Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PDGK4501 dan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi Tugas Akhir Pada Program S-1
PGSD
OLEH :
HERMAN
NIM. 856577535
UNIVERSITAS TERBUKA
1
LEMBARAN PENGESAHAN
Menyetujui
Mahasiswa,
Herman
NIM. 856577535
i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya
saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi,
termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Herman
NIM. 856577535
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dalam usaha
peningkatan prestasi belajar siswa dan menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan baik, lancar dan tepat pada
waktunya
Laporan PKP ini berisi tentang UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA KELAS IV TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN
MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL DI SDN 66 TELUK KECIMBUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian motivasi dari semua
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Muhammad Nuzli, SPd.I, M.Pd. selaku tutor sekaligus pembimbing dalam
menyelesaikan laporan PKP ini.
2. Kepala SD Negeri 187/IX Tanjung Harapan, Ibu Titien Fauziyah, S.Pd. SD. yang telah
memberikan izin peneliti melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Ibu Occi Komariah selaku supervisor dan juga guru pamong yang telah memberikan
bimbingan selama penelitian.
4. Teman-teman sejawat yang telah memberikan bantuan, masukan, dan dukungan dalam
proses pembelajaran.
5. Siswa kelas IV SD Negeri 187/IX Negeri 187 yang merupakan subjek dari penelitian
ini.
6. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam melaksanakan
penyelesaian perbaikan.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga dengan bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan bapak/ibu serta
teman-teman berikan kepada peneliti dapat menjadi amal dan mendapatkan pahala yang
setimpal dari Allah SWT.
iii
Akhirnya peneliti berharap semoga laporan PKP ini dapat bermanfaat bagi pembaca demi
kebaikan di masa yang akan datang
Herman
iv
DAFTAR ISI
v
Daftar Gambar
vi
Daftar Lampiran
Lampiran 9. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar Sebelum Diterapkan Perbaikan 78
Pembelajaran
Lampiran 10. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar siklus I 80
Lampiran 11. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar siklus II 82
vii
ABSTRAK
Karya ilmiah ini berfokus pada masalah pembelajaran IPA, yaitu apakah pendekatan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung? Tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap
peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung tahun pelajaran
2022/2023. Untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam pengkajian, penulis menggunakan dua
teknik, yaitu tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
CTL dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Watu Deru sangat cocok karena terjadi perubahan
yang sangat signifikan, baik dari segi keaktifan siswa maupun dari segi hasil belajar. Semangat
belajar siswa dari siklus ke siklus semakin meningkat, dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi
SANGAT BAIK pada siklus II. Demikianpun nilai rata-rata postes siswa mengalami peningkatan
dari 63,80 pada siklus I menjadi 71,12 pada sikus II. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal
mengalami peningkatan yang sangat tajam, yaitu dari 37,50% pada prasiklus menjadi 62,50%
pada siklus I, dan terus meningkat menjadi 100% pada siklus II. Oleh karena itu penulis
menyarankan bahwa agar guru IPA yang ingin siswanya mengalami peningkatan hasil belajar
wajib menggunakan pendekatan CTL
Kata Kunci : Kata kunci: wujud benda, pendekatan CTL, dan hasil belajar
vii
i
PENDAHULUAN
B. ANALISIS MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada latar
belakang dapat dianalisis bahwa terdapat dua penyebab rendahnya hasil
belajar siswa, yaitu: guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dan siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah
pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV
SDN 66 Teluk Kecimbung?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap
peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa
Menjadikan pembelajaran IPA yang lebih efisien dan efektif serta
dapat membangun daya pikir kritis siswa.
2. Bagi Guru/Peneliti
Terlatih untuk berpikir kritis dalam memecahkan kesulitan
belajar siswa.
Sebagai penunjang bagi guru sekolah dasar (SD) agar
memanfaatkan segala alat peraga dan sumber belajar serta
memilih pendekatan yang sesuai, khususnya pendekatan CTL
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 66 Teluk
Kecimbung terutama pada mata pelajaran IPA.
Sebagai referensi bagi sekolah untuk menggunakan pendekatan
CTL pada setiap kegiatan pembelajaran.
\
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian IPA
Secara umum, istilah IPA memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan.
Oleh karana itu, IPA didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis. IPA mencakup ilmu pengetahuan
sosial dan ilmu pengetahuan alam. Secara khusus istilah IPA dimaknai
sebagai ilmu pengetahuan alam “Natural Science” (Lusut, 2010: 11).
Pengertian IPA sebagai ilmu pengetahuan alam sangatlah beragam.
Ditinjau dari fisiknya, IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek
telaahannya adalah alam dengan segala isinya. Jika dilihat dari
namanya, IPA diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang memelajari
tentang sebab dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam.
Berikut adalah beberapa pengertian IPA menurut berbagai
pendapat para ahli. Athur A. Carin dan Robert B. Sun (dalam
Winataputra, dkk, 199: 22) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan
yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan
berupa data kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Menurut Collekte (dalam Wahyu, 2010: 16) IPA dapat diartikan
dalam tiga bagian, yaitu: IPA sebagai cara untuk berpikir, IPA sebagai
suatu cara penyelidikan, IPA sebagai kumpulan pengetahuan. Lebih
lanjut Bronowski (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10)
menyatakan IPA adalah organisasi pengetahuan dengan satu cara
tertentu berupa penjelasan lebih lanjut, mengenai hal-hal yang
tersembunyi yang ada di alam.
Menurut Davis (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10) IPA
sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta. Sejalan dengan, itu
Calmers (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 11) menjelaskan bahwa
IPA didasari oleh hal-hal yang dilihat, didengar, dan diraba. Sehingga
pendapat atau pikiran imajinasi tidak dapat dikatakan sebagai IPA
karena IPA bersifat objektif yang dapat dibuktikan. Conan (dalam
Mariana dan Paraginda, 2009: 10) menambahkan bahwa IPA
merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling
berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan
observasi berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa IPA merupakan
pengetahuan yang dibangun dari fakta, yang tersusun secara
sistematis/teratur, berlaku umum, bersifat objektif yang dapat
dibuktikan, yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan
observasi.
D. Komponen CTL
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas yaitu :
a. Kontruktifisme (Contructivism) Teori belajar tentang
kontruktifisme menyatakan bahwa siswa harus membangun
pengetahuan di dalam benak mereka sendiri.Setiap pengetahuan
dapat dikuasai dengan baik,jika siswa secara aktif mengkontruksi
pengetahuan dalam pikirannya.kontruktifisme merupakan landasan
berfikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tiba-
tiba.Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah
yang siap diambil atau diingat.Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalam nyata. Oleh
karena itu pengetahuan menjadi proses mengkontruksi bukan
menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:10).
b. Bertanya (Quiestioning) Kegiatan bertanya merupakan strategi
pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi siswa bertanya
merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasi
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahui (Depdiknas,2003:16).
c. Inquiri (Inquery) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta tapi
hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiri: merumuskan
masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis),
pengumpulan data dan menyimpulkan (Depdiknas, 2003:13).
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang
memfokuskan aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan
orang lain.Hasil belajar diperoleh dengan “sharing” antara teman
sekelompok dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu
(Depdiknas,2003:18).
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk
membehasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau
melakukan sesuatu yang kita inginkan (Depdiknas,2003:15).
f. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang
sudah dulakukan masa lalu.Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterima
.Pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikelas melalui konteks
pembelajaran,yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.Geuru
membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
(Depdiknas,2003:18).
g. Penilaian Autentik (Autentik Assessment) Penilaian autentik
adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip
yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik
adalah sebagai berikut:
Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses,
kinerja, dan produk
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pelajaran
berlangsung
Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber
Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus
mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata
setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman
atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
Penilaian harus menenkankan kedalaman pengetahuan dan
keahlian siswa.
4) Strategi Belajar
Strategi belajar bersifat individual artinya, strategi belajar yang
efektif bagi diri seorang, belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk
memeroleh strategi belajar efektif seorang perlu mengetahui serangkaian
konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang efektif
bagi dirinya. Strategi belajar yang efektif antara lain:
a) Konsep Belajar Mandiri
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali
orang salah mengartikan belajar mandiri sebagai belajar
sendiri. Salah satu prinsip belajar mandiri, kita mampu
mengetahui kapan kita membutuhkan bantuan atau dukungan
dari orang lain. Belajar mandiri berarti belajar secara
berinisiatif dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam
belajar.
b) Media Belajar
Salah satu ciri utama belajar jarak jauh adalah penggunaan
media belajar. Penggunaan media belajar memunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Siswa dapat
memilih media mana yang cocok untuk mendukung belajar
mereka. Penggunaan media untuk kepentingan belajar ini
juga merupakan salah satu bentuk strategi belajar.
Merencanakan strategi belajar merupakan keterampilan
khusus yang perlu dikembangkan oleh siswa agar dapat
memeroleh hasil yang maksimal atau sesuai yang
diharapkan.
BAB III
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu dan Karakteristik Siswa
1. Subjek
Yang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV 66 Teluk Kecimbung dengan
jumlah 20 orang, yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Siswa kelas IV SDN 66 Teluk
Kecimbung adalah siswa dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, ada siswa yang memiliki kemampuan rendah.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian perbaikan ini dilakukan pada mata pelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda
pada kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung
4. Pihak yang membantu
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak di setiap tahapan
atau siklusnya. Penulis mendapatkan bantuan dari bimbingan Bapak Muhammad Nuzli,S.Pd.I,
M.Pd selaku supervisor 1 yang memberikan saran dalam penulisan laporan. Pelaksanaan
penelitian perbaikan ini dibantu oleh ibu Mirliani, S.Pd, SD. Selaku kepala sekolah dan ibu hesti,
S.Pd selaku teman sejawat yang bertugas mengamati dan memberikan saran dan masukan terkait
dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
5. Karakteristik siswa
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatn
?
Berdasarkan model di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan dalam siklus dan setiap
siklus terdiri atas 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun
tahapan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan peneliti membuat beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara
lain: menetapkan kelas yang akan menjadi subjek penelitian, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang meliputi pemilihan SK, KD yang telah ditetapkan, penyusunan indikator dan tujuan
pembelajaran, membuat kegiatan pembelajaran, sekaligus penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran.
Menyiapkan alat dan media yang akan menunjang kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menetapkan
instrumen penelitian dan monitoring yang meliputi: lembar pengamatan maupun penilaian bagi peneliti itu
sendiri.
Adapun beberapa hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan penelitian adalahsebagai berikut
:
a. Merencanakan jumlah siklus
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana pada siklus I
berorientasi pada kemampuan guru dalam rencana pelaksanaan Perubahan Wujud Benda Dengan
Menggunakan Pendekatan Ctl Di Sdn 66 Teluk Kecimbung. peneliti akan merefleksi tindakan yang telah
dilakukan per siklusnya. Hasil refleksi tersebut menjadi acuan peneliti untuk melihat apakah penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup dengan satu siklus.
I. Identitass
Memahami beragam Sifat dan perubahan wujud benda serta bebagai cara penggunaan
benda berdasarkan sifatnya
- Mengidentifiksi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu
IV. Indikator
V. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan dan menunjukkan bukti tentang sifat benda padat, cair
dan gas
2. Siswa memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada benda padat, cair dan gas
IX. Alat
1. Papan tulis
2. Kapur
3. Penghapus
4. Kertas
X. Kegiatan Pembelajaran I
O
Waktu
1 Kegiatan Awal :
dikumpulkan 45
masing-masing kelompok
secara bergantian.sampai
3 Kegiatan akhir :
Menutup pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan harus melewati beberapa tahap, antara lain:
pendahuluan, inti, dan penutup sebagaimana dirancang dalam skenario pembelajaran dalam
RPP.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Pengamatan bertujuan untuk
mengamati aktifitas siswa selama proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan oleh guru dan
mitra peneliti atau supervisor terhadap siswa sebagai subjek penelitian
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti meninjau kembali seluruh proses yang telah dilakukan sambil melihat
kelemahan atau kelebihan penerapan pendekatan CTL. Hasil refleksi ini dijadikan acuan atau dasar
untuk mengambil keputusan, apakah penelitian ini masih dilanjutkan atau diberhentikan. Dilanjutkan
kalau masih gagal, diberhentikan kalau sudah tercapai hasil yang diharapkan.
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan harus melewati beberapa tahap, antara lain:
pendahuluan, inti, dan penutup sebagaimana dirancang dalam skenario pembelajaran dalam
RPP.
C. Instrumen Penelitian
Soal tes yang digunakan adalah tes tulisan dalam bentuk pilihan ganda
sebanyak 10 soal yang berkaitan dengan indikator yang di tetapkan pada RPP.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu
penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan setelah semua
data terkumpul.Teknikanalisisdatayang digunakandalampenelitianiniadalah
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi belajar.
kuantitatif dikumpulkan melalui tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Adapun
teknik analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
Data hasil tes dinyatakan dengan skor dan dianalisis dengan menghitung nilai
rata-rata dari tes. Hasil tes yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus
akan dihitung nilai persentasenya. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan
terhadap hasil belajar siswa kelas V MIN 12 Bener Meriah melalui penerapan
pendekatan Contextual teaching and learning.dianalisis dengan statistik deskriptif
yaitu dengan menggunakan rumus :
P = F x 100%
N
Keterangan:P = Angka presentase (KKM Klasikal)
0 % ≤ p < 40 % Kurang
40 % ≤ P < 60 % Cukup
60 % ≤ P < 80 % Baik
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Siklus I dan siklus II terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
a. Tahap Perencanaan
siklus I yaitu RPP, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), lembar observasi guru dan
awal), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahap-tahap tersebut sesuai
dengan RPP 1.
mengarahkan siswa agar tertarik pada pembelajaran yang akan dipelajari dan
membagi siswa dalam 4 kelompok serta menginformasikan tentang tema dan
Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti, pada tahap ini guru meminta siswa
untuk mencari contoh pengembunan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
guru meminta siswa untuk menuliskan hasilnya pada tabel yang telah disediakan
oleh guru, guru menyiapkan dan membagikan bahan percobaan yang akan
digunakan oleh siswa (bensin, lilin cair, lilin padat dan es batu), guru meminta siswa
untuk mengamatiperubahan wujud benda yang terjadi pada bensin, lilin padat, lilin
cair, dan es batu serta membuat laporan dari hasil pengamatannya, guru meminta
siswa untuk membacakan proses terjadinya embun yang ada pada buku siswa dan
dari bahan bacaan tersebut guru meminta siswa untuk mencari kosa kata baku dan
tidak baku beserta artinya dalam bentuk tabel,selanjutnya guru bertanya kepada
siswa apakah masih ada yang belum jelas tentang materi yang sudah kita pelajari,
kemudian guru membagikan LKPD yang akan dikerjakan oleh siswa secara
Pada tahap kegiatan akhir guru secara bersamaan dengan siswa membuat
Siklus I
1. S1 60 -
2. S2 60 -
3. S3 70 Terampil
4. S4 50 -
5. S5 40 -
6. S6 20 -
7. S7 30 -
8. S8 50 -
9. S9 90 Terampil
10. S10 70 Terampil
11. S11 60 -
12. S12 50 -
13. S13 40 -
14. S14 20 -
15. S15 70 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 40 -
18. S18 40 -
19. S19 40 -
Jumlah 960 4
Sumber Data: Hasil Penelitian SDN 66 Teluk Kecimbung Tahun 2022
P = F x 100%
N
4
Siswa yang terampil: P= × 100% = 21,05 %
19
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa 4 siswa yang terampil
dengan nilai (21.05%), sedangkan 15 siswa tidak terampil dengan nilai (78,94%).
minimal 70 dan ketuntasan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
1. S1 80 Terampil
2. S2 60 -
3. S3 70 Terampil
4. S4 50 -
5. S5 70 Terampil
6. S6 20 -
7. S7 30 -
8. S8 50 -
9. S9 60 -
10. S10 70 Terampil
11. S11 60 -
12. S12 50 -
13. S13 40 -
14. S14 20 -
15. S15 70 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 40 -
18. S18 70 Terampil
19. S19 40 -
Jumlah 1.030 5
P = F x 100%
N
5
Siswa yang terampil: P= × 100% = 26,31 %
19
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa 5 siswa yang terampil
dengan nilai (26.31%), sedangkan 14 siswa tidak terampil dengan nilai (73,68%).
minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
1. S1 70 Terampil
2. S2 60 -
3. S3 60 -
4. S4 60 -
5. S5 50 -
6. S6 70 Terampil
7. S7 70 Terampil
8. S8 60 -
9. S9 60 -
10. S10 50 -
11. S11 50 -
12. S12 50 -
13. S13 70 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 90 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 60 -
18. S18 80 Terampil
19. S19 70 Terampil
Jumlah 1,220 8
P = F x 100%
N
8
Siswa yang terampil: P= × 100% = 42,10 %
19
dengan nilai (42,10%), sedangkan 11 siswa tidak terampil dengan nilai (57,89%).
minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
1. S1 50 -
2. S2 40 -
3. S3 60 -
4. S4 70 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 60 -
7. S7 40 -
8. S8 40 -
9. S9 50 -
10. S10 30 -
11. S11 10 -
12. S12 30 -
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 60 -
16. S16 70 Terampil
17. S17 70 Terampil
18. S18 40 -
19. S19 50 -
Jumlah 1,020 6
P = F x 100%
N
6
Siswa yang terampil: P= × 100% = 31,57 %
19
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa 6 siswa yang terampil
dengan nilai (31,57%), sedangkan 13 siswa tidak terampil dengan nilai (68,42%).
minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator alat dan bahan
1. S1 70 Terampil
2. S2 70 Terampil
3. S3 50 -
4. S4 60 -
5. S5 60 -
6. S6 40 -
7. S7 40 -
8. S8 30 -
9. S9 50 -
10. S10 30 -
11. S11 40 -
12. S12 70 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 50 -
16. S16 40 -
17. S17 30 -
18. S18 80 Terampil
19. S19 90 Terampil
Jumlah 1,060 6
P = F x 100%
N
7
Siswa yang terampil: P= × 100% = 36,84 %
19
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa 6 siswa yang terampil
dengan nilai (36,84%), sedangkan 13 siswa tidak terampil dengan nilai (63,15%).
minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
Siklus II
1. S1 70 Terampil
2. S2 70 Terampil
3. S3 70 Terampil
4. S4 70 Terampil
5. S5 80 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 90 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 100 Terampil
10. S10 100 Terampil
11. S11 80 Terampil
12. S12 70 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 90 Terampil
16. S16 100 Terampil
17. S17 70 Terampil
18. S18 60 -
19. S19 70 Terampil
Jumlah 1,530 18
P = F x 100%
N
1
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 5, 26 %
19
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 18 siswa yang terampil
dengan nilai (94,73%), sedangkan 1 siswa tidak terampil dengan nilai (5, 26%).
Berdasarkan KKM yang ditetapkan di bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya
secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
1. S1 90 Terampil
2. S2 90 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 70 Terampil
6. S6 50 -
7. S7 80 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 90 Terampil
10. S10 100 Terampil
11. S11 90 Terampil
12. S12 90 Terampil
13. S13 70 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 50 -
16. S16 80 Terampil
17. S17 90 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 90 Terampil
Jumlah 1,550 17
P = F x 100%
N
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 17 siswa yang terampil
dengan nilai (89,47 %), sedangkan 2 siswa tidak terampil dengan nilai (10,52 %).
secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
1. S1 80 Terampil
2. S2 70 Terampil
3. S3 80 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 60 -
8. S8 100 Terampil
9. S9 80 Terampil
10. S10 90 Terampil
11. S11 90 Terampil
12. S12 80 Terampil
13. S13 90 Terampil
14. S14 60 -
15. S15 50 -
16. S16 100 Terampil
17. S17 90 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 80
20. S19 80 Terampil
Jumlah 1,640 16
P = F x 100%
N
3
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 15,78%
19
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 16 siswa yang terampil
dengan nilai (84,21%), sedangkan 3 siswa tidak terampil dengan nilai (15,78%).
secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
sudah tercapai.
1. S1 100 Terampil
2. S2 80 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 100 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 90 Terampil
7. S7 70 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 90 Terampil
10. S10 90 Terampil
11. S11 100 Terampil
12. S12 80 Terampil
13. S13 90 Terampil
14. S14 90 Terampil
15. S15 70 Terampil
16. S16 80 Terampil
17. S17 80 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 60 -
Jumlah 1,620 18
P = F x 100%
N
1
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 5,26%
19
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 18 siswa yang terampil
dengan nilai (94,73%), sedangkan 1 siswa tidak terampil dengan nilai (5,26%).
Berdasarkan KKM yang ditetapkan bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya
bila memiliki nilai keterampilan secara individu minimal 70 dan keterampilan
secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
belajar siswa dengan indikator alat dan bahan untuk siklus II sudah tercapai.
1. S1 90 Terampil
2. S2 90 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 70 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 50 -
8. S8 90 Terampil
9. S9 80 Terampil
10. S10 80 Terampil
11. S11 50 -
12. S12 80 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 70 Terampil
15. S15 80 Terampil
16. S16 80 Terampil
17. S17 80 Terampil
18. S18 70 Terampil
19. S19 100 Terampil
Jumlah 1,510 17
P = F x 100%
N
2
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 10,52%
19
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 17 siswa yang terampil
dengan nilai (54,21%), sedangkan 2 siswa tidak terampil dengan nilai (10,52%).
minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat
B. Pembahasan
Untuk melihat hasil belajar siswa dalam keterampilan proses pada tema
suatu konsep yang telah ada sebelumnya sesuai dengan situasi yang
siswa dalam memahami materi pelajaran. Setelah hasil tes terkumpul maka data
di MIN 12 Bener Meriah yaitu: secara individu ≥ 70 dan ≥ 85% siswa terampil
klasikal.
keterampilan belajar siswa pada siklus I pada indikator mengamati adalah 4 siswa
terampil dengan nilai (26,31%) sedangkan 14 siswa belum terampil dengan nilai
Indikator alat dan bahan adalah 6 siswa yang terampil dengan nilai (34,57%)
percobaan adalah 7 siswa yang terampil dengan nilai (36,84%) sedangakan siswa
1
Suhartono, Pengembangan Keterampilan..., h. 122
siklus II yaitu pada indikator mengamati adalah 18 siswa yang terampildengan nilai
(94,73%) sedangkan yang belum terampil adalah 1 siswa dengan nilai (5,36%).
nilai (84,21%) sedangkan yang belum terampil adalah 3 siswa dengan nilai
(89,47%) sedangkan yang belum terampil adalah 2 siswa dengan nilai ( 10,52%).
indikator alat dan bahan adalah 18 siswa yang terampil dengan nilai (94,73%)
sedangkan yang belum terampil adalah 1 siswa dengan nilai (5,26%). indikator
percobaan adalah 17 siswa yang terampil dengan nilai (54,21%) sedangkan yang
belum terampil adalah 2 siswa dengan nilai (10,52%). Dengan demikian dapat
meningkatkan keterampilan proses siswa pada tema perubahan wujud benda telah
terampil.
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
baik sekali.
B. Saran-saran
Bahri, Djamarah Syaiful .Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
(Jakarta: RinekaCipta. 2005).