Anda di halaman 1dari 86

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. WIKE SEPTIASIH ( NIM : 14201.14.22114 )


2. VICKI MIN ALFISAH ( NIM : 14201.14.22112 )
3. EVA NURAKHMAWATI (NIM : 14201.14.22072 )
4. FAJAR KHOLIT( NIM : 14201.14.22073 )
5. LUTFI JAYADI K ( NIM ; 14201.14.22084 )
6. ITA RIFATUL MAHMUDA ( NIM : 14201.14.22082 )
7. ERTA MARIA ( NIM : 14201.14.22070 )
8. IMA YULIAN H ( NIM : 14201.14.22078 )
9. MAYA HANDAYANI ( NIM : 14201.14.22086 )
10. PRAWITA HADI MUZAKKI (NIM: 14201.14.22089)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2021
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian pelayanan


kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, setiap
gangguan (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu anggota
keluarga atau lebih dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan juga
mempengaruhi unit tersebut secara keseluruhan (Friedman, 2010). Keluarga juga
merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas. Apabila keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh
sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi
komunitas setempat, bahkan komunitas global (Sudiharto, 2007).
Keluarga merupakan sebuah jaringan yang erat hubungannya, sebuah
jaringan interdependen yang anggotanya saling mempengaruhi. Masalah satu
anggota keluarga akan meluas dan mempengaruhi anggota keluarga lain dan
keseluruhan sistem. Jika seorang perawat hanya mengkaji individu saja dan bukan
keluarga, perawat akan kehilangan bagian yang dibutuhkan untuk memperoleh
suatu pengkajian menyeluruh mengenai keadaan yang ada (Friedman, 2010).
Struktur dan fungsi keluarga merupakan hubungan yang dekat dan adanya
interaksi yang terus-menerus antar satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh
organisasi keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus. Hubungan dapat
banyak dan komplek seperti seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu, dan lain-lain yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan
yang berbeda. Struktur di dalam keluarga yang sangat kaku dan fleksibel akan
dapat meneruskan fungsi di dalam keluarga. Fungsi dalam keluarga merupakan apa
yang dikerjakan dalam keluarga, sedangkan struktur keluarga meliputi proses yang
digunakan dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses ini
meliputi komunikasi antar anggota keluarga, tujuan, pemecahan konflik,
pemeliharaan, dan penggunaan sumber internal dan eksternal (Tantut, 2012).
Fungsi dan struktur keluarga berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan terhadap
anggota keluarga yang sakit seperti pada ibu hamil risiko tinggi. Salah satu kategori
ibu hamil risiko tinggi adalah ibu hamil dengan anemia

3
4
5

Anemia pada ibu hamil merupakan kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital dan janin semakin berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia
adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10, 5 gr/dl sampai dengan 11,0 gr/dl
(Varney, 2009). Menurut data Riskesdas (2013), kelompok ibu hamil merupakan salah
satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami anemia, meskipun anemia yang dialami
umumnya merupakan anemia relatif akibat perubahan fisiologis tubuh selama
kehamilan.
Adaptasi fisiologis terjadi selama kehamilan, salah satu adalah perubahan
sistem hematologi. Saat masa kehamilan volume darah ibu meningkat sekitar
40 sampai 45 persen (Cunningham et al, 2012). Volume darah yang meningkat
mengakibatkan kapasitas plasma dalam mengangkut nutrisi menjadi lebih besar
tetapi vikositas darah menurun. Peningkatan penyusunan darah yang tidak
seimbang menyebabkan terjadinya pengenceran darah (hemodilusi).
Hemodilusi dapat membuat konsentrasi hemoglobin menurun (Reeder, Martin,
Koniak-Griffin, 2011). Konsentrasi hemoglobin dibawah 11 g/dl pada kehamilan
biasanya disebabkan oleh defisiensi zat besi dan bukan karena peningkatan
volume darah. Zat besi yang dibutuhkan selama kehamilan normal sekitar 1000
mg, sebanyak 300 mg diangkut untuk kebutuhan janin dan plasenta, dan 200
mg keluar melalui eksresi. Pengeluaran zat besi juga terjadi pada ibu yang
mengalami defisiensi zat besi. zat besi yang dibutuhkan pada trimester pertama
kehamilan lebih sedikit karena tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan
janin masih lambat. Kebutuhan zat besi akan meningkat di pertengahan
kehamilan karena pertumbuhan janin. Kebutuhan ini biasanya tidak terpenuhi
oleh simpanan zat besi di dalam tubuh, maka ibu perlu mengonsumsi suplemen
zat besi ( Cunningham et al, 2012 ).
Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil
merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia. Menurut
WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia
dalam kehamilan. Menurut World Health Organization (2015), angka kejadian
anemia sangat tinggi di Asia yaitu terjadi di Negara India sebanyak 88%. Angka
kejadian di Afrika sekitar 50 % kejadian. Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Amerika Latin sebanyak 40% sedangkan angka tertinggi di Karibia mencapai
60% wanita hamil yang menderita anemia. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduanya saling berinteraksi ( Saifuddin, 2009 )
6

Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu dari empat


masalah gizi utama disamping kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan
gondok endemik. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebanyak 24,5%, sedangkan
berdasarkan Riskesdas tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 37,1 %
dan prevalensinya hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%). Hal ini menunjukkan angka tersebut mendekati masalah
kesehatan masyarakat berat (Severe Public Health Problem) dengan batas
prevalensi kurang lebih 40% (Kemenkes RI, 2013 ).

Dampak anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai macam


gangguan terhadap ibu dan janin selama massa kehamilan, persalinan, dan
nifas. Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion,
kelainan congenital, abortus/keguguran. Pada trimester II, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis
dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
Sedangkan pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his
primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-
tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).
Kekurangan zat besi menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak. Pada ibu hamil dapat terjadi
keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan bayi lahir rendah, perdarahan
sebelum dan selama persalinan. Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak
mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinnya secara optimal sehingga
janin sangat berisiko terjadinya gangguan kematangan/kematuran organ-organ
tubuh janin dan risiko terjadinya premature. Kekurangan zat besi mungkin
terjadi karena tidak atau kurang dalam mengkonsumsi zat besi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu dukungan keluarga (Niven, 2008).

Ibu yang pertama hamil membutuhkan dukungan dari orang terdekat


selama masa kehamilannya. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal di bawah satu atap
dengan keadaan saling ketegantungan dan dapat dikatakan bahwa kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan,
sehingga keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
apabila ada anggota keluarga yang sakit (Johnson dan Lenny R, 2010). Peran
serta suami, keluarga, dan semua pihak sangat membantu kebehasilan ibu hamil
7

mengkonsumsi sumplementasi tablet Fe. Dukungan keluarga mempunyai


peranan yang sangat penting bagi seseorang khususnya ibu hamil, karena
individu memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberikan perhatian,
membantu, mendukung, dan menghadapi permasalahan (Indriani dan Asmuji,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian Maisa dkk (2010) tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2010 ditemukan lebih
dari separuh (59,4%) ibu hamil di Puskesmas Nanggalo Kota Padang mendapat
dukungan keluarga yang rendah, lebih dari separuh (71,9%) ibu hamil di
Puskesmas Nanggalo Kota Padang memiliki kepatuhan konsumsi tablet Fe
yang rendah.
Berdasarkan program yang dilakukan pemerintah untuk pencegahan
anemia pada ibu hamil, maka pemerintah melaksanakan program pemberian
tablet Fe pada ibu hamil dan juga memberikan vitamin C. Pada Puskesmas
Ranuyoso, pendistribusian tablet Fe1 di Puskesmas Ranuyoso dengan sasaran
1464 orang ibu hamil dengan pencapaian pendistribusian 1301 atay 89 %.
Sedangkan pendistribusian tablet Fe di Puskesmas Ranuyoso dengan sasaran
1464 orang ibu hamil dengan pencapaian 1240 orang ibu hamil atau 85%. Dari
data tersebut menyatakan bahwa pencapaian pendistribusian tablet Fe3 lebih
rendah daripada pencapaian distribusi tablet Fe1 di Puskesmas Ranuyoso

