Anda di halaman 1dari 10

Menganalisis permasalahan sosial siswa terhadap lingkungan

sekolah.

Janniah Lubis

1206622060

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Jakarta

Abstrack

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana permasalahan yang dialami siswa
dalam berinteraksi khususnya masalah sosial di lingkungan sekolah. Masalah sosial di
sekolah tidak terjadi tanpa sebab, tetapi terjadi karena akumulasi masalah dalam proses
pendidikan yang terjadi dan tidak hanya masalah sosial yang dihadapi oleh individu tetapi
juga dipengaruhi oleh orang lain atau sistem yang ada. Kehancuran dalam dunia pendidikan
terjadi bukan karena nilai akademik yang merosot tetapi karena moral yang hancur. Banyak
orang tua yang sibuk bekerja dan menitipkan kehidupan anaknya kepada asisten rumah
tangga sehingga hampir semua urusan pendidikan disandarkan sepenuhnya oleh sekolah
dan sayangnya pada masalah afektif sekolah, nilai-nilai moral hampir tidak tersentuh.
Pengaruh teknologi seperti tayangan di televisi yang jauh dari norma agama akan ditiru oleh
siswa sehingga membawa perubahan perilaku menyimpang berupa kenakalan yang kurang
mendidik. Salah satu alternatif untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan sosial di
sekolah adalah dengan mencari akar permasalahannya, yaitu meninjau ulang fungsi dan
peran pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga komponen
tersebut harus diberdayakan secara optimal, terutama di lingkungan keluarga, dimana peran
orang tua adalah memberikan kasih sayang atau pendidikan sosial dan emosional kepada
anak didik. Segala bentuk perilaku siswa saat ini merupakan hasil dari proses pendidikan
yang berlangsung di negeri ini, dimana orang tua, guru dan masyarakat bertanggung jawab.

Kata kunci: pendidikan sosial-emosional, keluarga, sekolah dan masyarakat.


Abstrack

This study aims to describe how the problems experienced by students in interacting,
especially social problems in the school environment. Social problems at school do not occur
without a cause, but occur because of an accumulation of problems in the educational process
that has taken place and not only social problems faced by individuals but also influenced by
other people or the existing system. Destruction in the world of education occurs not because
academic grades deteriorate but because morale is destroyed. Many parents are busy working
and entrust their children's lives to household assistants so that almost all educational matters
are fully relied on by schools and unfortunately at school affective problems, moral values are
almost left untouched. The influence of technology such as shows on television that are far
from religious norms will be imitated by students so as to bring changes to deviant behavior
in the form of delinquency that is less educational. One alternative to anticipate the occurrence
of social problems in schools is to look for the root causes of the problem, namely revising the
function and role of education in the family, school and community environment. These three
components must be optimally empowered, especially in the family area, where the role of
parents is in providing affection or social and emotional education to students. All forms of
student behavior at this time are the result of the educational process that has taken place in
this country, where parents, teachers and society are responsible.

Keywords: social-emotional education, family, school and community.

PENDAHULUAN

Sekolah pada dasarnya terbagi menjadi sekolah formal, non formal, dan informal yang
bertujuan memberikan pengajaran serta mendidik para murid/siswa melalui proses
bimbingan yang dilakukan oleh guru. Sekolah selaku salah satu institusi pendidikan harus
mampu berupaya menciptakan suatu proses pembelajaran efektif. Dan juga efisien dalam
rangka membantu peserta didik memperoleh prestasi yang memuaskan. Tanpa menyentuh
aspek ini, maka organisasi sekolah tidak memiliki arti penting dalam melaksanakan
pendidikan. Bukan hanya itu, Sekolah sebagai sistem sosial berupaya untuk memahami
tujuan, peran, hubungan serta perilaku berbagai komponen pendidikan di sekolah dalam
seting sosial. Manusia adalah bagian dari suatu komunitas sosial tertentu dari tempat dimana
dia berada. Sebagai makhluk sosial setiap individu melakukan interaksi sosial dengan sesama
manusia, begitu juga dengan siswa yang melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya
dalam lingkungan sekolahnya, terutama pada aktifitasnya di sekolah dalam bermain dan
belajar. Tentunya akan timbul mαsαlαh sosiαl yang merupαkαn ketidαksesuαiαnnyα αntαrα
unsur unsur dαlαm kebudαyααn di dαlαm kehidupαn mαsyαrαkαt. Dari kenyataan yang
ditemukan di lapangan terungkap ada sebagian siswa remaja memperlihatkan perilaku yang
tidak dapat bekerjasama dengan baik bersama teman sebayanya, guru, dan ada sebagian yang
tidak diterima oleh kelompoknya, disebabkan beberapa hal seperti siswa tidak mau
membantu teman yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi belajar, masih ada
sebagian siswa yang suka menyendiri dengan tidak mau bergabung bermain dengan teman
sebayanya dan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pergaulannya di kelas dan
perilaku kasar dari siswa terhadap guru. Dilaporkan dari Jakarta. Sebuah video viral
memperlihatkan seorang guru yang sedang mengajar di kelas kemudian ada suara siswa
mengucapkan kata-kata kasar yang tidak pantas. Siswa tersebut akhirnya dikeluarkan dari
sekolah. Peristiwa ini terjadi di SMA Al-Azhar Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kepala sekolah,
Sumanto, mengatakan bahwa pihaknya menyayangkan peristiwa ini. Kemudian kepala
sekolah tersebut menyatakan bahwa dirinya sudah meminta penjelasan dan klarifikasi
kepada guru dalam video tersebut dan guru tidak menyadari pada saat proses belajar
kelompok di kelas yang kondusif itu ada salah seorang siswa yang merekam," kata Sumanto
di SMA Al-Azhar Kelapa Gading, Jalan Bulevard Timur, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara,
Jumat (1/3/2019). Peristiwa itu terjadi pada 19 Februari 2019 lalu. Sekitar sepekan kemudian,
pihak sekolah yang mengetahui video itu kemudian memanggil orangtua dan siswa yang
bersangkutan.Siswa itu mengaku merekam video saat di kelas lalu men-dubbing suaranya.

"Siswa meyakini dan mengakui bahwa video itu diambil pada siang hari tanggal 19 (Februari)
dan itu hari Selasa jam 14.00 WIB dan kemudian malam harinya iseng-iseng dibuka dan
kemudian dia memasukkan suara dubbing dan dengan iseng juga dia mengupload ke
Instagram pribadinya," jelas Sumanto. Sumanto mengatakan baik guru maupun siswa lain di
kelas tidak mendengarkan kata-kata kasar seperti yang terucap di video itu. Guru itu juga
tidak sadar direkam (Rahayu – detikNews, Jumat 01 Maret 2019).

Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada siswa untuk memperkaya ilmu pengetahuan,
membina keterampilan dan mengembangkan sikap yang berkaitan dengan interaksi sosial itu
sendiri, kepada guru pembimbing untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah terutama dalam layanan orientasi, informasi, bimbingan dan konseling kelompok
serta layanan penguasaan konten yang terkait dengan cara menjalin interaksi sosial yang baik
kepada guru mata pelajaran agar dapat memperhatikan, membimbing dan membina siswa
dalam kegiatan belajar.

Misalnya siswa adalah anggota dari komunitas sosial di sekolah. Adanya perbedaan karakter,
budaya maupun sifat pada siswa bisa memicu terjadinya masalah sosial di sekolah. Supaya
tidak terjadi suatu konflik maka harus ada solusi terhadap masalah sosial tersebut.

Nαh dαlαm kehidupαn mαsyαrαkαt untuk memecαhkαn berbαgαi persoαlαn dαri mαsαlαh
sosiαl yαng menyαngkut αdαnyα nilαi, normα dαn morαl αtαu moril disαnα.

Masαlαh sosiαl dαpαt diklαsifikαsikαn αtαs dαsαr dαsαr αtαu sumber sumber yαitu :

α. Ekonomis, kemiskinαn, dαn pengαnggurαn

b. Biopsikologis, penyαkit αtαu biologis, penyαkit syαrαf αtαu neurosis, bunuh diri,
disorgαnisαsi jiwα αtαu psikologi.

c. Kebudαyααn, percerαiαn, kejαhαtαn, kenαkαlαn αnαk αnαk, konflik rαsiαl, dαn


keαgαmααn.

Dimαnα mαsαlαh sosiαl sebαgαi sesuαtu yαng tidαk diinginkαn αtαu tidαk disukαi dαn
kαrenα itu perlunyα untuk diαtαsi αtαu diperbαiki.

METODE PENELITIAN

Tujuan dalam tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa dengan
menggunakan kajian sosiologi pendidikan mengenai masalah sosial dalam hal ini kenakalan
pelajar yaitu kekerasan dalam dunia pendidikan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian masalah sosial

Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan anatara dua faktor atau
lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Umumnya masalah disadari “ada”
saat seorang individu merasakan bahwa keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan yang ia
inginkan. Sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sosial merupakan
segala perilaku manusia yang menggambarkan hubungan nonidividualis. Istilah tersebut
sering disandingkan dengan cabang-cabang kehidupan manusia dan mesyarakat
dimanapun. Pengertian sosial ini merujuk pada hubungan-hu8bungan manusia dalam
kemasyarakatan, hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan kelompok, serta
hubungna manusia dengan organisasi untuk mengembangkan dirinya. Secara umum
masalah sosial dapat diartikan sebagai berbagai permasalahan yang muncul dalam
masyarakat. Permasalahan tersebut bersifat sosial dan berhubungan dengan suatu nilai
tertentu dari sebuah lembaga kemasyarakatan. Menurut pandangan Lubis masalah sosial
adalah suatu bentuk kecaman terhadap berbagai ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan yang manusiawi dengan
citra yang tegas dan jernih. Sedangkan menurut berger dan lucman menyatakan bahwa,
masalah sosial adalah kenyataan yang dibangun secara sosial, kenyataan dengan kualitas
mandiri yang tak tergantung oleh kehendak subjek. Selαnjutnyα, menurut Soetomo
pengertiαn mαsαlαh sosiαl αdαlαh sebαgαi suαtu kondisi yαng mαnα tidαk diinginkαn oleh
sebαgiαn besαr wαrgα mαsαyαrαkαt. Menurut Lesli, mαsαlαh sosiαl αdαlαh sebαgαi suαtu
proses kondisi yαng mempunyαi pengαruh terhαdαp kehidupαn sebαgiαn besαr wαrgα
mαsyαrαkαt. Masalah sosial tersebut biasanya dialami oleh seorang individu tetapi juga
dipengaruhi oleh suatu sistem ataupun orang lain.

Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan itu
antara lain, sebagai berikut :

1. Arnold Rose mengatakan bahwa dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang telah
memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga meraka percaya bahwa situasi itu adalah
sebab dari kesulitan mereka situasi itu dapat diubah.

2. Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial
yang menentang masyarakat itu sendiri atau menciptakan hambatan atas kepuasan banyak
orang.

3. Richard dan Richard berpendapat bahwa masalah sosial adalah pola perilaku dan kondisi
yang tidak di inginkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.

B. Permasalah sosial di lingkungan sekolah


Berbagai langkah antisipasi harus disiapkan demi menjamin kelancaran proses belajar dan
mengajar salah satunya masalah sosial di lingkungan sekolah adalah situasi yang harus
dihadapi. Beberapa contoh masalah sosial yang sering terjadi di sekolah:

• Bolos sekolah.
• Tidak mengerjakan PR.
• Bulyying atau perundungan.
• Diskriminan.
• Tawuran atau perkelahian.
• Melanggar tata tertib sekolah.
• Membuang sampah sembarangan.
• Melawan guru.

Lingkungan dalam pembentukan perilaku sosial siswa

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang


seutuhnya yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan
kecerdasan spiritual (SQ). Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Salah satunya faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri dari dua macam
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial terbentuk
dari lingkungan keluarga, guru, dan masyarakat. Sedangkan lingkungan non sosial terbentuk
dari sarana dan prasarana. Anak belajar untuk menjalani kehidupan melalui interaksi dengan
lingkungan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku
dan kepribadian anak terbentuk. Lingkungan yang kedua setelah lingkungan keluarga
dikenal anak adalah sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan kepribadian anak didik. Di sekolah siswa melakukan berbagai kegiatan untuk
mencapai keberhasilan belajar. Dalam proses belajar muncul sikap dan perilaku siswa yang
mengganggu proses belajarnya di kelas. Perilaku siswa yang mengganggu proses belajar
mengajar tersebut perilakunya menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut ada yang
berpengaruh terhadap dirinya sendiri dan ada yang berpengaruh pada orang lain.
Lingkungan sekolah adalah sebagai arena (ranah) dalam pembentukan perilaku sosial.
Pengembangan potensi siswa, pembentukan perilaku sosial siswa dapat dilakukan melalui
kegiatan rutin sekolah seperti kegiatan upacara bendera yang dilakukan setiap hari Senin.
Dalam upacara bendera, siswa dibiasakan untuk disiplin, tertib, tanggung jawab dan
mencintai tanah airnya Indonesia. Selain itu budaya literasi juga merupakan salah satu
kebiasaan siswa yang akan membentuk perilaku sosial dimana kegiatan membaca buku
menjadi hal yang tidak terpisahkan karena salah satu cara untuk membentuk perilaku sosial
siswa di SDN 2 Luragung agar memiliki wawasan luas, dibiasakan untuk membaca buku.
Kegiatan ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, siswa mengisi waktu istirahat
dengan membaca buku yang disediakan di sekolah.

PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN


KARAKTER PELAJAR YANG BERKUALITAS

1. Peran keluarga

Ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam
pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik
teladan pada tataean teoritis maupun praktis. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa
lingkungan rumah dan keluarga memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan
perilaku anak. Untuk itu pastilah ada usaha yang harus dilakukan.

Berikut peran keluarga terhadap anak:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.

2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan
ktenangan jiwa anak-anak.

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.

4. Mewujudkan kepercayaan.

5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga.

2. Peran sekolah

Peran sekolah Sekolah, pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge”
belaka. Seperti dikemukakan Fraenkel (1977: 1-2), sekolah tidaklah semata-mata tempat di
mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga
adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada
nilai (value-oriented enterprise). Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan
nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk
dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab
bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian. Usaha pembentukan watak
melalui sekolah, secara berbarengan dapat pula dilakukan melalui pendidikan nilai dengan
mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru
dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi yang hidup
(living exemplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk
mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.

3. Peran masyarakat

Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan
karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang-
orang yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan
suatau perbuatan.

Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat:

1. Membiasakan gotong royong.

2. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau
mencoret-coret fasilitas umum.

3. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.

Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan


penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Peran serta
Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan pengubahan
cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk
dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang, kapan rasa
memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan
maksimal dapat diperolah dunia pendidikan. Keluarga sebagai wahana pertama dan utama
pendidikan Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit
yang penting sekali dalam masyarakat. Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam
kebobrokan masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi keluarga. Bagi seorang anak
keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangnnya.
Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk
mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan

seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta,
memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”.
Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi
departemen kesehatan, pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk
mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai
kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk
memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak
akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter.
Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat
tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

KESIMPULAN

Sebagai seorang anak pelajar terpengaruh dengan keluarga di mana mereka lahir dan
membesar, terutama ibu bapa. Merekalah yang mencorak dan mewarnakan tingkah laku
anak-anak mereka. Didikan dan tunjuk ajar oleh emak dan ayah serta ahli keluarga di rumah
menjadi antara panduan kepada anak-anak yang bakal mewarisi mereka. Apabila anak-anak
keluar rumah untuk belajar, ruang lingkup pergaulan mereka bertambah luas. Faktor-faktor
yang mencorakkan akhlak mereka juga turut bertambah dengan adanya guru-guru dan
rakan-rakan sebaya. Pengaruh rakan sebaya yang tidak baik turut memberi kesan kepada
pelajar remaja yang sedang mencari-cari identiti diri tambahan pula bagi yang kurang kasih
sayang dan pengawasan keluarga. Rentetan daripada masalah ini pencapaian akademik
mereka turut terjejas.
DAFTAR PUSTAKA

Widia sartika. (2013). Masalah-masalah interaksi sosial siswa dengan teman sebaya di
sekolah.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=masalah+sosial+di+lingkun
gan+sekolah&oq=#d=gs_qabs&t=1672260157298&u=%23p%3DXXAvnY65VFMJ

Nunu firdaus. (2021). Lingkungan sekolah dalam membentuk perilaku siswa.


https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/download/757/726

https://journal.umtas.ac.id/index.php/naturalistic/article/download/1219/658/4659

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jsn

http://ejournal.iainbengkulu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai