• REPUBLIK INDONESIA
Nendi Rohaendi
DIKLAT MANAJEMEN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
Jambi, 29 Januari 2019
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
OUTLINE
I. Pendahuluan
V. Kesimpulan
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Pendahuluan
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peraturan Terkait
1. Standar kualitas air minum yang meliputi PP no 82 Th. 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air , Drinking water Quality Criteria dan
2. KepMenKes RI no. 416 / MENKES / PER / IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
terlampir.
3. KepMenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
4. Kep Menteri LH No. 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara
5. Kep Menteri LH No. 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara
6. Kep Menteri LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan Dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan
7. Kep Menteri LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
tempat kerja.
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja.
10.PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 TENTANG PEMANTAUAN KUALITAS AIR LIMBAH SECARA TERUS
MENERUS DAN DALAM JARINGAN BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
“Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-
UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan”. (UU LH No. 32 tahun 2009 )
Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan
visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan
satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu
siklus waktu tertentu.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Titik Penaatan
• Point of Compliance
• Titik dimana dijadikan sebagai acuan
oleh Pengawas Lingkungan Hidup untuk
mengetahui tingkat ketaatan suatu
perusahaan pertambangan terhadap
air limbahnya yang akan dibuang ke
media lingkungan. (Acuan Kerja Dok
10-PEM, KLH)
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
PENCEMARAN LINGKUNGAN
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
2. Baku Mutu LH : ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
1. PARAMETER PENCEMAR
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• Pengukuran
TSS sampel air dituang melalui filter dgn
ukuran pori tertentu, kemudian filter ditimbang
pengeringan
Satuannya miligram per liter (mg/l)
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
2. pH
• pH = power Hidrogen
• Yaitu : pH adalah satuan guna mengukur tentang
apakah cairan tersebut bersifat asam atau basa.
• pH < 7 = asam,
• pH > 7 = basa
• Air dengan pH 6 - 8 masih memenuhi syarat
konsumsi.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
3. Besi (Fe)
• Kandungan zat besi dalam air tidak diperkenankan lebih dari 1mg/L, agar air
memenuhi syarat sebagai air bersih.
• Zat besi di dalam air berwarna coklat. Oksida besi akan mengeruhkan air dan
mampu merusak saringan air.
• Kandungan zat besi lebih dari ketentuan di atas akan mengubah rasa kopi dan
teh, jika air tersebut di minum.
• Besi akan menyebabkan noda berwarna coklat kemerahan pada cucian, porselen,
piring, peralatan, dan bahkan barang pecah belah.
• Besi diserap dengan cepat dalam saluran pencernaan. Sumber-sumber lain dari
besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah hati,
sistem kardiovaskular, dan ginjal.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
4. Mangan (Mn)
• Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan
nomor atom 25.
• Kandungan elemen mangan tidak diperkenankan lebih dari 0,1 mg/L, karena air akan
berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak dapat dipergunakan sebagai air cuci pakaian.
Kadar Mn antara 0,5 mg/L – 1 mg/L air akan berasa logam.
• Mangan menyebabkan noda hitam kecoklatan.
• Sabun dan detergen tidak menghilangkan noda ini, dan penggunaan pemutih malah
menambah noda.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
5. KESADAHAN AIR
• Penyebab kesadahan air : masuknya garam sulfat terlarut dari elemen Ca, Mg, selain
garam-garam klor ke dalam air. Garam-garam ini tidak dapat dihilangkan melalui perebusan.
• Kesadahan biasanya diukur dengan beberapa jumlah berat kalsium karbonat perliter air.
• Kesadahan air = 50 mg/L – 80 mg/L CaCO3 = air bersih, akan menyebabkan karat besi
• Kesadahan air = 80 mg/L – 150 mg/L CaCO3 = sudah mengganggu, untuk mencuci akan
memerlukan sabun cukup banyak
• Kesadahan air > 150 mg/L CaCO3 sama sekali tidak dapat diterima sebagai air pencuci
dan air proses industri.
• Tingginya kandungan logam tersebut dapat menyebabkan terbentuknya kristal pada ginjal.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
6. ALKALINITAS
• Kandungan kalsium karbonat akan menyebabkan air bersifat alkalis, pH lebih dari
7. Keadaan alkalis diperlukan dalam proses koagulasi agar Ca dan Mg mengikat
sulfat dari alumunium sulfat atau tawas yang biasa dipergunakan sebagai
koagulan.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
9. Tembaga (Cu)
• Kadar tembaga dalam air tidak boleh lebih dari 1,0 mg/L . elemen tembaga dapat
tercampur dengan air akibat lepasnya elemen tembaga dari pipa tembaga
penyalur air atau dari dinding bak pengumpul air yang dibuat dari tembaga.
• Cu2+ = 0,2 - 0,3 mg/L dapat mempengaruhi bahkan menghilangkan rasa
minuman kopi dan teh.
• Cu2+ = 0,25 - 1 mg/L air sudah dapat mematikan ikan karena keracunan.
• Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan
muntah, diare, kram perut dan mual.
• Bila intake Cu sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal,
bahkan sampai kematian.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
14. Radioaktif
• Tingkat radioaktif tidak diperkenankan lebih dari
1000 mikro curi perliter, bebas dari sinar alpha +
strontium-90.
• Radium-226 tidak boleh melebihi 3 pcu/L (pico
curi) sedang strontium tidak boleh lebih dari 10
pcu/L.
• Paparan radiasi dapat meningkatkan resiko kanker
dan kelainan gen yang diwariskan juga luka bakar,
sterilitas, dan katarak
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
15. Kebisingan
• Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
• Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu
atau bunyi yang menjengkelkan.
• Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan pendengaran.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Zona Kebisingan
• Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan
• Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat
perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
• Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan
dan rekreasi.
• Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan
pasar.
• Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,
terminal bis dan sejenisnya.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
2. METODE ANALISIS
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
N Metode/Teknik yang /Metode/Teknik yang
Parameter No Parameter
o digunakan digunakan
Total
1 JIS K 0102 : 2002 12 Cl2 JIS K 0102 : 33.3, 2002
Nitrogen
2 TSS APHA 2540-D,2005 13 SO4 APHA 4500 SO42- E
3 TDS APHA 2540-C,2005 14 S2- JIS K 0102 : 39, 2002
1. PARAMETER 4 pH APHA 4500-H+,2005 15 Nitrat
JIS K 0102 : 43.2.4,
2002
PENCEMAR (AIR) 5 COD APHA 5220-D,2005 17 Nitrit APHA 4500 NO2 B
6 BOD SNI 06-2503-1991 18 Fenol APHA 5530-D, 2005
Minyak dan
7 DO SNI 06-6989.14-2004 19 JIS K 0102 : 24.2, 2002
lemak
APHA 3500 Fe B,
8 Fe Total 20 Cr6+ APHA 3500-Cr-b, 2005
2005
Total
9 APHA 2340-C, 2005 21 F- APHA 4500-F-D, 2005
Hardness
APHA 4500-Cl--B,
10 Cl- 22 NH3 JIS K0102 : 42, 2002
2005
JIS K 0102 : 33.3,
11 Cl2 23 Debu Total SNI 19-4840-2005
2002
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
METHOD
PARAMETER UNIT
REFERENCES
Temperature 0C MASA 3rd Edition
Barometric pressure mm.Hg MASA 3rd Edition
2. PARAMETER PENCEMAR Noise dBA MASA 3rd Edition
(UDARA AMBIEN) Total particulate mg/m3 MASA 3rd Edition
Ammonia- NH3 mg/m3 MASA 3rd Edition
Asbestos Fibre/m3 MASA 3rd Edition
Carbon Monoxide-CO Ppmv MASA 3rd Edition
• MASA = Method Air Sampling Chlorine-Cl2 mg/m3 MASA 3rd Edition
and Analysis, 3rd Edition,
Lewis Publishers Inc. HCl mg/m3 MASA 3rd Edition
• USEPA= United State
Environment Protection
HF mg/m3 MASA 3rd Edition
Agency Hydrogen Sulfide H2S mg/m3 MASA 3rd Edition
NO2 mg/m3 MASA 3rd Edition
NOX mg/m3 MASA 3rd Edition
SO2 mg/m3 MASA 3rd Edition
Metals and Heavy metals mg/m3 MASA 3rd Edition
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
PARAMETER
PARAMETER UNIT
UNIT METHOD REFERENCES
METHOD REFERENCES
• Kimia tanah : kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa
(KB), kemasaman dapat dipertukarkan (Al dan H), dan lain-lain. pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya
• Biologi tanah : bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting : bakteri, fungi
dan algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Format Laporan
INSPEKSI LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Data Perusahaan
C.Maksud dan Tujuan
D.Persetujuan RKL/RPL atau UKL/UPL
BAB II. SUMBER DAMPAK DAN RENCANA PENGELOLAAN /
PEMANTAUAN
A.Uraian Singkat Sumber Dampak
B.Ringkasan RKL atau UKL atau RTKPL
C.Ringkasan RPL atau UPL atau RTKPL
BAB III. HASIL INSPEKSI
A.Hasil Inspeksi Kelola Lingkungan (KL)
B.Hasil Inspeksi Pemantauan Lingkungan (PL)
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Inspeksi
B. Pendaftaran Buku Tambang
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peralatan Inspeksi-Udara
• Gas Detector
• Mengukur Konsentrasi Senyawa udara
pencemar (H2S, CO, O2)
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peralatan Inspeksi-Tanah
• pH Tanah
• Kelembaban Tanah
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peralatan Inspeksi-Air
• pH Meter, TSS, Mn, Fe
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peralatan Inspeksi-Kebisingan
• Alat : Sound level meter
• Satuan desibel (dB)
• Acuan Standard :
– SNI 19-1721-1989 : Tempat kerja
– JIS Z8731 [ISO1996-1.2] : udara ambien
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Peralatan Inspeksi-Radiasi
• Survei meter
Peralatan Inspeksi-Radiasi
• Monitor Kontaminasi
Monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi zat radioaktif, baik di udara, di tempat
kerja, maupun yang melekat di tangan, kaki atau badan pekerja.
Peralatan ini mutlak diperlukan bagi fasilitas yang menggunakan zat radioaktif terbuka, misalnya untuk
keperluan teknik perunut menggunakan zat radioaktif.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Instrumentasi Laboratorium
• Atomic Absorption • Low Volume Air Sampler
Spectrophotometer • High Volume Air Sampler
termasuk: • Emission Air Sampler-
– Hydride Generator AAS Isokinetic system.
– Flame AAS
• Apex Instrument –Isokinetic
– Graphite Furnace AAS source sampling equipment
• UV-Visible • Ecolline 6000 Gas Analyzer
Spectrophotometer for SOx, SO2, NOx,NO2,CO,
• Bomb Calorimeter CO2, and CxHy
• pH Meter • Sound Level Meter
• Dissolved Oxygen Meter • Thermohygrometer
• Distillation Unit • Altimeter
• Turbidimeter • TCLP (Toxicity Characteristic
• Analytical Balance and Leaching Procedure)
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
KESIMPULAN
• Pemantauan penting dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
dari suatu proses pengelolaan yang sedang/telah dilakukan.
• Pemantauan dilakukan pada lingkungan udara, air, tanah,
kebisingan, dan radiasi.
• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
• REPUBLIK INDONESIA
Cocokkan alat pengukuran di bawah ini dengan
objek yang diukur:
pH meter Debu
www.bpsdm.esdm.go.id