Anda di halaman 1dari 26

 

POKOK-POKOK AJARAN ISLAM

Makalah Disusun Untuk Memenuhi TugasMata KuliahPengantar Studi Islam

:Jakaria Umro, M.Pd.I


Dosen Pengampu :Jakaria

Disusun Oleh :

1.   Nisaul Magfiroh ( 201811001004


201811001004 )
2.  Fitriatul Nurfadilah ( 201811001018
201811001018 )
3.  So’ima Dewi Fitriya 
Fitriya  ( 201811001029
201811001029 )
4.  M. Asri Nur Affan ( 201811001041
201811001041 )

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PGRI PASURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


Oktober, 2018
 

KATA PENGANTAR  

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
 berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul 
judul  “Pokok -Pokok
-Pokok Ajaran Islam”.
Islam”.  
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi
tugas Mata KuliahPengantar Studi Islam di STIT PGRI Pasuruan.Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mengalami kendala,
namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, penulis
sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun kearah
 perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
 balasan dari Allah SWT.

Pasuruan, Oktober 2018

Penulis

ii
 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………….ii
…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….
Isi………………………………………………………………………….iii
iii
BAB I PENDAHULUA N…………………………………………………………1
 N…………………………………………………………1  
A.  Latar Belakang………………………………………………………..
Belakang………………………………………………………..1
1
B.  Rumusan Masalah…………………………………………………….
Masalah…………………………………………………….1
1
C.  Tujuan Masalah……………………………………………………….
Masalah……………………………………………………….2
2
BAB II PEMBAHASA N………………………………………………………….
 N………………………………………………………….3
3
A.  AKIDA
AKIDAH……………………………………………………………...
H……………………………………………………………...3
3
B.  SYARI’AH……………………………………………………………
SYARI’AH……………………………………………………………5
5
C.  AKHLA
AKHLAK……………………………………………………………..
K……………………………………………………………..6
6
BAB III PENUTUP………………………………………………………………22
PENUTUP………………………………………………………………22  
A.  Kesimpula
Kesimpulan………………………………………………………..…
n………………………………………………………..…22
22
B.  Sara
Saran…………………………………………………………………
n…………………………………………………………………22
22
DAFTAR PUSTAK A…………………………………………………...……….23 
A…………………………………………………...……….23 

iii
 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal,
aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa
dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka
dasar dari Agama Islam.
Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an
Al- Qur’an dan
 dan
as Sunnah
Su nnah telah banyak yang melenceng.Hal
melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan
 banyaknya bermunculan
b ermunculan aliran-aliran sesat atau yang sifatnya bid’ah.Selain
sifatnya  bid’ah.Selain itu,
 itu,
kasus-kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada saat sekarang ini
merupakan suatu cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini.Untuk
itulah, kita selaku umat Rasulullah SAW perlu mengetahui serta mempelajari
tentang Ilmu yang membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran
agama Islam tersebut agar kita tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang
 benar.
Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini kami membahas tentang ketiga
unsur
uns ur tersebu
ters ebutt yaitu
yait u Aqid
Aqidah
ah,, Syari’ah,
Syari’ah,   dan Akhlaq.Dengan mempelajari dan
mengambil esensi dari ketiga unsur ini, semoga Allah memberikan kita
 petunjuk agar selamat di dunia dan di akhirat.

B.  Rumusan masalah


1.  Apa pengertian akidah ? 
2.  Apa pengertian akhlak ? 
3.  Apa pengertian syari’ah ?  

1
 

C.  Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian aqidah
2.  Untuk mengetahui pengertian syari’ah
3.  Untuk mengetahui pengertian akhlak

2
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.  AKIDAH
Kata Akidah dalam bahasa arab adalah ‘aqidah, yang diambil dari kata
dasar ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan, ‘aqidatan, yang berarti simpul, ikatan,
 perjanjian. Setelah
S etelah berbentuk
b erbentuk menjadi ‘aqidah
aqidah,, maka ia bermakna keyakinan.
Dengan demikian, ‘aqidah
‘aqidah,, yang  berhubungan dengan kata ‘aqdan,
aqdan,   menjadi
 bermakna keyakinan yang kokoh di hati, bersifat mengikat dan mengandung
 perjanjian.1 
Dalam kamus bahasa Indonesia, akidah (‘aqidah
( ‘aqidah)) berarti yang
dipercayai hati. Kata akidah ini juga seakar dengan kata “al-
“ al-‘aqdu
‘aqdu”” yang
yang
memiliki arti sama dengan kata ar-rabth
ar-rabth (ikatan),
 (ikatan), al-ibram
al-ibram (pengesahan),
 (pengesahan), al-
ihkam   (penguatan), at-tawatstsuq
ihkam at-tawatstsuq   (menjadi kokoh, kuat), al-
al-syaddu
syaddu   bi
quwwah   (pengikatan dengan kuat), at-tamasuk   (pengokohan) dan al-itsbat  
quwwah
(penetapan). Dengan demikian, kata ‘aq
‘aqidah
idah,, dapat dimaknai sebagai
ketetapan hati yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan.2 
Secara harfiah,akidah artinya sesuatu yang mengikat atau
terikat.secara istilah, akidah islam adalah sistem kepercayaan dalam islam.
Mengapa disebut akidah ? karena kepercayaan itu mengikat penganutnya
dalam bersikap dan bertingkah laku.3 
Mahmud Syaltut, mantan Rektor al-Azhar Mesir, mendefinisikan
akidah sebagai suatu sistem kepercabutyaan dalam islam, diyakini sebelum
apapun dan sebelum melakukan apapun, tanpa ada keraguan sedikitpun dan
tanpa ada unsur yang mengganggu kebersihan keyakinannya itu. 4 

1
 H.Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam,
Islam , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011) hal. 57.
2
Ibid, hal 57-58.
3
Rasihon Anwar, dkk , Pengantar Sudi Islam, (BANDUNG:CV PUSTAKA SETIA,2009) hal.147.
4
H.Hammis Syafaq, dkk. Op.cit hal 59

3
 

Yusuf al-Qardlawi menguraikan beberapa prinsip akidah, diantaranya


adalah:

1.  Tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan.


2.  Mendatangkan ketentraman jiwa.
3.  Menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran. 5 

Uraian diatas senada dengan yang dikatakan oleh Muhammadal-


Ghazali, seorang ulama besar dari Mesir, bahwa apabila akidah telah tumbuh
 pada diri seseorang, maka tertanamlah dalam jiwanya ke
keyakinan
yakinan bahwa hanya
Allah SWT sajalah yang paling berkuasa.6Segala wujud yang ada ini hanya
makhluk belaka.Ia akan senantiasa berkomunikasi dengan penuh rasa
tanggung jawab dan waspada dalam segala urusan. Apabila ia bertindak atas
dasar kebenaran, maka ia dapat bekerja sama dengan mereka yang berperilaku
atas kebenaran pula. Jika ia melihat ada yang menyimpang dari kebenaran, ia
tetap mengambil jalan yang benar itu.

Ruang lingkup pembahasan akidah adalah :

1.   Illahiyat , yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


 berhubungan dengan Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, perbuatan
Allah SWT dan lain-lain.
2.   Nubuwat , yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
 berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan
tentang kitab-kitab
kitab-kitab Allah SWT, mu’jizat, dan lain sebagainya.
seba gainya.  
3.   Ruhaniyat , yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
 berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis,
Syaiton, Roh, dan lain sebagainya.
4.  Sam’iyyat , yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya
 bisa diketahui lewat dalil naqli
naqli   berupa AL-Quran dan sunnah,

5
 H.Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam,
Islam , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011) hal. 59
6
 Ibid, hal 59

4
 

seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat,


surga-neraka dan lainnya.7 

B.  SYARI’AH 

Syari’ah dalam konteks kajian hukum islam lebih menggambarkan


kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’ .
Maka dalam membahas Syari’ah diawali dengan membahas tasyri’. 
tasyri’.   Tasyri’  
adalah menciptakan dan menerapkan Syari’ah. Dalam kajian hukum islam,
tasyri’   sering didefinisikan sebagai penetapan norma-norma hukum untuk
menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun
dengan umat manusia lainnya.8 
Sebagai istilah keislaman, syari’at adalah dimensi hukum atau
 peraturan dari ajaran islam. Disebut syari’at karena aturan itu dimaksudkan
untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas perjalanan hidup manusia.
Lalu lintas perjalanan hidup manusia itu, ada yang bersifat vertikal dan ada
yang bersifat horizontal maka syari’at juga mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia.
Sesuai dengan objek penerapannya, maka para ulama membagi tasyri’  
ke dalam dua bentuk; 
bentuk;   tasyri’ samawi  wadl’i..9  Tasyri’ samawi
samawi  dan tasyri’ wadl’i
adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh Allah dan RasulNya
dalam al-Qur’an
al-Qur’an dan sunnah. Ketentuan-ketentuan
Ketentuan -ketentuan tersebut bersifat abadi dan
tidak berubah karena tidak ada yang kompeten untuk mengubahnya selain
Allah sendiri. Sedangkan tasyri’wadl’i adalah penentuan hukum yang
dilakukan para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hukum hasil kajian mereka ini
tidak memiliki sifat mutlak, tetapi bisa berubah-ubah karena merupakan hasil
kajian nalar para ulama yang tidak lepas dari salah karena di pengaruhi oleh

7
 Ibid, hal 60
8
 Muhammad Faruq Nabhan, al- -Islami  (Beirut:
 (Beirut: Dar al-Qalam, 1982),hal 11
Madkhal lli Tasyri’ al -Islami 
al-Madkhal
9
 H.Hammis Syafaq, dkk, op. cit, hal 61

5
 

 pengalaman keilmuan mereka serta kondisi lingkungan dan dinamika sosial


 budaya masyarakat di sekitarnya.
Sementara itu, kata syari’ah bermakna jalan tempat keluarnya 
keluarnya   air
untuk minum (murid al-ma’).
al-ma’). Dalam kajian hukum islam, syari’ah diartikan
sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia,
agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Aspek hukum yang masuk dalam kategori syari’ah itu mencakup
aturan tentang hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut dengan
‘ubudiyah,, dan mencakup aturan tentang antar manusia dengan manusia, yang
‘ubudiyah
disebut dengan mu’amalah/ijtima’iyah
mu’amalah/ijtima’iyah..

C.  AKHLAK
Akhlaksecara etimologis berarti budi pekerti, tingkah laku atau
tabiat.10  Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Muhammad al-
Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang
melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. 11  Tingkah laku itu dilakukan
secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik
atau hanya sewaktu-waktu saja. Maka seseorang dapat dikatakan berakhlak
 jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari dalam diri dan
dilakukan dengan banyak pertimbangan pemikiran, apalagi pertimbangan
yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk
 berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
 pencerminan dari akhlak.

10
Abu Hamid al-Ghazali, IIya’ Ulum al -Din (Beirut:
-Din (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Vol III, 98.
11
 H.Hammis Syafaq, dkk, op. cit, hal 65

6
 

Sementara itu, ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang


 perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang
harus dilakukan oleh manusia dan perbuatan buruk yang harus dihindari
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengertian di atas, maka terdapat empat hal yang menjadi
syarat apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak :
1.  Perbuatan yang baik.
2.  Kemampuan melakukan perbuatan.
3.  Kesadaran akan perbuatan itu.
4.  Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau
 buruk.
Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung
 pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.
Pembentukan perangai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari
dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan
yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang
dapat terbentuk.
Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik. Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Perangai sendiri
mengandung pengertian suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan
seseorang.12 
Budi pekerti, moral, etika, dan akhlak memiliki pengertian yang sangat
 berbeda. Budi pekerti pada
p ada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk
maj emuk
dari kata budi dan pekerti. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat
kesadaran. Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologis, kata budi ialah
sesuatu pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, didorong oleh

12
Ibid, hal. 66

7
 

 pemikiran atau rasio yang disebut dengan nama karakter. Sedangkan pekerti
ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati,
yang disebut behaviour . Jadi dari kedua kata tersebut budi pekerti dapat
diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada
karsa dan tingkah laku manusia. Penerapan budi pekerti tergantung pada
 pelaksanaanya. Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi
 pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti
didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio.
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores
mores,, yang berarti adat istiadat,
atau aturan umum yang menjadi dasar ukuran baik atau buruk perbuatan
seseorang. Maka, ukuran baik atau buruksuatu perbuatan dalam ukuran moral
itu bersifat lokal. Maka moral adalah tindakan manusia yang baik dan wajar
menurut aturan umum di mana manusia itu berada.
Etika, berasal dari kata 
kata   ethos,
ethos, yang berarti adat kebiasaan. Menurut
 beberapa pakar, etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tingkah laku serta prinsip-prinsip ajaran tentang tingkah laku yang benar. 13 
Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif dan
metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah
adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-
tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah
yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan
tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang
termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada
 bidang moralitas.

