BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus Tipe-1
Diabetes melitus tipe-1 ditandai dengan adanya ganguan sekresi insulin
(defisiensi insulin) maksudnya produksi insulin dalam tubuh berkurang karena
terjadi kerusakan pada sel beta pancreas (Putra, 2019). Penyebab diabetes tipe ini
diantaranya :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu peresdiposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe-1
2) Faktor immunology (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
b. Diabetes Melitus Tipe-2
Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana insulin dalam tubuh tidak
dapat bertindak secara proposional dengan konsentrasi darah, ini merupakan tanda
dari diabetes tipe ini (Putra, 2019). Faktor resiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe ini dintaranya :
1) Usia
2) Obesitas
3) Riwayat dalam keluarga
(Nurarif dan Kusuma,
2015)
c. Diabetes Pada Kehamilan
Diabetes tipe ini disebut juga dengan gastotional diabetes terjadi karena
intoleransi glukosa yang diketahui selama kehamilan pertama. Wanita dengan
diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan resiko terhadap diabetes setelah
5-10 tahun setelah melahirkan (Damayanti, 2015).
3. Manifestasi Klinis
a. Polidipsi
b. Poliuri
c. Polifagia
d. Gejala yang berhubungan dengan hiperglikemia (nokturia,
polyuria, penuruna berat badan yang signifikan)
e. Infeksi genital atau jamur
f. Infeksi kulit stafilokokus
g. Gejala non-spesifik seperti proteinuria, disfungsi seksual, retinopati,
kelelahan, kesemutan dan lesu
(Putra, 2019)
4. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus tipe-1 terjadi proses autoimunyang disebabkan
adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kombinasi faktor genetic, immunologi
dan mungkin pula lingkungan seperti infeksi virus-virus cocksakie, rubella, CMV,
herves dan lain-lain. Pada diabetes melitus tipe-2 terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi inslin daan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe ini disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Ada beberapa faktor yang diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin seperti faktor genetic, usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia 65tahun), obesitas, riwayat keluarga dan
kelompok etnik tertentu (Ernawati, 2013)
5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Menurut Damayanti (2015), komplikasi akut diabetes melitus sebagai
berikut :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang dapat
terjadi secara berulang-ulang dan dapat memperberat penyakit diabetes
bahkan menyebabkan kematian. Resiko hipoglikemia terjadi akibat
ketidaksempurnaan terapi saat ini, dimana pemberian insulin masih
belum sepenuhnya dapat menirukan pola sekresi insulin yang
fisiologis. Hipoglikemia dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktifitas sehari-hari yang nyata
b. Hipoglikemia sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri, dan
menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari yang nyata
c. Hipoglikemia berat : sering tidak simptomatik, karena gangguan
kognitif klien tidak mampu mengatasi sendiri
2) Diabetik ketoasidosis
Diabetik ketoasidosis (DKA) adalah salah satu komplikasi akut karena
kondisi kehilangan air, kalium, ammonium dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa tinggi, dan
pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering terjadi
koma.
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi Makrovaskuler
a. Penyakit arteri coroner
Penyakit arteri coroner menyebabkan penyakit jantung coroner
adalah salah satu komplikasi makrovaskuler. Proses terjadinya
penyakit jantung coroner pada penderita diabetes melitus
disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu
yang lama disertai dengan hipertensi, resistensi insulin,
hiperinsulinemia, hiperalinimea, dislipedemia, gangguan sistem
koagulasi dan hiperhomosisteinemia.
b. Penyakit serebrovaskuler
Pasien yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh
darah serebral atau atau pembentukan emboli ditempat lain dalam
sistem pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan terkadang
terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat
mengakibatkan serangan iskemia sesaat (TIA : Transient Ischemic
Attack ). Gejala penyakit serebrovaskuler seperti pusing, fertigo,
gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.
1. Tes saring
Tes tes saring pada diabetes melitus adalah :
1) GDP dan GDS
2) Tes glukosa urine
(1) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
(2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
3) Tes diagnostic
Tes diagnostic pada diabetes melitus adalah GDP, GDS, GD2PP,
glukosa jam ke-2 TTGO
4) Tes monitoring terapi
Tes tes monitoring terapi adalah :
(1) GDP : plasma vena darah kapiler
(2) GD2PP : plasma vena
(3) A1c : darah vena dan darah kapiler
5) Tes untuk mendeteksi komplikasi
(1) Mikroalbuminuria : urine
(2) Ureum, kreatinin, asam urat
(3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
(4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
(5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
(6) Trigliserida : plasma vena
(puasa) (Nurarif & Kusuma,
2015)
B. Konsep Penyakit Kaki Diabetik
1. Definisi
a. Faktor endogen
1) Genetic metabolic
2) Angiopati diabeti
3) Neuropati diabetic
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
(Prasetyo, 2010
1) Indikasi
a. Untuk luka kronis
b. Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik
c. Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a. Kerjanya cepat
b. Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan
penggunaan yang tepat
3) Kerugian
a. Mahal
1) Indikasi
a. Luka dengan debris nekrotik moderate
2) Keuntungan
a. Materialnya murah (missal tule)
3) Kerugian
a. Non selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat
atau jaringan penyembuhan
b. Proses penyembuhan lambat
c. Nyeri
d. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan jiga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau
infeksi. Desinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.
d. Debridement surgical
sampai jaringan avital habis, cirinya adalah menemukan jaringan yang sehat
dan perdarahan lebih banyak daripada jaringan yang dipotong
1) Indikasi
(1) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
(2) Jaringan terinfeksi
2) Keuntungan
(1) Cepat dan selektif
(2) Efektif
3) Kerugian
(1) Nyeri
(2) Mahal terutaman bila perlu dilakukan dikamar operasi