Vertigo adalah kondisi yang membuat penderitanya mengalami pusing, sampai merasa
dirinya atau sekelilingnya berputar. Penderita dapat mengalami vertigo dengan tingkat
keparahan yang berbeda-beda, Tergantung tingkat keparahan, vertigo dapat berlangsung
selama beberapa menit atau jam. Jika vertigo yang dialami cukup berat, berisiko membuat
penderitanya terjatuh.
Gejala Vertigo
Selain kepala terasa berputar, vertigo juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti:
• Mual
• Muntah
• Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
• Berkeringat
• Hilangnya pendengaran
• Tinnitus
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular, isi cukup
RR : 24 x / menit
Suhu : 38,6 °C
Paru :
Inspeksi : dalam keadaan statis simetris, dalam keadaan dinamis tidak ada ketinggalan
gerak.
Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi (-)
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: S1,S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus normal (3x/menit)
Demam tifoid adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya
dialami akibat mengonsumi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Orang yang terinfeksi dapat mencemari pasokan air di sekitarnya, misalnya melalui tinja,
yang mengandung bakteri. Bakteri dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam
air atau limbah kering, dan kontaminasi pasokan air ini pada gilirannya dapat mencemari
pasokan makanan.
Untuk memastikan keberadaan bakteri ini di dalam tubuh, dokter akan melakukan
serangkaian tes, seperti tes darah, feses, urine, atau sumsung tulang. Berbagai sampel ini
nantinya akan ditempatkan pada media khusus yang bisa mendorong pertumbuhan bakteri.
Nantinya, kultur akan diperiksa di bawah mikroskop guna mengetahui keberadaan bakteri
penyebab tipes. Umumnya, sampel yang melalui sumsum tulang merupakan tes yang paling
sensitif untuk Salmonella typhi.
Jenis Kegiatan : KEBIDANAN DAN PERINATAL
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : KPD (Ketuban pecah dini)
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S: KU : Keluar air
Riw. Penyakit sekarang : Pasien G1P0A0 datang ke poli klinik kandungan dan kebidanan
RSUD. Sayang Rakyat dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 06.00 SMRS.
Pasien mengeluh keluar air yang dirasakan sedikit sedikit dan sekarang sudah tidak
merembes lagi. Keluar air berwarna putih bening dan tidak berbau. Keluhan juga tidak
disertai dengan adanya mules. Demam (-) riw. Coitus (-) trauma (-), selama hamil pasien
sering ANC pada bidan di puskesmas tiap bulannya. Pasien masih merasakan gerakan janin.
OBJECTIVE (O)
O: Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD 110/80 mmHg ,
N 84x/i
P 22x/i
S 36,7 C
Kepala : Normocephal
Mata : Anemis -/- , Ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : BJ 1/11 reguler normal , rhonki (-/-) , wheezing (-/-), murmur (-) gallop
(-)
Abdomen : Perut cembung, gravid
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)
TFU : 37 cm
Letak anak : letak kepala, punggung kanan
His :-
TBBJ : 2.664 grm
Auskultasi : 128x/i
Etiologi :
1. Inkompetensi Servik
2. Peningkatan tekanan intra uterin
3. Infeksi
4. Faktor Nutrisi ( def. Asam askorbat )
5. Trauma
Diagnosis :
1. Anamnesis
keluar air sejak kapan ?, berapa kali ganti celana / pembalut?, warna?, bau?,
etiologi?
2. Pemeriksaan fisik
Inspekulo tampak air menggenang di fornix posterior vagina
“Pooling test”
3. Pemeriksaan penunjang
Tes lakmus ( nitrazine test )
Tes pakis ( “ferning test” )
USG, untuk melihat Amniotic Fluid Index (AFI) atau Single Deepest Pocket, presentasi, berat,
dan usia.
Penatalaksanaan :
Konservatif (rawat dan diberikan antibiotik jika terdapat tanda infeksi), jika umur
kehamilan :
1. < 32-34 minggu, belum inpartu, berikan dexamethason, awasi tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada usia 37 minggu
2. 32-37 minggu, sudah inpartu, berikan tokolitik, dexamethason, dan induksi setelah 24
jam.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Awasi tanda
infeksi
Komplikasi :
Persalinan premature
Infeksi
Gawat janin
Pencegahan :
ANC yang teratur
Konsumsi makanan yang bergizi seimbang
Hindari / kurangi aktifitas yang berlebihan dan beresiko selama kehamilan
Hindari merokok
Prognosis :
Tergantung pada :
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Jenis Kegiatan : BEDAH
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : Appendicitis
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S: Pasien dikonsul dari bagian Anak ke Bedah dengan keluhan utama nyeri perut kanan
bawah sejak 1 hari yang lalu. Awalnya 4 hari yang lalu pasien masuk ke UGD RS
Massenrempulu dengan keluhan nyeri perut pada bagian atas dan demam sejak 6 hari yang
lalu. Mual (+), muntah (-).
Riwayat melakukan pengobatan tradisional (-) riwayat pemijatan pada perut (-) BAB biasa,
BAK lancar.
Hasil USG periappendicular infiltrate
OBJECTIVE (O)
Status General :
• KU : Sedang/Lemah kesadaran compos mentis.
• BB : 56 kg
• Vital sign
Suhu : 38,5ºC
Nadi : 104x/menit
Respirasi : 20x/menit
Kepala : Mata: pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva palpebra inferior pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-)
Toraks
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Fremitus kanan=kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Ekstremitas :
Superior : Oedem (-), Fraktur (-), Akral hangat (+), Edema (-)
Inferior : Oedem (-), Fraktur (-), Akral hangat (+), Edema (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
26 Juni 2018
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
DarahLengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g/dl 10,4 13.2-17.3
Leukosit (WBC) 103/ul 20,26 4.5 – 11.0
Skor Alvarado
Gejala Klinik Value
Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 0
Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Leukositosis 2
Shift to the left ?
JUMLAH 8
ASSESSMENT (A)
Peritonitis ec. Rupture intraperitoneal abscess + rupture appendicitis acute
PLAN (P)
• Rencana laparotomi eksplorasi
• IVFD RL 20 tpm makro drip
• Fosmycin 700mg/12 jam/IV
• Sanmol 500mg/8 jam/drips
• Pantoprazole 1 amp/24 jam/IV
ABSTRAKSI LAPORAN
Pasien dikonsul dari bagian Anak ke Bedah dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah
sejak 1 hari yang lalu. Awalnya 4 hari yang lalu pasien masuk ke UGD RS Sayang rakyat
dengan keluhan nyeri perut pada bagian atas dan demam sejak 6 hari yang lalu. Mual (+),
muntah (-).
Riwayat melakukan pengobatan tradisional (-) riwayat pemijatan pada perut (-) BAB biasa,
BAK lancar.
Hasil USG periappendicular infiltrate.
Pada pemeriksaan fisik didaptkan :
Abdomen (Status Lokalis) :
Inspeksi : supel, warna kulit sama dengan sekitar, tampak distensi
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan menurun
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (+) pada Mc Burney, Rovsing sign (+), Psoas Sign (+),
Blumberg Sign (+), Obturator sign (+), Nyeri Tekan Lepas (+), Hepar dan ginjal tidak teraba.
Perkusi: Timpani, Nyeri ketok ginjal (-)
DarahLengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g/dl 10,4 13.2-17.3
Leukosit (WBC) 103/ul 20,26 4.5 – 11.0
Skor Alvarado
Gejala Klinik Value
Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 0
Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Leukositosis 2
Shift to the left ?
JUMLAH 8
Apendisitis Akut adalah inflamasi pada dari vermiform appendiks dan ini merupakan kasus
operasi intraabdominal tersering yang memerlukan tindakan bedah.
Penyebab pasti dari appendisitis belum diketahui pasti. Beberapa studi menyampaikan
bahwa ada tendensi keturunan. Belakangan diketahui itu disebabkan oleh kesamaan
kebiasaan makan, resistensi genetik dari flora bakteri. Kebiasaan makan rendah serat, tinggi
gula dan lemak juga merupakan predisposisi terjadi buang air besar yang tidak banyak,
waktu transit makanan di usus jauh lebih lama, dan peningkatan tekanan di dalam lumen
usus.
Penegakkan Diagnosis
- Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah
dan timbul nyeri pada sisi kanan.
- Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.
- Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau
vagina.
- Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
- Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic
kanan
- Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat,
kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.
- Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran
kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
- Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah
pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan
posisi terlentang
- Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan
positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)
Blumberg sign disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
Jenis Kegiatan : KEBIDANAN DAN PERINATAL
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : Abortus Inkomplit
NARA SUMBER
Dokter Pendamping
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
Pasien G2P1A0 datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir kurang lebih seminggu
belakangan ini yang awalnya sedikit kemudian mulai pagi hingga siang keluar darah banyak
bergumpal, dalam sehari pasien dapat mengganti pembalut sebanyak 4-5 kali, nyeri perut
(+),
USG (+) Pemeriksaan USG dari dokter hasilnya tampak gambaran hyperechoic kesan sisa
jaringan.