Etika dalam islam memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah;

1.  Mengajarkan kepada manusia tingkah laku yang baik.


2.  Mengajarkan kepada manusia bahwa sumber moral (ukuran baik
atau buruknya perbuatan) adalah ajaran Allah SWT.

13
 Ibid, hal (67-68)

8
 

3.  Bersifat universal dan komprehensif, yaitu dapat diterima oleh


seluruh manusia di segala tempat dan waktu.
4.  Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak
yang luhur.

Persamaan antara etika dan moral adalah sama-sama membicarakan


tentang tingkah laku manusia. Hanya saja etika lebih banayak didasarkan oleh
akal pikiran, sementara moral di dasarkan pada adat kebiasaan. Etika
memandang tingkah laku secara teoritis, sementara moral memandang tingkah
laku secara praktis. Akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar,
 penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah


ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.

Ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut;

1.  Akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT


Bentuknya adalah dengan menjalankan segala perintahnya dan
mejauhi segala laranganNya. Mencintai Allah SWT dan mensyukuri
segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mengakui
keagungan Allah SWT sehinnga memiliki rasa malu untuk berbuat
maksiat. Mengakui Rahmat Allah SWT dalam segala hal, sehingga
memiliki kemauan keras untuk berdoa kepadanNya dan mencari ridho
Allah SWT serta tidak memiliki sifat putus asa. Menerima segala
keputusan Allah SWT dengan sikap sabar, sehinnga tidak akan memiliki
 prasangka buruk kepada Allah SWT.
Beberapa hal di atas sangat penting bagi kehidupan manusia
karena hidup mnusia sangat ditentukan oleh Allah SWT. Jika manusia
ingin dapat hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat, maka ia
harus dapat menjalin hubungan baik dengan Allah SWT. Sebab, jika

9
 

Allah SWT murka, maka sengsaralah manusia yang mendapatkan


murkaNya.
2.  Akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia
Bentuknya adalah dengan saling menjalin sikap silatuhrahmi,
saling menghormati dan menghargai, saling tolong menolong, saling
menasihati. Tidak menyakiti orang lain, baik dalam bentuk perkataan,
 perbuatan maupun sikap. Tidak bersikap sombong di hadapan orang
lain. Mengedepankan sikap maaf jika terjadi perselisihan.
Hubungan baik antar sesama manusia menjadi penting karena
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia
adalah makhluk sosial, yang saling membutuhkan antara satu dengan
yang lainya. Manusia harus hidup bernasyarakat untuk dapat berjalan
harmonis, maka seseorang harus menjaga sikapnya dalam menjalin
hubungan dengan yang lainnya.
3.  Akhlak dalam berhubungan dengan alam  
Bentuknya adalah dengan menjaga kelestarian alam, karena alam
 jugamakhlukAllah SWT yang berhak hidup seperti manusia. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara menyadari bahwa diri manusia diciptakan
dari unsur alam, yaitu tanah. Dengan demikian, alam adalah bagian dari
diri manusia.
Alam harus dilindungi karena alam atau lingkungan hidup yang
ditempati manusia telah memberi banyak manfaat kepada manusia. Dan
mulai air, udara, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, sinar matahari,
semuanya menjadi bagian penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Tanpa mereka, manusia tidak dapat hidup. Manusia tidak dapat makan
tanpa ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia tidak dapat
 berpakaian tanpa ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia tidak
dapat membangun rumah tanpa ada bumi, air, api, bebatuan, pohon kayu
dan lain sebagainya. Manusia juga membutuhkan air bersih untuk
minum, memasak,mandi, dan mencuci pakaian. Manusia membutuhkn

10
 

udara bersih untuk bernfas. Manusia membutuhkan cahaya untuk


 penerangan. Artinya, alam lingkungan di sekitar kita ini dapat menjadi
sumber bahan pangan, sumber bahan pangan, sumber bahan bangunan,
sumber obat-obatan bagi kehidupan manusia.
Jika manusia tidak bersikap ramah kepada alam, maka alam akan
 bersikap tidak ramah pula kepada manusia. Jika alam tidak bersikap
ramah kepada manusia, yang merugi adalah manusia juga, karena
manusia tidak mampu melawan alam. Contoh yang sudah banyak terjadi
di indonesia adalah bagaimana manusia tidak mampu melawan
ganasnya tsunami, gempa bumi, banjir, semburan lumpur, hembusan
angin yang kencang, letusan gunung, derasnya curah hujan dan lain
sebagainya.
Semua bencana itu adalah dampak dari perilaku negatif manusia
terhadap alam. Itu artinya, akhlak yang baik dalam berhubungan dengan
alam akan menguntungkan manusia sendiri, sebaliknya akhlak yang
 buruk terhadap alam juga akan merugikan manusia sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah
 bahwa akhlak menjadi penting bagi kehidupan manusia, bahkan akhlak
menjadi bagian dari ukuran keimanan seseorang.Di antara induk dari
akhlak terpuji adalah;
a.  Qanaah
Qanaa’ah   berarti cukup. Dalam ajaran akhlak, qanaa’ah
Qanaa’ah qanaa’ah  
artinya merasa cukup dengan apa yang yang dimiliki dan menjauh
dari sikap tidak puas atau merasa kurang. 14 
Komponen qanaa’ah
qanaa’ah meliputi
 meliputi 5 (lima) hal, yaitu:
1)  Menerima dengan rela apa yang ada.
2)  Memohon kepada Allah SWT suatu tambahan rezeki
yang layak dan diiringi dengan ikhtiar.
3)  Menerima dengan sabar semua ketentuan Allah SWT.

14
 Ibid, hal 72

11
 

4)  Bertawakal kepada Allah SWT.


5)  Tidak tertarik dengan tipu dya duniawi.

Orang yang memiliki sikap qanaa’ah


qanaa’ah,, senantiasa mersa
tentram dan merasa berkecukupan terhada apa yang dimiliki,
karena ia merasa bahwa hakikatnya kekayaan ataupun kemiskinan
tidak di ukur dari banyak atau sedikitnya harta, akan tetapi terletak
kepada kelapangan hatinya untuk menerima dan mensyukuri
segala karunia yang diberikan oleh Allah SWT.

b.  Sabar
Sabar berarti menahan diri dalam menanggung suatu
 penderitaan, baik dalam menemukan suatu yang tidak diingini
maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disayangi.
Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa sabar adalah
suatu kondisi mental atau kesanggupan diri manusia dalam
mengendalikan nafsu.15Dalam islam, tingkat kesabaran dibagi
menjadi tingkatan;
1)  Kesabaran dalam menghadapi musibah (kesabaran terendah)
2)  Kesabaran dalam memtauhi perintah Allah SWT (kesabaran
 pertengahan)
3)  Kesabaran dalam menahan diri untuk tidak melakukan
maksiat (kesabaran tinggi).
Sabar menjadi bagian penting dalam membina akhlak
terpuji karena kesabaran yang dimiliki oleh seseorang, akan
menuntunnya ke arah perilaku yang terpuji. Jika diamati,
 pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki tingkat
kesabaran, ia akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji di jalanan.
Kebut-kebutan adalah bagian dari hilangnya sifat sabar dalam diri
seseorang. Kemacetan di jalan juga diakibatkan di antaranya oleh

15
 Ibid, hal 73

12
 

 pengendara yang tidak sabar, ingin selalu mendahului yang lain,


tidak pernah memberikan kesempatan kepada yang lain untuk
lewat.
c.  Istiqamah
 Istiqamah   dapat diartikan dengan berpegang teguh pada
 Istiqamah
 pendirian (konsisten). Dalam pengertian yang lebih luas,
istiqamah adalah
istiqamah adalah memiliki pendirian yang teguh dalam menyakini
suatu kebenaran, tidak merubah pendirian itu dalam kondisi
apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan
sendirian maupun berkelompok.16 
Sikap istiqamah
istiqamah   sangaat dibutuhkan dalam beragama,
karena sikap ini memberikan keteguhan hati sehinnga tidak
goncang ketika mengalami cobaan dan juga tidak lupa ingatan
ketika mendapat kesenangan. Orang yang istiqamah
istiqamah   dalam
 berpegang kepada kebenaran tentu akan terbentang baginya jalan,
 baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak.

“Sesungguhnya orang-orang
orang-orang yang berkata; Tuhan kami
adalah Allah SWT, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya,
maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
Janganlah kalian takut dan merasa sedih dan gembirakanlah
mereka dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian”.(
kalian”.( QS.
Fushilat:30 )
d.  Zuhd
 Zuhd  menurut
 menurut arti bahasa adalah kurang memiliki kemauan
terhadap sesuatu. Zuhd 
 Zuhd   dalam istilah agama adalah suatu pola
hidup yang menghindari dan meninggalkan keduniawian karena

16
 Ibid, hal 74

13
 

ibadah kepada Allah SWT, serta lebih mencintai kehidupan


akhirat.17 
Sikap  zuhd   dimaknai sebagai sikap menjauhi kemewahan
dan gemerlapnya dunia yang bersifat materi.
Dalam dunia tasawuf,  zuhd   lebih dimaknai sebagai sikap
kepatuhan seseorang terhadap perintah dan larangan Allah SWT
dengan cara menghindari kemewahan dunia dan mendekatkan diri
kepada-Nya.
 Zuhd merupakan sikap terpuji yang harus dilakukan supaya
seseorang dapat lebih meningkatkan kualitas ibadahnya.Meskipun
demikian,  zuhd   tidak tepat jika dimaknai sebagai perilaku yang
mengesampingkan kehidupan duniawi secara ekstrim. Sebab islam
 juga mengajarkan kepada umatnya tentang keutamaan tangan
diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Islam juga
mengajarkan bahwa umat islam yang kuat lebih baik daripada
mereka yang lemah. Dengan demikian,  zuhd   harus dipahami
sebagai sikap hidup sederhana yang menyeimbangkan kehidupan
duniawi dan kehidupan ukhrawi.Semua kehidupan duniawi yang
dilakukan, selalu berorientasi kepada kehidupan akhirat sehingga
semuanya tetap bernilai ibadah.
Muhammad al-Ghazali menyebutkan bahwa indikasi
seseorang bersikap zuhd 
bersikap zuhd  itu
 itu ada tiga:
1.)  Apabila seseorang merasa biasa-biasa saja dengan harta
yang melimpah, sehingga ia tidak merasa sedih ketika harta
itu diambil olrh Allah SWT.
2.)  Menganggap wajar segala status sosial, pangkat dan
kedudukan yang disandangnya, sehingga ketika semuanya
lepas, ia tidak merasa kaget.

17
 Ibid, hal 75

14
 

3.)  Semua yang dilakukan adalah untuk menunjukkan cintanya


kepada Allah SWT, sehingga semua yang dilakukan terasa
nikmat.18 
 Zuhd  memiliki
 memiliki tingkatan:
1.)  Tingkatan paling tinggi, yaitu meninggalkan sesuatu yang
 bersifat duniawi karena adanya keyakinan
ke yakinan bahwa kehidupan
duniawi tidak ada nilainya dibandingkan dengan kehidupan
ukhrawi.
2.)  Tingkatan sedang, yaitu meninggalkan kesenangan duiawi
karena memandang rendah dan hina terhadap seseorang
yang rakus akan harta dan kekayaan duniawi.
3.)  Tingkat paling rendah, yaitu meninggalkan kesenangan
duniawi akan tetapi sebenarnya masih ada keinginan
dihatinya untuk mendapatkan kesenangan itu.
Dengan demikian, sikap
sikap   zuhd   sangat positif dalam
kehidupan ini, terutama dalam kehidupan modern yang cenderung
hedonis, egois, materialistis dan penuh denga persaingan. Sikap
 zuhd  jika diterapkan dalam kehidupan bernegara, akan dapat
menghapus tradisi korupsi, korupsi, monopoli, rakus, tamak,
konsumtif, boros, manipulasi dan beberapa bentuk sikap negative
lainnya. Hal itu dikarenakan sikap  zuhd   dapat menyelamatkan
seseorang dari tipu daya kemewahan duniawi dan dapat
menjadikan seseorang menerima segala cobaan dengan sabar.
e.  Tasamuh
Tasamuh memiliki
Tasamuh memiliki arti toleransi, tenggang rasa atau saling
menghargai.Tasamuh adalah suatu sikap yang senantiasa saling
menghargai antar sesama manusia.19Sikap menghargai antar

18
Ibid, hal. 76
19
Ibid, hal. 77

15
 

sesama manusia ini diwujudkan dengan tidak membedakan warna


kulit, suku, ras, agam dan jabatan atau status sosial.
Sikap tasamuh
tasamuh   ini pernah diperlihatkan oleh Rasulullah
SAW ketika melihat iringan orang yang membawa jenazah dengan
cara berdiri untuk menunjukkan sikap hormat. Salah seorang yang
melihat sikap Rasulullah SAW itu kemudian berkomentar, ya
Rasulullah SAW, itu jenazah orang Yahudi. Rasulullah pun
menjawab, bukankah ia juga manusia (H.R. Bukhari).
Ajaran tasamuh
tasamuh juga
 juga didapatkan dalam firman Allah SWT
 pada surat al-Hujurat, ayat 13:

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan


kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami telah
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kalian saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling
mulia disisi Allah SWT adalah orang yang paling bertaqwa”. 
bertaqwa”. 
Dalam kaitan dengan tasamuh (toleransi), ada toleransi
antar sesama muslim danada toleransi antar muslim dan non
muslim. Toleransi sesama muslim adalah kewajiban yang harus
dilakukan sebagai wujud persaudaraan yang diikat oleh tali
 persaudaraan yang sama. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan
olrh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda “Tidak sempurna iman seseorang
diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana
mencintai dirinya sendiri.” 
sendiri.” 
Sementara toleransi antara muslim dan non muslim
dilakukan dengan cara menghargai mereka selama mereka juga

16
 

menghargai muslim, tidak menyerang, tidak menggusur atau


mengusir muslim dari kampong halamannya. Jika itu dilanggar,
maka hukum toleransi kepada mereka terhapuskan.
Jika sikap toleransi ini dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, maka akan terwujud kerukunan antar umat beragama,
kehidupan yang harmonis, pergaulan yang luas, tidak ekslusif, dan
dapat dihindari pertengkaran dan pertikaian karena semua
menyadari bahwa masing-masing manusia ini memiliki pemikiran
dan keinginan yang berlainan.
f.  Bersikap Ramah Terhadap Lingkungan
Bersikap ramah terhadap lingkungan dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
1)  Melakukan penghijauan, yaitu menanam kembali hutan atau
lahan yang telah gundul akibat penebangan. Penghijauan ini
menjadi penting karena untuk memulihkan kembali alam
yang sudah rusak.
2)  Melakukan penangkaran, yaitu perkembangbiakan terkontrol
hewan dan tanaman untuk beberapa hewan yang telah punah
dan tanaman yang sudah mulai langkah.
3)  Perlindungan alam, yaitu usaha-usaha untuk menjaga
kelestarian hewan, tumbuhan, tanah dan air. Tujuannya
adalah untuk mempertahankan ekosistem.
4)  Pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan
 pabrik, kantor, perumahan, pertokoan atau pasar dengan
mempertimbangkan pembuangan limbah, sanitasi, kesehatan
lingkungan atau melakukan analis mengenai dampak
lingkungan sebelum melakukan pembangunan.

Sementara induk dari akhlak tercela adalah sebagai berikut;

a.  Hasud, iri hati, dan dengki.

17
 

Hasud adalah sifat yang muncul dalam bentuk merasa tidak


senang ketika melihat keberhasilan orang lain.
Sifat hasud dapat merusak banyak hal, diantaranya adalah
tatanan yang sudah baik, merusak hukum dan merusak perasaan
 pelakunya, ia pun menjadi tersiksa oleh perasaannya.Orang yang
memiliki sifat hasud, didunia akan dikucilkan oleh masyarakatnya,
sementara kelak diakhirat ia akan mendapat azab dari Allah SWT.
Sesungguhnya, jika diamati, beberapa hal yang dapat
menyebabkan munculnya sifat hasud adalah:
1)  Adanya rasa permusuhan dan kebencian terhadap seseorang.
Orang yang merasa benci dengan orang lain, selalu berharap
agar orang lain mendapatka kecelakaan atau penderitaan.
2)  Tidak bersyukur, orang yang tidak bersyukur sulit menerima
melihat orang lain terlihat lebih senang daripada dirinya.
3)  Perasaan tinggi diri, orang yang merasa dirinya lebih
terhormat dan mulia dibandingkan orang lain, maka akan
mudah iri jika melihat ada orang lain yang lebih tinggi
derajatnya daripada dirinya.
4)  Kikir atau pelit, orang yang kikir itu selalu berpikir
 bagaimana hartanya bertambah. Ia berpikir bahwa membantu
orang lain hanya akan menghabiskan hartanya saja.
b.  Sombong
Sifat ini muncul jika seseorang menganggap dirinya paling
tinggi diantara orang lain, baik dari sis nasab (keturunan),
kekayaan, kecerdasan, kedudukan, kecantikan atau ketampanan
dan lain sebagainya.
Sombong itu ada dua macam; sombong lahir dan sombong
 batin. Sombong lahir adalah kesombongan yang dilakukan oleh
anggota badan dan terlihat oleh orang lain dengan jelas. Sementara

18
 

sombong batin adalah kesombongan yang dilakukan oleh jiwa


atau hati.
RasulullahSAW menjelaskan sombong dengan bahasa
sederhana, yaitu menolak kebenaran dan menghina orang lain.
c.  Tamak
Sikap tamak terjadi jika seseorang merasa tidak puas
dengan yang diterimanya. Jika mendapat rezeki sedikit, ia
meminta yang banyak. Jika menerima banyak, ia ingin menerima
lebih banyak lagi.
Tamak itu berarti merasa kurang, tidak pernah puas atau
merasa cukup dengan yang sudah diterimanya. Ingin mendapatkan
apa yang ada didunia ini. 20 
Seseorang yang memiliki sifat seperti ini akan diperbudak
oleh harta dan selalu berpikir bagaimana caranya agar hartanya
terus bertambah.
Maka, sifat tamak sangat berbahaya, termasuk dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dapar memunculkan
 perilaku yang menghalalkan
men ghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang
diinginkannya. Tamak dapat dicegah dengan beberapa cara:
1)  Meyakini bahwa rezeki itu sudah ditentukan oleh Allah
SWT, dan rezeki itu pasti datang tanpa harus berbuat tamak.
2)  Membiasakan hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan.
Walaupun harta melimpah, hendaklah tetap membatasi diri
dalam segala hal, termasuk berpakaian, makanan dan tempat
tinggal.
3)  Membiasakan sifat qana’ah, meyakini bahwa kebahagiaan
 bukan semata-mata karena harta, tetapi karena mensyukuri
nikmat Allah SWT.

20
 Ibid, hal 82

19
 

4)  Merenungi hidup orang fakir-miskin, betapa mereka


menderita dan hidup dalam kekurangan, tetapi mereka tetap
 bisa bertahan.
d.  Merusak lingkungan.
Beberapa aktivitas yang dapat merusak lingkungan
diantaranya adalah:
1.  Menebang hutan tanpa batas. Hal ini berdampak pada
hilangnya tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Akibatnya, banyak hewan yang menyerbu pemukiman
 penduduk untuk mendapatkan makanan. Hal yang lebih
 parah dapat terjadi adalah punahnya hewan atau tumbuhan.
Akibat lainnya adalah terjadi erosi, longsor, banjir, tanah
longsor dan kekurangan sumber air.
2.  Menimbun lahan basah, seperti rawa dan sawah untuk
dijadikan tempat pemukiman. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya ribuan makhluk hidup yang tadinya menghuni
rawa atau sawah tersebut. Akibat lainnya adalah
 berkurangnya daerah peresapan air, jumlah pohon dan lahan
 pertanian sehingga dapat menyebabkan berkurangnya lahan
 produksi pangan, masalah banjir dan kualitas hidup
 berkurang.
3.  Urbanisasi, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Hal ini dapat berdampak pada padatnya penduduk kota yang
mengakibatkan kualitas kota menurun, kota menjadi kumuh,
sampah bertumpukan, terjadi pencemaran limbah domestic
dan penurunan kesejahteraan. Kehidupan kaum urban dikota
 juga dapat menyebabkan terjadinya polusi, baik polusi
udara, polusi air, polusi tanah maupun polusi suara.
4.  Pembuangan limbah, dengan menyemprotkan atau
membuang beberapa zat kimia tidak pada tempatnya, baik

20

Anda mungkin juga menyukai