Anda di halaman 1dari 24

Jenis Kegiatan : MEDIK

Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN


Judul Lap. Kegiatan : Vertigo
NARA SUMBER
Dokter Pendamping
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S ; pasien datang dengan sakit kepala yang sangat dan sekeliling terlihat berputar sampai
pasien menutup matanya dan teriak, disertai muntah-muntah sebanyak 4x , berisi
makanan,dan lendir berwarna kuning muda,Saat serangan pasien banyak mengeluarkan
keringat dingin,
Pasien menyangkal pernah sampai jatuh seperti ini sebelumnya, namun mengakui sudah
sering sakit kepala yang sangat dan melihat sekeliling seperti berputar ke kanan namun tak
jarang kadang ke kiri,pasien tidak ingat jelas,dan setiap serangan kira-kira setengah jam,
saking pusingnya pasien tak jarang mual bahkan sering sekali pasien muntah,keluarga
bahkan pasien tidak mengingat kapan pertama kali keluhan ini muncul namun terakhir kali
pasien mengeluh sakit kepala adalah 2minggu lalu,saat sedang berjalan kaki pulang dari
pasar,namun dengan mengkonsumsi obat warung untuk sakit kepala dibantu dengan
ditidurkan ,sakit kepala tersebut reda,
Pasien mengatakan telinganya sering berdenging hilang timbul,pendengaran
berkurang,penglihatan berbayang setelah serangan,dan sering keluar keringat dingin
sebelum,saat dan setelah serangan.riwayat darah tinggi sejak +/- 5 tahun terakhir tapi tidak
sering ke puskesmas untuk mengontrol tensinya,dan tidak mengkonsumsi obat darah tinggi
secara rutin,Pasien tidak mempunyai riwayat pingsan,demam dan Stroke sebelumnya.
Satu bulan terakhir ini pasien sering batuk berdahak hilang timbul kadang sangking
seringnya pasien sampai ingin muntah saat mengeluarkan dahak,dahak berwarna bening
namun kadang kecoklatan,Di kehidupan sehari-harinya, pasien mengaku suka
mengkonsumsi makanan bersantan, merokok sejak ± > 30 tahun,dan mengkonsumsi kopi
hitam +/- 2 cangkir sehari
OBJECTIVE (O)
STATUS PRESENT
• Keadaan umum : Tampak sakit berat
• Kesadaran : Compos mentis
• GCS : E4 V5 M6= 15
• Vital sign
Tekanan darah : 180/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 24 x / menit
Suhu : 38 0 C
• Gizi : Cukup
STATUS GENERALIS
• Kepala
Rambut : Hitam beruban dan tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Liang lapang, membran timpani intak
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : Bibir tidak sianosis & tidak kering, lidah tidak kotor
• Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB Submandibula (-), nyeri tekan (-)
Pembesaran tiroid : Tidak ada
JVP : Tidak meningkat
Trachea : Letak ditengah
• Thorak
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V garis mid clavicula kiri
Perkusi : Batas kanan : Sela iga IV garis parasternal kanan
Batas kiri : Sela iga V garis midclavicula kiri
Batas atas : Sela iga II garis parasternal kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan nafas kanan-kiri simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Fremitus taktil paru kanan = paru kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler ( +/+ ), whezing ( -/- ), ronkhi (-/-)
• Abdomen
Inspeksi : Perut rata dan simetris
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
pada SIAS, nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kwadran, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Ekstremitas
Superior : oedem ( -/- ), sianosis ( -/- ), turgor kulit ( +/+ )
Inferior : oedem ( -/- ), sianosis ( -/- ), turgor kulit ( +/+ )
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS PADA LAPORAN KASUS VERTIGO
Saraf cranialis Kanan / Kiri
N. OLFAKTORIUS ( N. I )
Daya penciuman hidung : ( normosmia/normosmia )
N. OPTICUS ( N. II )
Tajam penglihatan : ≥ 4/60 / ≥ 4/60
Lapang penglihatan : sesuai dengan pemeriksa
Tes warna : benar ≥ 7
Fundus oculi : Tidak dilakukan
N. OCCULOMOTORIUS, N. TROCHLEARIS, N. ABDUCEN ( N.III-N.IV-N.VI )
Kelopak mata :
Ptosis : ( – / – )
Endopthalmus : ( – / – )
Exopthalmus : ( – / – )
Pupil :
Diameter : ( 3 mm / 3 mm )
Bentuk : ( Bulat / Bulat )
Isokor / anisokor : ( Isokor / Isokor )
Posisi : ( Sentral / Sentral )
Reflek cahaya langsung : ( + / + )
Reflek cahaya tidak langsung : ( + / + )
Gerakan bola mata
Medial : ( + / + )
Lateral : ( + / +)
Superior : ( + / + )
Inferior : ( + / + )
Obliqus, superior : ( + / + )
Obliqus, inferior : ( + / + )
Reflek pupil akomodasi : ( + / + )
Reflek pupil konvergensi : ( + / + )
N. TRIGEMINUS ( N. V )
Sensibilitas
Ramus oftalmikus : ( + / + )