OBJECTIVE (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4M5V6)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Pernapasan : 20 x / menit
Status Obstetri
Inspeksi : Pembesaran abdomen (-), scar (-)
Palpasi
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
• Denyut Jantung Janin : tidak dilakukan
• Taksiran Berat Janin : -
• His : -
• Pemeriksaan Dalam : -
• Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi :
• Genitalia eksterna :
vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus (-) pembengkakan vulva (-),
klitoris (-), keluar darah yg mengalir (+)
• Genitalia Interna (inspekulo) :
Tidak dilakukan
• Vaginal toucher :
Portio : tebal, lunak, licin.
Pembukaan : 1-2 cm teraba jaringan
Pengeluaran : darah segar (+)
ASSESSMENT (A)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
World Health Organization mendefinisikan abortus sebagai penghentian kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin <500 gram. Sedangkan New Shorter
Oxford Dictionary (2002) mendefinisikan abortus sebagai persalinan kurang bulan sebelum
usia janin yang memungkinkan untuk hidup.
PLAN (P)
Informed consent
• R/ Kuretase
• IVFD RL 28 tts/mnt
• Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam/IV
• Persiapan 2 bag PRC
Untuk persiapan 8 jam preop :
• Drips oxytocin 20 IU dalam RL 500 cc 28 tpm
• Inj. Ketorolac 1 amp/8jam/IV
• Konsul dokter spesialis obgyn
• Cek DR, GDS, HbSAg, Rapid test covid 19
ABSTRAKSI LAPORAN
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram dan masih ada sisa yang tertinggal di
dalam uterus (Cunningham, et al., 2014). Pada abortus inkomplit ini didapatkan kanalis
servikalis yang membuka (Cunningham, et al., 2014).
Etiologi
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya abortus inkomplit adalah sebagai berikut:
1. Faktor fetal
Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau
plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan
kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya (Gaufber, 2015). Sekitar
95 % dari kelainan kromosom disebabkan oleh kegagalan gametogenesis. Autosomal trisomi
adalah kelainan kromosom yang paling sering ditemukan pada abortus trimester awal.
Adanya riwayat abortus sebelumnya akan meningkatkan risiko fetal aneuploidy dari 1 %
menjadi 2 %. Monosomy X (45,X) adalah penyebab kelainan kromosom tunggal tersering.
Kelainan ini akan menyebabkan sindrom Turner, dimana biasanya akan berakhir dengan
abortus dan sangat jarang dapat bertahan hingga trimester tiga. Triploid sering dihubungkan
dengan hidropik plasental (degenerasi Mola) atau Mola Hidatidosa parsial. Janin dengan
jumlah kromosom normal (Euploidy) (46 XY / XX) cenderung akan bertahan lebih lama
daripada janin dengan Aneuploidy (Larsen, et al., 2013).
2. Faktor maternal
Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar
dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko
abortus (Cunningham, et al., 2014). Malformasi kongenital yang disebabkan oleh
abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya
masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang
positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester
II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif
(Gaufber, 2015).
• Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara luas, misal:
Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus,
Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan
semua jenis abortus spontan (Smith, 2015). Data penelitian yang menghubungkan infeksi
dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of
Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus
trimester awal
(Cunningham, et al., 2014).
• Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu seperti
tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia.
Pada penelitian Craig tahun 2002 dilaporkan bahwa angka abortus meningkat secara
signifikan pada Ibu hamil dengan Diabetes tidak terkontrol (Cunningham, et al., 2014). Pada
penelitian Mills tahun 1998 melaporkan bahwa pengaturan kadar gula darah pada pasien
DM dalam
waktu 21 hari setelah konsepsi akan menurunkan angka kejadian abortus setara dengan
wanita non DM (Tulandi & Al-Fozan, 2016). Sedangkan
pada Ibu dengan Hipotiroidisme, defisiensi iodin dipercaya sebagai penyebab utama
terjadinya abortus (Cunningham, et al., 2014).
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan
kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula
kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan
janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi (Cunningham, et al., 2014).
• Faktor Imunologi
Sekitar 15 % Ibu dengan abortus disebabkan oleh faktor imunologi. Dua Teori utama
gangguan imunologi adalah autoimunitas – kekebalan yang melawan sel sendiri, dan
alloimunitas – kekebalan melawan sel orang lain (Tulandi & Al-Fozan, 2016).
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas yang ditandai
dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang
melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik
(abortus berulang, trombosis yang penyebabnya
tak jelas dan kematian janin). Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis
(antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin). Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin
(atau prednison dalam beberapa kasus tertentu) (Smith, 2015). Alloimunitas (perbedaan
imunologi antara individu) telah diajukan sebagai faktor antara pasangan subur yang
menyebabkan abortus yang tidak dapat dijelaskan dengan alasan lain. Selama kehamilan
normal, sistem imunologi ibu dianggap dapat mengenali suatu antigen janin semialogenetik
50% bersifat “non-self” dan kemudian menghasilkan faktor “pemblokade” untuk melindungi
janin. Kegagalan untuk memproduksi faktor “pemblokade” ini yang dipercaya berperan
penting dalam proses terjadinya abortus (Tulandi & Al-Fozan, 2016).
• Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan abortus. Namun,
sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah atau
janin (Smith, 2015).
3. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya abortus
spontan. yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan pada
hampir 40% sampel (Smith, 2015).
SUBJEKCTIVE (S)
Keluhan Utama Pasien : Lemas
Pasien datang dengan keluhan lemas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS, nafsu
makan berkurang pasien hanya makan setengah piring, mual ada muntah tidak ada.
Demam ada 4 hari yang lalu, demam hilang timbul dan turun dengan pemberian obat
penurun panas namun kadang demam naik kembali, menggigil tidak ada.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak yang timbul sesekali sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berdarah tidak ada riwayat batuk lama tidak ada.
Penciuman dirasakan berkurang sejak 1 hari yang lalu.
Nyeri dada tidak ada. Sesak dirasakan sesekali tidak dipengaruhi oleh aktivitas.
BAK kesan volume cukup, warna putih kekuningan. BAB frekusnsi 1x sehari dengan
konsistensi lunak warna kuning, buang air besar disertai darah tidak ada.
Hasil Swab PCR 17/9/2021 dinyatakan positif covid 19
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat kontak dengan pasien covid 19 tidak diketahui. Riwayat demam tifoid tidak ada.
Riwayat hipertensi ada sejak 1 tahun dan komsumsi obat Ramipril 5 mg 1x1 secara rutin,
riwayat diabetes tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat :
Obat Ramipril 5 mg 1x1
OBJECTIVE (O)
Pemeriksaan Fisik
• Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit Sedang/ Gizi cukup/Compos Mentis
GCS : E4V5M6
BB : 55 kg
TB : 160 cm
IMT : 21,4 kg/m2
Status Gizi : Gizi baik
• Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Suhu : 370 C
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 20 kali/menit, tipe thoracoabdominal
SpO2 : 98 % tanpa modalitas oksigen
• Status Generalis
• Kepala
Bentuk Kepala : Normochepal
Deformitas : Tidak ada
• Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : Tidak ada
Cekung : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-), Perdarahan (-), hiperemis (-)
Pupil : Bulat, Isokor kiri – kanan
Palpebra : Edema (-/-)
• Telinga
Pendengaran : Dalam Batas Normal
Nyeri Tekan : Tidak ada
• Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : Tidak ada
• Mulut
Bibir : Sianosis (-) kering (-)
Lidah kotor : (-)
• Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
Kaku Kuduk : (-)
• Thorax
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Nyeri Tekan (-), fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi: Sonor, Batas Paru – Hepar: ICS IV Dextra
Auskultasi : Bronkovesikuler, bunyi tambahan ronkhi (+) di hemitorax bilateral.
