DISUSUN OLEH
TAUFIQUR RACHMAN, ST., MT
Indikator Penilaian
Ketepatan dalam menerapkan matematika, sains dan prinsip rekayasa untuk
menyelesaikan masalah rekayasa kompleks pada sistem terintegrasi (meliputi manusia,
material, peralatan, energi, dan informasi).
Uraian Materi
13.1. Perencanaan Tata Letak (Layout)
Terdapat beberapa hal yang dapat membantu dalam perencanaan tata letak
(layout), antara lain:
1) Atap cukup tinggi
Hal ini akan memudahkan perusahaan di dalam mengatur penerangan dan sirkulasi
udara.
2) Gang-gang cukup lebar
Akan memudahkan arus barang dan manusia, dan juga memudahkan perawatan
fasilitas perusahaan.
3) Daya tahan lantai dan bangunan
Sangat berguna apabila perusahaan memilih bangunan berlantai lebih dari satu
(bangunan bertingkat). Penting juga bila perusahaan menggunakan mesin atau
fasilitas lain yang berat.
4) Dudukan mesin yang fleksibel
Penting untuk memudahkan perawatan dan pergantian mesin.
5) Fleksibel untuk kondisi “emergency”, dll.
Secara umum terdapat beberapa jenis tata letak (layout), antara lain:
1) Tata Letak Proses/Fungsional (Process Layout)
Adalah jenis tata letak yang berorientasi pada proses, dimana mesin-mesin dan
peralatan-peralatan yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu
tempat/ruang tertentu. Penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau memiliki
fungsi yang sama ditempatkan pada bagian yang sama.
Tata letak produk umumnya digunakan untuk proses produksi standar dan masal.
Atau dengan kata lain merupakan jenis tata letak untuk variasi produk rendah dan
volume tinggi. Penyusunan fasilitas dan peralatan disesuaikan dengan urutan proses.
Untuk contoh perusahaan yang umumnya menggunakan tata letak produk, yaitu: mie
instan, pemintalan, surat kabar, semen, minuman, dll. Pada Gambar 13.2 merupakan
contoh tata letak produk.
Tata letak kelompok merupakan jenis tata letak untuk variasi produk sedang dan
volume sedang. Fasilitas produksi dikelompokkan untuk pembuatan produk yang
memerlukan proses operasi yang sama. Untuk contoh perusahaan yang umumnya
menggunakan tata letak kelompok, yaitu: universitas, tempat hiburan, dll. Pada Gambar
13.3 merupakan contoh tata letak kelompok.
Merupakan jenis tata letak dengan variasi produk rendah dan volume rendah.
Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan
fasilitas produksi yang bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut. Pada
Gambar 13.4 merupakan contoh tata letak posisi tetap.
3) Operator yang kurang terampil dan metode kerja yang kurang baik.
2) Pergerakan operator
Caranya adalah apabila seorang operator mempunyai waktu operasi yang lebih
cepat dari operator lainnya, maka operator tersebut dapat bergerak sepanjang lini
produksi tersebut untuk membantu operator lainnya yang waktu operasinya lebih lama.
4) Perbaikan operasi
Cara ini harus ditempuh melalui perbaikan metode kerja khususnya jika terdapat
operasi yang lebih lama dibandingkan dengan yang lainnya dan memerlukan waktu set-
up yang lama. Studi gerakan akan selalu menghasilkan cara yang lebih baik untuk
melakukan pekerjaan dan akan mengurangi waktu kerja yang dibutuhkan.
6) Pengelompokan operasi
Cara ini berusaha untuk mengelompokkan beberapa operasi atau elemen kerja
hasil pembagian ke dalam grup-grup atau stasiun-stasiun kerja secara seimbang,
sehingga setiap grup memiliki waktu kerja yang sama panjang.
Untuk contoh penentuan bobot pada metode Ranked Positional Weight (RPW)
dapat dilihat dari precedence diagram pada Gambar 13.5 berikut ini.
Berdasarkan Gambar 13.5 maka hasil bobot metode Ranked Positional Weight
(RPW) untuk masing-masing operasi adalah sebagai berikut.
1) Bobot operasi 4
2) Bobot operasi 3
3) Bobot operasi 2
4) Bobot operasi 1
Adapun metode Ranked Positional Weight (RPW) memiliki prosedur yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: (Bedworth, 1982; Elsayed, 1985; Elwood, 1978)
1) Gambar jaringan precedence sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2) Tentukan positional weight (bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaan.
3) Urutkan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight pada langkah ke-2. Elemen
pekerjaan yang memiliki positional weight tertinggi diurutkan pertama kali.
4) Lanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang memiliki positional weight
tertinggi hingga ke yang terendah ke setiap stasiun kerja.
5) Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu, dalam hal ini waktu stasiun
melebihi waktu siklus, tukar atau ganti elemen pekerjaan yang ada dalam stasiun
kerja tersebut ke stasiun kerja berikutnya selama tidak menyalahi diagram
precedence.
6) Ulangi langkah ke-4 dan ke-5 di atas sampai seluruh elemen pekerjaan sudah
ditempatkan ke dalam stasiun kerja.
3) Lanjutkan proses langkah 2, hingga semua elemen kerja telah berada dalam stasiun
kerja dan memenuhi ≤ waktu siklus (cycle time).
Apabila terdapat dua elemen kerja yang meiliki nilai bobot yang sama, maka
prioritas akan diberikan kepada elemen kerja yang memiliki waktu pengerjaan lebih
besar. Untuk prosedur selanjutnya sama dengan metode Helgesson-Birnie (Ranked
Positional Weight/RPW), hanya saja dalam menentukan bobot yang dihitung adalah
jumlah operasi (bukan waktu operasi). Untuk perhtungan bobot pada metode J-Wagon
dapat menggunakan persamaan berikut ini.
Untuk contoh penentuan bobot pada metode J-Wagon dapat dilihat dari
precedence diagram yang terdapat pada metode RPW pada Gambar 13.5, dengan hasil
bobot untuk masing-masing operasi adalah sebagai berikut.
1) Bobot untuk operasi 4 = 0
2) Bobot untuk operasi 3 = 1 (operasi 4)
3) Bobot untuk operasi 2 = 2 (operasi 3 dan 4)
4) Bobot untuk operasi 1 = 2 (operasi 3 dan 4)
1 3,2 ‒
2 0,8 1
3 3,0 2
4 3,0 1
5 1,6 1
6 1,2 5
7 1,8 2
8 3,0 3
9 2,8 4
10 2,8 6 dan 7
11 0,8 8
12 2,0 10
13 1,6 9, 11 dan 12
Jumlah 27,6
b) Tingkat pengangguran
Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.
c) Tingkat efisiensi
Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.
Jadi, dengan cara line balancing, maka operasional perusahaan 92% telah dilakukan
secara efisien. Semakin besar % efisiensi yang dicapai, semakin optimal perusahaan
tersebut.
13.7.2. Solusi Contoh Kasus Line Balancing Dengan Metode Ranked Positional
Weight (RPW)
Tahapan solusi contoh kasus line balancing dengan metode Ranked Positional
Weight (RPW) adalah sebagai berikut:
1) Menggambar jaringan precedence sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Precedence diagram dapat di lihat pada Gambar 13.6.
Hasil perhitungan bobot posisi (positional weight) untuk setiap elemen kerja dapat
dilihat pada Tabel 13.3.
b) Tingkat pengangguran
c) Tingkat efisiensi
13.7.3. Solusi Contoh Kasus Line Balancing Dengan Metode Largest Candidate
Rule
Tahapan solusi contoh kasus line balancing dengan metode largest candidate
rule adalah sebagai berikut:
1) Urutkan semua elemen kerja dari yang paling besar waktunya hingga yang paling
kecil.
Hasil pengurutan elemen kerja dengan metode largest candidate rule dapat dilihat
pada Tabel 13.6.
2) Menempatkan elemen pekerjaan yang memiliki waktu elemen kerja tertinggi hingga
ke yang terendah (dari urutan teratas pada Tabel 13.6) ke setiap stasiun kerja dengan
memperhatikan tata cara pengelompokkan seperti pada metode RPW.
Hasil pengelompokkan elemen kerja dengan metode largest candidate rule dapat
diihat pada Tabel 13.7.
b) Tingkat pengangguran
c) Tingkat efisiensi
Bobot posisi J-Wagon untuk setiap elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 13.8.
Hasil pengelompokkan elemen kerja dengan metode J-Wagon dapat diihat pada
Tabel 13.10.
b) Tingkat pengangguran
c) Tingkat efisiensi
Untuk memahami materi yang terdapat dalam MODUL, silahkan buka dan baca jurnal
pada LINK berikut ini.
http://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/intent/article/view/744/420
FORUM Diskusi
Peserta dapat berpartisipasi dalam FORUM ini jika telah membuka dan membaca LINK
yang terdapat pada pertemuan ini dan peserta harus berpartisipasi dalam FORUM ini
agar dapat mengerjakan QUIZ.
Peserta harus menuliskan judul jurnal yang terdapat pada LINK pertemuan ini. Selain
itu, peserta juga dapat memberikan komentar pada jawaban peserta lainnya, dan jika
terdapat pertanyaan atau apapun yang terkait dengan MODUL dan TUGAS dapat juga
dituliskan pada FORUM ini.
QUIZ
Peserta dapat membuka dan mengerjakan QUIZ ini jika telah membuka MODUL dan
berpartisipasi pada FORUM yang terdapat pada pertemuan ini dan peserta harus
mengerjakan QUIZ ini agar dapat membuka dan mengerjakan TUGAS.
Kerjakan QUIZ berikut sebaik-baiknya agar nilai yang diperoleh maksimal. Terdapat 3
(tiga) kali kesempatan percobaan dengan nilai akhir adalah nilai rata-rata dari
kesempatan percobaan yang digunakan.
2. Jenis tata letak yang produknya tidak bergerak, namun bahan baku dan alat
produksi yang mendatangi produk, adalah:
a. Tata letak proses
b. Tata letak posisi tetap
c. Tata letak kelompok
4. Hal yang dapat membantu dalam perencanaan layout untuk memudahkan arus
barang dan manusia, adalah:
a. Atap cukup tinggi
b. Gang-gang cukup lebar
c. Daya tahan lantai dan bangunan
d. Dudukan mesin yang fleksibel
5. Jenis metode line balancing yang memiliki prosedur menghitung bobot posisi
dengan menjumlahkan proses operasi-operasi yang bergantung pada operasi
tersebut, adalah:
a. Metode Ranked Positional Weight
b. Metode J-Wagon
c. Metode Region Approach
d. Metode Largest Candidate Rule
TUGAS
Peserta dapat mengerjakan TUGAS ini jika telah mengerjakan QUIZ yang terdapat pada
pertemuan ini.
Jawab pertanyaan berikut ini yang bersumber dari jurnal yang terdapat pada LINK
pertemuan ini.
1) Tuliskan judul, nama peneliti dan institusi dari peneliti yang terdapat pada jurnal
tersebut.
2) Sebutkan kata kunci (keyword) yang terdapat pada jurnal tersebut.
3) Sebutkan tujuan penelitian yang terdapat pada jurnal tersebut.
4) Sebutkan tahapan penelitian pada jurnal tersebut secara singkat dan jelas.
5) Sebutkan hasil penelitian yang terdapat pada jurnal tersebut.
Jawaban tugas dapat langsung ditulis pada tempat yang telah disediakan (bersifat online
text) dan isi jawaban maksimal 200 kata.
Daftar Pustaka
Apple. James M., 1990, Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit ITB,
Bandung
Groover. Mikell P., 2001, Automation, Production Systems, and Computer Integrated
Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc.
Gunawan. W., 2019, Usulan Perbaikan Kinerja Proses Produksi Hot Metal Treatment
Plant dengan Menggunakan Metode Keseimbangan Lintasan (Line Balancing) di
PT. KS Cilegon, Jurnal InTent, Vol. 2, No.2, Juli-Desember 2019, P-ISSN: 2654-
9557, E-ISSN: 2654-914X
Meyers. Fred E., 1993, Plant Layout and Material Handling, Prentice Hall, USA
Tompkins. James A., et.al., 1996, Facilities Planning, John Wiley & Sons, Canada
Wignjosoebroto. S, 2009, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, PT. Guna Widya,
Jakarta, Indonesia