Anda di halaman 1dari 15

1

Jell-O: Analisis Model Bisnis Kuliner


dengan Pendekatan BMC & VPC
Tabina Litarachma Zahra

Program studi Kewirausahaan


Universitas Bina Nusantara
Tabina.zahra@binus.ac.id

Abstrak
Bisnis makanan Jell-O seperti Instant pudding, Jello shot dan Jeli ada di mana-mana mengalami
kenaikan (rise). Namun sejak tahun 2022, industri makanan ini mengalami penurunan (fall).
Studi ini bertujuan untuk mengetahui alasan penurunan (fall) dan kenaikan (rise) pada bisnis
makanan. Studi ini menggunakan studi kasus tunggal pada bisnis Jell-o yang bergerak di bidang
makanan dengan analisis business model canvas, business pattern, business environment &
value proposition canvas Bisnis makanan pernah tren pertumbuhan dan sukses karena memiliki
value proposition produk yang mudah untuk dibuat, mudah untuk disajikan, dan terjangkau.
Namun, bisnis makanan mengalami penurunan karena key activities tidak melakukan innovasi
produk baru dan hanya melakukan innovasi pada variasi rasa saja. Studi merekomendasikan key
activities membust produk Gelatin lembut seperti agar-agar tetapi lebih lembut dengan rasa yang
manis dan terdapat berbagai variasi Jell-O dan juga melakukan marketing dengan cara membuat
iklan yang strategis dan sukses sehingga bisa menarik para customer.

Kata Kunci: Busines model canvas, business model, Jell-O, makanan, value proportion canvas

Pendahuluan
Jell-O merupakan merk dagang yang terdaftar pada Kraft Heinz dan berbasis di
Chicago, Illnois. Jell-O ini merupakan produk yang menjual makanan penutup Gelatin
(Agar–agar rasa buah), Pudding, dan Pai Krim tanpa dipanggang. Pada awalnya tahun 1897,
seorang tukang kayu di LeRoy yang bernama Pearle Wait dan istrinya sedang meyiapkan
teh serta obat batuk di rumahnya, kemudian ia bereksperimen dengan mencampurkan gelatin
dengan sirup buah manis yang menjadikannya lebih manis daripada produk gelatin lainnya,
dan memberi nama produk itu dengan nama Jell-O. Namun, dikarenakan kedua pasangan itu
tidak tahu cara mempromosikan Jell-O dengan baik akhirnya mereka menjual Jell-O pada
tahun 1899 kepada orator Frank Woodward dari Genesee Pure Food Company. Dalam waktu
3 tahun akhirnya Jell-O mengalami kenaikan pendapatan. Pada tahun 1950-an, resep Jell-O
sangat terkenal di seluruh kalangan dan biasa di sajikan pada pesta-pesta meriah seperti pesta
teh dan pesta kartu. Selain itu, produk ini juga terkenal pada masa-masa depresi hebat karena
harganya yang terjangkau dan mudah dibuat. Para consumen juga dapat membuat kreasi
produk tersendiri, bahkan mereka bisa mencampurkan Jell-O dengan makanan lain sehingga
makanan tersebut dapat lebih awet. Karena itu, Jell-O sempat dijadikan makanan pokok oleh
para masyarakat.
Kesuksesan Jell-O pada masa rise adalah ketika mereka membuat serangkaian iklan
yang dibuat dengan baik serta menjual buku masak dengan memperlihatkan berbagai cara
yang berbeda untuk dapat menyajikan produk Jell-O. dengan demikian, permintaan Jell-O

OSF Preprints 2022


2

terus meningkat dan juga meningkatkan pendapatan margin dari perusahaan merk dangan
Jell-O. Selama depresi hebat, orang-orang banyak yang mengalami kekurangan makanan,
uang, tempat tinggal, dan hampir semua hal lainnya. Hal tersebut menjadi masa bertahan
hidup paling sulit bagi semua orang dan juga bisnis. Namun, General Food Corporation tetap
mempertahankan Jell-O melalui ide-ide inovatif pada produk Jell-O seperti membuat buku
masak dengan ide-ide baru dimana ide tersebut berupa bagaimana cara mencapurkan
makanan dengan Jell-O sehingga bisa membuatnya bertahan lebih lama. Mereka juga
memasarkan produk Jell-O dengan label makanan yang terjangkau dan fleksibel. Kampanye
iklan tersebut tentunya diterima dengan baik di masyarakat dan Jell-O dijadikan makanan
utama oleh mereka.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu hal-hal yang awalnya membawa Jell-O ke
masa kejayaan dan popularitas kini justru malah menjadi boomerang untuk perusahaan itu.
Keterjangkauan Jell-O pada masa depresi hebat malah memberinya kesan murah di tahun-
tahun kemakmuran setelah perang. Ditambah lagi, label ‘makanan jatah perang’ yang
berhubungan erat dengan jatah perang membuatnya makin kurang menarik bagi para
konsumen. Setelah mengetahui penjualan Jell-O menurun drastic pada tahun 1970-an,
perusahaan pun mengerahkan semua yang mereka punya sampai menyewa actor dan
comedian, Bill Cosby untuk menjadi Brand Ambassador selama hampir 30 tahun. Berkat
itu, penjualan Jell-O mengalami sedikit kenaikan. Hal tersebut tidak berlangsung lama
sampai perusahaan merilis produk Jell-O dengan kemasan berbentuk gelas plastik yang
biasanya menjadi camilan anak-anak ataupun biasanya ditemukan di rumah sakit. Hal
tersebut mengundang stigma buruk masyarakat dan Jell-O menjadi produk yang kurang
menarik bagi para keluarga – keluarga di dunia.
Pada tahun 1985, Konglomerat tabacco, Philip Morris, membeli General Foods dan
menggabungkannya dengan Kraft Inc. Ketika sedang terjadi tren diet dimana banyak orang
berlomba-lomba untuk menurunkan berat badan mereka, Jell-O mencoba mengikutinya
dengan membuat variasi produk baru yaitu versi bebas lemak. Namun, untuk membuat
produk mereka tetap enak tanpa lemak dan gula tambahan, perusahaan harus
mencampurkannya dengan banyak bahan pengisi dan bahan tambahan kimia. Hal itu
kembali membuat label Jell-O menjadi buruk karena banyak mencampurkan bahan – bahan
yang buruk dan malah tidak sehat kedalam campuran gelatin instan mereka. Dalam sepuluh
tahun kedepannya, penjualan Jell-O lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini sebagian
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran akan makanan “diet”, dan bagaimana jika suatu
produk bebas lemak atau bebas gula itu tidak serta merta membuatnya sehat. Selain itu,
faktor bahwa semakin banyak konsumen mencari makanan sederhana dan alami tanpa daftar
bahan yang tidak dapat dikenali dan tidak dapat diucapkan, dan mudah untuk melihat
mengapa penjualan terus menurun. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
alasan penurunan dan kenaikan pada bisnis makanan Jell-O?. Studi ini bertujuan untuk
mengetahui alasan penurunan (fall) dan kenaikan (rise) pada bisnis makanan Jell-O.

OSF Preprints 2022


3

Metode Penelitian
Studi ini menggunakan studi kasus tunggal pada bisnis Jell-O yang bergerak di
bidang makanan. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2022 di
Universitas Bina Nusantara, kampus Malang. Peneliti mengumpulkan data sekunder dengan
metode studi literatur. Peneliti melaksanakan analisis dengan pendekatan business model
yakni business model canvas, business pattern, business environment & value proposition
canvas. Tahap pertama, peneliti menganalisis mengapa dan bagaimana bisnis mengalami
kejatuhan (fall) dan kesuksesan (rise). Tahap selanjutnya, peneliti memberikan rekomendasi
alternatif solusi bisnis agar bisnis dapat terus sukses berkelanjutan (rise again/ sustainable
rise).

Hasil dan Pembahasan


A. Business Model Canvas, Pattern & Environment
Business Model Canvas: Jell-O (Rise Condition)

Gambar 1. Business Model Canvas: Jell-O (Rise Condition)

Penjelasan 9 Blok BMC Pada Jell-O (Rise Condition)


1. Customer Segment
Target pasar dari produk Jell-O merupakan para mahasiswa, anak-anak kecil yang
menyukai agar-agar lembut, ibu rumah tangga dan keluarganya karena produk Jell-O
ini mudah untuk dibuat. Tidak hanya itu, dikarenakan pada saat itu sedang terjadi Perang
Dunia II maka para tentara dan Angkatan kerjanya juga menjadi target pasar dari produk
Jell-O karena pada saat itu jumlah lemak makanan dibatasi.
2. Value Propositions
Value Propositions merupakan keunggulan yang dimiliki oleh produk Jell-O.
keunggulan yang dimiliki diantaranya adalah produk yang mudah untuk dibuat, mudah
untuk disajikan, dan terjangkau dimana pada saat itu para Wanita yang bekerja di dapur
lebih memilih untuk membuat Jell-O daripada harus membuat kue yang memakan
banyak waktu. Selain itu, dibelakang kemasan produk ini juga terdapat resep serta

OSF Preprints 2022


4

bagaimana cara memasak Jell-O dengan ilustrasi yang family friendly untuk
mempermudah mereka yang tidak ahli dalam memasak.
3. Channels
Channels merupakan cara yang dilakukan oleh sebuah bisnis untuk bisa sampai ke
tangan para pelanggannya. Cara yang digunakan oleh bisnis ini yaitu dengan berjualan
di toko offline serta menyebarnya di toko ritel yang menjual berbagai bahan dasar
makanan.
4. Customer Relationships
Customer relationship merupakan cara yang dilakukan oleh Jell-O untuk bisa tetap
terhubung dengan para customernya. Cara yang digunakan oleh produk Jell-O ini adalah
dengan mengenalkan produk ini melalui Salesman yang berpakaian rapi.
5. Revenue Streams
Bagian ini merupakan bagian yang penting, dimana bisnis Jell-O ini mendapatkan
keuntungannya. Cara yang digunakan oleh bisnis ini merupakan menjual produk Gelatin
lembut seperti agar-agar tetapi lebih lembut dengan rasa yang manis dan terdapat
berbagai variasi.
6. Key Activities
Pada bagian ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bisnis Jell-O ini untuk
menciptakan value proposition serta strategi yang dilakukan bisnis Jell-O dalam
mencapai target perusahaannya. Yang dilakukan oleh bisnis Jell-O sendiri diantaranya
yaitu pembuatan produk Gelatin lembut seperti agar-agar tetapi lebih lembut dengan
rasa yang manis dan terdapat berbagai variasi Jell-O dan juga melakukan marketing
dengan cara membuat iklan yang strategis dan sukses sehingga bisa menarik para
customer.
7. Key Resouces
Bisnis Jell-O ini memiliki beberapa elemen yang dapat mendukung pelayanan yang
mereka berikan diantaranya seperti tempat distribusi dan pembuatan untuk produk Jell-
O, toko offline, dan para karyawan & salesman yang memperkenalkan produk Jell-O.
8. Key Partners
Bagian ini merupakan bagian dimana ada beberapa pihak- pihak yang mendukung
keberlangsungan bisnis Jell-O. pihak – pihak tersebut yaitu, Norman Rockwell dan
Maxfield Parrish yang membantu untuk membuat ilustrasi dalam buku resep dibelakang
produk Jell-O sehingga lebih terlihat family friendly.
9. Cost Structure
Bagian ini merupakan bagian yang menunjukkan pengeluaran apa saja yang dibutuhkan
untuk menjalankan bisnis ini. Bisnis Jell-O memiliki beberapa Cost Structure
diantaranya seperti membayar Gaji Karyawan, Biaya marketing seperti iklan, Biaya
distribusi, biaya produksi, dan biaya desain produk & ilustrasi pada buku resep di
belakang produk.

OSF Preprints 2022


5

Business Model Canvas: Jell-O (Fall Condition)

Gambar 2. Business Model Canvas: Jell-O (Fall Condition)

Penjelasan 9 Blok BMC Pada Jell-O (Fall Condition)


1. Customer Segment
Target pasar dari produk Jell-O merupakan anak-anak dikarenakan produk ini biasanya
tersedia di kantin dan rumah sakit, dan orang – orang yang sedang berdiet dikarenakan
pada masa itu sedang terjadi tren dimana banyak sekali orang – orang yang menurunkan
berat badan mereka.
2. Value Propositions
Value Propositions merupakan keunggulan yang dimiliki oleh produk Jell-O.
keunggulan yang dimiliki diantaranya adalah produk ini adalah produk yang mudah
untuk dibuat, mudah untuk disajikan, dan terjangkau. Dikarenakan sedang terjadi tren
berdiet Jell-O mengeluarkan produk baru yang ditujukan untuk mereka yang sedang
berdiet karena ini merupakan produk dengan rasa bebas lemak. Selain itu, dibelakang
kemasan produk ini juga terdapat resep serta bagaimana cara memasak Jell-O untuk
mempermudah dalam memasak.
3. Channels
Channels merupakan cara yang dilakukan oleh sebuah bisnis untuk bisa sampai ke
tangan para pelanggannya. Cara yang digunakan oleh bisnis ini yaitu dengan berjualan
di toko offline serta menyebarnya di toko ritel yang menjual berbagai bahan dasar
makanan. Selain itu juga produk ini banyak tersedia di kantin dan Rumah sakit.
4. Customer Relationships
Customer relationship merupakan cara yang dilakukan oleh Jell-O untuk bisa tetap
terhubung dengan para customernya. Cara yang digunakan oleh produk Jell-O ini adalah
dengan mengenalkan produk ini melalui Sales.
5. Revenue Streams

OSF Preprints 2022


6

Bagian ini merupakan bagian yang penting, dimana bisnis Jell-O ini mendapatkan
keuntungannya. Cara yang digunakan oleh bisnis ini merupakan menjual produk Gelatin
lembut seperti agar-agar tetapi lebih lemut dengan rasa yang manis dan terdapat
berbagai variasi Jell-O.
6. Key Activities
Pada bagian ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bisnis Jell-O ini untuk
menciptakan value proposition serta strategi yang dilakukan bisnis Jell-O dalam
mencapai target perusahaannya. Yang dilakukan oleh bisnis Jell-O sendiri diantaranya
yaitu pembuatan produk Gelatin lembut seperti agar-agar tetapi lebih lemut dengan rasa
yang manis dan terdapat berbagai variasi Jell-O dan juga melakukan marketing dengan
cara membuat iklan yang strategis dan sukses sehingga bisa menarik para customer.
7. Key Resouces
Bisnis Jell-O ini memiliki beberapa elemen yang dapat mendukung pelayanan yang
mereka berikan diantaranya seperti tempat distribusi dan pembuatan untuk produk Jell-
O, toko offline, dan para karyawan & salesman yang memperkenalkan produk Jell-O.
8. Key Partners
Bagian ini merupakan bagian dimana ada beberapa pihak- pihak yang mendukung
keberlangsungan bisnis Jell-O. pihak – pihak tersebut yaitu, Bill Cosby seorang actor
sekaligus comedian yang dijadijan Brand Ambassador untuk jangka waktu yang cukup
lama pada setiap iklan produk Jell-O, Kraft Inc. yang digabung dengan Jell-O oleh
Phillip Moris sehingga ikut membantu mempromosikan produk Jell-O ini, dan yang
terakhir dengan para pemilik kantin dan rumah sakit.
9. Cost Structure
Bagian ini merupakan bagian yang menunjukkan pengeluaran apa saja yang dibutuhkan
untuk menjalankan bisnis ini. Bisnis Jell-O memiliki beberapa Cost Structure
diantaranya seperti membayar Gaji Karyawan, Biaya marketing seperti iklan, Biaya
distribusi, biaya produksi, dan biaya desain produk.

Kelebihan & Kelemahan


Pada Business Model Canvas diatas dapat diketahui bahwa produk Jell-O ini
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan yang dapat diketahui pada
kondisi rise ini dapat kita lihat pada bagian Value Proposition mereka. Dimana merk dagang
Jell-O ini dulunya merupakan produk yang dijadikan makanan pokok oleh masyarakat
karena sedang mengalami fase depresi hebat dan produk Jell-O merupakan produk alternatif
yang terjangkau, mudah dibuat, dan mudah untuk disajikan dengan berbagai variasi.
Tetapi, dibalik kelebihan yang ditunjukkan oleh merk dagang Jell-O ini mereka juga
memiliki kekurangan pada produknya. Dimana produk Jell-O ini yang awalnya dijadikan
makanan pokok malah akan menjadi boomerang tersendiri karena seiring perkembangan
zaman mereka tidak melakukan innovasi produk baru dan hanya melakukan innovasi pada
variasi rasanya saja sehingga dianggap membosankan dan kurang memuaskan. Tidak hanya
itu, Innovasi yang dilakukan oleh Jell-O pada Fall Condition ternyata gagal untuk

OSF Preprints 2022


7

menyesuaikan dengan tren yang ada dikarenakan komposisi yang ada pada produk merk
dagang Jell-O ini ternyata terlalu banyak bahan kimia yang dinilai tidak sehat untuk tubuh.

B. Business Pattern
Pada kondisi rise, Business Pattern yang digunakan oleh merk dagang Jell-O adalah
jenis pattern Unbundling Business Model yang lebih tepatnya ditekankan pada segmen
Innovation. Jell-O membuat innovasi yang menarik yang masih jarang dipakai pada masa
itu, dimana mereka menciptakan buku resep dengan ilustrasi yang menarik yang bisa dicoba
oleh para pelanggannya, selain itu mereka juga membuat innovasi jelly yang bisa
dicampurkan dengan makanan lainnya yang membuat Jell-O dijadikan makanan pokok pada
saat itu. Selain itu juga, Jell-O ini juga melakukan innovasi variasi produk untuk mereka
yang sedang berdiet. Sehingga dapat dikatakan bahwa Jell-O menggunakan Unbundling
Business Model untuk produk mereka.

C. Business Model Environment


1. Market Forces
a. Market segment
Target pasar yang dituju oleh merk dagang Jell-O ini sebenarnya tidak berubah baik
dalam kondisi Rise maupun Fall yaitu sama-sama menargetkan seluruh masyarakat
dunia terutama anak-anak, ibu rumah tangga dan keluarganya, dan anak-anak muda
seperti mahasiswa dan mereka yang berdiet.
b. Need and Demand
Makanan yang terjangkau, mudah dibuat, dan disajikan dengan berbagai macam varian
rasa daripada harus membuat kue atau lainnya.
c. Market Issues
Bahan-bahan pembuatan jelly yang terlalu banyak mengandung bahan kimia sehingga
dinilai kurang sehat untuk tubuh sehingga membuat produk Jell-O ini kurang diminati
oleh masyarakat.

2. Industry Forces
a. Competitor
Pada saat itu merk dagang Jell-O merupakan penguasa dalam Industrynya sehingga
walaupun ada competitor merk dagang Jell-O ini tetap menjadi pilihan para
customernya.
b. New Entrants
Para pendatang baru dalam industry ini memiliki bahan dasar dasar pembuat produk
yang lebih sehat dan memiliki variasi yang menarik sehingga memungkinkan Jell-O
terancam dengan keberadaan tersebut
c. Stakeholder
Pada bisnis Jell-O ini memiliki beberapa orang yang berpengaruh penting dalam sector
bisnis mereka diantaranya seperti para karyawan/staff yang membuat produk, para

OSF Preprints 2022


8

salesman dan Brand Ambassador yang berpengaruh pada marketing, investor, dan
pelanggan.
d. Key Trend
Tren mencampurkan makanan dengan Jell-O saat itu merupakan salah satu yang
membuat Jell-O bisa mencapai rise nya, didukung dengan kondisi perang Dunia juga
membuat Jell-O sukses pada saat itu.
e. Macro Economic Forces
Munculnya makanan diet yang berbahan dasar sehat dan lebih menarik dari Jell-O yang
mengakibatkan penjualan Jell-O terus menurun.

D. Value Proposition Canvas


Customer Profile: Jell-O

Gambar 3. Customer Profile: Jell-O

Melalui data diatas, dapat kita ketahui Customer Jobs, Customer Gains, serta
Customer Pains pada perusahan Jell-O. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-
masing poin Customer Profile:
1. Customer Jobs
Customer Jobs yang dimiliki oleh perusahaan merk dagang Jell-O ini adalah Functional
Jobs – masyarakat menginginkan makanan yang bisa disajikan dengan cepat dengan
harga yang terjangkau, Social Jobs – makanan yang dapat mengikuti tren pada saat itu
dimana orang-orang banyak yang menurunkan berat badan dan diperlukan makanan
yang sesuai untuk berdiet.

OSF Preprints 2022


9

2. Customer Gains
Customer Gains yang didapatkan oleh perusahaan merk dagang Jell-O ini adalah
mendapatkan respon yang positif dari masyarakat terkait dengan produk yang mereka
jual sehingga produk terseut dapat diterima oleh seluruh masyarakat, produk yang
mudah disajikan dengan rasa yang enak, serta dapat membantu mereka yang tidak bisa
memasak.
3. Customer Pains
Customer Pains yang didapatkan oleh perusahaan merk dagang Jell-O ini adalah
keluhan dari para customer dikarenakan produknya terlalu banyak mengandung bahan
kimia dan gula yang berlebihan sehingga dianggap tidak sehat untuk dijadikan alternatif
makanan diet, selain itu bentuk & tekstur produk yang dianggap membosankan dan
kurang menarik seiring dengan perkembangan zaman.
Melalui data diatas kita dapat melakukan pemeringkatan pada masing-masing poin
untuk dapat mengetahui hal-hal apa saja yang benar-benar dibutuhkan dan menjadi
prioritas oleh para pelanggan. Berikut merupakan pemeringkatan yang dapat
diidentifikasi:

Gambar 4. Pemeringkatan prioritas oleh pelanggan

OSF Preprints 2022


10

E. Value Map

Gambar 5. Value Map

Melalui data diatas dapat kita buat Value Propotions Maps nya dengan
mengidentifikasi Product & Services, Gains Creators, dan Pains Relievers yang dimiliki oleh
perusahaan merk dagang Jell-O. Setelah membuat Value maps tersebut kita juga bisa
melakukan pemeringkatan untuk dapat melihat seberapa penting hal tersebut untuk para
pelanggan. Berikut merupakan pemeringkatan yang dapat dilakukan:

Gambar 6. Pemeringkatan

OSF Preprints 2022


11

F. FIT

Gambar 7. Fit

Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat kondisi fit pada customer value dan
value map. Namun, dapat kita lihat juga bahwa perusahaan merk dagang Jell-O belum
sepenuhnya bisa mengatasi Customer Pains dengan Pain relievers yang akhirnya dapat
menyebabkan penurunan pendapatan hingga kondisi lebih parah yaitu kebangkrutan.
1. Pada Customer Jobs dapat dilihat keinginan customer dimana mereka ingin makanan
dengan harga terjangkau, makanan cepat saji, tetapi tetap bisa mengikuti tren, dan hal
tersebut dapat diikuti oleh perusahaan dengan mengeluarkan produk agar-agar lembut
dari gelatin, pudding, dan pai krim panggang, mereka juga mengeluarkan ilustrasi
carapembuatan dan mengkreasikan produk mereka agar tetap bisa dibuat oleh seluruh
kalangan dengan harga yang pasti terjangkau. Namun, ada salah satu Customer Jobs
yang tidak bisa diikuti oleh perusahaan merk dagang Jell-O ini yaitu makanan untuk
diet karena produk yang mereka keluarkan tersebut kurang cock dijadikan makanan
alternatif untuk diet karena komposisi produk yang mereka buat.
2. Pada Customer Gains dapat dilihat bahwa perusahaan merk dagang Jell-O dapat
memenuhi keinginan dari Customer Pains diantaranya seperti rasa yang enak dapat
dipenuhi dengan perusahaan yang menyediakan berbagai macam rasa, mudah untuk
disajikan dan membantu mereka yang tidak bisa memasak dapat diatasi oleh perusahaan
dengan memberikan penjelasan cara pembuatan produk, mendapatkan respon positif
dari masyarakat dapat diatasi oleh perusahaan dengan menggunakan bahan pembuatan
produk yang jelas dan memperkenalkan ap aitu Jell-O melalui para Salesman yang
ramah, dan yang terakhir dapat diterima oleh seluruh kalangan dapat diatasi dengan
memberikan bahan yang lengkap sehingga bisa diterima oleh seluruh kalangan.
3. Pada Customer Pains dapat dilihat bahwa bentuk & teksturnya yang membosankan dan
kurang menarik dapat diatasi oleh perusahaan dengan cara menyesuaikan komposisi
produk sesuai dengan keiginan customer, membuat packaging yang menarik, dan
memberikan promo – promo menarik. Namun, pada bagian terlalu banyak bahan kimia
dan dianggap kurang sehat karena terlalu banyak gula masih belum bisa diatasi oleh
perusahaan merk dagang Jell-O.

OSF Preprints 2022


12

G. Alasan Mengapa Bisnis Fall dan Rise Bisnis


Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan, alasan yang membuat bisnis
Jell-O ini mengalami kondisi rise adalah karena mereka membuat serangkaian iklan yang
dibuat dengan baik serta menjual buku masak dengan memperlihatkan berbagai cara yang
berbeda untuk dapat menyajikan produk Jell-O. dengan demikian, permintaan Jell-O terus
meningkat dan juga meningkatkan pendapatan margin dari perusahaan merk dangan Jell-O.
Selain itu, karena dukungan kondisi yang mana pada saat itu sedang terjadi Depresi Hebat
dan Perang Dunia II yang membuat masyarakat memilih Jell-O sebagai makanan alternatif
dikarenakan produknya yang mudah dibuat, terjangkau, dan dapat membuat makanan
menjadi lebih awet. Sehingga para Wanita yang bekerja di dapur lebih memilih Jell-O
daripada harus membuat Kue yang memakan banyak waktu.
Jell-O juga memiliki alasan mengapa bisnisnya bisa sampai mengalami kondisi fall
atau kejatuhan. Alasan tersebur diantaranya seperti keterjangkauan Jell-O pada masa depresi
hebat malah memberinya kesan murah di tahun-tahun kemakmuran setelah perang.
Ditambah lagi, label ‘makanan jatah perang’ yang berhubungan erat dengan perang
membuatnya makin kurang menarik bagi para konsumen. Selain itu, produk bebas lemak
Jell-O yang menuai banyak kontroversi karena terdapat banyak bahan yang tidak diketahui
dan bahan kimia tambahan serta meningkatnya kesadaran akan makanan “diet”, dan
bagaimana jika suatu produk bebas lemak atau bebas gula itu tidak serta merta membuatnya
sehat. Selain itu, faktor bahwa semakin banyak konsumen mencari makanan sederhana dan
alami tanpa daftar bahan yang tidak dapat dikenali dan tidak dapat diucapkan, dan mudah
untuk melihat mengapa penjualan terus menurun.

H. Saran solusi bisnis dari anda berupa produk dan atau jasa yang baru (new) atau
peningkatan substansial (substantially improved) pada value map (what, why).
Pada data Value Map diatas dapat dilihat beberapa produk baru yang disarankan
dapat membantu peningkatan dalam kondisi rise maupun kondisi fall. Produk baru tersebut
diantaranya ada Yougurt dengan Jelly maksudnya disini adalah produk yang dicampur atau
berisi Jelly atau agar-agar gelatin, lalu ada produk Jelly seperti Jell-O tetapi kita bisa
menentukan sendiri takaran gula yang diinginkan dengan demikian ini bisa dijadikan
makanan alternatif untuk mereka yang sedang berdiet, dan yang terakhir produk gelato yang
kita ketahui bahwa gelato merupakan makanan penutup seperti es krim bedanya disini adalah
produk gelato ini menyediakan variasi rasa yang bebas lemak dan tinggi protein sehingga
sangat aman bagi mereka yang sedang menjalani diet.

OSF Preprints 2022


13

Gambar 8. solusi bisnis dari anda berupa produk dan atau jasa yang baru (new) atau
peningkatan substansial (substantially improved) pada value map (what, why)

I. Lesson Learning
Pelajaran yang bisa diambil dari studi kasus merk dagang Jell-O jika diterapkan kepada
bisnis yang baru memulai ada banyak hal. Dalam kondisi rise maupun fall produk Jell-O ini
melakukan marketing yang cukup baik dengan bekerja sama dengan orang-orang yang
terkenal pada masa itu seperti pada masa rise yaitu Norman Rockwell dan Maxfield Parrish
yang bisa membantu Jell-O untuk lebih terkenal dan mendapatkan perhatian lebih dari
masyarakat karena ilustrasi pada buku resepnya yang bagus, sedangkan pada masa fall Jell-
O bekerja sama dengan Bill Cosby seorang actor sekaligus comedian yang dijadikan BA
oleh Jell-O pada setiap iklannya sehingga mampu menaikkan penjualan Jell-O pada masa
itu. Namun, hal yang kurang diperhatikan oleh Jell-O adalah mereka tidak bisa membuat
suatu inovasi yang benar-benar baru dan sesuai dengan tren jamannya dan hanya
mengandalkan marketingnya saja sehingga membawa mereka kedalam kerugian yang cukup

OSF Preprints 2022


14

besar. Dengan demikian pelajaran yang bisa diambil adalah kita harus bisa menyesuaikan
perkembangan zaman dan melakukan gebrakan inovasi pada produk kita agar terlihat lebih
menarik oleh konsumen, tetapi tidak hanya itu aspek marketing yang baik juga sangat
berpengaruh untuk menarik para pelanggan.

Kesimpulan
Jell-O merupakan produk yang menjual makanan penutup Gelatin (Agar – agar rasa
buah), Pudding, dan Pai Krim tanpa dipanggang. Produk ini pernah mengalami beberapa
masa kejayaan atau kondisi rise maupun masa kejatuhan atau kondisi fall. Beberapa
penyebab merek bisa mencapai rise condition diantaranya adalah mereka membuat
serangkaian iklan yang dibuat dengan baik serta menjual buku masak dengan
memperlihatkan berbagai cara yang berbeda untuk dapat menyajikan produk Jell-O. dengan
demikian, permintaan Jell-O terus meningkat dan juga meningkatkan pendapatan margin
dari perusahaan merk dangan Jell-O. Selain itu, karena dukungan kondisi yang mana pada
saat itu sedang terjadi Depresi Hebat dan Perang Dunia II yang membuat masyarakat
memilih Jell-O sebagai makanan alternatif dikarenakan produknya yang mudah dibuat,
terjangkau, dan dapat membuat makanan menjadi lebih awet. Selain itu, ada beberapa alasan
juga mengapa mereka bisa mengalami fall condition diantaranya produk bebas lemak Jell-O
yang menuai banyak kontroversi karena terdapat banyak bahan yang tidak diketahui dan
bahan kimia tambahan serta meningkatnya kesadaran akan makanan “diet”, dan bagaimana
jika suatu produk bebas lemak atau bebas gula itu tidak serta merta membuatnya sehat.
Selain itu, faktor bahwa semakin banyak konsumen mencari makanan sederhana dan alami
tanpa daftar bahan yang tidak dapat dikenali dan tidak dapat diucapkan, dan mudah untuk
melihat mengapa penjualan terus menurun. Sehingga untuk membawa Kembali produk ini
ke masa kejayaan Jell-O perlu untuk menghilangkan stigma negative dari pikiran masyarakat
dahulu.

Informasi Suplemen
Video studi ini tersedia pada pranala https://youtu.be/eMHPuPlSGoE

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada program studi kewirausahaan, Universitas
Bina Nusantara, kampus Malang untuk dukungan studi dan ekosistem wirausaha. Studi ini
bagian dari mata kuliah business model tahun 2022.

References
Afia, N. et al. (2022) ‘Memahami Apa Makna Model Bisnis’, OSF Preprints. doi:
10.31219/osf.io/2c7bm.
Business Insider. (2019) The Rise and Fall of Jell-O, Youtube. Available at:
https://www.youtube.com/watch?v=7Ye7MAGoaeo.
Firdausi, N. et al. (2022) ‘Apa yang Dimaksud dengan Inovasi Model Bisnis?’, OSF
Preprints. doi: 10.31219/osf.io/xnyb7.

OSF Preprints 2022


15

Griggs, J. The Rise and Fall of Jell-O, Tomatoes. https://12tomatoes.com/the-rise-and-fall-


of-jell-o/
Nathaniela, T. C. et al. (2022) ‘Inovasi Model Bisnis Berkelanjutan: Teknologi, Gaya Hidup
& Keberlanjutan’, OSF Preprints. doi: 10.31219/osf.io/pv9w7.
Osterwalder, A. et al. (2014) Value proposition design: How to create products and services
customers want. New Jersey: John Wiley and Sons.
Osterwalder, A. and Pigneur, Y. (2010) Business Model Generation: A Handbook for
Visionaries, Game Changers, and Challengers. New Jersey: John Wiley and Sons.
Poedjiono, N. F. (2022) ‘Visualisasi Business Model Canvas pada Toko Pertanian Berkat
Tani’, OSF Preprints. doi: 10.31219/osf.io/7cdvm.
Purwantoro, A. S. M. (2022) ‘Visualisasi Business Model Canvas pada Ueno Coffee’, OSF
Preprints. doi: 10.31219/osf.io/kzrt7.
The Jell-O. (2021). The JELL-O Gallery Le Roy, New York, The Jll-O.
https://web.archive.org/web/20140213131934/http://www.jellogallery.org/jellohistory.html

OSF Preprints 2022

Anda mungkin juga menyukai