Berdasarkan banyaknya kasus dan dampak anemia pada ibu hamil, maka
perlu peran perawat yang melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi (Potter & Perry, 2015).
Agar tercapainya 12 indikator keluarga sehat salah satunya indikator kedua yaitu
ibu hamil memeriksakan kehamilannya sesuai standar dan mendapatkan
pelayanan ANC di Puskesmas, maka diperlukan peran perawat dalam kasus ini
yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada ibu hamil dan keluarga dengan
merawat, memelihara, membantu dan melindungi privasi klien. Perawat juga
memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi
pasien. Mengingat pentingnya kesehatan ibu hamil dan janinnya, optimalkan
baik fisik maupun mental dan kecerdasannya maka perlu diperhatikan agar dapat
terlaksana dengan memberikan informasi kesehatan pada ibu hamil serta
keluarganya (Kemenkes RI, 2016).
Pada saat studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Ranuyoso,
didapatkan jumlah kunjungan ibu hamil ke Puskesmas sebanyak 1691 dengan
jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 104 orang. Kunjungan ibu
8

hamil ke Puskesmas yaitu 48 orang. Ada 2 orang ibu hamil yang sedang
melakukan kunjungan di wilayah Puskesmas Lubuk Buaya. Ibu hamil pertama
berusia 28 tahun dengan kadar Hb 9,4 gr%, trimester III riwayat gestasi
G2P1A0H1 dan ibu hamil kedua berusia 16 tahun riwayat gestasi G1P0A0H0
dengan hasil pemeriksaan kadar 9,7 gr%. Penulis melakukan wawancara dengan
ibu hamil yang mengalami anemia, kedua ibu hamil tersebut sama-sama
mengalami gejala pusing dan keletihan. Setelah diwawancarai, ibu hamil
mengatakan bahwa mereka malas dan tidak patuh meminum tablet Fe yang
diberikan oleh Puskesmas. Ibu hamil mengatakan mereka diberikan tablet Fe
oleh Puskesmas, namun tidak terlalu mengerti penjelasan tentang cara meminum
tablet Fe yang benar, manfaat, dan apa dampak tidak mengkonsumsinya. Saat
ditanyakan kepada keluarga ibu hamil, keluarganya juga mengatakan kurang
mengetahui bagamaina pentingnya mengkonsumsi tablet Fe bagi ibu hamil yang
mengalami anemia.
Asuhan keperawatan secara mandiri yang diberikan perawat kepada ibu
hamil dengan anemia adalah pemberian edukasi tentang cara meminum tablet
Fe dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi serta
menganjurkan istirahat yang cukup. Namun terkadang perawat tidak ada
menjelaskan apa manfaat dan dampak jika tidak mengkonsumsi tablet Fe
tersebut. Hasil wawancara dengan ibu hamil dan keluarga, serta petugas
Puskesmas dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan keluarga pada ibu
hamil dengan anemia belum optimal. Mengingat besarnya dampak buruk dari
anemia pada ibu hamil dan janin, maka perlu perhatian khusus, dan dengan
diagnosa yang cepat serta penatalaksanaan yang tepat agar komplikasi dapat
diatasi serta akan mendapatkan prognosis yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada ibu
hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada keluarga ibu hamil dengan


anemia di Wilayah Kerja Puskesmas.
9

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan keluarga pada ibu hamil


dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan keluarga pada ibu hamil
dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia di wilayah kerja Puskesmas.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia di wilayah kerja Puskesmas.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia di wilayah kerja Puskesmas.
f. Mendeskripsikan dokumentasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia di wilayah kerja Puskesmas.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis/peneliti
Laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga ibu
hamil dengan anemia.

b. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi tenaga


kesehatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada keluarga ibu hamil
dengan anemia.
c. Bagi institusi pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi mahasiswa
untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam penerapan
asuhan keperawatan keluarga khususnya pada keluarga ibu hamil dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga sebagai suatu sistem


sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari
individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling
tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Menurut (Johnson, 1992) dalam Padila (2012)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari
keluarga ( Sudiharto, 2007 ).

2. Struktur Keluarga

Padila (2012) menjelaskan bahwa struktur keluarga menggambarkan


bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada
beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah :

a) Patrilineal adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
b) Matrilineal adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.

10
11
12

c) Matrilokal adalah : sepasang suami suami istri yang tinggal


bersama keluarga sedarah ibu.
d) Patrilokal adalah : sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ayah.
e) Keluarga kawin adalah : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan denagn suami atau istri
(Padila, 2012).

a. Ciri-ciri struktur keluarga

1) Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara


anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing (Padila, 2012).

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah


pendekatan struktural-fungsional. Struktur keluarga menyatakan
bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan
saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakkan struktur pada
bentuk atau tipe keluarga, namun ada juga yang memandang struktur
keluarga yang menggambarkan subsistem-subsistemnya sebagai
dimensi struktural. Struktural dimaksud adalah :

b. Struktur peran (role)

Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat


homogen dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi
sosial, peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi
status dan tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu
(Padila, 2012).
13

1) Peran-peran formal keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari


sesorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik
yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Peran formal berkaitan dengan posisi formal
keluarga, bersifat homogen. Peran formal yang standar dalam
kelaurga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh
anak, sopir, tukang perbaiki rumah, tukang masak dan lain-lain
(Padila, 2012).
2) Peran-peran informal keluarga

Peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak


tampak ke peermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan
keluarga. Peran-peran informal mempunyai tuntutan yang
berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin, namun
lebih didasarkan pada personalitas anggota keluarga (Padila,
2012).

c. Struktur nilai (value)

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat ang
gota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai
keluarga dianggap sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Sebuah nilai dari keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam
menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai
ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah
kesehatan dan stressor-stressor lain (Padila, 2012).
14

3. Fungsi Keluarga

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga
harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat. Menurut (Friedman,
1998) dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga, yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang


merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki,
rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement
dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam
keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi
afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan
mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih
sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi
akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut
akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain
di luar keluarga.
2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif
dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak
diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat
hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan
berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai
sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan
dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak
melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti
15

ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses


identifikasi yang positif dimana anak meniru prilaku orangtua
melalui hubungan interaksi mereka.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan


kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenalan anak atau masalah
keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak
terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Menurut Friedman (1998) sosialisasi adalah proses perkembangan


dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi
sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah
meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan
sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai
melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan
perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu
berperan di masyarakat.
c. Fungsi reproduksi

Keluarga berrfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan


meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun
disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan
perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua
(single parent).
d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,


pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.
Fungsi ini sulit dipengaruhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan
( Gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk
16

mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan


keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain


keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang
sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat
mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Menurut (Friedman, 1998 dalam Padila : 2012)
Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan


oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk
mengetahui sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas
tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau
pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan
keluarga tersebut.

4. Tugas keluarga

Padila (2012) mengatakan, pada dasarnya tugas keluarga ada delapan


tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga


17

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai


dengan kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

5. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari


berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Padila, 2012).
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan
sebagai tipe keluarga tradisional dan nontradisional atau benuk
normative atau non normative.
a. Keluarga tradisional

Menurut L Johnson & Leny R (2010) keluarga tradisional meliputi :

1) The nuclear family (keluarga inti)

Terdiri dari suami, istri, dan anak. Biasanya keluarga yang


melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang
tua campuran atau orangtua tiri.
2) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri (L Johnson & Leny R, 2010).
4) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk


18

mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan


karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
19

5) The extended family (keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama


dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
7) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur


yang tinggal bersama dalam satu rumah.
8) Kin-network familiy

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau


saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dan lain-lain).
9) Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah


kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
10) The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri


karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati (L Johnson & Leny R, 2010).
b. Keluarga non tradisional

1) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan


anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua
tiri.
3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak


20

ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu


rumah,
21

sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,


sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa


melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama


sebagaimana pasangan suani-istri (marital partner).
6) Cohabiting couple

Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan


karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang mengguakan alat-alat rumah


tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu sama
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan
anaknya(L Johnson & Leny R, 2010).
8) Group-network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup


berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknuya.
9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan


keluarga/saudara dalam waktu bersama, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan


yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
22

11) Gang

Merupakan sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari


orang- orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya (L
Johnson & Leny R, 2010).

6. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut (Duvall & Miller,1985) dalam Friedman (2010) terdapat


delapan tahapan perkembangan keluarga
a. Tahap I : keluarga dengan pasangan baru (Beginning Family)
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu
keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga
asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini juga
disebut tahap pernikahan. Pasangan yang baru menikah, saat
ini membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil daripada
dekade sebelumnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini yaitu membentuk pernikahan yang memuaskan bagi
satu sama lain, berhubungan secara
harmonis dengan jaringan kekerabatan dan
merencanakan sebuah keluarga.
b. Tahap II : keluarga dengan kelahiran anak pertama (
Childbearing Family)
Pada tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa
menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus
kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama,
keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang
permanen pada keluarga untuk pertama kalinya. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membentuk
keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil
(menggabungkan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga),
memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai
tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota
keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang
23

memuaskan, memperluas hubungan menjadi keluarga besar


dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
c. Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah (Families with
Preschool)
Tahap ini dimulai ketika anak berusia 2,5 tahun dan diakhiri
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga samapai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan
keamanan yang memadai, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga yang
baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain,
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga
(hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak) dan
diluar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan
komunitas).
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika
ia mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan
keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal (Duvall & Miller,
(1985) dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak,
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membantu
hubungan anak-anak yang sehat dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
24

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja (families with


teenagers)
Tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga
lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah
pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan
semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan
pernikahan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda
( launching center families)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan
perginya anak pertama dari rumah orang tua dan dan berakhir
denga “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau
cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua
juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri (Friedman, 2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya ( middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55
tahun dan berakhir dengan pensiunannya pasangan, biasanya
16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga
pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi
mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan
25

sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang


untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat
(Friedman, 2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai


pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan,
berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan
kembali ke rumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja
dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).

7. Peran Perawat Keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang


secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan (Friedman,
2010). Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat
keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan
kerja bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari
hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan
rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga,
(d) menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan
pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).
Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2007) adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai Pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan


kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Terutama pada keluarga dengan anemia pada ibu hamil, perawat
memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,
pengertian,
26

tanda dan gejala, akibat yang ditimbulkan dan cara pengobatan


pada ibu hamil dengan anemia.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan


yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan.
c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan superivisi ataupun pembinaan terhadap


keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah
tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga
menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
d. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi


hak- hak keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang
diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan. Pemahaman yang
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai
klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
e. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan


masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
f. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami


masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya
terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada
keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi
kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai
27

kesehatan yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui


asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal,
setiap individu di dalam keluarga tersebut memiliki karakter yang
kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negatif
sehingga memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.

B. Konsep Anemia Ibu Hamil

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah karena


kadar hemoglobin yang rendah. Sel darah merah berfungsi sebagai
sarana transportasi zat gizi dan oksigen yang diperlukan pada proses
fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Anemia
merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit dibawah nilai yang normal. Kadar hemoglobin yang normal
wanita hamil adalah 12 gr% (Ratna Dewi P, 2011).

Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari


normal mengakibatkan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan
tubuh berkurang (Brunner & Suddarth, 2013). Center For Disease
Control mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Cunningham et al, 2012).

Menurut Robson (2011) anemia defisiensi zat besi didefinisikan


rendahnya konsentrasi feritin serum <30 ug/l dan hemoglobin <11,0%
g/dl pada trimester pertama, <10,5 g/dl di trimester kedua, dan 11,0%
di trimester ketiga. Pada pemeriksaan mikroskopik, sel darah merah
terlihat mikrositik dan hipokromik. Anemia defisiensi zat besi terjadi
akibat peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidak adekuatan
absorbsi zat besi.
28

2. Etiologi atau penyebab anemia

Menurut Syafruddin (2011) anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak
membuat sel darah merah secukupnya, anemia juga dapat
disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia meliputi :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia
megaloblastik disebabkan kekurangan asam folat.
b. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus haid pada
perempuan
c. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)

d. Infeksi, misalnya infeksi HIV dan infeksi oportunistik terkait


penyakit HIV.
e. Obat-obatan, seperti obat yang dipakai untuk mengobati HIV dan
infeksi terkait yang menyebabkan anemia.
f. Kehamilan, pada kehamilan terjadi proses hemodilusi
(pengenceran darah) yang dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.

3. Faktor Risiko

Faktor risiko ibu hamil antara lain:

a. Primipara

b. Riwayat kehamilan antenatal, obstetri dan neonatal

c. Komplikasi obstetri

d. Riwayat trombofilia (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35


tahun)
e. Kehamilan disertai dengan penyakit anemia, hipertensi, diabetes
mellitus dan disertai dengan penyakit lainnya.
f. Diabetes mellitus tipe I atau tipe II

g. Obesitas

h. Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 40 tahun). (Stephen, 2010)

Beberapa faktor predisposisi pada ibu hamil antara lain :


29

a. Kebiasaan ibu (merokok, alkohol dan kecanduan obat)

b. Hipertensi kronis, obesitas


30

c. Faktor keturunan

d. Kehamilan ganda

e. DM

f. Molahidatidosa

g. Umur lebih dari 35 tahun (Stephen, 2010)

4. Patofisiologi Anemia

Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% ysng menyebabkan


konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak
normal bila konsentrasi tuun terlalu rendah yang menyebabkan Hb
sampai
<11 gr%. Peningkatan volume darah dapat menyebabkan penurunan
hemoglobin dan pengenceran darah. Meningkatnya volume darah berarti
meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-
sel darah merah sebagai kompensasi tubuh untuk menormalkan
konsentrasi hemoglobin. Ketidakseimbangan plasma darah dan eritrosit
memuncak pada trimester kedua menyebabkan penurunan hemoglobin
ditandai dengan kekurangan zat besi. pada kehamilan tahap selanjutnya,
ekspansi plasma dasarnya berhenti sementara massa hemoglobin terus
meningkat. Pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak
begitu besar, kebutuhan akan zat besi terus meningkat karena
peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut dan zat besi banyak
disalurkan ke janin (Cunningham dkk, 2012).

