Anda di halaman 1dari 30

Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran

Kontekstual(Contexstual Teaching And Learning)


Di Kelas X SMA N 1 Simpang Pematang
Tahun Pelajaran 2021/2022

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan

Oleh:

NURUL KHASANAH
NPM. 1911050156

Jurusan : Pendidikan Matematika

i
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2021

DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Penegasan Judul ............................................................................................... 4
B. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 5
C. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 7
D. Pembatasan masalah........................................................................................... 7
E. Rumusan Masalah .............................................................................................. 8
F. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 8
H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ....................................................... 8
I. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 10
BAB II ......................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 11
A. Kajian Teori ..................................................................................................... 11
1. Belajar dan Mengajar ................................................................................... 11
2. Motivasi Belajar .......................................................................................... 13
3. Pembelajaran Matematika ........................................................................... 15
4. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ................. 16
B. Hipotesis Penelitian.......................................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................... 21
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 21
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 21

ii
1. Waktu Penelitian .......................................................................................... 21
2. Tempat Penelitian ......................................................................................... 21
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................................... 21
1. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 21
2. Jenis Penelitian ............................................................................................. 21
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 23
1. Populasi ........................................................................................................ 23
2. Sampel .......................................................................................................... 23
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 24
D. Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 24
1. Variabel Bebas (Independent Variabel) ....................................................... 24
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) ........................................................ 25
E. Instrumen Penelitian......................................................................................... 25
F. Pengujian Instrumen......................................................................................... 26
1. Uji Validitas ................................................................................................. 26
2. Uji Reliabilitas .............................................................................................. 27
3. Uji Kesukaran ............................................................................................... 27
4. Uji Daya Beda Instrumen ............................................................................. 28
G. Analisa Data ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul

Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu penulis


akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini.judul
penelitian yang dibahas adalah “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching And Learning) Di Kelas X SMAN
1 Simpang Pematang Tahun Pelajaran 2020/2021“. Adapun pengertiannya, sebagai
berikut:
1. Motivasi belajar : Motivasi adalah “suatu dorongan yang diberikan oleh orang lain
untuk mencapai tujuannya”.1 Sedangkan belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.2 Jadi motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri
seseorang sebagai keinginan untuk memperoleh perubahan diri menjadi yang lebih
baik dari pengalaman dan lingkungannya.
2. Bidang Studi Matematika : Matematika adalah bidang studi yang mempelajari
konsep-konsep tentang sesuatu yang berhubungan satu sama lain dengan jumlah
yang banyak danterbagi menjadi tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
3. Pembelajaran Kontekstual CTL : Kontekstual CTL merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada kererkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata sehingga para peserta didik.
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.3
4. Peserta didik : Peserta didik adalah anggota dari masyarakat yang berusaha
mengembangkan kemampuan diri dengan proses pembelajaran yang ada pada
jenjang pendidikan tertentu.4
5. SMAN 1 Simpang Pematang yang dimaksutkan yaitu lembaga pendidikan formal
pada jenjang sekolah menengah atas yang berada di Kecamatan Simpang Pematang
Kabupaten Mesuji.

1
Yudrik Jahja,” Psikologi Perkembangan”,( Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 356
2
Muhammad Bashir, “Pendekatan Pembelajaran”, (Sengkang : Lampena Intimedia ,2017),
hlm. 8
3
Mulyasa, “Menjadi Guru Profesional”, (Bandung : Rosda Karya, 2009), Hal 102
4
Undang-undang, “Sistem Pendidikan Nasional”, ( Jakarta : Cemerlang, 2003), hlm. 3

4
B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban bagi manusia yang disesuaikan
dengan kondisi dan perkembangan zaman. pendidikan juga dapat berasal dari mana
saja, dari pengalaman dimasa lalu dan dari lingkungan sosialnya. pendidikan dapat
memberikan manfaat bagaimana seseorang mengatasi permasalahan.
Menurut Undang-Undang Dasar Sisdiknas No 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1
“Tentang system pendidikan nasional, bahwa pendidikan didefinisikan sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.5
Dalam Islam, pendidikan adalah hal yang sangat penting. bahkan wahyu
pertama yang diberikan kepada Rasulullah saw, adalah tentang perintah membaca.
Firman Allah SWT :
۞‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬ ْ ‫علَقَ ۞اِ ْق َرأْ َو َربُّكَ األ َ ْك َرم۞الَّ ِذ‬
َ ‫ي‬ ْ ‫إ ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ ا لَّ ِذ‬
َ ‫ي َخلَقَ ۞ َخلَقَ اِ ْن‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬
۞‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ‫علَّ َم‬
َ ‫اإل ْن‬ َ
” Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah, Yang
Mengajar dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya “ (QS. Al-Alaq 1-5).
Menurut pengertian psikologi, belajar mempunyai arti yaitu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sebagai usaha pemenuhan
kebutuhan hidup. Dalam pengertian lain belajar adalah usaha yang seseorang lakukan
untuk mendapat hasil perubahan prilaku menjadi lebih baik, sebagai hasil pembelajaran
masalalu dalam lingkungannya .6 menurut pengertian umum belajar merupakan sebuah
proses prubahan dari seseorang yang menetap sebagai hasil pembelajarannya dengan
lingkungannya yang menyangkut proses kognitif. 7

Matematika seringkali dinaggap sebagai mata pelajaran yang horo, menakutkan, dan
mata pelajaran yang sulit. Bayak sekali siswa yang mengatakan bahwa matematika
adalah pelajaran untuk siswa yang pintar karena banyak sekali dari anggota siswa yang

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, “Sistem Pendidikan Nasional”, (Jakarta : Fokus


5

Media, 2010), hal 2.


6
Muhammad Basir, Loc.cit, hlm 8.
7
Muhibbinsyah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), Hal 68.

5
sulit dalam memahaminya. Adapula siswa yang sudah memahami konsep matematika
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang menyenangkan. Dari asumsi siswa
yang tidak memahami matematika mereka mengatakan bahwa matematiak sulit
dipahami, menakutkan, sehingga mereka cenderung menghindari pelajaran
matematika. Tergantung dari kesiapan belajar, kefokusan belajar, serta motivasi siwa
dalam mendukung kegiatan belajarnya.
Adapun faktor yang menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika yaitu gaya atau metode belajar dan strategi guru dalam
menyampaikan materi. Metode pembelajaran dan strategi belajar yang tepat tersebut
memengaruhi keberhasilan siswa dalam memahami dan menangkap pelajaran dengan
lebih mudah tanpa ada rasa takut, perasaan sulit, dan sebagainya.
Banyak juga dari guru matematika yang menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran matematika, dilanjutkan dengan dialog tanya jawab, lalu diakhiri dengan
pemberian tugas. Saat proses belajar mengajar berlangsung guru menjadi tokoh utama
didalam kelas, semua siswa terfokus pada materi yang diberikan oleh guru.8
Dilihat dari data siswa kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022 tentang pemahaman
siswa terhadap pelajaran matematika konsep masih tergolong rendah. Dapat dilihat
dari hasil nilai belajar matematika siswa kelas X SMA N 1 Simpang Pematang sebagai
berikut :
Tabel 1
Rata-rata Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas X SMA N 1 Simpang Pematang Semester Ganjil
Tahun Pelajaran2021/2022

No Kelas Nilai Rata-rata


1 X.IPA1 67
2 X.IPA2 65
3 X.1PA3 65
Dokumen SMA N 1 Simpang Pematang
Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar matematika masih rendah. Untuk
mengatasinya, guru harus memilih ataupun mengubah metode belajar menjadi metode

8
wawancara dengan Romiyanti, Guru Matematika SMA N 1 Simpang, pada tanggal 02 oktober
2021.

6
pembelajaran yang disenangi oleh siswa dan juga dapat mengembangkan daya pikir
siswa.
Dengan adanya dukungan kurikulum pembelajaran yang ditetapkan saat ini,
pembelajaran dan penyampaian ilmu tidak hanya dari seorang guru melainkan juga dari
siswa sebagai anggota bagian dalam proses pembelajaran. Ambisi dan minat dari siswa
untuk belajar matematika tidaklah sama dari antar siswa. Ada yang sangat terrtarik
belajar, adapula yang cukup tertarik, sedikit tertarik, dan ada yang tidak tertarik sama
sekali. Biasanya siswa yang memiliki ketertarikan sangat tinggi tidak memerlukan
dukungan orang lain untuk belajar matematika. Sebaliknya, siswa yang memiliki
sedikit ketertarikan dan tidak tertarik sama sekali belajar matematika karena terpaksa,
maka mereka adalah siswa yang sangat memerlukan dukungan dan motivasi dari orang
lain.
Dari uraian latar belakang di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut dengan judul “Peningkatan Motivasi
Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching And
Learning) Di Kelas X SMA N 1 Simpang Pematang Tahun Pelajaran 2021/2022”.

C. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai


berikut :
1. Kurangnya minat, motivasi, dan ketertarikan belajar siswa pada pembelajaran
matematika, disebabkan oleh banyaknya siswa yang menganggap bahwa
matematika adalah pelajaranyang sulit dan menakutkan.
2. Penggunaan metode ceramah, sehingga siswa hanya terfokus pada guru yang
menyampaikan materi dan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Hasil belajar matematika siswa kelas X SMA N 1 Simpang Pematang masih rendah.

D. Pembatasan masalah

Untuk menghindari penyimpangan permasalahan dan terlalu luasnya


pembahasan dan juga keterbatasan ilmu penulis, oleh karena itu penulis membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu pada pada pokok bahasan peningkatan motivasi belajar
matematika melalui pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching And Learning)
di SMA N 1 Simpang Pematang Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022.

7
E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah


penelitian sebagai berikut :
“ Apakah penerapan pembelajaran kontekstual pada bidang studi Matematika dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Simpang Pematang Tahun
Pelajaran 2021/2022 ? “

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan motivasi belajar siswa
kelas X di SMA N 1 Simpang Pematang pada bidang studi Matematika melalui
pembelajaran Kontekstual.

G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain :
1. Bagi guru : menggunakan pendekatan kontekstual dapat memperbaiki
prosespembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi siswa : memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa melakukan pembelajaran yang bervariasi.
3. Bagi sekolah : pembelajaran kontekstual duharapkan dapat menuingkatkan hasil
belajar yang maksimal serta dapat memberikan saran dalam pengembangan proses
pembelajaran.
4. Bagi peneliti :dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan mampu memahami
model pemblajaran yang sesuai dengan kompetensi pembelajaran.

H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian yang terkait peningkatan motivasi belajar pada bidang studi


matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah antara lain :

8
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan proses sains anak, sehingga dapat dijadikan pilihan bagi
guru dalam memberikan ruang untuk mengembangkan keterampilan sains anak. 9
2. Hasil dari analisis dilapangan yaitu jawaban siswa yanag terkait kemampuan
representasi matematik yang mengikuti pembelajaran CTL dengan nilai rata-rata
3.00 termasuk dalam kelompok “ sangat baik” sedangkan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata 2.33 termasuk pada kelompok
“baik”.10
3. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar. 11
4. Hasil dari penelitian berikut adalah pemahaman matematik yang diperoleh melalui
pembelajaran kontekstual lebih meningkat. 12

9
Siti Fatimah, Siti Wahyuningsih, Dan Muhammad Munif Syamsuddin, “ Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Anak Usia 4-5
Tahun”Jurnal Kumara Cendekia No.3 (2019):335.
10
Lilis Arini, Nur Rahmi Rizqi, Dan Riska Indah Sari Lubis, Pengaruh Model Pembelajaran CTL
(Contextual Teaching And Learning) Terhadap Kemampuan Representasi Siswa, Jurnal Matematika
Dan Pendidikan Matematika,Volume 4, No. 1(2021) : 37.
11
Panji Setiawan Dan I Dewa Nyoman Sudana, Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika, Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru, Vol.2, No. 3,
(2019) : 245.
12
Erik Santoso, Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 3 No.1 (2017) : 25.

9
I. Sistematika Penulisan

Penggunan sistematika dalam penulisan memudahkan untuk memahami dan


mengetahui pembahasan umum dalam proposal skripsi ini. berikut adalah :

Tabel 2
sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Penegasan Judul
B. Latar Belakang Masalah
C. Identifikasi Masalah
D. Pembatasan Masalah
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang
Relevan
I. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Kajian Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
Bab III Metode Penelitian
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
C. Populasi, Sampel, dan Teknik
Pengumpulan Data
D. Definisi Operasional Variabel
E. Instrumen Penelitian
F. Pengujian Instrumen Penelitian
G. Analisa Data

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Belajar dan Mengajar
a. Belajar

Belajar dan mengajar adalah satu kesatuan yang tidak daat dipisah.
Belajar merujuk pada sesuatu yang seseorang lakukan sebagai penerima
pelajaran, sedangkan mengajar merujuk pada sesuatu yang akan guru lakukan
sebagai pemberi pelajaran.
Konsep tersebut menjadi suatu kegiatan interaksi antara siswa-guru, siswa-
siswa saat terjadinya pembelajaran . Interaksi siswa-guru sebagai proses
pembelajaran tentang peranan penting agar tercapainya pembelajaran yang
efektif. Belajar merupakan proses dengan adanya perubahan pada seseorang.
Perubahan menjadi bagian hasil belajar yang diperlihatkankan dalam bentuk
berubah cara menerima informasi, penyampaian, perubaha perilaku menjadi
lebih baik, dan faktor-faktor lain pada individu.13 Menurut pengertian psikologi,
belajar adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Belajar
juga suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menjadi lebih
baik.14
Secara umum belajar merupakan sebuah proses perubahan dari
seseorang yang menetap sebagai hasil pembelajaran dengan lingkungan yang
terkait dengan proses kognitif. 15

13
Nana Sudjana,” Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar”,(Bandung : Sinar Baru Algesindo,
1998), Hal 28.
14
Muhammad Basir, Loc.cit, hlm 8.
15
Muhibbinsyah, Loc.cit, Hal 68.

11
b. Mengajar

Menurut definisi lama : mengajar adalah sebuah proses penyerahan yang berupa
pengalaman dan kecakapan kepada siswa atau usaha mewariskan kebudayaan
kepada generasi selanjutnya sebagai generasi penerus. Sedangkan menurut
definisi modern : “ teaching is a guidance of learning” yang berarti mengajar
adalah bimbingan kepada siswa dalam pembelajaran.16 Definisi tersebut
menunjukkan bahwa yang aktif dalam sebuah proses pembelajaran adalah siswa,
sedangkan guru hanya membimbingpembelajaran. .

Dilihat dari kemampuan belajarnya, seharusnya siswa pada tingkat SMA


sudah bisa menerima pelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengingatkan antara materi yang di ajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Komponen- komponen pembelajaran kontekstual yakni:
konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry
masyarakat belajar ( learning community) pemodelan (modeling), dan penilaian
autentik ( authentic assessment).17
Guru yang menggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik bisa
menyebabkan siswa bosan saat proses pembelajaran. Banyak sekali pengalaman
dari guru yang menggunakan metode ceramah saat pembelajaran, satu dari siswa
dikelas tertidur saat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya
daya tarik siswa untuk memahami materi dari guru karena penyampaiannya yang
tidak menarik dan membosankan.
Masalah utama dalam pembelajaran sebenarnya adalah perbedaan
individu siswa. Setiap guru harus bisa mengerti bahwa tidak seluruh siswa itu
dapat memahami sesuatu yang ingin dicapai oleh guru. Sedikit sekali guru
memberikan penjelasan bahwa kesulitan belajar siswa merupakan kelemahan
guru dalam mengajar.

16
Muhammad Basir, Op.cit, hlm 21
17
Triyanto,” Mendesain model pembelajaran inovatif progresif “, (Jakarta : Kencana pradana
Grup, 2007), Hal 107.

12
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yaitu dorongan dari seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif sebagai dorongan dari dalam untuk melakukan sesuatu
agar tujuan yang diharapkan tercapai. Motivasi dapat diartikan sebagai usaha
mengondisikan sesuatu sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu,. Jadi,
motivasi itu dipengaruhi oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh didalam
diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi sebagai dorongan yang
membuatkan siswa tertarik dalam kegiatan belajar.18 .
Motivasi belajar sangat diperlukan, karena membantu siswa dalam
mencapai keinginan belajar. Permasalahannya adalah bagaimana menjaga
motivasi belajar itu agar tetap ada, dan semangat yang timbul dari motivasi
tersebut terus meningkat. Biasanya siswa termotivasi dari seseorang , keinginan
yang besar, atau cita-cita, bahkan sesuatu yang kedepannya diharapkan bisa
membawa kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

b. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Hasil belajar bisa menjadi optimal, jika mendapat motivasi. motivasi


memiliki artian penting dalam belajar, diantaranya :
1. Mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan menberi dukungan.
2. Menetukan arah tujuan yang akan dicapai.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang akan dilakukan sesuai tujuan yang akan
dicapai.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar
bagi siswa adalah sebagai berikut :
1) Memberi semangat belajar yang lebih besar kepada siswa.
2) Memberi arah dan tujuan pada saat belajar.
Manfaat pemberian motivasi dari guru untuk siswa juga memiliki
manfaat bagi guru yaitu sebagai berikut :

18
Sardiman, Op. Cit, hal 73-75

13
1) Meningkatkan semangat siswa untuk belajar sampai tujuannya tercapai.
2) Memahami motivasi belajar siswa.
3) Memfokuskan guru untuk menjadi peran guru yang disukai oleh siswa.
4) Memberikan penjelasan bahwa tugas dari seorang guru adalah membuat
siswa belajar sampai berhasil paham. dan tantangan yang diberikan kepada
guru adalah dapat mengubah siswa yang sebelumnya tidak mengerti
pelajaran menjadi lebih paham dan mudah memahami pelajaran.

c. Macam - Macam Motivasi

1. Motivasi Instrinsik : Motivasi intrinsik adalah perubahan yang tidak


memerlukan dorongan dari luar karena dorongan tersebut sudah ada dalam
dirinya sendiri. Dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka motivasi
instrinsik adalah keinginan mencapai tujuan dalam pembelajaran.
2. Motivasi Ekstrinsik : Motivasi ekstrinsik adalah adanya dorongan dari luar.
Contohnya siswa belajar, karena besok akan diadakan evaluasi dan
mengharapkan nilai yang bagus, sehingga disanjung oleh temannya. Jadi,
motivasi itu bukan karena ingin mengetahui sesuatu melainkan ingin
mendapatkan nilai baik atau mendapat hadiah dan lain sebagainya.19

d. Bentuk – Bentuk Motivasi

Proses belajar mengajar adalah proses untuk siswa agar siswa memiliki
semangat belajar. Motivasi merupakan aspek yang berarti penting untuk seorang
guru. Berikut adalah usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat
siswa dalam belajar :
1) Memberikan support kepada siswa untuk belajar.
2) Memberikan apresiasi terhadap prestasi siswa.
3) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4) Memahami dan membantu kesulitan belajar siswa secara perseoragan
maupun kelompok.
5) Menggunakan berbagai metode pembelajaran.20

19
Sardiman, Op. Cit, Hal 89-91.
20
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,” Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta : Rieneka Cipta,
2006), Hal. 148-149.

14
e. Unsur - Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

1. Kemampuan siswa : Keinginan siswa dalam mencapai sesuatu harus disertai


dengan kemampuan. misalnya keinginan untuk dapat berhitung, maka harus
diiringi dengan kemampuan mengenal angka.
2. Kondisi siswa : Kondisi kesehatan siswa juga menjadi unsur yang
mempengaruhi. misalnya ketika siswa sakit, maka akan mengganggu kinerja
berpikir atau bahkan menjadikannya cepat lelah dan tak sanggup melakukan
pembelajaran.
3. Lingkungan siswa : Lingkungan siswa sangat berpengaruh terhadap
kepribadian dan kebiasaan dalam kegiatan sehari-harinya.

3. Pembelajaran Matematika

Kata “matematika“ berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar”, juga mathematikos yang
di artikan sebagai “suka belajar”.21 Matematika menurut Ruseffendi (1991), adalah
ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola
pikir, keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak di
definisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat
matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.22
Matematika mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang penting dalam
kehidupan. Tujuan khusus pembelajaran matematika diantaranya sebagai berikut
:

21
Sriyanto, “Strategi Sukses Menguasai Matematika”, ( Yogyakarta : Indonesia Cerdas, 2007),
Hal.12
22
Heruman, “Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar”, (Bandung : Rosda Karya,
2007, Hal. 1.

15
a. Melatih daya berpikir yang menarik.
b. Mengembangakan kreatifitas yang melibatkan imajinasi.
c. Mengembangkan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
d. Mengembangkan penyampaian matematika secara lisan, catatan, grafik, peta,
diagram, dalam menjelaskan suatu ide pikiran.23

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika diatas, matematika tidak


hanya dituntut untuk menghadapi konsep hitung-menghitung saja, tetapi juga
dituntut untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam
hidup ini dalam kehidupan sehari-hari. .

4. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan


bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara natural,
yang berarti belajar akan lebih bermakna jika siswa tersebut mengalami sendiri
apa yang dipelajari dan mengaitkan dalam kehidupan. Pembelajaran kontekstual
tidak hanya sekedar memberi pengetahuan dari guru untuk siswa, tetapi bagaimana
siswa memahami apa yang telah didapatkannya.
Contextual Teaching and Learning adalah model pembelajaran yang
dimana belajar dengan mengaitkan pada kehidupan nyata dan menghubungkan
suatu permasalahan dengan pengetahuannya. kesimpulan dari pengertian diatas,
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah pembelajaran yang
menghubungkan topik pembelajaran dengan kenyataan sehari – hari, baik di
sekolah atau dilingkungan masyarakat. Dengan adanya pembelajaran CTL guru
dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengeluarkan dan
mengekspresikan potensi yang mereka miliki. siswa mendapatkan pelajaran dari
hal-hal yang dilakukan berdasarkan penemuan dan pemahamannya yang
bermanfaat untuk kehidupan kedepannya.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru harus lebih terfokus pada strategi
dan metode belajar daripada menyampaikan materi atau informasi. Peran guru
hanya mengondisikan kelas agar tetap kondusif dan menjaga agar pembelajaran
berjalan dengan lancar.

23
Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematrika Sekolah Menengah Atas dan MA”, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hal. 11.

16
Langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut :
a. Menanamkan pemikiran pada siswa bahwa menemukan masalah dan
memahaminya akan lebih tersampai.
b. Melakukan kegiatan inquiri untuk semua topik.
c. Membiasakan siswa untuk selalu bertanya.
d. Menciptakan pembelajaran dalam kelompok.
e. Menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian dengan berbagai cara.24

Pendekatan CTL memiliki 7 komponen utama. Adapun komponennya


adalah sebagai berikut :
a. Konstruktivisme (contruktivism), adalah pembiasaan siswa untuk bisa
memecahkan masalahnya sendiri. guru sekedar membantu menyediakan bahan
pelajaran dimana siswa terus aktif mengkontruksi sehingga terdapat peubahan
dari dari konsep yang abstrak menjadi lebih rinci dan terfokus.
b. Menemukan (inquiry), adalah inti dari pembelajaran kontekstual yang
berpendapat bahwa pengetahuan yang dipeoleh siswa adalah hasil dari
penemuannya sendiri.
c. Bertanya (questioning), adalah cara melatih kemampuan berfikir siswa. dengan
kegiatan bertanya, untuk mengetahui apa yang belum diketahui siswa dan
menyampaikan informasi yang sudah diketahui.
d. Masyarakat belajar (learning community), adalah pembagian kelompok agar
saling bertukar pikiran sesama naggota pembelajaran.
e. Pemodelan (modeling), adalah contoh atau model yang dapat ditiru dalam
sebuah proses pembelajaran.
f. Penilaian sebenarnya (authentic assesement), adalah kegiatan menilai siswa
pada apa yang sebenarnya harus dinilai, baik proses maupun hasilnya.25
(Depdiknas, 2002).

24
Trianto, Op. Cit, hal. 111.
25
Kuanandar, Op. Cit, Hal 305-316.

17
Adapun perbedaan antara pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning) dengan pembelajaran konvensional dilihat dari konteks tertentu
adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dan Konvensional

No Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Konvensional


1 Memposisikan siswa sebagai Memposisikan siswa sebagai
subjek belajar, dimana siswa objek yang berperan sebagai
berperan aktif pembelajaran penerima informasi secara pasif.
dengan cara menemukan
pelajaran.
2 Siswa belajar melalui kelompok, Siswa banyak menerima,
berdiskusi saling menerima dan mencatat, dan menghafal materi
memberi. pelajaran.
3 Pembelajaran dari kehidupan Pembelajaran bersifat abstrak.
nyata secara riil.
4 Kemampuan diperoleh dari Kemampuan diperoleh melalui
pengalaman. latihan.
5 Tujuan akhir pembelajaran CTL Tujuan akhir pembelajaran
adalah kepuasan diri. konvensional adalah nilai.

6 Tindakan dilakukan atas Tindakan didasarkan oleh faktor


kesadaran diri. dari luar.
7 Pengetahuan individu selalu Pengetahuan dikontruksi oleh
berkembang seiring banyaknya orang lain.
pengalaman yang dialami.
8 Siswa bertanggung jawab Guru adalah penentu jalannya
mengembangkan pembelajaran proses pembelajaran.
pada diri mereka masing-
masing.
9 Pembelajaran terjadi dimanapun Pembelajaran hanya terjadi
sesuai dengan kebutuhan. didalam kelas.

18
10 Keberhasilan pembelajaran Pembelajaran biasanya hanya
diukur dengan berbagai cara, diukur dari tes.26
evaluasi, hasil karya siswa, dan
lain-lain.

Beberapa perbedaan pokok diatas, menggambarkan bahwa CTL memang


memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.

Adapun disetiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan


kekurangan. kelebihan pembelajaran kontekstual diantaranya :
a. Siswa dituntut untuk memahami hubungan antara pelajaran di sekolah dengan
pengalaman di kehidupan nyata.
b. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran, karena diharapkan dapat menerapkan
dengan pengalaman sehari-hari.
c. Siswa dapat berpikir kreatif sesuai dengan apa yang telah dipelajari.
d. Dapat mengurangi rasa bosan saat belajar.
Adapun kekurangan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Guru lebih fokus mendampingi proses pembelajaran daripada menyampaikan
materi, karena guru tidak lagi menjadi sumber informasi.
b. Guru hanya mendengarkan dan mengamati keaktifan belajar.

Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, (Jakarta :


26

Kencana Prenada Media Group, 2006), Hal 258-260.

19
b. Kerangka Berpikir

Penelitian ini, akan mempelajari tentang pelaksanaan pembelajaran


menggunakan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika dan
pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas X di SMA N 1
Simpang Pematang. Harapananya, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
mengungkapkan hal-hal tersebut terkait dengan proses pembelajaran Matematika di
sekolah.
Berikut adalah kerangka berfikir peneliti

Motivasi belajar Matematika Rendah

Kualitas Proses Pembelajaran

Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Analisis

Meningkatnya Motivasi belajar siswa


terhadap pelajaran Matematika
Gambar 1 Kerangka Berfikir

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian


dan pernyataan yang berkaitan dengan bahasan masalah yang diteliti. bersadar keragka
berpikir yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ho = tidak terdapat pengaruh dari pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Simpang
Pematang.

20
Ha = terdapat pengaruh dari pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Simpang
Pematang.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dilaksanakannya penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA N 1 Simpang Pematang.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif dan kuantitatif. Alas an penggunaan pendekatan kualitatif adalah dalam
melakukan melakukan sebuah tindakan dioerlukan pengungkapan proses
pembelajaran untuk usaha meningkatkan motivasi belajar matematika . Sedangkan
pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data dari hasil pembelajaran,
khususnya yang berkaitan dengan kognitif.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan
utama dari penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki permasalahan yang nyata
dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas.
Prosedur penelitian tindakan kelas memiliki empat tahapan yaitu perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observation), dan refleksi. Dan
terjadi dalam beberapa siklus :

21
a. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
a) Peneliti Melakukan Analisis Untuk Mengetahui Kompetensi Dasar
Yang Akan Diberikan Kepada Siswa.
b) Peneliti Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)
c) Membuat Lembar Kerja Siswa (Lks)
d) Membuat Instrument Dalam Siklus Ptk.
e) Menyusun Evaluasi Pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Acting)
a) Pembagian siswa menjadi beberapa kelompok.
b) Penyajian materi pelajaran.
c) Pemberian materi diskusi.
d) Guru memberi arahan saat diskusi kelompok.
e) Presentasi materi dari kelompok.
f) Pemberian pertanyaan.
g) Pemberian kesempatan pada siswa yang ingin menanggapi materi.
h) Kesimpulan.
i) Pengamatan.
3) Pengamatan (Observation)
a) Kondisi pembelajaran.
b) Keaktifan siswa.
c) Kemampuan siswa dalam diskusi.
4) Refleksi (Reflecting)
Peneliti melakukan analisis data dengan menyimpulkan data yang telah
terkumpul pada saat pengamatan. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi
untuk megetahui pembelajaran untuk pertimbangan di siklus berikutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan (Planing)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil dari siklus
pertama.
2) Pelaksanaan (acting)
Peneliti menggunakan pembelajaran kontekstual berdasarkan rencana hasil
dari siklus pertama.
3) Pengamatan (observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual.

22
4) Refleksi (reflecting)
Peneliti melakukan refleksi dan menyusun rencana untuk siklus ketiga.

c. Siklus III
1) Perencanaan (Planing)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasar hasil siklus kedua.
2) Pelaksanaan (acting)
Guru menggunakan pembelajaran kontekstual berdasarkan rencana
pembelajaran hasil refleksi siklus kedua.
3) Pengamatan (observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran
kontekstual.
4) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi siklus iii dan membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran kontekstual dalam peningkatan motivasi belajar matematika.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data


1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau benda yang dapat dijadikan sumber
sampel karena memiliki kriteria yang relevan dengan topik penelitian. 27populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Simpang Pematang
Tahun Pelajaran 2021/2022, yang terdiri dari kelas X.IPA1, X.IPA2, X.IPA3,
X.IPS1, X.IPS2, dan X.IPS3.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk diteliti.28 dala kelas
sebagai sampel yaitu kelas x.ipa1 sebagai sampel penggunaan pembelajaran
kontekstual (CTL), X.IPA2 sebagai sampel pembelajaran campuran, yaitu
kontekstual dan konvensional, dan X.IPA3 sebagai sampel pembelajaran
konvensional

27
Wahidmumi, “Pemaparan Metode Penelitian”, Occupational Medicine 53. no. 4 (2017) :1-6.
28
Adam Malik dan Minan Chusni, “Pengantar Statistika Pendidikan : Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta : Deepublish,2018), hal. 49.

23
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk memperoleh data yang
perlu diolah menjadi data saji dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data
yang digunakan meliputi observasi, tes, catatan lapangan, dan wawancara.
a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan untuk melihat
seberapa besar efek tindakan telah mencapai target. Observasi digunakan
untuk mengumpulkan data tentang keikutsertaan siswa dalam pembelajaran
kontekstual.
b. Tes
Tes adalah beberapa pertanyaan yag dibrikan kepada seseorang untuk
mengetahui perkembangan aspek psikologi dalam diri seseorang.29 fungsi
dari tes yaitu untuk memperoleh data hasil belajar yang diberikan diakhir
siklus.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah informasi yang dilihat, didengar dan
dipikirkan bertujuan sebagai pengumpul data dan refleksi data. Catatan
lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian saat proses
pembelajaran.
d. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaanyang diberikan secara lisan kepada
orang-orang yang dapat memberi informasi permasalahan penelitian tindakan
kelas. Wawancara digunakan untuk melihat data yang berhubungan dengan
sikap, pendapat, atau wawasan.

D. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu sebagai berikut :


1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi sutu perubahan tertentu pada
variabel terikat. Model pembelajaran kontekstual termasuk kedalam pembelajaran
kooperatif, yaitu adanya pembagian kelas menjadi beberapa kelompok dengan

29
Kunandar, Op. Cit, Hal 186.

24
tujuan siswa dapa berdiskusi untuk menemukan [ermasalahan dan memecahkan ,
lalu mengaitkan dengan pengalaman di kehidupan nyata.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. 30
variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Adanya dorongan dan
semangat belajar diartikan bahwa adanya minat atau ketertarikan dalam belajar.
Dalam penelitian ini, siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran dengan
pengaplikasian pengalamand di kehidupan nyata , lalu adanya membuka
kesempatan bertanya untuk menampung beberapa pertanyaan dari siswa yang
belum paham.

E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk mengukur motivasi dan hasil belajar siswa
menggunakan tes yang dibrikan kepada siswa. Maka indikator yangdigunakan adalah
sebagai berikut :
1. Tes rata-rata nilai ulangan harian jika siswa yang mendapat nilai minimal 67
adalah  75% pada tes yang diberikan pada tiap siklus maka belajar dinyatakan
lulus. Selanjutnya, jika siswa yang mendapat nilai minimal 67 lebih kecil dari 75
% maka akan dilakukan perbaikan dan pengujian pada siklus berikutnya .
2. Ketuntasan belajar siswa yang mendapat nilai ≥ 6,5 sekurang kurangnya 80% dari
jumlah seluruh siswa.
Untuk menghitung persentase kelulusan siswa menggunakan rumus :
𝐹
p=𝑁
Keterangan :
P = angka persentasi siswa yang mendapat nilai ≥ 67.
F = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 67.
N = banyaknya siswa di kelas.

Sedangkan untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus :

∑𝑥𝑡
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan :

30
Mai Sri Lena, Netriwati, Nur Rohmatul Aini, “ Metode Penelitian” ,(Malang : CV IRDH,
2019), Hal. 71.

25
𝑥̅ = nilai rata-rata kelas.
∑𝑥𝑡 = jumlah nilai siswa.
n = jumlah siswa kelas X.

F. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan ketelitian dan kecermatan suatu alat
ukur tes ataupun nontes dalam fungsi mengukur apa yang harus diukur.31 uji
veliditas penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment (r), sebagai
berikut : 32

𝑟 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑥𝑦=
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 − ∑ 𝑋 2 ] 𝑁[∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌2 )]

Keterangan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan skor total (Y).
X = banyaknya peserta didik.
Y = skor butir soal atau skor item pertanyaan.
N = total skor .
Nilai 𝑟𝑋𝑌 adalah koefisien korelasi dari tiap butir soal sebelum soal dikoreksi .
data mencari corrected item – total correlation coefficient dengan rumus :
𝑟 𝑟𝑥𝑦 𝑆𝑦 − 𝑆𝑥
𝑋(𝑦−1)=
√𝑆𝑦 2 + 𝑆𝑦 2 − 2 𝑟𝑥𝑦 ( 𝑆𝑦) (𝑆𝑦)

keterangan :
rxy = validitas butir ke – 1 sebelum dikoreksi.
X = skor variabel.
Y = skor total variabel .
𝑆𝑦 = standar deviasi total.
𝑆𝑋 = standar deviasi soal ke – i.

Ali Hamzahi, Evaluasi Pembelajaran Matematika” , (Jakarta : Rajawali Pers , 2014), Hal. 216.
31
32
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, “Dasar Metodologi Penelitian”,(Yogyakarta : Literasi Media
Publishing, 2015)

26
𝑟𝑋 (𝑌−1) = Corrected item – tptal correlation coefficient
Nilai 𝑟𝑋 (𝑌−1) selanjutnya akan dibandingkan dengan korelasi tabel yaitu
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 𝑟(𝑎𝑛−2). . jika hasilnya 𝑟𝑋 (𝑌−1) >𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka isntrumen dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas
Instrumen dapat dikatakan reliabilitas jika instrumen stabil dalam
pengukurannya sehingga dapat dipercaya untuk melihih jawaban-jawaban
tertentu.33 dalam menggunakan reliabilitas menggunakan rumus alpha crowbach
untuk menghitung reliabilitas dala, bentuk skala ataupun uraian sehingga
pengukurannya tidak dilakukan dengan skor benar = 1, dan salah = 0 seperti pada
tes objektif, tetapi menggunakan skor 1-10 atau skala 1-5. 34
rumus alpha crowbach adalah 35 :
𝑛 ∑ 𝑆𝑖 2
𝑟=( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑆 𝑡
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal
𝑠𝑖 1 = variansi skor butir soal ke - i
𝑆 2 𝑡 = variansi skor total
Nilai koefisien alfa (r) nantinya akan dibandingkan dengan koefisien relasi
tabel yaitu 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 𝑟(𝑎𝑛−2). . Jika hasilnya 𝑟11 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka instrumen
dinyatakan reliabel.

3. Uji Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk penentuan tingkat kesukaran pada soal essay
adalah:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝑇𝐾 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

33
Triyanto, “Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi pendidikan dan Tenaga
Kependidikan ”, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2011), Hal. 287
34
I Nyoman Doni Pramana et.al, “ Evaluasi Pendidikan “ (BETA ; 2015) : 84.
35
Mai Sri Lena, Netriwati, dan Nur Rahmatul Aini, Op.cit.

27
4. Uji Daya Beda Instrumen
Uji Daya Beda Instrumendigunakan dalam soal essay dengan rumus :36

(𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑠) − (𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)


𝐷𝑃 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
G. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi disetiap siklus
penelitian dianalisis secara deskriptif dengan teknik presentase untuk melihat
kecenderungan pada pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) :
1. Hasil belajar : dengan menganalisis nilai rata-rata evaluasi pada tiap siklus.
2. Aktifitas belajar : dengan menganalisis keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika.
3. Penerapan pembelajaran kontekstual : dengan menganalisis tingkat keberhasilan
penerapan pembelajaran kontekstual.

36
Ibid,

28
DAFTAR PUSTAKA

Ali,Muhammad. 2007. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
Bashir, Muhammad. 2017. Pendekatan Pembelajaran. Sengkang : Lampena
Intimedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas Dan Ma. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri, Dkk. 2006 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rieneka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara.
Hamzahi, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Rajawali Pers.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung : Rosda
Jaya.
Jahya, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Pt Raja
Grafindo Persada.
Lena, Mai Sari, Dkk. 2019. Metodes Penelitian. Malang : Cv Irdh
Malik, Adam, Dkk. 2018. Pengantar Statistika Pendidikan : Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta : Deepublish.
Muhibbinsyah. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Pranada Media Group.

29
Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Raja Grafindo
Persada.
Siyoto, Sandu, Dkk. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Meda
Publishing.
Sriyanto. 2007. Strategi Suskses Menguasai Matematika. Indonesia Cerdas.
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar .Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Triyanto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Perkembangan Profesi
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana Pranada Media
Group.
Uzer, Usman. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Pt Remaja Rosda Karya.

30

Anda mungkin juga menyukai