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi: Pekak
Batas Kanan: ICS VI Parasternal Dextra
Batas Kiri: ICS V line midclavicularis kiri
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II, murni regular, bising (-)
• Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar, ikut gerak napas
Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, Massa Tumor (-), Nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan regio abdomen lainnya (-) Acites (-)
Perkusi: Timpani, hepatomegaly (-), spenomegali (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
• Genitalia : Tidak ada edema
• Ekstremitas : edema (-) tidak ada nyeri tekan, akral hangat, turgor kulit normal
4. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium tanggal 18 September 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
RBC 5.24x106 mm3 4.00-5.40x106 mm3
HGB 16.0 g/dL 11.5-14.5 g/dL
HCT 47.4% 37.0-45.0%
MCV 90 µm3 77-91 µm3
MCH 30.5 pg 24.0-30.0 pg
MCHC 33.8 g/dL 32 – 36 g/dL
RDWcv 11.3% 11-16%
RDWsd 37 µm3 39-52 µm3
PLT 385.000/mm3 200.000-400.000/mm3
MPV 7.0 µm3 6-11 µm3
PCT 0.271 % 0.150-0.500 %
PDW 9.8 % 11-18 %
WBC 7.900/mm3 4.500-13.500/mm3
NEU 61.5%
LYM 29.4%
D.DIMER 0.10 < 0.5 ug/ml
PT 10.5 9.9 – 11.8 DETIK
INR 0.91 0.88 – 1.32
APTT 31.5 22 – 30 DETIK
CRP < 0.5 < 5 mgdl
GOT 20 < 38
GPT 19 < 41
GDS 101 < 140 mg/dl
Ureum 23 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.7 PR 0.6 – 1.13 mg/dl
Kolesterol total 195 < 200 mg/dl
Albumin 4.4 3.5 – 5.5 gr/dl
• Foto Rontgen
Kesan : Bronchopneumonia bilateral
• RT-PCR SARS-Cov (17 September 2021)
Hasil = Positif
ASSESSMENT (A)
Covid-19 Terkonfirmasi derajat sedang + Hipertensi grade 1
PLAN (P)
• Infus RL 28 tpm
• Avigan 2x1600 mg per 12 jam per oral H1
lanjut Avigan 600 mg per 12 jam per oral
• Vitamin C 1 gr per 24 jam per intravena
• Vitamin D 5000 iu per 24 jam per oral
• Nacetylcistein 200 mg per 8 jam per oral
• Paracetamol 500 mg per 8 jam per oral
• Azitromizin 500 mg per 24 jam per oral
• Ramipril 5 mg per 24 jam per oral
SARS-COV2 menular antar manusia melalui droplets pernapasan, yang keluar pada saat
orang yag terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena droplet jatuh dalam beberapa meter,
kemungkinan transmisi berkurang jika seseorang menjaga jarak sekurang kurangnya 2
meter. Transmisi tidak normal terjadi melalui aerosol (udara), pada beberapa aktivitas
tertentu (misalnya menyanyi) atau melakukan prosedur tertentu (missalnya intubasi atau
pengguaan nebulizers) dan virusnya dapat bertahan lebih 3 jam di udara.
Gejala dapat bervariasi dari batuk ringan hingga kegagalan pernapasan berat dan
ARDS, tabel di bawah menunjukkan perkiraan frekuensi gejala yang telah diamati.
Tabel 2. Frekuensi gejala secara umum pada Covid-195
Gejala Pasien dengan gejala (persen)
Batuk 50-80 %
Demam 85 %
Fatigue 69.6 %
Sesak Napas 20-40 %
Gejala Infeksi Saluran Napas Lain 15 %
Gejala Gastrointestinal (mual, muntah, diare) 10 %
Kehilangan indra perasa dan penghidu, strok, nyeri otot, nyeri kepala, skin rash Bervariasi
Pada Covid 19 berat dapat menyebabkan kegagalan multi organ seperti gagal jantung,
gagal ginjal, akut hepatitis, gangguan sistem syaraf sentral dan perifer, koagulopati, aritmia
jantung, rabdomiolisis dan syok. Hal ini dapat dihubungkan dengan badai sitokin yang
ditandai demam tinggi, trombositopenia, hiperferritinemia, dan peningkatan penanda
inflamasi lainnya.
Kelainan laboratorium yang biasa ditemukan pada Covid-19. Hitung Darah Lengkap :
WBC normal, leukopenia, leukositosis, limfopenia (80 %), trombositopenia3. Kimia Darah :
Peningkatan BUN/Creatinin, peningkatan GOT/GPT, dan bilirubin total3. Penanda
Inflamasi : Prokalsitonin normal atau rendah , peningkatan CRP dan ferritin. Koagulasi :
Peningkatan D-Dimer dan Protrombin Time, PT INR dapat normal. Lain-lain : Peningkatan
Interleukin 6, Creatin Kinase, Troponin dan Laktat Dehidrogenase.
Tes Diagnostik yang merupakan standar emas yakni swab nasofaring SARS-COV2 real
time Polimerasi Chain Reaction (RT-PCR) dan test untuk mengetahui patogen respirasi
lainnya karena kemungkinan co-infeksi.3 Perkumpulan Ahli Pulmonologi telah
merekomendasikan untuk tidak melakukan induksi sputum, bronkoskopi, spirometri atau
PFT pada pasien COVID-19 untuk menghindari penyebaran virus.