Anda di halaman 1dari 84

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran
Amri (2013: 34) berpendapat bahwa model
pengajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Suatu
model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi
kriteria antara lain: 1) valid, 2) praktis, dan 3) efektif.
Arends menyeleksi enam model pengajaran yang
sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
yaitu: (1) presensi, (2) pengajaran langsung, (3)
pengajaran konsep, (4) pembelajaran kooperatif, (5)
pengajaran berdasarkan masalah, dan (6) diskusi kelas.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi)
tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Nur
(2011: 8) istilah model pengajaran mempunyai empat
ciri khusus yang dimiliki oleh strategi atau prosedur
tertentu. Ciri-ciri tersebut antara lain: (1) rasional
teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang
apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

11
12

Lebih lanjut, dalam penelitian ini akan dibahas


dua model pembelajaran yakni model pembelajaran
direct instruction dan model pembelajaran problem based
instruction. Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai
kedua model pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Model Pembelajaran DI (Direct Instruction) atau
Model Pembelajaran Langsung
a. Pengertian Model Pembelajaran Direct Instruction
Nur (2011: 17) berpendapat bahwa model
pembelajaran langsung dirancang untuk
membelajarkan siswa tentang pengetahuan yang
terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara
langkah demi langkah. Model tersebut tidak
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan berpikir tingkat tinggi. Model
pembelajaran langsung merupakan sebuah model
yang berpusat pada guru yang memiliki lima
langkah: mempersiapkan dan memotivasi siswa,
menjelaskan dan/atau mendemonstrasikan, latihan
terbimbing, umpan balik dan latihan lanjutan. Model
pembelajaran langsung merupakan sebuah cara
yang efektif untuk mengajar keterampilan dan
informasi dasar kepada siswa. Model pengajaran
langsung ditujukan pada pencapaian dua tujuan
utama siswa yakni penuntasan konten akademik
yang terstruktur dengan baik dan perolehan seluruh
jenis keterampilan. Arends dalam Sugiarto (2008: 49)
mengatakan bahwa model pembelajaran langsung
dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan
proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal
memahami sesuatu (pengetahuan) dan
13

menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan


prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
diajarkan secara bertahap. Sebuah pelajaran model
pengajaran langsung memerlukan persiapan yang
seksama dari guru dan sebuah lingkungan belajar
yang berorientasi pada tugas. Setelah meninjau
secara singkat pada dukungan teoretik dan empirik
untuk model pengajaran langsung.
b. Sintaks Umum Model Pembelajaran Direct
Instruction
Lebih lanjut pada suatu model
pembelajaran diperlukan adanya suatu tahapan
sistematis yang biasa disebut dengan sintaks.
Adapun pelaksanaan model pembelajaran
langsung (sintaks) dapat disajikan pada Tabel 2.1
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Umum Model Pembelajaran
Direct Instruction (DI)
Langkah-langkah Peran Guru

Menjelaskan tujuan Guru menjelaskan tujuan


pembelajaran dan pembelajaran, informasi
mempersiapkan latar belakang
siswa. pembelajaran, pentingnya
pelajaran dan memotivasi
siswa.
Mendemonstrasikan Guru
pengetahuan dan mendemonstrasikan
keterampilan. keterampilan dengan
benar, atau memberi
informasi tahap demi
tahap.
14

Membimbing Guru merencanakan dan


pelatihan. memberi bimbingan
pelatihan awal.
Menelaah Guru mengecek apakah
pemahaman dan siswa telah berhasil
memberikan umpan melakukan tugas dengan
balik. baik dan memberikan
umpan balik.
Memberikan Guru mempersiapkan
kesempatan untuk kesempatan melakukan
pelatihan dan pelatihan lanjutan,
penerapan. khusus penerapan pada
situasi kompleks dalam
kehidupan sehari-hari.
(sumber: Amri, 2013: 8)

c. Sintaks Khusus Model Pembelajaran Direct


Instruction (DI)
Lebih lanjut pada suatu model
pembelajaran diperlukan adanya suatu tahapan
sistematis yang biasa disebut dengan sintaks.
Adapun sintaks khusus model pembelajaran
langsung dapat disajikan pada Tabel 2.2 sebagai
berikut.
15

Tabel 2.2 Sintaks Khusus Model Pembelajaran


Direct Instruction (DI)
Kegiatan Peran Guru

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam,


membuka dengan doa dan
melakukan presensi.
2. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran adalah siswa
dapat memahami konsep
dasar rangkaian logika
digital, memahami prinsip
dasar gerbang logika AND,
OR, NOT, NAND, NOR dan
memahami prinsip dasar
gerbang logika eksklusif OR
dan NOR.
3. Guru memberikan informasi
latar belakang dan
menjelaskan mengapa
konsep dasar rangkaian
logika digital penting untuk
dipelajari oleh siswa.
Inti 1. Guru menjelaskan materi
konsep dasar bilangan
logika “0” dan “1”.
2. Guru menjabarkan macam-
macam gerbang logika
dasar AND, OR, NOT,
NAND dan NOR.
3. Guru memberikan umpan
balik kepada siswa, dengan
cara memastikan kepada
tiap siswa apakah sudah
paham dengan materi yang
diberikan.
16

4. Guru memberikan
pertanyaan secara lisan
untuk menguji pengetahuan
tiap siswa mengenai bab
gerbang logika.
Penutup 1. Guru memberikan refleksi
tentang materi prinsip dasar
gerbang logika AND, OR,
NOT, NAND dan NOR.
2. Guru memberikan tugas
berupa tes pilihan ganda
mengenai konsep dasar
bilangan logika dan
rangkaian gerbang logika
dasar.
3. Guru menjabarkan rencana
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.

d. Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran


Direct Instruction atau Model Pembelajaran
Langsung
Menurut Nur (2011: 17) model pembelajaran
DI dirancang untuk membelajarkan siswa tentang
pengetahuan yang terstruktur dengan baik yakni
pengetahuan tentang “apa” (deklaratif) dan
pengetahuan mengenai “bagaimana” (prosedural),
model ini mengajarkan keterampilan dan informasi
dasar kepada siswa bukan untuk ketrampilan
berpikir tingkat tinggi. Dalam model pembelajaran
DI, siswa hanya sebagai audien yang mendengarkan
penjelasan mengenai materi yang disampaikan oleh
gurunya. Guru bertugas mendemonstrasikan materi
17

atau mempresentasikan informasi secara langkah


demi langkah.
Lebih lanjut, model pembelajaran direct
instruction harus dilengkapi dengan perangkat
pembelajaran berkualitas dimana setiap perangkat
pembelajaran harus disesuaikan dengan sintaks
model pembelajaran direct instruction. Adapun
perangkat pembelajaran yang perlu diteliti
kualitasnya adalah sebagai berikut.
1) Silabus
a) Pengertian Silabus
Menurut Mulyasa (2007: 190) silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan. Lebih lanjut, berdasarkan
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 menyatakan
bahwa silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian
mata pelajaran.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 65
Tahun 2013, silabus paling sedikit memuat beberapa
komponen diantaranya adalah: (1) identitas mata
pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/PaketB dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C
Kejuruan); (2) identitas sekolah meliputi nama
satuan pendidikan dan kelas; (3) komponen inti,
merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik
18

untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata


pelajaran; (4) kompetensi dasar, merupakan
kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan
atau mata pelajaran; (5) materi pokok, memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi; (6)
pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan; (7) penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik; (8) alokasi waktu sesuai
dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
(10) sumber belajar dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain
yang relevan.

Lebih lanjut, silabus dikembangkan


berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

b) Indikator Silabus
Adapun indikator silabus dapat disajikan pada
Tabel 2.3 sebagai berikut.
19

Tabel 2.3 Indikator Silabus


Aspek Indikator
Identitas sekolah 1. Ada dan ditulis
secara jelas
Identitas mata 2. Ada dan ditulis
pelajaran secara jelas
Kelas/jenjang 3. Ditulis sesuai
pendidikan jenjang pendidikan
Kompetensi inti 4. Terdapat empat
kompetensi inti
untuk kompetensi
spritual, sosial,
pengetahuan dan
keterampilan.
Kompetensi dasar 5. Ditulis secara jelas
dan sesuai dengan
mata pelajaran yang
diajarkan
6. Terdapat dua
kompetensi dasar
yang memenuhi
tuntutan
kompetensi inti
dimensi
pengetahuan dan
dimensi
keterampilan.
7. Sesuai dengan
kemampuan peserta
didik.
Indikator 8. Indikator sesuai
dengan tujuan
untuk mencapai
kompetensi dasar.
20

9. Indikator sesuai
dengan tingkat
kognitif dan
psikomotor peserta
didik.
Materi pokok 10. Relevan dan sesuai
dengan mata
pelajaran yang
diajarkan.
11. Mencakup semua
indikator yang akan
dicapai.
Kegiatan 12. Menerapkan model
Pembelajaran pembelajaran direct
instruction.
13. Menerapkan
pendekatan saintifik
(scientific approach).
Penilaian 14. Menggunakan
teknik penilaian tes
dan non tes sebagai
evaluasi.
15. Penilaian mampu
mengukur aspek
sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
16. Penilaian bersifat
objektif.
17. Cara penilaian
ditulis jelas.
Alokasi waktu 18. Sesuai dengan
materi yang
diajarkan.
19. Sesuai dengan
kemampuan peserta
didik.
21

20. Ditulis secara jelas,


45 menit setiap satu
kali pertemuan.
Sumber belajar 21. Relevan dan sesuai
dengan kemampuan
peserta didik.
22. Mampu mencapai
tuntutan indikator
silabus.
23. Mencakup semua
materi yang
diajarkan.
24. Sumber belajar dan
referensi ditulis
secara jelas.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


a) Pengertian RPP
Menurut Muslich (2007: 45) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan
diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Mulyasa (2007: 212) menyatakan bahwa RPP adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau
22

subtema yang dilaksanakan dalam satu kali


pertemuan atau lebih.
Lebih lanjut, dalam Permendikbud 65 Tahun
2013 disebutkan bahwa komponen RPP terdiri dari
komponen-komponen diantaranya adalah: (1)
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; (2)
identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (3)
kelas/semester; (4) materi pembelajaran; (5) alokasi
waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
(6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan
berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan; (7)
kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi; (8) materi pembelajaran, memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi; (9)
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
KD yang akan dicapai; (10) media pembelajaran,
berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran; (11) langkah-
langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti dan penutup; dan (12) penilaian
hasil pembelajaran.
23

b) Indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP)
Suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang berkualitas harus mampu memenuhi
tuntutan pencapaian kompetensi sesuai materi
pelajaran yang akan diajarkan, pemilihan sumber
belajar, kesesuaian kompetensi inti dan kompetensi
dasar, tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara
jelas, indikator ketercapaian yang diturunkan
melalui kompetensi dasar, skenario pembelajaran,
asesmen yang jelas dan mampu mengukur hasil
belajar peserta didik. Indikator RPP dapat disajikan
pada Tabel 2.4 sebagai berikut.
Tabel 2.4 Indikator RPP
Aspek Indikator
Identitas sekolah 1. Ada dan ditulis secara
jelas.
Identitas mata 2. Ada dan ditulis secara
pelajaran jelas.
Kelas/semester 3. Sesuai dengan fungsi
dan mata pelajaran yang
tercantum dalam silabus.
Materi pokok 4. Materi pokok
pembelajaran relevan
dengan KD dan KI.
5. Materi pokok
pembelajaran sesuai
dengan yang tercantum
pada silabus.
Alokasi waktu 6. Kesesuaian jumlah jam
pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD
yang harus dicapai.
24

