PENDAHULUAN
3
e) Dapat digunakan berulang kali untuk meningkatkan penguasaan bahan ajar
(terutama media yang berbentuk rekaman: kaset, VCD, DVD, film).
f) Lebih efektif karena dapat mengurangi waktu pembelajaran.
Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Papan Tulis
Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) di
dalam kelas. Dengan menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menulis,
bahan pelajaran dibicarakan dan dibahas dengan bantuan papan tulis. Proses
pembelajaran dalam bentuk contoh, uraian, atau pengerjaan tugas, dapat dilihat
dan diikuti langsung oleh semua siswa dalam kelas. Pembelajaran dapat
dilaksanakan lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur yang
berwarna-warni. Pada perkembangan berikutnya, didasarkan pada alasan untuk
lebih menyehatkan mata, warna hitam papan tulis diganti dengan warna hijau
(green board). Akhir-akhir ini, dengan alaan lebih menyehatkan badan, warna
putih (white board) mulai banyak digunakan dan mengganti kapus dengan
spidol. Lebih dari itu, papan putih ini dapat dipindahkan (tidak permanent)
bahkan ada yang bersifat elektronik sehingga tulisan di papan putih daapat
langsung dibuat foto copy-nya.
2. Papan Grafik
Pada dasarnya papan grafik sama dengan papan tulis, tetapi fungsinya
lebih diarahkan untuk mempermudah guru dalam membuat grafik. Papan ini
mempunyai kotak-kotak berskala tetap yang dapat dipakai untuk merancang
koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk membuat grafik.
3. Papan Tempel
Papan tempel ini dapat diletakkan di dalam atau di luar kelas. Jika
diletakkan di dalam kelas, maka papan tempel ini dipasang tidak di bagian
depan kelas (di samping kiri-kanan atau di bagian belakang dari kelas). Fungsi
dari papan tempel ini antara lain untuk memasang informasi (pengumuman,
berita, tugas), untuk menempel kliping dari Koran, majalah atau brosur yang
brkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek. Untuk mata pelajaran
matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan atau
mengkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah matematika,
rekreasi matematika, permainan matematika, pola-pola khusus matematika dan
tebakan matematika.
4
4. Media Cetak
Media cetak merupakan media pembelajaran yang utama karena media ini
mudah dibawa dan dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bentuk media
cetak ini dapat berupa buku (buku ajar, buku mata pelajaran), LKS (Lembar
Kegiatan Siswa), petunjuk praktik, petunjuk praktikum, laporan kegiatan, modul
dan buku kerja.
Jika seorang guru matematika menggunakan edia buku pelajaran, maka
guru itu harus benar-benar menguaai isi buku, yaitu hal-hal yang terkait dengan
uraian, contoh: latihan, tugas, dan urutan. Penguasaan itu juga diikuti dengan
wawasan yang kritis dari hal-hal tersebut diatas, jika ada materi, urutan, latihan
yang salah, maka guru itu harus berani mebetulkan (jangan dibiarkan salah); dan
kalau ada yang kurang (kurang lengkap), maka guru itu harus berani melengkapi
atau menambahkan. Kalau ada sesuatu yang dianggap urang jelas atau
meragukan, maka guru itu harus berani bertanya kepada sejawat atau orang lain
yang lebih tahu. Kalau dalam penerapa buku itu dirasakan peserta didik banyak
yang mengalami kesulitan, maka guru itu bisa menganalisisnya, dan kemdian
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
5. Kalkulator
Sebetulnya kalkulator termasuk media elektronik, tetapi keberadaannya
sudah dijumpai di mana-mana, dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau.
Sebagai alat yang canggih yang mampu melakukan perhitungan dengan cepat
dan akurat, maka pote si kalkulator ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar.
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika sudah lama
dirintis di Negara-negara maju, sebagai alat bantu pembelajaran (instructional
aids) dan alat hitung (computational tools). Dengan adanya kalkulator, guru dan
pendidik/pengembang dalam pembelajaran matematika mempunyai kesempatan
yang lebih luas membantu siswa memepelajarai matematika dan menyelesaikan
masalah-masalah terkini. Namun dmeikian, penggunaan kalkulator tidak boleh
menggantikan perlunya proses pembelajaran ang membawa siswa terampil
dalam berhitung (komputasi). NCTM (1980) merekomendasikan bahwa
“mathematics programs must take full advantage of the power of calculators
and computers at all grade levels”.
Beberapa contoh penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika
dapat dikaitkan dengan sasaran atau keperluan yang ingin dikembangkan oleh
guru, diantaranya sebagai berikut:
1) Kalkulator sebagai alat bantu berhitung
5
Dengan kecepatan, ketepatan, dan kemampuan kalkulator dalam
melakukan pengerjaan bagian bilangan, kalkulator dapat dipakai
menghitung (35,7 × 29,8)/(22 × 31) sampai persepuluh terdekat, mencari
√3/(5+ √2) sampai perseratusan terdeka, atau mencari √2+3√5-10,2 sampai
satuan terdekat.
2) Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep
matematika
Dengan menggunakan kalkulator, siswa dapat mempraktikkan,
mencoba, dan mengamati berbagai hubungan secara induktf-analitis
sehingga mereka seolah-olah “menemukan” sifat-sifat matematka tertentu.
Generalisasi kasus-kasus dapat dilakukan untuk menunjukkan sifat bilangan
nol, sifat bilangan satu, sifat pertukatran (komutatif), sifat pengelompokkan
(asosiatif), sifat peneybaran (distributif), sifat lawan, sifat kebalikan.
Konsep bilangan prima, konsep factor, dan konsep-konsep dalam pecahan
dapat diselidiki dan dijelaskan dengan menggunkan kalkulator.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dan parsitipatif jika dilengkapi
dengan media belajar yang lain, misalnya buku kerja atau LKS (Lembar
Kegiatan Siswa).
6
Contoh 2.2
Dengan menggunakan kalkulator, secara perorangan atau kelompok,
para siswa diminta menyatakan lambang desimal dari pecahan-pecahan
yang pembilangnya 1, dan penyebutnya faktor 10yang positif yang bukan 1
(2 dan 5), penyebutnya faktor 100 yang positif dan bukan 1 serta bukan
faktor 10 (4,20,25,50), penyebutnya faktor 100 yangpositif dan bukan 1serta
bukan faktor 10 dan 100 (8,40,125,200,250,500). Dari hasil pengamatan
mereka diharapkan mereka dapat mengemukakanbahwa banyaknya angka
dibelakang koma berturut-turut adalah 1,2,dan 3. Mereka juga diminta
untuk menuliskan kembali masing-masing desimal dalam bentuk pecahan
(penyebutnya 10, 100, dan 1.000), sehingga mereka benar-benar memahami
makna banyaknya angka dibelakang koma (dalam lambang desimal), serta
perluasannya. Misalnya, karena:
6. Komputer
Sebagai alat bantu mengajar, komputer juga diperlukan untuk pendidikan
matematika. Pembelajaran yang dibantu komputer disebut pembelajaran
berbantuan komputer (computer assisted instruction). Bahkan komputer dalam
pembelajaran matematika dikembangkan dengan memanfaatkan program-
program komputer yang siap pakai dalam bentuk perangkat lunak (software),
atau program-program komputer yang dirancang dan dibuat oleh guru
matematika.
Perangkat lunak dalam pembelajaran matematika berbantuan komputer
(PMBK) dapat berupa paket-paket matematis atau paket-paket pembelajaran
matematika. Paket-paket matematika (misalnya MAT LAB, MAT CAD,
DERIVE, MATHEMATICA, MAPLE) memuat topik-topik penyelesaian
persoalan matematika (misalnya polinomial, grafik fungsi, pendiferensialan,
pengintegralan, grafik dimensi tiga, matriks dan permasalahannya), sehingga
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penegasan kepada murid
dalam penghitungan, penampilan hasil, pengamatan pola, dan pembuatan grafik.
Siswa juga dapat diberi pengalaman untuk banyak berinteraksi dengan
komputer, yaitu menentukan, memilih, dan mencoba sendiri besaran/ ukuran/
data yang diperlukan sebagai masukan.
Paket-paket pembelajaran matematika, dalam bentuk perangkat lunak
yang siap pakai maupun yang dibuat oleh guru, dapat berupa model tutorial,
model latihan dan praktik (drill & practice), atau model simulasi (demonstrasi).
7
a. Model Tutorial
Model tutorial PMBK adalah model pembelajaran berupa uraian atau
penjelasan topik-topik tertentu yang dapat dilengkapi dengan contoh dan
latihan soal. Tahap awal dari model ini dapat berupa tes mandiri, atau
berupa menu pilihan. Jika berupa tes mandiri, maka hasil tes mandiri
menentukan posisi awal untuk dipelajari. Tahap berikutnya berupa bacaan,
yaitu uraian dan contoh, yang dipaparkan dengan bahasa yang mudah
dipahami, dengan gambar, warna dan ukuran yang menarik, dan dengan
animasi yang hidup dan dinamis. Tahap terakhir berupa latihan soal yang
dikerjakan secara mandiri dan penampilan skor hasil latihan.
7. Media Tayangan
Media tayangan adalah media yang mampu menayangkan program
pembelajaran pada layar sehingga bisa diikuti oleh banyak orang peserta belajar.
Media ini dapat berupa OHP (Over Head Projector), LCD projector, film (untuk
motion picture dan still picture), audio-video, dan televisi.
Dengan memanfaatkan plastic ttransparansi, OHP secara efektif dapat
digunakan untuk mempresentasikan uraian, penjelasan atau laporan. Dengan
8
kombinasi bentuk tulisan, warna, dan gambar, tayangan pembelajaran
matematika dengan OHP menjadi lebih menarik dan terpusat. Perkembangan
teknologi foto copy yang mampu meng-copy gambar dan tulisan pada plastic
transparansi, tayangan OHP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih
komunikatif.
Meskipun penggunaan film (dan film strip) sudah diganti dengan
teknologi yang lebih mudah dioperasikan (misalnya VCD atau DVD), film
perhatian dan mengajak pemirsa lebih antusias dan menikmati pembelajaran
yang diberikan. Hal serupa dapat dilakukan dengan menggunakan media
pembelajaran VCD/DVD, dan televise. Peragaan dari suatu proses penyelesaian
matematika menjadi lebih mudah dipahami, apalagi jika digabung dengan gerak,
music, nyanyian, dan permainan.
9
f) Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulan
secara umum (sebagai objek penelitian maupun alat untuk meneliti)
g) Pemecahan masalah pada umumnya
h) Pengundangan untuk berpikir
i) Pengundangan untuk berdiskusi
j) Pengundangan partisipasi aktif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga
pembelajaran matematika:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Sederhana dan tidak rumit
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan konsep matematika (bentuk riil, gambar atau diagram)
f. Sesuai dengan konsep
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
i. Siswa belajar secara aktif (alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan:
diraba, dipegang, dipindahkan, diutak-atik, atau dipasangkan dan dicopot)
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).
10
2.4 Bahan Manipulatif Dalam Pembelajaran Matematika SD
Dalam pembelajaran matematika SD, hendaknya agar bahan pelajaran yang
diberikan lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu
disiapkan guru, dari barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah
diperoleh, misalnya kertas manila, karton, kayu, kawat, kain untuk menanamkan
konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik,
diatur/ditata, dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan
manipulatif, yaitu bahan yang dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini
berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan
yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep
secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan
pengerjaan (operasi) hitung dann sifat-sifat bangun geometri, serta
memperlihatkan fakta-fakta.
Dengan semakin banyaknya kesempatan dan keleluasaan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, agar siswa benar-benar menguasai
kompetensi yang dituntut, maka guru dapat berkreasi secra dinamis, tanpa harus
menunggu pemberian orang lain “dropping” dari atas, untuk mampu menyiapkan
bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD. Dari barang
bekas/buangan atau tidak terpakai, misalnya dari berbagai karton bungkus
makanan, bungkus berbagai rokok, plastik-plastik bekas dan potongan kayu yang
tidak terpakai.
11
A B C D E
Gambar 2.1
A B C D
Gambar 2.2
ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.
1/2 1/2
1/3 1/3 1/3
1/4 1/4 1/4 1/4
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8
2. Model Stik (Lidi: Dari Rangka Daun Kelapa, Dari Bambu, Atau Dari
Plastik)
Model ini dapat dipakai untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, dan
ratusan untuk siswa-siswa SD ,kelas rendah. Lidi-lidi tersebut dalam bentuk
lepas (sebagai satuan), bentuk ikatan (dengan tali/karet) sepuluhan, dan bentuk
ikatan dari ikatan sepuluhan (dan disebut seratusan). Model-model stik ini
dapat digunakan untuk menjelaskan konsep numeral (lambing bilangan),
kesamaan bilangan, operasi (penjumlahan, pengurangan ,perkalian), bilangan
bulat. Misalnya:
234 = 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
= 2 ikatanratusan + 3 ikatanpuluhan + 4 lepas
35 = 30 + 5 = 20 + 15 = 10 + 25
= 23 + 12 = 18 + 17 = 9 + 26
3x6 = 6 + 6 + 6 = 18
12
5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
2 x 100 = 100 + 100 = 200
46 – 23 = (40 + 6) – (20+3) = (40 – 20) + (6 – 3)= 20 +3 =23
35 – 19 =(30 +5) – (10 + 9) = (20 + 10 + 5) – (10 + 9)
=(20-10) + (10 +5 -9) = 10 +6 = 16.
13
Siapkan sebuah triplek putih, kemudian potonglah menjadi ukuran 50 cm
x 50 cm
Potong-potnglah kertas manggis berwarna merah dan kuning menjadi
beberapa potongan yang masing-masing potongannya 5 cm x 10 cm
Berilah double-tip pada masing-masing potongan kertas manggis agar
dapat ditempelkan pada triplek.
b) Pengurangan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam
mengurangkan dua buah bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita
sediakan, kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi dua
bagian yang sama (karena penyebut bilangan pertama 2).
Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi tiga
bagian yang sama (karena penyebut bilangan kedua adalah 3).
Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak ½ bagian dari
sisi vertikal.
14
Pindahkan satu kertas warna merah, sehingga akan siperoleh 1/3
bagian.
Karena bilangan pengurangannya adalah 1/3, maka baliklah 1/3
bagiannya.
Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah yang tersisa.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Guru SD harus dapat memanfaatkan media dan bahan manipulatif dalam
pembelajaran matematika serta bisa mengembangkannya juga agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17