Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 1990an menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Penurunan kematian
neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990an
menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi
pada periode neonatal, sekitar 78,5% - nya terjadi pada umur 0 – 6 hari (Riskesdas 2007).
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian,
kesakitan dan kecatatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek,
perawat selama kehamilan yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan,
kesempatan hidup yang dimiliki bayinya semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat
diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan
meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar,
harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya – upaya untuk
menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus
neonatorum, sepsis), hipotermi dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi
pasca lahir disebabkan oleh penyakit – penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya
yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif.
Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat sedang dan
berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak,
jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat atau salah
prosedur. Resusitasi yang dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah kematian dan
kecacatan pada bayi hipoksia.
Sekitar 11,5% bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 2500 gram (Riskesdas
2007). Dan salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian bayi baru lahir
adalah pneumonia, suatu infeksi yang dapat terjadi saat lahir atau setelah lahir. Kedua
penyebab tersebut berhubungan dengan pemberian ASI yang kurang adekuat dan beberapa
perawatan bayi baru lahir yang salah.
Maka dari itu untuk menurunkan angka kematian bayi perlu adanya peningkatan mutu
SDM dengan pelatihan berkala seperti pelatihan resusitasi bayi baru lahir dan lain
sebagainya. Agar pelayanan dalam perawatan bayi baru lahir yang diberikan lebih baik
sehingga menurunkan angka kejadian penyebab kematian bayi baru lahir.

B. Tujuan
Tujuan pedoman penyelenggaraan pelayanan Unit Perawatan Neonatus ini adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kepada pasien perawatan neonatus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang tepat

1
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta mempunyai keinginan yang
terus menerus untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan
3. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang optimal
sehingga dapat memuaskan keluarga pasien
4. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan, dan hangat sehingga
memberikan kesan yang positif
5. Memberikan pelayanan informasi kesehatan dengan tepat pada keluarga pasien,
sehingga dapat memenuhi hak pasien dan keluarga

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup kegiatan pelayanan Unit Perawatan Neonatus Rumah Sakit Umum Lirboyo
adalah memberikan pelayanan neonatus 24 (dua puluh empat) jam penuh yang meliputi
pelayanan :
1. Bayi baru lahir usia 0 - 28 hari baik fisiologis maupun patologis
2. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis.
3. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis.
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik.
5. Tindakan medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik.
6. Pemberian obat-obatan pada bayi sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan instruksi
dokter spesialis.
7. Pelayanan tranfusi darah.

D. Batasan Operasional
Standar Unit kerja perawatan neonatus Ruang kelas III di Rumah Sakit Umum Lirboyo
Kediri meliputi Ruang rawat pasien dan pos petugas jaga, tempat loker, kamar mandi/toilet.
Adapun kondisi unit perawatan neonatus di Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri, terdiri dari:
1. Ruang Pasien perawatan neonatus dan pos petugas jaga
Ruangan untuk pasien yang memerlukan asuhan keperawatan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam. Di Ruang perawatan neonatus Rumah Sakit
Umum Lirboyo Kediri terdiri dari kamar kelas III. Selain itu, di ruangan ini juga tempat
pos petugas jaga untuk kegiatan adminstrasi adapun faslitas kantor perawatan neonatus
di ruangan ini yaitu meja kursi, komputer, tempat arsip, telepon, papan pengumuman,
rak obat pasien, wastafel, spoelhoek, lemari es, AC. Kegiatan di ruangan ini meliputi :
Serah terima pasien baru baik bayi baru lahir ataupun bayi yang datang dari IGD/ponek
ataupun poli anak, pemulangan pasien perawatan neonatus, penandatanganan surat
pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan persetujuan pengobatan, tindakan
perawatan ataupun persetujuan rujuk).

2
2. Tempat Loker.
Tempat loker di ruang perawatan neonatus di Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri
digunakan untuk penyimpanan berkas BHP.
3. Kamar Mandi / Toilet.
Di Ruang perawatan neonatus tersedia 1 Kamar mandi dan didalamnya tersedia 2 bak
mandi bayi yang digunakan sebagai tempat untuk memandikan bayi yang setiap hari
dibersihkan oleh petugas cleaning service dan toilet yang berada di dalam ruang
perawatan neonatus.

E. Landasan Hukum
1. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial tahun 2010 tentang pedoman
pelayanan neonatal.
2. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
3. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan
bahwa salah satu sumber daya di bidang kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan, dimana pasal 1 poin 7 mendefinisikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilaukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
4. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit pasal 5 menyebutkan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
5. Selanjutnya Undang-Undang No. 44 tahun 2009 pasal 7 menyebutkan bahwa rumah
sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian dan peralatan.

3
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Unit Unit Perawatan Neonatus Rumah Sakit Umum Lirboyo merupakan Unit
Perawatan Neonatus yang memiliki dokter spesialis anak serta dibantu bidan dan perawat
pelaksana. Tim pelayanan tersebut telah mendapatkan pelatihan yang diselenggarakan oleh
Organisasi Profesi dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Dokter spesialis yang meliputi bidang spesialisasi di Unit Perawatan sebagai dokter
konsulen.
2. Kepala Unit Perawatan Neonatus Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri adalah lulus S 1
atau D III Keperawatan, masa kerja minimal 3 tahun, memiliki sertifikat pelatihan BLS
(Basic Life Support), BTLS (Basic Trauma Life Support), PPGD dan Manajemen Kepala
Ruangan.
3. Bidan Pelaksanan Unit Perawatan Kebidanan Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri
adalah lulusan D III Kebidanan yang memiliki sertifikat pelatihan MU an pelatihan
klinis lainnya, masa kerja minimal 1 tahun.
4. Perawat Pelaksana Unit perawatan umum Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri adalah
lulusan S 1 atau D III Keperawatan yang memiliki sertifikat pelatihan BLS, BTLS,
PPGD, masa kerja minimal 1 tahun.

