Anda di halaman 1dari 2

Tugas Bahasa Indonesia Cerpen

Muhammad Firhan Hanafi Az Zuhri

XI MIPA 6

20

Dinding-dinding yang Mati


Dinding-dinding di rumahku mati. Mungkin terdengar gila, tapi itu kenyataannya. Mereka
tidak bisa bersuara walau aku mengajak mereka berbicara. Kokoh dan tebal, melindungiku
dari berbagai macam bahaya. Dinding dinding itu kubersihkan tiap minggu, agar tidak
mengundang laba laba yang akan membuat sarang di ujung-ujungnya. Aku juga sangat suka
mengecat mereka, karena akan terlihat cantik dan sedap kupandang mereka.
Suatu hari, aku menemukan bahwa dinding di rumah ku retak karena dimakan usia, mau
bagaimana lagi, segera ku persiapkan peralatan tukang seperti cangkul, ember, dan lain
sebagainya
Segera aku berangkat ke lahan berundak berpapan aneh di sebelah rumahku, menyangkul
tanah, mengambil isinya, dan kembali ke rumah. Aku kemudian menata sedemikian rupa
agar mereka lengket dengan dindingku, memotong sedikit, dan membuang serabut-serabut
yang mengganggu. Kemudian aku mengecat mereka. Tampak sangat cantik menurutku,
walau bau mayat menusuk hidungku.

Mimpi
Waktu kecil, ibuku bilang bahwa aku bisa jadi apa saja, baik itu polisi, penyair, pemimpin,
artis, dan lain sebagainya. Aku berkata kepada ibuku bahwa aku akan terbang melayang
melawan orang jahat seperti superhero yang baru saja kutonton sore itu, ibuku terkekeh
geli, dan mengusap rambutku, dan mengatakan "ya nak, kamu bisa menjadi sepertinya"
Aku tersenyum dan bertekad akan mewujudkannya.
Sudah 20 tahun berlalu semenjak malam itu, aku masih mengingat dengan jelas perkataan
ibu, rupa beliau dan hangatnya tangan yang kan kurindukan semenjak kepergian beliau 5
tahun lalu. Aku menatap langit langit kamar dan mencoba mengingat apa yang terjadi
belakangan ini, minggu yang cukup buruk, tekanan dari kantor dan rasa kesepian di rumah
perlahan mencekik kewarasanku, aku terkekeh geli, sejenak melamun, tak terasa jam sudah
menunjukkan pukul 10 malam, setelah cukup lama memikirkan sesuatu, aku mengepalkan
tangan, bangkit mengambil kursi dan menaikinya, lalu mengikat tali yang tergantung di
langit-langit pada leherku, dan berkata pelan "Ibu, hari ini akan kuwujudkan impianku yang
kuceritakan padamu saat itu" aku pun melompat, dan terbang melayang bak superhero yang
kutonton sore hari itu

Pelawak
Apapun yang dikerjakan atau dikatakan Hasan adalah hal yang lucu, ia lalu dikenal oleh
Hasan sang Pelawak, seluruh warga desa menyukainya, karena perangai dia yang cakap
membawakan lelucon, rumor tentang Hasan sang Pelawak rupanya sampai ke telinga raja,
ia pun memanggil Hasan untuk datang ke kediaman megah sang raja tersebut, Hasan
kemudian datang di hari yang ditentukan, raja nampaknya terkesan dengan bakat Hasan
tersebut, kemudian sang raja meminta Hasan untuk hadir pada acara pernikahan putrinya
besok, Hasan terbelalak kaget, lalu sang raja bertanya apakah ia keberatan atas
permintaannya, Hasan menggeleng pelan, ia tak dapat menolak tawaran raja yang baginya
penting itu.
Sesampai di rumah, Hasan bingung bukan main, karena sebelum tampil ia harus
mempersiapkan bahan lelucon itu 3 hari sebelumnya, ia merenung, mencoba mencari
lelucon yang lucu dan mampu meledakkan pikiran orang-orang, ia terus berpikir, dan
berpikir, hingga fajar tiba. Saat di pesta pernikahan, giliran Hasan maju untuk menghibur
orang-orang, iapun mengawali nya dengan perkenalan diri, karena gugup, ia tak mampu
mengeluarkan sepatah kata apapun setelahnya, orang-orang yang menonton kebingungan,
disisi lain, Hasan tak tahan lagi, iapun menarik pelatuk pistolnya dan menembakkan diri
tepat di pelipis, semua yang hadirpun kaget, terdiam, lalu tertawa terbahak-bahak.

Anda mungkin juga menyukai