza qolamun, maka akan terjadi
kesenyapan yang tak terbatas setelahnya.16

Jeda atau persendian berkenaan dengan berhentinya bunyi


dalam arus ujaran. Dengan adanya hentian itu, maka
disebutlah dengan jeda. Dan disebut dengan persendian karena
di tempat persendian itu terjadi persambungan dengan segmen
ujaran. Jeda tersebut dapat bersifat penuh atau sementara. Jeda
atau persendian menyangkut pada penghentian bunyi dalam
bahasa. Suatu bunyi segmental dalam suatu kata atau suku
kata pastilah disertai dengan bunyi suprasegmental yang
berciri proses di perhentian di sana sini itu disebut dengan jeda
atau suprasegmental. Bahasa yang satu dengan lainnya
berbeda jedanya. Ada yang jelas dan ada yang tidak jelas.17

16
Ibid, Dr.Lina Marlina, Hal 148
17
Ibid, Dr.Lina Marlina, Hal 148

73 | P a g e
Jeda atau persendian ini berkenaan dengan berhentinya
bunyi dalam arus ujar. Disebut ujar karena adanya perhentian
itu, dan disebut dengan persendian karena di tempat itulah
terjadi persambungan antara segmen yang satu dengan yang
lain. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, jeda dapat
bersifat penuh ataupun sementara. Biasanya dibedakan adanya
sendi dalam atau internal juncture dan sendi luar atau open
juncture.

B. JENIS JENIS JEDA/PERSENDIAN

Jeda ada yang bersifat tertutup dan terbuka. Oleh karena


itu jeda terbagi menjadi 2 bagian:

1. Jeda yang bersifat terkunci/tertutup(close juncture)


yaitu terletak antara potongan masuknya kalimat dan
menunjukan bunyi yang tertulis dengan ditandai tanda
“ _ “ seperti kata kataba ( “ ka- ta – ba ) atau cukup
dengan memberikan spasi di antara potongan kalimat
tersebut dengan tidak ada ciri.
2. Jeda yang bersifat terbuka adalah yang terletak
diantara kalimat, ungkapan atau jumlah yang ditandai
dengan tanda + dalam penulisannya seperti ( kullu +
matni ) , ( mudirotul madrosati + al jadidah) dan
mudirotun + al madrosah al jadidah)
Macam macam jeda:

1. Jeda final adalah perhentian diakhir kalimat dan


menandai intonasi berakhir

74 | P a g e
2. Jeda non final adalah perhentian ditengah kalimat yang
menandai frase tertentu.
Jeda dapat dibedakan atas empat jenis jeda:

1. Sendi tambah ( + ) yakni jeda yang berada diantara dua


suku kata. Ukuran panjangnya satu fonem. Contohnya:
( suk + ran ) /sukran/
2. Sendi tunggal (/) yakni jeda yang berada diantara dua
kata dalam frasa. Ukuran panjangnya satu fonem,
Misalnya: Fil/ jamiah
3. Sendi rangkap yakni jeda yang berada diantara dua
fungsi unsur klausa atau kalimat, diantara fiil dan fail
contohnya: Ummi// dzahaba ila suuki
4. Sendi kepang rangkap(#), yaitu jeda yang berada
sebelum dan sesudah turunan sebagai tanda diawali
dan diakhiri tuturan. Sendi kepang rangkap yang
berposisi diakhir tuturan biasanya disertai nada turun
(v#) atau nada naik (#).

C. Fungsi jeda bahasa

Jeda mempunyai kedudukan dalam fungsi bahasa untuk


memisahkan makna, dengan makna letaknya jeda diantara
kumpulan kalimat dalam kedudukannya yang berbeda beda itu
mempengaruhi makna seperti halnya contoh yang jelas di
bawah ini:

1. ‫كلمتني‬

75 | P a g e
Apabila kamu mengucapkan “ kallamatni “ maka
yang bermaksud “ telah menceritakan kepadaku “.
Apabila kamu mengucapkan “ kalla + matni “ maka
yang dimaksud adalah “telah melafalkan kepadaku”
2. ‫ذاهبة‬
Apabila membacanya ‫ ذاهبة‬maka bermakna isim
fail dari .‫ذاهب‬. Apabila membaca membacanya ‫ ذا‬+ ‫هبة‬
maka maknanya menjadi ‫ هل هبه‬Seperti halnya dalam
syair:
‫فدعه فضوليه ذاهبة‬ ‫ هبة‬+ ‫اذا ملك لم يكن ذا‬
3. ٢ : ‫الفاتحة‬
Jika membaca ayat ini tanpa jeda dan dengan kata
‫ رب‬yang dikasrohkan maka kata ‫ رب‬dibaca roda,
maka akan berkedudukan sebagai naat.
4. ‫عينا فيها تسمى سلسبيال‬
Apabila kata ‫ سلسبيبيال‬dibaca tanpa jeda maka
maknanya adalah mata di syurga. Apabila dibaca
dengan jeda ‫ سبيال‬+ ‫ سل‬maka menjadi ada dua kalimat,
kalimat yang pertama adalah fiil dan kedua adalah
isim. Dan maknanya berubah menjadi tidak bermakna
bermaknanya konteks tersebut.

76 | P a g e
TEMA XI

FONEM DAN ALOFON


A. Fonem

1. Pengertian Fonem

Istilah fonem berasal dari bahasa Inggris (phoneme).


Dalam ilmu bunyi bahasa Arab ‫صوت‬,‫صوت‬,‫صوتيم‬
‫الفظ‬,‫فونيمية‬,‫مستصوت‬,‫صوتية‬,‫ مجرد‬. Akan tetapi istilah yang
lebih populernya yaitu ‫ فونيم‬karena banyak digunakannya
dalam tulisan dan paling disukai oleh para ulama ahli
bunyi.

Banyak sekali pengertian-pengertian yang merujuk


pada fonem ini sebagaimana yang telah dipaparkan oleh
ulama ahli bahasa dan ahli bunyi dalam karya-karyanya.
Pembahasan fonem ini dibahas dalam satu bab khusus
yang mencakup pengertian dan teori-teori fonem. Berikut
ini deskripsi dan pengertian fonem :

a. Definisi abstrak : fonem yaitu gambaran pemikiran


terhadap suatu bunyi yang tidak berwujud nyata
ketika sebuah komunikasi berlangsung, adapun apa
yang diucapkan oleh si pembicara itu bukan fonem
akan tetapi alofon. Dengan kata lain fonem adalah
sebuah perumpamaan atau model yang terdapat
dalam pemikiran yang dilafalkan oleh si pembicara
dengan konteks perkataan yang berbeda-beda

77 | P a g e
melalui alofon. Fonem /n/ dalam bahasa Indonesia
merupakan model bunyi yang dapat dilafalkan
dengan bentuk yang bermacam-macam sesuai
dengan konteks pembicaraan, seperti (nama, tanpa,
untuk, uang, tanya), begitu juga fonem /‫ ن‬/ dalam
bahasa Arab itu merupakan model sebuah bunyi yang
terdapat dalam pemikiran atau benak si pembicara
yang dapat dilafalkan sesuai dengan konteks kata
atau kalimat yang berbeda seperti
)‫(ينحرف‬,)‫(ينقل‬,)‫(ينبت‬,)‫ (ينفي‬dll.

b. Definisi dari segi fungsi : Fonem yaitu bunyi yang


memiliki kemampuan mengubah suatu makna. Bunyi
/ t / dan / k / dalam contoh kata (tuli) dan (kuli),
merupakan dua fonem yang mampu jadi pembeda
antara dua kata tersebut, begitu juga bunyi mim / ‫ م‬/
dan ba / ‫ ب‬/ dalam contoh kata ‫ مال‬dan ‫ بال‬mampu
membedakan kedua kedua makna tersebut.

Definisi mengenai fonem ini sangatlah banyak dan


bervariasi, akan tetapi berikut ini titik temu mengenai
definisi fonem, yang disepakati oleh para ulama, dan
definisi ini juga merupakan definisi yang paling populer
bahwasannya fonem adalah unit terkecil bunyi yang
mampu membedakan makna dalam sebuah kata. Ba dan
Mim dalam contoh kata ‫ مال‬dan ‫ بال‬merupakan dua unit
bunyi yang tidak dapat dibagi lagi, dan mampu menjadi

78 | P a g e
pembeda terhadap kedua kata tersebut. Dalam tulisan,
fonem ini ditulis diantara dua garis miring.

Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau irip


satu sama lain dalam sebuah penggunaan bahasa yang
sama. Dalam ilmu bahasa, fonem itu ditulis diantara dua
garis miring : /.../. Jadi dalam bahasa Indonesia /p/ dan /b/
merupakan dua fonem yang kedua bunyi ini membedakan
dua arti.

Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam


lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau
suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia misalnya,
dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal
kata atau suku kata, fonem dilafalkan secara lepas. Pada
kata /pola/ misalnya, fonem /p/ diucapkan secara lepas
kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada diakhir kata,
fonem /p/ sudah jelas tidak bisa diucapkan secara lepas.
Bibir kita akan tertutup untuk mengucap bunyi. Dengan
demikian fonem /p/ dalam bahasa Indonesia memiliki dua
variasi.

Dalam buku Introducing Phonology, Odden


(2007:44) menyebutkan bahwa ketika ada dua kata yang
hanya memiliki satu perbedaan bunyi sementara bunyi
yang lainnya sama, maka disebut dengan pasangan
minimal. Pasangan minimal digunakan untuk menguji
sebuah status fonem. Contohnya

79 | P a g e
/d/ /t/
D ire t ire
B end b ent
H ad h at
Perbedaan antara [t] dan [d] disebut kontrastif atau
distingtif. Karena selain berbeda bunyi, keduanya juga
membentuk kata dengan makna yang berbeda. Yang
demikian selanjutnya disebut dengan fonem. Dalam
kamus linguistic, kridalaksana (2009:62) merumuskan
bahwa yang dimaksud dengan fonem adalah satuan bunyi
terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.
Verhaar (2012:68) juga menjelaskan mengenai “fungsi
pembeda” sebagai sifat khas fonem, misalnya saja kata
rupa dan lupa. Satu-satunya perbedaan diantara kedua
kata itu ialah menyangkut bunyi pertama, [l] dan [r].
Selain bunyi pertama, semua yang ada pada dua kata
tersebut adalah sama, maka pasangan [l] dan [r] disebut
“pasangan minimal”. Maka dari itu, /l/ dan /r/, dalam
bahasa Indonesia, merupakan fonem-fonem yang berbeda
identitasnya. Sebaliknya, dalam bahasa Jepang.

Fonem-fonem dalam tiap bahasa dapat ditentukan


dengan pasangan minimal. Namun, ada bunyi-bunyi yang
secara fonetis berbeda, tetapi tidak ditemukan pasangan
minimal yang membedakan arti sehingga tidak bisa
disebut fonem. Secara umum, para ahli menyebutkan

80 | P a g e
bahwa bunyi yang tidak memiliki fungsi pembeda dan
merupakan variasi dari fonem dan alofon.

2. Pengujian atau Percobaan Fonem Sebuah Bunyi

Tidak semua bunyi itu fonem. Lalu, bagaimana cara


mengidentifikasi sebuah bunyi apakah itu bunyi fonem
atau bukan?. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa
fonem itu mampu menjadi pembeda sebuah makna antar
kata atau merbah makna kata tersebut. Jadi, kemampuan
membedakan makna atau merubah makna merupakan
kriteria mendasar yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi fonem suatu bunyi. Maka dari itu,
melalui percobaan penggantian sebuah bunyi, atau
pengujian terhadap dua buah bunyi dalam sebuah kata,
melalui 2 langkah :

a. Mencari dua kata yang komponen bunyinya sama


atau serupa kecuali bunyi yang ingin diuji (minimal
pair atau pasangan minimal). Untuk menguji bunyi
sin dan shod, keduanya harus disimpan dalam dua
kata yang semua komponen bunyinya sama atau
serupa, seperti )‫(سار) (صار‬. Berikut ini mengenai
contoh minimal pair yang bisa digunakan dalam
pengujian fonem suatu bunyi.

‫االصوات المردا اختبارها‬ ‫الثنائيات الصغرى‬ ‫الرقم‬


‫الهمزة والعين‬ ‫علم‬-‫اليم‬ 1
‫التاء و الطاء‬ ‫طاب‬-‫تاب‬ ٢

81 | P a g e
‫الجيم والظاء‬ ‫ظهر‬-‫جهر‬ 3
‫الكاف والقاف‬ ‫قلب‬-‫كلب‬ 4
‫الالم والراء‬ ‫جرس‬-‫جلس‬ 5
‫الصادوالظاء‬ ‫نظر‬-‫نصر‬ 6
‫التاءوالالم‬ ‫بال‬-‫بات‬ 7
‫الفاء و اهاء‬ ‫نهى‬-‫نفى‬ 8
‫الميم و الراء‬ ‫دار‬-‫دلم‬ 9
‫الراء و النون‬ ‫حضن‬-‫حضر‬ 10

b. Melihat pada pengertian dua bunyi dalam setiap


pasangan kata, apakah pergantian terhadap dua bunyi
tersebut menyebabkan perubahan terhadap makna
atau tidak. Jadi, jika kedua bunyi tersebut
menyebabkan kedua makna kata tersebut berubah,
maka kedua bunyi tersebut adalah fonem, seperti
hamzah dan ‘ain dalam pasangan tabel nomor satu.
Akan tetapi, jika dalam pergantian dua bunyi tersebut
tidak menyebabkan perubahan makna, maka dua
bunyi tersebut bukanlah fonem, tapi itu adalah alofon
seperti sin dan shod dalam contoh )‫سراط‬-‫ (صراط‬kedua
bunyi dalam pasangan tersebut adalah alofon.

3. Macam-Macam Fonem

a. Fonem segmental : yaitu bunyi konsonan dan bunyi


vokal. Disebut segmental karena fonem tersebut bisa
dipecah lagi menjadi unit-unit terkecil, seperti dalam
kata )‫ (كتب‬yang bisa dipecah menjadi komponen

82 | P a g e
terkecilnya yaitu )‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتحة‬+‫ت‬+‫فتحة‬+‫ (ك‬Fonem ini
disebut juga fonem bersusun karena fonem ini ada
dalam sebuah ungkapan dengan bentuk bersusun
sehingga membentuk sebuah ungkapan.

b. Fonem Suprasegmental yaitu fonem yang menyertai


bunyi segmental diantaranya yaitu tekanan, nada,
intonasi, jeda. Seperti dalam contoh berikut ini
berbeda makna disebabkan karena bedanya jeda
terhadap kalimat tersebut,

)‫المدرسة الجديدة ("الجديدة" وصف للمدرسة‬+‫مدير‬


)‫المدرسة الجديدة ("الجديدة" وصف للمدير‬+‫مدير‬
4. Fonem-Fonem Bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki 34 fonem segmental, yang terdiri


dari 28 konsonan dan 6 vokal, seperti yang terdapat
dalam tabel berikut:

83 | P a g e
5. Hubungan Satu Fonem dengan Fonem Lainnya

a. hubungan horizontal yaitu fonem yang berturut-turut


dan berkesinambungan dengan fonem lain secara
horizontal (dari kiri kekanan dalam Bahasa Indonesia
dan dari kanan kekiri dalam Bahasa arab ) untuk
membentuk suku kata, lalu suku kata tersebut
berkesinambungan menjadi morfem, lalu morfem
tersebut berkesinambungan membentuk kata. Seperti
( masjidun) kata tersebut tersusun oleh berbagai

84 | P a g e
fonem sebagai berikut ( mim fathah, sin, sukun, jim
kasrah dan dal dhomah tain ) . (M+A+S+J+I+D) lalu
(mas+jid) lalu (masjid).
b. Hubungan vertical yaitu hubungan yang Nampak
Ketika satu fonem diganti dengan fonem yang lain
dalam sebuah kata (baik di awal, tengah, maupun
akhir). Sehingga dengan pergantian fonem tersebut
berganti makna seperti dalam contoh berikut:

A L I = T A L I
K __- __- __- = K A L I

T A L I = T A L I
P = T A P I

B. Alofon

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia mengemukakan


bahwa alofon adalah fonem berdasarkan posisi didalam kata,
missal fonem pertama pada kita dan kata secara fonetis
berbeda tetapi masing-masinnya adalah alofon dan fonem.
Anekke nejjit dalam bukunya “universele fonologi”
mengemukakan bahwa bunyi yang berwujud lahiriah suatu
fonem disebut alofon, alofon bukan fonem tapi realisasi dari
fonem.

85 | P a g e
Setiap bunyi mempunyai bunyi asli sebelum dirangkaikan
pada bunyi yang lain. Contoh dari fonem yaitu ‫ ي ْنقلِب‬. jadi dari
contoh tersebut alofon ini bersigat fungsional karna tidak
merubah makna. Alofon dapat diperuntukan ditempat yang
sama sedangkan fonem tidak. Dan bunyi alofon adalah bunyi
yang berpengaruh dari bunyi yang lain contoh /‫ن‬/ berpengaruh
pada bunyi setelahnya. Alofon adalah variasi dari fonem karna
pengaruh lingkungan suku kata contoh: fonem[u] pada kata
[simpul] berada pada lingkungan suku tertutup sedangkan
fonem [u] pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku
terbuka, berarti fonrm /u/ memiliki dua alofon yaitu (/u) dan
[u].

Menurut carlk dan yallop alofon adalah bunyi yang


merupakan alternatif lain untuk menyebutkan fonem tertentu.
Verhart menyebutkan bahwa pariasi dari sebuah fonem
disebabkan oleh lingkungan fonem tersebut. Contoh fonem /t/
dalam bhasas inggris memiliki beberapa alofon, fpnem /t/
pada awal kata dan disusul fonem focal seperti pada kata [top]
yang kemudian diucapkan dan diberi lambing bunyi [th]. Bila
tidak pada awal kata maka penyebutannya biasa sperti stop.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bawa fonem adalah


perumpamaan sebuah bunyi yang dapat diusahakan oleh
sipembicara agar dapat dilafalkan sesuai konteks tertentu. Jika
fonem merupakan sebuah perumpamaan bunyi yang
terinterpretasikan dalam proses komunikasi lalu munculah
bunyi-bunyi, dan bunyi-bunyi inilah yang disebut alofon.