Ramus maksilaris : (+ / + )
Ramus mandibularis : (+ / +)
Motorik
M. maseter : ( + / + )
M. temporalis : ( + / +)
M. pterigoideus : (+ /+ )
Reflek
Reflek kornea ( sensoris N. V, motoris N. VII ) : ( + / + )
Reflek bersin : ( + / + )
N. FASCIALIS ( N. VII )
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam : simetris
Tertawa : simetris
Meringis : simetris
Bersiul : simetris
Menutup mata : simetris
Pasien disuruh untuk :
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata kuat-kuat : simetris
Menggembungkan pipi : simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : ( + / + )
N. ACUSTICUS ( N. VIII )
N. cochlearis
Ketajaman pendengaran : ( +/+ )
Tinitus : ( +/+)
N. vestibularis
Test vertigo : (+ / +)
Nistagmus : ( -/ -)
N. GLOSSOPHARINGEUS DAN N. VAGUS ( N. IX DAN N. X )
Suara bindeng / nasal : (- /- )
Posisi uvula : tidak deviasi
Palatum mole : Istirahat : simetris
Bersuara : terangkat
Arcus palatoglossus : Istirahat : simetris
Bersuara : terangkat
Arcus pharingeus : Istirahat : simetris
Bersuara : terangkat
Reflek batuk : ( + )
Reflek muntah : ( + )
Peristaltik usus : Bising usus (+) normal
Bradikardi : (-)
Takikardi : (+)
N. ACCESORIUS ( N. XI )
M. sternocleidomastoideus : ( tahanan kuat/tahanan kuat )
M. trapezius : (tahanan kuat /tahanan kuat )
N. hipoglossus ( N. XII )
Atropi : ( – )
Fasikulasi : ( – )
Deviasi : (- )
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-)
Lasseque test : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinky II : (-)
SISTEM MOTORIK SUPERIOR KA / KI INFERIOR KA / KI
• Gerak aktif / aktif aktif/ aktif
• Kekuatan otot 5 / 5 5 / 5
• Tonus Normotonus / Normotonus Normotonus / Normotonus
• Klonus – / – – / –
• Reflek fisiologis Bicep ( + / + ) Pattela ( + / + )
Trisep ( + / + ) Achiles ( + / + )
• Reflek patologi Hoffman trommer ( – / – ) Babinsky ( – / – )
Chaddock ( – / – )
Oppenheim ( – / – )
Schaefer ( – / – )
Gordon ( – / – )
Gonda ( – / – )
SENSIBILITAS
• Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior )
Rasa raba : (+ / + )
Rasa nyeri : (+/ + )
Rasa suhu panas : (+ / + )
Rasa suhu dingin : (+ / +)
• Propioseptif / rasa dalam
Rasa sikap : ( +/ + )
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa nyeri dalam : tidak dilakukan
KOORDINASI
▪ Tes tunjuk hidung : ( – )
▪ Romberg test : (+)
SUSUNAN SARAF OTONOM
▪ Miksi : Normal
Defekasi : Normal
▪ Salivasi : Normal
Fungsi luhur
▪ Fungsi bahasa : baik
▪ Fungsi orientasi : baik
▪ Fungsi memori : baik
▪ Fungsi emosi : baik
ASSESSMENT (A)
VERTIGO + Hipertensi gr II
PLAN (P)
1. Umum
• Pantau tanda vital dan neurologi
• Pemasangan infus pada sisi yang sehat
1. Medikamentosa
• Vastigo 3×1
• Captopril 2×12,5
• Dexanta syrup 3xCI
1. Dietetik
2. Perawatan dan Rehabilitasi
• Psikoterapi suportif :
Meyakinkan pasien agar mulai aktif berpartisipasi bersamaan dengan kondisi medis yang
membaik, misalnya : membersihkan diri sendiri, berkomunikasi, berinteraksi dengan staf
medis, perawat serta pasien lain.
• Edukasi pada pasien dan keluarga :
1. Perkenalkan cara transfer ( berubah posisi, berpindah tempat ) dengan cara
memanfaatkan gerak otot sendi secara efisien.
2. Edukasi tentang vertigo: faktor resiko yang harus dihindari, , dll
ABSTRAKSI LAPORAN
Pada tanggal 17 November pasien datang setelah jatuh dirumahnya,
• pasien merasa sakit kepala yang sangat sekeliling terlihat berputar sampai pasien
menutup matanya dan teriak,
• Pasien mengatakan telinganya sering berdenging hilang timbul,penglihatan
berbayang setelah serangan,dan sering keluar keringat dingin sebelum,saat dan setelah
serangan.
• Pasien muntah-muntah hampir setiap serangan ,cairan muntah sebagian berisi
makanan,dan lendir berwarna kuning muda,
• Pasien memang mempunyai riwayat darah tinggi sejak +/- 5 tahun terakhir tapi tidak
sering ke puskesmas untuk mengontrol tensinya,dan tidak mengkonsumsi obat darah tinggi
secara rutin,Pasien tidak mempunyai riwayat pingsan,demam dan Stroke sebelumnya.
• Satu bulan terakhir ini pasien sering batuk berdahak hilang timbul kadang sangking
seringnya pasien sampai ingin muntah saat mengeluarkan dahak,dahak berwarna bening
namun kadang kecoklatan,
• Di kehidupan sehari-harinya, pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan
bersantan, merokok sejak ± > 30 tahun,dan mengkonsumsi kopi hitam +/- 2 cangkir sehari
Dari pemeriksaan tanggal 1 Agustus 2020 pukul 15.00 WIB didapat :
• Kesadaran : Compos mentis
• GCS : E4M6V4 = 15
• Tekanan darah : 180/90 mmHg

