Anda di halaman 1dari 20

LK. 1.

2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH


NAMA : FITROTUL AINI, S.Pd.
NIM : 2201670034

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


No.
diidentifikasi masalah penyebab masalah
1 Minat belajar Peserta Kajian Literatur : Berdasarkan hasil
didik rendah analisis kajian literatur
Berdasarkan eksplorasi dan hasil wawancara
literasi terkait penyebab yang saya lakukan,
minat belajar peserta didik maka minat belajar
yang masih rendah, saya peserta didik rendah
dikarenakan beberapa
menemukan beberapa
faktor yaitu :
literatur sebagai berikut. 1. Keadaan fisik peserta
didik yang kurang
1. Minat belajar adalah mendukung (sakit).
sesuatu keinginan atau
kemauan yang disertai 2. Keadaan mental
perhatian dan keaktifan peserta didik yang
yang disengaja yang kurang sehat, ada
akhirnya melahirkan rasa masalah keluarga,
ataupun
senang dalam perubahan
permasalahan dengan
tingkah laku, baik berupa teman.
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan (Nurmalina 3. Kurangnya dukungan
et al., 2020) atau perhatian orang
tua terhadap
2. Dalam minat belajar perkembangan
seorang Peserta didik belajar peserta didik
memiliki faktor - faktor
4. Lingkungan belajar
yang mempengaruhi minat yang kurang
belajar yang berbeda-beda, mendukung (kelas
menurut Syah (2003 :132) tidak kondusif)
membedakannya menjadi
tiga macam yaitu: 5. Peserta didik masih
dalam tahap
1) Faktor internal
pembiasaan belajar
Adalah faktor dari
tatap muka
dalam diri Peserta didik
yang meliputi dua
6. Penerapan metode
aspek, yakni:
dan model
a) Aspek fisiologis.
pembelajaran oleh
kondisi jasmani dan
guru belum bervariasi
tegangan otot (tonus)
sehingga peserta
yang menandai
didik merasa bosan.
tingkat kebugaran
tubuh Peserta didik,
hal ini dapat
mempengaruhi
semangat dan
intensitas Peserta
didik dalam
pembelajaran.
b) Aspek psikologis.
Aspek psikologis
merupakan aspek
dari dalam diri
Peserta didik yang
terdiri dari,
intelegensi, bakat
Peserta didik, sikap
Peserta didik, minat
Peserta didik,
motivasi Peserta
didik.
2) Faktor Eksternal Peserta
didik. Faktor eksternal
terdiri dari dua macam,
yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan Sosial.
Lingkungan sosial
terdiri dari sekolah,
keluarga, masyarakat
dan teman sekelas.
b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsosial
terdiri dari gedung
sekolah dan letaknya,
faktor materi
pelajaran, waktu
belajar, keadaan
rumah tempat
tinggal, alat-alat
belajar.
3) Faktor Pendekatan
Belajar. Faktor
pendekatan belajar
yaitu segala cara atau
strategi yang digunakan
Peserta didik dalam
menunjang keefektifan
dan efisiensi proses
mempelajari materi
tertentu.

Sumber :

Syah, Muhibbin.2003. Psikologi


Belajar.Jakarta: PT. Raja Grafindo
Prasada
Nurmalina, I. R., Fauziddin, M.
P. M., & Pd, M.2020. Journal On
Teacher Education Research &
Learning In Faculty Of Education
Penerapan Model Role Playing untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta
didik Sekolah Dasar

Hasil wawancara :

Ibu Dra. Sri Peni


Wahyuningtyas (Guru BK) :
1. Faktor yang menyebabkan
minat belajar siswa ada
dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.

2. Faktor internal meliputi


a. kondisi fisik peserta
didik. Kondisi fisik yang
kurang sehat akan
menurunkan minat
belajar peserta didik.
b. Kondisi mental peserta
didik. Jika mental
peserta didik terganggu
misalnya karena ada
masalah keluarga
ataupun dengan
temannya, maka minat
belajarnya akan
menurun.
c. Dukungan keluarga.
Apabila keluarga
terutama orang tua
kurang memperhatikan
perkembangan belajar
anaknya (dalam hal ini
peserta didik) maka ada
kemungkinan minat
belajar peserta didik
akan menurun.

3. Faktor eksternal bisa


berupa :
a. suasana pembelajaran
kelas yang kurang
kondusif.
b. Penyampaian guru
kurang menarik

Pak Prasetyo Anggun Pribadi,


S.Pd. (Guru Biologi Senior,
Guru Penggerak) :
1. Minat belajar yang rendah
bisa terjadi karena variasi
model dan metode serta
media pembelajaran
kurang bervariasi.

2. Minat belajar yang rendah


bisa terjadi karena guru
kebanyakan dalam
mengajar belum
memperhatikan kebutuhan
belajar dari peserta didik.

3. Peserta didik masih dalam


masa transisi dari
pembelajaran daring ke
pembelajaran tatap muka.

2 Peserta didik sulit Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


memahami konsep analisis kajian literatur
materi virus Berdasarkan eksplorasi dan hasil wawancara
literasi terkait masalah yang saya lakukan,
peserta didik yang sulit maka kesulitan peserta
memahami konsep materi didik dalam memahami
virus saya menemukan konsep materi virus
beberapa literatur sebagai disebabkan oleh :
berikut. 1. Karakteristik materi
virus yang abstrak,
1. Pemahaman konsep virus bersifat mikro
adalah kemampuan dan tak kasat mata.
Peserta didik yang berupa
penguasaan sejumlah 2. Materi virus memiliki
materi pelajaran, dimana tingkat kesulitan
peserta didik tidak sekedar tinggi
mengetahui atau
mengingat sejumlah 3. Guru belum
konsep yang dipelajari, menerapkan
tetapi mampu media/metode/model
mengungkapan kembali pembelajaran yang
dalam bentuk lain yang sesuai untuk
mudah dimengerti, menyampaikan
memberikan interprestasi materi virus
data dan mampu
mengaplikasikan konsep 4. Guru belum mampu
yang sesuai dengan menumbuhkan
struktur kognitif yang minat peserta didik
dimiliki ( Farkhah, untuk mempelajari
2014:Vol 2). virus

2. Menurut (Oren, 2015;


Redfern dkk., 2015; Simon
dkk., 2017)
mengidentifikasi sifat atau
ciri virus dan membedakan
virus dengan bakteri
merupakan materi yang
sulit bagi peserta didik.

3. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan
oleh (Firmanshah dkk.,
2020) disebutkan bahwa
faktor-faktor penyebab
kesulitan peserta didik
mempelajari virus adalah
karakteristik topik yang
abstrak (77,03%) dan
kemampuan mengajar
guru (37,84%).
Kemampuan mengajar
juga terkait dengan
pemahaman guru tentang
virus.

Sumber :
Fakhrah dkk.2014.Peningkatan
Pemahaman Konsep Peserta didik
Materi
Pengklasifikasian Phylum
Arthropoda Melalui Model
Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction), dalam Jurnal Biotik,
ISSN: 2337-9812 Vol. 2, No. 2, Ed.
(2014): 94-95
Firmanshah, M. I., Jamaluddin, J., &
Hadiprayitno, G.(2020).Learning
difficulties in comprehending virus and
bacteria material for senior high
schools.JPBI (Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia),6(1),165–172.
https://doi.org/10.22219/jpbi.v6i1.10981
Oren, A. (2015). Teaching
microbiology to undergraduate students
in the humanities and the social
sciences. FEMS Microbiology Letters,
362(19).
https://doi.org/10.1093/femsle/fnv162

Hasil wawancara :

Pak Prasetyo Anggun Pribadi,


S.Pd. (Guru Biologi Senior,
Guru Penggerak) :
1. Virus adalah organisme
yang mikro, sehingga
peserta didik sulit
memvisualisasikan,
2. Dari aspek kesulitan,
materi virus memang
memiliki tingkat kesulitan
yang cukup tinggi.

Ibu Tri Wahyu Setyaningrum,


S.Pd., M.Si ( Dosen Biologi
Universitas Mataram ) :
1. Virus merupakan partikel
tak kasat mata sehingga
peserta didik kurang
mampu dalam
mengimajinasikan
bentuknya secara konkret.

2. Penggunaan media
pembelajaran gambar dan
video belum dapat
membelajarkan materi
virus dengan optimal

3. Metode/Model/media
pembelajaran yang dipakai
untuk menyampaikan
materi virus belum sesuai

4. Anggapan peserta didik


bahwa virus itu
menyebalkan dan hanya
berdampak negatif dalam
kehidupan

5. Siswa perlu diberikan


contoh konkrit yang
menguntungkan, serta
diberikan pengalaman
studi literatur mengenai
jurnal-jurnal ilmiah terkini
terkait virus

6. Guru perlu menyampaikan


keterkaitan virus dalam
kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan
pengertian bahwa virus
sangat terlibat dalam
kehidupan.

7. Guru belum memicu


aktivitas peserta didik
untuk aktif dan kreatif
dalam pembelajaran,
sehingga peserta didik
kurang berminat dalam
mempelajari virus.
Kurangnya minat tersebut
bisa menjadi faktor
kesulitan belajar siswa.

3 Hubungan Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


komunikasi antara analisis kajian literatur
guru dan orang tua Berdasarkan eksplorasi dan hasil wawancara
terkait kegiatan literasi terkait masalah yang saya lakukan,
pembelajaran masih hubungan komunikasi antara hubungan komunikasi
kurang guru dan orang tua terkait antara guru dan orang
kegiatan pembelajaran masih tua terkait kegiatan
kurang saya menemukan pembelajaran masih
beberapa literatur sebagai kurang disebabkan oleh
berikut. :
1. Keterbatasan
1. Menurut Rivai (2005) waktu yang
faktor-faktor yang dimiliki orang tua
umumnya mempengaruhi peserta didik
komunikasi antara lain untuk ikut
karena pengaruh: terlibat dalam
a) Jabatan mengawasi
Level jabatan sedikit kegiatan belajar
banyak mempengaruhi anaknya,
kelancaran komunikasi mayoritas orang
diantara pihak-pihak. tua sudah
Bagi yang memiliki disibukkan
jabatan yang lebih tinggi dengan pekerjaan.
malu jika harus
berkomunikasi dengan 2. Anggapan orang
bawahanya, demikian tua peserta didik
pula bawahanya merasa yang menganggap
canggung untuk anaknya sudah
berkomunikasi dengan mandiri dan tidak
atasannya. perlu bimbingan
b) Tempat khusus di rumah
Ruang kerja yang
terpisah (yang mungkin 3. Orang tua pasrah
jauh) akan sepenuhnya
mempengaruhi pendidikan anak
komunikasi, baik antara kepada pihak
karyawan yang selevel sekolah (Guru)
maupun antar atasan
dengan bawahan.
c) Alat komunikasi
Alat komunikasi sangat
besar pengaruhnya
dalam menciptakan
kelancaran dalam
berkomunikasi. Akan
tetapi masalah alat saat
ini bukan penghalang
lagi karena telah ada
alat komunikasi seperti
alat untuk
berkomunikasi atau
Hand Phone.
d) Kepadatan kerja
Kesibukan kerja yang
dihadapi dari waktu ke
waktu merupakan
penghambat
komunikasi, terutama di
kota besar dengan
volume kerja yang padat
dan memerlukan ekstra
hati-hati.

2. Hal yang dapat


berpengaruh terhadap
kerjasama sekolah dan
orangtua ditinjau dari
pihak orangtua meliputi:
a) Pandangan orangtua
Slamet Suyanto (2005:
226) yang menjelaskan
bahwa salah satu faktor
yang menghambat
kerjasama orangtua
dengan sekolah adalah
orangtua tidak bisa
berbuat banyak dan
guru jauh lebih
kompeten di bidangnya.
Oleh karena itu mereka
tidak begitu mengurusi
program yang terjadi di
sekolah
b) Tuntutan hidup,
pengetahuan, dan
lingkungan sekolah
Orangtua
mengidentifikasi tiga
hambatan yang menjadi
penghalang mereka
untuk terlibat yaitu
tuntutan waktu dan
kehidupan, kurangnya
pengetahuan, dan
lingkungan sekolah
(Patrikakou, 2008: 3-4).
• Waktu menjadi hal
utama yang
menghambat
keterlibatan orangtua
di sekolah atau
mendampingi anak
belajar di rumah.
Orangtua merasa
kesulitan mengatur
waktu yang tepat
agar dapat terlibat
dalam pendidikan
anak. Terlebih lagi
orangtua tunggal
meningkat akibat
adanya perceraian
atau hal lain dan ibu
muda dari usia
sekolah, waktu
menjadi suatu hal
yang sangat berharga
bagi orangtua untuk
mencari kebutuhan
hidupnya.
• Yang kedua yaitu
kurangnya
pengetahuan. Hal
utama pada
keterlibatan orangtua
adalah komunikasi
antara orangtua dan
guru. Kebanyakan
orangtua ingin
mengetahui apa yang
anak-anak mereka
pelajari di sekolah
dan bagaimana
caranya mereka
dapat terlibat.
Orangtua juga perlu
untuk mengetahui isi
dari kurikulum dan
pembelajaran agar
mereka dapat
mendampingi anak
ketika di rumah.
Keterlibatan orangtua
akan meningkat jika
mereka mengetahui
dan memahami
berbagai informasi
apa yang anak
pelajari.
• Hambatan ketiga
adalah lingkungan
sekolah. Anak berasal
dari berbagai
keluarga yang
memiliki perbedaan
pengalaman, seperti
berasal dari keluarga
miskin dan dalam
keseharian kurang
berinteraksi dengan
keluarga, sekolah
atau masyarakat.
Orangtua dari anak
yang mengalami
pengalaman tersebut
sering memiliki
pendidikan yang
terbatas, dan
memiliki pengalaman
negatif dengan sistem
pendidikan. Hal ini
akan membuat
mereka salah paham
dan khawatir dengan
lingkungan sekolah.

Sumber :
Rivai.2005.Manajemen Sumber
Daya Manusia Edisi Ketiga.
Jakarta:Gramedia

Patrikakou, E. N. (2008). The Power of


Parent Involvement: Evidence, Ideas,
and Tools for Student Success. Diakses
dari
http://education.praguesummerschools

Hasil wawancara :

Pak Prasetyo Anggun Pribadi,


S.Pd. (Guru Biologi Senior,
Guru Penggerak) :
Narasumber mengatakan
bahwa penyebab kurangnya
komunikasi antara orang tua
dengan guru yaitu orang tua
cenderung menyerahkan
sepenuhnya kepada guru
untuk pendidikan anaknya
karena menganggap siswa
SMA sudah dianggap dewasa
dan dapat mandiri.

Ibu Dra. Sri Peni


Wahyuningtyas (Guru BK) :
1. Beberapa orang tua
peserta didik sulit
dihubungi karena terlalu
sibuk dengan pekerjaan.

2. Orang tua terkesan pasrah


kepada sekolah dan
beranggapan bahwa
kewajibannya hanyalah
membiayai anak sekolah,
sehingga tidak ada
ketertarikan untuk
mengetahui perkembangan
anaknya di sekolah.

3. Kurangnya kepercayaan
orang tua terhadap
laporan guru, misalnya
ada salah satu peserta
didik yang bermasalah,
ketika orang tua nya
dipanggil ke sekolah tidak
datang dengan alasan
mempercayai bahwa
anaknya adalah anak baik
dan tidak akan bermasalah
di sekolah.

4. Anggapan Orang tua


peserta didik bahwa
permasalahan anaknya di
sekolah menjadi tanggung
jawab guru secara penuh
tanpa ada campur tangan
orang tua.

4 Guru belum optimal Kajian literatur : Berdasarkan hasil


dalam Berdasarkan eksplorasi analisis kajian literatur
mengimplementasikan literasi terkait masalah dan hasil wawancara
berbagai model implementasi berbagai model yang saya lakukan,
pembelajaran pembelajaran yang belum Guru belum optimal
optimal, saya menemukan dalam
beberapa literatur sebagai mengimplementasikan
berikut. berbagai model
pembelajaran
1. Hasil penelitian Remeja disebabkan oleh :
dkk (2019) dalam Jurnal 1. Pemahaman guru
Ilmiah berjudul “Hambatan terhadap variasi model
Guru Dalam Menerapkan pembelajaran masing
Model-Model Pembelajaran kurang, terutama
Berbasis Saintifik Di Kelas dalam hal pemahaman
Iv SDN Unggul sintaksnya
Lampeuneurut Aceh
Besar” mengemukakan 2. Kemampuan
bahwa dalam menerapkan pengendalian kelas
model pembelajaran yang belum optimal
berbasis saintifik, ada sehingga
beberapa hambatan yang pembelajaran tidak
dialami guru : kondusif
1) materi yang sulit tidak
sesuai dengan 3. Penerapan model
pengetahuan awal pembelajaran belum
peserta didik sesuai dengan
2) Peserta didik kurang karakteristik materi
percaya diri dalam
menyampaikan 4. Guru belum
pendapat mempersiapkan
3) Guru kesulitan pembelajaran secara
mengatur alokasi waktu. matang.

2. Menurut Mustami (2009)


Keberhasilan pembelajaran
tidak lepas dari
penggunaan model
pembelajaran. Model
pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk
membangun kurikulum,
mendesain bahan
intruksional, dan sebagai
pengarah terhadap
kegiatan di dalam kelas
atau di luar kelas.

3. Menurut Syehrofi dkk


(2013) beberapa faktor
yang mempengaruhi
kurang optimalnya
penggunaan model
pembelajaran yaitu
diantaranya guru lupa
terhadap langkah-langkah
pembelajaran yang ditulis
di RPP sebelumnya,
kurangnya kemampuan
guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi
belajar yang optimal,
kondisi Peserta didik yang
sulit di atur oleh guru
karena kurangnya
perhatian guru terhadap
peserta didik yang
melakukan penyelewengan
di dalam kelas, kondisi
atau suasana di dalam
kelas yang kurang
kondusif sehingga
mengakibatkan
berkurangnya waktu
pembelajaran, penyesuaian
guru terhadap kondisi
siswa, serta kurang
memahami hakekat dari
tiap model pembelajaran
yang diterapkan.

Sumber :
Remeja,Siti.,Mislinawati.,&
Sulaiman.(2019).Hambatan Guru
Dalam Menerapkan Model-Model
Pembelajaran Berbasis Saintifik Di
Kelas Iv SDN Unggul Lampeuneurut
Aceh Besar.Jurnal Ilmiah
MahaPeserta didik Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Vol 4, No 2.

Mustami, K. 2009. Inovasi Model-


Model Pembelajaran SAINS untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
MahaPeserta didik. Jurnal Lentera
Pendidikan Vol. 12 No. 2:125-137.

Syehrofi, Wendra.,Wachju
Subchan., & Jekti Prihatin.(2013).
Kemampuan MahaPeserta didik Ppl
Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Dan Tingkat
Ketepatannya Dalam Implementasi
Serta Hubungannyadengan Capaian
Hasil Belajar Biologi.Pancaran.Vol.
2, No. 4, hal 156-170.

Hasil wawancara :
Pak Prasetyo Anggun Pribadi,
S.Pd. (Guru Biologi Senior,
Guru Penggerak) :
1. Pemahaman guru terhadap
variasi model masih
kurang mendalam

2. Guru cenderung lebih


nyaman dengan
pembelajaran model
tradisional karena tidak
membutuhkan banyak
persiapan dan sedikit
tenaga yang dibutuhkan

Pak Drs. Suwarno (Waka


Kurikulum) :
1. Pemahaman guru
terutama dalam hal sintak
dalam model pembelajaran
masih kurang.

2. Kemampuan guru dalam


mengontrol alokasi waktu
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran masih
kurang.

3. Guru kurang
memperhatikan
kesesuaian model
pembelajaran dengan
karakteristik materi,
sehingga pencapaian
tujuan pembelajaran
belum optimal

4. Guru belum matang dalam


mempersiapkan penerapan
model pembelajaran di
dalam ataupun di luar
kelas.

5 Peserta didik masih Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


mengalami analisis kajian literatur
miskonsepsi dalam Berdasarkan eksplorasi dan hasil wawancara
mempelajari materi literasi terkait masalah yang saya lakukan,
virus. peserta didik masih peserta didik masih
mengalami miskonsepsi mengalami miskonsepsi
dalam mempelajari materi dalam mempelajari
virus, saya menemukan materi virus disebabkan
beberapa literatur sebagai oleh :
berikut. 1. Peserta didik lebih
1. Miskonsepsi pada Peserta suka membaca
didik dapat disebabkan informasi dari internet
oleh banyak faktor. / media sosial yang
Menurut (Ibrahim, 2019), belum tentu valid
miskonsepsi yang terjadi dibadingkan membaca
pada Peserta didik
biasanya dibentuk oleh buku ataupun jurnal
Peserta didik sendiri dan ilmiah.
dipengaruhi oleh
pengalaman dan 2. Pengetahuan awal
lingkungan yang peserta didik yang
menyebabkan sering sudah salah/tidak
terjadi kesalahan pada diri sesuai dengan fakta
Peserta didik dalam ilmiah
memahami suatu konsep.
3. Banyak sumber
2. Menurut (Subrata, dkk., bacaan yang
2019), konsepsi awal menyajikan iformasi
(prakonsepsi) berbeda yang tidak valid.
dimiliki Peserta didik juga
bisa menyebabkan 4. Kemampuan peserta
terjadinya miskonsepsi didik masih kurang
pada Peserta didik. dalam menyaring
informasi dari
3. Menurut (Astuti, dkk., internet.
2016), selain karena
prakonsepsi awal Peserta 5. Perlunya penerapan
didik yang salah, pembelajaran berbasis
miskonsepsi Peserta didik proyek supaya peserta
juga disebabkan karena didik memperoleh
penalaran Peserta didik pengetahuan yang
belum lengkap, bermakna.
kemampuan memahami
Peserta didik masih
rendah, dan juga
disebabkan karena buku
pegangan Peserta didik
untuk belajar (buku teks
pelajaran).

4. Menurut (Peserta didikna,


dkk., 2017), miskonsepsi
bukan masalah sederhana
karena miskonsepsi
merupakan salah satu
faktor yang dapat
menghambat proses
penerimaan pengetahuan.

5. Menurut (Istighfarin,
2015), jika Peserta didik
mengalami miskonsepsi
dari awal, maka guru akan
mengalami kesulitan
untuk mengubah konsep
yang telah salah tersebut.

Sumber :
Astuti, F., Redjeki, T., &
Nurhayati, N. D. (2016). Identifikasi
Miskonsepsi dan Penyebabnya pada
Peserta didik Kelas XI MIA SMA
Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2015/2016 pada Materi Pokok
Stoikiometri. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), 5 (2): 10- 17
Ibrahim, M. (2019). Model
Pembelajaran P2OC2R untuk
Mengubah Konsepsi IPA Peserta
didik. Sidoarjo: Zifatama Jawara
Istighfarin, L. (2015). Profil
Miskonsepsi Peserta didik pada
Materi Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan. BioEdu, 4 (3): 991-995
Peserta didikna, R., Armen, A., &
Helendra, H. (2017). Identifikasi
Miskonsepsi Materi Fotosintesis pada
Peserta didik Kelas IX SMPN 7
Padang Menggunakan Tes
Diagnostik Two Tier Multiple Choice.
Jurnal Biosains, 1 (2): 277-284
Subrata, Y., Kurniawan, A. D., &
Qurbaniah, M. (2019). Analisis
Miskonsepsi Peserta didik pada
Materi Sistem Organisasi Kehidupan
Kelas VII SMP Negeri 14 Pontianak.
Pena Kreatif: Jurnal Pendidikan, 8
(2): 125-142.

Hasil wawancara :

Pak Prasetyo Anggun Pribadi,


S.Pd. (Guru Biologi Senior,
Guru Penggerak) :
Miskonsepsi pada peserta
didik bisa terjadi karena
banyaknya informasi di
media sosial sedangkan tidak
semua data yang ada kredibel
dan dapat
dipertanggungjawabkan,
sehingga konsep dasar virus
seringkali tidak sesuai
dengan fakta ilmiah

Ibu Tri Wahyu Setyaningrum,


S.Pd.,M.Si. (Dosen Biologi
Universitas Mataram) :
1. Dalam mempelajari virus
banyak terdapat istilah
ilmiah yang sulit untuk
dihafalkan oleh peserta
didik, sehingga sangat
mungkin terjadi
miskonsepsi.

2. Peserta didik cenderung


lebih suka eskplorasi
materi melalui internet
yang belum jelas
sumbernya, hal ini bisa
menimbulkan miskonsepsi
dengan teori yang
sebenarnya.

3. Guru perlu melakukan


pembelajaran yang bersifat
projek, supaya peserta
didik mendapatkan
pengalaman langsung
sehingga pengetahuan
yang didapatkan lebih
bermakna.

6 Pemanfaatan Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


teknologi dalam analisis kajian literatur
pembelajaran kurang Berdasarkan eksplorasi dan hasil wawancara
maksimal literasi terkait masalah yang saya lakukan,
Pemanfaatan teknologi dalam pemanfaatan teknologi
pembelajaran kurang dalam pembelajaran
maksimal, saya menemukan kurang maksimal
beberapa literatur sebagai disebabkan oleh :
berikut. 1. Guru belum terampil
1. Pelgrum (2001) dalam dalam
“Obstacles to the mengintegrasikan
integration of ICT in teknologi dalam
education: results from a pembelajaran
worldwide educational
2. Guru belum terampil
assessment” menemukan membuat media
bahwa hambatan utama pembelajaran
pengitegrasian TIK dalam berbasis teknologi
pendidikan adalah
kurangnya jumlah 3. Waktu guru untuk
mengembangkan diri
komputer, guru tidak
mengikuti pelatihan
memiliki pengetahuan / masih terbatas
keterampilan, serta tidak karena beban
tercukupinya komputer mengajar dan tugas
dengan akses simultan ke tambahan lainnya.
internet.
4. Kekuatan signal wi-fi
yang kurang merata
2. Bingimlas (2009) dalam
di semua kelas
“Barriers to the successful
integration of ICT in
teaching and learning
environments: A review of
the literature” menemukan
bahwa guru memiliki
kemauan besar untuk
mengintegrasikan TIK
dalam pendidikan tetapi
terhalang tidak adanya
percaya diri, kurangnya
kompetensi, dan tidak
adanya sumber daya.

3. Menurut Sawitri dkk


(2019) hambatan-
hambatan pengintegrasian
TIK dalam pembelajaran,
dapat disimpulkan dengan
dua kelompok, yaitu :
1) Secara Fisik
Secara fisik dapat
berupa sarana dan
prasarana yang belum
memadai terutama
untuk sekolah-sekolah
yang berlokasi di
pelosok. kalaupun
sudah ada sarana dan
prasarana, tetapi masih
sangat minim baik dari
segi jumlah maupun
segi mutu peralatan
tersebut.
2) Secara Non-fisik
a. Kepercayaan diri
guru kurang dalam
menggunakan TIK
dalam melaksanakan
proses KBM. Guru
takut gagal mengajar
melalui penggunaan
TIK yang saat ini
sangat disarankan.
b. Kurangnya
kompetensi guru,
yang dimaksud disini
adalah kurangnya
kompetensi guru
dalam
mengintegrasikan TIK
kedalam pedagogis
praktek, yaitu tidak
memiliki
pengetahuan dan
keterampilan dalam
menggunakan
komputer dan tidak
antusias tentang
perubahan dan
integrasi dengan
belajar yang
menggunakan
komputer dalam
kelas mereka.
c. Sikap guru dan
resistensi yang
melekat terhadap
perubahan. Sikap
dan resistensi guru
untuk mengubah
tentang penggunaan
strategi baru yaitu
dengan integrasi TIK
dalam KBM.

Sumber :

Bingimlas, K. A. (2009). Barriers to


the successful integration of ICT in
teaching and learning environments: A
review of the literature. Eurasia Journal
of Mathematics, Science & Technology
Education, 5(3), 235-245.

Pelgrum, W. J. (2001). Obstacles to


the integration of ICT in education:
results from a worldwide educational
assessment. Computers & education,
37(2), 163-178

Sawitri, Erwin., Made Sumiati


Astiti.,& Yessi Fitriani.(2019).
Hambatan Dan Tantangan
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Dan Komunikasi.
Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Pgri Palembang

Hasil wawancara :
Pak Prasetyo Anggun Pribadi
(Guru Biologi Senior, Guru
Penggerak) :
1. Keterampilan guru dalam
penguasaan teknologi
pembelajaran masih
kurang

2. Guru kurang memiliki


waktu luang untuk belajar
secara mandiri karena
beban mengajar dan tugas
tambahan lainnya.

Pak Drs. Suwarno (Waka


Kurikulum) :
1. Kurangnya minat guru
dalam melakukan
pengembangan diri terkait
pelatihan-pelatihan
pengembangan
keterampilan
mengintegrasikan
teknologi dalam
pembelajaran

2. Keterbatasan waktu guru


sehingga tidak bisa
mengikuti pelatihan
khusus dalam
mengembangkan
keterampilan integrasi
teknologi dalam
pembelajaran

3. Kompetensi guru dalam


memanfaatkan teknologi
masih kurang

4. Kekuatan signal wi-fi yang


kurang merata

5. Guru enggan
mempersiapkan media
pembelajaran berbasis
teknologi karena dianggap
ribet

Anda mungkin juga menyukai