Anda di halaman 1dari 60

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV TENTANG

PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN


MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL DI SDN 66 TELUK KECIMBUNG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PDGK4501 dan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi Tugas Akhir Pada Program S-1
PGSD

OLEH :

HERMAN
NIM. 856577535

UNIVERSITAS TERBUKA

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH


JAMBITAHUN 2022

1
LEMBARAN PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV TENTANG


PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN
MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL DI SDN 66 TELUK KECIMBUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Jambi, Desember 2022

Menyetujui

Mahasiswa,

Herman
NIM. 856577535

i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan


Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada
Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya
sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya
saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi,
termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.

Jambi, Desember 2022

Yang membuat pernyataan,

Herman
NIM. 856577535

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dalam usaha
peningkatan prestasi belajar siswa dan menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan baik, lancar dan tepat pada
waktunya
Laporan PKP ini berisi tentang UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA KELAS IV TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN
MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL DI SDN 66 TELUK KECIMBUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian motivasi dari semua
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Muhammad Nuzli, SPd.I, M.Pd. selaku tutor sekaligus pembimbing dalam
menyelesaikan laporan PKP ini.
2. Kepala SD Negeri 187/IX Tanjung Harapan, Ibu Titien Fauziyah, S.Pd. SD. yang telah
memberikan izin peneliti melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Ibu Occi Komariah selaku supervisor dan juga guru pamong yang telah memberikan
bimbingan selama penelitian.
4. Teman-teman sejawat yang telah memberikan bantuan, masukan, dan dukungan dalam
proses pembelajaran.
5. Siswa kelas IV SD Negeri 187/IX Negeri 187 yang merupakan subjek dari penelitian
ini.
6. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam melaksanakan
penyelesaian perbaikan.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.

Semoga dengan bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan bapak/ibu serta
teman-teman berikan kepada peneliti dapat menjadi amal dan mendapatkan pahala yang
setimpal dari Allah SWT.

iii
Akhirnya peneliti berharap semoga laporan PKP ini dapat bermanfaat bagi pembaca demi
kebaikan di masa yang akan datang

Jambi, 04 Desember 2022

Herman

iv
DAFTAR ISI

v
Daftar Gambar

Gambar 1. Model PTK menurut Kemmis & Mc. Taggart 20

Gambar 2. Hasil belajar siswa pada siklus I 40

Gambar 3. Hasil belajar siswa pada siklus II 48

Gambar 4. Presentasi Motivasi Belajar Siswa Per Siklus 52

Gambar 5. Presentasi Hasil Belajar Siswa Per Siklus 52

Gambar 6 Jumlah Ketuntasan Per Siklus 53

vi
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Kesediaan sebagai supervisor I atau pendamping dalam penyelengaraan 58


PKP
Lampiran 2. Format Perencanaan Perbaikan Pembelajaran PKP 59

Lampiran 3. Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) 60

Lampiran 4. Angket motivasi belajar siswa 66

Lampiran 5. Contoh hasil angket motivasi belajar siswa 69

Lampiran 6. Alat penilaian simulasi PKP siklus I 72

Lampiran 7. Alat penilaian simulasi PKP siklus II 74

Lampiran 8. Lembar Soal Evaluasi Hasil Belajar Siswa 76

Lampiran 9. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar Sebelum Diterapkan Perbaikan 78

Pembelajaran

Lampiran 10. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar siklus I 80

Lampiran 11. Hasil Tes dan Analisis Data Hasil Belajar siklus II 82

Lampiran 12. Jurnal pembimbingan PKP 84

vii
ABSTRAK

Karya ilmiah ini berfokus pada masalah pembelajaran IPA, yaitu apakah pendekatan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung? Tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap
peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung tahun pelajaran
2022/2023. Untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam pengkajian, penulis menggunakan dua
teknik, yaitu tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
CTL dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Watu Deru sangat cocok karena terjadi perubahan
yang sangat signifikan, baik dari segi keaktifan siswa maupun dari segi hasil belajar. Semangat
belajar siswa dari siklus ke siklus semakin meningkat, dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi
SANGAT BAIK pada siklus II. Demikianpun nilai rata-rata postes siswa mengalami peningkatan
dari 63,80 pada siklus I menjadi 71,12 pada sikus II. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal
mengalami peningkatan yang sangat tajam, yaitu dari 37,50% pada prasiklus menjadi 62,50%
pada siklus I, dan terus meningkat menjadi 100% pada siklus II. Oleh karena itu penulis
menyarankan bahwa agar guru IPA yang ingin siswanya mengalami peningkatan hasil belajar
wajib menggunakan pendekatan CTL

Kata Kunci : Kata kunci: wujud benda, pendekatan CTL, dan hasil belajar

vii
i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu


pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencaritahu tentang alam
secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk memelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didilk untuk
memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
“salingtemas” (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu
karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana. Pemahaman terhadap hakikat IPA sangat memengaruhi apa
yang diajarkan dan bagaimana strategi pembelajaran yang akan digunakan
untuk membelajarkan mata pelajaran IPA, khususnya di tingkat sekolah
dasar (SD). IPA merupakan sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan menekankan pendekatan yang berorientasi keterampilan
proses dan produk. Pembelajaran IPA sangat memengaruhi kehidupan
siswa yang cenderung mengarahkan siswa menjadi pemikir (Ilmuwan),
melatih siswa mengerjakan seperti apa yang dikerjakan ilmuwan dan
berpikir seperti ilmuwan.
Penerapan pembelajaran IPA di setiap sekolah sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan oleh guru-guru khususnya guru IPA memiliki persepktif yang
berbeda tentang hakikat pembelajaran IPA yang sebenarnya. Banyak guru
belum secara tepat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang
efektif yang bisa membangkitkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini siswa merasa jenuh dan bosan dengan metode
mengajar guru yang monoton.
Berdasarkan data pratindakan (prasiklus) guru atau pengajar kurang
menggunakan media atau alat peraga selama proses belajar mengajar, guru
masih menggunakan paradigma lama, yaitu siswa diperlakukan sebagai
objek belajar sehingga hanya guru saja yang aktif dalam proses belajar
mengajar, metode yang digunakan guru kurang efektif atau tidak
menggunakan metode yang bervariasi sehingga hasil belajar siswa sangat
merosot.
Berdasarkan tes awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 16 orang
siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 6 orang atau 37,5% yang
berhasil. Ini berarti kegiatan belajar mengajar mengalami kegagalan.

B. ANALISIS MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada latar
belakang dapat dianalisis bahwa terdapat dua penyebab rendahnya hasil
belajar siswa, yaitu: guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dan siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

C. Alternatif dan Perioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis mencoba mencari solusi
dengan menerapkan salah satu pendekatan pembelajaran yang
membangkitkan gairah belajar siswa, yaitu pendekatan CTL. Menurut
Wina Sanjaya (2006: 355) pendekatan CTL adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu,
penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka
perbaikan pembelajaran dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Kelas IV tentang Perubahan Wujud Benda dengan
Menggunakan Pendekatan CTL di SDN 66 Teluk Kecimbung”

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah
pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV
SDN 66 Teluk Kecimbung?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh menggunakan pendekatan CTL terhadap
peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa
Menjadikan pembelajaran IPA yang lebih efisien dan efektif serta
dapat membangun daya pikir kritis siswa.
2. Bagi Guru/Peneliti
 Terlatih untuk berpikir kritis dalam memecahkan kesulitan
belajar siswa.
 Sebagai penunjang bagi guru sekolah dasar (SD) agar
memanfaatkan segala alat peraga dan sumber belajar serta
memilih pendekatan yang sesuai, khususnya pendekatan CTL
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA.

3. Bagi Sekolah
 Meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 66 Teluk
Kecimbung terutama pada mata pelajaran IPA.
 Sebagai referensi bagi sekolah untuk menggunakan pendekatan
CTL pada setiap kegiatan pembelajaran.

\
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian IPA
Secara umum, istilah IPA memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan.
Oleh karana itu, IPA didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis. IPA mencakup ilmu pengetahuan
sosial dan ilmu pengetahuan alam. Secara khusus istilah IPA dimaknai
sebagai ilmu pengetahuan alam “Natural Science” (Lusut, 2010: 11).
Pengertian IPA sebagai ilmu pengetahuan alam sangatlah beragam.
Ditinjau dari fisiknya, IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek
telaahannya adalah alam dengan segala isinya. Jika dilihat dari
namanya, IPA diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang memelajari
tentang sebab dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam.
Berikut adalah beberapa pengertian IPA menurut berbagai
pendapat para ahli. Athur A. Carin dan Robert B. Sun (dalam
Winataputra, dkk, 199: 22) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan
yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan
berupa data kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Menurut Collekte (dalam Wahyu, 2010: 16) IPA dapat diartikan
dalam tiga bagian, yaitu: IPA sebagai cara untuk berpikir, IPA sebagai
suatu cara penyelidikan, IPA sebagai kumpulan pengetahuan. Lebih
lanjut Bronowski (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10)
menyatakan IPA adalah organisasi pengetahuan dengan satu cara
tertentu berupa penjelasan lebih lanjut, mengenai hal-hal yang
tersembunyi yang ada di alam.
Menurut Davis (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 10) IPA
sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta. Sejalan dengan, itu
Calmers (dalam Mariana dan Paraginda, 2009: 11) menjelaskan bahwa
IPA didasari oleh hal-hal yang dilihat, didengar, dan diraba. Sehingga
pendapat atau pikiran imajinasi tidak dapat dikatakan sebagai IPA
karena IPA bersifat objektif yang dapat dibuktikan. Conan (dalam
Mariana dan Paraginda, 2009: 10) menambahkan bahwa IPA
merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling
berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan
observasi berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa IPA merupakan
pengetahuan yang dibangun dari fakta, yang tersusun secara
sistematis/teratur, berlaku umum, bersifat objektif yang dapat
dibuktikan, yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan
observasi.

2. Pungsi Pembelajaran IPA di SD


Menurut Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah (2004:
4) ada beberapa fungsi pembelajaran IPA di SD, antara lain:
 Lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya
bagi memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan peran
dalam kehidupan sehari-hari.
 Mengembangkan keterampilan proses Keterampilan proses
adalah keterampilan fisik maupun mental yang akan diperlukan
untuk memeroleh pengetahuan di bidang IPA maupun untuk
pengembangannya. Beberapa contoh keterampilan yang
diharapkan berkembang pada siswa adalah keterampilan
mengamati, menggolongkan, menerapkan konsep, meramalkan,
menafsirkan, menggunakan alat, berkomunikasi, dan
mengajukan pertanyaan.
 Mengembangkan wawasan sikap dan nilai-nilai yang berguna
bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
 Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan
keterkaitan yang saling memengaruhi antara kemajuan sains
dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatan
bagi kehidupan sehari-hari.
 Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
pendidikannya ke tingkat yang lebih lanjut.
3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Adapun yang menjadi tujuan pembelajaran IPA dalam kehidupan
sehari-hari adalah:
 Menambah pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
 Menambah rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap teknologi
dan IPA.
 Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecah masalah, dan membuat keputusan.
 Ikut serta memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan
alam
 Mengembangkan kesadaran akan adanya hubungan yang saling
memengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan
masyarakat.
 Menjaga alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
4. Prinsip Pembelajaran IPA
Agar pembelajaran IPA di SD efektif atau dapat mencapai hasil yang
memuaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Proses Berpikir
Pembelajaran dimulai dengan satu fenomena atau fakta yang
dapat menyebabkan siswa berpikir. Proses berpikir hanya akan
terjadi apabila terdapat ketidakselarasan antara struktur kognitif
siswa dengan pengalaman baru yang diperolehnya.
 Kreativitas
Kreativitas dapat dilihat dari kemampuan siswa melakukan
berbagai alternatif penyelesaian masalah. Untuk
mengembangkan kreativitas ini siswa hendaknya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan sesuai dengan
pendapatnya.
 Pengalaman Siswa
Bahan yang disajikan hendaknya akrab dengan pengalaman
siswa
 Pembentukan Konsep
Konsep yang dimiliki siswa adalah hasil bentukannya sendiri.
Konsep yang melekat pada dirinya adalah hasil interaksi
struktur kognitif siswa dalam pengalaman baru, ini berarti
dalam diri siswa terjadi proses belajar.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD


 Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya.
 Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: benda cair,
benda padat, dan gas.
 Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, dan pesawat sederhana.Bumi dan alam semesta
meliputi: bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya
B. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Ada banyak definisi Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut
para ahli. Diantaranya, menurut Riyanto (2014: 159), Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong antar pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Menurut Sani (2013: 92), pendekatan CTL merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten pembelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggoa keluarga, warga negara, dan/atau tenaga kerja. Menurut Elhefni
dkk. (2011: 54), CTL adalah konsep dasar yang menghendaki guru
menghadirkan dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Sitorus (2015: 52), pendekatan CTL merupakan salah satu
konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
serta membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
pembelajaran seumur hidup. Sedangkan menurut Enoh (2004: 3), CTL
adalah pengajaran yang memungkinkan para siswa mampu menguatkan,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah,
agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan
atau konsep yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata, serta mendorong dan merangsang otak siswa,
menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hakikat Pendekatan Contectual Teaching Learning (CTL)


Ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar
akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan
mengetahuinya.
Menurut Nurhadi dan Senduk (200: 1) pendekatan CTL merupakan konsep
belajar yang membantu guru yang mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa, bekerja
dan mengalami, bukan mentransferkan pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk
mencapai tujuannya. Artinya guru harus lebih banyak menggunakan
metode pembelajaran dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah team yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi siswa. Sesuatu datang dari diri siswa sendiri, bukan apa
yang dikatakan guru. Bila pendekatan CTL ditetapkan dengan benar
diharapkan siswa akan terlatih apa yang diperoleh di kelas dengan
kehidupan dunia nyata yang ada di lingkungannya. Untuk itu, guru perlu
memahami konsep pendekatan CTL terlebih dahulu dan dapat
menerapkanya dengan benar. Agar siswa belajar lebih efektif, guru perlu
mendapat informasi tentang konsep-konsep pendekatan CTL dan
penerapannya. Dengan pendekatan CTL siswa dibantu menguasai
kompetensi yang dipersyaratkan dan pengetahuan yang mereka harapkan
harus dapat dipraktikkan. Dengan demikian siswa belajar di sekolah tidak
semata-mata agar dapat mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian dengan
baik dan benar, tetapi dalam pembelajaran kontekstual guru bukanlah
seorang yang paling tahu, guru layak untuk mendengarkan siswa-
siswanya. Guru adalah seorang pendamping siswa dalam pencapaian
kompetensi dasar.
Dengan demikian, pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebagai
sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan
kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar
kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan
pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa menyajikan suatu konsep
yang mengaktifkan materi pelajaran yang dipelajari bagi siswa. Dengan
konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan bagaimana
seorang belajar atau gaya belajar siswa. Kontekstual memberikan arti
relevansi atau manfaat penuh terhadap belajar.

D. Komponen CTL
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas yaitu :
a. Kontruktifisme (Contructivism) Teori belajar tentang
kontruktifisme menyatakan bahwa siswa harus membangun
pengetahuan di dalam benak mereka sendiri.Setiap pengetahuan
dapat dikuasai dengan baik,jika siswa secara aktif mengkontruksi
pengetahuan dalam pikirannya.kontruktifisme merupakan landasan
berfikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tiba-
tiba.Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah
yang siap diambil atau diingat.Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalam nyata. Oleh
karena itu pengetahuan menjadi proses mengkontruksi bukan
menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:10).
b. Bertanya (Quiestioning) Kegiatan bertanya merupakan strategi
pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi siswa bertanya
merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasi
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahui (Depdiknas,2003:16).
c. Inquiri (Inquery) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta tapi
hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiri: merumuskan
masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis),
pengumpulan data dan menyimpulkan (Depdiknas, 2003:13).
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang
memfokuskan aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan
orang lain.Hasil belajar diperoleh dengan “sharing” antara teman
sekelompok dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu
(Depdiknas,2003:18).
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk
membehasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau
melakukan sesuatu yang kita inginkan (Depdiknas,2003:15).
f. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang
sudah dulakukan masa lalu.Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterima
.Pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikelas melalui konteks
pembelajaran,yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.Geuru
membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
(Depdiknas,2003:18).
g. Penilaian Autentik (Autentik Assessment) Penilaian autentik
adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip
yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik
adalah sebagai berikut:
 Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses,
kinerja, dan produk
 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pelajaran
berlangsung
 Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber
 Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
 Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus
mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata
setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman
atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
 Penilaian harus menenkankan kedalaman pengetahuan dan
keahlian siswa.

E. Karakteristik Pembelajaran Pendekatan CTL


1) Pembelajaran merupakan pengaktifkan pengetahuan yang sudah ada
artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang
sudah dipelajari. Dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memeroleh
dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan
cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan memelajari secara
keseluruhan, kemudian mempraktikannya.
3) Pemahaman pengetahuan artinnya, pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari orang lain tentang pengetahuan yang
diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
F. Peran Guru dalam Pendekatan CTL
Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Siswa dalam pembelajaran dipandang sebagai individu yang sedang
bekembang. Kemampuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan kekuasaan pengalaman yang dimilikinya. Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil melainkan organisme yang
sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar
akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangandan pengalaman
mereka. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur yang
melaksanakan kehendak melainkanguru adalah pembimbing siswa agar
mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2) Setiap anak memilki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang
dianggap baru atau aneh. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah
mencoba memecahkan masalah yang menantang. Dengan demikian guru
berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting
untuk dipelajari oleh siswa.
3) Belajar bagi siswa adalah mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian
peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan
keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
4) Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan
demikian tugas guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukaan
proses asimilasi dan proses akomodasi.
G. Hakikat Belajar
1) Pengertian belajar
Dalam pengertian umum dan populer belajar adalah
mengumpulkan dan menguasai sejumlah pengetahuan (dari tidak
tahu menjadi tahu). Pengertian tersebut lazim disebut teori belajar
tradisional. Namun para penulis buku psikolog, belajar umumnya
mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku dalam
diri seseorang karena berinteraksi dengan lingkunganya
(pengalaman) yang hasilnya relatif menetap.
Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian belajar. Menurut Lyle E. Bourne dan Ekstran (dalam
Mustaqim, 2004: 33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Seiring
dengan itu Morgan (dalam Mustaqim, 2004: 33) menegaskan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang merupakan hasil pengalaman yang lalu. Lebih lanjut Fahny
(dalam Mustaqim, 2004: 34) menegaskan bahwa belajar adalah
ungkapan yang menunjukkan aktivitas yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pesertadidik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Sehingga apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh peserta didik (respon) dapat diamati dan diukur. Menurut
Hamalik (2014: 36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Begitu juga
yang dikatakan oleh Sudjana (2009: 3) hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotoris. Gagne (dalam suprijono 2015: 2) berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Travers
(dalam suprijono 2015: 2) berpendapat belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 11 Selain itu, Slameto (2015:2)
mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari teori-teori diatas
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
berubah ke arah yang lebih baik. Belajar sebagai suatu perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang yang sifatnya menetap dari sebuah pengalaman
dan juga berusaha untuk menguasai sesuatu yang baru.
2) Tujuan Belajar
Salah satu kunci keberhasialan dalam belajar adalah adanya
tujuan yang jelas, yaitu: adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu, dapat menambah wawasan pengetahuan, dan kematangan
dalam berpikir kritis
3) Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2015: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Slameto (2015: 54)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
sebagai berikut:
a) Faktor intern
Yaitu faktor yang ada didalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern terdiri dari:
 Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
 Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan).
 Faktor kelelahan
b) Faktor ekstern Yaitu faktor yang ada diluar individu. Faktor
ekstern terdiri dari:
 Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan.
 Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaraan diatas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah).
 Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, media, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses


perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman berinteraksi
dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
faktor internal dan eksternal.

4) Strategi Belajar
Strategi belajar bersifat individual artinya, strategi belajar yang
efektif bagi diri seorang, belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk
memeroleh strategi belajar efektif seorang perlu mengetahui serangkaian
konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang efektif
bagi dirinya. Strategi belajar yang efektif antara lain:
a) Konsep Belajar Mandiri
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali
orang salah mengartikan belajar mandiri sebagai belajar
sendiri. Salah satu prinsip belajar mandiri, kita mampu
mengetahui kapan kita membutuhkan bantuan atau dukungan
dari orang lain. Belajar mandiri berarti belajar secara
berinisiatif dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam
belajar.
b) Media Belajar
Salah satu ciri utama belajar jarak jauh adalah penggunaan
media belajar. Penggunaan media belajar memunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Siswa dapat
memilih media mana yang cocok untuk mendukung belajar
mereka. Penggunaan media untuk kepentingan belajar ini
juga merupakan salah satu bentuk strategi belajar.
Merencanakan strategi belajar merupakan keterampilan
khusus yang perlu dikembangkan oleh siswa agar dapat
memeroleh hasil yang maksimal atau sesuai yang
diharapkan.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu dan Karakteristik Siswa
1. Subjek
Yang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV 66 Teluk Kecimbung dengan
jumlah 20 orang, yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Siswa kelas IV SDN 66 Teluk
Kecimbung adalah siswa dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, ada siswa yang memiliki kemampuan rendah.
2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dalam pelaksanaannya bertempat di SD 66 Teluk Kecimbung


Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2022/2023, yaitu mulai Tanggal 05 November 2022 sampai tanggal 03 Desember
2022.
3. Mata Pelajaran

Penelitian perbaikan ini dilakukan pada mata pelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda
pada kelas IV SDN 66 Teluk Kecimbung
4. Pihak yang membantu

Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak di setiap tahapan
atau siklusnya. Penulis mendapatkan bantuan dari bimbingan Bapak Muhammad Nuzli,S.Pd.I,
M.Pd selaku supervisor 1 yang memberikan saran dalam penulisan laporan. Pelaksanaan
penelitian perbaikan ini dibantu oleh ibu Mirliani, S.Pd, SD. Selaku kepala sekolah dan ibu hesti,
S.Pd selaku teman sejawat yang bertugas mengamati dan memberikan saran dan masukan terkait
dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
5. Karakteristik siswa

Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran, siswa kelas IV umumnya memiliki


karakteristik sebagai berikut : kemampuan berpikirnya sudah logis dan sistematis, mampu
memecahkan masalah, mampu menyusun strategi dan mampu menghubungkan. Kemampuan
komunikasinya sudah berkembang seiring perkembangan kemampuan berpikirnya sehingga sudah
mampu mengungkapkan pemikiran dalam bentuk ungkapan kata yang logis dan sistematis.
Khusus pada pembelajaran yang banyak menjabarkan materi uraian, siswa lebih sulit memahami
dan mengingat materi-materi tersebut, siswa lebih senang dengan pembelajaran yang konkret dan
menarik.

6. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya mengikuti alur atau prosedur PTK yang berasaskan model menurut Arikunto dkk (2006:
16) dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatn

?
Berdasarkan model di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan dalam siklus dan setiap
siklus terdiri atas 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun
tahapan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan peneliti membuat beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara
lain: menetapkan kelas yang akan menjadi subjek penelitian, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang meliputi pemilihan SK, KD yang telah ditetapkan, penyusunan indikator dan tujuan
pembelajaran, membuat kegiatan pembelajaran, sekaligus penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran.
Menyiapkan alat dan media yang akan menunjang kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menetapkan
instrumen penelitian dan monitoring yang meliputi: lembar pengamatan maupun penilaian bagi peneliti itu
sendiri.

Adapun beberapa hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan penelitian adalahsebagai berikut
:
a. Merencanakan jumlah siklus

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana pada siklus I
berorientasi pada kemampuan guru dalam rencana pelaksanaan Perubahan Wujud Benda Dengan
Menggunakan Pendekatan Ctl Di Sdn 66 Teluk Kecimbung. peneliti akan merefleksi tindakan yang telah
dilakukan per siklusnya. Hasil refleksi tersebut menjadi acuan peneliti untuk melihat apakah penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup dengan satu siklus.

b. Merancang tindakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan selanjutnya


yaitu peneliti merumuskan tindakan yang akan dilakukan dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang ada di bawah ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1 PERTEMUAN 1

I. Identitass

Sekolah : SD NEGERI No 040553 Bandar Purba,Mardingding


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : IV/1 (Satu)

Alokasi Waktu : 42x 35 Menit (1x Pertemuan pada siklus I )

II. Standar kompetensi

Memahami beragam Sifat dan perubahan wujud benda serta bebagai cara penggunaan
benda berdasarkan sifatnya

III. Kompetensi Dasar

- Mengidentifiksi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu

IV. Indikator

- Mengidentifikasi sifat benda padat, cair, gas

V. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menjelaskan dan menunjukkan bukti tentang sifat benda padat, cair
dan gas
2. Siswa memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada benda padat, cair dan gas

VI. Materi Pembelajaran


Benda Padat, Cair dan Gas
VII. Model dan Metode Pembelajaran

1 Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe STAD

2 Metode Pembelajaran : ceramah, diskusi, penugasan

VIII. Sumber Pembelajaran

1. Haryanto. Sains jilod 4 SD Kelas IV.Erlangga

2. Buku Bermain Dengan SAINS untuk Kelas IV Sekolah Dasar

IX. Alat

1. Papan tulis

2. Kapur

3. Penghapus

4. Kertas

X. Kegiatan Pembelajaran I

N Kegiatan Guru Kegiatan siswa Alokasi

O
Waktu
1 Kegiatan Awal :

 Guru memberi salam  Membalas salam 5 Menit

 Guru memeriksa tugas siswa  Mempersiapkan diri untuk


belajar
 Guru menyampaikan tujuan
 Mendengarkan dan motivasi
pembelajaran
dan menerima motivasi
 Memberikan motivasi
 Siswa menerima soal pretes
 Guru memberikan soal pretes dan menjawab soal pretes
2 Kegiatan Inti :

 Guru menjelaskan  Siswa mendengarkan guru


kompetensi yang hendak di
 Siswa membentuk kelompok
capai pelajaran
 Siswa membahas materi
 Guru membagi kelompok
siswa  Siswa mendengarkan siswa
yang sedang menjelaskan
 Guru menjelaskan materi materi

tentang sifat dan perubahan  Siswa membuat pertanyaan

wujud benda padat, cair diselembar kertas kemudian

dikumpulkan 45

 Guru membuat soal diskusi  Siswa mendiskusikan dan Menit

sebanyak 5 soal dan di mengerjakan soal-soal yang

Kumpulkan mereka dapat

 Guru membuat sutu tanya

jawab antar kelompok  murid saling bertanya jawab

soal yang telah dibuat oleh

masing-masing kelompok
secara bergantian.sampai

semua soal selasai dijawab

3 Kegiatan akhir :

 Siswa mendengarkan dan


 Guru memberikan
bertanya hal yang belum di
kesempatan untuk bertanya
mengerti
mengenai soal diskusi 20
tersebu
Menit
 Guru menyimpulkan materi
 Mendengarkan dan mencatat
pembelajaran.
kesimpulan
 memberi materi minggu
 Membalas salam
depan
 memberi tugas

 Menutup pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan harus melewati beberapa tahap, antara lain:
pendahuluan, inti, dan penutup sebagaimana dirancang dalam skenario pembelajaran dalam
RPP.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Pengamatan bertujuan untuk
mengamati aktifitas siswa selama proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan oleh guru dan
mitra peneliti atau supervisor terhadap siswa sebagai subjek penelitian

d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti meninjau kembali seluruh proses yang telah dilakukan sambil melihat
kelemahan atau kelebihan penerapan pendekatan CTL. Hasil refleksi ini dijadikan acuan atau dasar
untuk mengambil keputusan, apakah penelitian ini masih dilanjutkan atau diberhentikan. Dilanjutkan
kalau masih gagal, diberhentikan kalau sudah tercapai hasil yang diharapkan.

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan harus melewati beberapa tahap, antara lain:
pendahuluan, inti, dan penutup sebagaimana dirancang dalam skenario pembelajaran dalam
RPP.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan


informasi atau fakta-fakta di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes merupakan instrumen penelitian untuk mengukur perilaku atau
kinerja seseorang. Tes dilakukan setelah proses belajar mengajar
berlangsung dan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, terkait
keterampilan proses.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu perangkat yang digunakan


untuk mencari data dalam suatu penelitian.Adapun untuk mempermudah
dalam pengumpulan data dan analisis data, maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan instrumen lembar tes.
1. Lembar soal tes.

Soal tes yang digunakan adalah tes tulisan dalam bentuk pilihan ganda
sebanyak 10 soal yang berkaitan dengan indikator yang di tetapkan pada RPP.
D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu
penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan setelah semua
data terkumpul.Teknikanalisisdatayang digunakandalampenelitianiniadalah
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi belajar.

kuantitatif dikumpulkan melalui tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Adapun
teknik analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa

Data hasil tes dinyatakan dengan skor dan dianalisis dengan menghitung nilai
rata-rata dari tes. Hasil tes yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus
akan dihitung nilai persentasenya. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan
terhadap hasil belajar siswa kelas V MIN 12 Bener Meriah melalui penerapan
pendekatan Contextual teaching and learning.dianalisis dengan statistik deskriptif
yaitu dengan menggunakan rumus :

P = F x 100%
N
Keterangan:P = Angka presentase (KKM Klasikal)

F = Jumlah Siswa yang memiliki skor hasil tes.


N = Jumlah dalam subjek penelitian5

Tabel Klasifikasi Nilai

Nilai % Kategori Penilaian

0 % ≤ p < 40 % Kurang

40 % ≤ P < 60 % Cukup

60 % ≤ P < 80 % Baik

80 % ≤ P < 100 % Baik sekali


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Siklus I dan siklus II terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan,tahap pengamatan dan tahap refleksi yang tercantum dalam RPP.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga mempersiapkan alat dan media

pembelajaran serta mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan untuk pelaksaan

siklus I yaitu RPP, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), lembar observasi guru dan

lembar observasi siswa dan lembar evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap pelaksanaan (acting) RPP 1, dilakukan pada tanggal 14 November 2022,

kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam tiga tahap. Yaitu pendahuluan (kegiatan

awal), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahap-tahap tersebut sesuai

dengan RPP 1.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendahuluan dimulai dari mengucap

salam, selanjutnya guru mengkondisikan kelas, menanyakan kabar siswa dan

mengabsen siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi dengan mengaitkan

pembelajaran dengan pengalaman siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, guru

mengarahkan siswa agar tertarik pada pembelajaran yang akan dipelajari dan
membagi siswa dalam 4 kelompok serta menginformasikan tentang tema dan

subtema yang akan dipelajari.

Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti, pada tahap ini guru meminta siswa

untuk mencari contoh pengembunan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan

guru meminta siswa untuk menuliskan hasilnya pada tabel yang telah disediakan

oleh guru, guru menyiapkan dan membagikan bahan percobaan yang akan

digunakan oleh siswa (bensin, lilin cair, lilin padat dan es batu), guru meminta siswa

untuk mengamatiperubahan wujud benda yang terjadi pada bensin, lilin padat, lilin

cair, dan es batu serta membuat laporan dari hasil pengamatannya, guru meminta

siswa untuk membacakan proses terjadinya embun yang ada pada buku siswa dan

dari bahan bacaan tersebut guru meminta siswa untuk mencari kosa kata baku dan

tidak baku beserta artinya dalam bentuk tabel,selanjutnya guru bertanya kepada

siswa apakah masih ada yang belum jelas tentang materi yang sudah kita pelajari,

kemudian guru membagikan LKPD yang akan dikerjakan oleh siswa secara

berkelompok, dan mempresentasikan hasil kerjanya di depan, LKPD tersebut

berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari.

Pada tahap kegiatan akhir guru secara bersamaan dengan siswa membuat

kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari, kemudian memberikan

evaluasi untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah melakukan proses

pembelajaran, melakukan refleksi dan memberi penguatan, pesan moral, dan

menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.


c. Tahap Pengamatan (Observation)

Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus

II berlangsung. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa serta untuk

mengetahui kemampuan keterampilan proses siswa serta mencatat hal-hal yang

terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini telah dilakukan di SDN 66 Teluk Kecimbung dengan

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada sub tema

Perubahan wujud benda di kelas IV diproleh data kemampuan keterampilan

proses siswa sebagai berikut:

Siklus I

1. Kemampuan Keterampilan Proses Siswa Dengan Penerapan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Tabel 4.1 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
mengamati.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 60 -

2. S2 60 -

3. S3 70 Terampil
4. S4 50 -
5. S5 40 -
6. S6 20 -
7. S7 30 -
8. S8 50 -
9. S9 90 Terampil
10. S10 70 Terampil
11. S11 60 -
12. S12 50 -
13. S13 40 -
14. S14 20 -
15. S15 70 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 40 -
18. S18 40 -
19. S19 40 -
Jumlah 960 4
Sumber Data: Hasil Penelitian SDN 66 Teluk Kecimbung Tahun 2022

P = F x 100%
N

4
Siswa yang terampil: P= × 100% = 21,05 %
19

Siswa yang tidak terampil : P= 15 × 100% = 78,94 %


19

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa 4 siswa yang terampil

dengan nilai (21.05%), sedangkan 15 siswa tidak terampil dengan nilai (78,94%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SDN 66 Teluk Kecimbung bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai ketuntasan secara individu

minimal 70 dan ketuntasan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator mengamati untuk

siklus I belum tercapai.

Tabel 4.2 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
menafsirkan / menarik kesimpulan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 80 Terampil

2. S2 60 -
3. S3 70 Terampil
4. S4 50 -
5. S5 70 Terampil
6. S6 20 -
7. S7 30 -
8. S8 50 -
9. S9 60 -
10. S10 70 Terampil
11. S11 60 -
12. S12 50 -
13. S13 40 -
14. S14 20 -
15. S15 70 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 40 -
18. S18 70 Terampil
19. S19 40 -
Jumlah 1.030 5

P = F x 100%
N

5
Siswa yang terampil: P= × 100% = 26,31 %
19

Siswa yang tidak terampil : P= 14 × 100% = 73,68 %


19

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa 5 siswa yang terampil

dengan nilai (26.31%), sedangkan 14 siswa tidak terampil dengan nilai (73,68%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di MIN 12 Bener Meriah bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai keterampilan secara individu

minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator menafsirkan /

menarik kesimpulan untuk siklus I belum tercapai.


Tabel 4.3 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
mengelompokan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 70 Terampil
2. S2 60 -
3. S3 60 -
4. S4 60 -
5. S5 50 -
6. S6 70 Terampil
7. S7 70 Terampil
8. S8 60 -
9. S9 60 -
10. S10 50 -
11. S11 50 -
12. S12 50 -
13. S13 70 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 90 Terampil
16. S16 60 -
17. S17 60 -
18. S18 80 Terampil
19. S19 70 Terampil
Jumlah 1,220 8

P = F x 100%
N

8
Siswa yang terampil: P= × 100% = 42,10 %
19

Siswa yang tidak terampil : P= 11 × 100% = 57,89 %


19
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa 8 siswa yang terampil

dengan nilai (42,10%), sedangkan 11 siswa tidak terampil dengan nilai (57,89%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SDN 66 Teluk Kecimbung bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai keterampilan secara individu

minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator mengelompokkan

untuk siklus I belum tercapai.

Tabel 4.4kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator alat dan
bahan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 50 -

2. S2 40 -
3. S3 60 -
4. S4 70 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 60 -
7. S7 40 -
8. S8 40 -
9. S9 50 -
10. S10 30 -
11. S11 10 -
12. S12 30 -
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 60 -
16. S16 70 Terampil
17. S17 70 Terampil
18. S18 40 -
19. S19 50 -
Jumlah 1,020 6
P = F x 100%
N

6
Siswa yang terampil: P= × 100% = 31,57 %
19

Siswa yang tidak terampil : P= 12 × 100% = 68,42 %


19

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa 6 siswa yang terampil

dengan nilai (31,57%), sedangkan 13 siswa tidak terampil dengan nilai (68,42%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SDN 66 Teluk Kecimbung bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai keterampilan secara individu

minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator alat dan bahan

untuk siklus I belum tercapai.

Tabel 4.5kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator percobaan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 70 Terampil
2. S2 70 Terampil
3. S3 50 -
4. S4 60 -
5. S5 60 -
6. S6 40 -
7. S7 40 -
8. S8 30 -
9. S9 50 -
10. S10 30 -
11. S11 40 -
12. S12 70 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 50 -
16. S16 40 -
17. S17 30 -
18. S18 80 Terampil
19. S19 90 Terampil
Jumlah 1,060 6

P = F x 100%
N

7
Siswa yang terampil: P= × 100% = 36,84 %
19

Siswa yang tidak terampil : P= 12 × 100% = 63,15 %


19

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa 6 siswa yang terampil

dengan nilai (36,84%), sedangkan 13 siswa tidak terampil dengan nilai (63,15%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di MIN 12 Bener Meriah bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai keterampilan secara individu

minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator percobaan untuk

siklus I belum tercapai.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang

terdapat pada siklus I.


1. Kemampuan Keterampilan Proses Siswa Dengan Penerapan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Tabel 4.6 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
mengamati.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 70 Terampil
2. S2 70 Terampil
3. S3 70 Terampil
4. S4 70 Terampil
5. S5 80 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 90 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 100 Terampil
10. S10 100 Terampil
11. S11 80 Terampil
12. S12 70 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 90 Terampil
16. S16 100 Terampil
17. S17 70 Terampil
18. S18 60 -
19. S19 70 Terampil
Jumlah 1,530 18

P = F x 100%
N

Siswa yang terampil: P= 18 × 100% = 94,73 %


19

1
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 5, 26 %
19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 18 siswa yang terampil

dengan nilai (94,73%), sedangkan 1 siswa tidak terampil dengan nilai (5, 26%).
Berdasarkan KKM yang ditetapkan di bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya

bila memiliki nilai keterampilan secara individu minimal 70 dan keterampilan

secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

belajar siswa dengan indikator mengamati untuksiklus II sudah tercapai.

Tabel 4.7 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
mengelompokkan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 90 Terampil
2. S2 90 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 70 Terampil
6. S6 50 -
7. S7 80 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 90 Terampil
10. S10 100 Terampil
11. S11 90 Terampil
12. S12 90 Terampil
13. S13 70 Terampil
14. S14 80 Terampil
15. S15 50 -
16. S16 80 Terampil
17. S17 90 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 90 Terampil
Jumlah 1,550 17

P = F x 100%
N

Siswa yang terampil: P= 17 × 100% = 89,47 %


19
2
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 10,52 %
19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 17 siswa yang terampil

dengan nilai (89,47 %), sedangkan 2 siswa tidak terampil dengan nilai (10,52 %).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya

bila memiliki nilai keterampilan secara individu minimal 70 dan keterampilan

secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

belajar siswa dengan indikator mengelompokkanuntuk siklus II sudah tercapai.

Tabel 4.8 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
menafsirkan/menarik kesimpulan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 80 Terampil

2. S2 70 Terampil
3. S3 80 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 60 -
8. S8 100 Terampil
9. S9 80 Terampil
10. S10 90 Terampil
11. S11 90 Terampil
12. S12 80 Terampil
13. S13 90 Terampil
14. S14 60 -
15. S15 50 -
16. S16 100 Terampil
17. S17 90 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 80
20. S19 80 Terampil
Jumlah 1,640 16
P = F x 100%
N

Siswa yang terampil: P= 16 × 100% = 84,21%


19

3
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 15,78%
19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 16 siswa yang terampil

dengan nilai (84,21%), sedangkan 3 siswa tidak terampil dengan nilai (15,78%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya

bila memiliki nilai keterampilan secara individu minimal 70 dan keterampilan

secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

belajar siswa dengan indikator menafsirkan/menarik kesimpulan untuk siklus II

sudah tercapai.

Tabel 4.9 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator alat dan
bahan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 100 Terampil

2. S2 80 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 100 Terampil
5. S5 90 Terampil
6. S6 90 Terampil
7. S7 70 Terampil
8. S8 80 Terampil
9. S9 90 Terampil
10. S10 90 Terampil
11. S11 100 Terampil
12. S12 80 Terampil
13. S13 90 Terampil
14. S14 90 Terampil
15. S15 70 Terampil
16. S16 80 Terampil
17. S17 80 Terampil
18. S18 90 Terampil
19. S19 60 -
Jumlah 1,620 18

P = F x 100%
N

Siswa yang terampil: P= 18 × 100% = 94,73%


19

1
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 5,26%
19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 18 siswa yang terampil
dengan nilai (94,73%), sedangkan 1 siswa tidak terampil dengan nilai (5,26%).
Berdasarkan KKM yang ditetapkan bahwa siswa dikatakan terampil belajarnya
bila memiliki nilai keterampilan secara individu minimal 70 dan keterampilan
secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
belajar siswa dengan indikator alat dan bahan untuk siklus II sudah tercapai.

Tabel 4.10 kemampuan keterampilan proses siswa dengan penerapan


pendekatan Contextual Teaching and Learning indikator
percobaan.
No Kode Siswa Nilai Keterangan

1. S1 90 Terampil
2. S2 90 Terampil
3. S3 90 Terampil
4. S4 80 Terampil
5. S5 70 Terampil
6. S6 100 Terampil
7. S7 50 -
8. S8 90 Terampil
9. S9 80 Terampil
10. S10 80 Terampil
11. S11 50 -
12. S12 80 Terampil
13. S13 80 Terampil
14. S14 70 Terampil
15. S15 80 Terampil
16. S16 80 Terampil
17. S17 80 Terampil
18. S18 70 Terampil
19. S19 100 Terampil
Jumlah 1,510 17

P = F x 100%
N

Siswa yang terampil: P= 17 × 100% = 54,21%


19

2
Siswa yang tidak terampil : P= × 100% = 10,52%
19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa 17 siswa yang terampil

dengan nilai (54,21%), sedangkan 2 siswa tidak terampil dengan nilai (10,52%).

Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SDN 66 Teluk Kecimbung bahwa siswa

dikatakan terampil belajarnya bila memiliki nilai keterampilan secara individu

minimal 70 dan keterampilan secara klasikal jika 85%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dengan indikator percobaan untuk

siklus II sudah tercapai.

B. Pembahasan

1. Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Siswa Dengan Penerapan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Untuk melihat hasil belajar siswa dalam keterampilan proses pada tema

perubahan wujud Benda melalui penerapan pendekatan CTL,maka peneliti


mengadakan tes pada setiap akhir pertemuan. Peningkatan keterampilan proses

merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan anak untuk menemukan

suatu konsep yang telah ada sebelumnya sesuai dengan situasi yang

dimaksudnya.1Tes yang diadakan setelah pembelajaran berlangsung bertujuan

untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses, keberhasilan dan kemampuan

siswa dalam memahami materi pelajaran. Setelah hasil tes terkumpul maka data

tersebut diolah dengan melihat kriteria keterampilan minimal yang di berlakukan

di MIN 12 Bener Meriah yaitu: secara individu ≥ 70 dan ≥ 85% siswa terampil

klasikal.

Dikatakan terampil belajar jika yang diperoleh sudah memenuhi Kriteria

Keterampilan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 70

untuk keterampilan individu, sedangkan keterampilan klasikal 85%. Persentase

keterampilan belajar siswa pada siklus I pada indikator mengamati adalah 4 siswa

yang terampil dengan nilai (21,05%), sedangkan 15 siswa belum terampildengan

nilai (78,94%). IndikatorMenafsirkan / menarik kesimpulan adalah 5 siswa yang

terampil dengan nilai (26,31%) sedangkan 14 siswa belum terampil dengan nilai

(73,68%). Indikator mengelompokkan adalah 8 siswayang terampil dengan nilai

(42,10%) sedangkan yang belum terampil 11 siswa dengan nilai (57,89%).

Indikator alat dan bahan adalah 6 siswa yang terampil dengan nilai (34,57%)

sedangkan yang belum terampil 12 siswa dengan nilai (68,42%). Indikator

percobaan adalah 7 siswa yang terampil dengan nilai (36,84%) sedangakan siswa

yang belum terampil adalah 12 dengan nilai (63,15%).Terjadi peningkatan pada

1
Suhartono, Pengembangan Keterampilan..., h. 122
siklus II yaitu pada indikator mengamati adalah 18 siswa yang terampildengan nilai

(94,73%) sedangkan yang belum terampil adalah 1 siswa dengan nilai (5,36%).

Indikator menafsirkan/menarik kesimpulan adalah 16 siswayang terampil dengan

nilai (84,21%) sedangkan yang belum terampil adalah 3 siswa dengan nilai

(15,78%). Indikator mengelompokkan adalah 17 siswa yang terampil dengan nilai

(89,47%) sedangkan yang belum terampil adalah 2 siswa dengan nilai ( 10,52%).

indikator alat dan bahan adalah 18 siswa yang terampil dengan nilai (94,73%)

sedangkan yang belum terampil adalah 1 siswa dengan nilai (5,26%). indikator

percobaan adalah 17 siswa yang terampil dengan nilai (54,21%) sedangkan yang

belum terampil adalah 2 siswa dengan nilai (10,52%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penerapan Contextual Teaching And Learning(CTL), untuk

meningkatkan keterampilan proses siswa pada tema perubahan wujud benda telah

terampil.
.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan tentang

PenerapanpendekatanContextual Teaching And Learning(CTL). Untuk

Meningkatkan Keterampilan prosesPada TemaPerubahan Wujud Benda di Kelas

IV SDN 66 Teluk Kecimbung dapat dikemukakan kesimpulan dan saran-saran

sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatanContextual Teaching And Learning(CTL),untuk

meningkatkan keterampilan proses siswapada siklus I sudah mencapai

kategori baik dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan kategori

baik sekali.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan perlu dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan sebagai guru atau calon guru hendaknya mengetahui model-

model atau metode serta pendekatan yang dapat digunakanuntuk

meningkatkan hasil belajar siswa terhadap suatu materi yang akan

disampaikan, salah satunya adalah pendekatan Contextual Teaching And

Learning (CTL). Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga

meningkatkan keterampilan proses siswa, dan bisa dijadikan alat untuk

memancing respon siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.


2. Sebagai guru atau calon guru sebaiknya memberikan reward,apresiasi atau

hadiah berupa tambahan nilai bagi siswa agar dapat meningkatkan

semangat belajar dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan kelas.(Jakarta: Bumi Aksara. 2009).

AriKunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi


Revisi.(Jakarta: Rineka Cipta. 2010).

Arikunto, Suharisimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar.Evaluasi Program


Pendidikan Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Penidikan.
(Jakarta: Bumi Aksara. 2010).

B.Johnson Elaine. Contekstual Teaching and Learning.cet VII. (Bandung:


PustakaAzzam. 2008).

Bahri, Djamarah Syaiful .Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
(Jakarta: RinekaCipta. 2005).

Depdiknas.Pendekatan Kontekstual (CTL).(Jakarta:Departemen Pendidikan


Nasional. 2003).

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


(Jakara: BumiAksara. 2008).

Istarani, Muhammad Ridwan. 50 TipePembelajaran Kooperatif. (Medan: Media


Persada. 2014).

Indrawati.Keterampilan Proses Sains. (Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan


Menengah. 2007).

Kunandar.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Grafindo


Persada. 2008).

Mulyasa.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta:


RemajaYosdakarya. 2013).

Maryono.Dasar-dasardan Teknik Menjadi Supervisor pendidikan, Cet.1.


(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011).

Muhammad, Ali. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung:Sinar Baru


Algensindo. 2007).

Maryono.Dasar-dasar dan teknik Menjadi Supervisor pendidikan,


Cet.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011).
Mutmainah, Nafsul. Penerapan Model Pembelajaran CTL dalam Proses Belajar
Mengajar IPA di kelas V Banda Aceh.UIN AR-Raniry Darussalam Banda
Aceh. 2011.

Ningrum, Epon. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Putra


Setia. 2013).

Nata, Abudin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.( Jakarta:


Kencana. 2011).

Nuryani.Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:UM Press. 2005).

Poer, Wadarminta WJS.Kamus Umum Bahasa Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka.


2006).

Rusma.Model-Model Pembelajaran.(Jakarta: Rajawali Pers. 2013).

Rusman.Model-Model Pembelajaran.(Jakarta: Raja GrapindoPersada. 2013).

Rustaman.Strategi Pembelajaran Mengajar Biologi. (Bandung: FP MIPA UPI.


2003).

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. (Jakarta:


Kencana Prenada Media. 2011).

Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.(Jakarta:


Kencana Prenada Media. 2011).

Suyanto,JihadAsep.Menjadi Guru Propesional:


StrategiMeningkatkanKualifikasidanKualitas Guru Diera Global. ( Jakarta:
Erlangga Group. 2013).

Sugandi,Ahmad.TeoriBelaja,(Semarang: Unnes Press. 2006).

Sudijono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan.(Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2006).

Sugiyono.MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D.(Bandung:


ALFABETA. 2008).

Sanjaya, Wina.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. (Jakarta:


Kencana Prenada Media. 2011).

Soryosubroto, Proses BelajarMengajar di Sekolah. (Jakarta:RinekaCipta. 2009).

Anda mungkin juga menyukai