86 | P a g e
Alofon yaitu gambaran yang tidak jelas dari sebuah
fonem. Jika fonem ditulis dengan dua garis miring maka
alofon ditulis dengan dua kurung. Seperti contoh fonem/‫ن‬/
yang ditulis pada alofon berikut ini :

1. Alofon (/‫ )ن‬merupakan bunyi bibir jika dalam kata( ‫)ينبِت‬


2. Alofon (/‫ )ن‬merupakan bunyi rongga mulut dalam kata(
‫)ي ْنقِل‬
3. Alofon ( ‫ )م‬merupakan bunyi bibir dalam kata( ‫)مِ ن ب ْعد‬
Perhatikan ketiga konteks diatas bahwasannya fonem nun
merupakan bunyi gusi dan gigi dan menjadi bunyi bibir Ketika
dilafalkan pada contoh yang pertama. Menjadi nbunyi rongga
mulut Ketika dilafalkan pada contoh yang kedua dan berubah
menjadi mim Ketika dilafalkan pada contoh yang ketiga. Jadi
nun bunyi gusi dan bibir, nun rongga mulut dan mim bunyi
bibir merupakan bagian dari fonem nun. Alofon variasi fonem
yang tidak membedakan arti. alofon ditandai dengan dua
kurung siku[…]. Misalkan [p] yang lepas kita tandai dengan
[p], sedangkan yang tidak lepas [p’] jadi fonem /p/ memiliki
dua alofon yaitu[p] dan [p’]. Alofon adalah pembedaan
realisasi pelafazan fonem karna posisi yang berbeda dalam
kata. Misalkan fonem /b/ dalam Bahasa Indonesia dilafadzkan
pada posisi awal (besar) dan tengah (kabel) berbeda dengan
fonem ini pada posisi akhir (jawab).

87 | P a g e
TEMA XII

KONSEP ASIMILASI DAN DISIMILASI


A. Asimilasi
1. Pengertian Asimilasi
Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan.
Dalam Ilmu Bahasa, asimilasi berarti proses di mana dua
bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hampir
bersamaan. Namun, terdapat definisi lain bahwa asimilasi
adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi
yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di
lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang
mempengaruhinya baik dari segi tempat keluar bunyi
(makhraj) maupun sifatnya. Hal ini terjadi akibat dari
bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan,
sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi dan
dipengaruhi. Laver mendefinisikan asimilasi sebagai
pengaruh timbal balik suara yang menyebabkan
karakteristik suara berubah agar sesuai dengan suara yang
dipengaruhi.18
Peristiwa asimilasi ini tidak terjadi tanpa sebab alasan,
akan tetapi terdapat alasan-alasan linguistik, diantaranya
yaitu untuk mempermudah pelafalan dan menyesuaikan
dan menyelaraskan bunyi (Badri, 89: 1982). Dengan kata

18
Laver, Principles of Phonetics, (Cambridge: Cambridge University
Press, 1994), hal. 3.

88 | P a g e
lain, asimilasi merupakan cara artikulator mempermudah
sulitnya melafalkan bunyi-bunyi yang berbeda-beda dari
segi tempat keluar dan sifatnya dengan cara merubah salah
satu bunyi ke bunyi lain yang ada didekatnya. Contohnya
(‫ ازتاد‬-‫ )ازداد‬bahwa huruf ta’ yang bersifat samar/mahmus
berubah menjadi dal yang bersifat jelas/majhur. Oleh
karena itu, melafalkan dal yang bersifat jelas setelah zai
yang bersifat jelas lebih mudah dibandingkan melafalkan
ta’ yang bersifat samar. 19
2. Unsur-unsur Asimilasi
Asimilasi berdasarkan perbedaan jenis dan bentuknya
mencakup berbagai aspek, diantaranya:
a. Bunyi yang mempengaruhinya: yaitu bunyi (vokal
atau konsonan) yang mempengaruhi bunyi lain, baik
yang terletak sebelum atau sesudahnya dan
menyebabkan bunyi yang dipengaruhinya itu
berpindah, baik berpindah sifatnya ataupun tempat
keluar nya.
b. Bunyi yang dipengaruhinya: yaitu bunyi (vokal atau
konsonan) yang berpindah makhroj atau sifatnya yang
disebabkan oleh pengaruh bunyi yang
mempengaruhinya.
c. Bentuk Asimilasi: yaitu bentuk perpindahan atau
perubahan bunyi yang disebabkan oleh pengaruh
bunyi pada bunyi yang dipengaruhinya, dan selalu

19
Lina Marlina, Pengantar Ilmu Ashwat, (Bandung: Fajar Media, 2019),
hal. 185.

89 | P a g e
membentuk bunyi yang serupa dengan bunyi yang
mempengaruhinya, atau membentuk bunyi yang dekat
dengan bunyi yang mempengaruhinya dari segi sifat
dan tempat keluarnya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut ini:


Bentuk Bunyi Bunyi yang Fenome N
Asimilasi yang mempengar na o
dipengaru uhi Asimila
hi si
Ta ‫التاء المهموس‬ ‫الزاي المجهور‬ - ‫ازتاد‬ 1.
bertransform ‫ازداد‬
asi menjadi
dal karena
dal
menyerupai
zai pada sifat
jelas.
Perubahan ‫النون اللثوية‬ ‫الباء الشفتانية‬ – ‫من بعد‬ 2.
nun menjadi ‫األسنانية‬ ‫مم بعد‬
mim karena
mim serupa
ba’ dalam
tempat
keluarnnya.

90 | P a g e
3. Pembagian dan Macam-Macam Asimilasi
Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat
terjadi berdasarkan tiga faktor20 yaitu getaran pita suara,
pergerakan velum, perpindahan daerah artikulasi. Berikut
ini akan dijelaskan pembagian dan macam-macam
asimilasi secara lengkap, yaitu:
a. Menurut letak bunyi yang diubah, yaitu:
1) Asimilasi Progresif, yaitu asimilasi yang terjadi
ketika bunyi sebelumnya mempengaruhi bunyi
huruf sesudahnya. *‫ ازداد‬- ‫ازتاد‬
2) Asimilasi Regresif, yaitu asimilasi yang terjadi
ketika bunyi setelahnya mempengaruhi bunyi
sebelumnya. *‫من بعد – مم بعد‬
b. Menurut jarak kedekatan antara dua bunyi, yaitu:
1) Asimilasi Langsung, yaitu asimilasi yang terjadi
antara dua bunyi yang berdekatan dan tidak
dipisah oleh bunyi huruf lain. *‫ازتحم – ازدحم‬
2) Asimilais Tidak Langsung, yaitu asimilasi yang
terjadi antara dua bunyi yang tidak berdekatan dan
dipisah oleh bunyi huruf lain. *‫مسيطر – مصيطر‬
c. Menurut segi kekuatannya, yaitu:
1) Asimilasi Total, yaitu pergantian bunyi yang
dipengaruhi seperti bunyi yang mempengaruhinya.
*ketika lam ta’rif bertemu dengan huruf-huruf
syamsiyah.

