Diajukan Oleh
NIM: 195168011
Kepada
Judul: :
NIM : 195168011
Di setujui untuk diseminarkan pada seminar proposal tesis Progam Studi Magister
Terapan Keuangan dan Perbankan Syariah Politeknik Negeri Bandung
Pembimbing I Pembimbing II
I
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS
Judul: :
NIM : 195168011
Telah diseminarkan pada hari ……….. tanggal ……….. di depan penguji dan
pembimbing berikut
1 Ketua Penguji
2 Anggota Penguji
3 Pembimbing 1
4 Pembimbing 2
Mengetahui,
Prof. Drs. Dwi Suhartanto, MCM., Ph.D. Dr. Muhammad Muflih, MA.
II
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan bagi Allah SWT Tuhan yang
Maha Kasih tak pilih kasih, Tuhan yang Maha Sayang tak pandang sayang, yang
telah melimpahkan segala karunia, hidayah serta kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan proposal tesis tentang “Determinasi Financial
Distress Pada Perusahaan Manufaktur Syariah Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016 – 2021 Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham“ Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga memberikan
syafaat di akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada orang-orang tercinta atas dukungan doa dan bantuan yang tidak
dapat di uraikan melalui kata-kata. Adapun penulis menyadari bahwa penelitian
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengucapkan maaf yang
sebesar-besarnya, apabila ada kesalahan dalam penulisan penelitian ini.
Bandung, 2023
Penulis,
III
DAFTAR ISI
IV
3.4.1 Analisis Isi (Content Analysis)................................................................32
3.4.2 Analisis Regresi......................................................................................32
3.5 Pengujian Hipotesis................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................36
Latar Belakang.............................................................................................................45
1. Tujuan Penelitian....................................................................................46
V
ABSTRAK
Kata kunci:
VI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur Tahun 2015 Hingga 2021 1
VII
DAFTAR GAMBAR
VIII
BAB I.
PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur Tahun 2015 Hingga
2021
Gambar 1.1 Tingkat Laba Rugi dan Total Aset Tahun 2015-2020 (dalam
juta rupiah)
2
rasio keuangan merupakan analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut dengan cara membandingkan satu angka dengan angka
lainnya. Berguna untuk menunjukkan perubahan kinerja dari periode dan
membantu menggambarkan tren pola perusahaan untuk kemudian menunjukkan
risiko dan peluang masa depan perusahaan. Salah satu proyeksi masa mendatang
adalah untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan.
Model Springate adalah model yang dapat digunakan untuk menguji suatu
kebangkrutan (bankruptcy) / prediksi Financial distress. Oleh karena itu, jika ada
early warning system yang bisa mendeteksi potensi awal terjadinya kebangkrutan
maka manajemen akan sangat terbantu. Manajemen akan dapat melakukan
perbaikansedini mungkin untuk menghindari kebangkrutan.Ada beberapa
indikator yang bisa dipakai untuk memprediksi gejala kebangkrutan. Indikator
tersebut bisa berupa indikator internal (dari dalam perusahaan) dan indikator
eksternal (dari luar perusahaan).Beberapa contoh indikator internal perusahaan
adalah aliran kas perusahaan, strategi perusahaan, laporan keuangan, trend
penjualan, maupun kemampuan manajemen.Sedangkan indikator eksternal bisa
diambil dari pasar keuangan, informasi dari pihak yang berkaitan seperti pemasok,
dealer, dan konsumen.
4
Prediksi Financial distress dan struktur modal ini sangat penting dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan melalui analisis rasio. Hasil dari
analisis tersebut akan dihubungkan dengan harga saham guna mengetahui
ketepatan dalam memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Objek
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016 – 2021. Alasan memilih objek tersebut disebabkan karena
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari
berbagai sub sektor industri dan menduduki proporsi terbesar di antara semua
jenis perusahaan yang terdaftar di BEI sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar
modal secara keseluruhan.
6
manufaktur syariah terhadap harga saham selama tahun analisis 2016-
2021.