B. Penetapan jam kerja


Pengaturan dokter jaga perawatan neonatus dibuat oleh pelayanan medik, terdiri dari
tiga shift dalam 24 jam. Setiap shift ada satu orang dokter yang standby di instalasi gawat
darurat.
Pengaturan petugas perawatan neonatus dibuat oleh kepala unit perawatan neonatus,
terdiri dari tiga shift dalam 24 jam ini dikarenakan Rumah Sakit Lirboyo Kediri merupakan
rumah sakit yang beroperasional selama 24 jam sehari dalam melayani masyarakat umum.
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
1. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit.
2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan maka karyawan tersebut
akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung.
3. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan diberikan
surat peringatan.
4. Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan persyaratan
mengisi formulir izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani oleh atasan
langsung dan dapat dipertanggung jawabkan urgensinya.

5
Pengaturan tenaga kerja di Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri berdasarkan shiff dan
non shiff dapat dibawah ini :
Karyawan shiff
 Senin- Minggu
o Shift I : 07.00-14.00
o Shift II : 14.00-21.00
o Shift III : 21.00-07.00

C. Kuantitas SDM
Pengaturan tenaga kerja di unit perawatan neonatus Rumah Sakit Umum Lirboyo
Kediri berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit perawatan neonatus saat ini berjumlah yang
memegang tanggung jawab sebagai :
1. Kepala Unit : 1 Orang
2. Bidan Pelaksana : 4 Orang
3. Perawat Pelaksana : 4 Orang
Tenaga kerja di unit perawatan neonatus ini berkerja dengan jadwal sebagai berikut :
1. Kepala Unit : Bekerja sesuai dengan shift yang sudah dijadwalkan.
2. Bidan Pelaksana : Bekerja sesuai dengan shift yang sudah dijadwalkan.
3. Perawat Pelaksana : Bekerja sesuai dengan shift yang sudah dijadwalkan.

D. Pelatihan
SDM pelayanan Unit Perawatan Neonatus diharuskan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan secara berkelanjutan guna mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. Pelatihan yang diikuti antara
lain :
1. Pengenalan tanda kegawatdaruratan pada bayi.
2. Perawatan gawat darurat pada bayi.
3. Penatalaksanaan resusitasi bayi baru lahir .
4. Pemasangan infus intravena dan umbilikal.
5. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan bayi.
6. Program pengendalian infeksi.
7. Program keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Penggunaan peralatan secara benar, efektif, dan aman.
9. Pelatihan MU dan PONEK

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Bangunan
Bangunan di Unit Perawatan Neonatus terletak pada lokasi yang tenang, aman, dan
nyaman serta memiliki aksesibilitas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap Unit
Perawatan Neonatus. Lokasi Unit Perawatan Neonatus RSU Lirboyo Kediri terletak di
bangunan belakang, yang terdiri dari ruang petugas jaga dan ruang rawat inap 3 unit
perawatan neonatus.
B. Denah Ruang

Troly Infant
Fototerapi r Box Bayi Emergency
Warmer

Oksigen
Meja
Resusitasi

Ingkubato
Box Lemari
Ber-lampu Alkes dan
Obat
Telep
Pintu Meja
CPAP
Petug Ges
er
U
Tempat B T kompu
- ter
Aseptik S Pet
Kursi
Wastaf uga
e Pintu
l Masuk
Kamar mandi A
Meja C Kul
Lemari
Alat dapur kas
Obat

Gambar 3.1. Denah Ruang Unit Perawatan Neonatus

C. Standar Fasilitas
Pengadaan sarana, prasarana, dan peralatan Unit Perawatan Neonatus mengikuti
pedoman seperti berikut :
1. Lokasi : dekat dengan kamar bersalin
2. Desain :
a. Unit terbuka 1 m x 0,5 m per tempat tidur.
b. Mempunyai alat pendingin ruangan (AC).
c. Ventilasi baik, memiliki Exhaust fan.
d. Pencahayaan cukup.
e. Lantai bersih.
f. Memiliki sumber energi listrik cadangan.
g. Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
h. Jumlah tempat tidur disesuaikan dengan kebutuhan.
i. Memiliki sumber oksigen (tabung).
7
j. Memiliki tempat cuci tangan (wastafel) yang disesuaikan dengan jumlah tempat
tidur.
3. Peralatan
a. Peralatan Medis
Kondisi
No Jenis alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
1 1 set umbilikal 1 1 - -
2 Stetoskop 1 1 - -
3 Termometer axilla 1 1 - -
4 Termometer rectal 1 1 - -
5 Termometer kulkas 1 1 - -
6 Oksimetri 2 2 - -
7 GDA Stik 1 1 - -
8 Timbangan bayi 1 1 - -
9 Inkubator 1 1 - -
10 Fototerapi 1 1 - -
11 Nebulizer 1 1 - -
12 Troli emergency 1 1 - -
13 Spil kit 1 1 - -
14 Meja Resusitasi 1 1 - -
15 Sepatu boot 1 1 - -
16 Box berlampu 3 3 - -
17 Box biasa 6 6 - -
18 Syringe pump 3 3 - -
19 Mesin Suction 1 1 - -
20 CPAP 1 1 - -
21 Kompresor 1 1 - -
22 Ifantwarmer 1 1 - -
Tabel 3.1 Daftar Peralatan Medis Perawatan Neonatus RSU Lirboyo

b. Peralatan Non Medis


Kondisi
No Jenis alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
1 Magic com 1 1 - -
2 Termos air hangat 1 1 - -
3 Lampu 8 5 - 3
4 Etalase 2 2 - -
5 Sekat buku 1 1 - -
6 Keranjang baju kotor 7 7 - -
7 Meja kantor 1 - 1 -
8 Kursi putar 1 - 1 -
9 Kursi platik 4 4 - -
10 Kursi kantor 3 3 - -
11 Telepon 1 1 - -
12 Rak sepatu 2 2 - -
13 Tempat sampah 3 3 - -
14 Tempat handuk tangan kotor 1 1 - -
15 Meja biasa 1 1 - -
16 Rak rumah tangga 1 1 - -
17 Baskom 3 3 - -
18 Kursi pijak kaki 1 1 - -
19 Bantal bayi 6 6 - -
20 Kasur bayi 9 9 - -
21 Bak mandi bayi 2 2 - -
22 Kulkas 1 1 - -
8
23 Lemari napolly 1 1 - -
24 Mini kontainer 3 3 - -
25 AC 1 1 - -
26 Savety box 2 2 - -
27 Rak platik kecil 4 4 - -
28 Toples plastik 5 5 - -
29 Gantungan baju 2 2 - -
30 Komputer 1 1 - -
Tabel 3.2 Daftar Peralatan Non Medis Perawatan Neonatus RSU Lirboyo

D. Pemeliharaan, Perbaikan dan Kalibrasi Peralatan


Pemeliharaan alat dilakukan setiap hari dengan mengecek masih berfungsi atau sudah
rusak, apabila terjadi kerusakan maka akan dilaporkan kepada bagian IPS untuk diperbaiki.
Kalibrasi peralatan Unit Perawatan Neonatus sebaiknya dilakukan minimal 6 bulan sekali
untuk menjaga kevalidan data yang diperoleh.

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur
PASIEN

POLI PONEK PERAWATAN KEBIDANAN

Perawatan Neonatus mendapat pesanan


SC/ Partus spontan dari Kaber / Ponek
Indikasi MRS

Petugas mempersiapkan tempat dan


Petugas Poli dan Ponek konsul DPJP dan
perlengkapan menerima bayi
menguhubungi Petugas Perawatan Neonatus
menanyakan ketersediaan tempat dan fasilitas
Bayi dilakukan resusitasi di OK/ Kaber/ Ponek
didampingi dengan dr. spesialis anak

Tidak Tersedia Tersedia Tempat Petugas melakukan pemasangan gelang identitas


Tempat dan fasilitas dan fasilitas bayi baru lahir dan ibu

Dokter jaga/ spesialis Keluarga Pasien Bayi di bawa ke ruang Perawatan Neonatus
membuat rujukan ke Mendaftar di
fasilitas kesehatan Pendaftaran
Dokter/ Petugas Perawatan Neonatus
memberikan penjelasan orang tua / keluarga
Ponek / POLI melengkapi mengenai (Kondisi bayi, perawatan bayi
Status, Lab, Informed selama berada di Perawatan Neonatus)
Consent

Orang tua/Keluarga Pasien Mendaftar


di Pendaftaran dengan membawa
Ponek / POLI mengantar pasien
fotokopi KTP ibu bayi
ke Perawatan Neonatus

Proses Perawatan Di Perawatan Neonatus

Belum Sembuh Sembuh Meninggal

Rujuk Pulang APS Diperbolehkan Pulang Pemulasaraan Jenazah

Administrasi Keuangan

Pulang

Gambar 4.1 Alur pasien dari dan ke Unit Perawatan Neonatus

10
B. Kebijakan dan prosedur
1. Penerimaan Bayi Baru Lahir
Prosedur yang dilakukan oleh petugas
a. Mengambil data Ibu yang akan melahirkan
b. Mempersiapkan tempat dan perlengkapan menerima bayi
c. Menerima bayi saat proses persalinan di OK, Perawatan Kebidanan, dan PONEK
d. Melakukan penilaian APGAR skor, pengkajian awal dan observasi TTV
e. Melakukan IMD pada bayi sehat
f. Melakukan pemasangan gelang identitas bayi baru lahir dan ibu
g. Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan
tindakan sesuai instruksi dokter.
h. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh petugas yang melakukan tindakan.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


a. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
c. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

2. Penerimaan pasien baru dari PONEK dan Poli Anak


Prosedur yang dilakukan oleh petugas
a. Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan bidan atau perawat dari
ruangan sebelumnya.
b. Mencocokkan gelang identitas pasien, meyakinkan ketepatan identitas pasien dengan
bertanya langsung kepada keluarga pasien. Setelah identitas sesuai, gelang dikenakan ke
tangan pasien.
c. Melakukan pengkajian.
d. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
e. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien.
f. Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan
tindakan sesuai instruksi dokter.
g. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh petugas yang melakukan tindakan.

11
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
d. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
e. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
f. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

C. Pelayanan Pendaftaran
Pendaftaran pasien perawatan neonatus dilakukan setelah bayi lahir atau bayi yang sudah
mendapatkan pelayanan di IGD PONEK. Pasien diberi pengantar untuk daftar kamar ke
pendaftaran. Petugas pendaftaran adalah petugas dari Unit Rekam Medis yang ditugaskan
selama 24 jam, dibagi dalam tiga shift.
Pasien yang memerlukan perawatan neonatus diberikan informed consent oleh dokter
jaga Instalasi Gawat Darurat atau dokter spesialis konsulen, informed consent ditandatangani
oleh pasien atau keluarga, dokter jaga atau dokter konsulen dan sebagai saksi adalah seorang
perawat Instalasi Gawat Darurat dan seorang keluarga pasien lainnya.

D. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan Unit perawatan neonatus pada pelayanan sehari-hari
adalah dengan menggunakan pesawat telepon yang dapat dipakai untuk internal rumah sakit
dan handphone untuk keluar rumah sakit secara langsung tanpa melalui operator rumah
sakit.
Sistem pelaporan menggunakan metode SBAR yaitu menerangkan situation,
background, assesmen dan rekomendation dan TBAK yaitu tulis, baca, konfirmasi kembali.

E. Pelayananan Perawatan Neonatus


Untuk peningkatkan mutu pelayanan di Unit Perawatan Neonatus, maka Unit Perawatan
Neonatus memfasilitasi pasien yang di rawat untuk mendapatkan berbagai jenis pelayanan di
rawat inap sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis.
2. Perawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara berkala
3. Edukasi pasien oleh perawat , bidan atau dokter
4. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
5. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis dan atau dokter sub spesialis
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik
7. Tindakan medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik

12
8. Pemberian obat-obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan
intruksi dokter spesialis dan sub spesialis
9. Pelayanan tranfusi darah
10. Pemberian surat rujukan
11. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen.

F. Tata Cara Konsultasi Medis


1. Pasien yang datang ke Unit Perawatan Neonatus dan belum dikonsulkan perawat/bidan
harus dikonsulkan ke dokter spesialis.
2. Hal yang dikonsulkan meliputi nama, umur, vital sign keluhan pasien dan hasil laborat.
3. Dokter jaga atau petugas setelah konsul hasilnya ditulis pada rekam medis pasien pada
lembar konsultasi.
4. Dokter Penangung jawab pasien dan petugas menandatangani rekam medis.
5. Jika DPJP pasien mengkonsulkan pasiennya ke spesialis lain harus mengisi lembar
konsul yang ditujukan kepada dokter spesialis lain yang dituju, dokter yang dikonsulkan
memeriksa pasien dan dalam memberikan jawaban konsultasi berupa instruksi terapi
atau tindakan untuk pasien dengan mencatat jawaban konsultasi pada lembar konsul.

G. Penanganan Kasus Kegawatan Perawatan Neonatus


Kasus kegawatan di Unit Perawatan Neonatus adalah kasus kegawat daruratan yang
dialami oleh pasien yang sedang menjalani rawat inap :
1. Kegawatan Unit Perawatan Neonatus yang memerlukan pertolongan sedangkan dokter
yang merawat (DPJP) sulit dihubungi atau menyerahkan wewenang penanganan
kegawatan kepada dokter jaga IGD, maka petugas ruangan menghubungi dokter jaga
IGD melalui telepon.
2. Saat menghubungi dokter jaga, petugas menginformasikan tentang identitas pasien
meliputi kamar, dokter yang merawat, diagnosa, dan kegawatan yang terjadi.
3. Dokter jaga memeriksa kondisi pasien di ruang perawatan neonatus, dan memberikan
penanganan terhadap kegawatan yang sedang dialami pasien.
4. Petugas ruangan memberitahukan tindakan yang sudah diberikan oleh dokter jaga IGD
kepada DPJP pasien tersebut.
5. Jika pasien memerlukan tindakan konsul ke dokter lain, maka dokter jaga IGD
berkomunikasi dengan DPJP pasien tersebut. Jika DPJP setuju, maka dokter jaga IGD
mengkonsulkan pasien pasien tersebut ke dokter konsulan yang sesuai.
6. Petugas ruangan mengobservasi kondisi pasien tersebut.

13
H. Sistem Penanggulangan Musibah di Dalam Rumah Sakit
Musibah massal yang mungkin dapat terjadi di dalam rumah sakit dapat berupa gempa
bumi yang mengakibatkan gedung bangunan runtuh, kebakaran, atau berupa keracunan
massal oleh bahan makanan yang tercemar dan lain-lain:
1. Adanya musibah massal dalam rumah sakit.
2. Lakukan penyebaran informasi secara berantai sesuai ketentuan.
3. Lakukan persiapan tenaga dan tempat pelayanan secara bersamaan dengan diterimanya
tanda bahaya.
4. Setiap petugas bertindak sesuai dengan peranan masing-masing.
5. Evakuasi korban dan transportasikan ke Instalasi Gawat Darurat atau ke tempat lain di
dalam rumah sakit.
6. Lakukan penilaian berdasarkan sistem triase .
7. Tindak lanjuti sesuai dengan kasusnya.
8. Bila kapasitas RSU Lirboyo Kediri tidak memungkinkan baik tenaga maupun
fasilitasnya, lakukan rujukan ke rumah sakit terdekat atau yang memenuhi syarat.
9. Kepala Unit Perawatan Neonatus dan kepala unit terkait membuat laporan kepada
Direktur RSU Lirboyo Kediri.

I. Penangggulangan Musibah Kebakaran di Dalam Rumah Sakit


Kebakaran adalah suatu kejadian yang dapat terjadi oleh berbagai sebab baik disengaja
ataupun tidak sengaja seperti karena adanya arus pendek aliran litrik, percikan api, sinar
matahari yang terlalu terik dan lain-lain.
1. Diketahui adanya api yang tidak semestinya.
2. Lakukan penanggulangan secara dini dan jauhkan benda-benda disekitar api yang mudah
terbakar atau meledak.
3. Bila api tidak mungkin ditanggulangi sendiri segera minta bantuan orang sekitarnya
untuk mengaktifkan code merah dengan menelepon ke 102 (pos satpam).
4. Bila terjadinya pada daerah yang dekat dengan ruang rawat inap segera amankan
penderita ke tempat penampungan yang jauh dari lokasi kebakaran.
5. Evakuasi korban menuju ke tempat penampungan yang aman.

J. Pelayanan Death On Resuscitation


Pasien Death On Resuscitation adalah pasien yang meninggal setelah mendapat tindakan
resusitasi di Unit Perawatan Neonatus :
1. Penderita dalam keadaan sekarat (warna merah) segera lakukan tindakan resusitasi di
ruangan.
2. Aktifkan code blue dengan telepon ke 111 (IGD).
3. Dilakukan resusitasi
14
4. Setelah dilakukan resusitasi, pasien meninggal dunia, maka pasien dirawat jenazah,
kemudian dibawa ke ruang transit atau ruang jenazah.
5. Dokter jaga membuat surat kematian.
6. Perawat rawat inap membantu menghubungi ambulan jenazah.
7. Saat jenazah akan dibawa oleh ambulan jenazah, dilakukan serah terima jenazah antara
petugas perawatan neonatus RSU Lirboyo Kediri dengan pihak keluarga pasien dan
dicatat pada buku serah terima jenazah.

K. Sistem Rujukan Keluar


Sesuai dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Lirboyo Kediri tentang kebijakan
rujukan pasien Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri menetapkan bahwa Unit
Perawatan Neonatus Rumah Sakit Umum Lirboyo Kediri juga melaksanakan sistem rujukan
bagi pasien yang perlu dirujuk karena :
1. Fasilitas rumah sakit kurang
2. Atas permintaan keluarga
3. Pemeriksaan spesimen yang tidak dapat dilaksanakan RSU Lirboyo Kediri.
4. Pelaksanaan rujukan diatur dalam Standar Operasional Prosedur (SPO).

L. Pelayanan Pasien dengan Jaminan Asuransi


Pasien yang rawat inap dengan jaminan asuransi yang telah ada kerjasama dengan pihak
RSU Lirboyo Kediri.
1. Pasien menunjukkan kartu peserta asuransi terkait atau surat pengantar dari perusahaan
atau jaminan lain bahwa penderita tersebut ditanggung oleh perusahaan yang telah
mengadakan kerjasama dengan RSU Lirboyo Kediri.
2. Bila pasien tersebut tidak bisa menunjukkan kartu peserta asuransi atau surat pengantar
dari perusahaan menjamin maka petugas pendaftaran akan menghubungi pihak
perusahaan tersebut untuk konfirmasi atau memberikan waktu 2 x 24 jam guna keluarga
pasien memenuhi persyaratan jika dalam jangka waktu itu tidak dipenuhi berarti pasien
dihitung pasien umum.

M. Sistem Petugas Pendukung


1. Radiologi
a. Dokter jaga atau dokter spesialis membuat lembar permintaan radiologi.
b. Petugasn perawatan neonatus menelepon ke petugas Unit Radiologi bahwa ada
permintaan Radiologi
c. Petugasn perawatan neonatus mengantar hasil pemeriksaan radiologi kepada dokter
jaga atau dokter spesialis.

15
2. Laboratorium
a. Dokter jaga atau dokter spesialis membuat lembar permintaan Laboratorium
b. Petugas perawatan neonatus menelepon ke Unit Laboratorium bahwa ada
permintaan laboratorium.
c. Petugas laboratorium datang ke perawatan neonatus untuk mengambil sampel darah.
d. Bila sudah ada hasil, petugas laboratorium menelepon dokter jaga atau petugas
perawatan neonatus untuk memberitahukan hasilnya.
3. Teknik
a. Menghubungi petugas teknik bila ada masalah teknik di perawatan neonatus melalui
telepon.
b. Petugas teknik datang ke perawatan neonatus untuk melakukan tidakan berdasarkan
laporan kerusakan.
c. Petugas perawatan neonatus membuat laporan secara tertulis di lembar laporan
kerusakan kemudian oleh petugas teknik dilaporkan kepada kepala urusan IPS.
4. Ambulan
a. Hubungi driver atau sopir ambulan melalui telepon bila memerlukan ambulan.
b. Petugas perawatan neonatus menyampaikan keperluan dan tujuan serta waktu
keberangkatan.
c. Apabila perawatan neonatus yang memakai ambulan maka petugas ruangan
perawatan neonatus membuat laporan melalui billing ke petugas administrasi.

N. Rekam Medis
Status pasien yang berisi catatan medis, yang meliputi semua tindakan pelayanan
yang dilakukan oleh tenaga medis dicatat dalam status pasien baik waktu dan tindakan yang
dilakukan.

O. Konsultasi
Setiap pasien masuk ke Unit Perawat Neonatus baik dari PONEK, Kamar Operasi,
Poli Anak perlu dilaporkan kepada dokter spesialis tentang kondisi pasien / konsul pasien,
sehingga perkembangan status pasien diketahui oleh dokter spesialis.

P. Indikasi dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi


Pasien yang masuk ke Unit Perawatan Neonatus biasanya sudah dilakukan
pengambilan sampel darah jika hal tersebutu diperlukan, jika belum dilakukan maka
pengambilan darah maupun radiologi sesuai permintaan dokter spesialis yang menangani
pasien tersebut.

16
Q. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Pencatatan dan pelaporan di pelayanan ke Unit Perawatan Neonatus meliputi
pencatatan rekam medis pasien dan pelaporan kegiatan pelayanan Rumah Sakit yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
R. Evaluasi Hasil Perawatan Pasien
Evaluasi pasien Kamar Bersalin dilakukan minimal setiap jam sehingga kestabilan
pasien terjaga setiap saat, pelaporan selalu ditulis dalam rekam medis pasien untuk
mengetahui status perkembangan pasien.

17
BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat


1. Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis
Prosedur penyediaan obat habis pakai adalah permintaan obat yang pemakaiannya tidak
mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Permintaan tersebut dilakukan setiap stok di
perawatan neonatus menipis.
Prosedur:
a. Petugas perawatan neonatus memasukan di SIMRS permintaan bahan habis atau obat
sesuai kebutuhan.
b. Petugas farmasi menyiapkan permintaan yang ada di SIMRS dan menelpon petugas
perawatan neonatus jika permintaan sudah selesai disiapkan.
c. Petugas perawatan neonatus mengambil ke farmasi dan mengecek barang yang
diminta.
2. Prosedur permintaan pemakaian obat oleh perawatan neonatus.
Permintaan pemakaian obat perawatan neonatus adalah permintaan obat inventaris unit
perawatan neonatus ke Instalasi Farmasi yang dipakai oleh pasien Unit perawatan
neonatus.
Prosedur :
a. Semua obat atau alat kesehatan yang dipakai oleh pasien ditulis di resep atau input E
resep di komputer. Resep sendiri dibedakan menjadi 2 jenis : 1 resep rangkap 3 untuk
pasien asuransi kesehatan, 1 resep rangkap 1 untuk pasien perawatan neonatus umum
yang bukan tanggungan asuransi atau perusahaan.
b. Resep diserahkan kepada Instalasi Farmasi oleh petugas perawatan neonatus.
c. Petugas perawatan neonatus meminta obat atau alat kesehatan sesuai dengan resep
yang diserahkan ke Instalasi Farmasi.
d. Obat atau alat kesehatan yang baru diterima dimasukkan ke tempat obat masing-
masing pasien.
3. Prosedur penyediaan bahan habis pakai non medis atau ATK (Alat Tulis Kantor)
Penyediaan bahan habis pakai nonmedis atau ATK (Alat Tulis Kantor) adalah permintaan
bahan habis pakai yang bukan medis ke bagian logistik
Prosedur :
a. Petugas perawatan neonatus menginput data logistik ke komputer SIMRS.
b. Didata oleh petugas logistik.
c. Petugas logistik memberikan barang-barang yang diminta oleh Petugas perawatan
neonatus.

18
B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu kegiatan untuk merencanakan
pengadaan peralatan baru, sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak
atau diperkirakan harus diganti karena kerusakannya.
Tujuan perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar peralatan di Unit
Perawatan Neonatus dapat digunakan setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti
perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran sehingga dapat menunjang kelancaran
proses pelayanan di Unit Perawatan Neonatus.
Kegiatan perencanaan dan peremajaan peralatan dilakukan tiap tahun dalam bentuk
Program Kerja Unit Perawatan Neonatus. Prosedur Kegiatan :
1. Dari hasil pengecekan rutin, diketahui ada peralatan yang tidak dapat digunakan lagi
atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kemudian direncanakan dalam anggaran rutin atau
pengajuan penggantian baru.
2. Pembelian peralatan baru sepengetahuan Kepala Unit Perawatan Neonatus dan Kepala
Bidang Pelayanan Medis dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke
Kepala Urusan Peralatan.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap tahun kepada tim
pengadaan barang rumah sakit, disertai dengan perkiraan harga.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim perencanaan
berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit
5. Bila sudah terealisasi, Kepala Unit Perawatan Neonatus menerima alat dan
menandatangani buku penerimaan barang serta berita acara penerimaan barang dari tim
penerima barang serta menuliskan pada buku inventaris Unit Perawatan Neonatus.

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit mendapat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan untuk lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan
lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan sesuatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien inimempunyai tujuan agar tercipta budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Sasaran Keselamatan pasien di Unit Perawatan Neonatus RSU Lirboyo Kediri
a. Identifikasi Pasien
1) Setiap akan melakukan tindakan, petugas melihat gelang pasien yang berisi nama ibu,
nomor rekam medis, tanggal lahir, jenis kelamin dan alamatnya.
2) Setiap bayi yang lahir di OK, Perawatan Kebidanan dan PONEK dilakukan
pemasangan gelang identitas pada bayi tersebut dan juga kepada ibu bayi.
3) Pasien perawatan neonatus dipasang gelang identitas di PONEK/ POLI, berisi nama,
jenis kelamin, nomor rekam medis, tanggal lahir dan alamat.
a) Gelang merah muda (pink) untuk perempuan, gelang biru muda untuk laki-laki.
b) Stiker merah untuk pasien yang ada riwayat alergi obat.
c) Stiker kuning untuk pasien dengan risiko jatuh.
4) Setiap bayi yang akan di rawat gabung dengan ibu petugas menanyakan identitas
dengan pertanyaan terbuka kemudian petugas perawatan neonatus mencocokkan
gelang bayi dengan gelang ibu bayi
b. Komunikasi yang Efektif
Merupakan komunikasi diantara petugas pemberi pelayanan yang dilakukan dengan
tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh penerima, sehingga dapat
mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien.
20
Komunikasi efektif dapat dilakukan secara: Verbal, Tertulis, Elektronik.
Metode Komunikasi :
1) SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation)
Dilakukan saat:
a) Melaporkan kondisi pasien kepada DPJP atau dokter konsulen.
b) Serah terima pasien antar petugas kesehatan.
2) TBAK (Tulis, Baca, Konfirmasi Kembali )
Dilakukan saat :
a) Menerima instruksi per telepon atau lisan
b) Menerima pelaporan hasil tes kritis atau pemeriksaan cito
c) Menerima pelaporan nilai kritis.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat High Alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam
kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cidera serius pada pasien jika terjadi
kesalahan dalam penggunaannya.
Contoh :
1) Elektrolit pekat
a) KCL 7,46 inj (hanya IPI)
b) MgSO4 20%, MgSO4 40%
c) Calcium Gluconas 10% inj.
d) Natrium Bicarbonat 8,4% inj
e) NaCl 3% infus (hanya IPI)
2) Injeksi Heparin (Instalasi Farmasi)
3) Obat kanker (Instalasi Farmasi)
4) Obat LASA atau NORUM (Look Alike Sound Alike atau Nama Obat Rupa Mirip)
Obat high alert disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label high alert.
Elektrolit pekat diberi label orange, obat LASA diberi label hijau.
Penulisan resep jangan menggunakan singkatan, terutama untuk obat-obat LASA
7 Benar : Benar Obat, Benar Indikasi, Benar Dosis, Benar waktu, Benar pasien,
Benar cara pemberian, Benar dokumentasi.
Pemberian Obat High Alert kepada pasien:
1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien, maka perawat lain harus
melakukan pemeriksaan kembali secara independen:
a. Kesesuaian antara obat dan rekam medis atau instruksi dokter dengan kardeks.
b. Ketepatan perhitungan dosis obat
c. Identitas pasien
2. Obat high alert infus harus dipastikan:
a. Ketepatan kecepatan infus

21
b. Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan
disetiap ujung jalur selang
3. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada
perawat pasien, bahwa pasien mendapatkan obat high alert.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.
4. Perbedaan (Mark site) daerah operasi atau tindakan invasif
a) Dilakukan oleh dokter operator atau dokter yang didelegasikan
1) Operasi elektif dilakukan di ruang perawatan umum
2) Operasi cito IGD atau perawatan umum
3) Pasien ODC Di Poliklinik
b) Menggunakan spidol permanen warna hitam untuk kulit putih dan warna putih
untuk kulit hitam.
c) Lokasi operasi ditandai dengan lingkaran dan ditulis nama lengkap atau inisial
dokter yang akan melakukan tindakan.
5. Proses preverikasi
Dilakukan oleh tim bedah sebelum tindakan operasi atau invasif dilakukan,
tujuannya:
a) Memferivikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang tepat.
b) Memastikan bahwa semua dokumen, foto rontgenm hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label, dan dipampang.
c) Memastikan peralatan khusus atau implan tersedia.
Kapan dan dimana?
a) Pada saat penjadwalan operasi (One Day Care)
b) Di ruangan atau IGD sebelum diantar ke OK
c) Di OK saat serah terima ke perawat OK
6. Proses Time Out
Dilakukan di OK oleh Tim Anastesi dan Tim Bedah, terdiri dari:
a) Sign In sebelum pasien dibius
b) Time Out sebelum pasien di insisi
c) Sign Out sebelum pasien keluar dari OK
e. Pengurangan risiko infeksi terkait terkait pelayanan kesehatan
Merupakan infeksi yang terjadi selama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas
kesehatan lain, dimana pasien tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi, termasuk
infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi pada petugas
kesehatan yang terjadi di pelayanan kesehatan.
Dilakukan dengan Hand Hygine dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Yang wajib melakukan hand hygine adalah :
1) Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien misalnya : dokter, perawat,
fisioterapi, dan petugas kesehatan lain.

22
2) Setiap orang yang tidak kontak langsung dengan pasien misalnya: ahli gizi,
farmasi, dan petugas laboratorium
3) Setiap orang yang bekerja di rumah sakit
Lakukan 6 langkah cuci tangan yang benar, setiap kali:
1) Sebelum melakukan tindakan
2) Sesudah melakukan tindakan
3) Sebelum menyentuh cairan tubuh pasien
4) Sesudah menyentuh cairan tubuh pasien
5) Sebelum dan sesudah menyentuh lingkungan sekitar pasien
Sediakan Alkohol Hand Rub atau gel di area kerja

f. Pengurangan risiko jatuh


Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan pasien atau saksi mata, yang melihat
kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
1) Asesmen Faktor Risiko Jatuh
Faktor risiko jatuh ada 2
7. Faktor intrinsik :
 Diagnosa dan perubahan fisik : penyakit akut, kelainan mental, TIA (Transient
Ischemic Attack), kejang, Stroke, Hipotensi ortostatik, postur tubuh abnormal,
keterbatasan mobilitas.
 Obat dan interaksinya polifarmasi, sedatif, antihipertensi, obat psikotropika, anti
depresan, antiaritmia, antikoagulan, diuretikdan laksatif.
 Kondisi mental atau penggunaan alkohol, gangguan memori atau kognitif,
gangguan mental, impulsif, anxietas, delirium, keracunan.
 Karakteristik pasien : usia, jenis kelamin (risiko osteoporosis), cacat, gangguan
keseimbangan, defisit motorik, penggunaan alat bantu, riwayat jatuh, gangguan
komunikasi.
8. Faktor ekstrinsik
 Karakteristik lingkungan : pencahayaan, permukaan lantai yang dapat
mengakibatkan terpeleset, perobatan tidak tertata dengan baik, posisi tempat tidur
tinggi, tempat tidur terkunci/ tidak terkunci, tidak ada alas kaki anti slip, sarana
pendukung (bel, pembahas tempat tidur) tidak tersedia, kondisi kursi roda/ alat
bantu kurang baik.
Kapan dilakukan pengkajian?
 Pada saat pengkajian awal pasien dirawat.
 Pengkajian dilengkapi dalam waktu 1x24 jam
 Jika ada perubahan kondisi pasien, maka dilakukan penilaian ulang pada form
lanjutan

23
Penilaian risiko jatuh dengan menggunakan skala:
1. Morse Fall Scale untuk pasien dewasa
2. Humpty Dumpty untuk pasien anak
2) Intervensi risiko jatuh standar pada dewasa (jika skor 25-50)
a. Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saatt ambulasi
b. Keselamatan lingkungan ruangan tertata baik, pencahayaan cukup, pintu tidak
terkunci, gerakan penghalang tempat tidur dan roda dalam keadaan terkunci.
c. Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimal tiap 2 jam dalam 24 jam
pertama).
d. Berikan edukasi untuk mencegah jatuh pada pasien dan keluarga.
e. Berikan brosur pencegahan jatuh
f. Alat bantu jalan dalam kondisi baik
g. Anjurkan pasien untuk mengenakan alas kaki yang tidak licin.
3) Intervensi risiko jatuh tinggi pada dewasa (bila skor ≥ 51)
a. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.
b. Pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning pada tempat tidur pasien, bila
pasien mobilisasi pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning pada tempat
tidur pasien, bila pasien mobilisasi pasang tanda risiko jatuh segitiga warna
kuning pada alat bantu yang digunakan (kursi roda/ tiang infus).
c. Lakukan intervensi risiko jatuh standar
d. Analisa cara berjalan
e. Pasien ditempatkan dekat nurse station.
f. Handrall mudah dijangkau pasien dan kokoh
g. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjurkan pasien
menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien mandi.
h. Dampingi pasien bila ke kamar mandi saat pasien mandi, jangan ditinggalkan
sendiri di toilet, pintu kamar mandi jangan dikunci
i. Memberikan brosur edukasi risiko jatuh bagi pasien dan keluarganya.
4) Intervensi risiko jatuh rendah pada anak (skor 7-11)
a. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
b. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur rendah, dilengkapi dengan
penghalang dan roda terkunci
c. Ciptakan lingkungan/ kamar cukup penerangan dan pencahayaan.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan las kaki yang tidak licin
e. Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan memberikan dan memberikan
bantuan jika dibutuhkan
f. Menempatkan pasien di dekat nurse station dengan penerangan yang cukup
g. Ciptakan lingkungan yang bebas dari peralatan dan mengandung risiko.
h. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga

24
i. Berikan brosur edukasi jatuh bagi pasien dan keluarganya.

25
5) Intervensi risiko jatuh tinggi pada anak (skor ≥ 12)
a. Pakaikan gelang risiko jatuh warna kuning
b. Pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning pada tempat tidur pasien, bila
pasien mobilisasi pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning pada alat
bantu yang digunakan (kursi roda/ tiang infus)
c. Lakukan intervensi jatuh risiko rendah
d. Lakukan observasi pasien minimal tiap 2 jam dalam 2 jam pertama
e. Temani pasien saat mobilisasi
f. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang disesuaikan dengan perkembangan
pasien
g. Tempatkan pasien yang memerlukan perhatian dengan nurse station.
h. Pastikan pintu kamar tidak terkunci setiap saat
i. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah.
j. Dokumentasikan semua prosedur yang dilakukan pada pasien.
k. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
l. Berikan brosur edukasi jatuh pada pasien dan keluarga

D. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dalam Upaya Keselamatan Pasien
Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit terkait langsung dalam upaya
keselamatan pasien, karena salah satu Sasaran Keselamatan Pasien adalah menurunkan resiko
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (sasaran keselamatan pasien yang kelima)
Keberhasilan program dan pengendalian infeksi di rumah sakit, merupakan salah satu
bentuk nyata pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien.

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Kesehatan dan keselamatan kerja dalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian/ kesengajaan.

B. Tujuan
Menurut Undang-Undang Keselamatan yang Kerja Tahun 1970, syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya dengan tujuan:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan saat terjadi kecelakaan
6. Memberi perlindungan kepada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
8. Mencegah atau mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran yang cukup
10. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
11. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, barang, binatang dan tanaman
12. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
13. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan.
14. Mencegah terkena aliran listrik
15. Menyusun dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya bertambah tinggi.

C. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai dan Proses Penyelenggaraan


1. Pengendalian Teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan
b. Ruangan yang cukup luas, denah sesuai alur kerja, dibuat dari bahan atau konstruksi
yang memebuhi syarat.
c. Tersedia tempat untuk penyimpanan alat kesehatan, linen dan alat-alat kebersihan.

27
d. Ruang untuk membersihkan instrumen bekas rawat luka, pembersihan alat-alat
kesehatan lain yang perlu dilakukan pembersihan, pembersihan pispot dan urinal.
e. Tersedia ruang istirahat untuk perawat jaga, ruang kepala ruang.
f. Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
lingkungan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai kemampuan pegawai.
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai jam kerja yang ditetapkan, dan pegawai
diberi istirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan sering terjadi setelah pegawai
bekerja lebih dari 3 jam.
5. Maintenance peralatan dilakukan secara kontinyu, agar peralatan
6. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
7. Adanya alat pelindung, pertolongan pertama, ada petunjuk penggunaan alat.

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang akan digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan di Unit perawatan neonatus.
Untuk mengevaluasi mutu pelayanan Unit perawatan neonatus adalah dengan cara :
1. Penilaian indikator mutu unit yang telah ditetapkan oleh unit perawatan neonatus

2. Penilaian indikator nasional mutu yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan

3. Penilaian indikator prioritas yang telah ditetapkan Direktur Rumah Sakit.

29
BAB IX
PENUTUP

Petunjuk Teknis pelayanan di perawatan neonatus ini di susun dalam rangka memberikan
acuan bagi di Rumah Sakit Lirboyo Kediri dalam menyelenggarakan pelayanan yang bermutu,
aman, efekrtif dan efesien dengan mengutamakan keselamatan pasien.
Buku ini mempunyai peranan yang penting sebagai pedoman, sehingga bermutu
pelayanan yang di berikan kepada pasien terus meningkat.
Penyusunan buku pedoman perawatan neonatus ini adalah suatu langkah awal menuju
proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagi pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh
karenanya terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar selalu
diperoleh perkembangan yang tebaru, demi upaya pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum
Lirboyo Kediri.

30

Anda mungkin juga menyukai