Anda di halaman 1dari 7

Kampus Lidah Wetan

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Telepon: +6231.8190000

UPT MATA KULIAH WAJIB UMUM Gedung PPPG

Mata kuliah : Pendidikan Agama Katolik


Dosen : Dr. Budinuryanta Yohanes,
M.Pd.

A. Sistematika dan Isi Makalah

Bagian Uraian/Isi Skor


Judul 5 s.d. 9 kata sesuai dengan isi makalah Anda. 5
Nama dan NIM Hanya awal unsur nama yang dikapitalkan -
Pendahuluan Mengantar atau mengintroduksikan isi makalah 10
sesuai dengan judul yang berisi (1)alasan
perumusan/pemilihan judul, dan (2)rumusan
masalah yang akan dibahas dalam inti makalah.
(2 paragraf).
Pembahasan Mengaji secara relektif kritis maasalah yag 70
diajukan dalam pendahuluan dengan inti
pembahasan:
(1)pertanyaan 1, (15)
(2)pertanyaan 2, (20)
(3)pertanyaan 3, dan (15)
(4)pembandingan (20)
(15-20 paragraf)
Simpulan Rumusan akhir bahasan reflektif kritis (1 10
paragraf)
Daftar Acuan Sesuai dengan yang digunakan dalam makalah. 5
Total 100

B. Ketentuan Teknis

1 Format A4
2 Margin 4, 4, 3, 3 cm
3 Font/huruf Calibri 12
4 Spasi Tunggal/single
5 Paragraf Justify (rata kiri kanan)

Tuhan memberkati. Selamat mengerjakan!

TEMPLATE MAKALAH

Ketika Katolik Berpolitik

Andreas Eka Yuono


Sutron/email: andreaseka.22002@mhs.unesa.ac.id
D4 Teknik Listrik
22120104040

Pendahuluan

Negara Indonesia ini dikenal sebagai sebuah negara demokratis yang


mana seluruh rakyatnya memiliki kebebasan untuk menyampaikan
pendapat. Berbagai masalah di Indonesia sering diselesaikan dengan cara
demokrasi yaitu dengan menggunakan suara terbanyak dalam pengambilan
keputusan. Dalam pemilihan sebuah pemimpin negara, Indonesia sendiri
memiliki sebuah cara yang disebut dengan pemilu. Pemilu merupakan
singkatan dari pemilihan umum. Sudah lebih dari puluhan sejak Indonesia
mengadakan sebuah pemilu yang diikuti oleh seluruh warga negara
Indonesia yang sudah berusia 17 tahun keatas. Sudah merupakan kewajiban
kita sebagai rakyat Indoesia untuk menggunakan hak bersuara kita dalam
berbagai kegiatan politik.
Politik adalah kegiatann yang dilaksanakan untuk menciptakan,
mempertahankan, dan memperbaiki tata aturan dalam masyarakat demi
kebaikan bersama. Oleh karena itu gereja katolik sendiri memandang
kegiatan politik sebagai salah satu bentuk pelayanan. Keterlibatan umat
katolik dalam kegiatan berpolitik diperlukan sebagai sebuah bentuk
kesadaran akan politik sebagai bentuk pelayanan dan perwujudan kasih dari
Allah. Sebagai seorang katolik apa yang dapat kita lakukan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik?

1. Katolik wajib bersuara


Saya sebagai warga negara Indonesia yang telah berhak dalam
mengikuti pesta pemilu belum pernah sama sekali mencoblos. Bukan
karena saya malas atau ingin golput tetapi memang ktp saya bukan
berdomisili tempat saya tinggal saat ini.
Selain itu saya juga ingin mempelajari dahulu bagaimana politik di
Indonesia ini. Tidak sembarang piih itu juga penting,karena masa depan
bangsa ini ada di tangan rakyat. Sampai saat ini saya masih senang
mengamati tokoh tokoh politik, siapa yang benar benar tulus kerja untuk
rakyat.
Di Sidoarjo saja sendiri menurut saya masih susah menemukan
pemimpin yang pro akan kegiatan Gereja, Pembangunan Gereja dan
segala bentuk izin kegiatan kesejahteraan warga umat Kristen dan Katolik.

2. Umat katolik aktif berpolitik

Gereja adalah persekutuan (Comunio) umat  beriman. Istilah – istilah


tersebut mau menjukan  bahwa Gereja pertama-tama adalah keseluruhan
umat yang sama martabatnya. Di dalam Gereja juga terdapat golongon-
golongan dengan fungsi berbeda-beda. Golongon-golongan tersebut yakni 
Kaum Hierarki dan Kaum  Awam. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa
Kaum Hierarki melaui Penthabisan mendapat anugerah/rahmat dari Tuhan/
Allah ‘’Kuasa Suci” (LG 10.19.27.28). 
Tugas Pokok para Kaum Hierarki ialah “menguduskan” dan itu memuncak
dalam perayaan Ekaristi. Kaum Awam sendiri ialah warga Gereja yang tidak
ditabiskan dalam arti ini  termasuk biarawan/biarawati (LG 43). Kaum awam
adalah orang-orang yang karena pembaptisannya, menjadi anggota Tubuh
Kristus di jadikan Umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian
dalam tiga tugas Kristus yakni menjadi Imam, Nabi, Raja. Oleh karena itu
sesuai dengan perannya mereka menjalankan perutusaanya ke seluruh
umat Kristen dalam Gereja dan dunia. Tugas  perutusan itu mencakup
semua aspek kehidupan terutama mewartakan kabar Gembira dan kebaikan
bersama (Bonum Comune)  kepada setiap orang tanpa membedakan latar
belakang suku, agama, ras dan warna kulit.

Politik berasal dari bahasa Yunani yakni policy-polis. Pada zaman


Yunani klasik disebut dengan negara kota. Berpijak pada konsep
Plato (347SM) yang menuliskan  buku tentang Negara Ideal (Politeia) dan
Aristoteles (322SM) bukunya tentang ketatanegaraan Politikum (Kopong
Tuan,2009:19) Dengan melihat  pengertian di atas, Politik berarti seni
menata dan mengatur kota atau negara yang mencakupi  segala tugas
kenegaraan  dengan penuh kebijaksanaan terhadap masyarakat. Dari
pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa kata politik sama sekali
tidak memiliki hubungan yang mendasar dengan partai politik mupun
pemilu.
Fokus perhatian Politik yang pertama dan utama ialah segi
penataan kota atau negara, masyarakat dengan penuh kebijaksanaan.
Maka sebagai Gereja baik yang tertabis (Paus, Uskup, Imam dan Diakon)
dan kaum awam baik biarawan/wati maupun awam memilki kewajiban
moral untuk terlibat secara aktif sesuai dengan kadar kemampuannya dan
fungsi kedudukannya masing-masing. Inilah seni keterlibatan dalam
upaya penataan kota, penataan masyarakat  karena masing-masing pihak
ikut telibat dan memberi kontribusi untuk membangun waja negara.

A .Peran Kaum Hierarki Dalam Politik


Hierarki Gereja Katolik Indonesia sebagai bagian dari Gereja
Katolik Universal sejauh ini tidak punya kaitan langsung dengan urusan
politik praktis atau dengan kata lain dilarang untuk terlibat dalam urusan
politik praktis (Kanon.285).  Politik Praktis dalam konteks Indonesia  ialah
menjadi anggota partai Politik, menjadi calon anggota legistlatif, eksekutif
dan yudikatif. Konfrensi wali Gereja (KWI) tahun (2008) membuat
pernyataan bahwa demi menjaga obyektivitas dan netralitas pelayanan
Gerejawi maka pimpinan Gereja tidak dapat merangkap sebagai pengurus
partai Politik. Larangan ini dibuat atas pertimbangan bahwa para Uskup,
Imam, Diakon bahkan kaum religius merupakan simbol dan kekuatan
yang mempersatukan komunitas umat beriman.
B. Peran Kaum Awam Dalam Politik
Secara teologis kaum Awam adalah warga Gereja yang tidak di
tabiskan, biarawan / biarawati juga termasuk kaum awam (Kanon, 207).
Sementara dalam arti Tipologis awam adalah warga Gereja yang tidak di
tabiskan dan juga bukan biarawan (Bdk, LG 1). Perbedaan kaum Hierarki
dan kaum awam terletak pada fungsi dan jabatan. Sementara perbedaan
biarawan biarawti terletak pada “Corak hidup”, hidup membiara tidak
tidak ditentukan oleh fungsi atau pekerjaan, tetapi lebih pada corak hidup
secara khusus kehidupan yang di dalamnya berkaitan dengan kaul-kaul
atau ikatan suci yang mewajibakan diri untuk hidup menurut nasehat Injili
“Ketaatan, kemurnian dan kemiskinan”(LG 44).  Bagi kaum awam yang
dimengerti secara tipologis Jati diri awam yang khas adalah
keterlibatannya dalam urusan duniawi (LG 1, GS 4). Dengan mengacu
pada cirinya yang khas itu awam mencari kerajaan Allah dengan  terlibat
dalam hal-hal duniawi dan terpanggil untuk mengaturnya sesuai dengan
kehendak Allah
C. Berpolitik Demi Terciptanya “Bonum Commune”
Prinsip dasar keterlibatan kaum awam dalam politik di tanah air
yakni tertera di dalam  (GS 74). Para warga masyarakat baik secara
bersama-sama maupun secara perorangan untuk ikut berpartisipasi
secara aktif dalam kehidupan pemerintahan masyarakat dan negara. 
Partisipasi ini bertujuan agar mereka dapat bertangungjawab terhadap
Politik negara dan masyarakat. Dengan melibatkan diri dalam dunia
politik kaum awam Katolik, mampu briteraksi dengan sesama warga
negara, serta terbuka berbagai peluang untuk mengembangkan diri
secara penuh sebagai manusia sosial. itulah sebabnya mengapa polis bagi
masyarakat Yunani juga di sebut “an agonistic Political space’’ ruang di
mana setiap individu berlomba-lomba  mengungkapkan diri menunjukan
kemampuannya. Dalam arti ini partisipasi kaum awam dalam dinamika
politik di tanah air begitu penting karena menjadi media pengungkapan
ekspresi diri dan menjadi medan memperjuangkan nilai-nilai yang ideal
yang penting bagi kemanusiaan.

3. Dasar Biblis
a. Lukas 20:25 “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu
berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”
b. 1 Petrus 2:13 “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga
manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang
tertinggi.”
c. Kisah Para Rasul 25:11 “Jadi, jika aku benar-benar bersalah dan
berbuat sesuatu kejahatan yang setimpal dengan hukuman mati, aku
rela mati, tetapi, jika apa yang mereka tuduhkan itu terhadap aku
ternyata tidak benar, tidak ada seorangpun yang berhak
menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik
banding kepada Kaisar!”
d. Yohanes 19:12″Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak: “Jikalau engkau membebaskan
Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap
dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.”

4. Perlukah ada partai Katolik?


Menurut saya pertai Katolik tidak diperlukan karena akan
malah menambah golongan tertentu dan menimbulkan banyak
konflik karena yang kita tau Indonesia ini bukan mayoritas yang
beragama katolik . Cukup menjadi warga Katolik dan warga negara
Indonesia yang baik dengan gabung ke partai yang sudah ada atau
mendukung partai yang sudah ada. Hal yang bisa dilakukan selain
mendirikan partai Katolik,kita bisab melakukan mendukung penuh
partai partai yang sudah ada

Simpulan
Umat katolik perlu menyadari penggilan kita sendiri dalam kegiatan
politik. Bukan hanya aktif dalam partisipasi pemilu namun kita dapat
langsung terjun dalam dunia politik sebagai sebuah perwujudan dari kasih
Allah dalam bentuk pelayanan masyarakat. Diatas itu diperlukan berbagai
pengetahuan akan politik yang baik dan bersih. Karena sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya bahwa kegiatan politik menentukan nasib
banyak orang demi mewujudkan kesejahteraan dan kebaikan bersama. Oleh
karena itu sebagai seorang katolik kita harus memahami peran apa yang kita
miliki dengan Kristus sebagai pembimbing jalan kita.

Pustaka Acuan
GEREJA KATOLIK Berpolitik Demi
Terciptanya “Bonum Commune”
https://monitorpapua.com/gereja-katolik-berpolitik-demi-terciptanya-
bonum-commune/
Dr. Budinuryanta Yohanes

Untuk memotivasi mahasiswa belajar dalam mata kuliah yang saya ampu,
tidak jarang pada pertemuan pertama perkuliahan saya mengatakan
ungkapan: hidup dalam ilmu, dan ilmu dalam hidup, In vita scientiae et in
vivet scientia. Ilmuwan, sebutan untuk orang yang ahli ilmu, sejatinya juga
ahli hidup. Hidup yang kadang dihiperboliskan dengan pemecahan masalah,
seolah tiada hidup tanpa masalah, di hadapan ilmuwan masalah-masalah itu
dengan mudah ditemukan jalan pemecahannya. Memang, sudah pada
tempatnyalah jika seseorang itu ilmunya semakin tinggi, derajat ke-
ilmuwan-annya makin melangit, maka semakin tinggi juga derajat ke-ahli-
hidup-annya.

Anda mungkin juga menyukai