2. Urgensi teoritis adalah Dilihat secara teoritis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan, sumbangan pemikiran yang
dapat menambah pengetahuan dan juga dapat memberikan penjelasan
mengenai analisa teori determinasi Financial Distress dan pengaruhnya
terhadap harga saham.
3. Urgensi operasional berupa hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi determinasi Financial Distress dan
pengaruhnya terhadap harga saham bagi para stakeholder perusahaan dan
yang berkepentingan..
BAB II.
7
BAB III.
KAJIAN PUSTAKA
8
tersebut dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk memaksimalkan kepentingan
sendiri.
10
investor berkeinginan menambah modalnya dan menerima tingkat
pengembalian dibawah tingkat pasar. Akhirnya apabila tidak ada modal yang
disediakan terlebih dahulu assets yang ada digunakan terus dan tidak diganti,
maka mengakibatkan perusahaan terancam tutup.
b) Business Failure
Business failure merupakan istilah yang digunakan oleh Dun dan
Bradstresst, yang merupakan kumpulan dari kesalahan statistik. Untuk
menegaskan suatu bisnis dapat mengakhiri operasinya yang diakibatkan oleh
kehilangan krediturnya.
c) Tecnical Insolvency
Tehnical insolvensy yaitu perusahaan yang secara teknik mengalami
keadaan bangkrut apabila tidak dapat mengatasi kewajibannya yang jatuh
tempo.
d) Insovency in Bankruputy
Insolvency in bankrupty adalah apabila buku dari total kewajiban
melampaui nilai pasar wajar dari asset perusahaan. Kondisi ini lebih serius dari
technical insolvency, karena secara umum adalah tanda dari economic failure
dan sering mengarah ke likuidasi bisnis dengan catatan bahwa perusahaan
dengan insolvency in bankrupty tidak perlu dalam proses legal bankrupty.
e) Legal Bankrupty
Legal bankrupty adalah kriteria kebangkrutan sesuai dengan apa yang
diatur menurut undang-undang federal.
3) Pihak – pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress
Beberapa pihak yang membutuhkan informasi financial distress menurut
(Hanafi & Halim, 2016 : 259) yaitu :
a. Pemberi Pinjaman
11
Informasi financial distress bisa bermanfaat untuk mengambil
keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat
untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor menganut strategi aktif akan mengembangkan model
kebangkrutan untuk melihat tanda – tanda kebangkrutan seawal mungkin
dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pihak Pemerintah
Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-
tanda financial distress dalam antitrust regulation.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan
suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu
perusahaan.
e. Manajemen
12
4) Indikator dalam memprediksi financial distress
Prediksi terhadap financial distress suatu perusahaan menjadi hal yang
sangat dibutuhkan oleh para stakeholders karena merupakan early warning
system atau sistem peringatan dini untuk mengenali gejala awal kondisi
financial distress perusahaan. Sebelum akhirnya suatu perusahaan dinyatakan
bangkrut, biasanya ditandai dengan berbagai situasi atau keadaan khusus yang
berhubungan dengan efektifitas dan efiensi operasionalnya. Kebangkrutan yang
terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-
indikator sebagai berikut (Hanafi & Halim, 2016 : 264) yaitu:
b. Analisis aliran kas untuk saat ini dan masa yang akan datang
c. Analisis strategi perusahaan yaitu analisis yang memfokuskan pada
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan
d. Struktur biaya yang relatif terhadap pesaingnya
e. Kualitas manajemen
f. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya
5) Alat Prediksi Financial Distress (ambilah referensi dari jurnal luar negeri
seperti Emeral)
Kemampuan dalam memprediksi kebangkrutan akan memberikan
keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan investor. (Hilman Abrori, 2015)
menyatakan bahwa model kesulitan keuangan perlu untuk dikembangkan karena
dengan mengetahui keadaan kesulitan keuangan, perusahaan sejak dini diharapkan
dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah
pada kebangkrutan. Dengan model ini dapat membantu calon investor dan juga
kreditur untuk menanamkan modalnya agar tidak terjebak dalam kondisi kesulitan
keuangan tersebut.
Menurut (Yuliana, 2018) ada beberapa model yang dikemukakan dalam
memprediksi kebangkrutan, yaitu :
13
1. Model Altman
16
Z-Score = 0,717 (WCTA) + 0,847 (RETA) + 3,108 (EBITTA) + 0,42 (BVEBVL)
+ 0.998 (STA)
Keterangan :
Z = Bankrupty Index
X1 = Working Capital / Total Asset
X2 = Retained Earning / Total Asset
X3 = Earnings Before Interst And Taxes / Total Asset
X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Liability
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada skor Z-
Score model Altman modifikasi, yaitu :
1) Jika perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,1 diklasifikasikan sebagai
perusahaan yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.
2. Model Springate
Model ini dikembangkan tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan
mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, springate menggunakan step-
wise multipe discriminate analysis untuk memilih empat dari 19 rasio keuangan
yang pupuler sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona
18
bangkrut atau zona aman. Model Springate (1978) mendiskripsikan dengan rumus
sebagai berikut :
S = 1,03A + 3,07B+0,66C + 0,4D
Keterangan :
S = Bankrupty Index
A = Working Capital / Total Asset
B = Net Profit Before Interets And Taxes / Total Asset
C = Net Profit Before Taxes / Current Liabilities
D = Sales / Total Asset
Springate (1978) mengemukakakn nilai cutt off yang berlaku untuk model
ini adalah 0,862. Model ini mempunyai standart di mana perusahaan yang
mempunyai skor Z > 0,862 disklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan
perusahaan yang mempunyai skor Z < 0,862 disklasifikasikan sebagai perusahaan
berpotensi bangkrut.
3. Model Ohlson
Keterangan :
19
LOGTAGNP = Log (Total Asset / GNP Price Index)
TLTA = Total Liabilities / Total Asset
WCTA = Working Capital / Total Asset
CLCA = Current Liabilities / Current Asset
EQNEG = 1 jika total liabilities > total asset : 0 jika
sebaliknya
NTA = Net Income / Total Asset
CFOLTL = Cash Flow From Operations / Total Liabilities
NNEG = 1 jika net income negatif : 0 jika sebaliknya
DELTANI = (Nit – Nit – 1 ) / (Nit + Nit + 1)
Ohlson (1980) menyatakan bahwa model ini memiliki cutt off optimal pada
nilai 0,38. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan nilai O diatas 0,38
berkemungkinan mengalami distress. Sebaliknya, jika nilai O perusahaan dibawah
0,38 maka perusahaan diprediksi tidak mengalami distress.
4. Model Zmijewski
20
ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan dengan nilai X lebih besar atau sama
dengan 0 diprediksi akan mengalami financial distress. Sebaliknya, perusahaan
yang mimiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami distress.
II.1.3Harga Saham
Nilai Pasar saham adalah harga saham yang terbentuk atau tercipta di bursa
pada waktu tertentu oleh para peserta pasar, dengan kata lain nilai pasar saham
adalah harga pasar (Ekananda, 2019:306). Harga saham adalah harga pasar yang
tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham (Marisa
et al., 2020). Menurut Darmadji & Fakhruddin, (2015 : 5) mengatakan bahwa
harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu.
Pergerakkan harga saham di bursa dapat berubah dalam hitungan waktu yang
sangat cepat seperti berubah per jam, per menit, ataupun per detik.
Harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham di pasar modal (Hartono, 2015 : 95). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk di
pasar modal yang disebabkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran dan
biasanya merupakan harga penutupan.
22
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten.
c. Harga pasar, yaitu harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat
di bursa. Harga ini biasanya setiap hari diumumkan di surat kabar
atau media lain.
d. Harga pembukaan, harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat jam bursa di buka.
e. Harga penutupan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat akhir hari bursa.
f. Harga tertinggi, adalah harga yang paling tinggi yang terjadi
pada hari bursa.
g. Harga terendah, meruapakan harga yang paling rendah yang
terjadi pada hari bursa.
h. Harga rata-rata, yaitu perataan dari harga tertinggi dan terendah
3. Penilaian Harga Saham
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap
investor adalah makhluk rasional. Keputusan investasi saham dari
seseorang investor yang rasional didahulukan oleh suatu proses analisis
terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakanakan
mempengaruhi harga atau efek. Alasan dasarnya jelas yaitu nilai saham
mewakili nilai perusahaan, tidak hanya itu instrinsik pada suatu saat, tetapi
juga kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilainnya untuk jangka
panjang. Informasi-informasi fundamental dari perusahaan diantaranya
adalah :
23
• Kemampuan manajemen perusahaan
• Prospek perusahaan
• Prospek pemasaran
• Perkembangan teknologi
• Kemampuan menghasilkan keuntungan
• Manfaat terhadap perekonomian nasional
• Kebijakan pemerintah
• Hak-hak yang diterima investor
b. Analisis teknikal
Analisis teknikal adalah pendekatan penilaian harga saham yang ada.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk mengestimasi harga saham
dengan cara memahami arah pergerakan atau arah perubahan harga saham
di masa lalu, indeks harga saham gabungan dan sektoral, volume
perdagangan dan faktor-faktor teknis lainnya seperti kepemilikan saham
oleh pihak asing (Ekananda, 2019). Analisis ini dimulai dengan cara
memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis
teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang irasional. Suatu
individu yang bergabung kedalam suatu masa, bukan hanya sekedar
kehilangan rasionalitasnya, tetapi juga sering kali melebur identitas pribadi
kedalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang merupakan manifestasi
dan kondisi psikologis investor. Dengan demikian, asumsi dasar yang
berlaku dalam analisis ini menurut (Halim, 2015) adalah:
• Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan
permintaan.
• Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik yang rasional maupun irasional.
24
• Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti
kecenderungan (trend) tertentu.
• Kecenderungan tersebut dapat berubah karena bergesernya
penawaran dan permintaan.
• Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan
mempelajari diagram dari perilaku pasar.
• Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang
kembali pada masa mendatang.
c. Harga penutupan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat akhir hari bursa.
d. Harga tertinggi, adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari
bursa.
e. Harga terendah, meruapakan harga yang paling rendah yang terjadi
pada hari bursa.
f. Harga rata-rata, yaitu perataan dari harga tertinggi dan terendah.
4. Penilaian Harga Saham
Menurut (Sulistio, 2020) terdapat dua model teknik analisis
penilaian harga saham,yaitu:
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap
investor adalah makhluk rasional. Keputusan investasi saham dari
seseorang investor yang rasional didahulukan oleh suatu proses analisis
terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakanakan
mempengaruhi harga atau efek. Alasan dasarnya jelas yaitu nilai saham
mewakili nilai perusahaan, tidak hanya itu instrinsik pada suatu saat, tetapi
juga kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilainnya untuk jangka
25
panjang. Informasi-informasi fundamental dari perusahaan diantaranya
adalah :
b. Kemampuan manajemen perusahaan
a) Prospek perusahaan
b) Prospek pemasaran
c) Perkembangan teknologi
d) Kemampuan menghasilkan keuntungan
e) Manfaat terhadap perekonomian nasional
f) Kebijakan pemerintah
g) Hak-hak yang diterima investor
c. Analisis teknikal
Analisis teknikal adalah pendekatan penilaian harga saham yang ada.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk mengestimasi harga saham
dengan cara memahami arah pergerakan atau arah perubahan harga saham
di masa lalu, indeks harga saham gabungan dan sektoral, volume
perdagangan dan faktor-faktor teknis lainnya seperti kepemilikan saham
oleh pihak asing (Ekananda, 2019). Analisis ini dimulai dengan cara
memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis
teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang irasional. Suatu
individu yang bergabung kedalam suatu masa, bukan hanya sekedar
kehilangan rasionalitasnya, tetapi juga sering kali melebur identitas pribadi
kedalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang merupakan manifestasi
dan kondisi psikologis investor. Dengan demikian, asumsi dasar yang
berlaku dalam analisis ini menurut (Halim, 2015) adalah:
a) Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan
permintaan.
26
b) Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik yang rasional maupun irasional.
c) Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti kecenderungan
(trend) tertentu.
d) Kecenderungan tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran
dan permintaan.
e) Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan
mempelajari diagram dari perilaku pasar.
f) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali
pada masa mendatang.
II.1.4Model Penelitian
Model penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut:
Financial Distress
Prediksi Kebangkrutan
28
II.3 Pengembangan Hipotesis
II.3.1Kinerja Keuangan Sebagai Determinan Prediksi Financial Distress
Pada Perusahaan Manufaktur
Financial distress yaitu suatu proses menurunnya posisi financial
perusahaan yang dialami sebelum perusahaan bangkrut ataupun mengalami
likuidasi (Platt dan Platt, 2002) dalam (Widhiari dan Merkusiwati, 2015).
Penurunan posisi financial perusahaan dapat terjadi ketika pendapatan tidak cukup
untuk menutupi biaya di mana rata-rata pengembalian investasi terus menerus
berada dibawah biaya modal perusahaan (Tazkia, 2019). Prediksi financial distress
pada penelitian ini diukur dengan Interest Converage Ratio (ICR). Rasio ini
membandingkan laba operasi dengan beban bunga pada periode berjalan yang
memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan laba rugi. Adapun rasio
keuangan yang dapa mempengaruhi prediksi financial distress yaitu leverage,
sales growth, operating capacity dan likuiditas.
Rasio keuangan pertama yang mempengaruhi prediksi financial distress
pada perusahaan adalah leverage. Leverage merupakan suatu kemampuan entitas
untuk melunasi utang lancar maupun utang jangka panjang, atau rasio yang
digunakan untuk menilai sejauh mana suatu entitas dibiayai dengan menggunakan
utang (Wiagustini, 2010:76) dalam (Widhiari dan Merkusiwati, 2015).
Rasio keuangan kedua yang mempengaruhi prediksi financial distress pada
perusahaan adalah sales growth. Sales growth memberikan gambaran mengenai
pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Rasio sales growth yang meningkat
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjalankan dan mencapai target
perusahaan karena persentase penjualan yang menunjukan peningkatan (Harahap,
2010:309) dalam (Amanda dan Tasman, 2019). Rasio keuangan ketiga yang
mempengaruhi prediksi financial distress pada perusahaan adalah operating
capacity. Operating capacity atau sering disebut juga dengan rasio aktivitas yang
29
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset-
asetnya secara efektif untuk menghasilkan penjualan (Atika, 2012) dalam
(Muktisari, 2018).
Rasio keuangan keempat yang mempengaruhi prediksi financial distress
pada perusahaan adalah likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segara dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih (Lestari, 2019).
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan hipotesis penelitian berikut ini:
H1: Kinerja Keuangan Determinan Positif terhadap prediksi financial distress
pada perusahaan manufaktur syariah.
31
BAB III.
METODE PENELITIAN
Variabel ini sebagai ukuran Kinerja keuangan. Kemudian cari rasio nilai
minimum, maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasinya pada masing-masing
variabel, data yang didapatkan berupa nilai statistik berupa rasio.
32
mengunduh annual report yang dipublikasikan di website resmi perusahaan dan
website resmi Bursa Efek Indonesia hal ini di sebut data sekunder.
1) Uji normalitas
a) Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
33
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 atau sebelumnya. Uji ini dilakukan karena data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data time series, Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi
dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ananto et al., 2017). Dasar pengambilan
keputusan dalam uji autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson,
yaitu:
a) Angka Durbin-Waston dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b) Angka Durbin-Waston diantara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada
autokorelasi.
c) Angka Durbin-Waston diatas 2 berarti ada autokorelasi negative
3) Uji Multikolinieritas
4) Uji Heteroskedastisitas
34
Scatterplot, model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Jika Thitung > Ttabel dan nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima,
yang artinya secara parsial variabel independen memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Jika Thitung < Ttabel dan nilai signifikansi > 0,05,
maka hipotesis diterima, yang artinya secara parsial variabel independen tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menetukan
ttabel a = 5 % : 2 = 2,5% (Uji 2 sisi) dapat ditentukan dengan rumus (α/2; n-k-1)
df = n - k – 1
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit
atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai metode fit adalah:
35
b. Koefisien Determinan (Naglkerke R Square)
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I
Islam
(2014)
9 Hubungan kausal antara CSR dan Fayad et al,. Temuan penelitian berkontribusi untuk
FB di bank (2017) memahami bahwa bank-bank berkinerja
Lebanon akan mengadopsi tindakan
sukarela yang mempromosikan tindakan
tanggung jawab sosial. Selain itu,
keuntungan tertinggi menghasilkan citra
44
12 Menjelajahi hubungan dua arah Maqbool & CSR berdampak positif terhadap kinerja
antara tanggung jawab sosial Hurrah, keuangan perusahaan hanya dimensi
perusahaan dan kinerja keuangan (2020) sosial yang memiliki pengaruh positif dan
dalam konteks India signifikan terhadap kinerja keuangan.
Shafat
11 The Impact Of Corporate Social Amy Yueh- Hasilnya menunjukkan bahwa bank
Responsibility On Financial Fang Ho, dengan ukuran yang lebih besar atau
Performance: Evidence From Hsin-Yu dualitas Chief Executive Officer
Commercial Banks In Mongolia Liang menunjukkan kinerja CSR yang lebih
&Tumenjar tinggi. Selain itu, bank dengan kinerja
gal CSR yang lebih tinggi cenderung
Tumurbaata memiliki margin bunga bersih yang lebih
r (2019) tinggi dan kredit bermasalah yang lebih
rendah. Lebih lanjut, temuan ini
memberikan wawasan yang berarti bagi
investor asing mengenai pengaruh
hubungan CSR-CFP yang bervariasi
sebelum dan sesudah krisis keuangan.
Temuan- CSR tentang profitabilitas dan
45
12 Investasi tanggung jawab sosial Oware dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR
perusahaan, jaminan pihak ketiga Mallikarjun memiliki hubungan positif dengan kinerja
dan kinerja perusahaan di India appa, keuangan (ROA (return on asset) dan
Efek moderasi dari leverage (2019) ROE (return on equity)) emiten di India.
keuangan Temuan kedua menunjukkan bahwa TPA
memiliki hubungan negatif dengan kinerja
keuangan (ROA dan ROE) dan secara
negatif memediasi hubungan antara CSR
dan kinerja keuangan (ROA dan ROE).
hubungan terbalik.
Lampiran II
Latar Belakang
hal ini sejalan dengan panduan praktis yang diterbitkan pada tahun 2014
oleh (World Wide Fund) WWF yang berjudul “Enviromental,Social and
Governance (ESG) Integration For Banks: A Guide To Starting Implementation”
panduan yang ditujukan kepada bank secara global, Panduan yang sejalan dalam
konteks industri perbankan di indonesia dikeluarkan oleh Otoritas jasa keuangan
ditahun 2015, Semangat Keuangan berkelanjutan atau sustainability financial
(SF) tersebut juga didukung oleh peraturan Otoritas jasa keuangan (POJK)
No.51/POJK/.03/2017 mengenai “Penerapan Keuangan berkelanjutan bagi
lembaga jasa keuangan (LJK), Emiten dan Perusahaan publik”. Penerapan SF
melalui penungkapan / penerbitan laporan keberlanjutan oleh BUS di Indonesia
masih berada pada tahap perkembangan dan belum menunjukkan keseriusan yang
berarti. Tampak dari tabel 1.1 hanya 6 BUS yang melakukan publikasi laporan
keberlanjutan sampai dengan tahun 2019 meskipun tidak semua bank melakukan
publikasi secara konsisten. Di satu sisi, hal ini dikarenakan kewajiban publikasi
47
1. Tujuan Penelitian
Lampiran III