Anda di halaman 1dari 99

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN

TERHADAP GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA


BAGIAN SPINNING DI PT DELTA DUNIA TEKSTIL
IV KABUPATEN PEKALONGAN 2022

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universiatas Pekalongan

Disusun Oleh :
Nama : Amalia Rahma Al insani

NPM : 0618013591

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN 2022

i
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN
TERHADAP GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA
BAGIAN SPINNING DI PT DELTA DUNIA TEKSTIL
IV KABUPATEN PEKALONGAN 2022

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universiatas Pekalongan

Disusun Oleh :
Nama : Amalia Rahma Al insani

NPM : 0618013591

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pekalongan, 29 Desember 2022


Penulis,

Amalia Rahma Al insani


0618013591

iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Kita masih saja sering merasa tidak akan mampu melewati suatu hal
yang bagi kita itu rintangan, berat, susah, impossible. Tapi kalau diinget
lagi, kita pernah melewati rintangan yang lebih besar dari itu.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya..” (Q.S. al-Baqoroh: 286)

PERSEMBAHAN :

Dengan rasa syukur yang mendalam dengan telah diselesaikannya


skripsi ini penulis mempersembahkannya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Rachmatullah Al oestadjie dan


Ibu Endang Ariasih yang selalu menjadi motivasi dan
penyemangat dalam setiap langkah hidup penulis
2. Nona Amanda Doviana Putri, yang selalu menjadi manusia
favourite, partner in crime setiap langkah hidup penulis.
3. Segenap civitas akademik kampus Universitas Pekalongan
semoga selalu dilancarkan segala urusan
4. Teman-teman penulis baik teman hidup maupun teman
seangkatan semasa kuliah yang telah memberi banyak masukan,
semangat, dan arahan hingga terselesaikan skripsi ini.

v
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Amalia Rahma Al insani

Tempat/ tanggal lahir : Pekalongan, 21 Januari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds. Werdi RT 05 RW 03 Wonokerto Pekalongan

Orang tua : Ayah : Rachmatullah Al Oestadjie

Ibu : Endang Ariasih

Riwayat Pendidikan : 1. TK PGRI Werdi (2004-2006)

2. SDN 02 Werdi (2006-2012)

3. SMPN 1 Wiradesa (2012-2015)

4. SMKN 1 Sragi (2015-2018)

5. Universitas Pekalongan (2018-2023)

vi
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Hubungan Tingkat
Kebisingan Terhadap Gangguan Psikologis Pekerja Bagian
Spinning PT. Delta Dunia Tekstil IV Kabupaten Pekalongan Tahun
2022” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
(S1) Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pekalongan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin


terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat
dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Rr. Vita Nur Latif, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.
2. Rr. Vita Nur Latif, S.KM., M.Kes dan Jaya Maulana, S.KM.,
M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan,
arahan serta saran yang diberikan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Ristiawati, S.KM., M.Kes dan Teguh Irawan, S.KM., M.Kes
atas segala saran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Yuniarti, S.KM., M.Kes selaku dosen wali yang telah
memberikan informasi dan masukan selama perkuliahan ini.
5. Seluruh staff pengajar Prodi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai selama penulis
menempuh pendidikan di Prodi Kesehatan Masyarakat.
6. Pimpinan PT. Delta Dunia Tekstile IV yang telah memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program
magang integrasi skripsi.

vii
7. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan kasih sayang,
doa, nasehat, serta menjadi motivasi dan penyemangat dalam
setiap langkah hidup penulis.
8. Diri sendiri karena tak pernah memutuskan untuk menyerah
sesulit apapun proses penyusunan skripsi ini.
9. Amanda Doviana Putri, yang selalu menjadi support system dan
penyemangat untuk menyelesaikan skripsi penulis.
10. Semua sahabat dan rekan seperjuangan di Angkatan 2018
selama di Jurusan Kesehatan Masyarakat.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini
sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian
ini.
Pekalongan, 25 Juli 2022

Amalia Rahma Al insani

viii
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pekalongan

Amalia Rahma Al insani, Vita Nur Latif, Jaya Maulana

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP

GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA BAGIAN SPINNING DI

PT DELTA DUNIA TEKSTIL IV KABUPATEN PEKALONGAN

TAHUN 2022

ABSTRAK

Latar belakang :

Tujuan Penelitian :
Metode : Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini 84 responden.
Analisis data yang digunakan adalah SPSS 24.0 dengan uji univariant
dan uji bivariant.

Hasil : Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan tingkat


kebisingan terhadap gangguan psikologis pekerja bagian spinning di PT
Delta Dunia Tekstil IV Kabupaten Pekalongan(

Kesimpulan ::

Saran :

Kata Kunci :

ix
Study Program Of Public Health
Faculty of Health Science
University Of Pekalonan

Amalia Rahma Al insani, Rr. Vita Nur Latif, Jaya Maulana


ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP BETWEEN NOISE LEVEL
AND PSYCHOLOGICAL DISORDERS OF WORKERS IN
SPINNING AT PT DELTA DUNIA TEXTILE IV PEKALONGAN
REGENCY IN 2022

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................... iv


MOTTO ..................................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................ vi


KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 7
1.4 Tujuan .......................................................................................... 7
1.5 Manfaat ........................................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 9
1.7 Penelitian Terdahulu yang Sejenis ................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 12


2.1 Kebisingan .................................................................................. 12
2.1.1 Definisi Kebisingan ..................................................................... 12
2.1.2 Tipe Kebisingan .......................................................................... 12
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan ..................................... 14
2.1.4 Sumber Bising............................................................................. 15
2.1.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan .................................................. 16

xi
2.1.6 Pengaruh Kebisingan................................................................... 17
2.1.7 Pengukuran Kebisingan ............................................................... 20
2.2 Gangguan Psikologis .................................................................. 24
2.2.1 Pengertian Gangguan Psikologis ................................................. 24
2.2.2 Ciri-ciri Gangguan Psikologis ..................................................... 26
2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Gangguan Psikologis ............................. 28
2.2.4 Macam-macam Gangguan Psikologis .......................................... 30
2.3 Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Gangguan Psikologis .... 31
2.4 Kerangka Teori ........................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 34


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 34
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................... 34
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional ................................................................... 36
3.5 Jenis dan Perancangan Penelitian................................................ 37
3.6 Populasi dan Sampel................................................................... 37
3.7 Instrumen Penelitian ................................................................... 38
3.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 40
3.9 Analisis Data .............................................................................. 42

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 46


4.1 Gambaran Umum Perusahaan..................................................... 46
4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Delta Dunia Tekstil IV ... 48
4.3 Struktur Organisasi P2K3 ........................................................... 50
4.4 Tata Letak Mesin........................................................................ 50
4.5 Karakteristik Obyek Penelitian ................................................... 51
4.6 Hasil Analisis ............................................................................. 51
4.7 Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................ 57
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................... 58
5.1 Analisis Univariat ....................................................................... 58
5.2 Analisis Bivariat.......................................................................... 58

xii
BAB VI PENUTUP ................................................................................. 63
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 63
6.2 Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 65
LAMPIRAN ............................................................................................ 69

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis. .............................................. 9
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan................................................ 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 36
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................... 51
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ....................... 51
Tabel 4.3 Tingkat Kebisingan ................................................................... 52
Tabel 4.4 Gangguan Psikologis ................................................................. 52

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sound Level Meter. ............................................................... 23
Gambar 3.1 Kerangka Teori...................................................................... 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep......................................................................34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi P2K3 ....................................................... 50
Gambar 4.2 Layout Ruang Produksi .......................................................... 50

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Ijin Penelitian ........................................................................................... 54
Surat Persetujuan Ethical Clearence ......................................................... 55
Kuesioner DASS 42 ................................................................................. 71
Dokumentasi Foto .................................................................................... 75
Hasil SPSS ............................................................................................... 77
Master Tabel Penelitian ............................................................................ 79

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan kerja mempunyai tujuan agar pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial. Tujuan tersebut

dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitasi terhadap penyakit

atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan,lingkungan

kerja serta penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika

tiga komponen kesehatan berupa kapasitas dari pekerja,beban kerja dan

lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Wahyuni, Suyadi

and Hartanto, 2018).

Keadaan seseorang dinyatakan sehat apabila, terpenuhnya batas- batas

parameter dari kondisi sehat secara medis. Kesehatan yaitu keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keluhan kesehatan adalah

keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik

karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak

mempunyai keluhan) atau hal lain (BPS, 2012).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

alat proses produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Berdasarkan PERMENAKER

No.13/MEN/X/TAHUN 2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika

dan kimia di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan NAB kebisingan sebesar 85

1
2

dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima

oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu (Kuswana dalam Siswati, 2017).

Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya

menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, seperti mesin blowing, carding,

roving, spinning, dan winding. Pengoperasian mesin-mesin yang digunakan

dalam proses produksi, akan menimbulkan kebisingan. Kebisingan tersebut

dapat menimbulkan gangguan pendengaran, gangguan psikologis, dan

gangguan lainnya. Mesin dalam proses produksi industri textile yang biasa

menimbulkan kebisingan adalah mesin spinning.

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin spinning, dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, yaitu gangguan fisiologis, psikologis, komunikasi dan

sampai ketulian permanen (patologis organis). Gangguan fisiologis terjadi

karena adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, pucat dan

gangguan sensoris. Gangguan psikologis akan menimbulkan, rasa tidak

nyaman, kurang konsentrasi, dan emosi. Gangguan akibat kebisingan jika

dibiarkan terus menerus, tidak hanya menyebabkan gangguan pendengaran

hingga ketulian pada tenaga kerja, tetapi juga dapat meningkatkan risiko

kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009).

Menurut Tarwaka, dkk (2004) menyatakan bahwa intensitas kebisingan

yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan kelelahan dini, gelisah,

sakit kepala, cepat marah sehingga kehilangan konsentrasi dalam melakukan


3

pekerjaan. Maka semakin tinggi intensitas kebisingan memungkinkan berakibat

terjadinya penurunan konsentrasi kerja yang tinggi pula. Hilangnya konsentrasi

dalam melakukan aktivitas kerja dapat menimbulkan dampak yang sangat besar

berupa terjadinya kecelakaan kerja. Ketika terjadi kecelakaan kerja, pihak

individual maupun pihak perusahaan akan mengalami beberapa kerugian baik

secara financial maupun non financial, seperti hilangnya pekerjaan, tidak

berfungsinya salah satu anggota badan atau panca indera, hal terburuk adalah

sampai pada kematian tenaga kerja. Sedangkan bagi perusahaan, kecelakaan

kerja dapat menghambat aktivitas para pekerja lainya sehingga dapat

menurunkan produktivitas kerja, terkait masalah hukum sampai pada

ditutupnya perusahaan.

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 sebagai undang-undang utama

mengenai K3 yang mencakup kesehatan mental yang terdapat pada pasal 8 ayat

1 yaitu pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental

dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan

dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. Dari

bunyi pasal tersebut dapat diartikan bahwa tempat kerja harus memperhatikan

serta memeriksakan kondisi mental pekerja dan apabila terjadi pemindahan

pekerja dilakukan dengan memperhatikan sifat pekerjaan yang akan diberikan.

Berdasarkan laporan WHO (2016) dalam Aditama dan Hastuti (2015),

diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja di negara industri terpapar

bising melebihi 90 dBA di tempat kerjanya. Lebih dari 30 juta orang di Amerika

terpapar bising 85 dBA atau lebih (NIOSH, 1998). Perkiraan 2.1 juta orang
4

dimasukan ke rumah sakit karena mengalami masalah psikologis. Di Amerika

sendiri 20% individu mengalami masalah psikologis yang tergolong parah

sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-sehari dan 40% individu yang lain

mengalami sedikit masalah psikologis golongan sedang.

Dinas Ketenagakerjaan Amerika Serikat memperkirakan terdapat 500 ribu

pekerja terpapar kebisingan di atas 100 dBA dan lebih dari 800ribu pekerja

terpapar kebisingan di atas 95–100 dBA hanya pada industri manufaktur.

Tingkat keterpaparan kebisingan cenderung tinggi pada negara berkembang

seperti Indonesia daripada negara maju seperti Jerman karena pengendalian

kebisingan secara teknik belum dilakukan secara meluas (ILO Encyclopaedia

of Occupational Health and Safety, 2011).

Susanti (2010) juga telah melakukan penelitian serupa di Unit NPK

Granulasi 3 PT Petrokimia Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kebisingan unit mencapai 99,4 dBA dan menimbulkan beberapa keluhan

subyektif pada 17 pekerjanya seperti keluhan fisiologis sebesar 23,5% dan

keluhan psikologis sebesar 82,4%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Yuniastri Ayu Permatasari (2013) di PT X Jawa Tengah di dapatkan gangguan

psikologis yang dialami pekerja hanya dirasakan oleh pekerja yang bekerja di

lingkungan kerja yang bising (diatas NAB) yaitu 28 orang (57%) dan yang tidak

mengalami gangguan kebisingan sebanyak 21 orang (43%) dengan tingkat

kebisingan di bagian weaving loom adalah 100,6 dBA. Berdasarkan penelitian

Johan Amir (2019), mayoritas pekerja mengalami gejala stress kerja sebesar

63,3% responden, intensitas kebisingan 85,54 dBA diperoleh nilai p-value


5

0,878 kelelahan kerja yang dialami pekerja sebesar 36,7% dan beban kerja

mental yang dialami pekerja sebesar 68,3% responden.

Penelitian lain dilakukan oleh Darlani (2017) di PT Primatexco Indonesia

ditemukan sebanyak 14 pekerja mengalami keluhan gangguan psikologis dan

hanya 1 orang yang tidak mengalami keluhan gangguan psikologis akibat

kebisingan. Dari 14 pekerja yang mengalami keluhan gangguan psikologis

tersebut didapatkan 14 pekerja (93,3%) mengalami rasa tidak nyaman, 8 pekerja

(57,1%) mengalami gangguan konsentrasi, 5 pekerja (33,3%) mengalami

gangguan emosi atau cepat marah, 13 pekerja (86,6%) mengalami gangguan

tidur akibat terpapar kebisingan di tempat kerja.

PT Delta Dunia Tekstil IV merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri pemintalan benang (spinning). Industri pemintalan adalah industri yang

memproses bahan baku serat untuk dijadikan benang sebagai bahan baku untuk

ditenun atau dirajut. PT Delta Dunia Tekstil IV berlokasi di Jl. Sepait Rembun,

Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah, 51137 dimana mulai pembangunan pada

tahun 2017 kemudian pada 1 Januari 2018 pabrik sudah mulai beroperasi

memproduksi benang (spinning). Di perusahaan ini terdapat berbagai jenis

pekerjaan yang dibagi dalam beberapa departemen antara lain adalah Blowing,

Carding, Drawing, Roving, Ring Spinning, Winding, Packing dimana tugas dari

tiap departemen berbeda-beda.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan penyebaran

kuesioner DASS 42 pada karyawan bagian spinning sejumlah 10 responden

didapatkan 3 responden kategori gangguan psikologis ringan dan 6 responden


6

kategori gangguan psikologis sedang. Selain itu, di departemen spinning

terdapat tuntutan dalam proses kerja dan kondisi ruangan yang sangat bising.

Pada salah satu proses produksi di bagian spinning telah menggunakan

mesin-mesin yang menimbulkan suara keras, selain itu para pekerja juga harus

menyelesaikan pekerjaannya dengan posisi berdiri dan harus menyelesaikan

pekerjannya dengan tepat waktu. Dari survei terdahulu didapatkan hasil

pengukuran kebisingan di bagian Spinning yaitu sebesar 93 dBA. Tampak jelas

dari hasil pengukuran yang telah dilakukan peneliti sebelumnya bahwa di

bagian spinning telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan

yaitu 85 dBA.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai Analisis Hubungan Tingkat Kebisingan terhadap Gangguan

Psikologis Pekerja di Bagian Spinning PT Delta Dunia Textile IV.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Peningkatan kebisingan di industry tempat kerja dapat mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat menimbulkan gangguan

psikologis pekerja.

2. Laporan dari WHO, terdapat beberapa kasus kebisingan yang melebihi Nilai

Ambang Batas (NAB) di industry tempat kerja.

3. Darlani (2017) melakukan penelitian di PT Primatexco Indonesia

ditemukan sebanyak 14 pekerja mengalami keluhan gangguan psikologis


7

dan hanya 1 orang yang tidak mengalami keluhan gangguan psikologis

akibat kebisingan. Dari 14 pekerja yang mengalami keluhan gangguan

psikologis tersebut didapatkan 14 pekerja (93,3%) mengalami rasa tidak

nyaman, 8 pekerja (57,1%) mengalami gangguan konsentrasi, 5 pekerja

(33,3%) mengalami gangguan emosi atau cepat marah, 13 pekerja (86,6%)

mengalami gangguan tidur akibat terpapar kebisingan di tempat kerja.

4. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan penyebaran

kuesioner DASS 42 pada karyawan bagian spinning sejumlah 10 responden

didapatkan 3 responden kategori gangguan psikologis ringan dan 6

responden kategori gangguan psikologis sedang. Selain itu, di departemen

spinning terdapat tuntutan dalam proses kerja dan kondisi ruangan yang

sangat bising.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

tingkat kebisingan terhadap gangguan psikologis pekerja bagian spinning di PT

Delta Dunia Tekstile IV.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat kebisingan terhadap gangguan psikologis

pekerja di bagian spinning PT Delta Dunia Tekstile IV.


8

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik pekerja pada bagian spinning PT Delta

Dunia Tekstil IV.

b. Mendeskripsikan tingkat kebisingan pada bagian spinning PT Delta

Dunia Tekstil IV.

c. Mendeskripsikan gangguan psikologis pekerja bagian spinning PT Delta

Dunia Tekstil IV.

d. Menganalisa hubungan tingkat kebisingan terhadap gangguan

psikologis pekerja.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi,

bahan bacaan, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah wawasan

pengetahuan dan sebagai sarana bagi peneliti selanjutnya di bidang

kesehatan masyarakat, khususnya mengenai pengetahuan tentang

kebisingan di tempat kerja dan prosesnya dalam mempengaruhi gangguan

psikologis pekerja.

b. Praktis

Dapat menerapkan ilmu yang sudah dipelajari selama perkuliahan di

Universitas Pekalongan dan menambah pengetahuan terutama mengenai

faktor yang berhubungan dengan tingkat kebisingan terhadap gangguan

psikologis pekerja di PT Delta Dunia Tekstile IV.


9

c. Strategis

Diharapkan pihak PT Delta Dunia Tekstile IV dapat memperhatikan

lingkungan kerja bising agar tidak melebihi NAB sehingga tidak

menimbulkan pengaruh pada kesehatan tenaga kerja terutama gangguan

psikologis kerja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di PT Delta Dunia Tekstile IV, Jl. Sepait

Rembun, Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan dari

bulan maret 2022 sampai dengan bulan April 2022. Ruang lingkup penelitian

ini dibatasi dalam proses spinning pada bagian ring spinning. Populasi

penelitian sejumlah 553 pekerja dengan sampel yang di ambil sejumlah 84

pekerja. Penelitian ini membahas hubungan tingkat kebisingan terhadap

gangguan psikologis pekerja di PT Delta Dunia Tekstile IV.

1.7 Penelitian Terdahulu


Tabel 1.Penelitian Terdahulu
No. Judul Variabel Desain Waktu dan Hasil
Penelitian Tempat
1. HUBUNGAN Intensitas Cross Di PT 31 responden
ANTARA kebisingan Sectional Jansen yang bekerja
INTENSITAS dan Indonesia di tempat
KEBISINGAN gangguan kerja dengan
DENGAN psikologi intenistas
GANGGUAN kebisingan di
PSIKOLOGIS atas Nilai
PADA PEKERJA Ambang
DI BAGIAN Batas
FINISHING PT. Keputusan
JANSEN Menaker No.
INDONESIA Kep
51/MEN/1999
tentang faktor
fisik di tempat
kerja,
sebanyak 21
orang (67,%)
mengalami
10

gangguan
psikologis
kategori
sedang dan 6
orang (19,4%)
mengalami
gangguan
psikologis
kategorri
tinggi.
Terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
intensitas
kebisingan
dengan
gangguan
psikologis
pada pekerja
di bagian
finishing PT.
Jansen
Indonesia
2. NOISE AND Tingkat Cross PT. X pengukuran
SUBJECTIVE kebisingan Sectional Kabupaten kebisingan di
COMPLAINTS OF dan Probolinggo lingkungan
WORKERS AS gangguan kerja
EFFORT TO subjektif non menunjukkan
CONTROL THE auditory. dari 5 area di
OCCURRENCE OF bagian
NOISE INDUCED produksi
PERMANENT hanya 3 area
THRESHOLD yang
SHIFT (NIPTS) memiliki nilai
rata-rata
kebisingan
lebih dari 85
dBA yaitu
WW1, WW2,
dan WW3.
Sedangkan
keluhan
subyektif
(non auditory)
yang diderita
pekerja
terbanyak
berada pada
mereka
dengan
intensitas
kebisingan
lebih dari 85
11

dBA dan
berada pada
area kerja
WW2 dan
WW1.
3. KEBISINGAN Pajanan Cross PT Terdapat
DAN GANGGUAN kebisingan, Sectional Primatexco hubungan
PSIKOLOGIS gangguan Indonesia antara
PEKERJA psikologis kebisingan
WEAVING LOOM dengan
DAN INSPECTION gangguan
PT. PRIMATEXCO psikologis
INDONESIA pekerja.

4. Hubungan Intensitas Intensitas Cross Semarang Terdapat


Kebisingan Dengan kebisingan Sectional hubungan
Gangguan dan yang
Psikologis Pekerja gangguan bermakna
Departemen psikologi antara
Laundry Bagian
Washing PT. X intensitas
Semarang kebisingan
dengan
gangguan
psikologis.
5. Investigating the Pajanan Deskriptif Blue paparan
effect of noise kebisingan analitik Mountains kebisingan
exposure on mental dan Hearing dapat
disorders and the gangguan Study menyebabkan
work ability index psikologi (BMHS) peningkatan
among industrial tekanan
workers psikologis
dan
penurunan
indeks
kemampuan
kerja pada
pekerja.

6. Hearing Impairment Pajanan Cross Bosnia and pekerja yang


Caused by Noise at kebisingan, Sectional Herzegovina lebih tua dan
the Workplace usia, pekerja
gangguan dengan
pendengaran pengalaman
kerja yang
lebih lama
memiliki
gangguan
pendengaran
yang lebih
besar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebisingan

2.1.1 Definisi Kebisingan

Kebisingan atau Noise merupakan bunyi yang tidak dikehendaki

(Aperti, 2018). Pada suatu kegiatan industri bunyi dan suara yang tidak

dikehendaki tersebut dapat berasal dari getaran alat-alat yang digunakan

pada proses produksi (Aperti, 2018). Menurut Soemirat (2011),

kebisingan adalah campuran suara yang tidak dikehendaki dan dapat

merusak kesehatan. Menurut PerMenaKer No. 5 Tahun 2018 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, kebisingan

merupakan bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

yang digunakan pada proses produksi atau alat-alat kerja yang digunakan

pada tingkat tertentu dan dapat menyebabkan ganguan pendengaran pada

manusia.

Beberapa ahli mendefinisikan bising secara subyektif sebagai bunyi

atau tidak diinginkan, tidak disukai, dan mengganggu. Secara obyektif

bisisng terdiri atas getaran bunyi komplek yang terdiri atas berbagai

frekuensi dan amplitudo, baik getarannya yang bersifat periodik maupun

nonperiodik (Jenny, Bashirudin 2009).

2.1.2 Tipe Kebisingan

Jenis Kebisingan berdasarkan intesitas bising dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis (Suma'mur, 2009) yaitu:

12
13

a. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas, dll

b. Bising intermitten (terputus-putus) yang terjadi tidak terus menerus

seperti lalu lintas, suara pesawat terbang.

c. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40

dB dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya

seperti suara senapan, mercon, dll.

d. Bising Impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada

periode yang sama seperti suara senapa, mercon, dll

Sedangkan menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005:7) di

tempat kerja, kebisingan diklasisfikan ke dalam dua jenis golongan

besar yaitu:

- Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu:

kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise),

berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam, dan

Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi

terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada”murni).

- Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi

tiga yaitu: kebisingan (fluktuatif noise), kebisingan yang selalu

berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. Intermittent noise,

kebisingan yang terpurus-putus dan besarnya dapat berubah-

ubah, contoh kebisingan lalu litas. Impulsive noise, dihasilkan

oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga)


14

dalam waktu relative singkat, misalnya suara ledakan senjata

api.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kebisingan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara

lain : (Buchory, 2007)

a. Intensitas

Intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding

langsungdengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan

getaran dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan

bunyi di ukur dengan logaritma dalam desibel (dB).

b. Frekuensi

Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara

16-20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000 Hertz.

c. Durasi

Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan

berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga

dalam.

d. Sifat

Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,

berfluktuasi, dan intermiten). Bising impulsif (satu/lebih lonjakan

energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.


15

2.1.4 Sumber Bising

Sumber bising dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya. Kebisingan

yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang

berbeda dari suatu model ke model lain (Sasongko & dkk, 2000).

pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan

rumah tangga. Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (Tambunan 2005):

a. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin yakni

kebisingan dari beroperasinya mesin-mesin yang digunakan

dalam suatu proses produksi.

b. Benturan antara alat kerja dan benda kerja merupakan

kebisingan yang ditimbulkan oleh getaran yang ditimbulkan

akibat dari gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan

bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, batang torsi, piston, fan,

bearing, dan lain-lain.

c. Pergerakan udara, gas dan cairan dalam kegiatan proses kerja

industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas

buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

d. Manusia merupakan kebisingan yang jika dibandingkan dengan

sumber kebisingan lainnya, tingkat kebisingan suara manusia

memang jauh lebih kecil. Namun demikian, suara manusia tetap

diperhitungkan sebagai sumber bising di tempat kerja.


16

2.1.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang batas adalah standar factor tempat kerja yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam

sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999).

Setiap negara telah menetapkan sendiri ketentuan tentang NAB

kebisingan di negaranya dan NAB kebisingan di Indonesia yang

diperbolehkan adalah 85 dBA berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. Per. 13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan faktor kimia di Tempat Kerja padapasal 5.

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA


8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

Sumber : PERMENAKER No. Per. 13/Men/X/2011 tahun 2011


17

Untuk melindungi pekerja dari efek kebisingan yang membahayakan,

maka sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) tentang kebisingan juga

telah diatur secara internasional oleh ISO (International Standard

Organization) dan OSHA (Occupational Safety and Health Association),

yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan menurut OSHA dan ISO 140001

Intensitas (dB) Waktu kerja


ISO OSHA (jam)
85 90 8
- 92 6
88 95 4
- 97 3
91 100 2
94 105 1
97 110 0,5
Sumber: http://www.osha.gov/SLTC/noisehearingconservation/

2.1.6 Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya

gangguangangguan seperti di bawah ini (Departemen Kesehatan RI,

2003:MI-2:37):

1. Gangguan Psikologis

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi

kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi

konsentrasi (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:33), dapat

mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan

karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu


18

konsentrasi (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:250)

sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban

dan tidak mau untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu

perhatian tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan

terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat

kesalahan-kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan

yang tidak terkendalikan dengan baik, juga dapat menimbulkan efek

lain yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja

(Suma’mur P.K., 1996:67). Suara yang terlalu bising dan

berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi daerah di dekat area

penerimaan pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi

suara gemuruh dan berdenging, dengan timbulnya sensasi suara ini

akan menyebabkan pulan stimulasi nucleus ventralateralis thalamus

yang akan menimbulkan inhibisi impuls dari kumparan otot dengan

kata lain hal ini akan mengerakkan atau menguatkan sistsystemibis

atau penghambat yang berada pada thalamus.

2. Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul

akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak

dapat didengar secara jelas, pembicara terpaksa berteriakteriak

selain memerlukan ekstra tenaga juga menambah kebisingan

(Departemen Kesehatan RI, 2003: MI-2:37). Contoh gangguan

fisiologis: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi


19

meningkat, vaso kontriksi prmbuluh darah (semutan), otot menjadi

tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini

sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia

terhadap keadaan bahaya secara spontan (Benny, et al., 2002).

3. Gangguan Komunikasi

Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang paling

menonjol adalah menimbulkan ketulian yang bersifat sementara

hingga permanen (Departemen Kesehatan, 2003). Kebisingan dapat

menurunkan daya dengar, dan tuli akibat kebisingan (Budiono,

2003). Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah

kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan

ketulian progresif. Pemulihan terjadi secara cepat sesudah

dihentikan kerja di tempat bising untuk efek kebisingan sementara.

Tetapi paparan bising terus menerus berakibat kehilangan daya

dengar yang menetap dan tidak pulih kembali, biasanya dimulai

pada frekuensi sekitar 4000Hz dan kemudian menghebat dan meluas

ke frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang

digunakan untuk percakapan (Suma'mur, 1996). Di tempat kerja,

tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat merusak

pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan

(tingkat kebisingan 80s/d 90 dBA atau lebih dapat membahayakan

pendengaran).
20

2.1.7 Pengukuruan Kebisingan

a. Tujuan Pengukuran

Pengukuran kebisingan penting dilakukan untuk mengidentifikasi

bahaya kebisingan di tempat kerja sehingga dapat dijadikan sebagai

dasar acuan perlunya pengendalian kebisingan. Pengukuran

kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran pada

suatu waktu dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan.

Pengukuran ini hanya menunjukkan rata-rata paparan kebisingan

terhadap pekerja ketika bekerja selama 8 jam per hari tetapi tidak

menunjukkan paparan kebisingan terhadap masing-masing pekerja.

b. Alat Ukur Pengukuran

Ada 2 cara untuk mengukur kebisingan di tempat kerja,yaitu :

1. Sound Level Meter

Alat ini dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan pada saat

tertentu. Biasanya alat ini digunakan untuk mengidentifikasi

tempat-tempat yang tingkat kebisingannya lebih tinggi dari

aturan batas maksimum yakni 85 dBA. Alat ini terdiri dari

microphone, alat penunjuk elektronik, amplifier, skala

pengukuran A,B,C.

5. Skala pengukuran A : untuk memperlihatkan perbedaan

kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang

menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah.


21

6. Skala pengukuran B : untuk memperhatikan kepekaan telinga

untuk bunyi dengan intesitas sedang.

7. Skala pengukuran C : untuk skala degan intensitas tinggi

(Anizar, 2009)

2. Dosimeter Personal

Dosimeter adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat

kebisingan yang dialami pekerja selama kerja shift. Alat ini

dipakai untuk mengukur shift dengan jam kerja selama 8 jam, 10

jam, 12 jam atau berapapun lamanya. Dosimeter dipasang pada

sabuk pinggang dan sebuah microphone kecil dipasang dekat

telinga. Dosimeter mengukur jumlah bunyi yang didengar

pekerja-pekerja selama bekerja shift.

Sound level meter dan dosimeter akan memberikan hasil

berupa angka yang dapat dibandingkan dengan aturan batas

maksimum (85 dBA untuk shift selama 8 jam per hari, 40 jam per

minggu batasnya akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih

lama).

c. Cara Mengukur

Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi

kerja, yaitu :

1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi

ambang batas hanya pada beberapa lokasi saja, misalnya


22

kompresor atau generator. Jarak pengukuran dari sumber harus

dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu

juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang

digunakan.

2. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh

data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik

sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh

lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa

kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m.

kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk

memudahkan identitas (Harrianto, 2009).

3. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat

dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat

menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan

area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet

pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.

Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan

kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas

dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang

tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan

intensitas antara 85 – 90 dBA.


23

Gambar 2.1: Sound Level Meter


(Sumber: Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005)
Cara pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM)

adalah :

a. Hidupkan sound level meter.

b. Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi

baik.

c. Pastikan skala pembobotan

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon sound level meter dengan

karakteristik sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi

relatif konstan).

e. Posisikan mikropon sound level meter setinggi posisi telinga

manusia yang ada di tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi

dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

f. Arahkan mikropon sound level meter dengan sumber bunyi sesuai

dengan karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus dengan


24

sumber bunyi, 70⸰-80⸰ dari sumber bunyi).

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (sound pressure level) atau tingkat

tekanan bunyi sinambung setara (Leq). Sesuaikan dengan tujuan

pengukuran.

h. Catat hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data.

2.2 Gangguan Psikologis

2.2.1 Pengertian Gangguan Psikologis Manusia Modern

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikologis berarti

berkenaan dengan psikologi bersifat kejiwaan yang disebabkan oleh

faktor-faktor (KBBI, 2002: 901). Menurut Mubarok, yang dimaksud

gangguan psikologis manusia modern yaitu ketidakberdayaan

manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju

tanpa dapat dihentikan sehingga manusia modern seperti itu

sebenarnya manusia yang sudah kehilangan makna, manusia

kosong, manusia yang resah setiap kali harus mengambil keputusan,

manusia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih

jalan hidup yang diinginkan (Mubarok,2000: 6).

Beberapa padanan kata yang dipakai untuk menunjukkan

gangguan psikologis di antaranya: gangguan jiwa, gangguan mental,

penyakit jiwa, gangguan psikiatrik dan gangguan psikopatologi. Di

masyarakat umum terkenal istilah "gangguan saraf" (seperti juga

dalam bahasa Belanda "zenuwziekte" atau "zenuw inzinking" dan

dalam bahasa Inggris "nervous breakdown") atau "gangguan


25

ingatan" yang berasal dari zaman dahulu sewaktu belum dapat

dibedakan penyebab gangguan jiwa dari penyakit saraf (ilmu

penyakit saraf = nerologi) (W.E. Maramis, 1980: 93).

Yahya Jaya mengungkapkan bahwa dalam istilah kesehatan

mental, gangguan psikologis/gangguan kejiwaan berarti kumpulan

dari keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan

kejiwaan, maupun kejasmanian. Keabnormalan tersebut terjadi tidak

disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan,

meskipun gejala-gejalanya terlihat pada fisik, tetapi disebabkan oleh

keadaan jiwa dan jasmani yang terganggu. Secara garis besar

keabnormalan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu gangguan

kejiwaan, dan sakit kejiwaan, atau neurosa, dan psikosa. Neurosa

berkaitan dengan gangguan kejiwaan pada perasaan (maradh nafsi),

dan psikosa dengan gangguan pikiran (maradh 'aqli). Gejala-gejala

yang dapat dilihat dari kedua jenis gangguan kejiwaan ini antara lain

ketegangan batin, rasa putus asa dan murung, gelisah, perbuatan-

perbuatan yang terpaksa, histeris, rasa lemah dan tidak mampu

mencapai tujuan, takut, dan pikiran-pikiran buruk yang meliputi

jiwa dan kepribadian seseorang. Penderita neurosa terganggu

perasaannya, tetapi ia masih mengetahui dan merasakan kesukaran

yang dihadapinya, sehingga kepribadiannya tidak memperlihatkan

kelainan yang berarti, dan masih berada dalam alam kenyataan.

Sedangkan penderita psikosa pikirannya terganggu, sehingga


26

kepribadiannya tampak tidak bulat, karena integritas kehidupannya

tidak berada dalam alam kenyataan yang sesungguhnya (Jaya, 1995:

21).

Menurut Daradjat (1988: 33) gangguan jiwa termasuk bagian

keabnormalan, oleh karena itu keabnormalan ada dua macam:

pertama, gangguan jiwa (neurose); dan kedua, penyakit jiwa

(psychose). Merujuk pada pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa gangguan psikologis dimaknakan sebagai keadaan adanya

kekurangan dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini, orang

yang menunjukkan kurang dalam hal kesehatan mentalnya, maka

dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan psikologis.

2.2.2 Ciri-Ciri Gangguan Psikologis

Daradjat mengklasifikasikan gangguan psikologis dengan

menyertakan ciri-cirinya sebagai berikut :

Pertama, bentuk-bentuk gangguan psikologis dengan ciri-ciri

yaitu:

- Neurasthenia yaitu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

kelelahan fisik dan mental yang kronis walaupun tidak ditemukan

sebab-sebab fisik.

- Histeria yaitu gangguan jiwa yang ditandai dengan

ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan sugestibilitas.


27

- Psychastenia yaitu semacam gangguan jiwa yang bersifat

paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap

alam keadaan integrasi yang normal.

- Gagap berbicara (Stuttering).

- Ngompol (buang air yang tidak disadari).

- Kepribadian psikopat yaitu ketidak mampuan menyesuaikan diri

secara mendalam dan kronis.

- Keabnormalan seksuil.

Kedua, fenomena dengan ciri sebagai berikut :

- Neurasthenia. Fenomenanya: (seluruh badannya letih, tidak

bersemangat, lekas payah walaupun sedikit tenaga yang

dikeluarkan, perasaan tidak enak, lekas marah, apatis, acuh tak

acuh terhadap persoalan, dan sangat sensitif terhadap suara keras

atau cahaya terang).

- Histeria. Fenomenanya: (lumpuh hysteria, cramp hysteria,

kejang hysteria, mutism (hilang kesanggupan berbicara),

amnesia (hilang ingatan), double personality (kepribadian

kembar), fugue (mengelana tidak sadar), somnambulism

(berjalan-jalan sedang tidur).

- Psychastenia. Fenomenanya : phobia (rasa takut yang tidak

masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan

ketakutannya). Penderita tidak mengetahui mengapa ia takut,

seperti takut di tempat yang tinggi, takut di tengah-tengah


28

keramaian, takut melihat darah, takut binatang kecil, dan

sebagainya). Obsesi yaitu gangguan jiwa di mana penderita

dikuasai oleh pikiran yang tidak dapat dihindari. Kompulsi yaitu

gangguan jiwa yang disebabkan seseorang melakukan sesuatu,

baik perbuatan tersebut masuk akal maupun tidak masuk akal.

Apabila perbuatan tersebut belum dilakukan, maka orang

tersebut akan menderita.

- Gagap berbicara (Stuttering). Fenomenanya: penderita terputus-

putus atau terulang-ulang dalam bicaranya.

- Ngompol (buang air yang tidak disadari). Fenomenanya: dalam

mimpinya penderita membuang air kecil, tetapi sebenarnya ia

buang air kecil sungguhan.

- Kepribadian psikopat. Fenomenanya: melimpahkan kesalahan

kepada orang lain, tidak bertanggung jawab/egois, agresif, dan

tidak peduli pada orang lain.

- Keabnormalan seksuil. Fenomenanya: onani (masturbasi), homo

seksuil, sadism (Daradjat, 2004 : 33).

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Psikologis

Terdapat 3 asumsi dalam kajian psikopatologi, yaitu :

a. Asumsi yang dikembangkan oleh aliran psikoanalisis, dengan tokohnya

Sigmund Frued. Aliran ini berasumsi bahwa pada dasarnya jiwa

manusia itu sakit kecuali dalam kondisi tertentu dia dinyatakan sehat.

Jiwa manusia dilahirkan dalam kondisi jahat, buruk, bersifat negatif


29

atau merusak. Agar berkembang ke arah positif, maka jiwa manusia

memerlukan bantuan yang bersifat impersonal dan mengarahkan.

Asumsi ini bersifat pesimistik.

b. Asumsi yang dikembangkan oleh aliran psikobehavioristik radikal,

dengan tokohnya B.F. Skinner. Asumsi kedua ini menyatakan bahwa

jiwa, manusia dilahirkan dalam kondisi netral, seperti kertas putih.

Lingkunganlah yang menentukan arah perkembangan dan pertumbuhan

jiwa tersebut. Asumsi kedua ini lebih bersifat netral dan dikenal sebagai

asumsi yang deterministik.

c. Asumsi yang dikembangkan oleh aliran psikohumanistik dengan

tokohnya Abraham Maslow dan Carl Rogers. Asumsi ini berpendapat

bahwa jiwa manusia dilahirkan dalam kondisi sadar, bebas,

bertanggung jawab yang dibimbing oleh daya-daya positif yang berasal

dari dirinya sendiri ke arah pengembangan seluruh potensi

manusiawinya secara penuh. Asumsi ketiga ini lebih bersifat optimistis

(Sururin, 2004:151).

Menurut Kartono (2005: vii) gangguan-gangguan psikologis itu pada

intinya hampir tidak pernah disebabkan oleh satu kausa (sebab) yang

tunggal, akan tetapi selalu disebabkan oleh multi faktor, yaitu faktor

organis atau fisis (jasmaniah), psikis (gangguan jiwa), dan faktor sosio-

kultural (masyarakat, lingkungan, keluarga dan budaya).


30

2.2.4 Macam-Macam Gangguan Psikologis

Terdapat macam-macam gangguan psikologis, yaitu :

1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)

Gangguan mental dimana kekhawatiran atau kecemasan tidak lagi

bisa dihentikan atau dikontrol oleh individu. Dapat terjadi di

sepanjang rentang kehidupan dan biasanya dibarengi dengan

gangguan lainnya, seperti depresi dan penyalahgunaan obat-obat.

Terdapat 5 gangguan kecemasan mayor, yaitu :

a. Panic disorder adalah episode cepat dimana muncul

kecemasan yang sangat tanpa alasan yang jelas.

b. Phobic disorder adalah ketakutan irasional yang kuat terhadap

objek spesifik atau situasi spesifik, disebut phobias

c. Generalized anxiety disorder (GAD) adalah keadaan konstan

dimana muncul kecemasan dalam golongan sedang.

d. Obsessive-compulsive disorder adalah tindakan dan pikiran

yang berulang, tindakan yang tidak diinginkan, dan membuat

stress.

e. Post-traumatic stress disorder dimana terjadi pada individu-

individu yang mengalami atau menyaksikan peristiwa

traumatis. Kemudian mengalami kembali kejadian melalui

mimpi buruk, kilas balik, dan menghindari situasi atau orang-

orang yang memicu kilas balik.


31

2. Gangguan Mood

Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang

mewarnai kehidupan psikologis kita. Orang dengan gangguan mood

(mood disorder) mengalami gangguan mood yang luar biasa parah

atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk

berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.

Gangguan mood yang paling umum adalah depresi. Ditandai

dengan suasana hati yang negatif ekstrim dan persisten, disertai

dengan ketidakmampuan mengalami kesenangan ketika

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dapat

dinikmati (Kramlinger, 2001).

Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada

awal masa kanak-kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang

terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini

mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya

adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi

diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan.

Lama-lama ia malah marah pada dirinya sendiri, merasa bersalah.

2.3 Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Gangguan Psikologi

Bising berpengaruh terhadap masyarakat terutama masyarakat

pekerja yang terpajan bising, sehingga dapat menimbulkan berbagai

gangguan kesehatan secara umum, antara lain gangguan pendengaran,

gangguan fisiologi lain serta gangguan psikologi. Gangguan psikologi


32

dapat bertambah apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan

mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenangkan

dan melelahkan. Hal tersebut diatas dapat menimbulkan gangguan

kecemasan, emosional, dan stress.

Stressor lingkungan (seperti paparan kebisingan berkepanjangan)

dan mengakibatkan peningkatan sekresi kortisol (glukukortikoid).

Kortisol sendiri adalah zat yang bertanggung jawab dalam sistem umpan

balik negatif yang sifatnya langsung terhadap hipotalamus untuk

menurunkan sekresi CRF (Cortisol Releasing Factor) dan hipofise

anterior untuk menurunkan sekresi ACTH (Adreno Cortoco Tropic

Hormone). Jika stressor lingkungan ini terus menerus terjadi maka

mekanisme umpan balik negatif tidak akan mampu lagi menekan sekresi

CRF dan ACTH sehingga dapat merusak sel neuron di hipotalamus.

Akibatnya akan muncul gangguan kognitif seperti depresi dan gangguan

psikologis lainnya.
33

2.4 Kerangka Teori

*Gangguan
Kebisingan Psikologi
(Intensitas dan Karakteristik Pekerja:
jenis) - Kecemasan
- Umur - Perub
- Intensitas - Masa kerja ahan
- Intensitas kerja/hari2 mood
Perilaku Pekerja

Kebisingan Kebisingan - Penggunaan APD5


*Gangguan Psikologi
Outdoor1 Indoor1
- Transportas - Rumah
i tangga
- Mesin - Perkantoran
- Industri

Manusia

Sehat Gangguan
Kesehatan

Gambar 2.2 kerangka teori


Sumber:

1. Benjamin, 2005
2. Soepardi dkk, 2007
3. KEMENAKERTRANS NO.PER.13/MEN/X/2011
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Tingkat Kebisingan Gangguan Psikologis

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa pada penelitian ini, adanya hubungan tingkat kebisingan terhadap

gangguan psikologi pekerja di PT Delta Dunia Textile.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati mempunyai nilai merupakan

operasionalilsasi dan suatu konsep sehingga dapat diteliti berdasarkan

tingkatannya. Variabel ini diidentifikasi untuk mengetahui hubungan

tingkat kebisingan dengan gangguan psikologi pekerja di PT Delta Dunia

Textile.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempenaruhi atau mejadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012).

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kebisingan.

34
35

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono.

2012). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikatnya

adalah gangguan psikologi.


3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian definisi variabel yang diteliti atau
tentang apa yang diukur dari variabel tersebut. Kegunaan definisi
operasional ini untuk memberikan batasan serta pengertian yang jelas dari
variabel yang diteliti dan menghindari kesalahan dalam pengumpulan data.
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Kebisingan Terjadinya bunyi yang tidak Sound 1 = >85 dB : Nominal
dikehendaki, sehingga
Level Bising
mengganggu atau
membahayakan kesehatan. Meter 0 = ≤85 dB :
NAB ≤ 85 dB
tidak bising
(Kep.KEMENKES NOMOR
1405/MENKES/SK/XI/2002)
2. Gangguan Gangguan psikologisa dalah Kuesi Nominal
gangguan akibat kebisingan Berat > 42
Psikologis oner
yang mempengaruhi kondisi Sedang <42
stabilitas mental dan
menimbulkan reaksi
psikologik. Rincian gejala :
1. Depresi
2. Anxiety
3. Stress

36
37

3.5 Jenis dan Perancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis

penelitian observasional karena tidak memberikan perlakuan pada objek

penelitian, penelitian analitik bertujuan mengetahui pengaruh kebisingan

terhadap gangguan psikologi pekerja dan pendekatan cross sectional karena

meneliti variabel independen dan variabel dependen dalam satu waktu.

3.6 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:117) Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini yaitu

seluruh pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia Tekstil. Berdasarkan

data yang diperoleh peneliti, populasi yang diambil dalam penelitian ini,

yaitu dengan jumlah 553 pekerja di PT Delta Dunia Tekstil bagian

spinning.

2. Sampel Penelitian

Sampel Menurut Sugiyono (2018: 118) sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sedangkan ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan

besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Random Sampling.


38

Menurut Sugiyono (2018:120) Random sampling dikatakan simple

(sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Dari populasi yang ada di PT Delta Dunia Tekstil bagian spinning,

peneliti memutuskan menggunakan rumus Slovin untuk menentukan

ukuran sampel dalam penelitian ini :

N
𝑛=
1 + 𝑁𝑒2
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Kesalahan yang masih ditoleransi, diambil 10 persen.
553
𝑛=
1 + 553 (0,1)2
n = 84 Pekerja
Dengan demikian, besarnya sampel minimal yang dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah sebesar 84 responden. Berdasarkan hasil
yang diperoleh dari rumus solvin maka ditetapkan jumlah responden
sebanyak 84 responden. Selanjutnya kuisoner disebarkan kepada 84
pekerja bagian spinning yang berada di PT Delta Dunia Tekstil.

3.7 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018, hlm. 102) instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner untuk

mengetahui hubungan tingkat kebisingan terhadap gangguan psikologis.

Sound level meter beserta form hasil pengukuran untuk mengukur intensitas

kebisingan.
39

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018:2019). Kuesioner

yang digunakan dalam penelitian adalah Depression Anxiety Stress

Scale (DASS 42) (Ulfah, 2019; Healthfocus Clinical Psychology

Services, n.d.), yang dikembangkan oleh Lovibond and Lovibond

(1995). Kuesioner ini kemudian dimodifikasi dan disesuaikan, sehingga

bisa menggambarkan keadaan dari subjek penelitian. Kuesioner

pengukuran DASS terdiri atas 42 pernyataan yang berkaitan dengan

stres, kecemasan, dan depresi seseorang.

Kuesioner DASS 42 adalah alat ukur yang baku, sehingga tidak

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas pada 3

dari 14 item kuesioner DASS 42 dengan menggunakan pearson product

moment. Setelah data terkumpul, menunjukkan nilai pearson

correlation bernilai positif yakni lebih dari 0,532 pada semua item stres,

kecemasan, dan depresi. Uji reliabilitas alat ukur menggunakan

Cronbach’s alpha. Hasil uji reliabilitas yang diperoleh pada 3 dari 14 item

kuesioner DASS 42 menunjukkan stres = 0,951, kecemasan = 0,943, dan

depresi = 0,952.
40

b. Pengukuran tingkat kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level

meter. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pengukuran titik

karena kebisingan diduga ada di beberapa lokasi.

c. Alat Tulis

Digunakan untuk mencatat hasil pengukuran dari penelitian.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan

dengan teknik sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan

pengamatan yang langsung diperoleh dilapangan data yang didapat

antara lain:

- Hasil pengukuran tingkat intensitas kebisingan pada bagian

spinning menggunakan Sound Level Meter. Pengukuran ini

dilakukan di titik lokasi/area terdekat dimana karyawan/pekerja

beraktivitas. Prosedur pengukuran kebisingan dengan sound

level meter adalah sebagai berikut :

a. Hidupkan sound level meter.

b. Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power

dalam kondisi baik.

c. Pastikan skala pembobotan


41

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon sound level meter

dengan karakteristik sumber bunyi yang diukur (S untuk

sumber bunyi relatif konstan).

e. Posisikan mikropon sound level meter setinggi posisi telinga

manusia yang ada di tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi

bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

f. Arahkan mikropon sound level meter dengan sumber bunyi

sesuai dengan karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus

dengan sumber bunyi, 70⸰–80⸰ dari sumber bunyi).

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (sound pressure level) atau

tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq). Sesuaikan

dengan tujuan pengukuran.

h. Catat hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar

data.

- Menyebarkan kuesioner untuk pekerja di lokasi atau area

pengukuran dilakukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua/sumber-

sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2005). Data

sekunder penelitian ini adalah profil umum perusahaan, jumlah dan

daftar nama pekerja di area spinning, data alur produksi, dan data job

description pekerja di area spinning.


42

3.9 Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2018), proses pengolahan data dengan

computer melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Editing, merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. Apabila terdapat jawaban yang belum

lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data

ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila

tidka memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak

lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan

“data missing”.

b. Coding

Setelah tahap editing selesai dilakukan, berikutnya kegiatan untuk

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Coding sangat berguna dalam memasukkan data.

Pengkodean pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Kebisingan

Untuk variabel tingkat kebisingan, yaitu diberi kode 1 untuk

lebih dari NAB (≥85) dan kode 0 untuk kurang dari NAB (≤ 85).

2. Gangguan Psikologis

Untuk variabel gangguan psikologis, yaitu diberi kode 1 untuk

kategori keluhan berat, kode 2 untuk keluhan sedang dan kode 3

untuk keluhan ringan.


43

c. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan,dsb. Kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

Data yang telah terkumpul melalui kuesioner akan dianalisis

menggunakan SPSS. Adapun model analisis data yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi

variabel dependen dan independent yaitu variabel tingkat kebisingan

terhadap gangguan psikologis. Pada umumnya dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap

variabel. Analisis deskriptif univariat diuji pada tiap variabel penelitian

dengan rumus:

f
P= x 100%
n

Keterangan:

P : persentase

f : frekuensi yang teramati

n : jumlah sampel
44

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat ini menggunakan uji chi square. Analisis yang

menggunakan tabel silang untuk memberikan keterangan yang lengkap

terhadap data yang akan diperoleh. Analisis bivariat dilakukan terhadap

2 tahap variabel yang diduga berhubungan/berkorelasi (Notoatmodjo,

2018). Analisis bivariat ini digunakan untuk menguji hubungan antar

variabel independent dan variabel dependen. Uji statistik yang

dilakukan menggunakan uji kai-kuadrat (chi-square) dengan korelasi

spearman. Pengujian ini dengan cara membandingkan frekuensi yang

diamati dengan frekuensi yang diharapkan apakah ada perbedaan yang

bermakna. Dalam penelitian ini uji chi-square dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer.

Rumus menghitung chi square adalah sebagai berikut :

𝜀(𝑓o− 𝑓h)2
x2 =
fh
Keterangan :

𝑋2 : chi square

𝐹0 : frekuensi yang diobservasi

𝐹ℎ : frekuensi yang diharapkan


45

Nilai tingkat kemaknaan (p value) dibandingkan dengan nilai tingkat

kesalahan atau alpha (α), dengan nilai α = 0,05, artinya :

1. Apabila p value ≤ a (0,05) H0 ditolak, yang artinya secara


statistik ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel

yang diteliti.

2. Apabila nilai p value > a (0,05) H0 diterima, yang artinya secara

statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua

variable yang diteliti.


46
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

PT. Delta Dunia Tekstil IV merupakan alah satu perusahaan tekstil yang

memproduksi benang. PT Delta Dunia Tekstil IV adalah jenis perusahaan

dengan sistem Make to Order (MTO) yang artinya bahwa peusahaan

melakukan kegiatan produksinya berdasarkan Purchase Order (PO) dari

pelanggan. Purchase Order (PO) merupakan suatu dokumen yang dibuat oleh

pembeli untuk menunjukkan barang yang ingin dibeli kepada pihak penjual,

sehingga proses produksinya akan dilakukan apabila telah terjadi kesepakatan

antara pelanggan dengan pihak pemasaran perusahaan. Produk yang dihasilkan

dipasarkan sekitar 40 persen untuk pasar domestik dan 60 persen untuk di

ekspor. Negara-negara yang menjadi tujuan pemasaran produk perusahaan

antara lain yaitu Mesir dan Amerika Serikat sebagai pasar terbesar.

46
47

Produk yang dihasilkan oleh PT Delta Dunia Tekstil IV adalah benang.

Benang yang dihasilkan oleh PT Delta Dunia Tekstil IV antara lain adalah

benang jenis CD (Carded), CM (Combed), TCM (Tetoron Combed), CVCM

(Cotton Combed), TCD (Tetoron Carded), CVCD (Cotton Carded). Bahan

baku yang digunakan untuk memproduksi benang pada PT Delta Dunia Tekstil

IV yaitu berupa kapas alami (cotton) dan kapas sintetis (polyester) yang

diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri seperti negara China, Amerika

Serikat, Urganda, Brazil, India, Tanzania, dan Mozambic.

Jumlah total karyawan PT. Delta Dunia Tekstil adalah ± 1176 karyawan.

Untuk total karyawan bagian spinning yaitu sejumlah 553 karyawan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu trainer menyatakan bahwa

jumlah karyawan sering berubah-ubah karena sering terjadi resign karyawan.

Bahaya dan risiko K3 yang ada di perusahaan tersebut diantaranya adalah

kecelakaan kerja akibat penggunaan alat kerja dan mesin, bahaya kebakaran,

bahaya penyakit akibat kerja seperti bisinosis dan iritasi mata akibat pajanan

debu kapas yang berterbangan, bahaya yang disebabkan oleh kebisingan dan

suhu, bahaya ergonomi akibat postur dan manual handling, serta bahaya

psikologis kerja.
48

4.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Delta Dunia Tekstil IV

PT. Delta Dunia Tekstil IV membentuk suatu kepanitiaan yang

menangani segala macam kegiatan mengenai kesehatan dan keselamatan

kerja. Kepanitian ini disebut P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja). Kegiatan dari P2K3 yaitu memastikan bahwa segala

macam keadaan perusahaan baik didalam gedung maupun diluar gedung

memiliki keamanan yang telah disesuaikan dengan pedoman

keselamatan dan kesehatan kerja serta sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yakni peraturan Menteri Tenaga Kerja

No.Per.05/MEN/1996 yang menyatakan bahwa sistem keselamatan dan

kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara

keseluruhan yang meliputi struktur, organisasi, perencanaan, tanggung

jawab, pelaksanaan prosedur, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian

resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainnya tempat

kerja yang aman.

Berdasarkan peraturan perundangan yang dipatuhi, tujuan dari P2K3

ini adalah untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat

kerja dengan melibatkan tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja

yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien, dan produktif.


49

Perhatian perusahaan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

terhadap pegawainya terlihat dari apabila ada pegawai yang sakit atau

terjadi kecelakaan kerja langsung dibawa ke klinik. Memastikan bahwa

setiap pilar didalam perusahaan terdapat alat pemadam api ringan yang

mudah ditemukan atau dijangkau oleh pekerja. Membuat denah zona

aman untuk evakuasi bila terjadi bencana kebakaran dan gempa bumi

yang ditempel dilokasi yang mudah di amati oleh pegawai. Pengadaan

safety class tentang K3 di perusahaan serta pelatihan penggunaan APAR

dan hydrant yang mana kegiatan tersebut dilakukan dengan waktu

sebulan 2 kali. Terdapat obat dalam setiap kotak P3K dan dilakukan

pengecekan ketersediaan stok obat secara rutin. Anggota P2K3 juga

melakukan kegiatan pemeriksaan keamanan kerja disetiap harinya sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota serta dibuat

laporan harian untuk dilaporkan ke pimpinan dalam setiap bulannya.

Namun, hal tersebut tidak bisa menutup kekurangan yang terdapat dalam

pelaksanaan K3 yaitu kurangnya penggunaan APD yang lengkap pada

karyawan serta tidak tersedianya wadah konseling sebagai penunjang

psikologis pekerja.
50

4.3 Struktur Organisasi P2K3

Struktur P2K3 PT. Delta Dunia Tekstil adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Struktur Organisasi P2K3

KOORDINATOR P2K3
Krisna

ADM P2K3
Riski

ANGGOTA P2K3
Dwi
Nazaruddin
sumber : data perusahaan

4.4 Tata Letak Mesin / Alat Proses (Marchines Layout)

Tata letak mesin pada proses produksi dapat dilihat pada Layout ruang

produksi benang carded Ne 40.

Skala 1 : 400

Gambar 4.2 Layout ruangan produksi


51

4.5 Hasil Analisis

4.5.1 Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Karkteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karkteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin di PT Delta Dunia Textile IV

Jenis Kelamin Frekuensi (%)

Laki-laki 36 42,9%

Perempuan 48 57,1%

Total 84 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 48 orang (69,9%).

Sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang

(42,9%).

2. Distibusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden di PT

Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 2 Distibusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden di

PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Pendidikan Frekuensi (%)

SMP 9 10,7%

SMA 71 84,5%

Diploma 4 4,8%

Total 84 100%
52

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa responden yang berpendidikan

mayoritas terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 71 orang (84,5%),

responden yang berpendidikan SMP sebanyak 9 orang (10,7%), sedangkan

responden yang berpendidikan tinggi atau diploma sebanyak 4 orang

(4,8%).

3. Distribusi Karakteristik Tingkat Kebisingan Responden di PT Delta

Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 3 Distribusi Karakteristik Tingkat Kebisingan Responden di PT

Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tingkat Kebisingan Frekuensi (%)

>85 dBA 67 79,8%


<85 dBA 17 20,2%
Total 84 100%

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa responden yang memiliki kebisingan >85

dBA sebanyak 67 orang (79,8%), sedangkan responden dengan tingkat

kebisingan <85dBA sebanyak 17 orang (20,2%). Hal tersebut menunjukan

bahwa mayoritas pekerja merasa kebisingan.

4. Distribusi Karakteristik Gangguan Pskologis Stress di PT Delta

Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Gangguan Psikologis Stress di PT Delta

Dunia Textile IV Pekalongan

Stress Frekuensi (%)

Berat 46 54,8%
Sedang 29 34,5%
Ringan 9 10,7%
Total 84 100%
53

Berdasarkan tabel 4.4 menjelaskan bahwa sebagian responden

mempunyai gangguan stress berat yaitu sebanyak 46 orang (54,8%),

responden yang mempunyai gangguan psikologis stress sedang sebanyak 29

orang (34,5%), sedangkan responden dengan gangguan stress ringan

sebanyak 9 orang (10,7%).

5. Distribusi Karakteristik Gangguan Pskologis Depresi di PT Delta

Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Gangguan Psikologis Depresi di PT

Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Depresi Frekuensi (%)

Berat 50 59,5%
Sedang 23 27,4%
Ringan 11 13,1%
Total 84 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menjelaskan bahwa sebagian responden

mempunyai tingkat depresi berat yaitu sebanyak 50 orang (59,5%),

responden yang mempunyai tingkat depresi sedang sebanyak 23 orang

(27,4%), sedangkan responden yang menalami depresi ringan sebanyak 11

orang (13,1%).
54

6. Distribusi Karakteristik Kecemasan di PT Delta Dunia Textile IV

Pekalongan

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Kecemasan di PT Delta Dunia Textile IV

Pekalongan

Kecemasan Frekuensi (%)

Berat 52 61,9%
Sedang 20 23,8%
Ringan 12 14,3%
Total 84 100%

Berdasarkan tabel 4.6 menjelaskan bahwa sebagian responden

mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 52 orang (61,9%), responden

yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 20 orang (23,8%), sedangkan

responden dengan kecemasan ringan sebanyak 12 orang (14,3%).

4.5.2 Analisis Bivariat


1. Hubungan antara Tingkat Kebisingan Terhadap Stress Pekerja Bagian

Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 7 Crosstab Hubungan Antara Tingkat Kebisingan Terhadap Stress


Pekerja Bagian Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan Tahun 2021
Tingkat Berat Sedang Ringan Total P Value
Kebisingan N % N % N % N %
>85 dB 43 93% 20 68% 4 44% 67 100%
<85 dB 3 7% 9 32% 5 56% 17 100% 0,001
Total 46 100% 29 100% 9 100% 84 100%

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dari 46 responden yang mengalami stress

berat, terdapat sebanyak 43 orang atau sebesar (93%) dengan intensitas bising

>85dB, dan sebanyak 3 orang atau sebesar (7%) dengan intensitas kebisingan
55

<85dB, dari 29 responden yang mengalami stress sedang terdapat sebanyak 20

orang atau sebesar (68%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 9 orang

atau sebesar (32%) dengan intensitas kebisingan <85dB, sedangkan dari 9

responden yang mengalami gangguan stress ringan terdapat 4 responden (44%)

dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 5 orang atau sebesar (56%) dengan

intensitas kebisingan <85dB. Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value

0,001 (<0,05) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

tingkat kebisingan terhadap stress pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia

Textile IV Pekalongan.

2. Hubungan antara Tingkat Kebisingan Terhadap Depresi Pekerja Bagian

Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 8 Crosstab Hubungan Antara Tingkat Kebisingan Terhadap Depresi


Pekerja Bagian Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan Tahun 2021
Tingkat Berat Sedang Ringan Total P
Kebisingan N % N % N % N % Value
>85 dB 46 92% 17 74% 4 36% 67 100%
<85 dB 4 8% 6 26% 7 64% 17 100% 0,000
Total 50 100% 23 100% 11 100% 84 100%

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa dari 50 responden yang mengalami depresi

berat, terdapat sebanyak 46 orang atau sebesar (92%) dengan intensitas bising

>85dB, dan sebanyak 4 orang atau sebesar (8%) dengan intensitas kebisingan

<85dB, dari 23 responden yang mengalami depresi sedang terdapat sebanyak 17

orang atau sebesar (74%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 6 orang

atau sebesar (26%) dengan intensitas kebisingan <85dB, sedangkan dari 11

responden yang mengalami gangguan depresi ringan terdapat 4 responden (36%)


56

dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 7 orang atau sebesar (64%) dengan

intensitas kebisingan <85dB. Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value

0,000 (<0,05) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

tingkat kebisingan terhadap depresi pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia

Textile IV Pekalongan.

3. Hubungan antara Tingkat Kebisingan Terhadap Kecemasan Pekerja

Bagian Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan

Tabel 4. 9 Crosstab Hubungan Antara Tingkat Kebisingan Terhadap Kecemasan


Pekerja Bagian Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan Tahun 2021
Tingkat Berat Sedang Ringan Total P
Kebisingan N % N % N % N % Value
>85 dB 49 94% 14 70% 4 34% 67 100%
<85 dB 3 6% 6 30% 8 66% 17 100% 0,000
Total 52 100% 20 100% 12 100% 84 100%

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa dari 52 responden yang mengalami kecemasan

berat, terdapat sebanyak 49 orang atau sebesar (94%) dengan intensitas bising

>85dB, dan sebanyak 3 orang atau sebesar (7%) dengan intensitas kebisingan

<85dB, dari 20 responden yang mengalami kecemasan sedang terdapat sebanyak

14 orang atau sebesar (70%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 6 orang

atau sebesar (30%) dengan intensitas kebisingan <85dB, sedangkan dari 12

responden yang mengalami kecemasan ringan terdapat 4 responden (34%) dengan

intensitas bising >85dB, dan sebanyak 8 orang atau sebesar (66%) dengan intensitas

kebisingan <85dB.
57

Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value 0,000 (<0,05)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kebisingan

terhadap kecemasan pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia Textile IV

Pekalongan.

4.6 Faktor Pendukung dan Penghambat

4.6.1 Faktor Pendukung

Uji chi square bisa digunakan pada data yang berdistribusi tidak normal dan

hasil output spss menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat kebisingan

terhadap gangguan psikologis pekerja bagian spinning PT. Delta Dunia

Tekstil IV dengan nilai Pvalue sebesar 0,001

4.6.2 Hambatan Penelitian

1. Tidak semua karyawan mau dijadikan responden.

2. Lokasi Penelitian sangat bising.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Stress Pekerja Bagian Spinning

di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan.

Berdasarkan analisis univariat diperoleh hasil bahwa sebagian responden

mempunyai gangguan stress berat yaitu sebanyak 46 orang (54,8%), responden

yang mempunyai gangguan psikologis stress sedang sebanyak 29 orang

(34,5%), sedangkan responden dengan gangguan stress ringan sebanyak 9

orang (10,7%). Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa dari 46 responden

yang mengalami stress berat, terdapat sebanyak 43 orang atau sebesar (93%)

dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 3 orang atau sebesar (7%)

dengan intensitas kebisingan <85dB, dari 29 responden yang mengalami stress

sedang terdapat sebanyak 20 orang atau sebesar (68%) dengan intensitas bising

>85dB, dan sebanyak 9 orang atau sebesar (32%) dengan intensitas kebisingan

<85dB, sedangkan dari 9 responden yang mengalami gangguan stress ringan

terdapat 4 responden (44%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 5

orang atau sebesar (56%) dengan intensitas kebisingan <85Db.

58
59

Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value 0,001 (<0,05)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat

kebisingan terhadap stress pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia Textile

IV Pekalongan dengan rata rata tingkat kebisingan 98,2dB.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusmardiansyah

(2019). menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara antara tingkat

kebisingan terhadap stress pekerja bagian spinning dengan (p-value = 0,001).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Wahyuni (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan

kebisingan dengan stress kerja pada pekerja bagian kantor di bandara Domini

Eduard Osok Sorong dengan p value 0,001.

Stress kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subyektif individu

yang dapat berupa interaksi antara individu dan lingkungan kerja yang dapat

mengancam dan memberi tekanan secara psikologis, fisiologis, dan sikap

individu. (Wijono, 2010).

Hal ini sejalan dengan pendapat Nadhoroh (2016) yang mengatakan bahwa

ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan yang sangat potensial menjadi

penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada

mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak

nyaman, salah satunya yaitu, kebisingan. Bising dianggap sebagai suara yang

mengganggu sehingga respon yang timbul adalah akibat stres bising tersebut.
60

5.2 Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Depresi Pekerja Bagian

Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan.

Berdasarkan analisis univariat menjelaskan bahwa sebagian responden

mempunyai tingkat depresi berat yaitu sebanyak 50 orang (59,5%), responden

yang mempunyai tingkat depresi sedang sebanyak 23 orang (27,4%),

sedangkan responden yang menalami depresi ringan sebanyak 11 orang

(13,1%). Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa dari 50 responden yang

mengalami depresi berat, terdapat sebanyak 46 orang atau sebesar (92%)

dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 4 orang atau sebesar (8%)

dengan intensitas kebisingan <85dB, dari 23 responden yang mengalami

depresi sedang terdapat sebanyak 17 orang atau sebesar (74%) dengan

intensitas bising >85dB, dan sebanyak 6 orang atau sebesar (26%) dengan

intensitas kebisingan <85dB, sedangkan dari 11 responden yang mengalami

gangguan depresi ringan terdapat 4 responden (36%) dengan intensitas bising

>85dB, dan sebanyak 7 orang atau sebesar (64%) dengan intensitas kebisingan

<85dB.

Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value 0,000 (<0,05)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat

kebisingan terhadap depresi pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia Textile

IV Pekalongan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti Dkk (2019).

menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara antara tingkat

kebisingan terhadap stress pekerja bagian spinning dengan (p-value = 0,007).


61

Penelitian Zachreini (2015) menunjukkan hal serupa dimana terdapat

hubungan yang bermakna antara paparan bising 113,95 dB terhadap kejadian

depresi, ansietas dan stress siswa SMK jurusan mesin di Aceh.

Tingkatkebisingan yang melebihi nilai ambang batas dan masa kerja lebih dari

10 tahun menyebabkan gangguan pendengaran, gangguan konsentrasi dalam

bekerja, gangguan psikosomatik berupa gastritis, stres, dan kelelahan.

5.3 Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Kecemasan Pekerja Bagian

Spinning di PT Delta Dunia Textile IV Pekalongan.

Berdasarkan analisis univariat menjelaskan bahwa sebagian responden

mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 52 orang (61,9%), responden yang

mengalami kecemasan sedang sebanyak 20 orang (23,8%), sedangkan

responden dengan kecemasan ringan sebanyak 12 orang (14,3%). diketahui

bahwa dari 52 responden yang mengalami kecemasan berat, terdapat sebanyak

49 orang atau sebesar (94%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 3

orang atau sebesar (7%) dengan intensitas kebisingan <85dB, dari 20

responden yang mengalami kecemasan sedang terdapat sebanyak 14 orang atau

sebesar (70%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 6 orang atau

sebesar (30%) dengan intensitas kebisingan <85dB, sedangkan dari 12

responden yang mengalami kecemasan ringan terdapat 4 responden (34%)

dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 8 orang atau sebesar (66%)

dengan intensitas kebisingan <85dB.

Setelah dilakukan uji Chi-square didapat nilai p value 0,000 (<0,05)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat


62

kebisingan terhadap kecemasan pekerja bagian spinning di PT Delta Dunia

Textile IV Pekalongan.

Hal ini sesuai dengan peneliian Fauzan (2018) yang berjudul hubungan

antara intensitas kebisingan dan durasi paparan kebisingan dengan tingkat

kecemasan pada karyawan laki-laki di pabrik pemotongan baja tahun 2018

menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara antara intensitas

kebisingan terhadap tingkat kecemasan dengan (p-value = 0,007).

Kecemasan merupakan stresor yang dapat merangsang hipothalamus.

Stimulus ini akan direspons oleh hipothalamus dengan mengeluarkan

vasopressin dan corticotrophin releasing factor (CRF). Kedua hormon tersebut

akan mempengaruhi daya retensi air dan ion natrium serta mengakibatkan

kenaikan volume darah. Selain itu, kecemasan juga dapat merangsang sistem

saraf simpatik di medula kelenjar adrenal. Pada keadaan ini akan terjadi

peningkatan katekolamin dan merangsang peningkatan sekresi hormon

adrenalin, sehingga meningkatkan tekanan darah, dilatasi pupil, koagulabilitas

darah meningkat, dan aliran darah ke otot serta otak juga meningkat (Widodo,

2006)
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 responden karyawan bagian

spinning di PT. Delta Dunia Tekstile IV diketahui bahwa yang memiliki

kebisingan >85 dBA sebanyak 67 orang (79,8%), sedangkan responden

dengan tingkat kebisingan <85dBA sebanyak 17 orang (20,2%).

2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 responden karyawan bagian

spinning di PT. Delta Dunia Tekstile IV diketahui bahwa dari 46

responden yang mengalami gangguan psikologis berat, terdapat

sebanyak 43 orang atau sebesar (93%) dengan intensitas bising >85dB,

dan sebanyak 3 orang atau sebesar (7%) dengan intensitas kebisingan

<85dB.

3. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 responden karyawan bagian

spinning di PT. Delta Dunia Tekstile IV diketahui bahwa dari 29

responden yang mengalami gangguan psikologis sedang terdapat

sebanyak 20 orang atau sebesar (68%) dengan intensitas bising >85dB,

dan sebanyak 9 orang atau sebesar (32%) dengan intensitas kebisingan

<85dB.

63
64

4. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 responden karyawan bagian

spinning di PT. Delta Dunia Tekstile IV diketahui dari 9 responden

yang mengalami gangguan psikologis ringan terdapat 4 responden

(44%) dengan intensitas bising >85dB, dan sebanyak 5 orang atau

sebesar (56%) dengan intensitas kebisingan <85dB.

5. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh Pvalue 0,001 karena Pvalue

< 0,05 maka H0 ditolak yang mana artinya ada hubungan yang

signifikan antara tingkat kebisingan terhadap gangguan psikologis kerja

pada bagian spinning PT. Delta Dunia Tekstil IV.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan simpulan diatas maka sebagai saran yang

direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Agar memperhatikan aspek psikologis karyawan dengan memberikan

pelayanan konseling terhadap karyawan yang membutuhan karena

dengan keadaan psikologis karyawan yang baik bisa memberikan

ketenangan dan semangat bagi karyawan.

2. Penggunaan APD di tempat kerja di perketat lagi, agar tidak terjadi

kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, 1994. Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorder (DSM-IV). Washington DC : Donelley and Sons

Company.

Buchari (2007) „Kebisingan‟, in Kebisingan Industri dan Hearing

Conservation Program. Medan: Universitas Sumatera Utara, pp. 1–19.

Budiono, A. . S. (2003) Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja,

Badan Penerbit Undip.

Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi Abnormal

(Edisi Kesembilan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dephub. Keputusan Menteri Perhubungan No 25 Tahun 2002 Tentang

Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat dari dan

ke Kapal di Pelabuhan. jakarta 2003

Drajat, 1995. Kesehatan Mental, Jakarta : Gunung Mulia

Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

Ghufron, M. N. Risnawati. 2010. Teori-Teori Psikologi . Yogyakarta : Ar-

ruzz Media

Harrianto, Ridwan. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC

Kholik, Heri Mujayin, Dimas Aji Krisna. 2012. Analis Tingkat Kebisingan

Ihsan, T. and Siti Salami, I. R. (2015) ‘HUBUNGAN ANTARA BAHAYA

FISIK LINGKUNGAN KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN

TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA DI DIVISI STAMPING PT.

X INDONESIA’, Jurnal Dampak. doi: 10.25077/dampak.12.1.10-16.2015.

65
66

ILO Encyclopaedia of Occupational Health and Safety (2011) 47. Noise,

Part VI. General Hazards. Available at:

http://www.iloencyclopaedia.org/contents/part-vi- 16255/noise (Accessed:

26 July 2018). Institution of Occupational Safety and Health (2018) Noise,

Occupational Health Toolkit.

Indri Setyaningrum*), Baju Widjasena**), Suroto**) Analisa Pengendalian

Kebisingan Pada Penggerindaan Di Area Fabrikasi Perusahaan

Pertambangan. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 2, Nomor 4, April 2014.

International Labour Organization (2013) Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Saranauntuk Produktivitas. Jakarta.

Jamal, A. et al. (2016) „Noise Induced Hearing Loss and Its Determinants

in Workers of an Automobile Manufacturing Unit in Karachi, Pakistan‟,

Madridge Journal of Otorhinolaryngology, 1(1), pp. 1–11.

Keputusan Menteri Perhubungan (2002) ‘Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor Km 53 Tahun 2002’, Journal of Chemical Information and

Modeling.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang:

Baku Tingkat Kebisingan.

Lise, Henry. 2004. Analisis Penurunan Fungsi Pendengaran Akibat

Pajanan Bising Pada Karyawan di Area Finishing & dyeing PT. Coats

Rejo,Bogor Tahun 2004. [Tesis]. Program Pasca sarjana Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.


67

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016) Peraturan Menteri

Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Indonesia.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (2018) Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Indonesia.

Mokhtar, Mohzani, Sahrul Kamarudin, Zahid A. Khan & Zulkarnaen

Mallick. 2007. A Study On The Effect Of Noise On Industrial Workers In

Malaysia. Universiti Teknologi Malaysia : Jurnal Teknologi 46 (2007) 17-

30.

Mostaghaci, M. et al. (2013) „Effect of Workplace Noise on Hearing Ability

in Tile andCeramic Industry Workers in Iran: A 2-Year Follow-Up Study‟,

The Scientific World Journal, 2013, p. 923731.

Nawawinetu, E.R., Andriyani, R., 2007. Stress Akibat Kerja pada Tenaga

Kerjayang Terpapar Bising. Ind. J. Pub. Health Vol. 4 (2). Pp: 59-63.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

RinekaCipta

OSHA. 2010. Occupational Noise Exposure. [online].

http://www.osha.gov/SLTC/noisehearingconservation/). [12 Agustus 2014]

Peralatan Produksi Terhadap Kinerja Karyawan. [Jurnal Online]

2012;13(2):197 [diakses tanggal 19 Maret 2015]

http://www.scrbd.com/doc/129742426/1185-2614-1-PB

Sarwono, Wirawan. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo


68

Sihar Tigor B.T. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: ANDI

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Wahyuni, N., Suyadi, B. and Hartanto, W. (2018) ‘PENGARUH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. KUTAI TIMBER

INDONESIA’, JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu

Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial. doi: 10.19184/jpe.v12i1.7593.

Widyawati, E. (2021) ‘Pengaruh disiplin kerja dan lingkungan kerja

terhadap kinerja pegawai melalui motivasi kerja di dinas kelautan dan

perikanan provinsi jawa timur’, Soetomo Business Review.

World Health Organization (2015) Hearing Loss due to Recreational

Exposure to LoudSounds: A Review. Geneva: WHO Library Cataloguing-

in-Publication Data.

World Health Organization (2018) Deafness and Hearing Loss, Fact Sheets.

Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-

and-hearing-loss (Accessed: 10 September 2018).


69

LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Informed Consent

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN

PSIKOLOGIS PEKERJA DI BAGIAN SPINNING PT DELTA

DUNIA TEKSTIL IV PEKALONGAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan

oleh:

Nama : Amalia Rahma Al insani

NIM : 0618013591

Status : Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya. Apabila di

kemudian hari terdapat perubahan atau keberatan dari saya, maka saya dapat

mengajukan keberatan tersebut.

Pekalongan,…………………….

Responden

(…………………………….)
70

Lampiran 2. Kuesioner Karakteristik Responden

Data Umum Responden

Nama :
Jenis Kelamin :L/P

Umur :
Pendidikan terakhir : a. SD
b. SMP

c. SMA/sederajat
d. Diploma/Sarjana/Magister

Penggunaan Alat Pelindung Telinga :


1. Ya, ..................
2. Tidak
71

Lampiran 3. Kuesioner Gangguan Psikologis

Kuesioner

Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)

Petunjuk : Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang dipilih.

Keterangan :

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.

No. Aspek Penilaian 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil atau sepele

2. Mulut terasa kering

Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu


3.
kejadian

Merasakan gangguan dalam bernapas (napas cepat,


4.
sulit bernapas)

Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan


5.
suatu kegiatan

6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

7. Kelemahan pada anggota tubuh

8. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun


9.
bisa lega jika hal/situasi itu berakhir

10. Pesimis

11. Mudah merasa kesal

12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

13. Merasa sedih dan depresi


72

14. Tidak sabaran

15. Kelelahan

Kehilangan minat pada banyak hal (misal: makan,


16.
ambulasi, sosialisasi)

Merasa diri tidak layak


17.

Mudah tersinggung
18.

Berkeringat (misal: tangan berkeringat) tanpa


19.
stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik

Ketakutan tanpa alasan yang jelas


20.

Merasa hidup tidak berharga


21.

Sulit untuk beristirahat


22.

Kesulitan dalam menelan


23.

Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan


24.

Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi


25.
tanpa stimulasi oleh latihan fisik

Merasa hilang harapan dan putus asa


26.

Mudah marah
27.

Mudah panik
28.

Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang


29.
mengganggu

Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak


30.
biasa dilakukan
73

Sulit untuk antusias pada banyak hal


31.

Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap


32.
hal yang sedang dilakukan

Berada pada keadaan tegang


33.

Merasa tidak berharga


34.

Tidak dapat memaklumi hal apapun yang


35.
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang
sedang Anda lakukan
Ketakutan
36.

Tidak ada harapan untuk masa depan


37.

Merasa hidup tidak berarti


38.

39. Mudah gelisah

Khawatir dengan situasi saat diri Anda mungkin


40.
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri

41. Gemetar

Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan


42.
sesuatu
74

 Skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31,34, 37, 38, 42.
 Skala kecemasan : 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30,36, 40, 41.
 Skala stress : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

Indikator Penilaian

Tingkat Depresi Kecemasan Stress

Normal 0–9 0–7 0 – 14

Ringan 10 – 13 8–9 15 – 18

Sedang 14 – 20 10 – 14 19 – 25

Parah 21 – 27 15 – 19 26 – 33

Sangat parah > 28 > 20 > 34


75

Lampiran 4. Dokumentasi Foto


76
77

Lampiran 5. Hasil SPSS


78

Uji Chi Square


79

Lampiran 6. Master Tabel Penelitian

Respond Tingkat Kod Jenis Kod Kebising Stress Depre Kecemas


en Pendidik e Kelamin e an Kode si an
an Pen JK
d
R1 SMA 2 Perempu 2 0 3 1 3
an
R2 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 3
an
R3 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 2
an
R4 SMA 2 Perempu 2 0 2 1 2
an
R5 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 1
an
R6 SMA 2 Perempu 2 1 1 2 3
an
R7 SMA 2 Perempu 2 1 2 2 1
an
R8 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 3 1
R9 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 2 1
R10 SMA 2 Perempu 2 1 2 3 2
an
R11 Diploma 3 Perempu 2 1 1 3 1
an
R12 SMA 2 Perempu 2 1 1 3 1
an
R13 SMA 2 Perempu 2 1 1 2 1
an
R14 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 1
an
R15 SMA 2 Perempu 2 1 2 1 2
an
R16 SMA 2 Perempu 2 1 1 2 2
an
R17 SMA 2 Perempu 2 1 2 3 2
an
R18 SMP 1 Perempu 2 1 1 1 1
an
R19 SMA 2 Perempu 2 1 2 3 3
an
R20 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 3
an
80

R21 SMP 1 Perempu 2 1 2 1 1


an
R22 SMA 2 Perempu 2 1 1 3 2
an
R23 SMA 2 Perempu 2 1 1 3 3
an
R24 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 3 1
R25 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 3 1
R26 SMA 2 Laki-Laki 1 0 3 1 1
R27 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 2
R28 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 2
an
R29 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 2
an
R30 Diploma 3 Perempu 2 1 2 1 2
an
R31 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 3
an
R32 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 3
R33 SMA 2 Laki-Laki 1 0 3 1 1
R34 SMA 2 Laki-Laki 1 0 2 1 2
R35 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 3
R36 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 3
R37 SMA 2 Perempu 2 0 2 2 2
an
R38 SMA 2 Perempu 2 1 1 2 1
an
R39 SMP 1 Perempu 2 0 3 1 1
an
R40 SMP 1 Laki-Laki 1 1 1 2 1
R41 SMA 2 Perempu 2 0 2 2 1
an
R42 SMA 2 Laki-Laki 1 0 2 1 2
R43 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 3
an
R44 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 2
R45 SMP 1 Perempu 2 1 1 3 1
an
R46 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 1
R47 SMA 2 Laki-Laki 1 0 2 1 2
R48 SMA 2 Laki-Laki 1 1 2 1 1
81

R49 SMP 1 Laki-Laki 1 1 2 3 1


R50 SMA 2 Perempu 2 1 2 2 1
an
R51 SMA 2 Perempu 2 0 1 2 1
an
R52 SMA 2 Laki-Laki 1 1 2 2 1
R53 SMA 2 Perempu 2 1 1 1 3
an
R54 Diploma 3 Laki-Laki 1 1 1 1 3
R55 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 3
R56 SMA 2 Laki-Laki 1 0 1 1 2
R57 SMA 2 Laki-Laki 1 0 2 2 3
R58 SMA 2 Perempu 2 0 2 1 1
an
R59 SMA 2 Laki-Laki 1 1 3 2 1
R60 SMA 2 Perempu 2 0 3 2 2
an
R61 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 2 1
R62 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 2 1
R63 SMP 1 Perempu 2 1 3 2 2
an
R64 SMA 2 Perempu 2 1 1 2 1
an
R65 SMP 1 Laki-Laki 1 1 1 3 2
R66 SMA 2 Laki-Laki 1 0 2 3 2
R67 SMA 2 Perempu 2 1 2 1 2
an
R68 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 1 2
R69 Diploma 3 Laki-Laki 1 1 1 1 1
R70 SMA 2 Perempu 2 1 1 3 1
an
R71 SMA 2 Laki-Laki 1 1 2 1 1
R72 SMA 2 Perempu 2 1 1 3 1
an
R73 SMA 2 Laki-Laki 1 1 2 1 2
R74 SMA 2 Laki-Laki 1 1 2 1 2
R75 SMA 2 Laki-Laki 1 0 1 1 1
R76 SMA 2 Laki-Laki 1 1 3 1 1
R77 SMA 2 Perempu 2 1 2 2 3
an
82

R78 SMA 2 Perempu 2 1 2 2 3


an
R79 SMP 1 Perempu 2 1 1 1 1
an
R80 SMA 2 Laki-Laki 1 1 1 2 2
R81 SMA 2 Perempu 2 1 2 1 2
an
R82 SMA 2 Perempu 2 1 2 1 2
an
R83 SMA 2 Perempu 2 1 3 2 1
an
R84 SMA 2 Perempu 2 1 2 2 1
an

Anda mungkin juga menyukai