Disusun oleh :
M. Ziad Rifqi
FAKULTAS TARBIYAH
GENGGONG-KRAKSAAN-PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya , sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Periode masa madya” ini dengan tepat
waktu .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi perkembangan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi tersebut . kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan Masalah...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Fisik....................................................................................................
B. Perkembangan Kognitif...............................................................................................
C. Perkembangan Psikolsoisal.........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dewasa madya atau usia paruh baya adalah periode lanjutan dari puncak
kematangan manusia dewasa awal, yakni umur 40 tahun, dengan rentang usia 40 hingga 60 tahun
.1 Dalam masa ini seseorang menghadapi tiga macam tugas yaitu penilaian kembali masa lalu,
mengubah struktur kehidupan, proses individuasi . Dari situlah muncul ungkapan “life start at
40” atau hidup dimulai dari usia 40 tahun, karena pada usia tersebut individu dapat sepenuhnya
berkaca dan merefleksikan berbagai kesalahannya pada pada masa lalu, namun masih memiliki
setengah umur untuk menciptakan atau mengarungi kehidupan baru. Mereka juga akan
mengalami zaman baru yang dapat dikatakan amatlah berbeda jauh dengan kondisi mereka
tumbuh sebelumnya. Kemampuan individu-individu ini untuk mampu menyesuaikan diri
hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan,
khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat
dewasa. Kesehatan mental yang baik juga sangat diperlukan pada masa-masa dewasa, sehingga
memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan
harapan sosial usia madya.
Masa dewasa madya ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental serta perubahan minat .2
Erikson (dalam Santrock dalam Masyukuroh 2021, hlm. 123) mengungkapkan bahwa pada
periode dewasa madya, terjadi masa kritis dalam penentuan dominasi antara kecenderungan
untuk menghasilkan atau kecenderungan untuk menetap. Penentuan dominasi tersebut sebagai
pilihan bagi dewasa madya untuk hidup dengan lebih sukses atau berhenti dan tidak melakukan
sesuatu lagi. Periode dewasa madya sendiri merupakan bagian penting dan menentukan dalam
rentang kehidupan Individu sebagai seorang dewasa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard University, diketahui bahwa para
Super Ager, atau para lansia yang tingkat kesehatannya jauh di atas rata-rata adalah orang-orang
yang tidak berhenti melakukan sesuatu. Spesifiknya mereka yang tidak pernah berhenti untuk
belajar, baik aktivitas belajar secara sadar dan terencana, maupun berupa melakukan kegiatan
sehari-hari yang produktif, tetap bekerja, atau melakukan aktivitas sehari-hari yang melibatkan
proses mental psikomotorik (campuran) lainnya. Oleh karena itu, pilihan berhenti atau tidak mau
1
Thahir, 2018, hlm. 167
2
Hurlock,1980 dalam Masykuroh, 2021, hlm. 123
melakukan sesuatu lagi idealnya tidak ada, karena terus bekerja dan belajar akan berpengaruh
besar bagi perkembangan periode selanjutnya (dewasa akhir dan lansia).
Periode dewasa madya menjadi periode yang ditakuti karena periode ini merupakan
periode transisi dari dewasa menuju lansia. Transisi yang terjadi dari berbagai aspek
seperti fisik yang mulai melemah serta perubahan tampilan wajah dan kulit yang
berkeriput. Selain itu, pada masa ini juga dibayang-bayangi dengan masa pensiun yang
sebentar lagi akan mereka jumpai, sehingga ketakutan-ketakutan akan periode
selanjutnya semakin timbul di periode ini.
2. Masa transisi
Periode dewasa madya dikatakan sebagai masa transisi karena pada usia ini Individu
akan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya menjadi orang tua yang sesungguhnya.
Pada periode ini Individu akan disibukkan dengan penentuan kehidupannya di masa tua
kelak. Masa transisi juga menjadi sebutan pada periode ini karena seperti halnya periode
remaja menuju dewasa di mana Individu tidak lagi menjadi seorang anak namun belum
dewasa. Begitu pula dengan dewasa madya, satu sisi Individu pada periode ini belum tua,
namun tidak pula bisa dikatakan muda.
3. Masa stres
Berbagai macam urusan dan permasalahan semakin bermunculan pada periode ini.
Singgungan dengan dunia kerja yang semakin kompleks, serta urusan rumah tangga dan
masyarakat yang juga tak kalah saing untuk dipikirkan tidak jarang membuat Individu
3
Hurlock,2007 dalam Masykuroh dkk, 2021, hlm. 124-125
pada periode ini lebih rentan stres. Oleh karena itu, pada periode ini juga disebut sebagai
masa setres.
4. Usia berbahaya
5. Usia canggung
Pada usia dewasa madya, individu tidak bisa lagi dikatakan muda, namun belum
juga terlihat “tua”. Kondisi yang membingungkan inilah yang membuat periode dewasa
madya disebut sebagai usia canggung.
