Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya media dan bahan manipulatif dapat dimanfaatkan sebaik-


baiknya dalam pembelajaran matematika. Keduanya merupakan alat bantu
pembelajaran matematika SD yang penggunaannya didasarkan pada pertimbangan,
alasan, atau kriteria tertentu, misalnya kesesuaian dengan topik pelajaran,
ketersediaan alat dan fasilitas pendukung, ketersediaan operator, dan ketersediaan
biaya. Perbedaan media dan bahan manipulatif terletak pada keterkaitannya dengan
materi pelajaran yang diberikan, yaitu terkait tidak langsung dan terkait langsung.
Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan,
menyajikan, atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana
alat-alat itu sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur
matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika,
dan dapat dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah,
digambar, ditambah, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan). Penggunaan
bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam
memahami konsep dan prosedur matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian media dan bahan manipulatif itu?
2. Bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD?
3. Bagaimanakah alat peraga pembelajaran matematika?
4. Bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD?
5. Bagaimanakah contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk
pembelajaran matematika SD?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari media dan bahan manipulatif.
2. Mengetahui bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD.
3. Mengetahui alat peraga pembelajaran matematika.
4. Mengetahui bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika
SD.
5. Mengetahui contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran
matematika SD.
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media dan Bahan Manipulatif


Media (merupakan bentuk jamak dari kata medium) adalah suatu saluran
untuk berkomunikasi. Diturunkan dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah
ini merujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke
penerima informasi. Masuk diantaranya computer multimedia (Heinich, 1996).
Media pada dasarnya terkelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu media
sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan) dan media yang sekaligus
merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti halnya alat peraga. Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Media ini berisikan pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
Selain itu, media adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan
hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat
dicapai dengan mudah.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah
seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari
pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien terjadi.
Sedangkan, bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah
alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur
matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika
dan dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan,
digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011).
Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah
peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika. Bahan
manipulatif ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar,
menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan
pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang
terkait dengan pengerjaan operasi hitung, sifat-sifat bangun geometri serta
memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo, dkk, 2011).
2.2 Media dalam Pembelajaran Matematika SD
2
Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pengajaran yang
disampaikan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat bantu
pembelajaran yang disebut dengan media. Media adalah alat bantu pembelajaran
yang secara sengaja dan terencana disiapkan oleh guru untuk mempresentasikan
dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat
langsung dengan pembelajaran matematika. Peralatan yang akan digunakan dalam
kelas dapat digunakan untuk mengerjakan suatu tugas, memberikan penjelasan,
mengamati dan mempelajari hasil perhitungan, menyelidiki suatu pola, dan
berlatih soal-soal.
Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam
pembelajaran bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media: (1)
sederhana, misalnya papan tulis, papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul,
LKS (Lembar Kegiatan Siswa), petunjuk praktik atau praktikum, dan (3) media
elektronik misalnya OHT (Over Head Transparency) atau OHP (Over Head
Projector), audio (radio, tape), audio video (TV,VCD,DVD), kalkulator, computer
dan internet. Pengelompokan diatas dapat saja diganti brdasarkan alasan tertentu,
misalnya media sederhana dan media modern (berbasis elektronik), media cetak
dan media non-cetak, media proyeksi dan media non-proyeksi, dan sebagainya
Seirama dengan perkembangan ICT (Information and Communication
Technology), media berbasis elektronik semakin banyak dimanfaatkan dalam
pembelajaran, pendidikan, dan latihan. LCD, power point, internet, televisi, dan
teleconferencing merupakan media-media masa kini yang digunakan untuk
berbagai kegiatan pembelajaran. Dengan semakin beragamnya jenis dan mutu
media pembelajaran, guru perlu semakin selektif dalam menentukan media
pembelajaran. Beberapa criteria utama dalam memilih media adalah kecocokan
dengan materi pelajaran, ketersediaan alat dan pendukungnya, kemampuan
financial untuk pengadaan dan operasional, dan kemampuan/keterampilan
menggunakan media dengan tepat dan benar.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan media
pembelajaran antara lain adalah:
a) Lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
b) Lebih mudah dipahami karena dibantu oleh visualisasi yang dapat
memperjelas uraian.
c) Lebih bertahan lama untuk diingat karena mereka lebih terkesan terhadap
tayangan atau tampilan.
d) Mampu melibatkan peserta pembelajaran lebih banyak dan lebih tersebar
(terutama penggunaan media elektronik: radio, televisi, internet).

3
e) Dapat digunakan berulang kali untuk meningkatkan penguasaan bahan ajar
(terutama media yang berbentuk rekaman: kaset, VCD, DVD, film).
f) Lebih efektif karena dapat mengurangi waktu pembelajaran.
Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Papan Tulis
Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) di
dalam kelas. Dengan menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menulis,
bahan pelajaran dibicarakan dan dibahas dengan bantuan papan tulis. Proses
pembelajaran dalam bentuk contoh, uraian, atau pengerjaan tugas, dapat dilihat
dan diikuti langsung oleh semua siswa dalam kelas. Pembelajaran dapat
dilaksanakan lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur yang
berwarna-warni. Pada perkembangan berikutnya, didasarkan pada alasan untuk
lebih menyehatkan mata, warna hitam papan tulis diganti dengan warna hijau
(green board). Akhir-akhir ini, dengan alaan lebih menyehatkan badan, warna
putih (white board) mulai banyak digunakan dan mengganti kapus dengan
spidol. Lebih dari itu, papan putih ini dapat dipindahkan (tidak permanent)
bahkan ada yang bersifat elektronik sehingga tulisan di papan putih daapat
langsung dibuat foto copy-nya.

2. Papan Grafik
Pada dasarnya papan grafik sama dengan papan tulis, tetapi fungsinya
lebih diarahkan untuk mempermudah guru dalam membuat grafik. Papan ini
mempunyai kotak-kotak berskala tetap yang dapat dipakai untuk merancang
koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk membuat grafik.

3. Papan Tempel
Papan tempel ini dapat diletakkan di dalam atau di luar kelas. Jika
diletakkan di dalam kelas, maka papan tempel ini dipasang tidak di bagian
depan kelas (di samping kiri-kanan atau di bagian belakang dari kelas). Fungsi
dari papan tempel ini antara lain untuk memasang informasi (pengumuman,
berita, tugas), untuk menempel kliping dari Koran, majalah atau brosur yang
brkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek. Untuk mata pelajaran
matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan atau
mengkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah matematika,
rekreasi matematika, permainan matematika, pola-pola khusus matematika dan
tebakan matematika.

4
4. Media Cetak
Media cetak merupakan media pembelajaran yang utama karena media ini
mudah dibawa dan dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bentuk media
cetak ini dapat berupa buku (buku ajar, buku mata pelajaran), LKS (Lembar
Kegiatan Siswa), petunjuk praktik, petunjuk praktikum, laporan kegiatan, modul
dan buku kerja.
Jika seorang guru matematika menggunakan edia buku pelajaran, maka
guru itu harus benar-benar menguaai isi buku, yaitu hal-hal yang terkait dengan
uraian, contoh: latihan, tugas, dan urutan. Penguasaan itu juga diikuti dengan
wawasan yang kritis dari hal-hal tersebut diatas, jika ada materi, urutan, latihan
yang salah, maka guru itu harus berani mebetulkan (jangan dibiarkan salah); dan
kalau ada yang kurang (kurang lengkap), maka guru itu harus berani melengkapi
atau menambahkan. Kalau ada sesuatu yang dianggap urang jelas atau
meragukan, maka guru itu harus berani bertanya kepada sejawat atau orang lain
yang lebih tahu. Kalau dalam penerapa buku itu dirasakan peserta didik banyak
yang mengalami kesulitan, maka guru itu bisa menganalisisnya, dan kemdian
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

5. Kalkulator
Sebetulnya kalkulator termasuk media elektronik, tetapi keberadaannya
sudah dijumpai di mana-mana, dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau.
Sebagai alat yang canggih yang mampu melakukan perhitungan dengan cepat
dan akurat, maka pote si kalkulator ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar.
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika sudah lama
dirintis di Negara-negara maju, sebagai alat bantu pembelajaran (instructional
aids) dan alat hitung (computational tools). Dengan adanya kalkulator, guru dan
pendidik/pengembang dalam pembelajaran matematika mempunyai kesempatan
yang lebih luas membantu siswa memepelajarai matematika dan menyelesaikan
masalah-masalah terkini. Namun dmeikian, penggunaan kalkulator tidak boleh
menggantikan perlunya proses pembelajaran ang membawa siswa terampil
dalam berhitung (komputasi). NCTM (1980) merekomendasikan bahwa
“mathematics programs must take full advantage of the power of calculators
and computers at all grade levels”.
Beberapa contoh penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika
dapat dikaitkan dengan sasaran atau keperluan yang ingin dikembangkan oleh
guru, diantaranya sebagai berikut:
1) Kalkulator sebagai alat bantu berhitung

5
Dengan kecepatan, ketepatan, dan kemampuan kalkulator dalam
melakukan pengerjaan bagian bilangan, kalkulator dapat dipakai
menghitung (35,7 × 29,8)/(22 × 31) sampai persepuluh terdekat, mencari
√3/(5+ √2) sampai perseratusan terdeka, atau mencari √2+3√5-10,2 sampai
satuan terdekat.
2) Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep
matematika
Dengan menggunakan kalkulator, siswa dapat mempraktikkan,
mencoba, dan mengamati berbagai hubungan secara induktf-analitis
sehingga mereka seolah-olah “menemukan” sifat-sifat matematka tertentu.
Generalisasi kasus-kasus dapat dilakukan untuk menunjukkan sifat bilangan
nol, sifat bilangan satu, sifat pertukatran (komutatif), sifat pengelompokkan
(asosiatif), sifat peneybaran (distributif), sifat lawan, sifat kebalikan.
Konsep bilangan prima, konsep factor, dan konsep-konsep dalam pecahan
dapat diselidiki dan dijelaskan dengan menggunkan kalkulator.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dan parsitipatif jika dilengkapi
dengan media belajar yang lain, misalnya buku kerja atau LKS (Lembar
Kegiatan Siswa).

3) Kalkulator sebagai alat bantu belajar pemecahan masalah


Sifat bilangan rasional yang dapat dinyatakan sebagai desimaldengan
adanya lambing-lambang yang berulang secara teratur, merupakan salah
satu penyelidik yang dapat dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah.
Hubungan pecahan sedrhana a/b (dengan fpb antara a dan b adalah 1) dan
lambing desimalnya, dapat dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah.
Penyelidikan dapat dilakukan dengan memilih penyebut b secara beragam,
misalnya faktor 10, faktor 100, faktor 1000,…., faktor 10 n (n=1,2,3,…) dan
bukan faktor 10n (n=1,2,3,…).
Dengan semakin canggihnya produk-produk kalkulator, misalnya TI
(Texas Instrument) yang memounyai kemampuan membuat grafik, maka
pemecahan masalah matematika dapat dikembangkan dalam geometri,
terutama untuk mengamati tingkah laku grafik jika persyaratan tertentu
diketahui.
Contoh 2.1
Dengan menggunakan kalkulator, secara perseorangan atau
kelompok, para siswa dapat mempraktikkan
sehingga mereka memahami bahwa:

6
Contoh 2.2
Dengan menggunakan kalkulator, secara perorangan atau kelompok,
para siswa diminta menyatakan lambang desimal dari pecahan-pecahan
yang pembilangnya 1, dan penyebutnya faktor 10yang positif yang bukan 1
(2 dan 5), penyebutnya faktor 100 yang positif dan bukan 1 serta bukan
faktor 10 (4,20,25,50), penyebutnya faktor 100 yangpositif dan bukan 1serta
bukan faktor 10 dan 100 (8,40,125,200,250,500). Dari hasil pengamatan
mereka diharapkan mereka dapat mengemukakanbahwa banyaknya angka
dibelakang koma berturut-turut adalah 1,2,dan 3. Mereka juga diminta
untuk menuliskan kembali masing-masing desimal dalam bentuk pecahan
(penyebutnya 10, 100, dan 1.000), sehingga mereka benar-benar memahami
makna banyaknya angka dibelakang koma (dalam lambang desimal), serta
perluasannya. Misalnya, karena:

Maka ; 0,2 = 0,20 = 0,200 = 0,2000 = 0, 20000 = 0,200000..........

6. Komputer
Sebagai alat bantu mengajar, komputer juga diperlukan untuk pendidikan
matematika. Pembelajaran yang dibantu komputer disebut pembelajaran
berbantuan komputer (computer assisted instruction). Bahkan komputer dalam
pembelajaran matematika dikembangkan dengan memanfaatkan program-
program komputer yang siap pakai dalam bentuk perangkat lunak (software),
atau program-program komputer yang dirancang dan dibuat oleh guru
matematika.
Perangkat lunak dalam pembelajaran matematika berbantuan komputer
(PMBK) dapat berupa paket-paket matematis atau paket-paket pembelajaran
matematika. Paket-paket matematika (misalnya MAT LAB, MAT CAD,
DERIVE, MATHEMATICA, MAPLE) memuat topik-topik penyelesaian
persoalan matematika (misalnya polinomial, grafik fungsi, pendiferensialan,
pengintegralan, grafik dimensi tiga, matriks dan permasalahannya), sehingga
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penegasan kepada murid
dalam penghitungan, penampilan hasil, pengamatan pola, dan pembuatan grafik.
Siswa juga dapat diberi pengalaman untuk banyak berinteraksi dengan
komputer, yaitu menentukan, memilih, dan mencoba sendiri besaran/ ukuran/
data yang diperlukan sebagai masukan.
Paket-paket pembelajaran matematika, dalam bentuk perangkat lunak
yang siap pakai maupun yang dibuat oleh guru, dapat berupa model tutorial,
model latihan dan praktik (drill & practice), atau model simulasi (demonstrasi).

7
a. Model Tutorial
Model tutorial PMBK adalah model pembelajaran berupa uraian atau
penjelasan topik-topik tertentu yang dapat dilengkapi dengan contoh dan
latihan soal. Tahap awal dari model ini dapat berupa tes mandiri, atau
berupa menu pilihan. Jika berupa tes mandiri, maka hasil tes mandiri
menentukan posisi awal untuk dipelajari. Tahap berikutnya berupa bacaan,
yaitu uraian dan contoh, yang dipaparkan dengan bahasa yang mudah
dipahami, dengan gambar, warna dan ukuran yang menarik, dan dengan
animasi yang hidup dan dinamis. Tahap terakhir berupa latihan soal yang
dikerjakan secara mandiri dan penampilan skor hasil latihan.

b. Model latihan dan praktik (drill & practice)


Model latihan dan praktik PMBK adalah model pembelajaran berupa
latihan mengerjakan soal-soal. Tujuan dari latihan ini adalah untuk lebih
memantapkan pemahaman konsep, dan lebih terampil dalam menyelesaikan
beragam soal. Siswa-siwa yang menjalankan program ini memperoleh
balikan tengtang penguasaan mereka, dan mereka dapat mengulanginya
sampai mereka benar-benar merasa lebih menguasai dan memahami
bahan/materi/topir matematika yang dipelajari.

c. Model simulasi (demonstrasi)


Model simulasi adalah model pembelajaran untuk memperagakan hal-
hal yang sulit dilakukan karena mempunyai resiko besar (berbahaya, sangat
mahal, langka). Di dalam PMBK, model simulasi digunakan
untukmenunjukkan atau menampilkan proses, terutama hubungan tingkah
lakugrafik fungsi karena perbedaan besaran-besaran tertentu ( grafik ax + by
= c) untuk nilai-nilai a dan b yang berbeda; menampilkan gambar bangun-
bangun geometri ruang dengan bidang-bidang irisan serta garis-garis
tertentu; menampilkan transformasi dan simetri bangun-bangun geometri.
Dengan model simulasi ini, bahwa yang sulit abstrak dapat diperagakan
menjadi teramati (observable) sehingga menjadi lebih mudah untuk
dipahami.

7. Media Tayangan
Media tayangan adalah media yang mampu menayangkan program
pembelajaran pada layar sehingga bisa diikuti oleh banyak orang peserta belajar.
Media ini dapat berupa OHP (Over Head Projector), LCD projector, film (untuk
motion picture dan still picture), audio-video, dan televisi.
Dengan memanfaatkan plastic ttransparansi, OHP secara efektif dapat
digunakan untuk mempresentasikan uraian, penjelasan atau laporan. Dengan

8
kombinasi bentuk tulisan, warna, dan gambar, tayangan pembelajaran
matematika dengan OHP menjadi lebih menarik dan terpusat. Perkembangan
teknologi foto copy yang mampu meng-copy gambar dan tulisan pada plastic
transparansi, tayangan OHP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih
komunikatif.
Meskipun penggunaan film (dan film strip) sudah diganti dengan
teknologi yang lebih mudah dioperasikan (misalnya VCD atau DVD), film
perhatian dan mengajak pemirsa lebih antusias dan menikmati pembelajaran
yang diberikan. Hal serupa dapat dilakukan dengan menggunakan media
pembelajaran VCD/DVD, dan televise. Peragaan dari suatu proses penyelesaian
matematika menjadi lebih mudah dipahami, apalagi jika digabung dengan gerak,
music, nyanyian, dan permainan.

2.3 Alat Peraga Pembelajaran Matematika


Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami
konsep abstrak anak memerlukan benda-benda riil (konkret) sebagai perantara
atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar
yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah dapat
memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Pembelajaran matematika sering disampaikan dengan menggunakan alat
peraga. Hal ini dimaksudkan agar konsep abstrak yang akan dipahami siswa dapat
mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan
dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta. Tujuan
menggunakan alat peraga adalah:
1. Proses belajar mengajar termotivasi.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan lebih dapat
dipahami dan dimengerti siswa, serta dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat
lebih rendah.
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dapat dipahami.
Penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu
atau beberapa dari:
a) Pembentukan konsep
b) Pemahaman konsep
c) Latihan dan penguatan
d) Pelayanan terhadap perbedaan individual (anak yang lemah dan berbakat)
e) Pengukuran (alat ukur)

9
f) Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulan
secara umum (sebagai objek penelitian maupun alat untuk meneliti)
g) Pemecahan masalah pada umumnya
h) Pengundangan untuk berpikir
i) Pengundangan untuk berdiskusi
j) Pengundangan partisipasi aktif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga
pembelajaran matematika:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Sederhana dan tidak rumit
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan konsep matematika (bentuk riil, gambar atau diagram)
f. Sesuai dengan konsep
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
i. Siswa belajar secara aktif (alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan:
diraba, dipegang, dipindahkan, diutak-atik, atau dipasangkan dan dicopot)
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).

Macam-macam alat peraga pembelajaran matematika antara lain:


a) Alat peraga kekekalan luas, misal: tangan
b) Alat peraga kekekalan panjang, misal: tangga garis bilangan, neraca bilangan,
mistar hitung, batang Cuisenaire.
c) Alat peraga kekekalan volume, misal: balok Dienes
d) Alat peraga kekekalan banyak, misal: abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat.
e) Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemingkinan, misal: uang logam,
dadu, paku payung, kartu bridge/domino, bola berwarna, dan distribusi
Galton (sesatan Hexagon)
f) Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika, misal: meteran, jangka
sorong, busur derajat, sperometer, kilometer, roda meteran, kapak
tomahawk, dan hypsometer.
g) Bangun-bangun geometri, misal: segitiga, segiempat, lingkaran, segi banyak,
pengubinan, bangun ruang.
h) Alat peraga untuk permainan matematika, misal: rumah perkalian, segitiga
ajaib, menara Hanoi, mesin fungsi, saringan Erastothenes, bujur sangkar
ajaib, mobiles, perkalian tulang Napier, pita mobius, blok logic, kartu
penebak angka, kartu penebak bulan, kartu penebak “hati”.

10
2.4 Bahan Manipulatif Dalam Pembelajaran Matematika SD
Dalam pembelajaran matematika SD, hendaknya agar bahan pelajaran yang
diberikan lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu
disiapkan guru, dari barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah
diperoleh, misalnya kertas manila, karton, kayu, kawat, kain untuk menanamkan
konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik,
diatur/ditata, dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan
manipulatif, yaitu bahan yang dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini
berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan
yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep
secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan
pengerjaan (operasi) hitung dann sifat-sifat bangun geometri, serta
memperlihatkan fakta-fakta.
Dengan semakin banyaknya kesempatan dan keleluasaan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, agar siswa benar-benar menguasai
kompetensi yang dituntut, maka guru dapat berkreasi secra dinamis, tanpa harus
menunggu pemberian orang lain “dropping” dari atas, untuk mampu menyiapkan
bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD. Dari barang
bekas/buangan atau tidak terpakai, misalnya dari berbagai karton bungkus
makanan, bungkus berbagai rokok, plastik-plastik bekas dan potongan kayu yang
tidak terpakai.

1. Bahan Manipulatif dari Kertas


Bahan kertas ini mudah diperoleh, dengan warna yang beragam, dari
kertas manila yang dibeli dari toko, atau dari bekas berbagai sampul tak
terpakai (buku,map), dari macam-macam bungkus rokok yang berwarna-
warni, dari karton pembungkus makanan atau minuman.
Salah satu manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton ini antara lain
adalah:
a. Untuk menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi).
Konsep pecahan m/n sebagai m bagian dari n bagian yang sama,
dapat didemonstrasikan guru, atau dipraktikkan siswa, dengan
menggunakan berbagai bangun geometri, misalnya persegi, persegi
panjang, jajargenjang, belah ketupat, segitiga, lingkaran.

11
A B C D E
Gambar 2.1

ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.

A B C D
Gambar 2.2
ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.

Pecahan-pecahan senilai juga dapat ditunjukkan dengan potongan kertas


memanjang kertas memanjang atau potongan kertas dalam bangun-bangun
geometris, misalnya, dengan menggunakan potongan kertas memanjang, dapat
ditunjukkan pecahan-pecahan senilai, misalnya:

1/2 1/2
1/3 1/3 1/3
1/4 1/4 1/4 1/4
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

Dengan menggunakan pola, dapat dikembangkan bentuk-bentuk pecahan


senilai yaitu:

2. Model Stik (Lidi: Dari Rangka Daun Kelapa, Dari Bambu, Atau Dari
Plastik)
Model ini dapat dipakai untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, dan
ratusan untuk siswa-siswa SD ,kelas rendah. Lidi-lidi tersebut dalam bentuk
lepas (sebagai satuan), bentuk ikatan (dengan tali/karet) sepuluhan, dan bentuk
ikatan dari ikatan sepuluhan (dan disebut seratusan). Model-model stik ini
dapat digunakan untuk menjelaskan konsep numeral (lambing bilangan),
kesamaan bilangan, operasi (penjumlahan, pengurangan ,perkalian), bilangan
bulat. Misalnya:
234 = 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
= 2 ikatanratusan + 3 ikatanpuluhan + 4 lepas
35 = 30 + 5 = 20 + 15 = 10 + 25
= 23 + 12 = 18 + 17 = 9 + 26
3x6 = 6 + 6 + 6 = 18

12
5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
2 x 100 = 100 + 100 = 200
46 – 23 = (40 + 6) – (20+3) = (40 – 20) + (6 – 3)= 20 +3 =23
35 – 19 =(30 +5) – (10 + 9) = (20 + 10 + 5) – (10 + 9)
=(20-10) + (10 +5 -9) = 10 +6 = 16.

3. Model Persegi Dan Strip Dari Kayu/Tripleks


Model ini terdiri dari potongan-potongan persegi kayu/tripleks, strip-
strip sepanjang sepuluh persegi, dan daerah seluas sepuluh strip. Kegunaan
model persegi dan strip serupa dengan kegunaan model stik, yaitu untuk
menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan, dan operasi bilangan
bulat. Bahan kayu/ tripleks dapat diganti dengan karton yang relatif tebal.

4. Model Kertas Bertitik Atau Berpetak


Kertas bertitik dapat bersifat persegi atau isometric. Model ini dapat
digunakan untuk menjelaskan banyak hal yang terkait dengan geometri
(bangun datar dan sifat-sifatnya, hubungan antar bangun datar, dan luas
bangun datar). Berbagai posisi datar, tegak, miring bangun datar (segitiga,
persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan
trapesium) dapat diperagakan dengan model kertas bertitik (pengerjaannya
menggunakan pensil sehingga dapat dihapus). Dengan perkembangan
ketersediaan bahan saat ini, kertas bertitik/ berpetak ini dapat menggunakan
white board (dengan titik/petak menggunakan spidol permanen), dan
pengerjaannya menggunakan spidol white board yang dapat dihapus.

2.5 Contoh Bahan Manipulatif Untuk Pembelajaran Matematika SD


1. Alat dan Bahan
Khusus bahan manipulatif untuk pembelajaran matematika SD ini
terbuat dari bahan dasar triplek dan kertas manggis berwarna (merah dan
kuning). Triplek digunakan sebagai tempat menggambarkan pecahan yang
akan kita operasikan sedangkan kertas manggis warna merah
melambangkan pecahan pertama dan kertas manggis berwarna kuning
melambangkan pecahan kedua.

2. Cara membuat bahan manipulatif


Langkah-langkah membuat bahan manipulatif untuk pembelajaran
matematika SD: materi operasi pecahan adalah sebagai berikut:

13
 Siapkan sebuah triplek putih, kemudian potonglah menjadi ukuran 50 cm
x 50 cm
 Potong-potnglah kertas manggis berwarna merah dan kuning menjadi
beberapa potongan yang masing-masing potongannya 5 cm x 10 cm
 Berilah double-tip pada masing-masing potongan kertas manggis agar
dapat ditempelkan pada triplek.

3. Penggunaan bahan manipulatif untuk materi operasi pecahan


a) Penjumlahan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam
menjumlahkan dua buah bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
 Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita
sediakan.

 Kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi 3 bagian yang


sama (karena penyebut bilangan pertama 3).
 Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi 2
bagian yang sama (karena penyebut yang bilangan kedua 2).
 Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak 1/3 bagian dari
sisi vertikal, dan kertas manggis berwarna kuning sebanyak ½
bagian dari sisi horizontal.
 Pada percobaan tersebut satu kotak yang berisi dua warna,
pindahkan salah satu warnanya ke kotak yang masih kosong.
 Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah dan berwarna
kuning, serta seluruh kotak yang tersedia.

b) Pengurangan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam
mengurangkan dua buah bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
 Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita
sediakan, kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi dua
bagian yang sama (karena penyebut bilangan pertama 2).
 Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi tiga
bagian yang sama (karena penyebut bilangan kedua adalah 3).
 Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak ½ bagian dari
sisi vertikal.

14
 Pindahkan satu kertas warna merah, sehingga akan siperoleh 1/3
bagian.
 Karena bilangan pengurangannya adalah 1/3, maka baliklah 1/3
bagiannya.
 Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah yang tersisa.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan


informasi dari pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan
perhatian sehingga proses belajar mengajar yang efektif dan efisien terjadi. Garis
besar jenis-jenis media dalah sebagai berikut: (1) Papan Tulis, (2) Papan Grafik,
(3) Papan Tempel, (4) Media Cetak, (5) Kalkulator, (6) Komputer, (7) Media
Tayangan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur
matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika
dan dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan,
digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011).
Contoh bahan manipulatif yaitu: bahan manipulatif dari kertas, model stik (lidi:
dari rangka daun kelapa, dari bambu, atau dari plastik), model persegi dan strip
dari kayu/tripleks, model kertas bertitik atau berpetak

3.2 Saran
Guru SD harus dapat memanfaatkan media dan bahan manipulatif dalam
pembelajaran matematika serta bisa mengembangkannya juga agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Pendidikan (Bandung:PT Rosda Karya Remaja,


2003).
Abdul Karim H. Ahmad, Media Pembelajaran (Makassar: UNM, 2007).
Darhim. Work shop matematika modul 1-6. (Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral
pendidikan dasar dan menengah bagian proyek penataran guru SLTP setara D-
III, 1992).
Gatot Muhsetyo, Pembelajaran Matematika SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010).
Hardiyana, Penggunaan Alat Peraga Manipulatif untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Perkalian dan Pembagian
Bilangan Cacah, Skripsi Sarjana (Bandung: FIP, 2010).
Hudojo, H, Mengajar Belajar Matematika (Jakarta: Depdikbud, 1988).
Kelly, Catherine A. Using Manipulative in Mathematical Problem Solving : A
Performance Based Analysis, 2006
Sadiman, Arif S., dkk. Media Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers), 2006).
Sudono Anggani. Sumber Belajar dan Alat Permainan. (Jakarta: PT Grasindo.2000).
Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung :
Jica Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indinesia,
2006)

17

Anda mungkin juga menyukai