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk


membawa oksigen dalam darah. Volume sel darah merah total meningkat
pada kehamilan, yang merefleksikan peningkatan kebutuhan oksigen
janin dan ibu. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang dan
maturasinya bergantung pada keberadaan zat besi, vitamin B12, dan
asam folat yang dapat diperoleh melalui makanan. Sel darah merah
didaur ulang di dalam hait dan limpa yang dapat menghasilkan zat besi
( Bothamley & Boyle, 2011).
31

Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan enzim
tertentu yang dibutuhkan untuk fungsi jaringan, janin dan plasenta, dan
untuk mengganti peningkatan kehilangan zat besi harian. Kebutuhan zat
besi janin meningkat pada empat minggu terakhir kehamilan. Kebutuhan
ini akan terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan zat besi ibu. Karena
cadangan zat besi neonatus berkaitan dengan status zat besi ibu.
Defisiensi zat besi tidak hanya mengganggu produksi sel darah merah
tetapi juga mempengaruhi fungsi selular yang berakibatkan terganggunya
fungsi muscular dan neurotransmitter, perubahan sel epitel dan fungsi
gastrointestinal (Bothamley & Boyle, 2011).

Wanita memiliki 2,3 g zat besi total yang sebagian besar ditemukan di
dalam sel darah merah sebagai hemoglobin. Zat besi total ditentukan oleh
asupan, pengeluaran, dan penyimpanan mineral. Zat besi yang tidak
digunakan akan disimpan sebagai komplek protein yang dapat larut
dalam feritinin terutama terdapat di hati, sumsum ulang, limpa, dan otot
skeletal. Dibutuhkan mekanisme absorbsi sistem gastrointestinal untuk
mempertahankan fungsi Hb dan zat besi yang disimpan (mioglobin).
Faktor utama yang mengendalikan absorbsi zat besi adalah jumlah zat
besi yang disimpan di tubuh dan jenis zat besi yang terdapat di diet
seseorang (Robson, 2011). Menurut Gibney (2009), deplesi zat besi
dapat dipilah menjadi tiga tahap dengan derajat keparahan yang berbeda
dan berkisar dari ringan hingga berat. Adapun ketiga tahap tersebut
adalah sebagai berikut :

a) Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang


ditandai berdasarkan penurunan feritinin serum. Meskipun tidak disertai
konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini menggambarkan
adanya peningkatan kerentanan dan keseimbangan besi untuk jangka
waktu lama sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi yang berat.
b) Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang
mencerminkan kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang
normal.
32

Pada keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan


protoporfirin eritrosit, dan peningkatan jumlah reseptor transferin serum.
c) Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia
defisiensi zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7 g/dl.
33

WOC

Pendidikan dan ekonomi


kehamilan Kebutuhan janin Jarak kehamilan Usia <20
rendah
meningkat dekat, paritas banyak
Perubahan hematologi
Zat besi lebih banyak Kehilangan darah pada Sistem reproduksi
kehamilan sebelumnya Belum sempurna
di transfer ke janin
Ketersediaan sumber Kurang
Volume darah
makanan tidak adekuat pengetahuan
Mudah terjadi
Hilang zat besi melalui perdarahan
Plasma lebih banyak Kadar zat besi ibu
darah
dari eritrosit rendah Asupan nutrisi (Fe)
kurang
Kurang zat besi untuk
Hb rendah produksi Hb

Defisiensi
Pasien bertanya-tanya tentang Pengetahuan
O2 ke janin ANEMIA
penyakitnya
rendah Oksigen uterus perdarahan
Transpor O2 menurun Otot uterus tidak
Angka kurang terkontraksi
kematian Pembentukan plasenta Kebutuhan O2 tidak
bayi Energi rendah saat
terpenuhi
persalinan Metabolisme
Plasenta kecil anaerob
Hipoksia sel dan jaringan

Gangguan his Menghasilkan energi


Otak kecil Transfer zat ke Ketidak efektifan perfusi jaringan
rendah
janin rendah
34

Perubahan status
hormonal dan Hipoksia Kontraksi rahim Energi membentuk
Hipoksia sistem GI
metabolisme karbohidrat muskuloskeletal tidak adekuat antibodi kurang
saat hamil
Aliran GI menurun Penurunan suplai Persalinan lama Penurunan
O2 /nutrisi ke otot antibodi
Terganggu efek Ibu lelah dan lemah
otot halus Penurunan Kerja lambung
gastrointestinal kemampuan absorbsi menurun Lemah, cepat lelah, Risiko infeksi
lesu
Inersia uteri
Mual dan muntah Feses keras Asam lambung
Keletihan
meningkat Kemampuan konsentrasi
Nafsu makan menurun
Konstipasi Intoleransi aktivitas
menurun
Mual, anoreksia,
mukosa bibir kering
Kurang konsumsi Ansietas
serat
35

Ketidakmampuan
Intake menurun melakukan aktifitas
sehari-hari
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Defisit perawatan
kebutuhan tubuh

Gambar 2.1
WOC ANEMIA PADA IBU HAMIL
(Sumber : Cunningham et al, 2012. Reeder Martin et al, 2012 dan NANDA 2015-2017)
36

5. Manifestasi Klinis

Ciri-ciri ibu hamil anemia dapat ditandai dengan gejala-gejala berupa :

a. Kepala pusing

b. Palpitasi

c. Berkunang-kunang

d. Gangguan sistem neuromuskular

e. Lesu, lemah, lelah, dan pembesaran kelenjar limfa

f. Pucat

g. Lidah, bibir, kuku pucat

h. Mudah mengantuk

i. Cepat letih. (Syafruddin, 2011)

6. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin

a. Bahaya anemia ibu hamil

1. Jika anemia pada ibu hamil tidak segera diatasi, maka bisa
berakibat pada kehamilannya.
2. Ibu akan mudah pingsan, keguguran, atau proses melahirkan
yang lama karena kontraksi yang tidak bagus.
3. Sedangkan bagi janin, gangguan ini bisa mengakibatkan
pertumbuhan terhambat, lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan, atau lahir dengan cadangan zat besi yang kurang.

b. Bahaya anemia pada janin

Sekalipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari


ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi
gangguan dalam bentuk abortus, kematian intrauteris, persalinan
prematuritas tinggi, BBLR, kelahiran dengan anemia, terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan inteligensi rendah
37

(Manuaba, 2010)
38

7. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis

Tanda dan gejala anemia jarang muncul pada ibu hamil yang
mengalami anemia ringan sampai sedang. Keadaan ini sulit
dibedakan karena mirip dengan rasa ketidaknyaman pada saat
kehamilan. Perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui ibu hamil menderita anemia (Reeder, Martin, Koniak-
Griffin, 2011). Tanda dan gejala akan ditemukan dengan jelas apabila
kadar hemoglobin ibu hamil kurang dari 7 g/dl. Berikut ini gambaran
klinis anemia pada kehamilan :
a. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat, nyeri dada

b. Sistem syaraf : kepala pusing, sakit kepala, telinga mendenging,


mata berkunang-kunang, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas,
vertigo, imsomnia, ketidakmampuan berkonsentrasi ,
keseimbangan buruk, gelisah.
c. Epitel : pucat pada kulit dan mukosa, perubahan epitel kuku, kuku
mudah patah, berbentuk sendok, elastis kulit menurun, lidah licin
dan mengkilap karena papila lidah menghilang, lidah pucat,
peradangan pada sudut bibir.
d. Sistem pernapasan : napas pendek pada istirahat dan aktifitas,
sesak nafas, dispnea.
e. Sistem pencernaan : mual dan muntah, nafsu makan menurun,
konstipasi, nyeri menelan.
f. Sistem muskuleskeletal : kelemahan otot, keram, gangguan fungsi
otot, lemah lesu.