20
Schane, Fonologi Generatif, terj. Kenjanawati Gunawan, (Jakarta:
Summer Institute of Linguistics-Indonesia 1992), hal. 51-53.

91 | P a g e
2) Asimilasi Parsial, yaitu pergantian suatu bunyi
yang dipengaruhi menjadi bunyi yang dekat
denganya dari bunyi yang mempengaruhinya. *
‫ينبت‬, huruf nun berubah menjadi mim, bukan ba’
karena mim dan ba’ merupakan bunyi dua bibir.
d. Menurut segi bentuknya, yaitu:
1) Asimilasi dari segi tempat keluarnya bunyi,
perubahan suatu bunyi pada bunyi huruf lain yang
menyerupai atau dekat dengannya dari segi tempat
keluarnya. * ‫ينبت‬, perubahan nun yang keluar dari
gusi dan gigi menjadi mim yang keluar dari dua
bibir dikarenakan mim ini sama dengan bunyi
huruf ba yang keluar dari dua bibir.
2) Asimilasi dari segi sifatnya bunyi, yaitu perubahan
bunyi pada bunyi huruf lain yang menyerupai atau
dekat dengannya dari segi sifatnya. * ‫ازتحم – ازدحم‬,
perubahan bunyi ta’ yang bersifat samar menjadi
dal, karena dal ini menyerupai sifat bunyi zai yaitu
bersifat jelas.
e. Menurut segi jenis-jenis bunyinya, yaitu:
1) Asimilasi antara bunyi konsonan, yaitu asimilasi
yang terjadi diantara bunyi-bunyi konsonan.
*seperti yang terdapat antara zai dengan ta’ atau
antara nun dengan ba’ dalam contoh-contoh
sebelumnya.
2) Asimilasi antara bunyi vokal, yaitu asimilasi yang
terjadi diantara bunyi-bunyi vokal.

92 | P a g e
3) Asimilasi antara bunyi konsonan dengan vokal.
Asimilasi ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Efek bunyi konsonan terhadap vokal, seperti
menjadi tebal/tipisnya bunyi vokal setelah
bunyi konsonan yang bersifat tebal/tipis.
*‫صابر\ماهر‬
b) Efek bunyi vokal terhadap konsonan, seperti
menjadi lebih maju/terabaikannya tempat
keluar huruf konsonan dibawah pengaruh
huruf vokal. *seperti dalam kata (‫ )قل ف‬dan
menjadi lebih terabaikannya tempat keluar
bunyi ‘ain / ‫ ع‬/ dibawah pengaruh vokal
dhamah panjang , seperti dalam kata ( ‫)ولج ع‬.
B. Disimilasi
1. Pengertian Disimilasi
Disimilasi merupakan perubahan suatu bunyi karena
adanya pengaruh bunyi yang ada didekatnya, akan tetapi
perubahannya ini berbeda dengan bunyi yang ada
didekatnya tersebut. Disimilasi merupakan kebalikan dari
asimilasi, yaitu fenomena yang terjadi ketika satu bunyi
mempengaruhi bunyi lain yang ada didekatnya sehingga
bunyi tersebut berubah atau diganti menjadi bunyi huruf
lain, akan tetapi perubahanya ini berbeda dengan bunyi
yang berada didekatnya dari segi tempat keluarnya atau
dari segi sifatnya. Disimilasi ini mempunyai tujuan
tersendiri sama halnya dengan tujuan asimilasi yaitu untuk

93 | P a g e
mempermudah pelafalan bunyi dan untuk memperluas
fleksibelitas otot ketika melafalkannya.
Disimilasi merupakan fenomena yang ada pada setiap
bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, kata “Marble” dan
“Pilgrim”. Kedua kata tersebut asalnya adalah “Malble”
dan “Pilglim”, yakni (l) yang diganti dengan (r).21 Hurwitz
mengasumsikan bahwa kata-kata bahasa Arab sebagian
besar yang terdiri dari “ra”, “lam”, “nun”, atau “mim” telah
menghasilkan pengaruh disimilasi antara dua bunyi yang
sama. Disimilasi dalam bahasa Arab terjadi dalam keadaan
jika dalam satu kata terdapat dua atau lebih dari bunyi
konsonan.
2. Unsur-Unsur Disimilasi
Seperti halnya asimilasi, Disimilasi juga mempunyai
unsur-unsur didalamnya, diantaranya:
a. Bunyi yang mempengaruhinya.
b. Bunyi yang dipengaruhinya.
c. Bentuk Disimilasi, yaitu bentuk perpindahan atau
perubahan bunyi yang disebabkan oleh pengaruh bunyi
pada bunyi yang dipengaruhinya, dan selalu membentuk
bunyi yang berbeda dengan bunyi yang
mempengaruhinya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut ini:

21
Dikutip dari http://sastraarabasikloh.blogspot.com/2014/10/asimilasi-
dan-disimilasi.html/m=1

94 | P a g e
Bentuk Bunyi Bunyi yang Fenome N
Disimilasi yang mempengar na o
dipengar uhi Disimil
uhi asi
Berpindah Sin yang Sin yang – ‫دسس‬ 1.
nya sin ketiga kedua ‫دسى‬
yang
ketiga
pada alif
mad untuk
membedak
an dengan
sin yang
kedua.
Berpindah Mim Mim yang – ‫جمد‬ 2.
nya mim yang kedua ‫جلمد‬
yang pertama
pertama
pada lam
untuk
membedak
an dengan
mim yang
kedua.

