Anda di halaman 1dari 2

ANALISA WACANA TERSEBUT BERKAITAN DENGAN HUKUM

KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan wacana tersebut, Jokowi telah mengeluarkan sejumlah peraturan ketenagakerjaan


menanggapi pembahasan ini. Beberapa daftarnya adalah sebagai berikut:

1. Upah Minimum

Provinsi Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 merangkum kebijakan penetapan UMP
terkait pengupahan. Serikat pekerja sangat memperhatikan kebijakan ini, yang selalu menjadi
salah satu poin aksi utama pada 1 Mei — Hari Buruh, atau May Day. Serikat Pekerja menilai PP
78/2015 sama sekali tidak menguntungkan pekerja. Mereka percaya bahwa mereka tidak terlibat
dalam menentukan kebijakan perburuhan atau kebijakan upah yang layak bagi pekerja. Namun,
kebijakan ini diapresiasi oleh International Monetary Fund (IMF). Mereka percaya bahwa
peraturan ini akan meningkatkan jumlah pekerja muda yang kurang informasi yang dipekerjakan.

2. Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sudah ada aturan penggunaan tenaga kerja
asing. Di sisi lain, selama Jokowi menjabat sebagai presiden, Perpres No. 20 Tahun 2018.
Sepuluh bab dan 39 pasal membentuk Perpres ini, yang fokus mendukung perekonomian
nasional dan memperluas kesempatan kerja melalui peningkatan investasi. Namun, sejumlah
pihak menilai Perpres ini menjadi pintu masuk bagi banyak tenaga kerja asing unskill. Selain itu,
banyak poin yang bertentangan dengan Undang-Undang (UU) No dan tidak ditentukan. 13
Tahun 2003 tentang Sumber Daya Manusia.

3. Jaminan Ketenagakerjaan Pemerintah

Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan. Program BPJS Ketenagakerjaan, yang juga mencakup jaminan pemeliharaan
kesehatan, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan kecelakaan kerja, termasuk jaminan
ini. Namun menurut informasi Kementerian Ketenagakerjaan, hingga akhir tahun lalu, 30,46 juta
pekerja Indonesia memiliki akses ke tunjangan jaminan sosial. Pasalnya, masih ada pelaku usaha
di Indonesia yang tidak mendaftarkan karyawannya ke jaminan sosial. Menurut data BPJS
Ketenagakerjaan, hanya sekitar 56% tenaga kerja yang berhak menjadi peserta.

Anda mungkin juga menyukai