Anda di halaman 1dari 100

dr Bram Pradipta SpOG MARS

 Kegawatan pada bidang obstetri


 Yang terjadi di kala 2
 Dapat menimbulkan dampak yang berat kepada
ibu dan janin
 Hingga menyebabkan kematian ibu dan janin
DISTOSIA KALA 2
Kriteria Diagnosis
 Distosia terjadi dalam kala I dan II
 Fase persalinan: dalam kala I dan II sehubungan dengan proses
membukanya serviks ialah:
 Kala Laten: mulai pembukaan 0- 3 cm
 Fase akselerasi: pembukaan 3 menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal: pembukaan 4 menjadi 9 cm
 Fase deselerasi: pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Kala II:
• Pastikan kandung kemih kosong saat memimpin persalinan
 Primigravida 1 jam
 Multigravida 1/2 jam
Parameter untuk menilai proses kemajuan
persalinan:
 Pembukaan serviks dihubungkan dengan fase persalinan
 Ukuran satuan waktu setiap fase persalinan
 Turunnya presentasi janin (bidang hodge atau station)
 Perubahan presentasi janin
 Perubahan posisi janin
 Molase dan dan kaput suksedaneum
 Persalinan normal adalah proses yang progresif yang berlangsung
dalam batas waktu tertentu. Apabila batas waktu tersebut dilampui
tanpa diikuti oleh kemajuan proses persalinan maka dianggap telah
berlangsung persalinan abnormal dan distosia.
Diagnosis Banding
• Apabila telah dilakukan analisis proses kemajuan persalinan dan
dijumpai distosia, maka harus dicari penyebab distosia yang
mungkin berasal dari salah satu faktor ataupun gabungan dari
beberapa faktor berikut:
 Kelainan tenaga
 Kelainan janin
 Kelainan jalan lahir
DISTOSIA BAHU
 Kegagalan bahu janin untuk lahir
spontan atau dengan tarikan Berat Bayi Non-
Diabetik
lembut (gram) diabetik
 Membutuhkan manuver tambahan
 Impaksi bahu anterior pada simfisis 4000-4250 5,1 % 15 %
pubis
 Juga bisa dari impaksi bahu
posterior pada promontorium 4500-4750 14,3 %
 Bukan masalah jaringan lunak 42 %
4750-5000 21,1 %
Faktor Risiko Antepartum
 Curiga Makrosomia Janin • Persalinan lama
 Diabetes maternal
• Kelahiran pervaginam operatif
 Umur Gestasi > 42 minggu
• Induksi persalinan
 Multiparitas
 Distosia bahu sebelumnya
• Anastesi epidural
 Makrosomia sebelumnya
 Kenaikan BB > 20kg
 Obesitas ekstrim (BMI ≥ 50)
Faktor Risiko Lainnya
 Independen terhadap CS atau induksi
 Tidak ada guideline Canada untuk CS bagi makrosomia
 Kebanyakan wanita dengan factor risiko tidak akan mengalami distosia bahu, namun:
 Bersiaplah untuk penanganan pada semua kelahiran
 Diskusi sebelum kelahiran dan berikan dukungan
Tanda dan Gejala

 Kepala „recoil‟ terhadap perineum “turtle sign”


 Restitusi spontan tidak terjadi
 Kegagalan untuk melahirkan dengan usaha ekpulsi
dan tarikan lembut ke bawah pada kontraksi
selanjutnya
Komplikasi Distosia Bahu
 Janin/neonatus
 Hipoksia/asfiksia dan sekuele
 Cedera:
 Fraktur – klavikula, humerus
 Brachial plexus palsy
 Kematian
 Maternal
 Perdarahan post partum
 Ruptur uterus
 Robekan perineum derajat 4
Cedera Brachial Plexus – sebab:

 Traksi
 Maternal (tenaga uterus)
 Bisa terjadi sebelum kelahiran
 Pada bayi makrosomia, 51% cedara brachial plexus
tidak berhubungan dengan distosia
 75% dari bayi sembuh komplit
Panic (Panik)
Pulling (menarik kepala)
Pushing (mendorong fundus)
Pivoting (menggunakan coccyx sebagai
titik tumpu)

Jangan secara rutin memotong lilitan tali pusat


ALARMER
 Ask for help minta bantuan
 Lift the buttocks and legs  Manuver McRobert
 Anterior disimpaction  Manuver Rubin
 Putar agar miring
 Tekanan suprapubik

 Rotate posterior shoulder  Wood‟s maneuver


 Manual removal of the posterior arm  bebaskan tangan posterior secara
manual
 Episiotomy – pertimbangkan
 Roll over onto “all fours”  Manuver Gaskin
 Kerja sama dengan ibu, rekan kerja, dan orang yang mendukung
 Bidan bekerja sebagai tim dengan perawat, anesthesi, pediatrik, dan obstetrik
 Harus memiliki protokol dan latihan kegawatan
Lift – McRobert’s Maneuver

 Rendahkan kepala, angkat


kaki dan bokong
 Hiperfleksi pada kedua kaki
 Fleksi pada abdomen
 Membutuhkan asistensi
Anterior Disimpaksi –
1) Suprapubic Pressure

 Dengan McRobert‟s maneuver


 Seperti RJP
 Pada punggung janin
 Jangan meneran
 Jangan mendorong fundus
Anterior Disimpaksi –
2) Rubin Manuver
 Putar miring bahu anterior
 Bawa bahu ke diameter pelvis terbesar
 Jangan meneran
 Jangan mendorong fundus
Rotate Posterior Shoulder
– step 1
 Tekanan pada aspek anterior dari
bahu posterior
 Boleh dikominasikan dengan
disimpaksi anterior
 Jangan meneran
 Jangan mendorong fundus
Rotate Posterior Shoulder
– step 2
 Putar 180 derajat
untuk melepaskan
bahu anterior
Rotate Posterior Shoulder
– step 3
Boleh
diulang
bila
langkah 1
& 2 belum
berhasil
Manual Removal of
Posterior Arm
Bidai humerus
Tekan pada fosa
antecubiti untuk fleksi
Sapu tangan melewati
dada
Genggam pergelangan /
lengan bawah
Lahirkan tangan
Roll Over to “all fours” (Gaskin)

Tarikan ringan ke arah bawah pada bahu


posterior
Memberikan akses pada bahu / lengan
posterior
Bisa digunakan pada penggunaan epidural
PERSALINAN SUNGSANG
Definisi

• Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang


dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri, atau janin terletak pada posisi aksis longitudinal dengan
kepala di fundus uteri
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu : presentasi bokong murni
(frank breech), presentasi bokong kaki sempurna (completed breech
presentation), presentasi bokong kaki tidak sempurna (incompleted breech
presentation), dan presentasi kaki, baik berupa ekstensi satu kaki (single
footling presentation) atau ekstensi kedua kaki (double footling
presentation)
1. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua
sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin

2. Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping sakrum


dapat diraba kedua kaki.

3. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat


satu kaki di samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat
ke atas, sakrum tidak teraba.

4. Pada presentasi kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua
kaki.
Etiologi

Prematuritas
Kelainan
letak Multiparitas
plasenta

Kelainan Letak Sungsang Kehamilan


uterus kembar

Panggul
Sempit Hidrosefalus
polihidramn
ion
Diagnosis
a. Anamnesis : Seringkali wanita menyatakan lebih terasa
penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di
bagian bawah.
b. Pemeriksaan Fisik:
Palpasi abdomen :
• Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri.
• Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang
lain.
• Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement.
Denyut jantung umumnya terdapat setinggi atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Pemeriksaan luar
Di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala
teraba di fundus uteri. Kadang – kadang bokong janin teraba bulat dan
dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala.

Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuberositas iskii dan jika janin
telah turun dan memasuki rongga pelvis kemungkinan alat kelamin
janin dapat diraba.
• Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba di samping bokong
• Presentasi bokong tidak sempurna hanya teraba satu
kaki disamping bokong.
Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan ultrasonografik
presentasi janin, sikap, ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi
janin, adanya anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya
kehamilan ganda atau jumlah kehamilan, malformasi jaringan lunak atau tulang
janin, abnormalitas uterus, serta berat janin dan usia gestasi. USG juga dapat
untuk mencari kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

MRI
jenis pemeriksaan radiologis yang relatif tidak membahayakan untuk
janin maupun ibu.
Mekanisme Persalinan
• Mekanisme persalinan letak sungsang yang terbagi atas 3 tahap yaitu
persalinan bokong, persalinan bahu dan persalinan kepala dapat dilihat
dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong :


a) Presentasi bokong (frank breech)
b) Presentasi bokong kaki sempurna
(complete breech)
c) Presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling)
• Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi atau dengan garis
paha melintang atau miring.
• Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran
paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
• Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
• Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion.
• Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
• Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya,
episiotomi dapat dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi ke
bawah perut.
• Terjadi putaran paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
• Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
• Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan
sepanjang kaki anterior dan melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi
sehingga bagian badan lainnya dapat dilahirkan.
• Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan
putar paksi dalam sehingga diameter biacromion terdapat pada
diameter anteroposterior diameter pelvic bagian luar.
• Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi
diameter transversal. Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi
dari kepala.
Penanganan Sungsang
A. Dalam kehamilan
• Knee Chest posisition
• Versi Luar

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38


minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu
dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit untuk berhasil
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang
versi luar knee chest position
• Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung
janin harus selalu diawasi, baik dengan non stress test maupun dengan
USG. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala
didorong masuk ke dalam rongga panggul.
• Kontraindikasi versi luar :
• Panggul sempit
• Perdarahan antepartum
• Hipertensi
• Kehamilan kembar
• Plasenta previa
• Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop
skor (Bhisop-like score).

Skor 0 1 2 3

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+

Panjang serviks (cm) 3 2 1 0

Station -3 -2 -1 +1,+2

Konsistensi Kaku Sedang Lunak

Position posterior Mid anterior

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
B. Dalam persalinan
Persalinan pervaginam Sectio caesar
Presentasi “Frank Breech” Presentasi “footling”
Usia kehamilan ≥ 34 minggu Janin preterm (25-34 minggu)
TBJ 2000-3500 gram TBJ > 3500 gr atau < 1500 gr
Kepala fleksi Kepala janin defleksi atau hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan X-ray Panggul sempit atau ukuran dalam nilai “borderline “
pelvimetry)
Diameter transversa PAP 11,5 cm dan diameter
anteroposterior 10,5 ; Diameter tranversal panggul
tengah 10 cm, dan diameter anteroposterior 11,5 cm.

Tidak ada indikasi sectio caesar pada ibu atau anak Bagian terendah janin belum engage
Partus lama
Janin previable (usia kehamilan <25 minggu & < 700 Primi tua
gr) Infertilitas atau Riw. Obstetric buruk
Kelainan kongenital + Letak kaki pada kehamilan 25 minggu tanpa disertai
Proses persalian berlangsung normal mekipun sudah kelainan kongenital (mencegah prolaps tali pusat)
direncanakan section Caesar (persalian per vaginam Ketuban pecah dini
masih merupakan pilihan dibandingkan SC )
Persalinan pervaginam

Persalinan Spontan Manual Aid Ekstraksi sungsang

• Bayi dilahirkan • bayi dilahirkan • bayi dilahirkan


dengan tenaga sebagian dengan seluruhnya dengan
ibu sendiri tenaga dan kekuatan memakai tenaga
ibu dan sebagian lagi penolong
• Bracht dengan tenaga • Ekstraksi Kaki
penolong • Ekstraksi Bokong
• Bahu – lengan
• Klasik (Deventer)
• Mueller
• Louvset
• Kepala
• Mauriceau
• Najouks
• Prague terbalik
• Cunam piper
Persalinan Spontan
• Tahapan:
• Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan
bokong sampai pusat (scapula depan)
• Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat
sampai lahirnya mulut. Harus tercapai dalam waktu 8
menit.
• Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir.
• Teknik:
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong.
Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada di depan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal
paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5
unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang
panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir
dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong
melakukan hiperlordosis pada bagian janin guna mengikuti
gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke
punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan, lengan,
dagu, mulut, dan akhirnya kepala.

5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan
nafas dan rawat tali pusat.
Prosedur Manual Aid
• Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang
dari awal sudah direncanakan untuk manual aid.
• Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper
• Teknik :
• Tahap pertama persalinan secara Bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong yang dapat dilakukan dengan
teknik:

1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas
(sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis.
2.Cara Mueller
• Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan
bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.
3. Cara Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah
memutar badan janin dalam setengah lingkaran
bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan
lengan dapat dilahirkan.
4.Cara Bickhenbach
• Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
• Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after
coming head)
1. Cara Mauriceau (Veit-Smellie)
2. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil
berada di belakang dekat sacrum dan muka janin
menghadap simpisis.
3. Cunam Piper
Penggunaan cunam Piper dapat dilakukan bila terdapat
kesulitan melahirkan kepala dengan cara Mauriceau.
4.Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari
penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua
tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini
tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang
berat
Prosedur Ekstraksi Sungsang

Teknik ekstraksi kaki Teknik ekstraksi bokong


Teknik ekstraksi kaki
• Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan
dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut,
• kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
• Tangan yang dikuar mendorong fundus uterus ke bawah.
• Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari
kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai
batas lutut.
• Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam
kebawah sampai pangkal paha lahir.
• Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah
trokhanter depan lahir.
Lanjutan….
• Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan
bokong pun lahir.
• Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin
selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks,
badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
• Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual
aid.
Teknik ekstraksi bokong
• Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan
bokong sudah berada di dasar panggul sehingga sukar
menurunkan kaki.
• Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan
paha depan.
• Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah
simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera
mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai
bokong lahir.
• Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-
pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual
aid.
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya

• kelainan pada pelvis ibu, disproporsi feto pelvic, bayi besar, His tidak adekuat atau skor
Zachtuchni Andros ≤ 3.

2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

3. Kepala janin hiperekstensi

4. Didapatkan distosia

5. Umur kehamilan:

• Prematur (EFBW=2000 gram)


• Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)
4. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan) Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk,
nilai sosial janin tinggi.

5. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

• Hipertensi dalam persalinan


• Ketuban pecah dini
Zatuchni Andros Score
• indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dengan
presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal.

Skor 0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida -
Masa Gestasi ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
TBJ > 3630 gr 3176-3630 gr < 3176 gr
Riwayat Presbo
- 1x 2x
BB >2500 gr
Station -1 atau lebih
-3 -2
rendah
Pembukaan serviks
≤ 2 cm 3 cm ≥4 cm

•≤3 = Persalinan perabdominal


•4 = Evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam.
•>5 = Dilahirkan pervaginam.
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
• Dari faktor ibu:
• Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa
plasenta
• Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma
(endometritis)
• Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis
• Dari faktor bayi:
• Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema
intracranial, perdarahan alat-alat vital intra-abdominal
• Infeksi karena manipulasi
• Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ekstremitas,
persendian leher, rupture alat-alat vital intraabdominal,
kerusakan pleksus brachialis dan fascialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital
(mata, telinga, mulut), asfiksia sampai lahir mati
PROGNOSIS

• Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan
dengan letak kepala.
• Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak.
• Hipoksia akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat
menyebabkan lepasnya plasenta.
Eklamsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat
hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan
timbulnya kejang, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (Wirjoatmodjo,
2000: 49).
Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan
kontroversi.

Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk


dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah :
factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan
dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast
terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih,
yaitu: kejang- kejang
1. Tingkat awal atau aura ( invasi )
2. Stadium kejang tonik
3. Stadium kejang klonik
4. Stadium koma
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin,
usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu
yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas kematian
janin dalam rahim.
c. Hemolisis
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
b. Perdarahan otak
c. Kelainan mata
d. Edema paru – paru
e. Nekrosis hati
f. Sindroma HELLP
g. Kelainan ginjal
h. Kelainan ginjal
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf Penatalaksanaan umum
1. Beri obat anti konvulsan dan antihipertensi
2. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
3. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
4. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi
5. Beri oksigen 4-6 liter / menit
6. Terminasi kehamilan
Terima Kasih
EMBOLI
CAIRAN KETUBAN
PENDAHULUAN
Definisi emboli cairan ketuban:

• Sindroma akut yang ditandai dyspnea dan hipotensi,


diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung
secara cepat
• Pada wanita yang sedang dalam proses persalinan atau
segera setelah melahirkan
• Akibat masuknya sejumlah besar cairan amnion ke
dalam sirkulasi ibu
Epidemiologi:
• Insidens  1 dalam 8.000 – 1 dalam 80.000 kehamilan
• Angka Kematian:
– Morgan  86%
– Clark  61%
– Seluruh pasien meninggal 5 jam setelah kolaps kardiovaskuler
– 50% pasien meninggal dalam satu jam pertama setelah gejala
timbul
Faktor Risiko :
– Usia ibu yang lanjut
– Multiparitas
– Persalinan yang amat sulit
– Stimulasi dan manipulasi uterus
– Janin yang besar
– Kematian intrauterin
– Solutio plasenta
Etiologi:
• Cairan amnion dapat memasuki sirkulasi maternal karena:
– Membran ruptur
– Perbedaan tekanan sehingga cairan amnion dari uterus 
sirkulasi vena maternal

• Lokasi tempat masuknya cairan ketuban:


– Perlekatan plasenta
– Luka kecil di uterus bawah dan endoserviks
PATOFISIOLOGI

• Perubahan Hemodinamika
• Teori lama:
Perubahan hemodinamika hipertensi pulmoner akut berat pada
emboli cairan ketuban disebabkan penyumbatan kritis pembuluh-
pembuluh darah paru-paru oleh bahan-bahan fetus  asfiksia akut,
cor pulmonale dan kematian mendadak atau kerusakan neurologis
berat
PATOFISIOLOGI
• Teori baru:
– Model dua fase (Clark):
• Fase I:
– Vasospasme arteri pulmonalis + hipertensi pulmoner +
peningkatan tekanan ventrikel kanan  hipoksia
– Hipoksia  kerusakan miokardium, kapiler paru-paru, gagal
jantung kiri  gagal pernapasan akut
• Fase II:
– Perdarahan masif + atonia uteri + DIC
PATOFISIOLOGI
• Hipotesis baru:
– Cairan amnion mengandung Endothelin  depresan miokard 
menurunkan kemampuan kontraksi miokardium
– Faktor humoral lain  enzim proteolitik, histamin, serotonin,
prostaglandin, dan leukotrien  mungkin mempunyai andil
– Clark  emboli cairan ketuban  diganti  “sindroma anafilaktoid
kehamilan”
Ringkasan Patofisiologi
hemodinamika
emboli cairan ketuban
Embolus cairan ketuban

Obstruksi mekanis Obstruksi Humoral

Obstruksi kritis Vasospasme pembuluh-


pembuluh-pembuluh pembuluh darah
darah pulmonal pulmonal
Obstruksi kritis Vasospasme pembuluh-
pembuluh-pembuluh pembuluh darah
darah pulmonal pulmonal

Hipertensi pulmoner akut


Hipoksemia

• Kematian Resolusi Gagal jantung


• Gangguan spontan kiri
neurologis berat
Koagulopati
• Etiologi koagulopati  belum jelas
• Cairan amnion mengandung faktor-faktor koagulasi aktif II, VII dan X
• Cairan amnion  aktivasi langsung faktor X dan efek yang mirip
dengan tromboplastin
• Faktor jaringan  kulit dan sel-sel epitel fetus  aktivasi jalur
ekstrinsik  koagulasi  pembentukkan trombin lokal 
vasokontriksi, trombosis mikrovaskuler, sekresi endothelin
Patofisiologi emboli cairan ketuban
Diagnosis

• Tidak ada pemeriksaan lab atau klinis yang dapat


memastikan/menyingkirkan diagnosis
• Diagnosis dibuat atas dasar ciri-ciri klinis
Manifestasi Klinis
• Kriteria klinis sindroma emboli cairan ketuban:
– Hipotensi akut atau henti jantung
– Hipoksia akut (Dyspnea, sianosis, henti napas)
– Koagulopati (koagulasi intravaskuler, fibrinolisis, perdarahan hebat)
– Gejala timbul saat dilatasi serviks, persalinan, persalinan SS, atau
30 menit post partum
– Tidak ada kondisi klinis atau penjelasan lain terhadap gejala dan
tanda tersebut
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan lain

• Hitung darah lengkap


• Kadar antigen sialyl Tn
• Pemeriksaan koagulasi • Kadar zinc copropophyrin
• Analisa gas darah arterial
• Kadar triptase serum
• Foto polos thoraks
• _ EKG
• Echocardiogram
Tatalaksana
Obat-obatan yang direkomendasikan pada emboli cairan ketuban

Obat-obatan Dosis Aksi Pertimbangan


Farmakologis
Obat-obat inotropik untuk menjaga curah jantung dan tekanan darah
Dopamin Infus awal 2–5 Stimulasi reseptor Obat kuat, harus
g/kg/menit. adrenergik 1 diencerkan, tidak
Ditingkatkan 5–10 boleh sebagai bolus
g/kg/menit sesuai
kebutuhan
Dobutamin Infus 2 – 40 Stimulasi reseptor Larutkan obat sesuai
g/kg/menit. adrenergik 1 dengan petunjuk
Kecepatan pemberian pabrik pembuatnya
tergantung pada
respons pasien
Norepinefrin Infus 2 – 4 g/menit. Stimulasi reseptor Teruskan pemberian
Efek terhadap tekanan adrenergik  hingga tekanan darah
darah ditentukan dosis terkendali
Obat-obatan Dosis Aksi Pertim-
Farmakologis bangan
Obat oksitoksis untuk atonia dan perdarahan uterus
Oxytocin 0 – 40 U dlm 1000 mL lar. Stimulasi uterus Efek
(Pitocin) Na klorida antidiuretik
isotonis/dekstrosa Titrasi
0,02 – 0,1 U/menit
Metil- 0,2 mg IV atau IM setiap 2 Stimulasi uterus IV pelan-pelan
ergonovin – 4 jam >1 menit
(Metergin)
Prostaglandin 250 g IM, diulang tiap Stimulasi uterus Kontraindikasi
F2 (PGF2) 15 – 90 menit tergantung asma
perdarahan
Misoprostol 1000 g per rectal Stimulasi uterus Manfaat klinis
belum pasti
Obat-obatan Dosis Aksi Pertimbangan
Farmakologis
Steroid untuk mengendalikan respons inflamasi
Hidrokortison 500 mg IV Dosis harus Dalam larutan IV
sodium tiap 6 jam dalam batasan langsung, 100 mg/30
suksinat efek antiinflamasi, detik, dosis >500 mg
menghambat  per infus >10
sintesis menit
prostaglandin
DAFTAR PUSTAKA

•Wiknjosastro H prof, dr , Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 104 – 122
•Wiknjosastro, H prof,dr, et all. Ilmu kebidanan Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta 2002 : 595 – 622
•Cunningham FG et al. Dystocia due to Abnormalities in Presentation, Position or Development of the Fetus,
Chapter 20. in William Obstetrics. 20th ed. Connecticut : Appleton & Lange, 1993 : 493 – 500
•Dutta DC, Malposition, malpresentation, cord prolapse. In Text Book of Obstetrics, Calcutta : New Central
Book Agency, 1998 : 390 – 431
•Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and problem pregnancies. 3rd ed.
New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.
•Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699 term singleton breeech
deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.
•Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology 8th
Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171

Anda mungkin juga menyukai