8. Nutrisi Ibu Hamil

Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil agar tidak terkena


anemia yaitu :
a. Kehamilan trimester I

1) Beri makanan porsi kecil tapi sering

2) Makanan yang segar-segar contohnya susu, sop, buah-


buahan, biskuit dan lain-lain.
39

b. Kehamilan trimester II

1) Meningkatkan makanan zat tenaga seperti nasi, roti, mie


dan meningkatkan makanan zat pembangun berupa lauk
pauk dan zat oengatur yaitu sayur dan buah.
2) Perlu tambahan konsumsi makanan sehari-hari
seperti : Nasi/pengganti : 0,5 piring
Sayuran : 1,5 mangkok

Ikan/pengganti : 0,5 potong

Susu : 1 gelas

Tempe/pengganti : 1 potong
Air : 2 gelas
c. kehamilan trimester III

1) Jumlah makanan yang dibutuhkan sama dengan


kehamilan trismestern III
2) Minum tablet tambah darah 1 butir/hari (minimal 90 butir
selama hamil.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Semua wanita hamil harus menjalani hitung darah lengkap, termasuk


kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah, secara dini pada
masa pranatal. Pemberian zat besi per oral umumnya diberikan untuk
mencegah atau mengatasi defisiensi zat besi. Rata-rata 3 sampai 5
mg/hari zat besi dibutuhkan untuk memasok kebutuhan zat besi
wanita dan janin, dengan kebutuhan akan zat besi mengalami
peningkatan dalam 5 bulan terakhir kehamilan mencapai 3 sampai 7
mg/hari (Cunningham et al, 2012). Banyak preparat oral zat besi
organik dan anorganik tersedia untuk terapi tersebut. Senyawa paling
banyak adalah ferum sulfat (200-300mg) sebanyak dua sampai tiga
kali setiap hari) dan ferum glukonat (320 mg sebanyak dua sampai
tiga kali setiap hari). Semua obat-obatan ini dapat dikonsumsi setelah
makan untuk menurunkan efek samping pada saluran pencernaan.
40

Terapi zat besi lewat suntikan (besi dekstran [imferon]) jarang


dibutuhkan, kecuali klien tidak dapat mentoleransi preparat oral zat
besi oral merupakan akibat dari kegagalan untuk minum obat tersebut
(zat besi cenderung menyebabkan gangguan sistem pencernaan)
atau terjadinya kekurangan asam folat yang bersamaan.
Pengkajian riwayat diet komprehensif selama hari dilakukan untuk
mengevaluasi status nutrisi umum wanita hamil dan jumlah zat besi
yang tersedia lewat sumber-sumber nutrisi. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan adalah keadaan keuangan dan sosial wanita,
penggunaan sumber-sumber yang terdapat dalam masyarakat,
seperti program pemberian, makanan tambahan bagi wanita, bayi,
dan anak- anak, dan kebiasaan makan. Diet kaya zat besi dianjurkan
bagi semua wanita hamil. Konselor nutrisi atau perawat harus
memberikan petunjuk mengenai sunber-sumber diet yang
mengandung zat besi. Sumber-sumber makanan tersebur adalah
sereal yang diperkaya, hati buah bit, kismis, sayur-sayuran berdaun
hijau, daging merah, telur, kacang polong, buah-buahan kering dan
gandum utuh.

b. Penatalaksanaan Keperawatan di Rumah

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah


dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya
anemia jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat
besi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan
kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh
menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.
Selain itu pemberian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan
bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh
mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan
cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi
(Proverawati,2011).
41

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Keperawatan Keluarga pada Ibu


Hamil dengan Anemia
1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Friedman (2010) membagi proses keperawatan keluarga ke


dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap, dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga
dan koping keluarga. Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam
pengkajian keluarga adalah :
a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan nomor telepon

3) Komposisi keluarga

Meliputi daftar anggota, termasuk : nama, umur, pendidikan,


dan status imunisasi anggota keluarga. Komposisi keluarga
terdiri dari Genogram 3 generasi.
a) Umur ibu hamil

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi


wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur
20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara
biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan zat-zat gizi selama kehamilannya,
sedangkan 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
menimpa pada usia ini. Pada usia ibu dapat mempengaruhi
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil
maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.

WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami


anemia,secara global 55% dimana secara bermakna
trimester III lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan
pada
42

trimester I dan trimester II. Masalah ini disebabkan karena


kurangnya defisiensi zat besi lainnya (Mc Carthy dan
Maine, 1992).
4) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau


masalah yang terjadi pada keluarga tersebut (Padila, 2012).
Biasanya pada tipe extended family terjadinya masalah pada
keluarga yang ikut mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
5) Suku

Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi


budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Padila, 2012).
6) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan


yang dapat mempengaruhi kesehatan (Padila, 2012).
7) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan


baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Keadaan status
ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam kecukupan
pemenuhan gizi keluarga terutama ibu hamil (Padila, 2012).
8) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga,


frekuensi aktivitas anggota keluarga, dan penggunaan waktu
senggang secara bersama-sama seperti menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi (Padila,
2012).
43

b. Riwayat dan tahap perkembangan


keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari


keluarga ini (Padila, 2012).
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi (Padila, 2012).
3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat


penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan. Keluarga yang mempunyai riwayat TB paru pada
anggota keluarganya, dapat memungkinkan risiko anemia pada
ibu hamil (Padila, 2012).
4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak


suami dan istri (Padila, 2012).

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,


tipe rumah, jumlah ruangan, jumah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan
serta denah rumah (Padila, 2012).
Kondisi rumah keluarga yangg kurang sinar matahari, keadaan
rumah yang agak kotor, perabotan rumah yang agak
berantakan memperparah kondisi anemia pada ibu hamil.
Sehingga dapat
44

menyebabkan risiko komplikasi dari anemia mungkin dapat


terjadi, contohnya si ibu dapat mudah mengalami infeksi
(Padila, 2012).
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan


komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan. Keluarga yang hidup di suatu
komunitas yang mempunyai kebudayaan/keyakinan tertentu,
misalnya : berpantang makan-makanan tertentu selama hamil
dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil (Padila, 2012).
3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat


kebiasaan keluarga berpindah tempat. Status rumah yang
dihuni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa,
sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah dari
daerah mana (Padila, 2012).
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
dan sejauhmana interkasi keluarga dengan masyarakat (Padila,
2012).
a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak


terjangkau menjadi kendala dalam kelangsungan
pengobatan pada ibu hamil dengan anemia (Padila, 2012).
b) Fasilitas transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat


diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan
kesehatan sehingga tidak memperburuk keadaan si
penderita salah satunya ibu hamil (Padila, 2012).
45

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang


dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat. Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu
hamil di suatu keluarga diperlukan dukungan dari suami dan
anggota keluarga yang lain(Padila, 2012).

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,


bahasa yang digunakan dan efektif tidaknya (keberhasilan)
komunikasi dalam keluarga (Padila, 2012).
2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk menugbah perilaku.
Sejauhmana keluarga mampu mengambil keputusan dengan
tepat dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga
(Padila, 2012).
3) Struktur peran keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik


secara formal maupun informal. Apakah anggota keluarga
sudah menjalankan perannya dalam keluarga dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita anemia akan
mengalami penurunan aktivitas fisik dalam melaksanakan
peran (Padila, 2012).
4) Nilai dan norma budaya

Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh


keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
Kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : bapak makan dulu,
46

ibu dan anak makan terakhir dapat mempengaruhi kondisi pada


ibu hamil (Padila, 2012).

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,


perasaan memiliki dan dimiliki dalam kelaurga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Komunikasi yang
tidak efektif di dalam keluarga dapat mempengaruhi
ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu keluarga. Sikap
saling menghargai dan saling pengertian antar anggota
keluarga diperlukan di dalam anggota keluarga yang
mengalami anemia (Padila, 2012).
2) Fungsi Sosialisasi

Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam


keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku (Padila, 2012).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,


pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil
keeputusan yang tepat untuk melakukan tinndakan, melakukan
perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
dan memelihara lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan wilayah tempat
tinggalnya (Padila, 2012).
47

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami


keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ±
6 bulan (Padila, 2012).
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ≥
6 bulan (Padila, 2012).
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Dikaji sejauhmana keluarga berespons terhadap
stressor
3) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila


menghadapi permasalahan/stress
4) Stategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang


digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress
(Padila, 2012).
g. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga


terhadap petugas kesehatan (Padila, 2012).
h. Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.


Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinis
yaitu head to toe (Padila, 2012).

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang


didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
fungsi keperawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada
rumusan PES (problem, etiologi, dan symptom) (Padila,2012).
48

Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi


keperawatan keluarga sepertu ketidakefektifan manajemen kesehatan,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, ketidakefektifan
penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA, 2015).
Diagnosis keperawatan keluarga mengacu pada PES, dimana untuk
problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA maupun diagnose
sebagai masalah individu yang sakit dan etiologi (E) berkenaan
dengan 5 tugas keluarga dalam hal masalah kesehatan.
a) Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada keluarga ibu
hamil anemia menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :
1) Ketidakefektifan perfusi perifer

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

4) Ketidakefektifan manajemen kesehatan

5) Ketidakefektifan regimen terapeutik

6) Kurang pengetahuan

b) Kemungkinan diagnosa keperawatan keluarga pada ibu hamil


dengan anemia mengacu pada problem (NANDA, 2015-2017) dan
etiologi (Friedman,2010) adalah :
1) Ketidakefektifan perfusi perifer berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah anemia pada ibu hamil.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah anemia pada ibu hamil.
3) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah anemia pada ibu hamil.
4) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
49

5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah anemia pada ibu hamil.

Tabel 2.1

Skala untuk menentukan prioritas masalah

(Bailon dan Maglaya, 2009)

KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN


Sifat masalah :
1) Wellness 3
3 1
2) Aktual
2
3) Risiko
1
4) Potensial
Kemungkinan

masalah dapat diubah : 2 2


1) Mudah 1
2) Sebagian 0

3) Tidak dapat
Potensi masalah untuk
dicegah :
1) Tinggi 3 1

2) Cukup 2

3) Rendah 1

Menonjolkan masalah :
1) segera 2
1 1
2) tidak perlu
0
3) tidak dirasakan
Total skor
50

Sumber : IPKKI, 2017

Cara Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.


51

Skor/angka tertinggi x Bobot

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

3. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian


keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi
intervensi alternative dan sumber serta menentukan prioritas, intervensi
tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang begi keluarga
tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman,
2010). Menurut Padila (2012) intervensi keperawatan keluarga terdiri
dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan tujuan khusus,
rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang
memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik dapat
diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan waktu.
52

Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana tindakan

keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

1 Ketidakefektifan setelah 1. a. Keluarga a. Anemia adalah a. Kaji pengetahuan tentang


perfusi perifer dilakukan mampu gejala kekurangan anemia pada ibu hamil
berhubungan kunjungan Setelah menyebutkan (defisiensi) sel b. Diskusikan dengan keluarga
dengan sebanyak dilakukan definisi Anemia darah merah tentang pengertian anemia pada
ketidakmampua 5 x 45 kunjungan 1 x pada karena kadar ibu hamil dengan menggunakan
n keluarga menit 45 menit ibu hamil hemoglobin yang leaflet/lembar balik.
merawat keluarga keluarga dengan bahasa rendah. Kadar c. Evaluasi kembali pengertian
anggota mampu mampu sendiri. hemoglobin yang anemia pada ibu hamil pada
keluarga dengan mengenal mengenal normal wanita hamil keluarga
masalah anemia masalah masalah adalah 12 gr% d. Berikan pujian pada keluarga
pada ibu hamil. kesehatan kesehatan atas jawaban yang benar
tentang tentang
Anemia Anemia
pada ibu pada
a. Mengkaji pengetahuan tentang
b. Penyebab :
hamil ibu hamil
penyebab anemia pada ibu
kekurangan zat
hamil
besi, vitamin B12
53

atau asam folat, b. Diskusikan dengan keluarga


b. Keluarga kehilangan tentang penyebab anemia pada
mampu darah ibu hamil
menyebutka akibat perdarahan, c. Evaluasi kembali penyebab dan
n infeksi, anemia faktor risiko anemia pada ibu
54

penyebab dari hemolitik, hamil


Anemia pada pengaruh obat- d. Berikan pujian pada keluarga
ibu hamil obatan, dan proses atas jawaban yang benar
kehamilan.

a. Kaji pengetahuan tentang dan


c. Tanda dan gejala : gejala anemia pada ibu hamil
kepala pusing, b. Diskusikan dengan keluarga
palpitasi, tentang tanda dan gejala
berkunang- anemia pada ibu hamil dengan
kunang, lesu, menggunakan leaflet atau
lemah, lelah dan lembar balik
c. Keluarga pucat, mudah c. Evaluasi kembali tanda dan
mampu mengantuk, lidah gejala anemia pada ibu hamil
menyebutkan bibir dan kuku pada keluarga
tanda pucat. d. Berikan pujian pada keluarga
dan atas jawaban yang benar
gejala

a. Kaji keputusan yang diambil


anemia pada
oleh keluarga
ibu hamil
d. Keluarga b. Diskusikan dengan keluarga
mengatakan tentang keputusan yang telah
55

dibuat
mampu merawat
c. Evaluasi kembali tentang
anggota keluarga
keputusan yang telah dibuat
yang sakit
d. Berikan pujian pada keluarga
atas jawaban yang benar

a. Kaji pengetahuan keluarga


d. Keluarga tentang cara merawat anggota
56

mampu keluarga yang sakit


memutuskan e. Keluarga b. Diskusikan dengan keluarga
2. merawat mengatakan tentang merawat anggota
keluarga yang mampu merawat keluarga yang sakit
Setelah sakit anggota keluarga c. Evaluasi kembali tentang
dilakukan yang sakit merawat anggota keluarga yang
kunjungan 1 sakit
x d. Berikan pujian pada keluarga
45 menit atas jawaban yang benar
keluarga
mampu a. Evaluasi kembali tentang
mengambil e. Keluarga bagaimana lingkungan yang
keputusan mampu dapat menunjang kesehatan
untuk merawat terhadap semua anggota
merawat klien anggota f. Lingkungan yang keluarga
keluarga yang tenang : b. Berikan pujian pada keluarga
sakit 1. Istirahat yang atas jawaban yang benar.
cukup
2. Dapat a. Kaji pengetahuan keluarga
mengendalikan tentang pencegahan anemia
3. Setelah emosi pada ibu hamil
1 x 45 menit b. Diskusikan dengan keluarga
dan tentang fasilitas dan manfaat
57

keluarga menikmati hidup pelayanan kesehatan


mampu c. Beri kesempatan pada keluarga
merawat diri  Memanfaatkan untuk memilih pelayanan
sendiri f. Keluarga fasilitas kesehatan kesehatan
mampu untuk d. Motivasi keluarga untuk
dan anggota mencegah sedini memanfaatkan
keluarga yang mungkin pelayanan kesehatan secara
sakit masalah anemia rutin
pada keluarga
58

memodifikasi khususnya ibu e. Beri reinforcement positif atas


lingkungan hamil perilaku yang benar.
 Untuk mengetahui
dan memeriksa
masalah
kesehatan
4. Setelah  Sebagai pelayanan
1 x 45 menit pengobatan
g. Keluarga
keluarga
mampu
mampu
menyebutkan 1
memodifikasi
dari 2
lingkungan
keuntunga
n fasilitas
kesehatan