3. Pembagian dan Macam-Macam Disimilasi

95 | P a g e
Disimilasi ini bermacam-macam, yang dapat dibagi
menjadi berikut ini (Al-khuli, 221-222 : 1987 M) :
a. Menurut segi letak pengaruhnya, yaitu:
1) Disimilasi Progresif, yaitu Disimilasi yang mana
bunyi yang berada dibelakang mempengaruhi
bunyi yang ada setelahnya, sehingga berubah dan
berbeda dengan bunyi yang mempengaruhinya.
*‫كتابان – كتابلن‬.
2) Disimilasi Regresif, yaitu Disimilasi yang mana
suatu bunyi mempengaruhi bunyi huruf yang
berada sebelumnya. *‫ جلمد‬- ‫جمد‬
b. Menurut segi jarak antara bunyi yang mempengaruhi
dengan bunyi yang dipengaruhi, yaitu:
1) Disimilasi Langsung, yaitu Disimilasi yang mana
bunyi yang mempengaruhinya berdekatan langsung
dengan bunyi yang dipengaruhinya. *‫ انجاص‬- ‫اجاص‬
2) Disimilasi Tidak Langsung, yaitu Disimilasi yang
mana bunyi yang mempengaruhinya tidak
berdekatan dengan bunyi yang dipengaruhinya.
*‫ بغدان‬- ‫بغداد‬
C. Persamaan dan Perbedaan Antara Asimilasi dan
Disimilasi
Diantara Asimilasi dan Disimilasi terdapat titik
persamaan dan perbedaan yang akan diringkas berikut ini,
yaitu:

96 | P a g e
1. Persamaan
a. Memiliki peran untuk mempermudah dan
meringankan pelafalan.
b. Serupa dalam bentuknya dan efeknya terhadap
dua bunyi yang saling berdekatan.
2. Perbedaan
a. Di dalam semua bahasa kejadian/fenomena,
asimilasi lebih popular dan lebih banyak
dibandingkan disimilasi.
b. Asimilasi bisa menjadi Asimilasi Parsial atau
Asimilasi Total, sedangkan Disimilasi hanya
terdapat Disimilasi Total saja.
c. Asimilasi terkadang merubah suatu bunyi tanpa
merubahnya menjadi fonem-fonem lain,
sedangkan Disimilasi merubah suatu bunyi
menjadi fonem lain.
d. Asimilasi tidak terpaku memperhatikan
kandungan makna, sedangkan Disimilasi lebih
banyak memperhatikan konteks makna daripada
pelafalan.
Asimilasi merubah suatu bunyi menjadi bunyi lain yang
sama dengan bunyi yang ada didekatnya, sedangkan
Disimilasi merubah suatu bunyi pada bunyi lain yang
berbeda dengan bunyi yang ada di dekatnya.

97 | P a g e
TEMA XIII

PERBEDAAN BUNYI BAHASA ARAB DAN BAHASA


INDONESIA
A. Pengertian Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Bahasa merupakan system lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh semua orang
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana
komunikasi serta sarana integrasi dan adaptasi. Oleh karena
itu bahasa memiliki ciri yang berbeda-beda dalam
pembentukan kosa kata, seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa
Arab. Karena perbedaan yang terjadi penulis akan membahas
perbedaan dan persamaan dari segi penuturan masing-masing
bahasa dalam hal bunyi satuan huruf kala, jumlah, dan persona
melalui metode linguistik kontrastif. Adapun pengertian
secara umum terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Arab,
yaitu:

1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa


yang digunakan oleh rakyat Indonesia untuk
berkomunikasi. Sejak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa
Indonesia resmi oleh bangsa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa Nasional.
2. Bahasa Arab Bahasa Arab merupakan bahasa untuk
berkomunikasi bangsa Arab di Timur Tengah. Bahasa
Arabmerupakan bahasa Alquran. Seribu tahun sebelum
datangnya Islam (Fahri 2007: 21). Bahas Arab berkembang
dan mnegambil kata-kata dari Pesrsia, Mesir.

98 | P a g e
Dalam Bahasa Indonesia pembentukan kosakata disebut
juga proses morfologis yang terdiri atas afiafikasi, reduflikasi,
dan komposisi. Dalam Bahasa Arabbembentukan bahasa
disebut tashrifiyyah atau proses perubahan bentuk kosakata
asal kepada bentuk lain untukmencapai arti yang dikehendaki.
B. Bentuk kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
bedasarkan bunyi huruf, kala, jumlah, dan persona.
1. Bunyi Satuan Huruf
a. Bunyi-bunyi yang sama persis. Kesamaanya meliputi
makhorijul huruf dan sifat hurufnya, diantaranya:
1) ‫ب‬,B Bilabial, hambat, bersuara.
2) ‫م‬,M Bilabial, nasal, bersuara.
3) ‫و‬,W Bilabial, semi-vokal
4) ‫ف‬,F Labio-dental, geseran, tak bersuara.
5) ‫ج‬.J Lamino-palatal, paduan, bersuara.

b. Bunyi-bunyi yang serupa

1) Ujung lidah,
‫ت‬
alveolar gigi
Ujung lidah, Hambat Tidak bersuara
T
alveolar
2) Ujung lidah,
‫د‬ Hambat Bersuara
alveolar gigi

99 | P a g e
Ujung lidah,
D
alveolar
3) Ujung lidah,
‫ن‬
alveolar gigi
Nasal Tidak bersuara
Ujung lidah,
N
alveolar

2. Bunyi-bunyi yang saling berbeda dalam dua bahasa


Dalam dua bahasa terdapat bunyi yang bisa di
deskripsikan bahwa bunyi-bunyi tersebut saling bereda
satu sama lain baik dari segi penamaan bunyi nya, apakah
itu dari segi makhroj nya (tempat keluarnya) atau dari segi
sifat nya
a) ‫ض‬ Ujung lidah, gusi, gigi Hambat Bersuara Tertutup
D Ujung lidah, gusi Hambat Bersuara Tipis
b) ‫ظ‬ Antara gigi Geseran Bersuara Tertutup
D Ujung lidah, gusi Hambat Bersuara Tipis
c) ‫ط‬ Ujung lidah, gusi, gigi Hambat Tidak Tertutup
Bersuara
T Ujung lidah, gusi Hambat Tidak Tipis
Bersuara

3. Bunyi-bunyi bahasa Arab yang tidak ada padanan nya pada


Bahasa Indonesia
Terdapat bunyi bunyi bahasa Arab yang tidak ada
padanan nya pada bahasa Indonesia, yaitu:

100 | P a g e
‫ث‬ Antara gigi, geseran, tidak bersuara
‫ح‬ Bunyi dasar – tenggorokan, geseran, tidak bersuara
‫ذ‬ Antara gigi, geseran, bersuara
‫خ‬ Pangkal lidah - velar, geseran, tidak bersuara

4. Bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang tidak ada padanan nya


pada bahasa Arab
Terdapat bunyi bunyi bahasa Indonesia yang tidak ada
padanan nya pada bahasa Arab, yaitu:

P Suara bibir, hambat , bersuara, contoh


“papa
O Vokal, contoh “toko”
Ng Dorso - velar, contoh “ngilu”
Ai Dua vokal, contoh “gulai”
Dua konsonan Contoh: (kl) “klinik”, (br) “obral”, (sr)
“pasrah”,

C. Intervensi Antara Bunyi-Bunyi Bahasa Arab dan Bahasa


Indonesia
Ketika orang Indonesia mengucapkan bunyi bahasa Arab
yang tidak ada perbedaan dalam bahasanya yang condong
diucapkan sebagaimana pengucapan bunyi bahasanya. Dan
perintah pada hakikatnya terjadi ketika orang Arab
mengucapkan bunyi bahasa Indonesia yang tidak ada
perbedaan dalam bahasanya yang condong diucapkan

101 | P a g e
sebagaimana pengucapan bunyi bahasanya. Terjadi pada
perumpamaan keadaan berikut:
1. Intervensi bunyi Bahasa Indonesia dalam bunyi Bahasa
arab
a. Pengucapan “‫ ”ث‬seperti “s”. contoh: ‫ حديث‬dibaca hadis
karena bunyi ‫ ث‬tidak ditemuan dalam Bahasa
Indonesia
b. Pengucapan “‫ ”ص‬seperti “s”. contoh: ‫ صفة‬dibaca sifat
karena bunyi ‫ ص‬tidak ditemukan dalam Bahasa
Indonesia
c. Pengucapan “‫ ”ش‬seperti “s”. contoh: ‫ شيطان‬dibaca setan
karena bunyi ‫ ش‬tidak ditemukan dalam Bahasa
Indonesia
d. Pengucapan “‫ ”ذ‬seperti “z”. contoh: ‫ إذن‬dibaca izin
karena tidak ada perbedaan bunyi Bahasa Indonesia
2. Intervensi Antara Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia dan
Bahasa Arab
a. Pengucapan bunyi “e”. contoh: belajar dibaca bilajar,
pengucapannya dibaca “i” karena vocal “e” tidak
ditemukan dalam Bahasa arab.
b. Pengucapan bunyi “p” dibaca “b”. contoh: para dibaca
bara karena huruf “p” lebih dekat makhrajnya dengan
“b”
c. Pengucapan bunyi “ny” dibaca dua suara. Contoh:
bertanya diucapkan dua bunyi yaitu “n” dan “y”
3. Bentuk Kala dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

102 | P a g e
Kala merupakan salahsatu cara untuk menyatakan
temporal diektis melalui perubahan kategori gramatikal
verba berdasarkan waktu. Adapun Kala pada Bahasa
Inonesia lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah
lampau, dan akan datang. Seperi halnya dalam Bahasa
Indonesia, kala atau keterkaitan waktu terjadinya perbuatan
dalam Bahasa Arab disebut juga kalimat fi’il atau kata
kerja. Kalimat fi’il tersebut dalam Bahasa Arab dibagi
menjadi 4, yaitu (1) waktu lampau (fi’il madhi), (2) waktu
sekarang dan akan datang (fi’il mudhori’), (3) waktu yang
akan datang berkenaan dengan perintah (fi’il amr), (4)
waktu yang akan datang berkenaan dengan larangan (fi’il
nahi)
a. Perbandingan Kala Lampau Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia [v + telah] - Siswa telah menyelesaikan
bacaannya ‫انتهى الطالب قراءته‬. Kala lampau Bahasa
Indonesia harus disertai kata yang menunjukkan
lampau, sedangkan Kala Lampau Bahasa Arab dalam
bentuk fi’il madhi sudah menunjukan makna lampau.
b. Perbandingan Kala Sekarang Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia [v + sedang] - Anak-anak sedang bekerja
dilad ‫االطفال يعنمون فى البستان‬
c. Perbandingan Kala Akan Datang Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia [jangan + v] Janganlah kamu
memakan riba’ ‫ال تاكل الرباى‬. Kala akan datang Bahasa
Indonesia harus disertai kata yang menunjukkan akan
datang atau bermakna akan datang, sedangkan Kala

103 | P a g e
akan datang Bahasa Arab dalam bentuk fiil mudlori,
amar, nahi sudah menunjukan makna akan dating
4. Bentuk Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Berdasarkan Jumlah.
a. Jumlah singularis Bahasa Indonesia Singularis adalah
kata benda yang merujuk pada satu bilangan(tunggal).
Contoh: orang, anak, lelaki.
b. Jumlah singularis (mufrad) Bahasa Arab. Contoh: ‫الطفل‬,
‫الرجل‬
c. Jumlah Pluralis Bahasa (jamak) Indonesia Bentuk
jumlah pluralis adalah bentuk morfologis yang
merupakan kata benda berjumlah dua atau lebih. Dalam
Bahasa Indonesia bentuk kata pluralis mempunyai
beberapa kategori, diantaranya 1) penggunaan kata
ulang, 2) penggunaan keterangan para, 3) penggunaan
keterangan seluruh/semua 4) penggunaan kata
kelompok, dan 5) penggunaan kosa kata jumlah (angka).
Contoh:jalan-jalan, para pahlawan, seluruh rakyat
Indonesia, kelompok remaja, ketiga anak.
d. Jumlah Puralis (jamak) Bahasa Arab . Jumlah pluralis
dalam Bahasa Arab disebut juga dengan jamak yaitu
kata benda yang merujuk pada lebih dari dua.
Burung-burung
‫الطيور مغردة على‬
Jamak taksir itu bercicit di
‫الشجرة‬
atas pohon.

104 | P a g e
Jama Para musafir
‫اتى المسفرون من‬
Mudzakkar datang dari
‫المصر‬
Salim Negeri Mesir.
Jama Siswi-siswi
‫التاميذات يذهبن الى‬
Muannas pergi ke sekolah
‫المدرسة مبكرا‬
Salim lebih awal.
Seluruh
Kullu/ jami’u
manusia pasti
+ ‫كل الناس ذاءقة الموت‬
menghadapi
isim mufrod
kematian.
Saya membeli
‫اشتراءت خمس‬
Bilangan lima lemari di
‫خزاءن من السوق‬
Pasar.

5. Bentuk kosakata Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


berdasarkan Persona.
Persona dalam Bahasa Indonesia direalisasikan melalui
pronomina persona (kata ganti orang). Sistem pronomina
persona meliputi sistem tutur sapa (terms of addres see) dan
sistem tutur acuan (terms of reference). Bentuk kosakata
Bahasa Indonesia dan Bahasa arab berdasarkan persona
adalah sebagaimana berikut ini:
a. Persona pertama Bahasa Arab Kosakata persona
pertama dalam Bahasa Arab adalah pronomina persona
yang digunakan untuk seseorang yang sedang berbicara.
Sama halnya dengan Bahasa Indonesia persona pertama
dalam Bahasa Arab dibagi atas dua macam, yaitu (1)

105 | P a g e
persona pertama tunggal (dinyatakan dengan ‫ ) انا‬dan (2)
persona pertama jamak (dinyatakan dengan ‫) نحن‬
b. Persona pertama Bahasa Indonesia Kosakata persona
pertama dalam Bahasa Indonesia samahalnya seperti
persona pertama dalam Bahasa Arab yakni digunakan
untuk seseorang yang sedang berbicara, dibagi atas dua
macam, yaitu (1) persona pertama tunggal (dinyatakan
dengan saya), dan (2) persona pertama jamak
(dinyatakan dengan kami/kita).
c. Perbandingam persona pertama Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia ‫ انا اريد ان يجعل طبيبا في المستقبل‬Saya ingin
menjadi Dokter kelak (ana),(nahnu) ‫نحن ندرس لغة العرابية‬
Kami belajar Bahasa Arab
d. Perbandingan persona kedua Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia Anta ‫ انت تعلم بما تريد‬lebih Kamu mengetahui
apa yang kamu mau (kamu)
e. Kosakata persona ketiga Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia ‫زيد الباب‬ ‫(يفتح‬dia) Zaid menbuka pintu.

106 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

"Fonem Suprasegmental dalam Bahasa Melayu," 2011.


Al-Usaily, Abdul Aziz bin Ibrahim. 1996. Dasar-Dasar
Pengajaran Bahasa Arab untuk Orang Arab dengan
Bahasa Lain. Makkah al- Mukarramah.
Anshari Nasution, Ahmad Sayuti, Bunyi Bahasa, Jakarta, 2010
Astina, Chairani & Aulia Rahman, Rifqi. 2018. Internalisasi Nilai
– Nilai Karakter dalam Pembelajaran ‘Ilm Al – Ashwat..
Jurnal Ilmiah Studi Islam, 18 (2), 84-87.
Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Kholisin, M. Hum, Fonologi Bahasa Arab, Jakarta, 2020
Keliling. Jurnal Bahasa Lingua Scientia 10, no. 1 (2018): 1–16.
Kholisin, & Hanafi, Y. (2005). Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab.
JSA FS UM, 68.
Kulsum, U. (2021). Masalah Bunyi dalam Bahasa Masyarakat
Indonesia. Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta Bahasa Daerah, 10(1), 21-32.
Kuswardono, Singgih. 2020. Sistem Bunyi dan Tulisan Arab.
Banyumas: CV. Rizquna.
Laver. 1994. Principles of Phonetics. Cambridge: Cambridge
University Press.
Marlina, Lina. (2019) Pengantar Ilmu Ashwat, Bandung: Fajar
Media
Mathar, Sulaemah. 2021. Makalah Penelitian Al – Ashwat
Arabiyah ( Fonologi Bahasa Arab ) dan Sharaf. Diakses
pada 13 September 2022, dari http://sulaemah-

107 | P a g e
mathar.blogspot.com/2013/04/makalah-penelitian-al-
ashwat-l-arabiyah.html?m=1
Munawwir, A. W. 1997. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap. Cet. XIV. Surabaya: Pustaka Progressif.
Nasution, Sahkholid.2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab.
Sidoarjo : CV.LISAN BAHASA.
Ningsih, Alna. 2020. Urgensi Pembelajaran Ilmu Ashwat di
Kalangan Mahasiswa Jurusan Bahasa Arab. Diakses pada
13 September 2022, dari https://bit.ly/3QUdYkt
Oktavia, Wahyu. "Penamaan Bunyi Segmental dan
Suprasegmental pada Pedagang
Rohani, Yusuf: Organ Bicara dan Fungsinya” blog pribadi,
http://yusufrokhani.blogspot.co.id/2013/12/organ-bicara-
dan-fungsinya.html diakses 21 September 2022
Rosyidi, A. W. (2016). Penerapan Pola Nabr Dan Tanghim
Dalam Maharah Al Kalam Mahasiswa Indonesia.
LiNGUA, 45-47.
Schane. 1992. Fonologi Generatif, terj. Kenjanawati Gunawan.
Jakarta:SummerInstitute of Linguistics-Indonesia.
Singgih Kuwardono. 2020. Sistem Bunyi dan Tulisan Arab.
Banyumas: Rizquna
Syafrawi, Aziz Syafrudin dan Hasan Saefulloh, Pembelajaran
Tata Bunyi (Ashwat) Bahasa Arab, 2014
Thoyib, T., & Hamidah, H. (2018). Interferensi Fonologis Bahasa
Arab “Analisis Kontrastif Fonem Bahasa Arab Terhadap
Fonem Bahasa Indonesia Pada Mahasiswa Universitas Al

108 | P a g e
Azhar Bukan Jurusan Sastra Arab”. Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Humaniora, 4(2), 63-71.
http://digilib.uinsgd.ac.id/30539/1/PENGANTAR ILMU
ASHWAT.pdf.
http://sastraarabasikloh.blogspot.com/2014/10/asimilasi-dan-
disimilasi.html/m=1
https://doi.org/10.21274/1s.2018.10.1.1-16.

109 | P a g e
110 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai