Anda di halaman 1dari 45

Pendekatan Psikoedukasi

untuk Mencegah dan Mengatasi Masalah


Seksualitas Remaja

SESI 2
SESI 2
“Pendekatan Psikoedukasi untuk Mencegah dan
Mengatasi Masalah Seksualitas Remaja”

TUJUAN:
• Guru memahami komponen dan tahapan
dalam perancangan program psikoedukasi
• Guru dapat menerapkan rancangan
program psikoedukasi tentang
perkembangan seksualitas yang sehat pada
diri siswa (atau orang tua)
Karakteristik Psikoedukasi
Materi, waktu, nara sumber, dll

Baik Kurang baik


 ………………………………  ………………………………….

 ………………………………  ………………………………….

 ……………………………….  ………………………………….

 ……………………………….  …………………………………

 ……………………………….  …………………………………

 …………………………………  ………………………………….

 ………………………………….  …………………………………..
Psikoedukasi di Lingkungan Sekolah

Undang-undang
• “Pendidikan nasional ... bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik ...”
• “Kompetensi lulusan pendidikan mencakup unsur kepribadian dan
kemandirian atau keterampilan untuk hidup mandiri”
• “Kurikulum pendidikan mencakup tiga komponen, yaitu mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri”
 Ketentuan tersebut sangat mendukung upaya
penyelenggaraan psikoedukasi yang bersifat preventif dan
kuratif berkaitan dengan masalah yang dialami siswa remaja

 3 bidang layanan psikoedukasi


1. Bidang perkembangan pribadi-sosial
2. Bidang akademik
3. Bidang perkembangan karir
Pengertian Psikoedukasi

Menurut Kode Etik HIMPSI (2010), pasal 69-70:


PSIKOEDUKASI adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman dan/atau keterampilan sebagai usaha
pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan
psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bagi
lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan yang dialami
seseorang setelah menjalani psikoterapi.
BIMBINGAN DAN KONSELING PSIKOEDUKASI ATAU SKILL
KELOMPOK TRADISIONAL TRAINING
o Mengubah sikap dan perilaku secara tidak o Memodifikasi sikap dan perilaku secara
langsung lewat pemberian informasi yang langsung
akurat
o Pelibatan total dari klien dalam suatu
o Menggunakan fungsi kognitif dan intelektif program Pendidikan-pelatihan
klien
o Secara eksperiensial memberikan
kesempatan pada klien untuk mengalami
o Bagaimana informasi akan digunakan untuk
sendiri peristiwa yang dapat mengubah
memperbaiki sikap atau perilaku sepenuhnya
sikap dan perilakunya tersebut
diserahkan kepada klien

o Biasanya melibatkan juga bantuan dari


orang lain dengan adanya aktivitas dalam
kelompok
Tujuan
Psikoedukasi atau skill training

Psikoedukasi atau skills training


 memodifikasi sikap dan perilaku secara langsung dengan melibatkan

klien secara total dalam suatu program pendidikan-pelatihan

Jadi tugas psikolog-konselor  memberikan kesempatan kepada klien untuk


mengalami sendiri peristiwa mengubah sikap dan perilakunya melalui
kehadiran dan bantuan orang lain dalam suatu aktivitas kelompok.
Psikoedukasi

• BUKAN PSIKOTERAPI
• Psikoterapi fokus pada person
• Psikoedukasi fokus pada sistem yang lebih
besar dan tidak menganggap peserta
patologis
Psikoedukasi
• INTERVENSI untuk individu, keluarga dan
kelompok.
• Fokus pada MENDIDIK peserta tentang
TANTANGAN HIDUP…seputar sex education,
• MEMBANTU peserta mengembangkan dukungan
sosial untuk mengelola TANTANGAN HIDUP,
• MENGEMBANGKAN coping skills untuk menghadapi
TANTANGAN HIDUP
Psikoedukasi dapat dilakukan secara:

1 2

Tidak langsung dalam bentuk


Langsung dalam
penyebarluasan leaflet, poster,
bentuk ceramah
infografis, IG, ataupun bentuk-
dan pelatihan
bentuk lain yang memberikan
edukasi tentang suatu isue
dan/atau masalah yang sedang
berkembang di masyarakat.
Psikoedukasi tak langsung - poster
Psikoedukasi tak langsung - poster
Contoh materi belajar

• https://www.youtube.com/watch?v=e08TL0gu1xE 
Kisah Mela & Miko : jenis kekerasan seksual
• https://www.youtube.com/watch?v=VKpWG7Nhl0A 
fakta perilaku seksual di Indonesia
• https://www.youtube.com/watch?v=mTuSlysLHC8 
talk show “si kecil jatuh cinta” Elly Risman, M.Psi
Peran Psikoedukasi
• Memberi informasi secara langsung melalui pengajaran, diskusi dan alat
formal atau informal lain yang penting untuk fungsi-fungsi biologis,
psikologis dan sosial peserta, seperti: mengapa ada bagian tubuh kita
yang boleh & tidak boleh dipegang oleh orang lain.
• Menyediakan informasi dan sumber-sumber nyata yang berkaitan dengan
sumber dan dampak dari tantangan hidup, seperti: bahaya pornografi.
• Mengajarkan bagaimana mengumpulkan informasi untuk diri peserta
sendiri, seperti: bertanya kepada ortu/ guru tentang jatuh cinta, hormon.
• Membantu memahami dampak perilaku peserta pada orang lain, seperti
pakai baju ketat.
• Membantu partisipan memahami kebutuhan dan motivasi orang lain,
seperti: ada teman yang suka dengan dia.
Model/ kerangka berpikir
Tiga model/ kerangka berpikir dalam mengembangkan program psikoedukasi ataupun
pelatihan sosial

TEORI BELAJAR
SOSIAL Model Skill-
(PSIKOLOGI) Deficit atau
Life-Skills

Model Tugas
Perkembangan

Model
PROSEDUR Ragam
PEDAGOGIS Bantuan
(PENDIDIKAN)
Inti Model Life-dificit atau life-skills

● Berfokus pada keterampilan yang buruk atau yang masih


kurang dimiliki oleh individu
● Menekankan bahwa yang harus diintervensi adalah
keterampilan yang masih buruk atau kurang tersebut agar
individu bisa berkembang secara optimal
● Bila keterampilan yang buruk atau kurang tersebut bertahan,
maka seseorang tidak akan berkembang optimal dan justru
akan mengalami kesulitan atau keterhambatan
Life-Skills
 mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh semua orang
(tidak fokus pada tahap perkembangan, tahap perkembangan bisa
berbeda dalam skill yang sama)

Perkembangan pribadi yang optimal mempersyaratkan sembilan


keterampilan hidup dasar yang dikelompokan ke dalam dua kategori

Konsep Diri yang Positif atau Sehat Kemampuan Berpikir Kritis

1. Memahami diri sendiri 1. Memiliki sistem nilai pribadi yang jelas


2. Memiliki perspektif atau wawasan
2. Mencintai diri sendiri hidup
3. Bersikap jujur terhadap diri sendiri 3. Berpikiran terbuka
4. Memiliki selera humor
5. Memiliki resiliensi
6. Memiliki sikap menerima
Model tugas perkembangan

- Sasarannya individu yang


masih dalam proses
Tujuan Utama: perkembangan
Model Tugas Prevensi Dini
Konteks:
Perkembangan
- Pendidikan (Kurikulum
dalam Psikoedukasi Tujuan Lain: Sekolah)
Remedial - Organisasi sekolah
(pimpinan, guru, karyawan)
- Komunitas (orang tua)

Perlu diperlengkapi
Model Tugas Perkembangan

Pendekatan tugas perkembangan didasarkan pada konsep tugas perkembangan


ala Havighurst, (Gazda, 1989):
“Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada atau sekitar masa tertentu
dalam kehidupan seseorang, bila dicapai secara berhasil akan membawa pada
kebahagiaan dan keberhasilan mencapai tugas-tugas berikutnya, namun jika gagal
akan membawa pada ketidak-bahagiaan bagi yang bersangkutan, penolakan
oleh masyarakat, serta kesulitan untuk mencapai tugas-tugas berikutnya”
Perkembangan Remaja Awal (10-15 Tahun)
Inti model tugas perkembangan

● Berfokus pada keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang karena


tuntutan dari tugas perkembangannya
● Menekankan yang harus diintervensi adalah keterampilan yang menjadi
tuntutan bagi seseorang di tahap perkembangan tersebut
● Bila seseorang tidak berhasil menunjukkan keterampilan yang dituntut di
tahap perkembangan tersebut, maka besar kemungkinan ia akan
mengalami kesulitan dalam menjalankan pekerjaan dan kesehariannya
Misal: perkembangan identitas remaja menurut Erikson
Manfaat Konsep
Tugas Perkembangan
1. Membantu menemukan & merumuskan tujuan psikoedukasi
2. Menunjukkan saat yang tepat dalam memberikan psikoedukasi
(teachable moment), dengan 2 faktor penentu, yaitu :

a) Taraf perkembangan individu


b) Sistem kebutuhan yang menyertainya
5 komponen Psikoedukasi
yang perlu dipersiapkan

1. Responden
2. Tujuan
3. Topik
4. Metode
5. Waktu
Tahapan Psikoedukasi
Tahapan Psikoedukasi yang perlu dilakukan meliputi:

1. Asesmen
kebutuhan 3. Implementasi 5. Evaluasi
Program Program

2. Perancangan
4. Monitoring
Program
1. Melakukan Asesmen Kebutuhan

● Mencari tahu tentang keadaan remaja yang diberi psikoedukasi serta


jenis psikoedukasi/ pelatihan yang mereka butuhkan (Erford, 2007;
dalam Supratiknya, 2011)
● Dua pendekatan:
1. Asesmen kebutuhan berdasarkan data
2. asesmen kebutuhan berbasis persepsi atau kesan (para guru,
orang tua, siswa)
● Instrumen yang digunakan untuk menjaring data: kuesioner,
wawancara,statistik, kunjungan kelas, jasa konsultas, evaluasi
sistematis terhadap penyelenggaraan program psikoedukasi di
sekolah ybs.
2. Merancang Modul Pelatihan

● Modul merupakan uraian terkecil bahan belajar yang akan memandu


fasilitator/pelatih menyampaikan bahan belajar.
● Modul menurut pedoman ini berisi uraian dari pokok-pokok bahasan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang masing-masing dilengkapi
dengan metode dan media pembelajaran, petunjuk penugasan, diskusi
kasus, latihan-latihan dan evaluasinya.
● Modul pelatihan dirancang berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang
telah diperoleh sebelumnya

Aktivitas individual:
Menentukan topik/ judul untuk karakteristik responden tertentu (siswa
kelas berapa atau orang tua siswa)
Contoh Topik/ Judul Psikoedukasi

• “Ketika Aku Suka Dia”


• “Pelecehan seksual: No Way!”
• “Pornografi dan Generasi Muda”
• “Membangun Identitas dan Peran Jender”
• “Pacaran Asik… Gimana Tuh?”
• *“Membesarkan Remaja Laki-Laki Vs Perempuan”
• *“Mengajarkan tentang Cinta pada Generasi Z”

* Untuk orang tua


TUJUAN PEMBELAJARAN

● Menentukan, tujuan instruksional umum (TIU) dalam area


kognitif, afektif, perilaku yang dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
● Kognitif : menyertakan adanya penerimaan mengenai informasi
dan konsep yang berkaitan dengan isi dari pembelajaran. Trainer
dapat membuat partisipasi bukan hanya mengerti masalah yang
dibahas dalam subyek, namun juga menganalisanya dalam situasi
baru. Tujuan dalam area ini mengenai pengetahuan, informasi,
pemahaman yang berhubungan dengan isi pelatihan.
● Afektif : menyangkut pembentukan sikap, perasaan, dan kecenderungan
untuk melakukan tindakan yang diolah dalam pelatihan. Sebagai contoh,
trainer ingin para partisipan lebih sadar pada perasaan-perasaan dan
reaksi-reaksi mereka menyangkut hal-hal tertentu.
● Perilaku : menyertakan adanya pengembangan kompetensi untuk
melakukan tindakan dalam kegiatan dan kehidupan nyata. Sebagai
contoh, trainer menginginkan para partisipan meningkatkan skill yang
sudah diperagakan dan memberi umpan balik mengnai hasil kerja
mereka. Asertivitas:“Saya tidak boleh melakukan hal ini”; “Saya pikir,
sebaiknya kita tidak berpegangan tangan/ kita cari aktivitas lain bersama
teman-teman, yuk”  role play
Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK)

Hasil spesifik dan konkrit apa yang ingin dicapai melalui


pelatihan. Tujuan instruksional khusus merupakan spesifikasi
dan konkritisasi tujuan instruksional umum.
● Kognitif : mengingat, menyebutkan, menjelaskan,
memahami
● Afektif : tertarik, berniat, menyukai, bersemangat,
merencanakan
● Perilaku : melaksanakan, bekerja sama
Group Activity

Aktivitas Individual
 sudah ada topik/ judul psikoedukasi untuk
karakteristik responden tertentu (siswa/ ortu)

Aktivitas kelompok:
- Sharing-kan dan tentukan salah 1 topik/ judul di dalam kelompok
- Rumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)  1-2 poin
- Susunlah PPT yang akan disampaikan pada sesi ke-3; dirancang
untuk delivery per-kelompok selama 8-10 menit
● Modul pelatihan dibuat sedemikian rupa sehingga guru BK
tidak kebingungan sendiri saat menjelaskan materi di depan
siswa atau orang tua siswa.
● Rancangan modul pelatihan tentu juga harus
mempertimbangkan kedalaman materi dan siapa saja yang
menjadi peserta pelatihan.
Contoh rancangan modul psikoedukasi (1)
Contoh rancangan modul psikoedukasi (2)

Plus debrief
Contoh rancangan modul psikoedukasi (3)
Contoh rancangan modul psikoedukasi (4)
Contoh rancangan modul psikoedukasi (5)
Metode-metode Psikoedukasi
1. Ceramah
jika ingin menggunakan metode ceramah
efektif, trainer perlu melibatkan peserta dan
memaksimalkan pemahaman peserta melalui
metode yang diberikan.
Adapun beberapa metode dalam ceramah
yang digunakan sebagai cara untuk
membantu pembelajaran trainee yaitu
demonstrasi, case study, guided teaching,
group inquiry, read and discuss dan
information search.
Metode-metode Psikoedukasi

2. Experiential learning
• Experiential learning diberikan untuk tujuan
pelatihan yang bersifat afektif atau
behavioral.
• Kegiatan inti: refleksi (bayangkan) dan
sharing
• Beberapa metode: role play, diskusi, studi
kasus, simulasi dan games, diskusi
kelompok, latihan individual, presentasi,
modelling (film/ situasi riil).
3. Impelementasi

 Pentingnya kepekaan terhadap kondisi peserta psikoedukasi


 Usahakan terjadi interaksi dengan peserta
 Fokus & rileks
 Hangat & antusias
 Fleksibel dan toleran, terutama ketika terjadi hal-hal tak terduga
4. Monitoring

 Mengobservasi kondisi peserta selama dan setelah mengikuti suatu


psikoedukasi/ pelatihan
 Membuka kesempatan bagi partisipan (siswa atau orang tua) apabila
ada hal-hal yang ingin ditanyakan, didiskusikan, dibantu lebih lanjut

*5. Evaluasi
 dibahas pada sesi ke-3
Lunch Time

Anda mungkin juga menyukai