Anda di halaman 1dari 11

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diabates Melitus


1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Ernawati, 2013).

2. Etiologi
a. Diabetes Melitus Tipe-1
Diabetes melitus tipe-1 ditandai dengan adanya ganguan sekresi insulin
(defisiensi insulin) maksudnya produksi insulin dalam tubuh berkurang karena
terjadi kerusakan pada sel beta pancreas (Putra, 2019). Penyebab diabetes tipe ini
diantaranya :

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu peresdiposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe-1
2) Faktor immunology (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
b. Diabetes Melitus Tipe-2
Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana insulin dalam tubuh tidak
dapat bertindak secara proposional dengan konsentrasi darah, ini merupakan tanda
dari diabetes tipe ini (Putra, 2019). Faktor resiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe ini dintaranya :

1) Usia
2) Obesitas
3) Riwayat dalam keluarga
(Nurarif dan Kusuma,
2015)
c. Diabetes Pada Kehamilan
Diabetes tipe ini disebut juga dengan gastotional diabetes terjadi karena
intoleransi glukosa yang diketahui selama kehamilan pertama. Wanita dengan
diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan resiko terhadap diabetes setelah
5-10 tahun setelah melahirkan (Damayanti, 2015).
3. Manifestasi Klinis
a. Polidipsi

b. Poliuri
c. Polifagia
d. Gejala yang berhubungan dengan hiperglikemia (nokturia,
polyuria, penuruna berat badan yang signifikan)
e. Infeksi genital atau jamur
f. Infeksi kulit stafilokokus
g. Gejala non-spesifik seperti proteinuria, disfungsi seksual, retinopati,
kelelahan, kesemutan dan lesu
(Putra, 2019)
4. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus tipe-1 terjadi proses autoimunyang disebabkan
adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kombinasi faktor genetic, immunologi
dan mungkin pula lingkungan seperti infeksi virus-virus cocksakie, rubella, CMV,
herves dan lain-lain. Pada diabetes melitus tipe-2 terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi inslin daan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe ini disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Ada beberapa faktor yang diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin seperti faktor genetic, usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia 65tahun), obesitas, riwayat keluarga dan
kelompok etnik tertentu (Ernawati, 2013)

5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Menurut Damayanti (2015), komplikasi akut diabetes melitus sebagai
berikut :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang dapat
terjadi secara berulang-ulang dan dapat memperberat penyakit diabetes
bahkan menyebabkan kematian. Resiko hipoglikemia terjadi akibat
ketidaksempurnaan terapi saat ini, dimana pemberian insulin masih
belum sepenuhnya dapat menirukan pola sekresi insulin yang
fisiologis. Hipoglikemia dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktifitas sehari-hari yang nyata
b. Hipoglikemia sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri, dan
menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari yang nyata
c. Hipoglikemia berat : sering tidak simptomatik, karena gangguan
kognitif klien tidak mampu mengatasi sendiri

2) Diabetik ketoasidosis
Diabetik ketoasidosis (DKA) adalah salah satu komplikasi akut karena
kondisi kehilangan air, kalium, ammonium dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa tinggi, dan
pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering terjadi
koma.
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi Makrovaskuler
a. Penyakit arteri coroner
Penyakit arteri coroner menyebabkan penyakit jantung coroner
adalah salah satu komplikasi makrovaskuler. Proses terjadinya
penyakit jantung coroner pada penderita diabetes melitus
disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu
yang lama disertai dengan hipertensi, resistensi insulin,
hiperinsulinemia, hiperalinimea, dislipedemia, gangguan sistem
koagulasi dan hiperhomosisteinemia.
b. Penyakit serebrovaskuler
Pasien yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh
darah serebral atau atau pembentukan emboli ditempat lain dalam
sistem pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan terkadang
terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat
mengakibatkan serangan iskemia sesaat (TIA : Transient Ischemic
Attack ). Gejala penyakit serebrovaskuler seperti pusing, fertigo,
gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.

c. Penyakit vaskuler perifer


Pasien diabetes melitus beresiko tinggi mengalami penyakit oklusif
arteri perifer disbanding pasien non-diabetes melitus. Hal ini
disebabkan karena pasien diabetes melitus cenderung mengalami
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur dalam
membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pembuluh darah
ini menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler terjadi diretina
yang menyebabkan retinopati diabetic dan diginjal menyebabkan
nefropati diabetic.
3) Komplikasi Neuropati
Neuropati diabetic merupakan sindroma penyakit yang mempengaruhi
semua jenis syaraf yaitu saraf perifer, otonom dan spinal. Komplikasi
neuropati perifer dan otonom menimbulakn permasalahan dikaki yaitu
gangren kaki diabetic.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa
Tabel 2.1 Kadar glukosa normal, prediabetes dan diabetes melitus
(Rachmawati, 2015)

Kadar Gula Darah Normal Prediabetes Diabetes


(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
Gula darah puasa <100 >100 - <126 >126
Gula darah post prandial <140 >140 - <200 >200

Tabel 2.2 Kriteria pengendalian diabetes melitus (Rachmawati, 2015)

Kadar baik Kadar sedang Kadar buruk


Gula Darah 80-139 140-179 ≥180
Sewaktu(mg/dl)

Gula darah puasa 80-109 110 -125 ≥ 126


(mg/dl)

Gula darah 2 jam 80-144 145-179 ≥180


sesudah makan
(mg/dl)
HbA1c (%) < 6,5 6,5-8 >8

Kolesterol total <200 200-239 ≥ 240


(mg/dl)
Kolesterol LDL <100 100-129 ≥130
(mg/dl)

Kolesterol HDL >45


(mg/dl)

Trigliserida (mg/dl) >150 150-199 ≥200

IMT (kg/m2) 18,5-22,9 23-25 ≥25

Tekanan darah 130-140/80-90 >140/90


(mm Hg)

1. Tes saring
Tes tes saring pada diabetes melitus adalah :
1) GDP dan GDS
2) Tes glukosa urine
(1) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
(2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

3) Tes diagnostic
Tes diagnostic pada diabetes melitus adalah GDP, GDS, GD2PP,
glukosa jam ke-2 TTGO
4) Tes monitoring terapi
Tes tes monitoring terapi adalah :
(1) GDP : plasma vena darah kapiler
(2) GD2PP : plasma vena
(3) A1c : darah vena dan darah kapiler
5) Tes untuk mendeteksi komplikasi
(1) Mikroalbuminuria : urine
(2) Ureum, kreatinin, asam urat
(3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
(4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
(5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
(6) Trigliserida : plasma vena
(puasa) (Nurarif & Kusuma,
2015)
B. Konsep Penyakit Kaki Diabetik
1. Definisi

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya


jaringan mati atau nekrosis namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis
yang disebabkan oleh infeksi (Prasetyo, 2010)
2. Klasifikasi Kaki Diabetik
Wagner (1983) dalam Kartika (2017) membagi kaki diabetik
menjadi enam tingkatan, yaitu :
a. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti craw callus
b. Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit epidermis
c. Derajat 2 : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3 : abses dalam, dengan atau tanpa osteomyelitis
e. Derajat 4 : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis
f. Derajat 5 : gangren seluruh kaki dan bagian tungkai

Sedangkan menurut Brand (1986) dan Ward (1987) dalam Prasetyo,


(2010) membagi kaki diabetik menjadi dua golongan :
1. Kaki diabetik akibat Iskemia (KDI)

KDI disebabkan penurunan aliran darah ketungkai akibat adanya


makroangiopati (arteroskelerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai
terutama didaerah betis. Gambaran klinis KDI adalah :

1) Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat


2) Pada perabaan terasa dingin
3) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat
4) Didapatkan ulkus sampai gangrene
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati (KDN)

Terjadi kerusakan syaraf somatic dan otonomik, tidak ada gangguan


dari sirkulasi, dujumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedema kaki dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik (Prasetyo,
2010).
3. Etiologi

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic


dibagi menjadi faktor endogen dan faktor eksogen.

a. Faktor endogen
1) Genetic metabolic
2) Angiopati diabeti
3) Neuropati diabetic
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
(Prasetyo, 2010

C. Penatalaksaan kaki diabetic

Penatalaksanaan kaki diabetik dilakukan secara komprehensif melalui


upaya mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan atau mengurangi tekanan
beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab, penanganan infeksi,
debridement, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif
atau emergency (Antono, 2019)
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan
mati dari suatu luka dapat berwarna lebih pucat, cokelat muda atau hitam dan
dapat kering atau basah. Tujuan tindakan debridement adalah menghilangkan
jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga klien
dilindungi terhadap kemungkinan ivasi bakteri dan menghilangkan jaringan
yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan penyembuhan luka.
Jenis jenis debridement diantaranya :
a. Debridement autolitik
Autolitik menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement
autolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau
semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan
nekrotik. Debridement autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidroget
atau transparents films.
1) Indikasi
Pada luka stadium III dan IV dengan eksudat sedikit sampai sedang
2) Keuntungan

a. Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit disekitarnya


b. Prosesnya aman mnggunakan mekanisme pertahanan tubuh
sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik
c. Efektif dan mudah
d. Sedikit atau tanpa nyeri
3) Kerugian
a. Tidak secepat debridement surgical
b. Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi
c. Dapat menyebablan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid
oklusif digunakan
b. Debridement enzymatic

Debridement enzymatic meliputi penggunaan salep topical


untuk merangsang debridement seperti kologenase.

1) Indikasi
a. Untuk luka kronis
b. Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik
c. Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a. Kerjanya cepat
b. Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan
penggunaan yang tepat
3) Kerugian
a. Mahal

b. Penggunaan harus hati-hati hanya jaringan nekrotik


c. Memerlukan balutan sekunder
d. Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman
c. Debridement mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang


melekat pada luka. Lapisan luar dari luka yang mengering dan melekat pada
balutan anyaman.

1) Indikasi
a. Luka dengan debris nekrotik moderate
2) Keuntungan
a. Materialnya murah (missal tule)
3) Kerugian
a. Non selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat
atau jaringan penyembuhan
b. Proses penyembuhan lambat
c. Nyeri
d. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan jiga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau
infeksi. Desinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.
d. Debridement surgical

Debridement surgical adalah pengangkatan jaringan avital dengan


menggunakan scalpel gunting atau instrument tajam lain. Debridement
dilakukan

sampai jaringan avital habis, cirinya adalah menemukan jaringan yang sehat
dan perdarahan lebih banyak daripada jaringan yang dipotong
1) Indikasi
(1) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
(2) Jaringan terinfeksi
2) Keuntungan
(1) Cepat dan selektif
(2) Efektif
3) Kerugian
(1) Nyeri
(2) Mahal terutaman bila perlu dilakukan dikamar operasi

Anda mungkin juga menyukai