Anda di halaman 1dari 22

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Untuk menjawab masalah pokok penelitian “Direct mail PT. Bama Bumi

Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli jasa slick line unit dan welltesting unit

pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih”, metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe matriks.

Dimana data dan fakta hasil dari penelitian akan dipaparkan dengan penjelasan yang

hanya berupa kata-kata tanpa angka atau sebuah hitungan dengan melalui cara

observasi dan wawancara mendalam (in depth interview) dengan pihak perusahaan.

3.1.1 Penelitian Kualitatif

Adapun kajian definisi penelitian kualitatif menurut Setyosari dalam Danu

Eko Agustinova adalah sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode


observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpulan data
lainnya untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek.” Danu Eko
Agustinova, hal 9, [63].

Sementara itu menurut Kirk dan Miller definisi penelitian kualitatif adalah

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara umum digunakan untuk meneliti

tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku dan aktivitas sosial”. Danu Eko

Agustinova, hal 9, [64]. Strauss dan Corbin dalam Danu Eko Agsutinova juga

menyatakan pengertian mengenai penelitian kualitatif, berikut adalah penjelasannya:

“Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang


menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasinya. Penelitian
ini dapat dapat digunakan utntuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial atau hubungan
kekerabatan.” Danu Eko Agustinova, hal 9, [65]

46
3.1.2 Penelitian Kualitatif Deskriptif

Lexy J. Moleong menjelaskan pengertian tentang penelitian kualitatif

deskriftif. Beliau menyatakan bahwa:

“Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha


menggambarkan penyajian laporan data asli yang berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan, atau
memo, dan dokumen resmi lainnya.” Lexy J. Moleong, hal 11 [66].

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan maksud agar

dapat memberi gambaran secara lebih detail mengenai proses penyusunan dan

penggunaan direct mail di PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam membangun minat

beli jasa slickline unit dan welltesting unit pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset

2 Prabumulih.

Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsfat postpositivisme, yang lebih

menekankan pada aspek pemahaman secara medalam terhadap suatu fenomena

tertentu. Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis medalam (in depth

analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif

yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.

Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman mendalam

suatu masalah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jenis penelitian ini bersifat

deskriptif.

Penelitian deskriptif ini mendeskripsikan data-data yang berupa statement dan

fakta yang terjadi di lapangan. Peneliti berusaha untuk mengetahui, mengumpulkan,

mengamati, dan menganalisis mulai dari proses pembuatan sampai dikirimnya direct

mail tersebut oleh PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) kepada PT.Pertamina EP Asset 2

Prabumulih.untuk proyek KJP3.


47
Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu meneliti untuk mengetahui bagaimana proses direct mail PT. Bama

Bumi Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli jasa slickline unit dan welltesting

unit pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data

yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan

menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu.

Herdiyansyah menyatakan bahwa:

“Pada penelitian kualitatif, bentuk data berupa kalimat, atau narasi dari
subjek atau responden penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik
pengumpulan data yang kemudian data tersebut akan menghasilkan suatu
temuan atau hasil penelitian yang akan menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan. Dalam penelitian kualitatif, dikenal beberapa metode pengumpulan
data umum yang digunakan. Beberapa metode tersebut, antara lain lain
wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus discussion.” Herdiansyah,
hal.116, [67]

Pada penelitian ini, ada dua jenis sumber data utama yang digunakan oleh

peneliti yaitu, beberapa salinan dokumen direct mail dari PT. Bama Bumi Sentosa

(BBS) pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih (BBS) dan hasil

wawancara mendalam dengan pihak marketing administration dan bid and contract

di PT.Bama Bumi Sentosa (BBS) terkait dengan proyek tersebut. kemudian peneliti

juga menggunakan beberapa data primer dan sekunder ataupun pendukung lainnya

yang berasal dari buku, artikel serta skripsi dari penulis lain untuk mendukung

penelitian. Pengumpulan data tidaklah hanya mengumpulkan data dari apa yang

dilihat saja, dalam sebuah pengumpulan data kualitatif memiliki metodenya sendiri,

adapun metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu:

48
3.2.1 Jenis Sumber Data

Lofland dalam Lexy J. Moleong menjelaskan mengenai jenis sumber data yang

ada pada penelitian kualitatif. Berikut adalah penjelasannya:

“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan


tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya di bagi kedalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik” Lexy J. Moleong,
hal 157 [68]

a. Data Primer
“Data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama pada
tempat objek penelitian dilakukan.” Sugiyono, hal 17 [69].

