Anda di halaman 1dari 2

TOKOH UTAMA

“Eh guys, main TOD seru nih kayanya sambil tunggu makanan kita datang”

“Ide bagus, sepertinya akan menyenangkan” seru Jejes penuh semangat


Permainan pun dimulai, Zea mulai memutarkan botol parfume ku sebagai cara untuk
menentukan siapa yang akan kena duluan. Sialnya ternyata, AKU YANG DAPAT
PERTAMA??? malang sekali nasibku malam ini.
“Wah sha, parfume lu udah kenal sama pemiliknya hahaha”
“Setuju-setuju, jadi truth or dare sha?’ tanya Cia padaku
“Truth aja kali yaa, kan masih awal” jawabku penuh ragu
Mereka berdiskusi cukup lama untuk mencari kira-kira pertanyaan apa yang harus aku jawab
dengan jujur. Sampai akhirnya..
“Oke nih sha jawab yang jujur, siapa nama orang yang lu suka?” tanya alvaro dengan yakin
Sudah ku duga pertanyaan itulah yang akan keluar dari otak teman-temanku ini. Aku terdiam
sambil bicara dalam hati “aduhh gua jawab apa nih, masa langsung jujur gua suka alvaro”.

“Sha? eh dia malah bengong, ditungguin nih jawabannya” lambaian tangan Zea
menyadarkanku kembali.
“Emmm untuk saat ini gua ga suka siapa-siapa si” aku menjawab dengan gugup karena aku
tau mereka tak akan percaya itu.
“Enggak mungkin sha kalo lu ga suka siapa-siapa”
“Cowo yang waktu itu lu spill di perpus tuh bukannya crush lu ya” ceplos Erzan
Ingin rasanya ku lakban mulutnya agar tak sembarang berbicara. Sekarang semua wajah
tertuju padaku, seakan bertanya-tanya maksud dari perkataan Erzan tentang crushku itu.

“Permisi, ini pesananya sudah lengkap ya. Terimakasih” tak lama kemudian seorang pelayan
datang untuk mengantarkan pesanan kita. “huft syukur deh mas nya dateng, makasi loh mas”
gumamku dalam hati.
“Nah makananya datang, ayo makan” ucapku mengalihkan topik
“Yah sha, lu utang cerita ya sama kita!” raut wajah Cia nampak kecewa
“Iya iya bawel, gua pasti cerita ko nanti” aku mencoba meyakinkan teman-teman.

Selesai makan Alvaro pamit untuk pulang duluan karena adik nya menangis mencari dirinya.
Diwaktu yang bersamaan ibu menyuruhku untuk segera pulang karena sudah malam, maklum
lah ya aku anak perempuan satu-satunya.
“Eh gua juga pamit ya, ditelfon ibu nih” pamitku pada teman-teman
“Bareng gua aja sha, kan searah biar cepet sampai rumah daripada gojek nanti ibu lu keburu
berapi-api” tawar Alvaro padaku
“Gausah al nanti ngerepotin” tolakku halus
“Yailah santai aja sha, kaya sama siapa aja lu. Udah ayo!” ajaknya penuh semangat
“Yauda deh, gua pamit ya guys” ucapku sembari melambaikan tangan pada mereka dan
berjalan mengikuti Alvaro ke parkiran.

Sesampainya di parkiran dan menemukan dimana mobil Alvaro berada, kami langsung
bergegas masuk mobil dan beranjak pergi.

Aku memulai pembicaraan untuk menghilangkan keheningan di sepanjang jalan.


“Lu keberatan nggak, kalau gua ngambil inspirasi tokoh utama novel gua dari lu?”
“Boleh, asal nggak pakai nama asli gua aja” Dia melirik ke arah ku sekilas lalu kembali
melanjutkan bicaranya.
“Emang lu mau nulis cerita tentang apa?’

“Agak relate sih sama keadaan kita sekarang. Tentang circle pertemanan mahasiswa semester
akhir, tapi mau gua tambahin unsur romance.”
“Spill romance-nya dong, plisss!” Alvaro terlihat bersemangat.
Aku terdiam, berpikir sejenak untuk memutuskan untuk jujur atau tidak. Seperti yang ku
pikirkan hari itu.

‘Seorang penulis bisa mengubah perasaannya terhadap tokoh yang ia tulis hanya dengan
menekan tombol delete. Namun, dia tidak bisa mengubah perasaannya terhadap seeorang
yang menjadi alasan baginya untuk menciptakan tokoh tersebut.’

Suasana

Anda mungkin juga menyukai