Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Filsafat Ketuhanan

Pertemuan IV
Oleh: Rakha Muchamad Rajasa/1323018008

Pemahaman Sokrates akan Tuhan, tertuang dalam pengalaman hidupnya. Ia dianggap


atheis oleh orang Yunani pada waktu itu, karena menolak dewa-dewa Athena. Ia menganggap
bahwa dirinya tetap percaya kepada Tuhan, meskipun berbeda dengan tuhan orang Yunani.
Baginya, Tuhan itu bijaksana, bermoral, baik yang sempurna (tidak bercacat), tidak seperti
manusia yang tidak sempurna. Oleh karena itu, ia menolak para dewa. Akan tetapi, bagi
Sokrates, Allah itu dapat nampak dan dirasakan oleh orang lewat perbuatan-perbuatan baik yang
dilakukan oleh manusia, meskipun Allah itu sendiri bersifat sempurna yang tidak dapat direduksi
dengan hal-hal semacam itu.

Plato memiliki pendapat sendiri, berkenaan dengan Tuhan. Tuhan orang Kristen berbeda
dengan tuhan Plato. Gagasan Plato tentang Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan pendapatnya
tentag ide abadi. Ide abadi itu sendiri menurut Plato adalah arkhe atau dasar dari segala sesuatu.
Jiwa manusia itu sendiri berasal dari sana dan pengetahuan serta segala sesuatu di dunia
bersumber dari ide-ide abadi. Oleh karena itu, dari sini kita dapat memahami bahwa allah bagi
Plato adalah ide-ide abadi itu sendiri. Ide-ide abad itulah yang menjaga dunia dengan kebaikan
yang dimilikianya. Kebaikan yang ada di dunia bersumber dan merupakan tiruan dari kebaikan
ide-ide abadi.

Aristoteles memiliki pandangan yang berbeda dengan Plato. Ia pertama-tama menyebut


prinsip-prinsip yang pertama, yaitu nous (intelek), noesis (proses berpikir), dan the Good. Dari
situ, ia mengatakan bahwa pengertian tntang tuhan berasal dari du sumber, yaitu jiwa dan
gerakan bintang. Bagi Aristoteles, yang merupakan dewa tertinggi adalah ia yang mejadi
penggerak pertama dari alam semesta. Allah bagi Aristoteles merupakan penyebab abadi dari
seluruh proses alam semesta. Allah mampu memikirkan dirinya sendiri, bukan manusia. Allah
itu bagi Aristoteles tidak saa dengan manusia yang memerlukan keutamaan moral. Allah tidak
memerlukan keuatamaan moral, karena ia merupakan kepenuhan dari moral dan moral
bersumber dari allah menurut Aristoteles.
Konsep Allah menurut kaum stoa sangat berbeda jauh dengan konsep Allah menurut
Sokrates, Plato, maupun Aristoteles. Konsep Allah menurut Stoa lebih kepada konsep yang
cukup materialis. Menurut kaum Stoa, komos itu adalah intelek dan logos merupakan bagian dari
kosmos. Stoa melihat bahwa manusia bukanlah puncak dari logos. Manusia hanyalah bagian dari
logos itu sendiri yang memiliki ciri khas berupa rasio. Stoa lebih bersifat Pantheistik. Ia tidak
meletakkan Allah sebagai seuatu yang transenden, supernatural, penggerak utama, dan
antrophomorphic. Allah bagi Stoa lebih bersifat materialistik, yaitu kosmos itu sendiri.

Pemikiran Plotinos tentang Allah tidak bisa dilepaskan dari konsep To Hen. Menurtnya,
To Hen tersebut tidak dapat didefinisikan, bukan sesuatu yang menciptakan alam semesta,
merupakan sumber dari segala sesuatu, dan tidak membutuhkan segala sesuatu. Oleh karena
sumber dari segala sesuatu, maka Plotinos mengatakan bahwa alam bukanlah Allah. Prinisp
pertama dari To Hen adalah Yang Satu. Bagi Plotinos, Yang Satu itu bersfat transendens. Yang
Satu memiliki kedudukan yang tertinggi diantara segala yang ada. Kemudian, prinsip ke dua dari
To Hen adalah nous. Nous bagi Plotinos adalah sesuatu yang mampu memikirkan dirinya sendiri
dan objek yang sedang dipikirkan. Baru kemudian, prinsip yang ke tiga dari To Hen adalah
pyskhe. Psykhe ini merupakan emanasi setelah nous. Melalui phsykhe ini, memungkinkan untuk
emanasi yang berikutnya, yaitu materi.

Orang Yunani kuno gagal dalam membangun pandangan filosofis yang komprehensif
tentang Allah tanpa meninggalkan agama mereka. Mereka hanya menjelaskan tentang penyusun
ada dengan penjelasan yang filosofis. Mereka lebih menjelaskan prinsip-prinsip utama yang
mereka pikirkan dengan hal-hal yang tidak berwujud atau berwujud benda-benda. Oleh karena
itu mereka dianggap gagal. Orang akan lebih mudah menyembah dan menghayati pribadi, dari
pada hal-hal yang tidak berwujud dan juga benda-benda.

Anda mungkin juga menyukai