6. Masa berprestasi
Sejalan dengan masa produktif dewasa madya yang menjadi puncak titik karier,
periode madya menjadi masa kriris. Erickson (Hurlock, 1980) menjelaskan bahwa
dewasa madya berada dalam masa generative (cenderung menghasilkan) vs stagnasi
(cenderung untuk tetap berhenti). Penentuan dominasi pada periode ini sangat
menentukan kesuksesan dan pencapaian prestasi Individu. Ketika Individu berusaha
untuk menjadi lebih generative, maka Ia akan mencapai kesuksesan pada tingkat puncak,
namun apabila Ia memilih untuk berada pada masa stagnasi Ia harus bersiap dengan
kegagalannya.
Standar ganda yang dimaksud di sini bahwa dewasa madya dilihat dari sisi dewasa
dan juga dari usia tua. Aspek yang dilihat adalah dari fisik dan juga sikap. Aspek
perubahan jasmani yang terjadi pada dewasa madya yaitu, rambut menjadi putih, wajah
keriput, otot pinggang mengendur. Secara sikap, dewasa madya tetap merasa dirinya
muda dan ingin menua dengan anggun, lambat serta hati-hati agar hidup dengan lebih
nyaman.
8. Masa sepi
Periode dewasa madya adalah saat Individu mengalami kesepian, kesepian ini
terjadi karena anak-anak mereka sudah tidak tinggal lagi dengan mereka. Namun, kasus
ini tidak terjadi pada Individu yang menunda kelahiran anak atau menikah lebih lambat,
sehingga saat berada di dewasa madya, anak-anak mereka masih berada pada usia
sekolah dan tinggal Bersama. Kasus kesepian ini juga tidak terjadi jika anak-anak yang
telah menikah memilih untuk tinggal Bersama orang tuanya.
9. Masa jenuh
Kejenuhan yang menimpa dewasa madya terjadi karena rutinitas berulang yang
dilakukan selama hidup. Sebagai contoh, jika Individu bekerja sejak usia 25 tahun dan
menjalani aktivitas yang sama berulang kali selama 20 tahun maka kejenuhan akan
timbul. Oleh karena itu, menjadwalkan liburan, mencari pengalaman baru atau menjalani
hobi baru juga patut dicoba untuk menghindari kejenuhan.
Seperti pada tahapan usia lainnya, periode Dewasa Madya juga tidak luput dari
tugas perkembangannya agar menjadi berhasil dan dapat melakukan perannya dengan
baik. Menurut Hurlock (2007 dalam Masykuroh dkk, 2021, hlm. 125), terdapat 7 tugas
perkembangan yang harus dipenuhi Individu pada periode dewasa madya yang di
antaranya adalah sebagai berikut.
- Melakukan penerimaan penyesuaian diri terhadap kondisi fisik yang telah berubah.
- Mengasuh serta membantu remaja untuk menjadi dewasa yang bertanggung jawab
dan Bahagia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Metabolisme individu pada usia ini mulai berkurang, sehingga ia tidak mampu
memproses karbohidrat berlebih dengan baik seperti pada masa sebelumnya. Biasanya
selama usia madya lemak banyak mengumpul pada perut dan paha.
Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan
pada bagian atas kepala. Rambut di hidung, telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku,
sedangkan rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita
semakin menipis dan rambut di atas bibir dan dagu semakin banyak. Baik rambut pria
dan wanita mulai memutih menjelang usia lima puluh tahunan.
Kulit pada wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih garing dan keriput. Kulit
di bagian bawah mata menggembung seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini
lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di
tengah tengkuk.
Bahu sering kali berbentuk bulat, dan terjadi penggemukan pada bagian seluruh
tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih
pendek.
5. Perubahan otot.
Umumnya otot orang yang berusia madya menjadi lembek mengendur di sekitar
dagu, pada lengan bagian atas, dan perut.
6. Masalah persendian.
Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan
lengan, yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali
ditemukan pada orang-orang muda.
Gigi menjadi lebih kuning dan harus lebih sering di ganti, sebagian atau seluruhnya
dengan gigi palsu.
Mata kelihatan kurang bersinar dari pada mereka ketika masih muda, dan cenderung
mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata.
B. Perkembangan Kognitif
Selain perubahan biologis, perubahan yang terjadi pada dewasa madya lainnya
adalah perubahan kemampuan kognitifnya. Kemunduran kemampuan kognitif terutama
daya ingat Individu pada periode ini terkadang sulit untuk dihindari. Kemunduran daya
ingat ini juga terjadi karena informasi-informasi yang diperoleh terkadang tidak
digunakan secara berulang sehingga mudah dilupakan. Oleh karena itu, lagi-lagi tidak
berhenti belajar adalah proses yang harus dilakukan pada usia ini agar tidak mengalami
degradasi bahkan penyakit pikun yang sebetulnya sama sekali tidak wajar dialami oleh
Lansia sekali pun.
Biasanya kecerdasan cair mencapai puncak sepanjang masa dewasa awal, sedangkan
kecerdasan yang mengkristal meningkat sepanjang masa paruh baya dan sering kali terus
meningkat sampai hampir di akhir kehidupan. Salah satu kemampuan cair yang memang
memuncak lebih awal dimulai pada usia dua puluhan adalah kecepatan perceptual.
C . Perkembangan Psikososial
Pada periode dewasa madya, dunia sosial Individu lebih luas dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Kehidupan yang lebih luas dengan lebih banyak orang yang
dijumpai semakin meningkatkan kemampuan Individu dalam beradaptasi dengan
lingkungannya. Terkadang terdapat perbedaan pola pikir antara orang dewasa dengan
dewasa madya. Hal ini terjadi karena pada dewasa madya telah mengalami berbagai
macam peristiwa kehidupan yang terhubung dengan keluarga dan pekerjaannya.
Selama periode dewasa madya, Individu melibatkan diri secara khusus dalam karir,
pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama
periode dewasa madya ditandai dengan 2 gejala penting, yaitu keintiman dan
generativitas yang akan dijelaskan sebagai berikut.4
Keintiman
4
Erikson (dalam Masykuroh, 2021, hlm. 126),
Keintiman adalah sebagai kedekatan dengan orang lain melalui proses pembukaan
diri. Keintiman ini sangat diperlukan Individu pada periode dewasa madya ini karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada Individu juga berdampak dengan kehidupan
sosialnya. Apabila Individu tidak mampu mencapai tingkat keintiman hubungan dengan
orang lain, maka Ia akan kesulitan dalam menjalani kehidupannya.
Pada sebuah penelitian yang disampaikan oleh (Traupmann & Hatfield, dalam
Desmita, 2006 dalam Masykuroh, 2021, hlm. 127) menjelaskan bahwa keintiman
memberikan pengaruh pada perkembangan psikososial dan fisik seseorang. Asalannya
karena Ketika Individu memiliki teman untuk berbagai maka Ia akan hidup dengan lebih
sehat dibandingkan sebalikya. 5
Generativitas
5
Traupmann & Hatfield, dalam Desmita, 2006 dalam Masykuroh, 2021, hlm. 127
bisa menjadi merenungkan perkawinan, atau berada di tepi perceraian. Oleh karena itu,
kesehatan mental pada masa ini amatlah penting untuk dijaga.
Kesehatan mental bukan hanya bersih dari penyakit mental. Akan tetapi kesehatan
mental positif mengandung perasaan akan kenyamanan psikologis yang amat berkaitan
dengan perasaan akan keberadaan diri yang sehat. Dalam berbagai survey di seluruh
dunia, yang menggunakan berbagai variabel untuk menilai kenyamanan subjektif,
sebagian besar orang-orang dari segala tingkatan usia, ras, dan kelamin menyatakan
bahagia dan puas dengan hidup mereka. Dengan demikian sebetulnya tidak ada periode
tertentu dalam hidup yang mengandung kepuasan lebih banyak dibandingkan periode
lainnya, termasuk dewasa madya maupun akhir.
Seseorang yang berusia 60 tahun mungkin memiliki jaringan teman, keluarga, dan
kolega yang luas, yang lain tidak memiliki keluarga yang masih hidup dan hanya
memiliki beberapa orang teman. Walaupun demikian, hubungan dengan orang lain tetap
sangatlah penting bagi orang dewasa madya, hanya saja cara dan kebutuhannya berbeda
dari masa kehidupan yang lebih awal.
Waktu Senggang
Sebagai masa transisi, pada periode dewasa madya Individu perlu melakukan
aktivitas-aktivitas bermanfaat untuk mengisi waktu senggangnya. Aktivitas tersebut
dilakukan sebagai upaya persiapan masa pensiun yang mungkin sebentar lagi akan
mereka rasakan. Apabila pada periode ini individu telah menemukan kesenangannya di
luar pekerjaannya maka Ia tidak akan merasa takut lagi dengan kehidupannya di masa
depan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Usia paruh baya adalah periode lanjutan dari puncak kematangan manusia dewasa
awal, yakni umur 40 tahun, dengan rentang usia 40 hingga 60 tahun dan masa dewasa
madya ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental serta perubahan minat dan juga
sebagai masa transisi karena pada usia ini individu akan mulai belajar untuk
mempersiapkan dirinya menjadi orang tua yang sesungguhnya.
Daftar pustaka
Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi
perkembangan. Jakarta: Uhamka.
Santrock, John W. 2012. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.