7. Alokasi waktu untuk


satu jam pelajaran
adalah 45 menit.
Kompetensi inti 8. Terdapat empat
kompetensi inti untuk
kompetensi spiritual,
sosial, pengetahuan dan
keterampilan sesuai
dengan silabus.
Kompetensi dasar 9. Kompetensi dasar
diturunkan melalui
kompetensi inti.
10. Relevansi kompetensi
dasar dengan materi dan
sumber belajar.
11. Kesesuaian dengan kelas
dan kemampuan kognitif
peserta didik.
Indikator 12. Indikator merupakan
cerminan ketercapaian
kompetensi dasar.
13. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan
kata kerja operasional
yang dapat diamati dan
diukur.
14. Indikator mencakup
kompetensi sikap,
pengetahuan, dan
keterampilan.
Tujuan 15. Tujuan pembelajaran
pembelajaran sejalan dengan
kompetensi dasar dan
kompetensi inti di dalam
silabus.
25

16. Tujuan mengacu pada


indikator ketercapaian
kompetensi.
17. Tujuan pembelajaran
mengandung A (Audien),
B (Behaviour), C
(Condition), dan D
(Degree).
Materi 18. Relevansi materi dengan
pembelajaran KI dan KD.
19. Urutan penyajian materi
dikelompokkan dalam
bagian-bagian yang
logis.
Model 20. Guru sebagai pusat dari
pembelajaran proses pembelajaran.
21. Mengajarkan siswa
berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif
(apa) dan prosedural
(bagaimana).
22. Ketepatan model
pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
Pelaksanaan 23. Kesesuaian dengan
pembelajaran sintaks model
pembelajaran direct
instruction.
24. Kegiatan pembelajaran
mencakup semua
indikator ketercapaian
kompetensi.
26

25. Terdapat rincian dari


kegiatan peserta didik
seperti mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan
(scientific approach).
26. Dalam pelaksanaan
pembelajaran terdapat
kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
Sumber belajar 27. Relevan dan sesuai
dengan mata pelajaran
yang diajarkan.
28. Mampu mencapai
tuntutan indikator
silabus.
Bahasa 29. Kebenaran tata bahasa
yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baku.
30. Kesederhanaan struktur
kalimat.
31. Penggunaan bahasa
yang komunikatif.
Format 32. Kejelasan pembagian
materi.
33. Kesesuaian jenis dan
ukuran huruf sehingga
mudah dibaca.
34. Format penulisan saling
terkait.
27

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)


a) Pengertian LKS
Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut
Depdiknas 2004 adalah “Lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya
berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas, suatu tugas diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang
akan dicapainya”. Menurut Trianto (2012: 111)
lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah.
Dari beberapa pengertian tentang Lembar
Kerja Siswa (LKS) di atas, dapat disimpulkan bahwa
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu alat bantu
dalam bentuk panduan bagi siswa apa yang harus
dilakukan dalam memecahkan suatu masalah
terhadap mata pelajaran tertentu untuk mencapai
tujuan instruksional khusus. Lembar Kerja Siswa
(LKS) berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru
kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi
dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat
mendorong siswa untuk belajar sendiri berdasarkan
pada prosedur /langkah kerja yang terdapat di
dalamnya.
b) Indikator LKS
Lembar kerja siswa merupakan salah satu
bahan ajar yang menunjang proses pembelajaran, di
dalamnya terdapat tahapan/urutan sistematis
sebelum melaksanakan eksperimen/percobaan.
28

Lebih lanjut, indikator LKS dapat disajikan pada


Tabel 2.5 sebagai berikut.
Tabel 2.5 Indikator LKS
Aspek yang Indikator
diukur
Tujuan 1. Memaparkan permasalahan
apa yang akan diselidiki.
Landasan 2. Landasan teori yang baik
Teori adalah memaparkan konsep
dan prinsip yang melandasi
penyelidikan yang
dilakukan.
3. Landasan teori disesuaikan
dengan permasalahan yang
diungkap oleh guru.
Alat dan 4. Memaparkan tentang jenis
bahan alat dan bahan yang
dipakai, baik nama, ukuran
maupun jumlahnya.
Langkah 5. Langkah percobaan yang
Percobaan baik yaitu yang
memaparkan tahap demi
tahap yang dilakukan secara
rinci dan sistematis.
6. Langkah percobaan
disusun oleh guru sebagai
acuan bagi siswa dalam
melaksanakan eksperimen
(teacher centered).
Hasil 7. Mengungkapkan data yang
Percobaan telah ditabulasi, hasil
analisis data baik secara
statistik maupun tidak serta
temuan-temuan penting
percobaan sebagai hasil
analisis data.
29

Pembahasan 8. Pembahasan
dan mengungkapkan
kesimpulan rasionalisasi terhadap
berbagai temuan menarik.
9. Pernyataan yang singkat
namun jelas yang
mengungkapkan hasil
penyelidikan secara
menyeluruh.
Format 10. Memiliki daya tarik.
11. Format sesuai dengan
langkah dan struktur
penulisan LKS.
Bahasa 12. Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik sesuai
dengan ejaan yang
disempurnakan (EYD).
13. Menggunakan bahasa yang
mudah dipahami dan
dimengerti oleh pembaca.
14. Dapat mendorong minat
siswa untuk membaca.
Isi 15. Isi materi yang akan
dipelajari lengkap.
16. Adanya keterkaitan antar
setiap alenia.
17. Menarik bagi pembaca.
18. Sesuai dengan kurikulum
2013.
19. Isi materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Illustrasi 20. Gambar yang dimuat jelas
dan menarik
21. Adanya kesesuaian gambar
dengan soal yang dimuat.
30

4) Lembar Penilaian (LP)


a) Pengertian Lembar Penilaian (LP)
Lembar penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan secara skematis dan berkesinambungan
sehingga diperoleh informasi tentang kemajuan dan
ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, penilaian tes
kemampuan dasar, dan penilaian akhir suatu
pendidikan.
Penilaian menurut Permendikbud Republik
Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 didefinisikan
sebagai proses mengumpulkan informasi/bukti
melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan,
dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran.
Penilaian menurut Muslich (2007: 78) adalah proses
sistematis pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk
memberikan keputusan terhadap hasil kerja.
b) Teknik Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai
teknik, baik berhubungan dengan proses maupun
hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi
tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian
kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Penilaian dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik
untuk mengukur kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Adapun teknik penilaian yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
31

(1) Penilaian Sikap


Penelitian ini menggunakan observasi,
penilaian diri dan penilaian sejawat sebagai
teknik penilaian kompetensi sikap. Lebih lanjut,
jenis penilaian yang digunakan akan dijabarkan
sebagai berikut.
(a) Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan oleh pengamat terhadap sikap
peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas.
(b) Penilaian diri atau juga bisa disebut laporan
diri/evaluasi diri merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi.
(c) Penilaian Teman Sejawat (peer evaluation)
merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta siswa untuk saling menilai terkait
dengan pencapaian kompetensi. Instrumen
yang digunakan berupa lembar penilaian
antar siswa.
(2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara tes tulis.
Instrumen tes tulis berupa soal pilihan
32

ganda/objektif dan isian/uraian. Instrumen


uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran.
Sebab asesmen esai mampu menuntut peserta
didik untuk berpikir divergen dengan caranya
sendiri, mandiri, dan menciptakan ide-ide untuk
memperoleh suatu jawaban.

(3) Penilaian Kompetensi Keterampilan


Sesuai dengan Permendikbud Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar
penilaian, bahwa penilaian untuk kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja. Pada
penelitian ini digunakan instrumen berupa skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Tes kinerja atau praktik adalah penilaian yang
menuntut respon perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian
harus benar-benar mampu mengukur
ketercapaian kompetensi peserta didik,
konstruksi penilaian harus memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa efektif dan berhasil
suatu proses belajar di kelas yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik.
c) Indikator Lembar Penilaian
Hasil dari suatu proses belajar tentunya akan
dievaluasi untuk menentukan tindakan apa yang
perlu dilakukan berikutnya. Untuk melakukan
evaluasi diperlukan suatu data yang diperoleh dari
33

lembar penilaian. Selanjutnya, agar penilaian yang


dilakukan valid maka lembar penilaian harus
berkualitas dan mencakup semua aspek yang ingin
diukur. Indikator untuk memperoleh lembar
penilaian tersaji pada Tabel 2.6 sebagai berikut.
Tabel 2.6 Indikator Lembar Penilaian
Aspek Indikator
Butir soal 1. Banyak cara untuk menjawab
soal tersebut sehingga tidak
hanya ada satu jawaban.
2. Soal membuat siswa berfikir
kreatif.
3. Terdapat kegiatan analisis
peserta didik dalam menjawab
soal.
4. Butir soal mencakup
ketercapaian indikator.
Isi 5. Kesesuaian instrumen tes
dengan pembelajaran.
6. Kesesuaian skor dengan bobot
soal.
7. Keterampilan dalam
penulisan.
8. Kesesuaian instrumen tes
dengan kunci jawaban.
9. Kejelasan antara aspek yang
diukur dengan instumen tes.
Tata bahasa 10. Kebenaran tata bahasa yang
dan sesuai dengan kaidah bahasa
penulisan Indonesia yang baku.
11. Mudah dipahami oleh peserta
didik.
34

Kondisi 12. Valid.


keseluruhan 13. Reliabel.
lembar 14. Objektif.
penilaian 15. Praktis.
16. Derajat kesukaran.
17. Daya pembeda.
18. Efektif dan Efisien.

2. Model Pembelajaran Problem Based Instruction


(PBI) atau Model Pembelajaran Berdasar Masalah
(PBI)
a. Pengertian Model Pembelajaran PBI (Problem
Based Instruction)
Pembelajaran berdasarkan masalah atau
Problem Based Instruction (PBI) merupakan suatu
pembelajaran yang diawali dengan penyajian suatu
masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa
sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan
menemukan penyelesaian masalah oleh mereka
sendiri. Model ini juga dikenal dengan nama lain
seperti project based learning, experienced based
education, authentic learning dan anchored instruction
(Nur, 2011: 2). Model pembelajaran PBI merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap
memiliki karakteristik pembelajaran ilmiah (scientific
approach). Menurut Wardhani (dalam Hamiyah dan
Jauhar, 2014: 119) pemecahan masalah adalah proses
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal. Dengan demikian, ciri dari penugasan
berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada
tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah
35

tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan


prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab.
Ruseffendi (dalam Hamiyah dan Jauhar, 2014: 120)
mengemukakan beberapa soal tipe pemecahan
masalah sebagai berikut.
1) Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya
motivasi, menumbuhkan sifat kreatif.
2) Disamping memiliki pengetahuan dan
keterampilan (berhitung, dan lain-lain),
disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil
membaca dan membuat pernyataan yang benar.
3) Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru,
khas, beranekaragam, dan dapat menambah
pengetahuan baru.
4) Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu
pengetahuan yang sudah diperolehnya.
5) Mengajak siswa agar memiliki prosedur
pemecahan masalah, mampu membuat analisis
dan sintesis, dan dituntut untuk membuat
evaluasi terhadap hasil pemecahannya.
6) Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa
yang melibatkan bukan saja satu bidang studi,
tetapi bidang atau pelajaran lain.
b. Sintaks Umum Model Pembelajaran Berdasar
Masalah atau Problem Based Instruction (PBI)
Adapun pelaksanaan model pembelajaran
berdasar masalah (sintaks) ditunjukkan oleh Tabel
2.7 sebagai berikut.
36

Tabel 2.7 Sintaks Umum Model Pembelajaran


Problem Based Instruction (PBI)
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 1: Guru menginformasikan
Mengorientasikan tujuan-tujuan pembelajaran,
siswa kepada mendeskripsikan kebutuhan-
masalah. kebutuhan logistik penting,
dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah yang
mereka pilih sendiri.
Fase 2: Guru membantu siswa
Mengorganisasikan menentukan dan mengatur
siswa untuk tugas-tugas belajar yang
belajar. berhubungan dengan
masalah itu.
Fase 3: Guru mendorong siswa
Membantu mengumpulkan informasi
penyelidikan yang sesuai, melaksanakan
mandiri dan eksperimen, mencari
kelompok. penjelasan, dan solusi.
Fase 4: Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan merencanakan dan
dan menyajikan menyiapkan hasil karya yang
hasil karya serta sesuai seperti laporan,
memamerkannya. rekaman video dan model,
serta membantu mereka
berbagi karya mereka.
Fase 5: Guru membantu siswa
Menganalisis dan melakukan refleksi atas
mengevaluasi penyelidikan dan proses-
proses pemecahan proses yang mereka
masalah. gunakan.
(sumber: Nur, 2011: 62)
37

c. Sintaks Khusus Model Pembelajaran Problem


Based Instruction (PBI)
Adapun sintaks khusus dari model
pembelajaran problem based instruction (PBI) dapat
disajikan pada Tabel 2.8 sebagai berikut.
Tabel 2.8 Sintaks Khusus Model Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI)
Kegiatan Peran Guru

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam,


membuka dengan doa dan
melakukan presensi.
2. Guru memberikan
motivasi terhadap siswa
akan pentingnya
mempelajari konsep dasar
gerbang logika.
3. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran adalah siswa
dapat memahami konsep
dasar rangkaian logika
digital, memahami prinsip
dasar gerbang logika
AND, OR, NOT, NAND,
NOR dan memahami
prinsip dasar gerbang
logika eksklusif OR dan
NOR.
38

1. Guru mengajukan
pertanyaan mengenai
benda-benda digital.
2. Guru mengorganisasikan
siswa untuk mencari
referensi lain yang
Inti berkaitan dengan
rangkaian gerbang logika
dasar secara mandiri.
3. Guru membagi kelompok
dengan tiap kelompok
masing-masing terdiri dari
2-3 siswa.
4. Guru membagikan LKS
gerbang logika dasar
kepada tiap kelompok.
5. Guru sebagai fasilitator
yang bertugas
mengarahkan konsep
tugas kepada masing-
masing kelompok.
6. Guru menunjuk
perwakilan masing-
masing kelompok untuk
menyampaikan hasil
diskusi dan kelompok
yang lain memberi
tanggapan.
39

1. Guru memberikan
evaluasi mengenai hasil
Penutup diskusi yang sudah
disampaikan oleh masing-
masing perwakilan
kelompok.
2. Guru memberikan tugas
berupa tes pilihan ganda
mengenai konsep dasar
bilangan logika dan
rangkaian gerbang logika
dasar.
3. Guru menjabarkan
rencana pembelajaran
untuk pertemuan
selanjutnya.

d. Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran


Problem Based Instruction (PBI) atau Model
Pembelajaran Berdasar Masalah (PBM)
Menurut Nur (2011: 8) model pembelajaran
PBI membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah artinya siswa
dituntut mandiri dalam menyelesaikan suatu
problem. Dalam model pembelajaran PBI, seorang
guru mengajukan permasalahan terlebih dahulu
kemudian siswa secara berkelompok menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh gurunya dan
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.
Lebih lanjut, model pembelajaran problem
based instruction harus dilengkapi dengan perangkat
pembelajaran berkualitas dimana setiap perangkat
40

pembelajaran harus disesuaikan dengan sintaks


model pembelajaran problem based instruction.
Adapun perangkat pembelajaran yang perlu diteliti
adalah sebagai berikut.
1) Silabus
a) Pengertian Silabus
Menurut Mulyasa (2007: 190) silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan. Lebih lanjut, berdasarkan
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 menyatakan
bahwa silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian
mata pelajaran.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 65
Tahun 2013, silabus paling sedikit memuat beberapa
komponen diantaranya adalah: (1) identitas mata
pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/PaketB dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C
Kejuruan); (2) identitas sekolah meliputi nama
satuan pendidikan dan kelas; (3) komponen inti,
merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran; (4) kompetensi dasar, merupakan
kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan
atau mata pelajaran; (5) materi pokok, memuat fakta,
41

konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan


ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi; (6)
pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan; (7) penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik; (8) alokasi waktu sesuai
dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
(9) sumber belajar dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain
yang relevan.

Lebih lanjut, silabus dikembangkan


berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

b) Indikator Silabus
Adapun indikator silabus dapat disajikan
pada Tabel 2.9 sebagai berikut.
42

Tabel 2.9 Indikator Silabus


Aspek Indikator
Identitas sekolah 1. Ada dan ditulis secara
jelas.
Identitas mata 2. Ada dan ditulis secara
pelajaran jelas.
Kelas/jenjang 3. Ditulis sesuai jenjang
pendidikan pendidikan
Kompetensi inti 4. Terdapat empat
kompetensi inti untuk
kompetensi spritual,
sosial, pengetahuan dan
keterampilan.
5. Ditulis secara jelas.
Kompetensi dasar 6. Ditulis secara jelas dan
sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan
7. Terdapat dua
kompetensi dasar yang
memenuhi tuntutan
kompetensi inti dimensi
pengetahuan dan
dimensi keterampilan.
8. Sesuai dengan
kemampuan peserta
didik.
Indikator 9. Indikator sesuai dengan
tujuan untuk mencapai
kompetensi dasar.
10. Indikator sesuai dengan
aspek pengetahuan dan
keterampilan peserta
didik.
Materi pokok 11. Relevan dan sesuai
dengan mata pelajaran
yang diajarkan.
43

12. Mencakup semua


indikator yang akan
dicapai.
Kegiatan 13. Menerapkan model
Pembelajaran pembelajaran problem
based instruction.
14. Menerapkan pendekatan
ilmiah (scientific
approach).
Penilaian 15. Menggunakan teknik
penilaian tes dan non tes
sebagai evaluasi.
16. Penilaian mampu
mengukur aspek sikap,
pengetahuan dan
keterampilan.
17. Penilaian bersifat
objektif.
18. Cara penilaian ditulis
jelas.
Alokasi waktu 19. Sesuai dengan materi
yang diajarkan.
20. Sesuai dengan
kemampuan peserta
didik.
21. Ditulis secara jelas, 45
menit setiap satu kali
pertemuan.
Sumber belajar 22. Relevan dan sesuai
dengan kemampuan
peserta didik.
23. Mampu mencapai
tuntutan indikator
silabus.
24. Mencakup semua materi
yang diajarkan.
44

25. Sumber belajar dan


referensi ditulis secara
jelas.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


a) Pengertian RPP
Menurut Muslich (2007: 45) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan
diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Mulyasa (2007: 212) menyatakan bahwa RPP adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih.
Lebih lanjut, dalam Permendikbud 65 Tahun
2013 disebutkan bahwa komponen RPP terdiri dari
komponen-komponen diantaranya adalah: (1)
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; (2)
identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (4)
kelas/semester; (5) materi pembelajaran; (6) alokasi
waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
45

tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;


(7) tujuan pembelajaran yang dirumuskan
berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan; (8)
kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi; (9) materi pembelajaran, memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi; (10)
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
KD yang akan dicapai; (11) media pembelajaran,
berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran; (12) langkah-
langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti dan penutup; dan (13) penilaian
hasil pembelajaran.
b) Indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang berkualitas harus mampu memenuhi
tuntutan pencapaian kompetensi sesuai materi
pelajaran yang akan diajarkan, pemilihan sumber
belajar, kesesuaian kompetensi inti dan kompetensi
dasar, tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara
jelas, indikator ketercapaian yang diturunkan
melalui kompetensi dasar, skenario pembelajaran,
asesmen yang jelas dan mampu mengukur hasil
46

belajar peserta didik. Indikator RPP dapat disajikan


pada Tabel 2.10 sebagai berikut.
Tabel 2.10 Indikator RPP
Aspek Indikator
Identitas sekolah 1. Ada dan ditulis secara
jelas.
Identitas mata 2. Ada dan ditulis secara
pelajaran jelas.
Kelas/semester 3. Sesuai dengan fungsi
dan mata pelajaran yang
tercantum dalam silabus.
Materi pokok 4. Materi pokok
pembelajaran relevan
dengan KD dan KI.
5. Materi pokok
pembelajaran sesuai
dengan yang tercantum
pada silabus.
Alokasi waktu 6. Kesesuaian jumlah jam
pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD
yang harus dicapai.
7. Alokasi waktu untuk
satu jam pelajaran adalah
45 menit.
Kompetensi inti 8. Terdapat empat
kompetensi inti untuk
kompetensi sikap
spiritual, sosial,
pengetahuan dan
keterampilan sesuai
dengan silabus.
Kompetensi dasar 9. Kompetensi dasar
diturunkan melalui
kompetensi inti.
47

10. Relevansi kompetensi


dasar dengan materi dan
sumber belajar.
11. Kesesuaian dengan kelas
dan kemampuan kognitif
peserta didik.
Indikator 12. Indikator merupakan
cerminan ketercapaian
kompetensi dasar.
13. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan
kata kerja operasional
yang dapat diamati dan
diukur.
14. Indikator mencakup
kompetensi sikap,
pengetahuan, dan
keterampilan.
Tujuan 15. Tujuan pembelajaran
pembelajaran sejalan dengan
kompetensi dasar dan
kompetensi inti di dalam
silabus.
16. Tujuan mengacu pada
indikator ketercapaian
kompetensi.
17. Menekankan pada
kemampuan siswa
berpikir tingkat tinggi
(high order thinking).
18. Tujuan pembelajaran
mengandung A (Audien),
B (Behaviour), C
(Condition), dan D
(Degree).
48

Materi 19. Relevansi materi dengan


pembelajaran KI dan KD.
20. Urutan penyajian materi
dikelompokkan dalam
bagian-bagian yang
logis.
Model 21. Menekankan siswa
pembelajaran sebagai pusat dari
pembelajaran.
22. Mengajarkan siswa
keterampilan-
keterampilan selain
pengetahuan.
23. Ketepatan model
pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
Pelaksanaan 24. Kesesuaian dengan
pembelajaran sintaks model
pembelajaran problem
based instruction.
25. Kegiatan pembelajaran
mencakup semua
indikator ketercapaian
kompetensi.
26. Terdapat rincian dari
kegiatan peserta didik
seperti mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan
(scientific approach).
49

27. Dalam pelaksanaan


pembelajaran terdapat
kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
Sumber belajar 28. Relevan dan sesuai
dengan mata pelajaran
yang diajarkan.
29. Mampu mencapai
tuntutan indikator
silabus.
Bahasa 30. Kebenaran tata bahasa
yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baku.
31. Kesederhanaan struktur
kalimat.
32. Penggunaan bahasa
yang komunikatif.
Format 33. Kejelasan pembagian
materi.
34. Kesesuaian jenis dan
ukuran huruf sehingga
mudah dibaca.
35. Format penulisan saling
terkait.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)


a) Pengertian LKS
Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut
Depdiknas 2004 adalah “Lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya
berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas, suatu tugas diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang
akan dicapainya”. Menurut Trianto (2012: 111)
50

lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang


digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah.
Dari beberapa pengertian tentang Lembar
Kerja Siswa (LKS) di atas, dapat disimpulkan bahwa
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu alat bantu
dalam bentuk panduan bagi siswa apa yang harus
dilakukan dalam memecahkan suatu masalah
terhadap mata pelajaran tertentu untuk mencapai
tujuan instruksional khusus. Lembar Kerja Siswa
(LKS) berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru
kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi
dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat
mendorong siswa untuk belajar sendiri berdasarkan
pada prosedur /langkah kerja yang terdapat di
dalamnya.
b) Indikator LKS
Lembar kerja siswa merupakan salah satu
bahan ajar yang menunjang proses pembelajaran, di
dalamnya terdapat tahapan/urutan sistematis
sebelum melaksanakan eksperimen/percobaan.
Lebih lanjut, indikator LKS dapat disajikan pada
Tabel 2.11 sebagai berikut.
Tabel 2.11 Indikator LKS
Aspek yang Indikator
diukur
Tujuan 1. Memaparkan
permasalahan apa yang
akan diselidiki.
51

Landasan Teori 2. Landasan teori yang


baik adalah
memaparkan konsep
dan prinsip yang
melandasi
penyelidikan yang
dilakukan.
3. Landasan teori
mendasari munculnya
permasalahan yang
diselesaikan oleh siswa
(siswa sebagai problem
solver).
Alat dan bahan 4. Memaparkan tentang
jenis alat dan bahan
yang dipakai, baik
nama, ukuran maupun
jumlahnya.
Langkah 5. Langkah percobaan
Percobaan yang baik yaitu yang
memaparkan tahap
demi tahap yang
dilakukan secara rinci
dan sistematis.
6. Langkah percobaan
disusun oleh siswa
sesuai dengan tahapan
sistematis dalam proses
eksperimen yang
dilaksanakan (student
centered).
52

Hasil Percobaan 7. Mengungkapkan data


yang telah ditabulasi,
hasil analisis data baik
secara statistik maupun
tidak serta temuan-
temuan penting
percobaan sebagai hasil
analisis data.
Pembahasan dan 8. Pembahasan
kesimpulan mengungkapkan
rasionalisasi terhadap
berbagai temuan
menarik.
9. Pernyataan yang
singkat namun jelas
yang mengungkapkan
hasil penyelidikan
secara menyeluruh.
Format 10. Memiliki daya tarik.
11. Format sesuai dengan
langkah dan struktur
penulisan LKS.
Bahasa 12. Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik
sesuai dengan ejaan
yang disempurnakan
(EYD).
13. Menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
dan dimengerti oleh
pembaca.
14. Dapat mendorong
minat siswa untuk
membaca.
Isi 15. Isi materi yang akan
dipelajari lengkap.
53

16. Adanya keterkaitan


antar setiap alenia.
17. Menarik bagi pembaca.
18. Sesuai dengan
kurikulum 2013.
19. Isi materi sesuai
dengan tujuan
pembelajaran.
Illustrasi 20. Gambar yang dimuat
jelas dan menarik
21. Adanya kesesuaian
gambar dengan soal
yang dimuat.

4) Lembar Penilaian (LP)


a) Pengertian Lembar Penilaian (LP)
Lembar penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan secara skematis dan berkesinambungan
sehingga diperoleh informasi tentang kemajuan dan
ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, penilaian tes
kemampuan dasar, dan penilaian akhir suatu
pendidikan.
Penilaian menurut Permendikbud Republik
Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 didefinisikan
sebagai proses mengumpulkan informasi/bukti
melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan,
dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran.
Penilaian menurut Muslich (2007: 78) adalah proses
sistematis pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk
memberikan keputusan terhadap hasil kerja.
54

b) Teknik Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai
teknik, baik berhubungan dengan proses maupun
hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi
tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian
kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Penilaian dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik
untuk mengukur kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Adapun teknik penilaian yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
(1) Penilaian Sikap
Penelitian ini menggunakan observasi,
penilaian diri dan penilaian sejawat sebagai
teknik penilaian kompetensi sikap. Lebih lanjut,
jenis penilaian yang digunakan akan dijabarkan
sebagai berikut.
(a) Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati. Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan oleh
pengamat terhadap sikap peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
(b) Penilaian diri atau juga bisa disebut laporan
diri/evaluasi diri merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk
55

mengemukakan kelebihan dan kekurangan


dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
(c) Penilaian Teman Sejawat (peer evaluation)
merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta siswa untuk saling menilai terkait
dengan pencapaian kompetensi. Instrumen
yang digunakan berupa lembar penilaian antar
siswa.
(2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara tes tulis.
Instrumen tes tulis berupa soal pilihan
ganda/objektif dan isian/uraian. Instrumen
uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran.
Sebab asesmen esai mampu menuntut peserta
didik untuk berpikir divergen dengan caranya
sendiri, mandiri, dan menciptakan ide-ide untuk
memperoleh suatu jawaban.
(3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Sesuai dengan Permendikbud Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar
penilaian, bahwa penilaian untuk kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja. Pada
penelitian ini digunakan instrumen berupa skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Tes kinerja atau praktik adalah penilaian yang
menuntut respon perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian
harus benar-benar mampu mengukur
ketercapaian kompetensi peserta didik,
56

konstruksi penilaian harus memenuhi


persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa efektif dan berhasil
suatu proses belajar di kelas yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik.
c) Indikator Lembar Penilaian
Hasil dari suatu proses belajar tentunya akan
dievaluasi untuk menentukan tindakan apa yang
perlu dilakukan berikutnya. Untuk melakukan
evaluasi diperlukan suatu data yang diperoleh dari
lembar penilaian. Selanjutnya, agar penilaian yang
dilakukan valid maka lembar penilaian harus
berkualitas dan mencakup semua aspek yang ingin
diukur. Indikator untuk memperoleh lembar
penilaian tersaji pada Tabel 2.12 sebagai berikut.
Tabel 2.12 Indikator Lembar Penilaian
Aspek Indikator
Butir soal 1. Banyak cara untuk menjawab
soal tersebut sehingga tidak
hanya ada satu jawaban.
2. Soal membuat siswa berfikir
kreatif.
3. Terdapat kegiatan analisis
peserta didik dalam
menjawab soal.
4. Butir soal mencakup
ketercapaian indikator.
Isi 5. Kesesuaian instrumen tes
dengan pembelajaran.
6. Kesesuaian skor dengan
bobot soal.
7. Keterampilan dalam
penulisan.
57

8. Kesesuaian instrumen tes


dengan kunci jawaban.
9. Kejelasan antara aspek yang
diukur dengan instumen tes.
Tata bahasa 10. Kebenaran tata bahasa yang
dan sesuai dengan kaidah bahasa
penulisan Indonesia yang baku.
11. Mudah dipahami oleh peserta
didik.
Kondisi 12. Valid.
keseluruhan 13. Reliabel.
lembar 14. Objektif.
penilaian 15. Praktis.
16. Derajat kesukaran.
17. Daya pembeda.
18. Efektif dan Efisien.

B. Konsep Diri Siswa (Self Concept)


1. Pengertian Konsep Diri
Menurut Slameto (2010: 182) konsep diri adalah
persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya sendiri. Konsep ini merupakan suatu
kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif
sulit diubah. Konsep diri tumbuh dari interaksi
seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh
dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan
teman-teman.
Dalam beberapa penelitian masih sering
dipertanyakan mengenai hubungan antara konsep diri
dengan prestasi belajar. Studi-studi korelasi
menunjukkan hubungan positif yang besar antara
prestasi siswa dengan hasil pengukuran konsep dirinya.
Tapi data-data demikian tidak dapat menyatakan
58

hubungan sebab akibat. Bukti-bukti memperlihatkan


bahwa keberhasilan di sekolah, khususnya untuk
waktu yang lama. Seringkali menghasilkan suatu
penerimaan yang tinggi akan dirinya sendiri dan
kemampuan dirinya.
Menurut Desminta (2010: 164) konsep diri adalah
gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan,
pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana merasa tentang
diri sendiri dan bagaimana menginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.
Konsep diri merupakan salah satu faktor dari dalam
diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi
akademisnya. Sebuah alasan diungkapkan oleh Burns,
bahwa saat ini konsep diri dianggap sebagai suatu
unsur yang krusial sebab pendidikan mempunyai
tujuan yang luas.
Tujuan yang meluas ini menempatkan
pengembangan konsep diri sebagai suatu tema sentral
dalam perkembangan non kognitif dan hal ini juga
dikaitkan dengan kesadaran bahwa perkembangan
akademis dan kemajuan tidak dapat dianggap berada
dalam isolasi dari aspek-aspek lainnya tentang
perkembangan manusia. Konsep diri merupakan
harapan dan penilaian tentang perilaku seseorang.
Seorang siswa membutuhkan kesempatan untuk
mengadakan atau menjalin kontak sosial, sebab dari
sini siswa akan belajar mengenai perilaku sosial yang
dapat diterima. Konsep diri adalah bagian dari hidup
seseorang yang sangat sentral dan pribadi sehingga
sangat diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang
59

disadarinya, keprbadiannya juga perwujudannya.


Siswa dengan konsep diri positif akan mempunyai
keyakinan bahwa dirinya mampu mengatasi persoalan,
bahkan ketika dirinya mengalami kegagalan dan
kemunduran.
2. Dimensi-dimensi Konsep Diri
Adapun pembagian dimensi konsep diri adalah
sebagai berikut.
a. Dimensi Internal
Merupakan pengamatan individu terhadap
keseluruhan dirinya sebagai suatu kesatuan yang
unik dan dinamis, yang meliputi penghayatan
terhadap identitas dirinya, tingkah laku dan
penilaian atas dirinya. Dimensi internal dibagi
menjadi tiga aspek sebagai berikut.
1) Diri identitas
Identity self merupakan aspek yang paling
mendasar dari konsep diri. Di dalam diri identitas
terdapat seluruh label dan simbol yang digunakan
untuk menggambarkan dirinya. Konsep ini mirip
dengan konsep belief component yang dikemukakan
oleh Burns (1993) yang didefinisikan sebagai
komponen kognitif dari konsep diri yang berisi
pernyataan atau gambaran dari individu
berdasarkan bukti objektif atau pendapat subjektif.
2) Diri sebagai pelaku (the behavioral self)
Merupakan persepsi individu dan orang lain
tentang perilakunya. Pada anak-anak behavioral self
dilakukan dengan bebas. Tetapi apakah tindakan itu
akan bertahan atau tidak tergantung dari
konsekuensi yang diperolehnya. Ada dua
konsekuensi yaitu konsekuensi internal dan
60

konsekuensi eksternal. Konsekuensi internal positif


akan memberikan penguatan terhadap tingkah laku.
Tingkah laku yang memiliki konsekuensi internal
positif akan mengulang tingkah laku tersebut yang
akan menjadi bagian dari dirinya. konsekuensi
eksternal diperoleh dari respon orang lain. Jika
responnya berupa penghargaan atau pujian, maka
akan menguatkan tingkah lakunya. Tetapi jika
konsekuensi eksternal yang diterima berupa
hukuman ataupun dimarahi maka akan terjadi
konflik dalam diri anak yang dapat membuat suatu
tingkah laku tidak dilakukan lagi walaupun tingkah
laku itu memiliki konsekuensi internal. Fitts (1971)
juga menambahkan bahwa konsekuensi internal dan
konsekuensi eksternal dari tingkah laku memiliki
kemungkinan untuk menciptakan konflik dalam diri
seseorang.
3) Diri sebagai penilai (the judging self)
Adalah interaksi antara identity self dan
behavioral self serta integrasinya pada keseluruhan
konsep diri. Aspek ini berfungsi sebagai pengamat,
penentu standar, pembanding, dan yang terutama
adalah sebagai penilai diri/evaluator. Judging self
juga mencakup kepuasan murni dari pemenuhan
dorongan (rasa lapar, agresi) atau rasa bangga dalam
menahan diri terhadap dorongan yang berbahaya.
b. Dimensi Eksternal
Merupakan penghayatan dan penilaian
individu dalam hubungan dengan dunia sekitarnya,
khususnya dalam interaksi sosial yang berkaitan
dengan peran-peran individu dalam dunia
sosialnya.
61

1) Diri Fisik (physical self) merupakan persepsi


individu terhadap keadaan fisik, kesehatan,
penampilan, dan gerak motorik.
2) Diri etik moral merupakan persepsi individu
tentang dirinya yang ditinjau dari standar
pertimbangan moral, etika, dan aspek religius
dari diri.
3) Diri personal (personal self) merupakan perasaan
individu terhadap nilai-nilai pribadinya terlepas
dari keadaan fisik dan hubungannya dengan
orang lain dan sejauh mana merasa kuat sebagai
pribadi.
4) Diri keluarga (family self) merupakan persepsi
diri dan perasaan individu sebagai bagian dari
keluarganya dan sejauh mana ia merasa
berharga dan merupakan bagian dari keluarga
tersebut.
3. Indikator Konsep Diri Positif dan Negatif
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri.
Kualitas ini lebih mengarah pada kerendahan hati dan
kedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan
orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan
bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu
bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap
kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang
sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai
penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah
kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif
akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat
62

hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi


keberhasilan di masa yang akan datang.
Adapun indikator seseorang memiliki konsep
diri positif adalah sebagai berikut.
a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga
merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya.
b. Merasa setara dengan orang lain. Seseorang selalu
merendah diri, tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang
lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Artinya
menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun
ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya
apalagi meremehkan orang lain.
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Seseorang peka terhadap perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain
meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
e. Mampu memperbaiki karena sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Artinya
mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu
untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya (Jalaluddin, 2003: 118).
63

Lebih lanjut individu yang memiliki konsep diri


negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Individu ini akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu
yang memiliki konsep diri negatif akan mudah
menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami
kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun
menyalahkan orang lain.
Adapun indikator seseorang memiliki konsep
diri negatif adalah sebagai berikut.
a. Peka terhadap kritik
Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal
ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi
dari individu tersebut belum dapat mengendalikan
emosinya. Sehingga kritikan dianggap sebagi hal
yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga
dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki
konsep diri negatif cenderung menghindari dialog
yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan
pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
b. Responsif sekali terhadap pujian
Walaupun siswa mungkin berpura-pura
menghindari pujian, namun tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu
menerima pujian. Bersamaan dengan
64

kesenangannya terhadap pujian, merekapun


hiperkritis terhadap orang lain.
c. Cenderung bersikap hiperkritis
Siswa selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak
pandai dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang
lain.
d. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
Siswa merasa tidak diperhatikan, karena
itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan, berarti individu tersebut
merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang
tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau
bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak
berkelahi (bermusuhan).
e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Hal ini terungkap dalam keengganannya
untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya
melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Dengan melihat uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-
ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep
diri positif dan karakteristik konsep diri yang negatif.
Individu yang memiliki konsep diri positif dalam segala
sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Siswa akan
65

percaya diri, akan bersikap yakin dalam bertindak dan


berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep
diri negatif akan menanggapi segala sesuatu dengan
pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus
menerus konsep dirinya atau melindungi konsep
dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau
menolak informasi baru dari lingkungannya.
4. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Siswa
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak
lahir. Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu.
Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep
diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri serta tidak
memiliki penilaian apapun terhadap diri kita sendiri.
Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses
belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan
hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola
asuh orangtua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan konsep diri
seseorang.
Sikap dan respon orangtua serta lingkungan
akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai
siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan
dalam pola asuh yang keliru atau negatif seperti
perilaku orangtua yang suka memukul, mengabaikan,
kurang memberikan kasih sayang, melecehkan,
menghina, tidak berlaku adil ditambah dengan
lingkungan yang kurang mendukung, cenderung
mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah
karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan
apa yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya.
Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan
66

positif, maka anak akan merasa dirinya berharga,


sehingga memicu berkembangnya konsep diri yang
positif.
5. Keterkaitan antara Konsep Diri dan Prestasi Belajar
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri
dan prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1993)
melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah
siswa laki-laki dan perempuan yang dipasangkan
berdasarkan tingkat intelegensi mereka. Di samping itu,
mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar
mereka yaitu kelompok berprestasi lebih (overachievers)
dan kelompok berprestasi kurang (underachievers). Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep
diri antara siswa yang tergolong overachiever
menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan
hubungan yang erat antara konsep diri dan prestasi
belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki.
Penelitian walsh (dalam Burns, 1993) juga
menunjukkan bahwa siswa-siswa yang tergolong
underachiever mempunyai konsep diri yang negatif serta
memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian
yakni: (1) mempunyai perasaan dikritik, ditolak dan
diisolir, (2) melakukan mekanisme pertahanan diri
dengan cara menghindar dan bahkan bersikap
menentang, dan (3) tidak mampu mengekspresikan
perasaan dan perilakunya. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian tersebut jelas bahwa konsep diri dan prestasi
belajar siswa di sekolah mempunyai hubungan yang
erat.
Siswa yang berprestasi tinggi cenderung
memiliki konsep diri yang berbeda dengan siswa yang
berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan
67

memandang diri mereka sebagai orang yang tidak


mempunyai kemampuan dan kurang dapat melakukan
penyesuaian diri yang kuat dengan siswa lain. Mereka
juga cenderung memandang orang-orang di sekitarnya
sebagai lingkungan yang tidak dapat menerimanya.
Siswa yang memandang dirinya negatif ini, pada
gilirannya akan menganggap keberhasilan yang dicapai
bukan karena kemampuan yang dimilikinya melainkan
karena kebetulan atau faktor keberuntungan saja. Lain
halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif,
akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja
keras dan karena faktor kemampuannya.
6. Implikasi Perkembangan Konsep Diri Siswa
terhadap Pendidikan
Menurut Desmita (2010: 182) konsep diri
merupakan salah satu aspek penting dalam
perkembangan psikososial siswa. Konsep diri
mempengaruhi perilaku siswa dan mempunyai
hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan
dan prestasi belajar mereka. Siswa yang mengalami
permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukkan
tingkat konsep diri yang rendah. Strategi yang mungkin
dapat dilakukan seorang guru dalam mengembangkan
dan meningkatkan konsep diri siswa adalah sebagai
berikut.
a. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari
guru
Dalam mengembangkan konsep diri yang
positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru.
Dukungan guru ini dapat ditunjukkan dalam bentuk
dukungan emosional (emotional support), seperti
ungkapan empati, kepedulian, perhatian dan umpan
68

balik, serta dapat pula berupa dukungan


penghargaan (esteem support),seperti melalui
ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap
siswa, dorongan maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan
positif antara satu siswa dengan siswa lain. Bentuk
dukungan ini memungkinkan siswa untuk
membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki
kemampuan atau kompeten dan berarti.
b. Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberikan
tangung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini
akan mengarah kepada sikap positif siswa terhadap
diri sendiri yang diwujudkan dengan usaha
percapaian prestasi belajar yang tinggi serta
peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan
sosial. Hal ini menunjukkan pula adanya
pengharapan guru terhadap perilaku siswa,
sehingga siswa merasa dirinya mempunyai peranan
dan diikutsertaan dalam kegiatan pendidikan.
c. Membuat siswa merasa mampu
Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan sikap dan pandangan yang positif
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru
harus berpandangan bahwa semua siswa pada
dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja
mungkin belum dikembangkan. Dengan sikap dan
pandangan positif terhadap kemampuan siswa ini,
maka siswa juga akan berpandangan positif
terhadap kemampuan dirinya.
69

d. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang


realistis
Dalam upaya meningkatkan konsep diri
siswa, guru harus membentuk siswa untuk
menetapkan tujuan yang hendak dicapai serealistis
mungkin,yakni tujuan yang sesuai kemampuan
yang dimilikinya. Penetapan tujuan yang realistis ini
dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian
prestasi dimasa lampau. Dengan bersandar pada
keberhasilan masa lampau,maka pencapaian prestasi
sudah dapat diramalkan, sehingga siswa akan
terbantu untuk bersikap positif terhadap
kemampuan dirinya sendiri.
e. Membantu siswa menilai dirinya mereka secara
realistis
Pada saat mengalami kegagalan, adakalanya
siswa menilai secara negatif dengan memandang
dirinya orang yang tidak mampu. Untuk
menghindari penilaian yang negatif dari siswa
tersebut, guru perlu membantu siswa menilai
prestasi mereka secara realistis yang membantu rasa
percaya akan kemampuan mereka dalam
menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan
prestasi belajar didunia hari. Salah satu cara
membantu menilai diri mereka secara realistis
adalah dengan membandingkan dengan prestasi
siswa pada masa lampau dan prestasi siswa pada
saat ini. Hal ini pada giliranya dapat
membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa
terhadap seluruh tugas di sekolah.
70

f. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya


secara realistis
Upaya lain yang harus dilakukan dalam
menolong mengembangkan konsep diri siswa
adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa
agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya.
Hal ini sangatlah penting, karena perasaan bangga
atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu
kunci untuk menjadi lebih positif dalam
memandang kemampuan yang dimiliki.

C. Kompetensi Siswa terhadap Mata Pelajaran


Elektronika Dasar pada Kompetensi Dasar
Menerapkan Macam-macam Gerbang Logika Dasar
Menurut Syah (2010: 229) kompetensi adalah
kemampuan atau kecakapan padanan kata yang berasal
dari bahasa inggris itu cukup banyak dan yang lebih
relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency
dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu
kemampuan. Hanya proficiency lebih sering digunakan
orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat
tinggi. Representasi dari pencapaian kompetensi siswa
adalah hasil belajar.
Menurut taksonomi tujuan pembelajaran
menurut Bloom: Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka
menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi
hasil belajar dari siswa, diperlukan tujuan yang bersifat
operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur. Ketercapaian kemampuan
hasil pembelajaran meliputi tiga kompetensi sebagai
berikut.
71

1. Kompetensi Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran


Elektronika Dasar pada Kompetensi Dasar
Menerapkan Macam-macam Gerbang Logika
Dasar
a. Pengertian Sikap
Menurut Basuki dan Hariyanto (2014: 189),
sikap merupakan kecenderungan merespons secara
konsisten tentang menyukai atau tidak
menyukaisuatu objek. Sikap bisa berupa positif atau
negatif.
Sikap didefinisikan sebagai kumpulan hasil
evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau
masalah tertentu. Menurut Slameto, 2010: 118) sikap
(attitude) adalah kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Kurikulum 2013 menekankan kompetensi sikap
dalam proses belajar maupun dalam luaran yang
dihasilkan suatu pembelajaran. Sesuai dengan
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2013 bahwa kompetensi sikap dicapai melalui
aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Selanjutnya, pada
penelitian ini kompetensi sikap peserta didik diukur
melalui aspek: a) jujur, b) disiplin, c) tanggung
jawab, d) toleransi, e) gotong royong.
b. Indikator Kompetensi Sikap
Beberapa aspek kompetensi sikap yang
tersebut pada penjelasan di atas kemudian
dijabarkan melalui indikator yang kemudian
disajikan pada Tabel 2.13 sebagai berikut.
72

Tabel 2.13 Indikator Kompetensi Sikap


Sikap dan
Indikator
pengertian
Sikap spiritual 1. Berdoa sebelum dan
sesudah menjalankan
sesuatu
2. Menjalankan ibadah tepat
waktu
3. Memberi salam pada saat
awal dan akhir presentasi
sesuai agama yang dianut
4. Bersyukur atas nikmat dan
karunia Tuhan Yang Maha
Esa.
Sikap sosial 1. Jujur
a. Tidak menyontek dalam
mengerjakan
ujian/ulangan.
b. Tidak melakukan
plagiarisme.
c. Mengungkapkan perasaan
apa adanya.
d. Menyerahkan barang
temuan kepada yang
berwenang atau berhak.
2. Disiplin
a. Datang tepat waktu.
b. Patuh pada tata tertib atau
aturan bersama/sekolah.
c. Mengerjakan/mengumpul
kan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
3. Tanggung jawab
a. Melaksanakan tugas
individu dengan baik.
b. Menerima risiko dari
tindakan yang dilakukan.
73

Sikap dan
Indikator
pengertian
c. Mengembalikan barang
yang dipinjam.
d. Mengakui dan meminta
maaf atas kesalahan yang
dilakukan.
4. Toleransi
a. Tidak mengganggu teman
yang berbeda pendapat.
b. Menerima kesepakatan
meskipun berbeda
pendapat.
c. Dapat menerima
kekurangan orang lain.
d. Dapat memaafkan
kesalahan orang lain.
5. Santun
a. Menghormati orang yang
lebih tua.
b. Tidak berkata kotor, kasar,
dan takabur.
c. Tidak menyela
pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat.
d. Melakukan 3S (salam,
senyum, sapa).
e. Meminta izin ketika akan
memasuki ruangan kelas.

2. Kompetensi Pengetahuan Siswa terhadap Mata


Pelajaran Elektronika Dasar pada Kompetensi
Dasar Menerapkan Macam-macam Gerbang
Logika Dasar
a. Proses Domain Kognitif
Pada hakikatnya proses kognitif berkaitan erat
dengan proses berpikir siswa. Dengan demikian
74

pandangan tentang proses berpikir dapat


didefinisikan sebagai suatu proses kognitif, yaitu
suatu tindakan mental untuk
membentuk/memperoleh pengetahuan.
Proses berpikir dihubungkan dengan pola
perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan
aktif pemikir. Hubungan tersebut saling terkait
dengan struktur yang mapan dan dapat
diekspresikan oleh pemikir dengan macam-macam
cara (Asmuniv, 2013). Bloom menyatakan suatu
daftar proses kognitif dan mengindikasikan jenis-
jenis perilaku siswa yang menunjukkan pencapaian
tujuan belajar yang meliputi: mengingat
(remembering), memahami (understanding),
menerapkan (applying), menganalisis (analyzing),
mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).
Adapun penjelasan mengenai proses domain
kognitif yang berkaitan dengan mata pelajaran
elektronika dasar adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan atau hafalan (C1)
Pengetahuan atau hafalan (Recall to Data)
adalah kemampuan yang paling rendah tetapi
paling dasar dalam lingkup kognitif. Kemampuan
untuk mengetahui adalah kemampuan untuk
mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek,
ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah
ditemukan dalam pengalaman tanpa
memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol
lain. Kemampuan mengetahui sedikit lebih rendah
di bawah kemampuan memahami, karena itu orang
yang mengetahui belum tentu memahami atau
mengerti apa yang diketahuinya. Jenjang ini
75

merupakan tingkatan hasil belajar yang paling


rendah tapi menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya. Suatu soal dikatakan berbentuk hafalan
apabila materi yang ditanyakan terdapat (ada)
dalam buku pelajaran, atau peserta didik sudah
pernah diberitahukan oleh guru.
Mengingat merupakan proses perolehan
pengetahuan yang relevan dari memori jangka
panjang peserta didik. Proses kognitif recognizing
atau mengidentifikasi/mengenali merupakan proses
menemukan pengetahuan dalam memori jangka
panjang (long-term memory) yang berkaitan dengan
pengetahuan yang akan dipelajari. Contoh kata
kerja operasional pada mata pelajaran elektronika
dasar khususnya pada kompetensi dasar
menerapkan macam-macam gerbang logika dasar
adalah mengidentifikasi/mengenali macam-macam
gerbang logika dasar AND, OR, NOT, NAND dan
NOR.
2) Memahami (C2)
Pemahaman adalah kemampuan dalam
memahami pengetahuan yang telah diajarkan.
Pemahaman merupakan salah satu jenjang
kemampuan dalam proses berfikir dimana peserta
didik dituntut untuk memahami atau mengetahui
tentang sesuatu hal dan mampu
menginterpretasikan. Kemampuan ini termasuk
kemampuan mengubah satu bentuk menjadi bentuk
lain.
Salah satu kemampuan memahami pada mata
pelajaran elektronika dasar khususnya pada
kompetensi dasar menerapkan macam-macam
76

gerbang logika dasar. Salah satu contoh kata kerja


operasional ini adalah kemampuan
“membandingkan” terjadi pada peserta didik
bilamana peserta didik tersebut telah dapat
mendeteksi kesamaan dan perbedaan beberapa
obyek, peristiwa, gagasan, masalah atau situasi
yakni membandingkan tipe-tipe IC logic seperti IC
CMOS dan IC TTL.
3) Menerapkan (C3)
Penerapan ialah kemampuan untuk
menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau
tertentu pada situasi tertentu. Peserta didik
dikatakan telah menguasai kemampuan tertentu
bilamana peserta didik tersebut telah dapat memberi
contoh dengan kata kerja operasional seperti
menggunakan, menerapkan, menggeneralisasikan,
menghubungkan, memilih, menghitung,
menemukan, mengembangkan, mengorganisasikan,
memindahkan, menyusun, menunjukkan,
mengklasifikasikan, dan mengubah.
Menerapkan merupakan kemampuan
menggunakan konsep atau prosedur yang dipelajari
dalam konteks kehidupan sehari-hari atau
pemecahan masalah. Kemampuan menerapkan
berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang
telah dijabarkan pada sub-unit sebelumnya. Dalam
proses kognitif, kemampuan menerapkan terdiri
dari dua kategori yaitu melakukan prosedur latihan
dan melakukan prosedur pemecahan masalah.
Adapun contoh kata kerja operasional kemampuan
menerapkan (C3) pada mata pelajaran elektronika
dasar khususnya pada kompetensi dasar
77

menerapkan macam-macam gerbang logika dasar


adalah menggambar pulsa keluaran gerbang
rangkaia logika sesuai dengan tabel kebenaran.
4) Menganalisis (C4)
Menganalisis merupakan kemampuan
menguraikan suatu materi atau konsep ke dalam
bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan
menganalisis merupakan salah satu komponen yang
sangat penting dalam proses tujuan pembelajaran.
Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
sehingga jelas hierarkinya atau sususnannya.
Peserta didik yang memiliki kemampuan
menganalisis diharapkan memiliki kemampuan
membedakan fakta dari opini. Peserta didik
memiliki kemampuan dalam menghubungkan
kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan yang
mendukung kesimpulan. Contoh kata kerja
operasional kemampuan menganalisis (C4) yang
berkaitan dengan mata pelajaran elektronika dasar
khususnya pada kompetensi dasar menerapkan
macam-macam gerbang logika dasar adalah
mengidentifikasi tipe-tipe IC berdasarkan jenis
gerbang logika.
5) Mengevaluasi (C5)
Evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan
keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang
telah ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan
adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria tersebut berlaku untuk guru
dan peserta didik. Pada tahap evaluasi, peserta didik
harus mampu membuat penilaian dan keputusan
78

tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau


benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Tingkatan ini mencakup dua macam proses kognitif
yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik
(critiquing).
Contoh kata kerja operasional pada jenjang
evaluasi yang berkaitan dengan mata pelajaran
elektronika dasar khususnya pada kompetensi dasar
menerapkan macam-macam gerbang logika dasar
adalah membuat kesimpulan berdasarkan data hasil
pengamatan apakah rangkaian logika yang telah
dibuat dapat berfungsi atau tidak.
6) Mengkreasi/Menciptakan (C6)
Menciptakan merupakan proses kognitif yang
melibatkan kemampuan mewujudkan suatu konsep
ke dalam suatu produk. Peserta didik dikatakan
memiliki kemampuan proses kognitif menciptakan,
jika peserta didik tersebut dapat membuat suatu
produk baru yang merupakan reorganisasi dari
beberapa konsep. Kemampuan yang mendasari
proses kognitif menciptakan adalah kemampuan
mengkoordinasi pengalaman belajar peserta didik
sebelumnya dan kemampuan berpikir kreatif.
Berpikir kreatif dalam menciptakan merujuk pada
dua hal, yaitu hal yang dapat dilakukan oleh peserta
didik dam hal yang akan dilakukan peserta didik.
Oleh karena itu, berpikir kreatif dalam
konteks ini merujuk pada kemampuan peserta didik
mensintesis informasi atau konsep ke dalam bentuk
yang lebih menyeluruh. Contoh kata kerja
operasional pada jenjang menciptakan/mengkreasi
(C6) pada mata pelajaran elektronika dasar
79

khususnya pada kompetensi dasar menerapkan


macam-macam gerbang logika dasar adalah
merencanakan kombinasi gerbang dasar logika
AND, OR, NOT, NOR, dan NAND.
b. Dimensi Pengetahuan
Merupakan pengetahuan yang diharapkan
dikonstruk siswa berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai pada materi pembelajaran. Dimensi
pengetahuan terdiri dari empat kategori, keempat
kategori ini akan membentuk proses perjalanan
pengetahuan siswa dari yang bersifat konkrit
menuju pengetahuan yang bersifat abstrak. Adapun
penjelasan empat kategori dimensi pengetahuan
dapat disajikan pada Tabel 2.14 sebagai berikut.
Tabel 2.14 Struktur Dimensi Pengetahuan
Dimensi
Keterangan
Pengetahuan
Faktual Unsur/elemen dasar yang
harus diketahui peserta didik
untuk dipelajari dengan
disiplin atau pemecahan
masalah di dalamnya.
Konseptual Hubungan timbal balik antara
elemen dasar dan struktur
yang lebih luas yang
memungkinkan keduanya
dapat berfungsi sama.
Prosedural Bagaimana melakukan
sesuatu, metode penyelidikan,
dan kriteria menggunakan
keahlian, teknik serta metode.
Metakognitif Pengetahuan kognisi secara
umum dapat disebut sebagai
kesadaran dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang.
80

c. Hubungan Dimensi Pengetahuan dan Dimensi


Proses Kognitif
Pada Tabel 2.15 disajikan indikator
kompetensi pengetahuan berdasarkan dimensi
pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
Kompetensi peserta didik yang ingin dicapai
pada kompetensi dasar menerapkan macam-
macam gerbang dasar rangkaian logika
dipetakan oleh peneliti sesuai dengan ranah
taksonomi kognitif.
81
82

d. Indikator Kompetensi Pengetahuan


Adapun indikator kompetensi pengetahuan
dapat disajikan pada Tabel 2.16 sebagai berikut.
Tabel 2.16 Indikator Kompetensi Pengetahuan
Kompetensi Indikator Pencapaian
Dasar Kompetensi
3.1 Menerapkan 3.1.1 Menjelaskan operasi
macam-macam gerbang dasar sesuai
gerbang dasar dengan tabel
rangkaian kebenaran.
logika 3.1.2 Mengidentifikasi
pulsa keluaran
gerbang rangkaian
logika sesuai dengan
tabel kebenaran.
3.1.3 Membandingkan
tipe-tipe IC
berdasarkan jenis
gerbang logika.
3.1.4 Merencanakan
kombinasi gerbang
dasar logika AND,
OR, NOT, NOR, dan
NAND.

3. Kompetensi Keterampilan Siswa terhadap Mata


Pelajaran Elektronika Dasar pada Kompetensi
Dasar Menerapkan Macam-macam Gerbang
Logika Dasar
a. Pengertian Keterampilan
Merupakan kemampuan peserta didik untuk
melakukan tes kinerja/perfomansi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah
kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam
menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan
83

untuk melakukan sesuatu dengan baik (oxford


dictionary).
Menurut Syah (2010: 117) keterampilan adalah
kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neoromuscular) yang lazimnya
tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun
sifatnya motorik, namun keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa
yang melakukan gerak motorik dengan koordinasi
dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang
atau tidak terampil.
Di samping itu menurut Reber (dalam Syah,
2010: 117) keterampilan merupakan kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks
dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Orang yang
mampu mendayagunakan orang lain secara tepat
juga dianggap sebagai orang yang terampil.
Jadi, keterampilan merupakan kemampuan
peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang dimilikinya ke dalam bentuk nyata sebagai
cerminan dari tujuan ketercapaian kompetensi.
b. Indikator Kompetensi Keterampilan
Adapun indikator dari kompetensi
keterampilan peserta didik dapat disajikan pada
Tabel 2.17 sebagai berikut.
84

Tabel 2.17 Indikator Kompetensi Keterampilan


Kompetensi Indikator Pencapaian
Dasar Kompetensi
4.1 Membangun 4.1.1 Merakit rangkaian
macam-macam logika menggunakan
gerbang dasar papan rangkaian
rangkaian (project board).
logika. 4.1.2 Mengoperasikan
papan rangkaian
(project board) sesuai
dengan lembar kerja
yang disediakan.
4.1.3 Menganalisis operasi
gerbang logika sesuai
dengan IC logic.
4.1.4 Membuat kesimpulan
dari data hasil
pengukuran sesuai
dengan tabel
kebenaran.

D. Penelitian yang Relevan


Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil
penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil
penelitian penerapan model pembelajaran PBI.
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Surif (2013)
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa
yang menerapkan model pembelajaran PBI (mean=
4.31) dibanding dengan rata-rata hasil belajar siswa
yang menerapkan model pembelajaran DI
(mean=4.12). Berdasarkan penelitian ini dapat
diperoleh kesimpulan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran PBI, siswa bukan hanya
85

memperoleh teori secara langsung dari gurunya


tetapi juga dituntut untuk menguasai keterampilan
berpikir terutama berpikir kritis dan kreatif dalam
menyelesaikan masalah. PBI merupakan model
pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan
keterampilan proses berfikir siswa karena siswa
harus melakukan penyelidikan ilmiah dan mampu
mengembangkan pemikiran tingkat tinggi (high
order thinking). Selain itu, hasil angket respon siswa
juga menunjukkan bahwa mereka lebih suka model
pembelajaran PBI (mean=3.38).
2. Hasil penelitian yang dilakukan Irawan dan
Hasanah (2014) yang mendeskripsikan tentang
pengaruh penerapan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dengan pendekatan saintifik
terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar antara model
pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan
model pembelajaran MPL yang biasa digunakan di
sekolah dengan pendekatan saintifik yakni dengan
nilai thitung (3,31; 2,94; 2,82) > ttabel (1,67; 1,67; 1,67).
Artinya H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan model
pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
menerapkan model pembelajaran MPL. Hasil
belajar pada ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan mengalami perbaikan pada setiap
pertemuan.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriana
(2008) menunjukkan bahwa korelasi X1 (Konsep
Diri) dengan Y (Prestasi Belajar) signifikan, hal ini
86

disebabkan karena thitung = 8.684 dan ttabel pada α =


0.05 sebesar 2.02 dan untuk α = 0.01 sebesar 2.70.
Karena thitung lebih besar ttabel maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara
variabel konsep diri dengan prestasi belajar. Hal ini
berarti semakin tinggi konsep diri (positif) maka
semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

E. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Pencapaian Kompetensi Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan pada Mata
Pelajaran Elektronika Dasar Ditinjau dari Model
Pembelajaran DI dan Model Pembelajaran PBI
Pada model pembelajaran PBI, siswa dituntut
aktif dalam proses pembelajaran karena model ini
berpusat pada siswa (student center) dan guru hanya
sebagai fasilitator dan evaluator saja. Dalam penerapan
model pembelajaran PBI, Guru mengorientasikan siswa
pada suatu pertanyaan (masalah) mengenai mata
pelajaran elektronika dasar kemudian siswa
membentuk kelompok dan mendiskusikan
permasalahan tersebut, ini merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan high order
thinking siswa. setelah kegiatan diskusi, masing-masing
perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi
kemudian kelompok lain menanggapi. Hal ini akan
meningkatkan rasa antusiasme siswa pada mata
pelajaran elektronika dasar.
Pada model pembelajaran lain yang digunakan
peneliti adalah model pembelajaran DI. Model ini
menekankan guru sebagai pusat dari proses
87

pembelajaran. Dengan pengajaran langsung, siswa


diarahkan untuk memahami materi secara bertahap.
Dalam hal ini, guru ditekankan bisa mengatur waktu
secara optimal dengan cara yang menyenangkan
dengan menyiasati kejenuhan siswa dalam proses
belajar mengajar.
Dilihat dari segi kompetensi sikap, model
pembelajaran PBI dan DI masing-masing melibatkan
kompetensi sikap (KI 2): Salah satu dari kompetensi
sikap ini adalah percaya diri yakni suatu kondisi
mental atau psikologis seseorang dengan kuat yang
menjadi dasar keyakinan dalam berbuat atau bertindak
dengan indikator diantaranya: (1) berpendapat atau
melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, (2) mampu
membuat keputusan dengan cepat, (3) berani presentasi
di depan kelas, serta (4) berani berpendapat, bertanya
dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Apriyanti (2013)
menunjukkan rata-rata hasil angket siswa kelas
eksperimen (̅ ) menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah (problem based
instruction) lebih tinggi daripada hasil rata-rata angket
siswa kelas eksperimen ( ̅ ) artinya siswa
termotivasi untuk memecahkan masalah yang
diberikan berupa soal yang dikerjakan secara
berkelompok dengan menggunakan model ini. Dari
hasil pengamatan guru, motivasi belajar siswa dalam
mengerjakan soal meningkat daripada siswa kelas
kontrol. Selain itu, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nihayah (2011) menunjukkan bahwa
motivasi siswa dengan menerapkan model
pembelajaran langsung mengalami peningkatan pada
88

pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 (0,0%; 29,0 % ; 51,6 %).


Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
kompetensi sikap siswa dapat ditingkatkan melalui
penerapan dua model pembelajaran ini.
Dilihat dari segi kompetensi pengetahuan (KI 3):
penerapan model pembelajaran DI dan PBI sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran pada mata
pelajaran elektronika dasar khususnya kompetensi
dasar menerapkan macam-macam gerbang dasar
logika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Akinoglu dan Tandogan (2006) diperoleh hasil bahwa
rata-rata hasil belajar yang menerapkan model
pembelajaran PBI pada kelas eksperimen lebih tinggi
(̅ ) daripada rata-rata hasil pembelajaran di
kelas kontrol ( ̅ ) artinya model pembelajaran
PBI mampu meningkatkan pencapaian akademik siswa.
selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Oladayo (2012) menunjukkan bahwa rata-rata nilai
siswa pada kelas eksperimen menerapkan model
pembelajaran DI ( ̅ ) lebih tinggi daripada
rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol ( ̅ = 41.74)
artinya model pembelajaran DI dapat meningkatkan
pencapaian akademik pada mata pelajaran matematika.
Dilihat dari segi kompetensi keterampilan (KI 4):
Pada KI 4, siswa diharapkan dapat membangun
macam-macam gerbang logika pada rangkaian dasar.
Berdasarkan tujuan pembelajaran, model pembelajaran
DI dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan prosedural yang tersusun dengan baik, sedangkan
model pembelajaran PBI dikembangkan untuk
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
89

berpikir dan pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan


pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa antara
model pembelajaran DI dan model pembelajaran PBI
sama-sama mampu meningkatkan kompetensi
keterampilan siswa.
2. Perbedaan Pencapaian Kompetensi Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan ditinjau dari
Konsep Diri Siswa pada Mata Pelajaran
Elektronika Dasar
Salah satu faktor yang mempengaruhi
pencapaian kompetensi seorang siswa adalah faktor
psikologisnya yakni konsep diri. Dengan adanya
konsep diri, maka seorang siswa akan merasa bahwa
dirinya sanggup menyelesaikan tugas-tugas sekolah
tanpa harus bermalas-malasan atau kurang percaya
diri. Untuk itu, seorang guru harus bisa memahami
psikososial masing-masing siswa. Konsep diri yang
dimiliki siswa sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi pada mata
pelajaran elektronika dasar.
Dilihat dari segi kompetensi sikap (KI 2): konsep
diri positif sangat diperlukan untuk mengukur
ketercapaian kompetensi sikap karena berdasarkan
indikator konsep diri positif yaitu: (1) yakin akan
kemampuannya dalam mengatasi masalah dan (2)
merasa setara dengan orang lain dapat diartikan bahwa
siswa sudah bisa mengembangkan sikap sosial percaya
diri, tanggung jawab dan toleransi terhadap teman
yang lain. Sehingga secara tidak langsung konsep diri
juga mempengaruhi kompetensi sikap sosial dari
seorang siswa.
90

Dilihat dari segi kompetensi pengetahuan (KI 3):


konsep diri sangat mempengaruhi pencapaian
kompetensi pengetahuan khususnya untuk kompetensi
dasar menerapkan macam-macam gerbang dasar
rangkaian logika. Siswa yang memandang dirinya
paham dengan konsep rangkaian logika dan mampu
menjelaskan prinsip kerja secara mandiri (individual)
sama halnya siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya
mampu menjawab tiap ada masalah atau soal. Inilah
yang dimaksud dengan konsep diri positif. Optimisme
siswa saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru memberikan peluang besar untuk mencapai
kompetensi yang maksimal.
Dilihat dari segi kompetensi keterampilan (KI 4):
dalam kompetensi ini siswa akan diberi tes kinerja pada
kompetensi dasar membangun macam-macam gerbang
dasar rangkaian logika. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan salah satu indikator yakni melakukan
eksperimen gerbang dasar logika AND, OR, NOT,
NAND, dan NOR menggunakan project board. Salah
satu cara untuk mengukur kemampuan kinerja siswa
dimana siswa bekerja secara mandiri dan berkelompok
untuk menyelesaikan tugas kinerja. Dengan begitu
siswa mampu menilai bahwa dirinya sanggup
mengerjakan tugas sendiri tanpa merasa pesimis.
3. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dan
Konsep Diri terhadap Pencapaian Kompetensi
Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan pada Mata
Pelajaran Elektronika Dasar
Siswa yang memiliki konsep diri positif akan
lebih siap dan sanggup untuk mengikuti pelajaran
berikutnya dan diharapkan dapat mencapai kompetensi
91

sesuai standar yang ditentukan. Namun jika


pembelajaran dengan model pembelajaran PBI serta
konsep diri positif disertakan dalam mendesain proses
pembelajaran, ada dugaan bahwa terdapat interaksi
terhadap pencapaian kompetensi pada mata pelajaran
elektronika dasar.
Dari segi kompetensi sikap (KI 2): penerapan
model pembelajaran PBI menekankan pada diskusi
kelompok. Siswa diorientasikan pada satu masalah,
kemudian siswa harus memikirkan jawaban yang tepat
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saat kegiatan
diskusi berlangsung, tiap siswa akan menunjukkan
sikap kerja sama dalam berdiskusi dengan temannya
selain itu akan muncul sikap toleransi yakni
menghargai pendapat teman yang lain tanpa
menyinggung serta percaya diri yakni berani
menyampaikan pendapat di depan kelas. Hal ini juga
merupakan indikator terbentuknya konsep diri positif
dari seorang siswa. Mereka tidak merasa minder
dengan teman yang lain dan selalu optimis dengan
jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh
gurunya.
Dari segi kompetensi pengetahuan (KI 3): Dalam
penerapan model pembelajaran PBI khususnya pada
mata pelajaran elektronika dasar, siswa diberikan
penjelasan mengenai tujuan pembelajaran menerapkan
macam-macam rangkaian gerbang logika dasar oleh
guru. Kemudian guru memberi beberapa soal kepada
siswa untuk mengukur kepahaman siswa terhadap
materi gerbang logika dasar. Bagi siswa yang memiliki
konsep diri positif, dia akan antusias dan percaya diri
dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
92

Sedangkan bagi siswa yang memiliki konsep diri


negatif akan merasa bahwa dirinya tidak bisa untuk
menyelesaikan soal-soal tersebut dikarenakan
pesimisme dengan jawabannya sendiri. Oleh karena itu,
pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBI
disertai dengan konsep diri positif akan lebih
memudahkan siswa belajar dan berinteraksi dengan
baik terhadap temannya sehingga kompetensi akan
tercapai sesuai standar yang ditentukan oleh sekolah.
Sedangkan pada siswa yang memiliki konsep diri
negatif akan terbantu dengan siswa yang memiliki
konsep diri positif untuk mencapai kompetensi pada
mata pelajaran elektronika dasar. Penggunaan model
pembelajaran DI pada siswa yang memiliki konsep diri
positif diduga akan mencapai kompetensi sesuai
standar. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki
konsep diri positif lebih semangat dan antusias
terhadap materi yang disampaikan oleh gurunya.
Sedangkan model pembelajaran DI yang diterapkan
pada siswa yang memiliki konsep diri negatif diduga
belum bisa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan
siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung
pesimis dan membutuhkan semangat dan dorongan
dari orang sekitarnya untuk meningkatkan antusiasme
pada materi yang disampaikan gurunya.
Dari segi kompetensi keterampilan (KI 4): pada
model pembelajaran PBI, siswa diberikan tes kinerja
berupa penyelesaian soal dengan menggunakan project
board dengan materi gerbang logika dasar. Pada
kompetensi ini, siswa dituntut aktif dalam kelompok
dan tidak malu untuk bertanya. Sama halnya dengan
kompetensi pengetahuan, siswa yang memiliki konsep
93

diri positif lebih menonjol dalam proses pembelajaran


karena siswa lebih optimis dan berani tampil untuk
menunjukkan hasil diskusi di depan kelas. Begitu pula,
pada model pembelajaran DI siswa yang memiliki
konsep diri positif akan lebih menonjol khususnya
dalam bertanya dan menanggapi tiap jawaban dari
teman yang lain. Namun pada model pembelajaran DI,
guru hanya bertugas untuk menyampaikan materi pada
siswanya tanpa adanya feedback dari siswa. Hal ini yang
memicu adanya ketidakseimbangan dalam proses
pembelajaran, dimana siswa tidak bisa aktif
mengutarakan pendapatnya karena guru yang menjadi
pusat dari proses pembelajaran model pembelajaran DI.

F. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan
kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
1. Ada perbedaan kompetensi sikap siswa pada mata
pelajaran elektronika dasar ditinjau dari model
pembelajaran DI dan PBI.
2. Ada perbedaan kompetensi pengetahuan siswa
pada mata pelajaran elektronika dasar ditinjau dari
model pembelajaran DI dan PBI.
3. Ada perbedaan kompetensi keterampilan siswa
pada mata pelajaran elektronika dasar ditinjau dari
model pembelajaran DI dan PBI.
4. Ada perbedaan kompetensi sikap siswa pada mata
pelajaran elektronika dasar ditinjau dari konsep
diri.
94

5. Ada perbedaan kompetensi pengetahuan siswa


pada mata pelajaran elektronika dasar ditinjau dari
konsep diri.
6. Ada perbedaan kompetensi keterampilan siswa
pada mata pelajaran elektronika dasar ditinjau dari
konsep diri.
7. Ada interaksi antara model pembelajaran dan
konsep diri terhadap kompetensi sikap siswa pada
mata pelajaran elektronika dasar.
8. Ada interaksi antara model pembelajaran dan
konsep diri terhadap kompetensi pengetahuan
siswa pada mata pelajaran elektronika dasar.
9. Ada interaksi antara model pembelajaran dan
konsep diri terhadap kompetensi keterampilan
siswa pada mata pelajaran elektronika dasar.

Anda mungkin juga menyukai