5. Setelah
1 x 45 menit
keluarga
mampu
memanfaatka
n fasilitas
59

kesehatan
untuk
mengatasi
anemia

pada ibu hamil


60

2 Nutrisi kurang setelah 1. a. Keluarga a. Anemia adalah a. Kaji pengetahuan tentang


dari kebutuhan dilakukan mampu gejala kekurangan anemia pada ibu hamil
tubuh kunjungan Setelah menyebutkan (defisiensi) sel b. Diskusikan dengan keluarga
berhubungan sebanyak dilakukan definisi Anemia darah tentang pengertian anemia pada
dengan 5 x 45 kunjungan 1 pada merah ibu hamil dengan menggunakan
ketidakmampua menit x 45 menit ibu hamil karena kadar leaflet/lembar balik.
n keluarga keluarga keluarga dengan bahasa hemoglobin yang c. Evaluasi kembali pengertian
merawat mampu mampu sendiri. rendah. Kadar anemia pada ibu hamil pada
anggota mengenal mengenal hemoglobin yang keluarga
keluarga dengan masalah masalah normal wanita d. Berikan pujian pada keluarga
masalah anemia kesehatan kesehatan hamil adalah 12 gr atas jawaban yang benar
pada ibu hamil. tentang tentang %
Anemia Anemia pada
pada ibu ibu hamil
a. Mengkaji pengetahuan tentang
hamil
penyebab anemia pada ibu
hamil
b. Penyebab :
b. Diskusikan dengan keluarga
kekurangan zat
b. Keluarga tentang penyebab anemia pada
besi, vitamin B12
mampu ibu hamil
atau asam folat,
menyebutkan
kehilangan c. Evaluasi kembali penyebab dan
penyebab dari
darah akibat faktor risiko anemia pada ibu
Anemia
perdarahan, hamil
pada ibu hamil
61

infeksi, d. Berikan pujian pada keluarga


anemia atas jawaban yang benar
hemolitik,
pengaruh obat-
obatan, dan proses a. Kaji pengetahuan tentang dan
kehamilan. gejala anemia pada ibu hamil
b. Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda dan gejala
c. Tanda dan gejala : anemia
kepala pusing,
62

palpitasi, pada ibu hamil dengan


berkunang- menggunakan leaflet atau
kunang, lesu, lembar balik
lemah, lelah dan c. Evaluasi kembali tanda dan
c. Keluarga
pucat, mudah gejala anemia pada ibu hamil
mampu
mengantuk, lidah pada keluarga
menyebutkan
bibir dan kuku d. Berikan pujian pada keluarga
tanda
pucat. atas jawaban yang benar
dan
gejala

a. Kaji keputusan yang diambil


anemia pada
oleh keluarga
ibu hamil
b. Diskusikan dengan keluarga

d. Keluarga tentang keputusan yang telah

mengatakan dibuat

mampu merawat c. Evaluasi kembali tentang

anggota keluarga keputusan yang telah dibuat

yang sakit d. Berikan pujian pada keluarga


atas jawaban yang benar

2. Setelah a. Kaji pengetahuan keluarga


dilakukan
tentang cara merawat anggota
kunjungan
63

1 x 45 d. Keluarga keluarga yang sakit


menit mampu b. Diskusikan dengan keluarga
e. Keluarga
keluarga memutuskan tentang merawat anggota
mengatakan
mampu merawat keluarga yang sakit
mampu merawat
mengambi keluarga yang c. Evaluasi kembali tentang
anggota keluarga
sakit merawat anggota keluarga yang
yang sakit
sakit
d. Berikan pujian pada keluarga
64

l atas jawaban yang benar


keputusa
n untuk a. Evaluasi kembali tentang
merawat bagaimana lingkungan yang
e. Keluarga
klien dapat menunjang kesehatan
mampu
terhadap semua anggota
merawat
keluarga
anggota
a. Lingkungan yang b. Berikan pujian pada keluarga
keluarga yang
tenang : Istirahat atas jawaban yang benar.
3. Setelah sakit
yang cukup, dapat
1 x 45 menit
mengendalikan a. Kaji pengetahuan keluarga
keluarga
emosi tentang pencegahan anemia
mampu
dan pada ibu hamil
merawat diri
menikmati hidup b. Diskusikan dengan keluarga
sendiri
tentang fasilitas dan manfaat

dan anggota pelayanan kesehatan


a. Memanfaatkan c. Beri kesempatan pada keluarga
keluarga yang
fasilitas kesehatan untuk memilih pelayanan
sakit
untuk kesehatan
a. Keluarga
mencegah sedini d. Motivasi keluarga untuk
mampu
mungkin
memodifikasi memanfaatkan
masalah anemia
lingkungan pelayanan kesehatan secara
pada keluarga
65

khususnya ibu rutin


hamil e. Beri reinforcement positif atas
b. Untuk mengetahui perilaku yang benar.
dan memeriksa
masalah
4. Setelah kesehatan
1 x 45 menit c. Sebagai pelayanan
pengobatan
66

keluarga a. Keluarga
mampu mampu
memodifikasi menyebutkan 1
lingkungan dari 2
keuntunga
n fasilitas
kesehatan

5. Setelah
1 x 45 menit
keluarga
mampu
memanfaatka
n fasilitas
kesehatan
untuk
mengatasi
anemia

pada ibu hamil


3 Ketidakefektifan setelah 1. a. Keluarga a. Anemia adalah a. Kaji pengetahuan tentang
pemeliharaan dilakukan mampu gejala anemia pada ibu hamil
67

kesehatan kunjungan Setelah menyebutk kekurangan b. Diskusikan dengan keluarga


berhubungan sebanyak dilakukan an definisi (defisiensi) sel tentang pengertian anemia pada
dengan 5 x 45 kunjungan 1 Anemia darah ibu hamil dengan menggunakan
ketidakmampua menit x 45 menit pada ibu leaflet/lembar balik.
n keluarga dalam keluarga keluarga hamil merah c. Evaluasi kembali pengertian
merawat mampu mampu dengan karena kadar anemia pada ibu hamil pada
anggota mengena mengenal bahasa hemoglobin keluarga
keluarga dengan l masalah masalah sendiri. yang rendah. d. Berikan pujian pada keluarga
masalah kesehata Kadar
anemia n tentang hemoglobin
68

pada ibu hamil. kesehatan Anemia yang normal atas jawaban yang benar
tentang pada ibu wanita hamil
Anemia hamil adalah 12 gr%
pada ibu
hamil

b. Penyebab :
kekurangan zat
besi, vitamin B12
a. Mengkaji pengetahuan tentang
atau asam folat,
penyebab anemia pada ibu
kehilangan
hamil
darah akibat
b. Diskusikan dengan keluarga
perdarahan,
b. Keluarga tentang penyebab anemia pada
infeksi,
mampu ibu hamil
anemia
menyebutk c. Evaluasi kembali penyebab dan
hemolitik,
an faktor risiko anemia pada ibu
pengaruh obat-
2. penyebab hamil
obatan, dan proses
dari d. Berikan pujian pada keluarga
kehamilan.
Setelah Anemia atas jawaban yang benar
dilakukan pada ibu
kunjungan 1 hamil
x c. Tanda a. Kaji pengetahuan tentang dan
45 menit dan
69

keluarga gejala anemia pada ibu hamil


gejala : kepala
mampu b. Diskusikan dengan keluarga
pusing,
mengambil tentang tanda dan gejala
palpitasi,
keputusan anemia pada ibu hamil dengan
berkunang-
untuk menggunakan leaflet atau
kunang, lesu,
merawat klien lembar balik
lemah, lelah
c. Evaluasi kembali tanda dan
dan pucat,
gejala anemia pada ibu hamil
mudah
mengantuk,
70

lidah bibir dan pada keluarga


c. Keluarga kuku pucat. d. Berikan pujian pada keluarga
mampu atas jawaban yang benar
menyebutkan
tanda d. Keluarga
3. Setelah
dan mengatakan a. Kaji keputusan yang diambil
1 x 45 menit
gejala mampu merawat oleh keluarga
keluarga
anggota b. Diskusikan dengan keluarga
mampu
anemia pada tentang keputusan yang telah
merawat diri
ibu hamil keluarga yang dibuat
sendiri
sakit c. Evaluasi kembali tentang

dan anggota keputusan yang telah dibuat

keluarga yang d. Berikan pujian pada keluarga


sakit atas jawaban yang benar

a. Kaji pengetahuan keluarga


e. Keluarga
tentang cara merawat anggota
mengatakan
keluarga yang sakit
mampu merawat
b. Diskusikan dengan keluarga
d. Keluarga anggota keluarga
tentang merawat anggota
mampu yang sakit
keluarga yang sakit
memutuskan
c. Evaluasi kembali tentang
71

merawat merawat anggota keluarga yang


keluarga yang sakit
4. Setelah sakit d. Berikan pujian pada keluarga
1 x 45 menit atas jawaban yang benar
keluarga
mampu
memodifikasi a. Evaluasi kembali tentang
72

lingkungan a. Lingkungan yang bagaimana lingkungan yang


tenang : dapat menunjang kesehatan
Istirahat yang terhadap semua anggota
cukup, Dapat keluarga
mengendalikan b. Berikan pujian pada keluarga
emosi atas jawaban yang benar.
dan
menikmati hidup
e. Keluarga f. Kaji pengetahuan keluarga
mampu tentang pencegahan anemia
merawat pada ibu hamil
anggota g. Diskusikan dengan keluarga
keluarga yang tentang fasilitas dan manfaat
5. Setelah sakit pelayanan kesehatan
1 x 45 menit h. Beri kesempatan pada keluarga
keluarga untuk memilih pelayanan
mampu a. Memanfaatkan kesehatan
memanfaatka fasilitas i. Motivasi keluarga untuk
n fasilitas memanfaatkan
kesehatan kesehatan untuk pelayanan kesehatan secara
untuk rutin
mengatasi mencegah j. Beri reinforcement positif atas
anemia sedini mungkin
73

masalah anemia perilaku yang benar.


pada ibu hamil pada keluarga
f. Keluarga khususnya ibu
mampu hamil :
memodifikasi 1. Untuk
mengetahu
i

dan
memeriks
a masalah
kesehatan
74

lingkungan 2. Sebagai
pelayanan
pengobata
n

g. Keluarga
mampu
menyebutkan 1
dari 2
keuntunga
n fasilitas
kesehatan
75

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga


berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki keluarga. Implementasi diprioritaskan sesuai dengan kemampuan
keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga ( Sudiharto, 2007).

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktulisasi rencana


intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatnnya, mengambil keputusan berkaitan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatnnya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi anggota kelurga , serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto. 2007).
Sedangkan menurut Padila (2012) tindakan perawatan terhadap keluarga meliputi :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan


cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakuka tindakan

2) Mengidentifikasi sumber sumber yang dimilki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota kelurga yang sakit,


dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas kesehatan yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan

d. Membantu keluarga menemukan cara-cara membuat bagaimana memodifikasi


lingkungan dengan cara :
76

1) Menemukan sumber sumber yang dapat digunakan keluarga


77

2) Melakukan perubahan lingkungan seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


dengan cara :
1) Memperkenalkan fasilitas yang ada dalam lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan


keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau masalah baru. Melalui kegiatan
evalusi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang diharapkan dan tujuan
yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau timbul masalah
keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasi
rencana atau mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan
keluaga (Sudiharto, 2007).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga


dalam melaksanakan tugas kesehatannya, sehingga memiliki produktivitas yang
tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima
dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi ( Sudiharto, 2007).
78

perawatan.
79

DAFTAR PUSTAKA

Bothamley & Boyle. 2011. Patofisiologi Kebidanan. Jakarta : EGC


Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12.
Jakarta
: EGC

Cunningham, et al. 2012. Obstetric Williams edisi 23 volume 1.


Jakarta : EGC

Cunningham, et al. 2012. Obstetric Williams edisi 23 volume 2.


Jakarta : EGC

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2017. Data Anemia pada Ibu


Hamil Perpuskesmas Tahun 2016.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016

Duvall and Miller. 1985. Mariage and Family development, New York,
Harper and Row

Friedman, Marilyn M. 1998. Family Nursing, research, theory & practice,


Phildelpha, JB. Lippincott company

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta :


EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Hidayat, A.A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika

IPKKI PPNI. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP,
NOC, NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
80

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.


Jakarta L, Johnson & R, Leny. 2010. Keperawatan Keluarga Plus
Contoh Askep
Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika
81

Maglaya, A.S. 2009. Nursing Practice in the community, (5th ed).


Philadelphia : Argonauto Corporation

Maharani, Laila. 2016. Penerapan Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil


dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing.
Poltekkes Kemenkes Padang

Maisa, Esthika Ariany, et al. 2010. “Hubungan antara Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kecamatan Nanggalo”.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Manuaba, IBG. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta


: EGC

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Niven, N. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat dan


Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


PT Rineka Cipta

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan


Praktis Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha


Medika

Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta :


Nuha Medika
82

Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita, Bayi, Keluarga Volume 2. Jakarta :
EGC

Robson SE & Waugh J. 2011. Patologi pada Kehamilan : Manajemen &


Asuhan Kebidanan. Alihbahasa oleh : Devi Y. Jakarta : EGC
83

Saryono, AS. 2013. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Sri Setyowati dan Arita Murwani. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga


Konsep dan Aplikasi Kasus. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press

Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Teori


pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info
Media

Syafruddin, 2011. Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga,


Lansia dan Masyarakat. Jakarta : Trans Info Media

Syaifuddin AB, Adriaansz G, Winkjosastro GH, Waspodo D. 2007. Buku


Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : POGI

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
Varney, H . 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta :
EGC World Health Organization. 2015. Iron Deficency Anemia
Assesment,
prevention, and control.
84
85
86

Anda mungkin juga menyukai