Data primer dari penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara mendalam

dengan pihak marketing administration dan bid and contract PT. Bama Bumi

Sentosa (BBS).

b. Data Sekunder
“Data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan.” Sugiyono, hal 17 [70].

Data sekunder pada penelitian ini berupa data dari buku-buku dari

perpustakaan dan sumber-sumber lainnya yang diperoleh. Data yang peneliti

dapatkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: data primer dan data

sekunder. Untuk data primer, peneliti telah melakukan wawancara langsung dengan

staff marketing administration dan bid and contract PT. Bama Bumi Sentosa (BBS)

pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih dan juga meminta beberapa

salinan dokumen-dokumen yang terkait dengan direct mail tersebut yang dikirimkan

oleh BBS pada proyek tersebut.

49
Dari penelitian ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan langsung kepada

staff marketing administration dan bid and contract perusahaan tersebut yang

berkaitan dengan bahan yang diteliti oleh penulis. Kemudian untuk data sekunder

peneliti dapatkan dari beberapa literatur dan sumber-sumber buku bacaan yang

mendukung data primer, seperti infromasi dari buku-buku, artikel dan sumber bacaan

lainnya.

3.3 Tahap Pengumpulan Data

3.3.1 Wawancara

Wawancara juga merupakan salah satu metode pengumpulan data yang penulis

lakukan pada penelitian ini. Menurut Sugiono dalam Danu Eko Agustinova

‘Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.’ Danu

Eko Agustinova, hal 32, [71], sedangkan definisi wawancara dikemukakan oleh

Stewart & cash (2008) dalam Herdiansyah yang didefinisikan sebagai berikut.

“An interview is interactional because there is an exchanging, or sharing


of roles, responsibilities, feelings, beliefs, motives, and information. If one
persson does all of the talking and the other all of the listening, a speech to an
audience of one, not an interview, is talking place. Berdasarkan definisi
menurut Stewart dan Cash, wawancara dapat diartikan sebagai sebuah interaksi
yang didalamnya terdapat pertukaran/sharing aturan, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu
kegiatan ketika satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang
lain hanya mendengarkan.” Herdiansyah, hal. 118, [72].

1. Bentuk-bentuk wawancara

Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif ataupun

wawancara lainnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawancara terstruktur,

wawancara semi-terstruktur, wawancara tidak terstruktur Berikut penjelasan

detail mengenai ketiga jenis wawancara tersebut menurut Herdinsyah:

50
a. Wawancara terstruktur
“Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.”
Herdiansyah, hal 190 [73] Peneliti yang menggunakan jenis wawancara
ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.

Sedangkan menurut Danu Eko Agustinova, hal 32, [74]


menyatakan bahwa: “Pada wawancara jenis ini, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan
yang sama kemudian pengumpul mencatatnya, alat bantu yang digunakan
biasanya tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar”. Ciri-ciri dari
wawancara terstruktur adalah sebagai berikut:

1. Daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan.


2. Kecepatan wawancara terkendali.
3. Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban).
4. Mengetahui pedoman (dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata,
tidak ada improvisasi).
5. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang
suatu fenomena.

b. Wawancara semi-terstruktur
“Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas dari
pada wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-
idenya karena tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka”. Danu Eko Agustinova, hal 34, [75]. Beberapa ciri
dari wawancara semi-terstruktur dijelaskan sebagai berikut:

1. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.


2. Kecepatan wawancara dapat diprediksi.
3. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaaan atau jawaban)
4. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur,
urutan dan penggunaan kata.
5. Tujuan wawancara untuk memahami suatu fenomena.

c. Wawancara tidak terstruktur


Danu Eko Agustinova memberikan sedikit penjelasan tentang
model dari wawancara ini yaitu:

“wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas,


peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data-
datanya. Dalam wawancara ini, peneliti mengetahui secara pasti
data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.” Danu Eko
Agustinova, hal 34, [76]
51
Hampir mirip dengan bentuk wawancara semi-terstruktur,
wawancara tidak-terstruktur memilki ciri-ciri seperti dibawah ini:
Herdiansyah, hal 121-125,[77].

1. Pertanyaan sangat terbuka, jawabanya lebih luas dan bervariasi.


2. Kecepatan wawancara sulit diprediksi.
3. Sangat fleksibel (dalam hal pertanyaan atau jawaban).
4. Pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan,
penggunaan kata dan alur pembicaraan.
5. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

Susan Stainback dalam Sugiono menyatakan bahwa: “Dengan


wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam mengintepretasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.” Sugiono,
hal 232 [78]

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam sebagai

salah satu metode pengumpulan data yang utama. Peneliti melakukan wawancara

secara face to face (tatap muka) langsung dengan informan dan key informan untuk

menggali informasi yang lebih mendalam terkait dengan objek yang di teliti oleh

penulis.

3.3.2 Observasi

Danu Eko Agustinova menjelaskan pengertian mengenai apa itu observasi.

Beliau menyatakan bahwa observasi ialah:

“observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik


secara langsung maupun tidak langsung dengan melibatkan semua indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, perasa) untuk memperoleh
data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Danu Eko Agustinova, hal 36
[79]

McMillan & Schumacher dalam Danu Eko Agustinova juga menjelaskan

mengenai observasi. Beliau menyatakan bahwa:

“pengamatan atau observasi diartikan sebagai watching the behavioral


patterns of people in certain situation to obtain information about the
phenomenon of interest. Yang mana pada pengertian ini kegiatan observasi
digunakan hanya untuk mengamati pola perilaku manusia pada situasi tertentu

52
untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang menarik.” Danu Eko
Agustinova, hal 36 [80]

‘Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya
tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang
dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung dan dapat
diukur. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan
lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku
yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang
terlibat tersebut.’ Herdiansyah, hal. 131-132, [81].

Dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non

participant observation (observasi tidak berperan serta). Berikut adalah penjelasan

mengenai kedua jenis observasi tersebut: Danu Eko Agustinova, hal 36 [82]

a. observasi berperan serta (participant observation)


Dalam observasi ini peneliti menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar
terlibat langsung dalam keseharian responden.

b. observasi tidak berperan serta (non participant observation)


Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalan observasi non
partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat

dibedakan menjadi observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Berikut

adalah penjelasnnya menurut Danu Eko Agustinova, hal 36 [83]

a. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

b. Observasi tidak terstruktur


Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak di
persiapkan secara sitematis tentang apa yang akan di observasi. Pada
observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

53
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode observasi adalah sebagai

berikut: Herdiansyah, hal 132 [84]

a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai


keandalan yang tinggi karena biasanya peneliti sendiri yang mengamati
secara seksama setiap detail perilaku yang batasan perilaku yang
diobservasi sudah ditentukan sebelumnya.

b. Dapat melihat langsung apa yang dikerjakan oleh subjek hingga kepada
hal yang detail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang-kadang sulit
untuk diterangkan, tetapi dengan menggunakan metode observasi, hal
tersebut mampu untuk diungkap.

c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya


tata letak ruangan peralatan, penerangan, gangguan suara, dan lain-lain.

d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang


dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu.

Di samping kelebihan, metode observasi juga memilki kelemahan, berikut

adalah kelemahan-kelemahan dari metode observasi: Herdiansyah, hal 132 [85]

a. Pada umumnya, orang yang diamati merasa terganggu atau tidak


nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengn tidak semestinya.
Atau karena diamati, perilakunya tidak alamiah. Bisa saja dilebih-
lebihkan (faking good) atau dikurang-kurangi (faking bad).

b. Suatu perilaku yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi


terkadang tidak merepresentasikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
Bahkan, perilaku yang dituju tidak muncul pada saat observasi dilakukan.

c. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul.

d. Orientasi peneliti. Misalnya, ketika seseorang berpakaian rapi dan


bertingkah laku sopan, tetapi karena peneliti juga merupakan orang yang
sangat menjunjung tinngi kerapian dan kesopanan, kecenderungan untuk
memberikan penilaian yang netral akan terganggu.

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa data observasi dapat

diperoleh dengan tidak terbatas pada manusia saja, tetapi juga tempat dan aktivitas.

Data yang diperoleh peneliti berasal dari observasi baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap PT. Bama Bumi Sentosa sebagai objek penelitian penulis.
54
Penulis mencari informasi-informasi tambahan yang dibutuhkan dari situs

website perusahaan atau pun dari situs-situs terkait lainnya. Peneliti juga datang

langsung ke kantor cabang PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) yang berada di jakarta

untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

3.3.3 Studi Dokumentasi

Metode atau cara yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

metode dokumentasi. Sugiyono mengemukakan dokumentasi sebagai berikut:

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen


bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.”, Sugiyono, hal 240 [86].

“Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data


kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis
dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.” Herdiansyah, hal. 143 [87]

1. Bentuk Dokumen

Lexy J. Moleong dalam Haris Herdiansyah mengemukakan dua bentuk

dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, adapun

pendapat beliau mengenai bentuk dokumen adalah sebagai berikut: Haris

Herdiansyah, hal. 145-146 [88]

a. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Tujuan dari
dokumen pribadi adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari
kejadian atau situasi nyata yang pernah dialami oleh subjek secara
langsung disertai dengan situasi sosial yang melingkupinya dan
bagaimana subjek mengartikan kejadian dan situasi tersebut.

55
b. Dokumen resmi
Dokumen resmi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dokumen
internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal dapat berupa catatan,
seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, sistem
yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain
sebagainya. Dokumen eksternal dapat berupa bahan-bahan informasi
yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, seperti majalah, koran,
buletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti memiliki dokumentasi berupa informasi-informasi

tentang PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) yang di dapat dari website perusahaan dan

situs-situs terkait lainnya di internet serta beberapa orang yang dapat di percaya yang

mengetahui tentang seluk-beluk dari kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh

PT.Bama Bumi Sentosa (BBS) dan juga dokumen-dokumen pendukung yang terkait

dengan direct mail untuk proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih.

3.3.4 Studi Pustaka

Dengan melakukan studi pustaka dapat mendukung hasil penelitian yang

dikemukakan. Dengan demikian, peneliti mencari sumber data dari data primer dan

sekunder. Adapun pengertian studi pustaka menurut Sugiyono adalah sebagai

berikut:

“Studi pustaka atau studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis


dan refrensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat
penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan
lepas dari literatur-literatur ilmiah.” Sugiyono , hal 291 [89]

3.3.5 Triangulasi

‘Triangulasi adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan

gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti.’ Herdiansyah,

hal 201 [90]. Sedangkan menurut Sugiyono, hal 214 [91] ‘triangulasi merupakan

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa teknik

pengumpulan data dan sumber data yang diperoleh oleh peneliti.’ dan ‘Triangulasi
56
bukanlah untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih kepada

meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.’ Sugiyono,

hal 214 [92] Adapun macam-macam bentuk triangulasi menurut Sugiyono, adalah

sebagai beikut: Sugiyono, hal 214 [93]

a. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik merupakan triangulasi yang menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama.

b. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber merupakan triangulasi untuk mendapatkan data
juga, akan tetapi berasal dari sumber yang berbeda-beda dan dengan
teknik yang sama.

Adapun jenis triangulasi yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan data

yaitu triangulasi teknik pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis melakukan

pengumpulan data dengan wawancara, kemudian penulis melakukan pengecekan

melalui observasi atau melihat ada kesamaan atau tidak, hasil wawancara dengan

observasi yang dilihat peneliti saat dilapangan.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data sangat penting baik dalam penelitian kualitatif maupun

kuantitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan, dan setelah dilapangan. Bogdan dalam Sugiyono

menjelaskan mengenai definisi metode analisis data. Berikut adalah penjelasannya:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis


data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah di fahami, dan temuannya dapat di informasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.” Sugiyono, hal 244 [94]

57
Dalam penelitian kualitatif, analisis data terlebih dulu dikumpulkan kemudian

dipilih mana yang dibutuhkan mana yang tidak, kemudian dari hasil organisasi dapat

ditemukan pola atau kecenderungan yang dapat digunakan dalam memutuskan

jawaban dari sebuah fenomena. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode

analisis data yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan

Huberman dalam Sugiyono “Terdapat beberapa tahap kegiatan analisis data untuk

penilitian kualitatif.” Sugiyono, hal 247 [95], yaitu:

1. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, idealnya masih berupa konsep atau draf.
2. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang
akan dianalisa. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi,
dan atau dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya
masing-masing. Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk tulisan yang akan di analisis. Hasil wawancara, hasil observasi,
hasil studi dokumentasi dan atau hasil dari focus grup discussion diubah
menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Reduksi data
sederhananya yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan
kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang
sebelumnya telah dilakukan. Hasil dari wawancara akan diformat menjadi
bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan lapangan diformat
menjadi tabel hasil observasi disesuaikan dengan metode observasi yang
digunakan (metode observasi dapat dilihat kembali pada bab sebelumnya),
hasil studi dokumentasi diformat menjadi skrip analisis dokumen, dan hasil
Forum Grup Discussion (FGD) diformat menjadi verbatim hasil FGD.

3. Display data (Penyajian Data)


Penyajian data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam
dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah
disusun alurnya dalam table akumulasi tema) kedalam suatu matriks
kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokan dan dikategorikan,
serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret
dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan
kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang
sebelumnya telah dilakukan.

58
4. Penarikan Kesimpulan
Inti dari analisa data baik dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif
adalah mengurangi dan mengelola data mentah menjadi data yang di tafsirkan
dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam perspektif ilmiah yang
sama, sehingga hasil dari analisa data yang baik adalah data olah yang tepat
dan dimana sama dan tidak bisa atau menimbulkan perspektif yang berbeda-
beda. Menurut Haris Herdiansyah “Kesimpulan merupakan tahap akhir,
kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan
dengan mengungkap “what” dan “how” dari temuan hasil penelitian”. Haris
Herdiansyah, hal 178-181, [96].

Tabel 3.1

Contoh Verbatim Wawancara

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab semua pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah dibuat.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan dan melakukan

pengamatan mengenai direct mail PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam

membangun minat beli jasa Slick Line Unit Dan Well Testing Unit pada proyek KJP3

PT PERTAMINA EP Asset 2 Prabumulih. Proses pengumpulan data dilakukan

sebelum melakukan penilitian pada saat penelitian atau bahkan hingga penelitian.

Reduksi data dalam penelitian ini berupa beberapa dokumen direct mail yang

digunakan oleh PT. Bama Bumi Sentosa dan transkrip wawancara mendalam yang

59
penulis laksanakan dengan pihak PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) mengenai direct

mail PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli jasa slickline

unit dan welltesting unit pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih.

Menyajikan data setelah melakukan reduksi data menggunakan tabel matriks dan

terakhir menarik kesimpulan atau verifikasi terhadap penelitian tersebut.

3.4.1 Unit Analisis Data

Penelitian ini mengambil unit analisa direct mail PT. Bama Bumi Sentosa

(BBS) dalam membangun minat beli jasa slickline unit dan welltesting unit pada

proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih. Penelitian mengenai proses

pelaksanaan PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli jasa

slickline unit dan welltesting unit pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2

Prabumulih sebagai unit analisa dengan alasan:

1. Penelitian matriks merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang

menganalisis berdasarkan data-data yang dikumpulkan kita olah dan apakah

sudah sesuai dengan tingkat kejujuran atau kesesuaian antara data yang

dikumpulkan dengan metode tersebut. Haris Herdiansyah hal 69 [94].

2. Direct mail PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) merupakan hal terpenting yang

sangat di perlukan pada penelitian ini karena direct mail tersebut merupakan

objek utama dari penelitian ini.

3. Wawancara dengan pihak marketing administration dan bid and contract dari

PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) merupakan salah satu unsur data yang sangat

diperlukan dalam penelitian ini karena kedua pihak tersebut adalah pihak yang

bertanggung jawab atas direct mail yang dikirimkan kepada calon konsumen.

60
3.4.2 Unit Level Analisis

Unit level analisis pada penelitian ini, yaitu: direct mail PT. Bama Bumi

Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli jasa slickline unit dan welltesting unit

pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih yang nantinya akan di

analisis oleh penulis dengan melakukan wawancara mendalam dengan pihak

perusahaan tersebut dan melihat langsung serta meminta salinan dokumen direct

mail tersebut yang kemudian juga akan di analisis dengan menggunakan anlisis

matriks.

Penulis akan menganalisis dengan melihat langsung direct mail yang

digunakan oleh PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP

Asset 2 Prabumulih dan memberikan beberapa pertanyaan kepada pihak marketing

administration dan bid and contract dari PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) terkait

pembuatan serta penggunaan direct mail tersebut sebagai sarana memasarkan jasa

slickline unit dan welltesting unit kemudian penulis juga memperhatikan serta

mendengar hasil wawancara yang sudah dilakukan dengan melihat apakah data-data

tersebut sudah sesuai dengan teori yang digunakan atau belum.

3.4.3 Subjek Penelitian

Objek yang penulis teliti dalam penelitian ini adalah direct mail yang

digunakan oleh PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam mennyewakan jasa slickline

unit dan welltesting unit kepada PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih untuk proyek

KJP3 dan pihak marketing administration dan bid and contract PT. Bama Bumi

Sentosa (BBS) yaitu karena penulis ingin mengetahui bagaimana proses penggunaan

direct mail tersebut di PT. Bama Bumi Sentosa (BBS) dalam membangun minat beli

61
jasa jasa slickline unit dan welltesting unit pada proyek KJP3 PT. Pertamina EP

Asset 2 Prabumulih.

3.5 Metode Analisis Matriks

Metode analisis data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode analisis matriks. Matriks adalah tabel yang diciptakan

dari hasil olahan kita atas berbagai teori yang pada mulanya kita duga tepat untuk

mendukung penelitian kita. Lexy J. Moleong menyatakan bahwa:

“Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan


bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dikelola, mensistesikannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Lexy J. Moleong, hal 248 [97].

Dalam penelitian kualitatif data terlebih dulu dikumpulkan kemudian dipilah-

pilah mana yang dibutuhkan mana yang tidak kemudian dari hasil organisasi data

dapat ditemukan pola atau kecenderungan yang dapat digunakan dalam memutuskan

jawaban dari sebuah fenomena. Salah satu teori yang dipakai dalam penelitian ini

adalah Matriks Theory (Teori Matriks). Bungaran Antonius Simanjuntak dan

Soedjito menjelakan mengenai teori matriks, mereka berpendapat bahwa:

“Teori Matriks adalah tabel yang diciptakan dari hasil olahan kita atas
berbagai teori yang pada mulanya kita duga tepat untuk mendukung penelitian
kita. Namun untuk lebih meyakinkan bagaimana eratnya keterkaitan itu,
bagaimana keterkaitan itu dengan masalah yang akan diteliti, dilakukan dengan
cara menganalisa teori-teori tersebut berdasarkan Teori Matriks”. Bungaran
Antonius Simanjuntak dan Soedjito, hal 110 [98]
Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito menyatakan bahwa terdapat

enam kegunaan dalam memakai teori matriks, yaitu: Bungaran Antonius

Simanjuntak dan Soedjito, hal 110-112 [99]

a. Berguna untuk mengefisiensikan pemakaian teori.


b. Menghindarkan adanya pameran atau parade teori yang diajukan.
c. Untuk memilih dan menyeleksi teori yang akan dipakai.
62
d. Untuk mengarahkan penelitian.
e. Dapat digunakan untuk menguji teori yang terpilih untuk dipakai apakah
berupa penguatan atau penolakan teori.
f. Untuk menemukan teori sendiri sedikitnya prateori atau paling
rendah hipotesis kerja yang dirangkum peneliti dari teori-teori yang
dianalisis untuk dipakai dalam penelitian.

Beliau juga menjelaskan persyaratan utama untuk dapat membangun teori

matriks, yaitu: Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito, hal 110-112 [100]

a. Peneliti sudah harus mempunyai isu yang spesifik.


b. Sudah mempunyai masalah yang juga spesifik.
c. Harus sudah merumuskan masalah dengan mengikuti kaidah ilmiah,
yaitu tampak di dalamnya variabel yang menjadi sasaran penelitian dan
kemudian diketahui referensi teorinya”.
Untuk membangun teori matriks dibutuhkan kemampuan semacam indera

keenam, yaitu feeling, yang mampu merasa dan meraba kaidah abstrak yang

ditemukan dalam penelitian. Untuk itu peneliti harus sudah mempersiapkan rencana

penelitiannya dengan basis hubungan logis antara isu, judul, masalah, rumusan

masalah, teori, instrumen penelitian dan sampai kepada hasil penelitian. Menurut

Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito ada tiga langkah-langkah dalam

membangun teori matriks. Berikut adalah penjelasannya: Bungaran Antonius

Simanjuntak dan Soedjito, hal 111 [101]

1. Membentuk tabel matriks dengan komposisi urutan teori yang dirancang akan

dipergunakan di dalam penelitian.

2. Membuat kolom-kolom yang disiapkan untuk definisi operasional teori, esensi

teori, dan kandungan indikasi-indikasi teori.

3. Evaluasi terhadap kesamaan-kesamaan unsur pendukung teori, kesamaan

esensi, dan kesamaan indikasi yang terdapat pada setiap teori”.

63
Apabila perbedaan-perbedaan teori ditemukan setelah evaluasi, maka buatlah

rumusan teori atau hipotesis untuk dipakai dalam penelitian. Bungaran Antonius

Simanjuntak dan Soedjito menyatakan bahwa: “apabila teori itu sama, harus

disebutkan bahwa semua teori dapat dipakai sebagai pegangan karena saling

mendukung. Tetapi harus ditetapkan juga yang mana grand teori yang menjadi

pegangan utama dan teori-teori yang mana sebagai pendukung untuk penelitian”.

Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito, hal 111-112 [102]

Tabel 3.2

Contoh Tabel Matriks Variabel

Topik 1 Topik 2 Topik 3

Akibat 1

Akibat 2

Akibat 3

Sumber : Bungaran Antonius Simanjuntak, hal 112

Cara penyusunan variabel-variabel untuk pertama kali ialah dengan mengambil

unsur-unsur yang tersimpan dalam “lumbung pikiran”, biasanya disebut data base.

Jalan pemikrian di atas dapat dimasukkan dalam sebuah sistem jaring-jaring yang

disebut matriks, sebuah matriks terdiri atas baris-baris horizontal dan kolom yang

vertikal. Baris dan kolom akan menghasilkan persilangan antar keduanya,

persilangan antara baris dan kolom disebut sel dan didalam sel dapat diisikan

berbagai informasi yang berasal dari baris dan kolom. Matriks berfungsi sebagai peta

berpikir yang akan dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam suatu penelitian, arti

matriks yang sesungguhnya adalah cetakan, dalam konteks ini matriks berarti
64
cetakan untuk mengatur jalan pemikiran. Bungaran Antonius Simanjuntak dan

Soedjito menyatakan bahwa:

“Matriks Variabel terdiri atas baris-baris horizontal dan kolom yang


vertikal. Baris dan kolom akan menghasilkan persilangan antar keduanya.
Persilangan antara baris (row) dan kolom atau column disebut sel (cell). Di
dalam sel ini dapat diisikan berbagai informasi yang berasal dari baris dan
kolom. Dalam matriks yang akan dibuat, persilangan antara baris dan kolom
diisi dengan satu atau nol: satu berarti ada hubungan antara dua variabel dan
nol berarti tidak ada hubungannya. Perpotongan yang membentuk sel ini dapat
diisi menurut keperluan dan mencerminkan sifat dari baris dan kolom,
misalnya dalam contoh ini, ada hubungan atau tidak. Jika variabel sudah
memengaruhi variabel berikutnya, maka kalau tidak terpaksa, jangan sampai
ada pengaruh timbal balik atau saling mengaruhi. Jika digambar, akan terlihat
jalur yg berputar-butar tanpa ujung pangkal. Kalau ragu-ragu, dapat dibuat
matriks yang kedua disamping yang pertama. Dapat juga dibuat variabel dua
mandiri, dua-duanya mempengaruhi variabel lain, tetapi keduanya tidak saling
mempengaruh”. Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito, hal 88-89 [103]

Perkataan variabel ada hubungannya dengan variasi, variabel yang

dipergunakan dalam penelitian berisi unsur-unsur yang bervariasi misalnya variabel

kekerasan berisi unsur-unsur merusak, penganiayaan dan lain-lain. Jika kekerasan

dihubungkan dengan tindakan mencuri, akan kelihatan hubungannya satu dengan

yang lain dengan melihat apakah ada unsur-unsur yang sama dalam kedua variabel

ini. Variabel yang satu dapat dihubungkan dengan variabel lain asal ada beberapa

unsur yang sama setiap variabel. Dengan adanya sebagian unsur-unsur yang sama,

variabel yang satu dapat dihubungkan dengan variabel lain. Maka dapat diketahui,

apakah variabel yang satu memengaruhi variabel lainnya, setiap variabel dapat terdiri

atas berbagai macam unsur yang sedang diteliti. Hal ini dapat dihitung dengan

statistik tetapi dalam uraian sekarang ini hanya dapat disusun gambar skema

hubungannya. Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam tulisan ini

variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

penelitian.

65
Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang

berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Jika ada pertanyaan tentang

apa yang akan di teliti, maka jawabannya dengan variabel penelitian. Jadi variabel

penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat didefiisikan

sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang

dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Dinamakan variabel karena

ada variasinya.

Variabel dalam sesuatu penelitian ditentukan oleh landasan teoritis penelitian.

Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda, variabel-variebel penelitiannya juga

akan berbeda. Jumlah variabel yang dijadikan objek pengamatan akan ditentukan

oleh rancangan penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan penelitian, akan

melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya dan sebaliknya.

Menurut fungsinya variabel dapat dibedakan: Drs. Cholid Narbuko & Drs. H

Abu Achmadi, hal 119-120 [104]

1. Variabel Tergantung (Dependent Variabel)


Variabel Tergantung (Dependent Variabel) yaitu kondisi atau
karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang
dipengaruhi atau variabel terpengaruhi. Variabel ini sering disebut sebagai
variabel output, Kriteria, Konsekuen. Atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut Variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) variabel
dependen disebut variabel Indogen.

2. Variabel Bebas ( Independent Variabel)


Variabel Bebas (Independent Variabel) merupakan kondisi-kondisi atau
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan
hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Karena fungsi ini sering
disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi
secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini juga sering
66
disebut sebgai variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.

3.Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan Variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen
dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Variabel Intervening juga
merupakan variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan
variabel yang lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau
hubungan pengaruh dan terpengaruh.

4. Variabel Moderator
Dalam mengidentifikasi variabel moderator dimaksud adalah variabel
yang karena fungsinya ikut mempengaruhi variabel tergantung serta meperjelas
hubungan bebas dengan variabel tergantung.

5. Variabel kendali
Variabel kendali yaitu yang membatasi (sebagai kendali) atau mewarnai
variabel mederator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel
lain terutama berkaitan dengan variabel moderator jadi seperti variabel
moderator dan bebas juga ikut berpengaruh terhadap variabel tergantung.

6. Variabel Rambang
Variabel Rambang berlainan dengan variabel bebas, yaitu fungsinya
sangat diperhatikan dalam penelitian. Variabel rambang yaitu variabel yang
fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya hampir tidak diperhatikan
terhadap variabel bebas maupun tergantung.

67

Anda mungkin juga menyukai