Di Susun
Oleh:
NAMA; ROIYANI
NIM: 211007005
UIN AR-RANIRY
2021
KATAPENGATAR
Roiyani
KATAPENGATAR
BAB I
Pedahuluan
BAB II
Pembahasan Cabang-cabang Ilmu Hadis
ظهور وصف الراوى يفسد عدالة مما يترتب عليه سقوط روايته
Syarat-Syarat Nasakh
سبيل المانعة
ِ تقابل الدليلين على
“Perbandingan dua dalil dengan cara saling menghalangi (bertolak belakang)”
Ilmu Mukhtalaf Al-Hadis ialah Ilmu yang membahas hadis-hadis yang terjadi
bertentangan secara dhahir, lalu menghilangkan pertentangan itu, atau
mengkompromikannya, di samping membahas hadis yang sulit dipahami atau
1
Dr. H. Muhammag Yahya, M.Ag,op.cit., Hlm. 186
2
Maizuddin, M.Ag, Metodelogi Pemahaman Hadis,2008, Hayfa Press, Padang, Hlm.77
dimengerti, lalu menghilangkan kesulitan itu dan menjelaskan hakikatnya.
Sehingga tidak dimungkinkannya pertentangan satu hadits dengan hadits yang
lainnya
1. Hukum yang ditetapkan oleh dua teks saling berlawanan, seperti halal
dan haram, wajib dan tidak wajib.
2. Obyek (tempat) kedua hukum yang saling bertentangan itu sama.
Apabila obyeknya berbeda maka tidak ada pertentangan
3. Masa atau waktu berlakunya hukum sama. Karena mungkin saja
terdapat dua ketentuan hukum yang bertentangan dalam obyek yang
sama, namun masa atau waktunya berbeda. Seperti dihalalkannya
menggauli istri sebelum dan setelah masa menstruasi, namun
diharamkan menggaulinya dalam masa menstruasi. 3
3
Dr. H. Muhammag Yahya, M.Ag,op.cit., Hlm. 181
ِ ْت َأ َحدًا َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا ُ ال َما َرَأي ِ سئل بن ُع َم َر َع ِن ال َّر ْك َعتَي ِْن قَب َْل ْال َم ْغ ِر
َ َب فَق
ص فِي ال َّر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َد ْال َعصْ ِر َ ُصلِّي ِه َما َو َر َّخ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي
َ
“Ibnu Umar ditanya tentang dua rakaat sebelum maghrib kemudian dia berkata aku
tidak pernah melihat seseorang pada masa Rasulullah SAW. melakukan shalat tersebut
namun Beliau memberikan keringanan pada dua rakaat setelah ashar”
Dari dua hadits di atas, secara dzahir maknanya saling bertentangan. Yang pertama
menunjukkan boleh shalat sunnah sebelum maghrib, dan hadis yang kedua melarang salat
sunnah sesudah Asar. Maka disini kita akan melihat bagaimana para ulama menyikapi kedua
hadits di atas.
Kata “Ilal” dari ‘alla, ya’illu, adalah bentuk jamak dari kata “la-illah”, yang menurut
bahasa artinya “al-marad” (penyakit atau sakit). Manurut ulama ahli Hadits, arti
‘illah, ialah:
العلة سبب غامض خفي يقدح فى صحة الحديث مع أن الظاهر السالمة منها. “
’Illat ialah sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadis. Keberadaannya
menyebabkan hadis yang pada lahirnya tampak berkualitas shahih menjadi tidak
shahih.”
Ibnu Shalah melihat jika sebuah hadis yang terbebas dari illat, maka berarti
hadis tersebut adalah sahih;
الحديث الصحيح فهو الحديث المسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل شاذا وال
وال يكون،معالل الضابط عن العدل الضابط إلى منتهاه
“Hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang dinukil oleh periwayat
yang ‘adil dan d}abit} dari periwayat yang sama (‘adil dan dhabith ) hingga terakhir
(jalur periwayatan), tidak syadz dan tidak mu’allal.”
Terjadinya ‘Illat Dalam Hadis, yaitu ‘Illat hadis dapat terjadi pada sanad, pada
matan, dan pada sanad dan matan sekaligus, tetapi mayoritas ‘illat hadis terjadi
pada sanad. Terjadinya ‘illat bisa jadi karena sanad hadis terputus seperti;
BAB III
4
Dr. H. Muhammad Yahya, op.cit., Hlm. 111,12 dan122
Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
- Kaharuddin & Anwar Sadat, Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index Vol. 5. No. 1.
April 2019 p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
- Dr. Sulaemang L, M.Th.I, ULUMUL HADITS, AA-DZ, Grafika,Sulawesi
Tenggara, 2017
- Dr. H. Muhammad Yahya, M.Ag Ulumul Al-Hadis (Sebuah Pengantar
dan Aplikasinya),Shahadah, Sulawesi Selatan, 2016.
BAB I
Pedahuluan
Ulumul Hadits adalah satu bidang ilmu yang penting dalam Islam. Ulumul
Hadits merupakan ilmu yang membahas tentang hadits-hadits Nabi Muhammad
SAW. Yang menyangkut sisilah atau sambpainya hadis mulai dari Nabi
Muhammad SAW. Sehingga hadis yang bagaimana boleh dijadikan sebagai dalil
atau sumber ajaran Islam.
Dalam mengkaji studi hadis, tentu banyak istilah untuk menyebut nama-
nama hadis sesuai dengan martabat quahnya hadis fungsinya dalam menetapkan
sebagai dali syari`ah Islam. Ada Hadis Shahih, Hadis Hasan, dan Hadis Dha`if.
masing-masing memiliki persyaratan sendiri-sendiri. Sebahagian persyaratan
tersebut yang berkaitan dengan cabang cabang ilmu hadis,
Dalam ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah, pada perkembangan
berikutnya muncullah cabang-cabang ilmu hadits lainnya, seperti ilmu rijal al-
hadits, ilmu al-jarh wa at-ta’dil, ilmu tarikh ar-ruwah, ilmu ‘illal al-hadits, ilmu an-
nasikh wa al-mansukh, ilmu asbab warud al-hadits, dan ilmu mukhatalif al-hadits.
Secara singkat cabang-cabang tersebut akan diuraikan dalam BAB II dalam
makalah ini.
Adapun Ilmu yang berkaitan dengan dengan cabang cabang ilmu hadis
akan membantu kita memahami apakah informasi yang yang terkandung di
dalamnya berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya, apakah kandungan hadis
bertentangan dengan dalil lain atau tidak.
Adapun rumusan masalah dalam kajian Studi Hadist dalam makalah Cabang-
cabang ilmu hadist ini adalah:
1. Apa funggsi ilmu hadis dalam pengkajian hadis Rasulullah SAW. Yang
dijadikan sebagai landasan?
2. Bagamana konsep cabang ilmu hadis dalam mengklarifikasikan martabat
hadis?
3. Hadis yang bagaimana boleh dijadikan dalil-dalil dalam pengkajian ilmiyah
dan penentuan hukum-hukum syar`iyah?
F. Tujuan Kajian
Adapun tujuan masalah dalam kajian Studi Hadist dalam makalah Cabang-
cabang ilmu hadist ini adalah:
BAB II
Pembahasan Cabang-cabang Ilmu Hadis
Pembagian dasar dalam kajian ulumul Hadits atau disebut dengan Ilmu
Mashlahah Mursalah Hadits terbagi menjadi dua yaitu Dirayah ialah ilmu
pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-
macam, dan hukum-hukumnya ,serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik
syarat-syaratnya, serta macam macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang
berkaitan denganya. dan Riwayah ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hadsi-hadis yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir maupun tingkah lakunya. Dan dari perkembangan dirayah dan
riwayah tersebut diatas lahirlah beberapa cabang ilmu dalam studi Ulumul Hadis,
diantaranya adalah:5
5
Kaharuddin & Anwar Sadat,Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index Vol. 5. No. 1. April 2019 p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN:
2656-5862
Secara bahasa, kata rijal al-Hadits, artinya orang-orang disekitar Hadits.
Maka kata ilmu rijal al-Hadits, artinya ilmu tentang orang-orang disekitar Hadits.
Secara terminologis, Ilmu Rijal al-Hadits ialah:
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi
hadis.”
Ilmu yang membahas secara umum tentang hal ihwal kehidupan para
perawi, baik dari golongan sahabat, tabi’in, maupun angkatan sesudahanya. Ilmu
rijal al-hadits dinamakan juga ilmu tarik al-ruwah, ialah ilmu untuk mengetahui
keadaan para perawi hadis.
Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, dari segi yang dapat
menunjukan keadaan mereka, baik mecacatkan atau membersihkan mereka,
dengan ungkapan atau lafal tertentu. Sehingga dapat ditentukan siapa diantara
perawi yang dapat diterima atau ditolak sebuah riwayatnya.
6
Dr. Sulaemang L, M.Th.I, 2017, ULUMUL HADITS, AA-DZ Grafika,Sulawesi Tenggara, Hlm.85
ظهور وصف الراوى يفسد عدالة مما يترتب عليه سقوط روايته وضعفها
وردها
7
Dr. H. Muhammag Yahya, M.Ag, 2016,Ulumul Al-Hadis (Sebuah Pengantar dan Aplikasinya),
Shahadah, Sulawesi Selatan, Hlm.133 dan 134
Menurut Dr. Dhiya’ al-Rahman, al-‘adâlah itu terealisir dengan lima hal:
1. Islam;
2. Kedewasaan (al-baligh);
3. Nalar (al-‘aql);
4. Ketakwaan (al-taqwa);
5. Etika jiwa (âdâb nafsâniyyah) yang membawa seseorang untuk konsisten
dalam menetapi moral dan kebiasaan yang baik. 8
Hadis gharib ini ada yang sahih dan tidak sahih, Tapi kebanyakannya
adalah dhaif. Imam Ahmad berkata: "Kalian jangan menulis Hadis-Hadis gharib ini.
Sesungguhnya ia Hadis-Hadis munkar, dan kebanyakannya dari perawi-perawi
dhaif.”
َ ِهجْ َر ُت ُه لِ ُد ْن َيا يُصِ ْي ُب َها َأ ْو امْ َرَأ ٍة َي ْن ِك ُح َها َف ِهجْ َر ُت ُه ِإ َلى َما َه
اج َر ِإ َل ْي ِه
8
Ibid, Hlm. 134
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata,
“Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya
setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan
yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR:Bukhary)
ُعد ِْل َن َل ُه ِب ِع َبا َد ِة، َل ْم َي َت َكلَّ ْم فِي َما َب ْي َنهُنَّ ِبسُو ٍء، ت
ٍ ت َر َك َعا ِ صلَّى َبعْ دَ ْال َم ْغ ِر
َّ ِب س َ َْمن
ِث ْن َتيْ َع ْش َر َة َس َن ًة
“Barangsiapa melakukan shalat sunnah enam rakaat setelah shalat Maghrib dan
di antara shalat-shalat itu tidak berkata dengan kata-kata yang buruk, maka
shalatnya sebanding ibadah dua belas tahun”.(HR:At-turmuzy)
At-Tirmidzi berkata: Hadis ini gharib. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari
riwayat Zaid bin Al-Hubab dari Umar bin Abi Khats'am .9
Kata asbab wurud al-Hadits atau disebut juga dengan asbab shudur al-
Hadits, secara bahasa artinya ialah sebab-sebab adanya Hadits itu. Secara
terminologis, ilmu Asbab Wurud al-Hadits ialah:
9
Wafi Marzuqi Ammar, Lc.,M.Pd.I.,MA.,Ph.D.,2017, ULUMUL HADIS I, UMSIDA Press, Jawa Timur, Hlm. 56
ث َو ُم َنا َس َبا ُته َ عِ ْل ٌم یُعْ َرفُ ِب ِھ َأسْ َبابُ وُ ر ُْو ِد ْا
ِ لح ِد ْی
“Ilmu pengetahuan yang menjelaskan sebab-sebab atau latar belakang
diwurudkannya Hadis, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.”
Syarat-Syarat Nasakh
10
Dr. Sulaemang L, M.Th.I,op.cit,, Hlm.90
5. Adanya mansukh (yang dihapus) dengan syarat bahwa hukum yang
dihapus itu adalah berupa hukum syara’ yang bersifat ‘amali, tidak terikat
atau dibatasi dengan waktu tertentu.
6. Adanya mansukh bih (yang digunakan untuk menghapus) dengan syarat
datangnya dari syari’ (Rasulullah saw).
7. Adanya nasikh (yang berhak menghapus), dalam kaitan ini yaitu
Rasulullah saw.
8. Adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu adalah orang-orang
yang sudah akil baligh atau mukallaf). Karena yang menjadi sasaran
hukum yang menghapus atau yang dihapus itu adalah tertuju pada
mereka.
سبيل المانعة
ِ تقابل الدليلين على
“Perbandingan dua dalil dengan cara saling menghalangi (bertolak belakang)”
11
Dr. H. Muhammag Yahya, M.Ag,op.cit., Hlm. 186
Istilah yang paling popular untuk menunjukkan hadits yang berlawanan
adalah Ta`arudh al-adillah;
Ilmu Mukhtalaf Al-Hadis ialah Ilmu yang membahas hadis-hadis yang terjadi
bertentangan secara dhahir, lalu menghilangkan pertentangan itu, atau
mengkompromikannya, di samping membahas hadis yang sulit dipahami atau
dimengerti, lalu menghilangkan kesulitan itu dan menjelaskan hakikatnya.
Sehingga tidak dimungkinkannya pertentangan satu hadits dengan hadits yang
lainnya
4. Hukum yang ditetapkan oleh dua teks saling berlawanan, seperti halal
dan haram, wajib dan tidak wajib.
5. Obyek (tempat) kedua hukum yang saling bertentangan itu sama.
Apabila obyeknya berbeda maka tidak ada pertentangan
6. Masa atau waktu berlakunya hukum sama. Karena mungkin saja
terdapat dua ketentuan hukum yang bertentangan dalam obyek yang
sama, namun masa atau waktunya berbeda. Seperti dihalalkannya
menggauli istri sebelum dan setelah masa menstruasi, namun
diharamkan menggaulinya dalam masa menstruasi. 13
12
Maizuddin, M.Ag, Metodelogi Pemahaman Hadis,2008, Hayfa Press, Padang, Hlm.77
13
Dr. H. Muhammag Yahya, M.Ag,op.cit., Hlm. 181
Berikut adalah contoh hadis Mukhtalaf:
ِ ْت َأ َحدًا َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا ُ ال َما َرَأي ِ سئل بن ُع َم َر َع ِن ال َّر ْك َعتَي ِْن قَب َْل ْال َم ْغ ِر
َ َب فَق
ص فِي ال َّر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َد ْال َعصْ ِر َ ُصلِّي ِه َما َو َر َّخ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي
َ
“Ibnu Umar ditanya tentang dua rakaat sebelum maghrib kemudian dia berkata aku
tidak pernah melihat seseorang pada masa Rasulullah SAW. melakukan shalat tersebut
namun Beliau memberikan keringanan pada dua rakaat setelah ashar”
Dari dua hadits di atas, secara dzahir maknanya saling bertentangan. Yang pertama
menunjukkan boleh shalat sunnah sebelum maghrib, dan hadis yang kedua melarang salat
sunnah sesudah Asar. Maka disini kita akan melihat bagaimana para ulama menyikapi kedua
hadits di atas.
Kata “Ilal” dari ‘alla, ya’illu, adalah bentuk jamak dari kata “la-illah”, yang menurut
bahasa artinya “al-marad” (penyakit atau sakit). Manurut ulama ahli Hadits, arti
‘illah, ialah:
العلة سبب غامض خفي يقدح فى صحة الحديث مع أن الظاهر السالمة منها. “
’Illat ialah sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadis. Keberadaannya
menyebabkan hadis yang pada lahirnya tampak berkualitas shahih menjadi tidak
shahih.”
Ibnu Shalah melihat jika sebuah hadis yang terbebas dari illat, maka berarti
hadis tersebut adalah sahih;
الحديث الصحيح فهو الحديث المسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل شاذا وال
وال يكون،معالل الضابط عن العدل الضابط إلى منتهاه
“Hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang dinukil oleh periwayat
yang ‘adil dan d}abit} dari periwayat yang sama (‘adil dan dhabith ) hingga terakhir
(jalur periwayatan), tidak syadz dan tidak mu’allal.”
BAB III
Penutup
C. Kesimpulan
14
Dr. H. Muhammad Yahya, op.cit., Hlm. 111,12 dan122
D. Kiritik dan Saran
Daftar Pustaka