Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ronald Alam Mega

No : 27

Kelas : XII MM 1

Coret Perokok dari Daftar PBI


Struktur Editorial Isi
Pengenalan Isu Sebannyak 5,2 Juta penerima bantuan kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan-di antara mereka
adalah perokok akan dinonaktifkan. Perokok dianggap kontra
produktif. Gubernur Gorontalo, Rusli Habiebie, mencoret
perokok dari daftar penerima bantuan Jaminan Kesehatan
Semesta yang dibiayai oleh Gorontalo.
Penyampaian Pendapat Kalau peserta jaminan kesehatan ternyata adalah perokok dan
dibuktikan oleh dokter, pemerintah akan langsung mencoret dari
daftar PBI. Perokok yang notabene mayoritas awrga miskin
justru rela menghabiskan uang puluhan ribu rupiah hanya untuk
merokok dalam sehari
Saat diminta membayar iuran jaminan keshatan mereka
mengaku tidak mampu membayar. Pemerintah harus
mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya adalah
vertifikasi data perokok. Harus ada tim khusus yang
beranggotakan dinas teknis dokter, lembaga swadaya
masyarakat, dan mungkin akademisi untuk mendata.
Data yang terkumpul harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaaan
kesehatan. Jika terbukti dalam paru-paru yang bersangkutan
terdapat “tembakau”, pencoretan sah dilaksanakan. Lepas dari
itu semua, fakta menunjukkan penyakit akibat kebiasaan
merokok menjadi penyumbang biaya kesehatan terbesar.
BPJS Kesehatan selalu tekor akibat pembiayaan penyakit ini yang
kebanyakan diidap oleh warga miskin. Ini yang harus menjadi
perhatian bersama.
Dalam survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia
menjadi salah satu negara dengan jumlah perokok terbnayak,
mencapai 76,2% penduduk. Cukai rokok menjadi penyumbang
pendapatan negara, namun biaya kesehatan akibat penyakit
bersumber kebiasaan merokok juga menyedot dana terbesar
BPJS Kesehatan.
Kebijakan ini mengandung unsur edukasi untuk masyarakat.
Kesehatan yang mahal biasanya akan menjadi murah ketika
pencegahan penyakit menjadi laku bersama. Tidak merokok
adalah tindakan mencegah penyakit yang sangat bijaksana. Kini
masnyarakatlah yang harus memutuskan : mencegah penyakit
dengan berhenti merokok dan ada jaminan kesehatan dari BPJS
Kesehatan atau tetap merokok dan menanggung kesehatan
sendiri biaya kesehatan.
Penegasan Dalam survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia
menjadi salah satu negara dengan jumlah perokok terbnayak,
mencapai 76,2% penduduk. Cukai rokok menjadi penyumbang
pendapatan negara, namun biaya kesehatan akibat penyakit
bersumber kebiasaan merokok juga menyedot dana terbesar
BPJS Kesehatan.
Kebijakan ini mengandung unsur edukasi untuk masyarakat.
Kesehatan yang mahal biasanya akan menjadi murah ketika
pencegahan penyakit menjadi laku bersama. Tidak merokok
adalah tindakan mencegah penyakit yang sangat bijaksana. Kini
masnyarakatlah yang harus memutuskan : mencegah penyakit
dengan berhenti merokok dan ada jaminan kesehatan dari BPJS
Kesehatan atau tetap merokok dan menanggung kesehatan
sendiri biaya kesehatan.

 Mencari fakta dan opini

Sebannyak 5,2 Juta penerima bantuan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan-di antara mereka adalah perokok akan dinonaktifkan. Perokok dianggap kontra produktif.
Gubernur Gorontalo, Rusli Habiebie, mencoret perokok dari daftar penerima bantuan Jaminan
Kesehatan Semesta yang dibiayai oleh Gorontalo.

Kalau peserta jaminan kesehatan ternyata adalah perokok dan dibuktikan oleh dokter, pemerintah
akan langsung mencoret dari daftar PBI. Perokok yang notabene mayoritas warga miskin justru rela
menghabiskan uang puluhan ribu rupiah hanya untuk merokok dalam sehari.

Saat diminta membayar iuran jaminan keshatan mereka mengaku tidak mampu membayar.
Pemerintah harus mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya adalah vertifikasi data perokok.
Harus ada tim khusus yang beranggotakan dinas teknis dokter, lembaga swadaya masyarakat, dan
mungkin akademisi untuk mendata.

Data yang terkumpul harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaaan kesehatan. Jika terbukti dalam
paru-paru yang bersangkutan terdapat “tembakau”, pencoretan sah dilaksanakan. Lepas dari itu
semua, fakta menunjukkan penyakit akibat kebiasaan merokok menjadi penyumbang biaya
kesehatan terbesar.

BPJS Kesehatan selalu tekor akibat pembiayaan penyakit ini yang kebanyakan diidap oleh warga
miskin. Ini yang harus menjadi perhatian bersama.

Dalam survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menjadi salah satu negara dengan
jumlah perokok terbayak, mencapai 76,2% penduduk. Cukai rokok menjadi penyumbang
pendapatan negara, namun biaya kesehatan akibat penyakit bersumber kebiasaan merokok juga
menyedot dana terbesar BPJS Kesehatan.

Kebijakan ini mengandung unsur edukasi untuk masyarakat. Kesehatan yang mahal biasanya akan
menjadi murah ketika pencegahan penyakit menjadi laku bersama. Tidak merokok adalah tindakan
mencegah penyakit yang sangat bijaksana. Kini masnyarakatlah yang harus memutuskan : mencegah
penyakit dengan berhenti merokok dan ada jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan atau tetap
merokok dan menanggung kesehatan sendiri biaya kesehatan.

Keterangan : _ = fakta _ = opini

Konjungsi kausal (sebab-akibat)


 Kalau peserta jaminan kesehatan ternyata adalah perokok dan dibuktikan oleh dokter,
pemerintah akan langsung mencoret dari daftar PBI
 mencegah penyakit dengan berhenti merokok dan ada jaminan kesehatan dari BPJS
Kesehatan atau tetap merokok dan menanggung kesehatan sendiri biaya kesehatan.

Konjungsi pernyataan retoris

Kata ganti petunjuk

di , dari, itu, ini,

Anda mungkin juga menyukai