Vertigo adalah kondisi yang membuat penderitanya mengalami pusing, sampai merasa
dirinya atau sekelilingnya berputar. Penderita dapat mengalami vertigo dengan tingkat
keparahan yang berbeda-beda, Tergantung tingkat keparahan, vertigo dapat berlangsung
selama beberapa menit atau jam. Jika vertigo yang dialami cukup berat, berisiko membuat
penderitanya terjatuh.

Gejala Vertigo
Selain kepala terasa berputar, vertigo juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti:
• Mual
• Muntah
• Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
• Berkeringat
• Hilangnya pendengaran
• Tinnitus

Penyebab dan Faktor Risiko Vertigo


Vertigo dapat disebabkan oleh beragam kondisi, di antaranya:
• Diabetes
• Migrain
• Stroke
• Penyakit Parkinson
• Tumor otak
• Vertigo lebih berisiko terjadi pada seseorang yang memiliki kebiasaan merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol.

Vertigo bisa dicegah dengan beberapa cara, antara lain:


• Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.
• Duduk diam sejenak saat bangun tidur.
• Gerakkan kepala secara perlahan.
• Hindari posisi membungkuk, agar vertigo tidak kambuh
Jenis Kegiatan : MEDIK
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : DEMAM TIFOID
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S: Pasien dirujuk dari Puskesmas dengan keluhan demam sejak 6 hari. Demam dirasakan
terutama sore hari, naik perlahan, kadang disertai menggigil (hari pertama dan kedua)
Demam disertai mual, muntah sebanyak 2 kali, pusing dan nafsu makan berkurang. Demam
tidak disertai pilek dan batuk. Pasien juga tidak mengeluh bab cair. Bab berwarna merah
atau kehitaman disangkal. buang air kecil seperti biasa.
Pasien sebelumnya sudah mengkonsumsi obat warung (namanya tidak diketahui) Demam
dirasakan berkurang, tetapi demam kembali terjadi jika obat dihentikan. Tidak pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat Keluarga yang mengalami keluhan serupa
tidak ada.
OBJECTIVE (O)
O:
Keadaan Umum
: tampak sakit sedang Kesadaran
: composmentis

Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular, isi cukup
RR : 24 x / menit
Suhu : 38,6 °C

Pemeriksaan status generalis :


Kepala : tidak tampak kelainan

Mata : mata cekung (+), konjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-)

THT : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, lidah tampak kotor,


tremor (+)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax : bentuk normal.

Paru :
Inspeksi : dalam keadaan statis simetris, dalam keadaan dinamis tidak ada ketinggalan
gerak.
Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi (-)
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: S1,S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur (-)

Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus normal (3x/menit)

Ekstremitas : akral hangat, petekie (-), CR <2 detik


ASSESSMENT (A)
A: DEMAM TIFOID
PLAN (P)
P:
Diet lunak
Infus RL 20 tetes / menit
Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam/iv
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/iv
Mersibion 1 amp/24 jam/iv
Paracetamol 3 x 500mg
ABSTRAKSI LAPORAN
Pasien dirujuk dari Puskesmas dengan keluhan demam sejak 6 hari. Demam dirasakan
terutama sore hari, naik perlahan, kadang disertai menggigil (hari pertama dan kedua)
Demam disertai mual, muntah sebanyak 2 kali, pusing dan nafsu makan berkurang. Demam
tidak disertai pilek dan batuk. Pasien juga tidak mengeluh bab cair. Bab berwarna merah
atau kehitaman disangkal. buang air kecil seperti biasa.
Pasien sebelumnya sudah mengkonsumsi obat warung (namanya tidak diketahui) Demam
dirasakan berkurang, tetapi demam kembali terjadi jika obat dihentikan. Tidak pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat Keluarga yang mengalami keluhan serupa
tidak ada.
Dari pemeriksaan didapatkan suhu 38,6 °C, lidah tampak kotor, tremor (+), nyeri tekan
epigastrium (+) hepar dan lien tidak teraba, turgor baik.

Demam tifoid adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya
dialami akibat mengonsumi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Orang yang terinfeksi dapat mencemari pasokan air di sekitarnya, misalnya melalui tinja,
yang mengandung bakteri. Bakteri dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam
air atau limbah kering, dan kontaminasi pasokan air ini pada gilirannya dapat mencemari
pasokan makanan.

Gejala demam tifoid di antaranya meliputi:


Suhu tinggi yang bisa mencapai 39 hingga 40 C
Sakit kepala
Sakit dan nyeri umum
Batuk
Sembelit
nyeri otot

Untuk memastikan keberadaan bakteri ini di dalam tubuh, dokter akan melakukan
serangkaian tes, seperti tes darah, feses, urine, atau sumsung tulang. Berbagai sampel ini
nantinya akan ditempatkan pada media khusus yang bisa mendorong pertumbuhan bakteri.
Nantinya, kultur akan diperiksa di bawah mikroskop guna mengetahui keberadaan bakteri
penyebab tipes. Umumnya, sampel yang melalui sumsum tulang merupakan tes yang paling
sensitif untuk Salmonella typhi.
Jenis Kegiatan : KEBIDANAN DAN PERINATAL
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : KPD (Ketuban pecah dini)
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S: KU : Keluar air
Riw. Penyakit sekarang : Pasien G1P0A0 datang ke poli klinik kandungan dan kebidanan
RSUD. Sayang Rakyat dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 06.00 SMRS.
Pasien mengeluh keluar air yang dirasakan sedikit sedikit dan sekarang sudah tidak
merembes lagi. Keluar air berwarna putih bening dan tidak berbau. Keluhan juga tidak
disertai dengan adanya mules. Demam (-) riw. Coitus (-) trauma (-), selama hamil pasien
sering ANC pada bidan di puskesmas tiap bulannya. Pasien masih merasakan gerakan janin.
OBJECTIVE (O)
O: Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD 110/80 mmHg ,
N 84x/i
P 22x/i
S 36,7 C

Kepala : Normocephal
Mata : Anemis -/- , Ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : BJ 1/11 reguler normal , rhonki (-/-) , wheezing (-/-), murmur (-) gallop
(-)
Abdomen : Perut cembung, gravid
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)

TFU : 37 cm
Letak anak : letak kepala, punggung kanan
His :-
TBBJ : 2.664 grm
Auskultasi : 128x/i

Vulva/ Vagina : Tidak ada kelainan


Portio : Tebal, Lunak
Pembukaan :2
Ketuban :-
Letak rendah : kepala
ASSESSMENT (A)
A: Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala klinis bermakna berupa keluar air air dari jalan
lahir sejak pukul 06.00 SMRS. Pasien mengeluh keluar air yang dirasakan sedikit sedikit dan
sekarang sudah tidak merembes lagi. Keluar air berwarna putih bening dan tidak berbau.
Keluhan juga tidak disertai dengan adanya mules. Demam (-) riw. Coitus (-) trauma (-),
selama hamil pasien sering ANC pada bidan di puskesmas tiap bulannya. Pasien masih
merasakan gerakan janin.
Pada pemeriksaan fisik :
Vulva/ Vagina : Tidak ada kelainan,
Portio : Tebal, Lunak,
Pembukaan : 2,
Ketuban : Letak rendah : kepala
Sehingga berdasarkan anamnesi dan pemeriksaan fisik pasien dapat didiagnosis dengan
G1P0A0 aterm 37 minggu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini
PLAN (P)
P: Tirah Baring
Antibiotik sebagai profilaksis
ABSTRAKSI LAPORAN
Ketuban Pecah Dini / Premature Ruptur Of Membran (PROM) / Amniorrhexis
[amnio = amnion & rhēxis, rupture], Keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan.
Premature rupture of membranes (PROM) keadaan dimana umur kehamilan > 37 minggu
dan ditandai dengan pecahnya selaput ketuban sebelum awal persalinan (ada gejala
inpartu)
Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut Preterm premature rupture of membranes
(PPROM)
Menurut WHO tahun 2010, memperkirakan angka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000
kelahiran, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%,
abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.

Fungsi selaput ketuban :


Sebagai medium sehingga janin dapat bergerak bebas
Sebagai bantalan untuk meredam dan mencegah dari benturan.
Selain itu air ketuban juga berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh janin dan bekerja
hidrostatik pada saat persalinan untuk memperluas ruang saluran serviks.

Etiologi :
1. Inkompetensi Servik
2. Peningkatan tekanan intra uterin
3. Infeksi
4. Faktor Nutrisi ( def. Asam askorbat )
5. Trauma

Diagnosis :
1. Anamnesis
keluar air sejak kapan ?, berapa kali ganti celana / pembalut?, warna?, bau?,
etiologi?
2. Pemeriksaan fisik
Inspekulo tampak air menggenang di fornix posterior vagina
“Pooling test”
3. Pemeriksaan penunjang
Tes lakmus ( nitrazine test )
Tes pakis ( “ferning test” )
USG, untuk melihat Amniotic Fluid Index (AFI) atau Single Deepest Pocket, presentasi, berat,
dan usia.

Penatalaksanaan :
Konservatif (rawat dan diberikan antibiotik jika terdapat tanda infeksi), jika umur
kehamilan :
1. < 32-34 minggu, belum inpartu, berikan dexamethason, awasi tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada usia 37 minggu
2. 32-37 minggu, sudah inpartu, berikan tokolitik, dexamethason, dan induksi setelah 24
jam.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Awasi tanda
infeksi

Komplikasi :
Persalinan premature
Infeksi
Gawat janin

Pencegahan :
ANC yang teratur
Konsumsi makanan yang bergizi seimbang
Hindari / kurangi aktifitas yang berlebihan dan beresiko selama kehamilan
Hindari merokok

Prognosis :
Tergantung pada :
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Jenis Kegiatan : BEDAH
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : Appendicitis
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
S: Pasien dikonsul dari bagian Anak ke Bedah dengan keluhan utama nyeri perut kanan
bawah sejak 1 hari yang lalu. Awalnya 4 hari yang lalu pasien masuk ke UGD RS
Massenrempulu dengan keluhan nyeri perut pada bagian atas dan demam sejak 6 hari yang
lalu. Mual (+), muntah (-).
Riwayat melakukan pengobatan tradisional (-) riwayat pemijatan pada perut (-) BAB biasa,
BAK lancar.
Hasil USG periappendicular infiltrate
OBJECTIVE (O)
Status General :
• KU : Sedang/Lemah kesadaran compos mentis.
• BB : 56 kg
• Vital sign
Suhu : 38,5ºC
Nadi : 104x/menit
Respirasi : 20x/menit

Kepala : Mata: pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva palpebra inferior pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-)

Toraks
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Fremitus kanan=kiri, kesan normal
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen (Status Lokalis) :


Inspeksi : supel, warna kulit sama dengan sekitar, tampak distensi
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan menurun
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (+) pada Mc Burney, Rovsing sign (+), Psoas Sign (+),
Blumberg Sign (+), Obturator sign (+), Nyeri Tekan Lepas (+), Hepar dan ginjal tidak teraba.
Perkusi: Timpani, Nyeri ketok ginjal (-)

Ekstremitas :
Superior : Oedem (-), Fraktur (-), Akral hangat (+), Edema (-)
Inferior : Oedem (-), Fraktur (-), Akral hangat (+), Edema (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
26 Juni 2018
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
DarahLengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g/dl 10,4 13.2-17.3
Leukosit (WBC) 103/ul 20,26 4.5 – 11.0

Skor Alvarado
Gejala Klinik Value
Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 0
Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Leukositosis 2
Shift to the left ?
JUMLAH 8
ASSESSMENT (A)
Peritonitis ec. Rupture intraperitoneal abscess + rupture appendicitis acute
PLAN (P)
• Rencana laparotomi eksplorasi
• IVFD RL 20 tpm makro drip
• Fosmycin 700mg/12 jam/IV
• Sanmol 500mg/8 jam/drips
• Pantoprazole 1 amp/24 jam/IV
ABSTRAKSI LAPORAN
Pasien dikonsul dari bagian Anak ke Bedah dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah
sejak 1 hari yang lalu. Awalnya 4 hari yang lalu pasien masuk ke UGD RS Sayang rakyat
dengan keluhan nyeri perut pada bagian atas dan demam sejak 6 hari yang lalu. Mual (+),
muntah (-).
Riwayat melakukan pengobatan tradisional (-) riwayat pemijatan pada perut (-) BAB biasa,
BAK lancar.
Hasil USG periappendicular infiltrate.
Pada pemeriksaan fisik didaptkan :
Abdomen (Status Lokalis) :
Inspeksi : supel, warna kulit sama dengan sekitar, tampak distensi
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan menurun
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (+) pada Mc Burney, Rovsing sign (+), Psoas Sign (+),
Blumberg Sign (+), Obturator sign (+), Nyeri Tekan Lepas (+), Hepar dan ginjal tidak teraba.
Perkusi: Timpani, Nyeri ketok ginjal (-)

DarahLengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g/dl 10,4 13.2-17.3
Leukosit (WBC) 103/ul 20,26 4.5 – 11.0

Skor Alvarado
Gejala Klinik Value
Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 0
Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Leukositosis 2
Shift to the left ?
JUMLAH 8

Apendisitis Akut adalah inflamasi pada dari vermiform appendiks dan ini merupakan kasus
operasi intraabdominal tersering yang memerlukan tindakan bedah.

Penyebab pasti dari appendisitis belum diketahui pasti. Beberapa studi menyampaikan
bahwa ada tendensi keturunan. Belakangan diketahui itu disebabkan oleh kesamaan
kebiasaan makan, resistensi genetik dari flora bakteri. Kebiasaan makan rendah serat, tinggi
gula dan lemak juga merupakan predisposisi terjadi buang air besar yang tidak banyak,
waktu transit makanan di usus jauh lebih lama, dan peningkatan tekanan di dalam lumen
usus.
Penegakkan Diagnosis

- Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah
dan timbul nyeri pada sisi kanan.
- Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.
- Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau
vagina.
- Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
- Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic
kanan
- Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat,
kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.
- Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran
kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
- Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah
pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan
posisi terlentang
- Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan
positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)
Blumberg sign disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
Jenis Kegiatan : KEBIDANAN DAN PERINATAL
Dokter Pendamping : DR.ANTI ALIYAH USMAN
Judul Lap. Kegiatan : Abortus Inkomplit
NARA SUMBER
Dokter Pendamping
PESERTA HADIR
Dokter Umum
Peserta PIDI
SUBJEKCTIVE (S)
Pasien G2P1A0 datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir kurang lebih seminggu
belakangan ini yang awalnya sedikit kemudian mulai pagi hingga siang keluar darah banyak
bergumpal, dalam sehari pasien dapat mengganti pembalut sebanyak 4-5 kali, nyeri perut
(+),
USG (+) Pemeriksaan USG dari dokter hasilnya tampak gambaran hyperechoic kesan sisa
jaringan.
OBJECTIVE (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4M5V6)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Pernapasan : 20 x / menit
Status Obstetri
Inspeksi : Pembesaran abdomen (-), scar (-)
Palpasi
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
• Denyut Jantung Janin : tidak dilakukan
• Taksiran Berat Janin : -
• His : -
• Pemeriksaan Dalam : -
• Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi :
• Genitalia eksterna :
vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus (-) pembengkakan vulva (-),
klitoris (-), keluar darah yg mengalir (+)
• Genitalia Interna (inspekulo) :
Tidak dilakukan
• Vaginal toucher :
Portio : tebal, lunak, licin.
Pembukaan : 1-2 cm teraba jaringan
Pengeluaran : darah segar (+)
ASSESSMENT (A)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
World Health Organization mendefinisikan abortus sebagai penghentian kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin <500 gram. Sedangkan New Shorter
Oxford Dictionary (2002) mendefinisikan abortus sebagai persalinan kurang bulan sebelum
usia janin yang memungkinkan untuk hidup.
PLAN (P)
Informed consent
• R/ Kuretase
• IVFD RL 28 tts/mnt
• Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam/IV
• Persiapan 2 bag PRC
Untuk persiapan 8 jam preop :
• Drips oxytocin 20 IU dalam RL 500 cc 28 tpm
• Inj. Ketorolac 1 amp/8jam/IV
• Konsul dokter spesialis obgyn
• Cek DR, GDS, HbSAg, Rapid test covid 19
ABSTRAKSI LAPORAN
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram dan masih ada sisa yang tertinggal di
dalam uterus (Cunningham, et al., 2014). Pada abortus inkomplit ini didapatkan kanalis
servikalis yang membuka (Cunningham, et al., 2014).

Epidemiologi Kejadian Abortus berdasarkan data yang dikumpulkan di rumah sakit


padaumumnya berkisar antara 15-20%. Namun angka kejadian abortus sebenarnya
diperkirakan dapat lebih tinggi lagi di masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
kewajiban untuk melaporkan kejadian abortus pada pihak yang berwenang (Halim, et al.,
2011). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 diperkirakan 4,2 juta abortus
terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan
Singapura, antara 750.000 sampai 1,5
juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000
di Thailand (Gaufber, 2015). Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus
aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 23 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (Adhi,
2014).

Laporan epidemiologis menyatakan bahwa di Amerika Serikat angka kejadian abortus


spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan (Cunningham, et al.,2014). Angka kejadian
abortus inkomplit bervariasi antara 16-21% (Halim, et al., 2011). Laporan dari rumah sakit
pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian abortus bervariasi antara 2,5-15% (Halim, et
al., 2011). Data pada dinas kesehatan Sumatera Utara didapatkan angka kejadian abortus
inkomplit pada tahun 2011 adalah 9,75% (Samjianto, 2012). Di RSUP Sanglah diperoleh data
angka kejadian
abortus inkomplit pada tahun 2015 adalah 8% (Anonim, 2015).

Etiologi
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya abortus inkomplit adalah sebagai berikut:
1. Faktor fetal
Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau
plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan
kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya (Gaufber, 2015). Sekitar
95 % dari kelainan kromosom disebabkan oleh kegagalan gametogenesis. Autosomal trisomi
adalah kelainan kromosom yang paling sering ditemukan pada abortus trimester awal.
Adanya riwayat abortus sebelumnya akan meningkatkan risiko fetal aneuploidy dari 1 %
menjadi 2 %. Monosomy X (45,X) adalah penyebab kelainan kromosom tunggal tersering.
Kelainan ini akan menyebabkan sindrom Turner, dimana biasanya akan berakhir dengan
abortus dan sangat jarang dapat bertahan hingga trimester tiga. Triploid sering dihubungkan
dengan hidropik plasental (degenerasi Mola) atau Mola Hidatidosa parsial. Janin dengan
jumlah kromosom normal (Euploidy) (46 XY / XX) cenderung akan bertahan lebih lama
daripada janin dengan Aneuploidy (Larsen, et al., 2013).

2. Faktor maternal
Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar
dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko
abortus (Cunningham, et al., 2014). Malformasi kongenital yang disebabkan oleh
abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya
masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang
positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester
II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif
(Gaufber, 2015).

• Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara luas, misal:
Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus,
Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan
semua jenis abortus spontan (Smith, 2015). Data penelitian yang menghubungkan infeksi
dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of
Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus
trimester awal
(Cunningham, et al., 2014).

• Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu seperti
tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia.
Pada penelitian Craig tahun 2002 dilaporkan bahwa angka abortus meningkat secara
signifikan pada Ibu hamil dengan Diabetes tidak terkontrol (Cunningham, et al., 2014). Pada
penelitian Mills tahun 1998 melaporkan bahwa pengaturan kadar gula darah pada pasien
DM dalam
waktu 21 hari setelah konsepsi akan menurunkan angka kejadian abortus setara dengan
wanita non DM (Tulandi & Al-Fozan, 2016). Sedangkan
pada Ibu dengan Hipotiroidisme, defisiensi iodin dipercaya sebagai penyebab utama
terjadinya abortus (Cunningham, et al., 2014).
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan
kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula
kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan
janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi (Cunningham, et al., 2014).

• Faktor Imunologi
Sekitar 15 % Ibu dengan abortus disebabkan oleh faktor imunologi. Dua Teori utama
gangguan imunologi adalah autoimunitas – kekebalan yang melawan sel sendiri, dan
alloimunitas – kekebalan melawan sel orang lain (Tulandi & Al-Fozan, 2016).
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas yang ditandai
dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang
melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik
(abortus berulang, trombosis yang penyebabnya
tak jelas dan kematian janin). Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis
(antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin). Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin
(atau prednison dalam beberapa kasus tertentu) (Smith, 2015). Alloimunitas (perbedaan
imunologi antara individu) telah diajukan sebagai faktor antara pasangan subur yang
menyebabkan abortus yang tidak dapat dijelaskan dengan alasan lain. Selama kehamilan
normal, sistem imunologi ibu dianggap dapat mengenali suatu antigen janin semialogenetik
50% bersifat “non-self” dan kemudian menghasilkan faktor “pemblokade” untuk melindungi
janin. Kegagalan untuk memproduksi faktor “pemblokade” ini yang dipercaya berperan
penting dalam proses terjadinya abortus (Tulandi & Al-Fozan, 2016).

• Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan abortus. Namun,
sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah atau
janin (Smith, 2015).

3. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya abortus
spontan. yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan pada
hampir 40% sampel (Smith, 2015).

Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Abortus inkomplit ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut atau kram. Pada
abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan sebagian masih tertinggal di
dalam, sehingga menimbulkan perdarahan pervaginam, bahkan menyebabkan terjadinya
syok pada ibu. Pada pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba pada vagina, serviks yang
membuka, dan besar uterus yang mulai mengecil. Pada keadaan ini tes kehamilan masih
positif, tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan (Puscheck, 2015).
JUDUL LAPORAN
Covid-19 dan Hipertensi

SUBJEKCTIVE (S)
Keluhan Utama Pasien : Lemas
Pasien datang dengan keluhan lemas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS, nafsu
makan berkurang pasien hanya makan setengah piring, mual ada muntah tidak ada.
Demam ada 4 hari yang lalu, demam hilang timbul dan turun dengan pemberian obat
penurun panas namun kadang demam naik kembali, menggigil tidak ada.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak yang timbul sesekali sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berdarah tidak ada riwayat batuk lama tidak ada.
Penciuman dirasakan berkurang sejak 1 hari yang lalu.
Nyeri dada tidak ada. Sesak dirasakan sesekali tidak dipengaruhi oleh aktivitas.
BAK kesan volume cukup, warna putih kekuningan. BAB frekusnsi 1x sehari dengan
konsistensi lunak warna kuning, buang air besar disertai darah tidak ada.
Hasil Swab PCR 17/9/2021 dinyatakan positif covid 19
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat kontak dengan pasien covid 19 tidak diketahui. Riwayat demam tifoid tidak ada.
Riwayat hipertensi ada sejak 1 tahun dan komsumsi obat Ramipril 5 mg 1x1 secara rutin,
riwayat diabetes tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat :
Obat Ramipril 5 mg 1x1

OBJECTIVE (O)
Pemeriksaan Fisik
• Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit Sedang/ Gizi cukup/Compos Mentis
GCS : E4V5M6
BB : 55 kg
TB : 160 cm
IMT : 21,4 kg/m2
Status Gizi : Gizi baik

• Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Suhu : 370 C
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 20 kali/menit, tipe thoracoabdominal
SpO2 : 98 % tanpa modalitas oksigen

• Status Generalis
• Kepala
Bentuk Kepala : Normochepal
Deformitas : Tidak ada
• Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : Tidak ada
Cekung : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-), Perdarahan (-), hiperemis (-)
Pupil : Bulat, Isokor kiri – kanan
Palpebra : Edema (-/-)
• Telinga
Pendengaran : Dalam Batas Normal
Nyeri Tekan : Tidak ada
• Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : Tidak ada
• Mulut
Bibir : Sianosis (-) kering (-)
Lidah kotor : (-)
• Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
Kaku Kuduk : (-)
• Thorax
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Nyeri Tekan (-), fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi: Sonor, Batas Paru – Hepar: ICS IV Dextra
Auskultasi : Bronkovesikuler, bunyi tambahan ronkhi (+) di hemitorax bilateral.
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi: Pekak
Batas Kanan: ICS VI Parasternal Dextra
Batas Kiri: ICS V line midclavicularis kiri
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II, murni regular, bising (-)

• Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar, ikut gerak napas
Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, Massa Tumor (-), Nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan regio abdomen lainnya (-) Acites (-)
Perkusi: Timpani, hepatomegaly (-), spenomegali (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
• Genitalia : Tidak ada edema
• Ekstremitas : edema (-) tidak ada nyeri tekan, akral hangat, turgor kulit normal

4. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium tanggal 18 September 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
RBC 5.24x106 mm3 4.00-5.40x106 mm3
HGB 16.0 g/dL 11.5-14.5 g/dL
HCT 47.4% 37.0-45.0%
MCV 90 µm3 77-91 µm3
MCH 30.5 pg 24.0-30.0 pg
MCHC 33.8 g/dL 32 – 36 g/dL
RDWcv 11.3% 11-16%
RDWsd 37 µm3 39-52 µm3
PLT 385.000/mm3 200.000-400.000/mm3
MPV 7.0 µm3 6-11 µm3
PCT 0.271 % 0.150-0.500 %
PDW 9.8 % 11-18 %
WBC 7.900/mm3 4.500-13.500/mm3
NEU 61.5%
LYM 29.4%
D.DIMER 0.10 < 0.5 ug/ml
PT 10.5 9.9 – 11.8 DETIK
INR 0.91 0.88 – 1.32
APTT 31.5 22 – 30 DETIK
CRP < 0.5 < 5 mgdl
GOT 20 < 38
GPT 19 < 41
GDS 101 < 140 mg/dl
Ureum 23 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.7 PR 0.6 – 1.13 mg/dl
Kolesterol total 195 < 200 mg/dl
Albumin 4.4 3.5 – 5.5 gr/dl

• Foto Rontgen
Kesan : Bronchopneumonia bilateral
• RT-PCR SARS-Cov (17 September 2021)
Hasil = Positif

ASSESSMENT (A)
Covid-19 Terkonfirmasi derajat sedang + Hipertensi grade 1

PLAN (P)
• Infus RL 28 tpm
• Avigan 2x1600 mg per 12 jam per oral H1
lanjut Avigan 600 mg per 12 jam per oral
• Vitamin C 1 gr per 24 jam per intravena
• Vitamin D 5000 iu per 24 jam per oral
• Nacetylcistein 200 mg per 8 jam per oral
• Paracetamol 500 mg per 8 jam per oral
• Azitromizin 500 mg per 24 jam per oral
• Ramipril 5 mg per 24 jam per oral

ABSTRAKSI LAPORAN (Tidak lebih dari 200 kata)


SARS-CoV-2 merupakan virus yang sangat virulen dan memiliki kapasitas transmisi yang
lebih tinggi dibandingkan virus SARS sebelumnya (wabah tahun 2003), dengan kadar virus
yang tinggi pada pasien terinfeksi (hingga mencapai satu miliar kopi RNA/cc sputum) dan
stabilitas jangka panjang pada permukaan yang terkontaminasi.4 Kasus ringan umumnya
memiliki bersihan virus yang lebih awal, dengan 90% kasus menunjukkan hasil negatif pada
pemeriksaan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) pada hari ke-10
pasca awitan pertama. Reseptor inang yang digunakan sebagai jalur masuk SARS-CoV-2
untuk memicu infeksi adalah ACE-25. ACE-2 merupakan protein multifungsi. Peran fisiologis
utamanya antara lain dalam konversi enzimatik angiotensin (Ang) II menjadi Ang-(1-7) dan
Ang 1 menjadi Ang (1-9), yang merupakan peptida protektif kardiovaskular. Namun, dalam
konteks COVID-19, ACE-2 juga terlibat pada proses infeksi SARS sebagai reseptor virus
korona. Ikatan protein tonjolan SARS-CoV-2 kepada ACE-2 memfasilitasi proses masuknya
virus kedalam sel epitel alveolus paru, dimana ekspresi ACE-2 sangat tinggi, melalui proses
yang melibatkan transmembrane protein serine 2 (TMPRSS2) pada permukaan sel.

SARS-COV2 menular antar manusia melalui droplets pernapasan, yang keluar pada saat
orang yag terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena droplet jatuh dalam beberapa meter,
kemungkinan transmisi berkurang jika seseorang menjaga jarak sekurang kurangnya 2
meter. Transmisi tidak normal terjadi melalui aerosol (udara), pada beberapa aktivitas
tertentu (misalnya menyanyi) atau melakukan prosedur tertentu (missalnya intubasi atau
pengguaan nebulizers) dan virusnya dapat bertahan lebih 3 jam di udara.

Gejala dapat bervariasi dari batuk ringan hingga kegagalan pernapasan berat dan
ARDS, tabel di bawah menunjukkan perkiraan frekuensi gejala yang telah diamati.
Tabel 2. Frekuensi gejala secara umum pada Covid-195
Gejala Pasien dengan gejala (persen)
Batuk 50-80 %
Demam 85 %
Fatigue 69.6 %
Sesak Napas 20-40 %
Gejala Infeksi Saluran Napas Lain 15 %
Gejala Gastrointestinal (mual, muntah, diare) 10 %
Kehilangan indra perasa dan penghidu, strok, nyeri otot, nyeri kepala, skin rash Bervariasi
Pada Covid 19 berat dapat menyebabkan kegagalan multi organ seperti gagal jantung,
gagal ginjal, akut hepatitis, gangguan sistem syaraf sentral dan perifer, koagulopati, aritmia
jantung, rabdomiolisis dan syok. Hal ini dapat dihubungkan dengan badai sitokin yang
ditandai demam tinggi, trombositopenia, hiperferritinemia, dan peningkatan penanda
inflamasi lainnya.

Kelainan laboratorium yang biasa ditemukan pada Covid-19. Hitung Darah Lengkap :
WBC normal, leukopenia, leukositosis, limfopenia (80 %), trombositopenia3. Kimia Darah :
Peningkatan BUN/Creatinin, peningkatan GOT/GPT, dan bilirubin total3. Penanda
Inflamasi : Prokalsitonin normal atau rendah , peningkatan CRP dan ferritin. Koagulasi :
Peningkatan D-Dimer dan Protrombin Time, PT INR dapat normal. Lain-lain : Peningkatan
Interleukin 6, Creatin Kinase, Troponin dan Laktat Dehidrogenase.
Tes Diagnostik yang merupakan standar emas yakni swab nasofaring SARS-COV2 real
time Polimerasi Chain Reaction (RT-PCR) dan test untuk mengetahui patogen respirasi
lainnya karena kemungkinan co-infeksi.3 Perkumpulan Ahli Pulmonologi telah
merekomendasikan untuk tidak melakukan induksi sputum, bronkoskopi, spirometri atau
PFT pada pasien COVID-19 untuk menghindari penyebaran virus.

Tatalaksana umum dianjurkan untuk menghindari tindakan nebulizer dan mengganti


dengan inhaler, menghindari agen NSAID, monitor kemungkinan kardiomiopati dan syok
kardiogenik yang telah dilaporkan sebagai komplikasi akhir COVID 19 pada 33 % pasien. Jika
pasien menggunakan ACE inhibitor ataupun ARB sebaiknya dilanjutkan berdasarkan
beberapa perkumpulan kardiologi. Streroid diindikasikan pada pasien dengan COPD ataupun
Asma Eksaserbasi, Syok refrakter, dan terdapat bukti adanya badai sitokin. Remdesivir –
Penelitian antiviral sedang dilakukan di bawah pengawasan FDA Emergency Use
Authorization (EUA); beberapa percobaan klinik skala besar dilakukan menunjukkan hasil
yang baik, memiliki aktivitas in vitro terhadap SARS-COV 2 dan beberapa jenis virus korona
lain pada percobaan hewan. Favipiravir – Antivirus spektrum luas yang sedang diteliti;
merupakan nukleosida analog yang dapat menghambat RNA-dependent polimerase, pada
penelitian in vitro menunjukkan aktivitas terhadap SARS-COV2. Antikoagulation – Profilaksis
Tromboembolisme Vena dengan low molecular weight heparin (LMWH) direkomendasikan
pada semua pasien rawat inap untuk mencegah tromboemboli vena kecuali terdapat
kontraindikasi. Konvalescen Plasma COVID-19 salah satu pendekatan terapi efektif selama
penyakit wabah yakni terapi pasif antibodi dari convalescen serum pasien yang sembuh dari
infeksi. Ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan respon imun
cepat pada keadaan kritis.

Dengan terus massifnya penelitian COVID-19 diberbagai belahan dunia diharapkan


sudah ada titik terang dalam hal pengobatan maupun vaksin yang efektif mengendalikan
wabah corona jenis baru ini yang dinamakan Covid-19, hal hal pencegahan merupakan
langkah yang kita harus lakukan saat ini dengan menghindari keramaian dan menjaga jarak
setidaknya sekurang-kurangnya 2 meter dengan orang lain karena virus covid-19 ini diduga
kuat dapat menyebar melalui udara atau airborne disease.

Makassar, Oktober 2021


Peserta Pendamping
Dokter Penanggung Jawab Pasien

dr. Deddy Trimarwanto S dr. Femmy L.P. Bolang


dr. Sarinah M. Rumlawan,Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai