Anda di halaman 1dari 55

BIMBINGAN DAN KONSELING

“ PENDIDIKAN KARAKTER, INTELEKTUAL DAN PSIKOLOGIS “

3A

BIMBINGAN KONSELING ii
BIMBINGAN DAN KONSELING

“ PENDIDIKAN KARAKTER, INTELEKTUAL DAN PSIKOLOGIS “

Penulis:

Editor:

Design cover:

Layout:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

BIMBINGAN KONSELING iii


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang
senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Bimbingan dan konseling. Sesuai dari rekomendasi buku-buku yang sudah kami baca.

Pembahasan modul ini dimulai dengan pengertian bimbingan dan konseling,


menjelaskan strategi bimbingan dan konseling, menjelaskan landasan bimbingan dan
konseling, menjelaskan perkembangan bimbingan dan konseling, menjelaskan dasar, prinsip
pendekatan bimbingan dan konseling, menjelaskan orientasi dan ruang lingkup kerja
bimbingan dan konseling, dan menjelaskan pembelajaran pembentukan dalam upaya karakter
mahasiswa.

Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai dengan soal-soal yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan. Penyusun menyadari bahwa
di dalam pembuatan modul masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun sangat membuka
saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan modul ini memberikan manfaat.

Tanggerang, 10 Januari 2023

BIMBINGAN KONSELING iv
DAFTAR ISI

SAMPUL MODUL ………………………………………………………….....i

KATAPENGANTAR ……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..…v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..……1

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling ………………………………..….1


B. Istilah Penyuluhan dan Konseling …………………………………..…...1
C. Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling ………………..…..4
RANGKUMAN ………………………………………..……...……………5
UJI KOMPETENSI …………………………..……………………………6
BAB II STRATEGI BIMBINGSN DAN KONSELING ……………..……..6
A. Konseling Individual …………………………………………………….7
B. Konsultasi …………………………………………………………..……7
C. Bimbingan Kelompok ………………………………………...…….……
8
RANGKUMAN ………………………………...…………………………..8
UJI KOMPETENSI …………………………………………..………...….8
BAB III LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING ……………..…..9
A. Landasan Filosofis ……………………………………………….……..11
B. Landasan Religius ………………………………………………………
11
RANGKUMAN ………………………………………………………..….12
UJI KOMPETENSI ………………………………………………………12
BAB IV PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ………..13
A. Sejarah Bimbingan dan Konseling ……………………………………..13

BIMBINGAN KONSELING v
B. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia ………………..15
RANGKUMAN …………………………………………………..……….19
UJI KOMPETENSI ………………………………………………………20
BAB V DASAR, PRINSIP, PENDEKATAN BIMBINGAN DAN
KONSELING …………………………………………………………….…..20
A. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ………………………………..…21
B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ……………………………..24
C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling …………………………………..27
D. Pendekatan –pendekatan Bimbingan dan Konseling ………………..
….28
RANGKUMAN …………………………………...………………………30
UJI KOMPETENSI ………………………………………...…………….30
BAB VI ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP KERJA BIMBINGAN
DAN KONSELING …………………………………………….…………….31
A. Orientasi Bimbingsn dan Konseling ……………………………………31
RANGKUMAN …………………..……………………………………….40
UJI KOMPETENSI ……………………………...……………………….40
BAB VII PEMBELAJARAN PEMBENTUKAN DALAM UPAYA
KARAKTER MAHASISWA ……………………………………………….41
A. Proses Pendidikan Karakter ………………………..…………………..41
B. Kondisi Pendukung Pendidikan Bermartabat …………………………41
RANGKUMAN ……………………………...……………………………45
UJI KOMPETENSI …………………………………………...………….45
DAFTAR PUSTAKA ………………………………...………………………47

BIMBINGAN KONSELING vi
BAB I
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. PengertianBimbingan dan Konseling


Pengertianbahwapelayananbimbingan dan konselingdilaksanakandarimanusia,
untukmanusia, dan oleh manusia. Dari manusia,
artinyapelayananitudiselenggarakanberdasarkanhakikatkeberadaanmanusiadengansegenapdi
mensikemanusiaannya. Untukmanusia, dimaksudkanbahwapelayanantersebutdiselenggarakan
demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan
positifbagikehidupankemanusiaanmenujumanusiaseutuhnya,
baikmanusiasebagaiindividumaupunkelompok. Oleh
manusiamengandungpengertianpenyelenggarakegiatanituadalahmanusiadengansegenapderaja
t, martabatdan keunikan masing-masing yang terlibat di dalamnya. Proses bimbingandan
konselingsepertiitumelibatkanmanusia dan kemanusiaannyasebagaitotalitas, yang
menyangkutsegenappotensi-potensi dan kecenderungan-kecenderungannya,
perkembangannya, dinamikakehidupannya, per-masalahan-permasalahannya, dan
interaksidinamisantaraberbagaiunsuryang adaitu.
Dalamkehidupansehari-hari, seiringdenganpenyelenggaraanpendidikan pada
umumnya, dan dalamhubungansalingpengaruhantaraorang yang satudengan yang lainnya,
peristiwabimbingansetiap kali dapatterjadi. Orang tuamembimbinganak-anaknya; guru
membimbing murid-muridnya, baikmelaluikegiatanpengajaranmaupun non pengajaran;
parapemimpinmembimbingwarga yang
dipimpinnyamelaluiberbagaikegiatan,misalnyaberupapidato, santiaji, rapat, diskusi, dan
instruksi. Prosesbimbingandapat pula terjadimelalui media cetak (buku, suratkabar,majalah,
dan lain-lain), dan media elektronika (radio, televisi, film, video,tele komperensi, tele diskusi,
dan lain-lain). Semuaperistiwabimbinganterlaksanasepertiitudapatdisebutsebagaibimbingan
informal yangbentuk, isi dan tujuan, sertaaspek-
aspekpenyelenggaraantidakterumuskansecaranyata.Sesuaidengantingkatperkembanganbuday
amanusia, muncullahkemudianupaya-upayabimbingan yang
selanjutnyadisebutbimbinganformal. Bentuk, isi dan tujuan, sertaaspek-
aspekpenyelenggaraanbimbingan (dan konseling) formal itumempunyairumusan yang nyata.

B. Istilah Penyuluhan dan Konseling

BIMBINGAN KONSELING 1
Istilah konseling dalam buku ini digunakan untuk menggantikan
istilahpenyuluhanyang selama ini menyertai kata bimbingan, yaitu kesatuanistilah
"bimbingan dan penyuluhan"
Masyarakat umum telah mengenal istilah bimbingan dan penyuluhansebagai
terjemahan dari istilah asing "Guidance and Counseling". Dengandemikian yang dimaksud
dengan "penyuluhan" di sini adalah sesuatu yangsama artinya dengan konseling. Istilah mana
yang dipakai, penyuluhan ataukonseling, memang masih menjadi bahan ketidaksesuaian di
antara berbagaipihak, baik mereka yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dalamprofesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Istilah mana yang sebaiknyadipakai,
penyuluhan atau konseling? Apabila profesi bimbingan dankonseling akan ditegakkan secara
kukuh, maka kesatuan istilah yang dipakaisemua pihak yang bergerak dalam profesi tersebut,
harus dimantapkan.Apabila profesi bimbingan dan konseling hendak ditawarkan secara
jelaskepada masyarakat luas, maka satu istilah untuk satu pengertian yang amatpokok harus
dipakai, sehingga masyarakat tidak menjadi ragu maupunmenjadi salah paham. Istilah
penyuluhan memang secara historis telahdipakai sejak tahun 1960-an, yaitu tahun-tahun awal
dimulainya gerakanbimbingan di Indonesia. Istilah ini dipakai terus sampai sekarang.
Sejak tahun 1960-an istilah bimbingan dan penyuluhan sepertitelah memasyarakat,
khusus di kalangan persekolahan. Namun sejak awaltahun 1970-an muncul pernakaian istilah
"penyuluhan" yang sama sckali diluar pengertian konseling sebagaimana dimaksudkan
semula (Prayitno,1987). "Penyuluhan" dalam pengertiannya yang kemudian itu
lebihmengarah pada usaha-usaha suatu badan, baik pemerintah maupun swastauntuk
meningkatkan kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan wargamasyarakat berkenaan
dengan hal tertentu. Misalnya "Penyuluhan Pertanian"bermaksud meningkatkan kesadaran,
pernahaman, sikap dan keterampilanwarga masyarakat, khususnya petani, berkenaan dengan
aspek pertaniantertentu, seperti cara-cara bertanam, pemilihan bibit, penggunaan
pupuk,pemberantasan hama dan sebagainya. Demikian berbagai usaha"penyuluhan" muncul,
antara Penyuluhan Gizi, Penyuluhan KeluargaBerencana, Penyuluhan Hukum, Penyuluhan
Kesehatan. Tidak disangsikanbahwa di masa mendatang berbagai penyuluhan yang lain akan
diperkenalkan dan dilancarkan di tengah-tengah masyarakat.
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti "konseling" dan penyuluhandalam arti
"pembinaan masyarakat" seolah-olah berlomba dan salingmempertahankan keberadaan
masing-masing. Dalam "perlombaan" ini dapatdimengerti bahwa penyuluhan dalam arti yang
kedua lebih memperolehpasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan terkungkung
dalamlingkungannya sendiri, khususnya lingkungan sekolah. Yang lebihmemprihatinkan lagi
BIMBINGAN KONSELING 2
ialah penyuluhan dalam arti konseling itu ternyatasteril, kurang mampu memantapkan diri
sendiri maupun pelayanannyakepada masyarakat. Dalam keadaan seperti ini dikhawatirkan
pengertianpenyuluhan dalam arti konseling makin luntur atau mungkin tidak dikenaldi satu
pihak, dan di pihak lain penggunaan penyuluhan dalam arti yanglainnya makin meluas dan
sama sekali tidak dapat dibendung.Akibat yang lebih jauh ialah masyarakat akan
menyamaratakan sajapengertian penyuluhan untuk konseling dan penyuluhan untuk arti
yanglain itu. Tidak perlu diherankan apabila masyarakat akan menganggap bahwatugas guru
BP (Bimbingan dan Penyuluhan) di sekolah adalah sama sepertitugas para penyuluh
pertanian, penyuluh kesehatan dan sebagainya.
Padahal, pekerjaan konseling dan pekerjaan penyuluhan pertanian dansebagainya itu
sangat berbeda. Persamaannya memang ada, tetapiperbedaannya lebih menonjol dan
substansial daripada persamaannya itu.Adalah semacam kemustahilan apabila ada orang yang
mengharapkan agarmasyarakat dididik supaya mereka memahami perbedaan antara
penyuluhandalam "bimbingan dan penyuluhan" dan penyuluhan dalam arti yang
lain,misalnyá penyuluhan pertanian, yang satu artinya konseling sedang lainpembinaan.Sejak
tahun 1980-an, gerakan bimbingan mulai digalakkan denganpenggunaan istilah konseling.
Para pemakai istilah ini sengaja memakaryauntuk benar-benar menampilkan pelayanan yang
sebenarnya dari usahaYang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pemakaian istilah konseling
jugadimaksudkan untuk menggantikan istilah penyuluhan yang ternyata sudahdipakai secara
lebih melvas untuk pengertian yang lebih bersilat non-kohseling. Digalakkannya penggunaan
istilah konseling itu menimbulkankemacam dua "aliran" dalam gerakan bimbingan di tanah
air, yang pertamaingin tetap mempertahankan istilah bimbingan dan penyuluhan, sedangkan
yang lain berkchendak memakal istial imbingan dan konseling. Keinginanyang pertama
bertumpu pada alasan Kesejahteraan dan kemurnian istilanyang khas Indonesia, di samping
itu mereka terpaksa menginginkan suatusedangkan kehendak yang lain mengacu pada
ketetapan makna konseling di satu segi, dan di segi lain mengingat sudah dipakainyasedara
meluas istilah penyuluhan untuk kegiatan non-konseling dimasyarakat. Alasan lain yang
kiranya mendasari kehendak mereka yanglebih menyukai istilah konseling ialah istilah itu
tampak lebih modern.
Bukankah banyak di antara jabatan atau pekerjaan yang bergengsi memakainama ásli
dari luar negeri, seperti, psikiater, insinyur, manajer? Dalam halini, tampaknya akan lebih
menarik dan bergengsi pula memakai namakonselor sekolah atau konselor pendidikan
daripada petugas BP atau GuruBP. Tidak disangsikan bahwa kedudukan seorang konselor,
berdasarkankualifikasi pendidikan mereka sama derajatnya dengan psikolog, psikiater,
BIMBINGAN KONSELING 3
atau dokter.Masih dalam rangka ketidaksepakatan dalam penggunaan istilah"penyuluhan"
atau "konseling", ada sejumlah orang yang berusaha mencarijalan tengah. Dengan mencari
istilah baru yang bersifat asli Indonesia.Sayangnya, istilah baru ini, kalau memang ada, belum
ditampilkan secaraluas dan memasyarakat. Jalan tengah yang kedua ialah dengan
membagidua tingkat pelayanan bimbingan. Untuk tingkat sekolah dasar dan
menengahdipakai istilah bimbingan dan penyuluhan, dan untuk perguruan tinggidipakai
istilah bimbingan dan konseling. Jalan tengah kedua ini tidak tepat.Perlama, karena
pelayanan bimbingan untuk siswa-siswa sekolah dasar/menengah dan mahasiswa pada
dasarnya tidak berbeda. Pengertian, prinsup,asas dan aspek-aspek penyelenggaraannya pada
dasarnya sama, yangberbeda hanyalah penyesuaian terhadap mereka yang dilayani.
Pelayananterhadap anak-anak, remaja, pemuda dan juga orang dewasa harusdisesuaikan
dengan keadaan pribadi dan lingkungan orang yang dilayaniitu. Penyesuaian pelayanan ini
sudah dengan sendirinya merupakan salahsatu variasi dalam praktek bimbingan, dan
konseling harus diantisipasimelalui variasi kompetensi seorang konselor. Kedua, jika untuk
siswa,Siswa sekolah dasar dan sekolah menengah dipakai istilah "penyuluhan"dan untuk
mahasiswa dipakai istilah "konseling", istilah apa yangdipergunakan untuk masyarakat umum
atau mereka yang berada di luarlingkungan sekolah? Untuk ini tidak ada jawaban yang dapat
diberikan. Berdasarkan uraian singkat tersebut, demi kemantapan profesi
yangdidambakan oleh semua, kiranya perlu dipakai satu istilah. Istilah yangdimaksud di sini
ialah konseling. Kalau ada istilah asli Indonesia yangbelum pernah dipakai untuk pengertian-
pengertian non-konseling, sebenamyaakan baik juga. Istilah baru ini, kalau memang ada,
tentulah harus dikajiterlebih dahulu ketepatannya.

C. Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling

Di negara-negara yang bimbingan dan konselingnya telah maju,terutama Amerika


Serikat, perkembangan gerakan tentang bimbingan dankonseling yang memberikan makna
berbeda terus berlangsung. Miller (1961)meringkaskan perkembangan bimbingan dan
konseling ke dalam limaperiode. Pada awal perkembangan gerakan bimbingan yang
diprakarsai olehFrank Parson, pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan.Pada
tahap awal ini, yang umumnya disebut sebagai periode Parsonian.bimbingan dilihat sebagai
usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentangindividu dan tentang jabatan; kedua jenis
keterangan itu kemudian dipasang dicocokkan yang pada akhimya menentukan jabatan apa
yang palingcocok untuk individu yang dimaksudkan. Pada periode kedua, gerakanbimbingan
BIMBINGAN KONSELING 4
lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Dalam tahapan inibimbingan dirumuskan
sebagai suatu totalitas pelayanan yang secarakeseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam
upaya pendidikan. Pada keduaperiode ini, rumusan tentang konseling belum dimunculkan.
Pada periode ketiga, pelayanan
untuk penyelesaian diri mendapatperhatian utama. Pada periode ini disadari benar bahwa
pelay anan bimbingantidak hanya disangkutpautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja,
tidakpula hanya mencocokkan individu untuk jabatan-jabatan tertentu saja,melainkan juga
bagi peningkatan kehidupan mental. Dalam kaitan itu, padakeselurahan upaya bimbingan
ditekankan adanya upaya untuk membantupenyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri,
lingkungan, danmasyarakat. Pada periode inilah rumusan tentang konseling
dimunculkan.Para ahli bimbingan pada periode ketiga menyadari bahwa apa yang
merekalakukan "bukan hanya sekadar menyediakan bimbingan atau memberikanlatihan;
mereka membantu individu memecahkan masalah-masalah dalamkehidupan individu itu yang
kadang-kadang amat pelik dan mendasar"(Belkin, 1975). Rumusan konseling yang muncul
pada periode ketiga itusecara nyata memperlihatkan bahwa konseling merupakan salah satu
bentukpelayanan bimbingan di antara sejumlah pelayanan lainnya, sepertiterbatas pada
lingkungan sekolah saja, melainkan meluas sampai meliputipekerjaan dengan sasaran
keseluruhan kehidupan kemanusiaan di masyarakatluas. Dengan demikian, profesi konseling
memiliki kekuatan yang lebihbesar untuk menghadapi hari esok.

RANGKUMAN
 Pengertianbahwapelayananbimbingan dan konselingdilaksanakandarimanusia,
untukmanusia, dan oleh manusia.
 Istilahkonselingdalambukuinidigunakanuntukmenggantikanistilahpenyuluhan
yang selamainimenyertai kata bimbingan, yaitukesatuanistilah "bimbingan dan
penyuluhan"
 Pada awalperkembangangerakanbimbingan yang diprakarsai oleh Frank
Parson, pengertianbimbinganbarumencakupbimbinganjabatan. Pada
tahapawalini, yang umumnyadisebutsebagaiperiodeParsonian.

BIMBINGAN KONSELING 5
UJI KOMPETENSI

1. Melalui proses apaabimbingandapatterjadi ?


2. Apa yang di maksuddenganistilahdaripenyuluhhan ?

BIMBINGAN KONSELING 6
BAB II
STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Istilah strategi berasaldari kata bendastrategos, merupakangabungan kata stratos (militer)


dengan ago (memimpin). Sebagaikata kerja, strategoberartimerencanakan (to plan).
DalamkamusThe American Herritage Dictionary (1976:1273) dikemukakanbahwa "strategy
is the science or art of military command asapplied to overall planning and conduct of large-
scale combatoperations". Selanjutnyadikemukakan pula bahwa strategiadalah "the art or skill
of using strategies (a military manoeuvre)designed to deceive or surprise an enemy) in
politics, business,courtships, or the like".
Pada awalnya, strategi berartikegiatanmemimpinmiliterdalammenjalankantugas-tugasnya di
lapangan. Konsep strategiyang semuladiterapkandalamkemiliteran dan dunia politik(Bracker,
1980), kemudianbanyakditerapkan pula dalambidangmanajemen, dunia usaha, pengadilan,
dan pendidikan.Denganmakinluasnyapenerapan strategi, Mintberg dan Waters(1983)
mengemukakanbahwa strategi adalahpolaumumtentangkeputusanatautindakan (strategies are
realized aspatterns in streams of decisions or actions). Hardy, Langley,dan Rose
dalamSudjana (1986) mengemukakan "strategy isperceived as a plan or a set of explisit
intention preceeding and controling actions "(strategi dipahamisebagairencanaataukehendak
yangmendahului dan mengendalikankegiatan).
Berdasarkanbeberapapengertian di atasdapatdikemukakanbahwastrategi adalahsuatupola
yang direncanakan dan ditetapkansecarasengajauntukmelakukankegiatanatautindakan.
Strategi mencakuptujuankegiatan,siapa yang terlibatdalamkegiatan, isikegiatan, proses
kegiatan, dan saranapenunjangkegiatan. Strategi yang diterapkandalamlayananbimbingan
dankonselingdisebut strategi layananbimbingan dan konseling.Strategi bimbingan dan
konselingdapatberupakonseling individual,konsultasi, konselingkelompok,
bimbingankelompok, dan pengajaran remedial.

A. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses
belajarmelaluihubungankhusussecarapribadidalamwawancaraantaraseorangkonselor dan
seorangkonseli (siswa). Konselimengalamikesukaranpribadi yang
tidakdapatiapecahkansendiri, kemudianiamemintabantuankonselorsebagaipetugas yang

BIMBINGAN KONSELING 7
profesionaldalamjabatannyadenganpengetahuan dan keterampilanpsikologi.
Konselingditujukankepadaindividu yang normal, yang
menghadapikesukarandalammasalahpendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana
iatidakdapatmemilihdan memutuskansendiri. Oleh karenaitu,
konselinghanyaditujukankepadaindividu-individu yang sudahmenyadarikehidupanpribadinya.

B. Konsultasi
Teknik lain dalampeluncuran program bimbinganadalahkonsultasi. Konsultasimerupakan
salah satu strategi bimbingan yang
pentingsebabbanyakmasalahkarenasesuatuhalakanlebihberhasiljikaditanganisecaratidaklangs
ung oleh konselor. Konsultasidalampengertianumumdipandangsebagainasihatdariseorang
yang profesional. Pengertiankonsultasidalam program
bimbingandipandangsebagaisuatuproses menyediakanbantuanteknisuntuk guru, orang tua,
administrator, dan konselorlainnyadalammengidentifikasi dan memperbaikimasalah yang
membatasiefektivitaspesertadidik (siswa) atausekolah. Brown dan teman-
temannyatelahmenegaskanbahwakonsultasiitubukankonselingataupsikoterapisebabkonsultasit
idakmerupakanlayanan yang langsungditujukankepadasiswa,
tetapisecaratidaklangsungmelayanisiswamelaluibantuan yang diberikan orang lain.
Ada delapantujuankonsultasiyaitu:
a) Mengembangkan dan menyempurnakanlingkunganbelajarbagisiswa, orang tua, dan
administrator sekolah;
b)Menyempurnakankomunikasidenganmengembangkaninformasidiantara orang yang
penting.
c)Mengajakbersamapribadi yang memilikiperanan dan fungsi yang bermacam-
macamuntukmenyempurnakanlingkunganbelajar;
d) Memperluaslayanandari para ahli;
Menyempurnakankomunikasidenganmengembangkaninformasi di antara orang yang penting;
e) Memperluaslayananpendidikandari guru dan administrator;
f) Membantu orang lain bagaimanabelajartentangperilaku;
g) Menciptakansuatulingkungan yang berisisemuakomponenlingkunganbelajar yang baik;
h) Menggerakkanorganisasi yang mandiri.

Ada lima langkah proses konsultasiyaitu:


a) Menumbuhkanhubunganberdasarkankomunikasi dan perhatian pada konsulti;
BIMBINGAN KONSELING 8
b) Menentukan diagnosis atausebuahhipotesiskerjasebagairencanakegiatan;
c) Mengembangkanmotivasiuntukmelaksanakankegiatan;
d) Melakukanpemecahanmasalah;
e) Melakukanalterntif lain apabilamasalahbelumterpecahkan.

C. BimbinganKelompok
Strategi lain dalammeluncurkanlayananbimbingan dan konselingadalahbimbingankelompok.
Bimbingankelompokdimaksudkanuntukmencegahberkembangnyamasalahataukesulitan pada
dirikonseli (siswa). Isi kegiatanbimbingankelompokterdiriataspenyampaianinformasi yang
berkenaandenganmasalahpendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalahsosial yang
tidakdisajikandalambentukpelajaran.

RANGKUMAN
 Strategi adalahsuatupola yang direncanakan dan
ditetapkansecarasengajauntukmelakukankegiatanatautindakan.
 Konseling individual yaitu proses
belajarmelaluihubungankhusussecarapribadidalamwawancaraantaraseorangko
nselor dan seorangkonseli (siswa).
 Konsultasiyaitusuatu proses menyediakanbantuanteknisuntuk guru, orang tua,
administrator, dan konselorlainnyadalammengidentifikasi dan
memperbaikimasalah yang membatasiefektivitaspesertadidik (siswa)
atausekolah.
 Strategi lain dalammeluncurkanlayananbimbingan dan
konselingadalahbimbingankelompok.
Bimbingankelompokdimaksudkanuntukmencegahberkembangnyamasalahata
ukesulitan pada dirikonseli (siswa).

UJI KOMPETENSI
1. Sebutkan strategi apasaja yang ada di dalambimbingan dan
konseling, jelaskan !
2. Apasajatujuandarikonsultasi, jelaskan !

BIMBINGAN KONSELING 9
BAB III
LANDASAN BIMBINGAN DANKONSELING

Setelahmemahamipengertianbimbingan dan konselingsebagaimanadipaparkan pada


Bab I, babinimenguraikanberbagaihal yang menjadilandasanpelayananbimbingan dan
konseling. Landasantersebutmeliputilandasanfilosofis, religius, psikologis, sosialbudaya, dan
pedagogis.
Paparantentanglandasanfilosofismembahastentanghakikatmanusia.Uraianmenyangkut
empatdimensikemanusiaan yang telahdikemukakanpada Bab I
dilengkapidenganberbagaipemikirantentangevolusiperkem-banganmanusia,
tinjauanpsikologistentangmanusia, sertahakikattentangtujuan dan tugaskehidupanmanusia.
Landasanreligiusmasihberbicaratentangmanusia, tetapikhususdikaitkan pada aspek-
aspekkeagamaan.PemuliaankemanusiaanmanusiasebagaimakhlukTuhanmenjadifokuspembah
asan.
Uraiantentanglandasanpsikologismengemukakanberbagaihalpokokyang
amatbesarpengaruhnyaterhadappelayananbimbingan dan konseling,yaitutentangtingkahlaku,
motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,perkembangan dan tugas-
tugasperkembangan, belajar dan penguatan, dankepribadian.
Sedangkantentanglandasansosialbudayadibahaspengaruhlingkungansosialbudayaterhadapindi
vidu, hambatan-hambatankomunikasidan
penyesuaiandirisebagaidampakperbedaanantarbudaya,
sertapengaruhperbedaanantarbudayaituterhadappelayananbimbingan dan
konseling.Tentanglandasanilmiah dan teknologisdibahassecara garis
besarkeilmuanbimbingan dan konseling, perananilmu-ilmu lain dan teknologi,
sertaperananpenelitiandalampengembanganbimbingan dan konseling.
Terakhirdibahastentangperanansecarahakikipendidikanterhadappelayananbimbingan dan
konseling. Uraiantentanglandasanpedagogisinipada dasarnyamenyinggungsegenaplandasan-
landasanlainnya (yangsengajadiletakkan pada bagianakhirbabini,
karenalandasanpsikologisdibicarakanterdahulu). Pengembangan dan aplikasilandasan-
landasanfilosifis, religius, psikologis, dan sosialbudayaitutidak lain
hanyalahmelaluipendidikan.

BIMBINGAN KONSELING 10
Tujuan
Setelahmempelajaribabini Anda diharapkandapatmemahami
danmemilikiwawasantentang:

1. landasanfilosofistentanghakikatmanusia dan implikasinyadalampelayananbimbingan dan


konseling.
2. landasanreligius dan
implikasinyadalampemuliaankemanusiaanmanusiamelaluipelayananbimbingan dan
konseling.
3. landasanpsikologis dan implikasiberbagaiaspekpsikologisitudalampelayananbimbingan
dan konseling.
4. landasansosialbudaya dan implikasinyadalampelayananbimbingandan konseling pada
umumnya, khususnyadalambimbingan dankonselingantarbudaya.
5. landasanilmiah dan teknologisertaimplikasinyadalampengembanganpelayananbimbingan
dan konseling.
6. landasanpedagosis yang mewarnaiseluruhkerangkaberas, proses, dan tujuanbimbingandan
konseling

Konsep-Konsep Pokok
Konsep-konsep pokok yang perlu dipahami lebih lanjut yang terdapatpada bab ini ialah:
* teorievolusimanusia
* tinjauanpsikologistentanghakikatmanusia
* hakikattujuan dan tugaskehidupanmanusia
* motif dan motivasi
* pembawaan dan lingkungan
* perkembanganindividu
* tugas-tugasperkembangan
* belajar, balikan, dan penguatan
* kepribadian
* individusebagaiproduklingkungansosialbudaya
* kebinekaanbudaya
* bimbingan dan konselingantarbudaya
* keilmiahanbimbingan dan konseling
BIMBINGAN KONSELING 11
* hakikatpendidikan dan bimbingan.
Setelahmempelajariseluruhuraian, andadimintamenjawabpertanyaan dan
mendiskusikanpermasalahan yang terdapat pada akhir-akhirbabini.

A. LandasanFilosofis
Kata filosofiataufilsafatberasaldaribahasa Yunani: philosberarticinta, dan
shoposberartibijaksana. Jadi filosofisberartikecintaanterhadapkebijaksanaan.Lebihluas,
kamus Webster New Universal memberikanpengertianbahwafilsafatmerupakanilmu yang
mempelajarikekuatan yangdidasari proses berfikir dan bertingkahlaku, teoritentangprinsip-
prinsipatauhukum-hukumdasar yang mengaturalamsemestasertamendasarisemuapengetahuan
dan kenyataan, termasukkedalamnyastuditentangestetika, etika, logika, metafisika, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain,filsafatmerupakanpemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-
luasnya,setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, sertasetuntas-tuntasnyatentangsesuatu.
Tidakadalagipemikiran yang lebihdalam, lebihluas,
lebihtinggi,lebihlengkapataupunlebihtuntasdaripadapemikiranfilosofis.

B. LandasanReligius
Pada bagianterdahulutelahdikemukakanbeberapaunsur-
unsurkeagamaanterkaiteratdalamhakikat, keberadaan, dan perikehidupankemanusiaan.
Dalampembahasanlebihlanjuttentanglandasanreligiusbagilayananbimbingan dan
konselingperluditekankantigahalpokok.yaitu:
(a) keyakinanbahwamanusia dan seluruhalamsemestaadalahmakhlukTuhan,
(b) sikap yang mendorongperkembangan dan perikehidupanmanusiaberjalankearah dan
sesuaidengankaidah-kaidah agama, dan
(c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secaraoptimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuandan teknologi) serta kemasyarakatan yang
sesuai dan meneguhkankehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahanmasalah individu.

RANGKUMAN
 Setelahmemahamipengertianbimbingan dan konselingsebagaimanadipaparkan
pada Bab I, babinimenguraikanberbagaihal yang

BIMBINGAN KONSELING 12
menjadilandasanpelayananbimbingan dan konseling.
Landasantersebutmeliputilandasanfilosofis, religius, psikologis, sosialbudaya,
dan pedagogis.
 Kata filosofiataufilsafatberasaldaribahasa Yunani: philosberarticinta, dan
shoposberartibijaksana. Jadi filosofisberartikecintaanterhadapkebijaksanaan.

UJI KOMPETENSI
1. Apapengertiandarilandasanfilosofis, Jelaskan !
2. ApasajalandasandarilayananBimbingan dan Konseling, Sebutkan !

BAB IV

PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING 13
A. Sejarah Bimbingan dan Konseling
Secaraumum, konsepbimbingan dan konselingtelah lama
dikenalmanusiamelaluisejarah. Sejarah
tentangpengembanganpotensiindividudapatditelusuridarimasyarakat Yunani Kuno.
Merekamenekankanupaya-upayauntukmengembangkan dan
menguatkanindividumelaluipendidikan.Plato dipandangsebagaikoselor Yunani Kuno
karenadiamenaruhperhatianbesarterhadapmasalah-masalahpemahamanpsikologisindividu,
sepertimenyangkutaspekisu-isu moral, pendidikan, hubungandalammasyarakatdan teologis,
(ImronFauzi, 2008).
Menurut Bimo Walgito (1989: 12), bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat
ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Bila kitatelusuri, bimbingan dan
penyuluhanitumulaitimbulsekitarpermulaanabad ke-20. Gerakan inimula-mulatimbul di
Amerika, yangdipelopori oleh tokoh-tokohseperti Frank Parsons, Jesse B. Davis, Eli
Wever,John Brewer, dan sebagainya.
Para ahliinilah yang memeloporibergeloranyabimbingan
danpenyuluhansehinggamasalahiniberkembangdenganpesatnya. Secarasingkat, bimbingan
dan penyuluhanitusebagaiberikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Parsons mendirikansuatu biro
yangdimaksudkanuntukmencapaiefisiensikerja. Dialah yang
mengemukakanistilahataupengertiantentang vocational guidance, yang meliputi vocational
choice,vocational placement, dan vocational training
untukmemperolehefisiensidalampekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah
vocational guidancedimasukkandalamkurikulumsekolah. Denganlangkahini,
dapatkitalihatbagaimanamasalahbimbinganinimendapatkanperhatian yang begitujauholeh
Frank Parsons. Pada tahun 1909, Frank Parsons mengeluarkanbuku
yangmengupaspemilihanjabatan, dan pemilihanjabataninikelakmenjadi salahsatuaspek yang
pentingdalambimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugassebagaikonselorsekolah di Central HighSchool di
Detroit, mulai pula bergerakdalambidangini, baikmengenaimasalah-masalah yang
adadalampendidikanmaupundalambidangpemilihanjabatan. Pada tahun 1910-1916,
diamemberikankuliahmengenaibimbingan dan konseling. Kegiatanserupadilakukan pula oleh
Eli Wever diNew York, John Brewer di Universitas Harvard. Itulahsebabnya,

BIMBINGAN KONSELING 14
keduanyadapatdipandangsebagaiperintisdalambidangbimbingan dan konseling.Pada tahun
1913, didirikanlahsuatuperhimpunan di antara para pembimbing.
SetelahPerang Dunia Kedua, bimbingan dan
konselinginilebihmenampakkanmanfaatnyabagimasyarakat. Bimbingan dan
konselingbanyakbergerakdalamketentaraan, terutamauntukmengembalikan paratentara yang
barudatangdarimedanpertempurankedalammasyarakat yangbiasa.
Dengandemikian, jelaslahbagikitabahwabimbingan dan penyuluhanyang
kitadapatisekaranginimerupakanperkembangan yang lebihlanjut danvocational guidance yang
dirintis oleh Frank Parsons.
Sesuaidengan zaman yang selaluberkembang, bimbingan dan konselingpun
semakinberkembang. Cakupanwilayahnyasemakin lama semakinluasdan semakin lama
semakinberkembang. Dengandemikian, bimbingan
dankonselingtidaksajaterbatasdalampengertianbimbingan dan
konselingdalambidangpekerjaan (vocational guidance), tetapi juga dalambidangpendidikan
dan kepribadian. Cakupannyatidakhanyaterbatas pada biro-biropenempatankerja, tetapi juga
menembusbidang-bidangindustri, sekolah-sekolah, bidangketentaraan, dan lain-lain.
Denganperkembangan yang begitucepat, di perusahaan-perusahaan,
terutamadalamperusahaan-perusahaanyang besar, didirikanbagianbimbingan dan konseling
yang bertugasmemecahkanmasalah yang dihadapi oleh perusahaan-
perusahaanmaupunmencegahmasalah-masalah yang
mungkindapatmembawakerugiandalamperusahaanitu. Demikian pula,
dalamketentaraandiadakanstafkhusus yangbertugasmemeliharaketahanan mental dan para
prajurit. Sampaisaatini, dapatkitalihatbahwabimbingan dan konselingterusberkembang,
tidakmautertinggal oleh ilmu-ilmu yang lain.
Uraianmengenaisejarahperkembanganbimbingan dan
konselinginilebihspesifikdiungkap pula oleh ImronFauzi (2008).
Diamenyatakanbahwagerakanbimbingan di
sekolahmulaiberkembangsebagaidampakdarirevolusiindustri dan keragamanlatarbelakang
para siswa yang masukkesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898, Jesse B. Davis,
seorangkonselor di Detroit,mulaimemberikanlayanankonselingpendidikan dan pekerjaan di
SMA.Pada tahun 1907, diamemasukkan program bimbingan di sekolahtersebut.
Pada waktu yang sama, para ahli yang juga mengembangkan programbimbinganini di
antaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G. Will Amson, Carlr.Rogers.

BIMBINGAN KONSELING 15
1. Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkanbuku "memilihsuatukarir"dan membentukkomite
guru pembimbing di setiapsekolahmenengahdi New York.
Komitetersebutbergerakuntukmembantu para siswadalammenemukankemampuan-
kemampuan dan belajartentang
bimbinganmenggunakankemampuan-kemampuantersebutdalamrangkamenjadiseorangpekerja
yang produktif.
2. Frank Parson dikenalsebagai "Father of The Guidance Movement in AmericanEducation".
Diamendirikan biro pekerjaantahun 1908 di BostonMassachussets, yang
bertujuanmembantusiswadalammemilihkarirguru untukyang didasarkanatas proses
seleksisecarailmiah dan melatihmemberikanpelayanansebagaikonselor.
Bradley (John J. Pie Trafesa et. al., 1980)
menambahsatutahapandaritigatahapantentangsejarahbimbinganmenurut Stiller,
yaitusebagaiberikut:
1. Vocational exploration: tahapan yang menekankananalisis individual dankerja.
2. Meetting individual needs: tahapan yang
menekankanmeettinguntukmembantuindividumemperolehkepuasankebutuhanhidupnya.Perke
mbangan BK pada tahapaninidipengaruhi oleh dirisendiri
danupayamemecahkanmasalahnyasendiri.
3. Transisional professionalism: tahapan yang memfokuskanperhatian
padaupayaprofesionalisasikonselor.
4. Situasional diagnosis: tahapansebagaiperiodeperubahan dan
inovasitahapaninimemfokuskan pada analisislingkungandalam prosesbimbingan dan
gerakancara-cara yang hanyaterpusat pada individu.

B.PerkembanganBimbingan dan Konseling diIndonesia


Sepertitelahdikemukakan oleh
BomoWalgitobahwabimbingansebagaiilmumerupakansuatuhal yang masihbaru, apalagi di
Indonesia. Akan tetapinitidakberartibahwamasalahbimbingan dan konseling di Indonesia
itubelumadasamasekalikarenamasalahbimbinganitutelah lama dikenal diIndonesia.
Hanyasaja, bimbingan dan konseling yang
kitahadapisekaranginiberbedadalamsegipendekatannya.
Setelahproklamasikemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945dan
adanyabeberapakementerian pada waktuitu, di Indonesia mulaididirikan Kantor Penempatan
Tenaga Kerja. Inimenunjukkanadanyasuatuyangusahauntukmenempatkan orang-orang yang
BIMBINGAN KONSELING 16
inginbekerjadan iniapabilakitalihatsebenarnyadisesuaikandengankemampuannyalebihjauh,
pada prinsipnya, seperti vocational bureau yang didirikan oleh FrankParsons di Boston,
yaitumenempatkanseseorang pada suatupekerjaan yangsesuaidengankemampuannya. Akan
tetapi, apakah yang dijalankanitutelahsesuaidenganprinsiptersebut, yaitupenempatan orang
yang sesuaidengankemampuannya? Hal ini, di
luarkemampuanpenulisuntukmembeberkannya.
Sekalipundemikian, apa yang dikemukakan oleh Frank Parsons tetapberjalan di
Indonesia. Sebagaicontoh, di Yogyakarta terdapatBalaiPembinaanAdministrasi (BPA), yaitu
salah satubagian dan Universitas Gadjah Mada,yang
saatinitelahdimasukkankedalamfakultassosial dan politik, dan salahsatutugasnyamemberikan
job-training kepada para pegawaiuntukmeningkatkanefisiensikerja.
Demikian pula, dalam perkembangan selanjutnya, sejarah mencatatadanya konferensi
FKIP seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Malangdari tanggal 20 sampai dengan
tanggal 24 Agustus 1960, yang memutuskanbahwa bimbingan dan penyuluhan dimasukkan
dalam kurikulum FKIP.Keadaan ini menunjukkan adanya langkah yang lebih maju sebab
masalahbimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah.Instruksi dari
pihak pemerintah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)untuk melaksanakan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah-sekolahmenambah majunya bimbingan dan penyuluhan di
lingkungan sekolah.
Selain itu, diadakannya bermacam-macam latihan jabatan oleh yangberwenang pun
menunjukkan bahwa masalah bimbingan dan penyuluhandi Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah maupun dalam masyarakat yang luas,
misalnya ketentaraan, institusi-instutusi kesejahteraan sosial dalam industri-industri, dan
sebagainya.
Dalam uraian lebih terperinci, Muchlis (2008), walaupun terdapatkesamaan
pandangan dengan paparan yang dilakukan Walgito (1989),menyatakan bahwa sejarah
lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesiadiawali dari dimasukkannya bimbingan dan
konseling (dulunya bimbingandan penyuluhan) pada setting sekolah.
KonferensiFakultasKeguruan dan IlmuPendidikan (disingkat FKIP, yang kemudianmenjadi
IKIP) di Malang tanggal20-24 Agustus 1960
menghasilkankeputusanuntukmemasukkanbimbingan dan penyuluhankedalamkurikulum
FKIP. Pada perkembanganberikutnya,pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang
mendirikanjurusanbimbingan dan penyuluhan. Tahun 1971,
berdiriProyekPerintisSekolahPembangunan (PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang,
BIMBINGAN KONSELING 17
IKIP Jakarta,IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP
Malang,dan IKIP Manado. Melaluiproyekini, bimbingan dan penyuluhandikembangkan, dan
berhasildisusun "Pola Dasar Rencana danPengembanganBimbingan dan Penyuluhan" pada
PPSP. Kurikulum 1975untuksekolahmenengahatas pun memuatpedomanbimbingan
danpenyuluhan.
Tahun 1978, diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan
danpenyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan gurubimbingan
danpenyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatahpengangkatan guru BP dari
tamatan S1 Jurusan bimbingan dan penyuluhan.Keberadaanbimbingan dan penyuluhansecara
legal formal diakuitahun 1989denganlahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang
Angka KreditbagiJabatan Guru dalamLingkunganDepartemen Pendidikan danKebudayaan.
DalamKepmentersebutditetapkansecararesmiadanyakegiatanpelayananbimbingan dan
penyuluhan di sekolah. Akan tetapi,pelaksanaannya di
sekolahmasihbelummendukungmisisekolah
danmembantupesertadidikuntukmencapaitujuanpendidikanmereka. Sampaitahun 1993,
pelaksanaanbimbingan dan penyuluhan di sekolahtidakjelas.Apalagipengguna,
terutamaorangtuasiswa, berpandangankelirutentang BP.Muncul anggapan bahwa anak yang
dipanggil BP identik dengan anak yangbermasalah, dan kalau orangtua murid diundang ke
sekolah oleh guru BP,dibenak orangtua tersebut terpikir bahwa anaknya bermasalah di
sekolah.Kemudian, lahirlah SK Menpan No. 83/1993 tentangJabatanFungsionalGuru dan
Angka Kreditnya yang di dalamnyatermuataturantentangBimbingan dan Konseling di
sekolah. Ketentuanpokokdalam SK Menpanitudijabarkanlebihlanjutmelalui SK Mendikbud
No. 025/1995 sebagaipetunjukpelaksanaanJabatanFungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Didalam SK Mendikbudini, istilahbimbingan dan penyuluhandigantimenjadibimbingan dan
konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh gurupembimbing. Di sinilah,
polapelaksanaanbimbingan dan konseling di sekolahmulaijelas.

Pra-Lahirnya Pola 17
Pelaksanaanbimbingan dan penyuluhan di sekolahdiselenggarakandenganpola yang
tidakjelas. Ketidakjelasanpolainiberdampak padaburuknyacitrabimbingan dan konseling,
yaitu:
1. melahirkanmiskonsepsiterhadappelaksanaan BK;
2. munculpersepsinegatifterhadappelaksanaan BK;

BIMBINGAN KONSELING 18
3.muncul berbagai kritikan sebagai wujud kekecewaan atas kinerja gurupembimbing
sehingga terjadi kesalahpahaman;
4. berlarut-larutnya, persepsinegatif dan miskonsepsi.

Masalah yang timbul, di antaranyasebagaiberikut:


1. konselorsekolahdianggappolisisekolah;
2. BK dianggapsemata-matasebagaipemberiannasihat;
3. BK dibatasi pada menanganimasalah yang insidental, dan untukklien-klientertentusaja;
4. BK melayani "orang sakit" dan atau "kurang normal";
5.BK bekerjasendiri, konselorsekolahharusaktif, sementarapihak lainpasif;
6.adanyaanggapanbahwapekerjaan BK dapatdilakukan oleh siapasaja;
7. pelayanan BK berpusat pada keluhanpertamasaja;
8. hasilpekerjaan BK harussegeradilihat;
9. carapemecahanmasalahbagisemuakliendisamaratakan;
10. usaha BK dipusatkan pada penggunaaninstrumentasi BK (tes, inventori,
kuesioner, dan lain-lain);
11. BK dibatasiuntukmenanganimasalah-masalah yang ringansaja.
Pada pelaksanaannya pun, bimbingan dan penyuluhan di sekolahmenjaditidakjelas.
Ketidakjelasanpolainidisebabkanhal-halberikut.
1. Belum adanyahukum
Sejak konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnyajurusan bimbingan
dan penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun1964, fokus pemikiran adalah
mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975, Konvensi
Nasional Bimbingan I di Malangberhasilmenelurkankeputusanpenting, di
antaranyaterbentuknyaorganisasibimbingandengannamaIkatanPetugasBimbingan Indonesia
(IPBI). MelaluiIPBI inilah, payunghukumpelaksanaanbimbingan dan penyuluhan
disekolahmenjadijelas. Arahkegiatannya pun menjadijelas.
2. Semangatluarbiasauntukmelaksanakanbimbingan dan konseling
Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka KreditbagiJabatan Guru
dalamLingkunganDepartemen Pendidikan dan Kebudayaanmerupakanangin segar
bagipelaksanaanbimbingan dan penyuluhan disekolah. Semangat yang
luarbiasamulaibermunculan di sekolahuntukmelaksanakanbimbingan dan
penyuluhaninikarenadalam SK Menpantersebutdikatakan "Tugas guru adalahmengajar
dan/ataumembimbing."Akan tetapi, karenatenagaatau guru pembimbing yang
BIMBINGAN KONSELING 19
berasaldarilulusanjurusanbimbingan dan penyuluhanataujurusanpsikologipendidikan
danbimbingan (sejaktahun 1984/1985) masihkurang, pelaksanaanbimbingandan penyuluhan
di sekolahtidakjelas. Lebih-lebihlagi, bimbingan danpenyuluhandilaksanakan oleh guru-guru
yang senior ataumaupensiun, guru
yang kekurangan jam matapelajaranuntukmemenuhituntutanangkakreditnya. Akibatnya,
pengakuan legal dengan SK Menpantersebutmenjadijauharahnya,
terutamauntukpelaksanaanbimbingan dan penyuluhan disekolah.
3. Belum adaaturan main yang jelas
Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapandan di mana
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan jugabelum jelas. Bimbingan dan
penyuluhan di sekolah diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru
mata pelajaran yang kurangjam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya.
Guru yang tidakmenguasaibimbingan dan penyuluhan dan
memangtidakdipersiapkanuntukmenjadi guru pembimbing. Kesan yang tertangkap di
masyarakat,terutamaorangtua murid, yaitubimbingan dan penyuluhanditujukanbagianak yang
bermasalah. Ketika orangtuadipanggilkesekolah, apalagi yangmemanggil guru pembimbing,
orangtuamenjadimalu. Dari segipengawasan, juga belumjelasarah dan
pelaksanaanpengawasannya.

RANGKUMAN
 MenurutBimoWalgito (1989: 12), bimbingan dan penyuluhan, yang
kemudiansaatinilebihdikenalsebagaibimbingan dan konseling,
merupakansuatuilmu yang barubiladibandingkandenganilmu-ilmu lain pada
umumnya.
 Seperti telah dikemukakan oleh Bomo Walgito bahwa bimbingan sebagai
ilmu merupakan suatu hal yang masih baru, apalagi di Indonesia. Akan tetap
ini tidak berarti bahwa masalah bimbingan dan konseling di Indonesia itu
belum ada sama sekali karena masalah bimbingan itu telah lama dikenal di
Indonesia. Hanya saja, bimbingan dan konseling yang kita hadapi sekarang
ini berbeda dalam segi pendekatannya.
 Sejakkonferensi di Malang tahun 1960
sampaidenganmunculnyajurusanbimbingan dan penyuluhan di IKIP Bandung
dan IKIP Malang tahun 1964,
fokuspemikiranadalahmendesainpendidikanuntukmencetaktenaga-tenaga BP
di sekolah.

BIMBINGAN KONSELING 20
 Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka
KreditbagiJabatan Guru dalamLingkunganDepartemen Pendidikan dan
Kebudayaanmerupakanangin segar bagipelaksanaanbimbingan dan
penyuluhan di sekolah.

UJI KOMPETENSI

1. ApapengertianbimbingankonselingmenurutBimoWalgito ?
2. Bagaimanaperkembanganbimbingankonseling di Indonesia ?

BAB V

DASAR, PRINSIP, PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING 21
Prof. DediSupriadi (2004: 207) menyatakanbahwabimbinganadalahproses bantuan
yang sistematis yang diberikan oleh konselor/pembimbingkepadaklien agar kliendapat: (1)
memahamidirinya, (2) mengarahkandirinya, (3) memecahkanmasalah-masalah yang
dihadapinya, (4)menyesuaikandiridenganlingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat),
(5)mengambilmanfaatdaripeluang-peluang yang
dimilikinyadalamrangkamengembangkandirisesuaidenganpotensi-potensinya,
sehinggabergunabagidirinya dan masyarakat.
Konseling (disebut juga penyuluhan)
adalahhubungantatapmukaantarakonselor dan
kliendalamrangkamembantuklienuntukmencapaitujuan-tujuan di atas. Dalamhalini,
konselingmerupakan inti kegiatan dan salahsatuteknikutamadalambimbingan.
Dengandemikian, dapatdikatakanbahwasemuakonselingmerupakankegiatanbimbingan,
tetapitidaksemuakegiatanbimbingantermasukkedalamkonseling.
Di bawahinidiuraikanbeberapaasas, prinsip, kodeetik, dan
pendekatandalambimbingan dan konseling.

A. Asas-asasBimbingan dan Konseling


MenurutFerdyPantar (2009) dalamblognya, penyelenggaraanlayanandan
kegiatanpendukungbimbingan dan konseling, selaindimuati oleh fungsidan didasarkan pada
prinsip-prinsiptertentu, juga harusmemenuhisejumlahasasbimbingan.Pemenuhanasas-
asasbimbinganituakanmemperlancarpelaksanaan dan
lebihmenjaminkeberhasilanlayanan/kegiatan,
sedangkanpengingkarannyadapatmenghambatataubahkanmenggagalkanpelaksanaan,
sertamengurangiataumengaburkanhasillayanan/kegiatanbimbingan dan konselingitusendiri.
Betapapentingnyaasas-asasbimbingankonselinginisehinggadikatakansebagaijiwa dan
napas dariseluruhkehidupanlayananbimbingan dankonseling. Apabilaasas-
asasinitidakdijalankandenganbaik, penyelenggaraanbimbingan dan
konselingakanberjalantersendat-sendatataubahkanterhentisamasekali.
Para pengkajimatakuliahbimbingan dan
konselingmengemukakanbeberapaasasdalambimbingan dan konseling. Di
antaranyaadalahFerdyPantar dan WawanJunaedi yang
dalamblognyamenguraikansecarapanjanglebartentangasas-asastersebut.
1. Asaskerahasiaan

BIMBINGAN KONSELING 22
Asas yang menuntutdirahasiakannyasegenap data dan keterangansiswa(klien) yang
menjadisasaranlayanan, yaitu data atauketerangan yang tidakboleh dan tidaklayakdiketahui
orang lain. Dalamhalini, guru pembimbing(konselor) berkewajibanmemelihara dan
menjagasemua data dan keteranganitusehinggakerahasiaannyabenar-benarterjamin.

2. Asas kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa
(klien)mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
Gurupembimbing(konselor) berkewajibanmembina dan
mengembangkankesukarelaansepertiitu.

3. Asasketerbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang
menjadisasaranlayanan/kegiatanbersikapterbuka dan tidakberpura-pura,
baikdalammemberikanketerangantentangdirinyasendirimaupundalammenerimaberbagaiinfor
masi dan materidariluar yang bergunabagipengembangandirinya. Guru pembimbing
(konselor) berkewajibanmengembangkanketerbukaansiswa (klien). Agar siswa (klien)
mauterbuka, guru pembimbing(konselor) terlebihdahulubersikapterbuka dan tidakberpura-
pura. Asasketerbukaaninibertalianeratdenganasaskerahasiaan dan kesukarelaan.

4. Asaskegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang
menjadisasaranlayanandapatberpartisipasiaktifdalampenyelenggaraan/kegiatanbimbingan.
Guru pembimbing (konselor) harusmendorong dan
memotivasisiswauntukaktifdalamsetiaplayanan/kegiatan yang diberikankepadanya.

5. Asas kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling;yaitu siswa
(klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konselingdiharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri, dengan ciri-cirimengenal diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan,mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing (konselor)hendaknyamampumengarahkansegenaplayananbimbingan dan
konselingbagiberkembangnyakemandiriansiswa.

BIMBINGAN KONSELING 23
6. Asaskekinian
Asas yang menghendaki agar objeksasaranlayananbimbingan dankonseling,
yaknipermasalahan yang dihadapisiswa/klienadalahdalamkondisisekarang. Adapun kondisi
masa lampau dan masa depandilihatsebagaidampak dan memilikiketerkaitandenganapa yang
ada dan diperbuatsiswa (klien) pada saatsekarang.

7. Asas kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan(siswa/klien)
hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terusberkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahapperkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asasketerpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagailayanan dan kegiatanbimbingandan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbingmaupunpihaklain, salingmenunjang, harmonis,
dan terpadu. Dalamhalini, kerjasama dankoordinasidenganberbagaipihak yang
terkaitdenganbimbingan dankonselingmenjadiamatpenting dan harusdilaksanakansebaik-
baiknya.

9. Asaskenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruhlayanan dan kegiatanbimbingandan
konselingdidasarkan pada norma-norma, baiknorma agama, hukum,peraturan, adatistiadat,
ilmupengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yangberlaku. Bahkan, lebihjauhlagi,
layanan/kegiatanbimbingan dan konselinginiharusdapatmeningkatkankemampuansiswa
(klien) dalammemahami,menghayati, dan mengamalkannorma-normatersebut.

10. Asaskeahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatanbimbingan
dankonselingdiselenggarakanatasdasarkaidah-kaidahprofesional. Dalamhalini, para
pelaksanalayanan dan kegiatanbimbingan dan konselinglainnyahendaknyamerupakantenaga
yang benar-benarahlidalambimbingan dankonseling, Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harusterwujud, baikdalampenyelenggaraaanjenis-jenislayanan dan
kegiatanbimbingan dankonselingmaupundalampenegakankodeetikbimbingan dan konseling.

11. Asas alih tangan kasus


BIMBINGAN KONSELING 24
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atassuatu permasalahan siswa
(klien) dapat mengalihtangankan kepada pihakyang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)
dapatmenerimaalihtangankasusdariorangtua, guru-guru lain, atauahli lain. Demikian pula,
sebaliknyaguru pembimbing (konselor), dapatmengalihtangankankasuskepadapihakyang
lebihkompeten, baik yang berada di dalamlembagasekolahmaupundi luarsekolah.

12. Asas Tut WuriHandayani


Asas yang menghendaki agar pelayananbimbingan dan
konselingsecarakeseluruhandapatmenciptakansuasanamengayomi (memberikan rasaaman),
mengembangkanketeladanan, dan memberikanrangsangan dandorongan, sertakesempatan
yang seluas-luasnyakepadasiswa (klien) untukmaju.
Keduabelasasasbimbingan dan konselingtersebut pada dasarnyamenegaskanbahwa
para konselormerupakan para ahli yang memilikikemampuanuntukmembimbingkliennya,
baiksecaraikhlasmaupunprofesionalsehinggamerekamampumeningkatkantarafkehidupannya
yanglebihbaik, terutamaberkaitandenganpersoalanmentalitasklien,
baikdalammenghadapilingkungannyamaupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.

B. Prinsip-prinsipBimbingan dan Konseling


Dalam menguraikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, ImronFauzi dalam
blognya imronfauzi.wordpress.com, menyatakan bahwa manusiaadalah makhluk filosofis,
artinya manusia mempunyai pengetahuan danberpikir. Manusia juga memilikisifat yang unik,
berbedadenganmakhluk lain dalamperkembanganya.
Implikasidarikeragamaniniialahbahwaindividumemilikikebebasan dan
kemerdekaanuntukmemilih dan mengembangkandirisesuaidengankeunikanatastiap-
tiappontensitanpamenimbulkankonflikdenganlingkungannya. Dari sisikeunikan dan
keragamanindividu,diperlukanbimbinganuntukmembantusetiapindividumencapaiperkembang
an yang sehat di dalamlingkungannya. (Nur Ihsan, 2006: 1)
Pada dasarnya, bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuanuntuk
menunjukkan perkembangan manusia secara optimal, baik secarakelompok maupun individu
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya denganberbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,
kelemahan serta permasalahannya.
Selanjutnya, ImronFauzimenguraikanlebihjauhbahwadalam duniapendidikan,
bimbingan dan konseling juga sangat diperlukankarenadapatmengantarkansiswa pada
BIMBINGAN KONSELING 25
pencapaianstandar dan kemampuanprofesionaldan akademis, sertaperkembangandiri yang
sehat dan produktif. Dalambimbingan dan konseling, selainadapelayanan, ada pula prinsip-
prinsipberikut.

1. PengertianPrinsip-prinsipBimbingan dan Konseling


Prinsipberasaldariasal kata "prinsipra" yang artinyapermulaandengancaratertentu yang
melahirkanhal-hal lain, yang keberadaannyabergantungpada pemulaitu.
Prinsipinimerupakanhasilperpaduanantarakajianteoretisdan teorilapangan yang terarah dan
digunakansebagaipedomandalampelaksanaansesuatu yang dimaksudkan. (Halaen, 2002: 63)

Prinsipbimbingan dan konselingmenguraikanpokok-pokokdasarpemikiran yang


dijadikanpedoman program pelaksanaanatauaturan mainyang harusdiikutidalampelaksanaan
program pelayananbimbingan dandapat juga
dijadikansebagaiseperangkatlandasanpraktisatauaturan mainyang
harusdiikutidalampelaksanaan program pelayananbimbingan dankonseling di sekolah.
Prayitnomengatakan, "Prinsipmerupakanhasilkajianteoretis dan telaahlapangan yang
digunakansebagaipedomanpelaksanaansesuatu yangdimaksudkan." Dari
pendapatinidapatdinyatakanbahwaprinsip-prinsipbimbingan dan
konselingmerupakanpemaduanhasil-hasilteori dan praktikyang dirumuskan dan
dijadikanpedoman, sekaligusdasarbagipenyelenggaraanpelayanan.

2. Macam-macamPrinsipBimbingan dan Konseling


Dalampelayananbimbingan dan konseling, prinsip yang
digunakanbersumberdarikajianfilosofishasildaripenelitian dan
pengalamanpraktistentanghakikatmanusia, perkembangan dan
kehidupanmanusiadalamkontekssosialbudayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses,
penyelenggaraanbimbingan dan konseling.
Ada beberapaprinsippelaksanaanbimbingan dan konseling, diantaranyasebagaiberikut.
1. Bimbinganadalahsuatu proses membantuindividu agar
merekadapatmembantudirinyasendiridalammenyelesaikanmasalah yangdihadapinya.
2.Bimbinganbertitiktolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
3. Bimbingandiarahkankepadaindividu dan tiapindividumemilikikarakteristiktersendiri.

BIMBINGAN KONSELING 26
4. Masalah yang dapatdiselesaikan oleh timpembimbing di
lingkunganlembagahendaknyadiserahkankepadaahliataulembaga
yangberwenangmenyelesaikannya..
5. Bimbingandimulaidenganidentifikasikebutuhan yang dirasakan olehindividu yang
akandibimbing.
6. Bimbinganharusluwes dan fleksibelsesuaidengankebutuhanindividudan masyarakat.
7. Program bimbingan di lingkunganlembagapendidikantertentuharussesuaidengan program
pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
8. Hendaknyapelaksanaan program bimbingandikelola oleh orang
yangmemilikikeahliandalambidangbimbingan, dapatbekerjasama danmenggunakansumber-
sumber yang relevan yang berada di dalamataupun di luarlembagapenyelenggarapendidikan.
9. Program bimbingandievaluasiuntukmengetahuihasil dan pelaksanaanprogram. (Nurihsan,
2006: 9)
Rumusanprinsip-prinsipbimbingan dan konseling pada
umumnyaberkenaandengansasaranpelayanan, masalahklien, tujuan dan
prosespenangananmasalah, program pelayanan, penyelenggaraanpelayanan.

Di antaraprinsip-prinsiptersebutadalahsebagaiberikut.
1. Prinsip-prinsipberkenaandengansasaranpelayanan
Sasaranpelayananbimbingan dan konselingadalahindividu-
individu,baiksecaraperseoranganataupunkelompok. Pada umumnya,
sasaranpelayananiniadalahperkembangan dan perikehidupanindividu, namunsasaran yang
lebihnyata dan langsungadalahsikap dan tingkahlakunyayang dipengaruhi oleh aspek-
aspekkepribadian dan kondisidirisendiri, sertakondisilingkungannya. Sikap dan
tingkahlakudalamperkembangan dankehidupantersebutmendorongdirumuskannyaprinsip-
prinsipbimbingandan konselingsebagaiberikut.
a. BK melayanisemuaindividutanpamemandangumur, jeniskelamin,suku, agama, dan status
sosialekonomi.
b. BK berurusandenganpribadi dan tingkahlakuindividu yang unik dandinamis.
c. BK memerhatikansepenuhnyatahap-tahap dan berbagaiaspekperkembanganindividu.
d. BK memberikanperhatianutama pada perbedaan individual
yangmenjadiorientasipokokpelayanannya.

2. Prinsip-prinsipberkenaandenganmasalahindividu
BIMBINGAN KONSELING 27
Berbagaifaktor yang memengaruhiperkembangan dan
kehidupanindividutidaklahselalupositif, tetapiada pula faktor-faktornegatif yangberpengaruh
dan dapatmenimbulkanhambatan-hambatanterhadapkelangsunganperkembangan dan
kehidupanindividu yang berupamasalah.Pelayanan BK
hanyamampumenanganimasalahkliensecaraterbatas yang
berkenaandengan:
a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mentalatau fisik individu
terhadap penyesuaian dirinya di rumah, sekolah, sertadalam kaitannya dengan kontak sosial
dan pekerjaan, dan sebaliknyapengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
individu;
b. kesenjangansosial, ekonomi, dan kebudayaanmerupakanfaktortimbulnyamasalah pada
individu yang semuanyamenjadiperhatianutamapelayanan BK.

C. Kode EtikBimbingan dan Konseling


Kode etikmerupakanetikaprofesi yang harusdipegangkuat olehkonselor. Kode etik
juga merupakanmoralitas para konselordalammenjalankanprofesinya.
Bagaimanakodeetikprofesibimbingan dan konselingsesungguhnya,
danberkaitandenganapasaja yang menyangkutetikaprofesitersebut?
Penulislebihtertarikuntukmengungkapetikaprofesi yang terkaitdenganbimbingankonseling di
lingkungan dunia pendidikan. Hal inikarena dunia
pendidikanlebihmemerlukanpenjelasankodeetikinidibandingdenganbimbingan dankonseling
di lingkunganlainnya. AsosiasiBimbingan dan KonselingIndonesia (ABKIN) yang
kemudiandiadopsi oleh kelompok guru bimbingankonseling (MGP BK) di
kalangansekolahmenengah, baik SMA maupunmadrasah aliyah, di KulonProgo Yogyakarta
menjelaskansebagaiberikut.
1. Dasar/Landasan
Landasankodeetikkonseloradalah (a) Pancasila,
mengingatbahwaprofesikonselingmerupakanusahalayananterhadapsesamamanusiadalamrang
kaikutmembinawarga negara yang bertanggungjawab. (b) tuntutanprofesi, mengacu pada
kebutuhan dan kebahagiaankliensesuaidengannorma-norma yang berlaku.
2. Kualifikasi dan KegiatanProfesionalKonselor
a. Kualifikasi

BIMBINGAN KONSELING 28
Konselorharusmemiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, dan
pengetahuandalambidangprofesikonseling, dan (2)
pengakuanataskewenangannyasebagaikonselor.
b. KegiatanProfesionalKonselor
(1) Nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(a) Untukmemahami orang lain dengansebaik-baiknya, konselorharusterus-
menerusberusahamenguasaidirinya. Iaharusmengertikekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangkapada dirinyasendiri yang dapatmemengaruhihubungannyadengan orang lain dan
mengakibatkanrendahnyamutulayananprofesionalsertamerugikanklien.
(b) Dalammelakukantugasnyamembantuklien, konselorharusmemperlihatkansifat-
sifatsederhana, rendahhati, sabar,menepatijanji, dapatdipercaya, jujur, dan tertib.
(c) Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saranataupun peringatan yang
diberikan kepadanya, khususnya darirekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan
pelaksanaanketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimanadiatur dalam Kode
Etik ini.
(d) Dalammenjalankantugas-tugasnya, konselorharusmengusahakanmutukerja yang
setinggimungkin. Untukitu, iaharusmenggunakanteknik-teknik dan prosedur-prosedurkhusus
yangdikembangkanatasdasarkaidah-kaidahilmiah.
(2) Pengakuan kewenangan
Untuk bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian,kewenangan oleh
organisasi profesi atas dasar wewenang yangdiberikan kepadanya oleh pemerintah.
(3) Kegiatanprofesional
(a) Penyimpanan dan penggunaaninformasi
Catatantentangdiriklien yang meliputi data hasilwawancara,testing, surat-menyurat,
perekaman, dan data lain, merupakaninformasi yang bersifatrahasia dan
hanyabolehdigunakanuntukkepentinganklien. Penggunaan
data/informasiuntukkeperluanrisetataupendidikancalonkonselordimungkinkansepanjangidenti
tasdirahasiakan.
Penyampaianinformasimengenaiklienkepadakeluargaataukepadaanggotaprofesilain,
harusataspersetujuanklienataupihak lain untukkepentinganklien dan tidakmerugikanklien.
(b) Keteranganmengenaibahanprofesionalhanyabolehdiberikankepada orang yang
berwenangmenafsirkan dan menggunakannya.

BIMBINGAN KONSELING 29
(c) Kewajibankonseloruntukmenanganiklienberlangsungselamaadakesempatanantaraklien
dan konselor. Kewajibanberakhirjikahubungankonselingberakhir,
klienmengakhirihubungankerja, ataukonselortidaklagibertugassebagaikonselor.

D.Pendekatan-pendekatanBimbingan danKonseling
Dalammenguraikanpendekatan-pendekatan yang digunakandalambimbingan dan
konseling, lisHaryati (2009) menyatakanbahwasetiappendekatanmemilikipandangan yang
berbedatentangsifatmanusia, pribadimanusia, kondisimanusia, dan lain-lain.
Pandangantentangmanusiainiakanmelahirkankonsep dan
landasanfilosofismengenaibimbingan dan
konseling.Oleh karenaitu, merujuk pada filosofisini, IisHaryati, yang mengutippandangan
Gerald Corey (2005), menguraikanberbagaipendekatandalambimbingan dan
konselingsebagaiberikut.
1. PendekatanPsikoanalitik
Manusia pada dasarnyaditentukan oleh energipsikis dan pengalaman-pengalamandini.
Motif dan konfliktaksadaradalahsentraldalamtingkahlakusekarang. Adapun
perkembangandinipentingkarenamasalah-masalahkepribadianberakar pada konflik-konflik
masa kanak-kanak yang direpresi.
2. PendekatanEksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupanuntuk
menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasandan tanggung jawab,
kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian maknayang unik di dalam dunia yang tak
bermakna, ketika sendirian dan ketikaberada dalam hubungan dengan orang lain,
keterhinggaan dan kematian, dankecenderungan untuk mengaktualkan diri.
3. Pendekatan Client-Centered
Pendekataninimemandangmanusiasecarapositifbahwamanusiamemilikisuatukecender
ungankearahberfungsipenuh. Dalamkontekshubungankonseling, klienmengalamiperasaan-
perasaan yang sebelumnyadiingkari. Klienmengaktualkanpotensi dan
bergerakkearahpeningkatankesadaran, spontanitas, kepercayaankepadadiri, dan keterarahan.
4. Pendekatan Gestalt
Manusiaterdorongkearahkeseluruhan dan
intregasipemikiranperasaansertatingkahlaku. Pandangannyaantideterministikdalam arti
individudipandangmemilikikesanggupanuntukmenyadaribagaimanapengaruhmasa
lampauberkaitandengankesulitan-kesulitansekarang.
BIMBINGAN KONSELING 30
5. PendekatanAnalisisTransaksional
Manusiadipandangmemilikikemampuanmemilih. Apa yangsebelumnyaditetapkan,
bisaditetapkanulang. Meskipunmanusiabisamenjadi korban dariputusan-putusandini dan
skenariokehidupan, aspek-aspek yang mengalihkandiribisadiubahdengankesadaran.
6. PendekatanTingkahLaku
Manusiadibentuk dan dikondisikan oleh
pengondisiansosialbudaya.Pandangannyadeterministik, dalam arti,
tingkahlakudipandangsebagaihasilbelajar dan pengondisian.
7. PendekatanRasionalEmotif
Manusiadilahirkandenganpotensiuntukberpikirrasional, tetapi
jugadengankecenderungan-kecenderungankearahberpikircurang.
Merekacenderunguntukmenjadi korban darikeyakinan-keyakinan yang irasional
danuntukmereindoktrinasidengankeyakinan-keyakinan yang irasionalitu,
tetapiberorientasikognitif-tingkahlaku-tindakan, dan menekankanberpikir,
menilai,menganalisis, melakukan, dan memutuskanulang. Modelnyaadalahdidaktifdirektif,
tetapidilihatsebagai proses reduksi.
8. PendekatanRealitas
Pendekatanrealitasberlandaskanmotivasipertumbuhan danantideterministik. Menurut
Prof. DediSupriadi (2004: 213), berdasarkanadegannya, bimbingandapatdilakukansecara
individual dan kelompok(group). Bimbingan
dan konseling yang dilakukansecara individual disebut"bimbingan individual",
sedangkanbimbingan dan konseling yang dilakukansecarakelompokdisebut
"bimbingankelompok". Bimbingankelompokmeliputikegiatan-kegiatan: (a)
orientasibelajar,biasanya pada tahapawalsiswamemasukisekolah; (b)
bimbingankesulitanbelajar (bimbinganbelajar), misalnyapengajaran remedial untuk para
siswayang prestasibelajarnyarendah; (c) bimbinganekstrakurikuler
danpemanfaatanwaktuluang (misalnya, perkemahan,
widyawisata,pembentukankelompokdiskusi); (d) bimbingankarir
(pemberianinformasimengenaiprospekkarir, peluang-peluang dan hambatannya); (e)
pemberianinformasimengenaiberbagaihal, baikmengenaihal-hal yang di dalamdi
luarlingkungansekolah (misalnyamengenaibuku-buku, majalah,kegiatan-kegiatanilmiah,
kebijaksanaanbaru, kurikulum, dan lain-lain).

BIMBINGAN KONSELING 31
RANGKUMAN
 Prof. DediSupriadi (2004: 207) menyatakanbahwabimbinganadalah proses
bantuan yang sistematis yang diberikan oleh
konselor/pembimbingkepadaklien agar kliendapat: (1) memahamidirinya, (2)
mengarahkandirinya, (3) memecahkanmasalah-masalah yang dihadapinya, (4)
menyesuaikandiridenganlingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), (5)
mengambilmanfaatdaripeluang-peluang yang
dimilikinyadalamrangkamengembangkandirisesuaidenganpotensi-potensinya,
sehinggabergunabagidirinya dan masyarakat.
 MenurutFerdyPantar (2009) dalamblognya, penyelenggaraanlayanan dan
kegiatanpendukungbimbingan dan konseling, selaindimuati oleh fungsi dan
didasarkan pada prinsip-prinsiptertentu, juga
harusmemenuhisejumlahasasbimbingan.

UJI KOMPETENSI
1. Sebutkanasas-asasbimbingan dan konseling ?
2. Sebutkanpendekatan yang ada di bimbingan dan konseling ?

BIMBINGAN KONSELING 32
BAB VI
ORIENTASI DAN RUANG LINGKUPKERJA BIMBINGAN DAN
KONSELING
Pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan terhadap sasaranlayanan,
baikdalam format individual maupun kelompok. Yang seringmenjadi pertanyaan ialah hal-hal
apakah yang menjadi pusat perhatian atautitik berat pandangan konselor dalam
menyelenggarakan layanan bimbingandan konseling itu? Hal inilah yang menimbulkan
konsep tentang orientasibimbingan dan konseling. Dalam bab ini dibahas tiga orientasi, yaitu
orientasiperorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan.
Lebih jauh, bab ini membicarakan ruang lingkup kerja bimbingandan konseling, yaitu
daerah tempat dilaksanakan pelayanan bimbingan dankonseling. Pelayanan dengan orientasi
perorangan, perkembangan, danpermasalahan itu diselenggarakan di dalam ruang lingkup
sekolah dan luarsekolah.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memiliki/memahami:
1. Wawasan dan pengertian tentang orientasi bimbingan dan konseling.
2. Aktualisasi orientasi bimbingan dan konseling ke dalam pelayanan.
3. Wawasan dan pengertian tentang ruang lingkup kerja bimbingan dankonseling.
4. Aktualisasi pelayanan bimbingan dan konseling di berbagai ruanglingkup kerjanya.
Konsep-konsep pokok yang perlu dipahami dan didalami lebih lanjuyang terdapat
pada bab ini ialah:
Konsep-Konsep Pokok
4orientasi perorangan,orientasi perkembangan,orientasi permasalahan,ruang lingkup kerja
bimbingan dan konseling,bimbingan dan konseling di sekolah,tanggung jawab konselor di
sekolah,timbingan dan konseling di luar sekolah,konseling keluarga,konselor
multidimensional.
Setelah mempelajari seluruh uraian, Anda diminta menjawabpertanyaan dan mendiskusikan
permasalahan yang terdapat pada akhir babini.
A. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksudkan di sini ialah "pusat perhatian" atau"titik berat pandangan".
Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomidalam pergaulan, maka ia akan
menitikberatkan pandangan atau memusatkanperhatiannya pada perhitungan untung rugi
yang dapat ditimbulkan olehpergaulan yang ia adakan dengan orang lain; sedangkan orang

BIMBINGAN KONSELING 33
yangberorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan
tempatdilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatiankonselor terhadap kliennya?
Itulah orientasi bimbingan dan konseling yangmenjadi pokok pembicaraan pada bagian ini.
1. Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelasitu ada sejumlah orang
siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangankonselor berkenaan dengan sasaran
layanan, yaitu siswa-siswa yanghendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
Semua siswaitu secara keseluruhan ataukah masing-masing siswa seorang demi seorang?
konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu"Orientasi
perseorangan" bimbingan dan konseling menghendaki agarper satu siswa perlu mendapat
perhatian. Pemahaman konselor yang baikterhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok
dalam kelas itu penting juga,tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada
masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakankonfigurasi
(bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnyaterhadap siswa secara individual
harus diperhitungkan.Berkenaan dengan isu "kelompok" atau "individu", konselor
memilihindividu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakandan
kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruhtertentu terhadap
individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkansebesar-besarnya untuk kepentingan dan
kebahagiaan individu, dan bukansebaliknya. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama
sekali tidakberarti mengabaikan kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingankelompok
diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yangwajar antarindividu dan
kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam artimisalnya keharuman nama dan citra
kelompok, kesetiaan kepada kelompok,kesejahteraan kelompok, dan sebagainya, tidak akan
terganggu olehpemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadianggota
kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan danditingkatkan melalui
terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaanindividu. Apabila secara individual
para anggota kelompok itu dapatterpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat
diharapkan kepentingankelompok pun akan terpenuhi pula. Lebih-lebih lagi, pelayanan
bimbingandan konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak
bolehmenyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang didalam
kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umumyang berlaku.
Sejumlah kaidah berkaitan dengan orientasiyangbimbingan dan konseling dapat dicatat
sebagai berikut:
BIMBINGAN KONSELING 34
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayananbimbingan dan konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan dirisendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaandengan individu untuk
memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-peroranganlinstdalammotivasinya, dan
kemampuan-kemampuan potensialnya, yangkebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah
pengembangannyasemuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargyang
optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri danSetiap klien harus diterima
sebagai individu dan harus ditangani secaralingkungannya.individual (Rogers, dalam
McDaniel, 1956).program
d. Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat,kemarapuan, dan
perasaan klien serta untuk menyesuaikan program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat
mungkin. Dalamindividu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya proghal itu,
penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajariram bimbingan (McDaniel,
1956).
Kaidah-kaidah tersebut akan diturunkan sampai dengan penerapannyadalam berbagai jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
(perhatikan Bab VII).C.2. Orientasi PerkembanganKetika membahas fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling (Bab V)telah dikemukakan salah satu fungsi tersebut adalah fungsi
pemeliharaandan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dankonseling
lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yangterjadi dan yang hendaknya
diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dankonseling memusatkan perhatiannya pada
keseluruhan proses perkembanganitu..
Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secaratradisional dari dulu
sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan.Sejak tahun 1950-an penekanan pada
perkembangan dalam bimbingan dankonseling sejalan dengan konsepsi tugas-tugas
perkembangan yangdicetuskan oleh Havighurst (Hansen, dkk., 1976). Dalam hal itu,
perananbimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagigerak
individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dankonseling berlangsung
dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inherenindividu bergerak menuju kematangan
dalam perkembangannya.Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan
bahwaorientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti
gerakanbimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, sertamenjadi
tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnyaditegaskan bahwa, praktek
BIMBINGAN KONSELING 35
bimbingan dan konseling tidak lain adalah mem-berikan kemudahan yang berlangsung
perkembangan yang berkelanjutan.halangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong
konselor dan klienPermasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai ter-
bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhilajunya perkembangan
klien.
Secara khusus, Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembanganindividu dari sudut
perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami
hambatan perkembangan kognisi dalamempat bentuk:
(a) hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan
lain di luar apa yang dipahaminya,
(b) hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan
perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal,
(e) hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik dari alur yang dipahami semula,
(d) hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan
konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
3. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandungrisiko. Perjalanan
kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyatatidak mulus, banyak mengalami
hambatan dan rintangan. Padahal tujuanumum bimbingan dan konseling, sejalan dengan
tujuan hidup danperkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan
dalamperjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan menganggu tercapainyakebahagiaan
itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannyaadalah tujuan bimbingan dan
konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa
kehidupan dan perkembanganitu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya
hambatandan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalampelayanan
bimbingan dan konseling.telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-
paut denganDalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yangfungsi
pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendakibebani dirinya,
sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individuagar individu dapat terhindar dari
masalah-masalah yang mungkin memyang sudah terlanjur mengalami masalah dapat
terentaskan masalahnya.
BIMBINGAN KONSELING 36
Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaanpengembangan pada
dasarnya juga bersangkut-paut dengan permasalahanpada diri kien. Fungsi pemahaman
memungkinkan individu memahamiberbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat
berguna untuk men-cegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula bermanfaat
didalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Demikian pula fungsipemeliharaan
dapat mengarah pada tercegahkan ataupun terentaskannyamasalah-masalah tertentu. Dengan
demikian konsep orientasi masalahterentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi
bimbingan, dan dengandemikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan
bimbingandan konseling.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi.Roos L. Mooney (dalam
Prayitno, 1987) mengidentifikasi 330 masalahyang digolongkan ke dalam sebelas kelompok
masalah, yaitu kelompokmasalah yang berkenaan dengan:
a. perkembangan jasmani dan kesehatan
b. keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan
c. kegiatan sosial dan reaksi
d. hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan
e. hubungan sosial kejiwaan
f.keadaan pribadi kejiwaan
g. moral dan agama
h. keadaan rumah dan keluarga
i. masa depan pendidikan dan pekerjaan
j. penyesuian terhadap tugas-tugas sekolah
k. kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satujenis masalah barangkali
lebih banyak dialami, sedangkan jenis masalahlain lebih jarang muncul. Frekuensi
munculnya masalah-masalah itu diwamaioleh berbagai kondisi lingkungan.
B. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan KonselingPelayanan bimbingan dan konseling
memiliki peranan penting, baikbagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah
tangga(keluarga), maupun masyarakat pada umumnya. Uraian di bawah inimembicarakan
peranan bimbingan dan konseling pada masing-masing nanglingkup kerja tersebut.
1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolahuntuk menyelenggarakan pendidikan bagi
warga masyarakat. DalamSekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus
dibentukBimbingan dan Konselingpelayanan bimbingan dan konseling mempunyai

BIMBINGAN KONSELING 37
kedudukan dan peranankelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan
bidangyang khusus.
Keterkaitan antara Bidang Pelayanan Bimbingan Konseling danBidang-Bidang
LainnyaDalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen danSchmuller (1976)
mengemukakan adanya bidang-bidang tugas ataupelayanan yang saling terkait.
Bidang-Bidang Pelayanan di Sekolah
(1) Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengem-bangan kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaiandan pengembangan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan kemampuanberkomunikasi peserta didik.
(2) Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputikebijaksanaan, serta
bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan danberbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab
dan pengambilanadministrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan,dan
pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
3. Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dankegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individualagar masing-masing peserta didik itu dapat
berkembang sesuai denganbakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap
perkembangan-Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan
dannya.konseling.Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satudengan
yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitumemberikan kemudahan bagi
pencapaian perkembangan yang optimalpeserta didik. Antara bidang yang satu dengan yang
lain terdapat hubunganyang saling isi-mengisi. Pelayanan bimbingan dan konseling
dapatmemberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, prosesbelajar-
mengajar akan dapat berjalan dengan efektif apabila siswa terbebasdari masalah-masalah
yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasanmasalah-masalah siswa itu dilakukan
melalui pelayanan bimbingan dankonseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan
konseling dapatdimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan
individualitassiswa. Demikian juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan
dankonseling dapat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalamkaitannya dengan
penyusunan kurikulum, pengembangan program-programbelajar, pengambilan kebijakan
yang tepat dalam rangka penciptaan iklimsekolah yang benar-benar menunjang bagi
pemenuhan kebutuhan danperkembangan siswa.Sebaliknya, bidang pengajaran dan
administrasi dapat memberikansumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan
konseling.Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektifbagi
terlaksananya di dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dankonseling. Pelaksanaan
BIMBINGAN KONSELING 38
pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isimaupun suasananya, akan memberikan
sumbangan besar bagi pencegahantimbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana
bagi pengetahuamasalah-masalah siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian
materipengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakanmelalui
kegiatan pengajaran. Bidang pengelolaan dan administrasi dapatmemberikan sumbangan
besar bagi pelayanan bimbingan dan konselingmelalui berbagai kebijaksanaan dan
pengaturan yang menghasilkan kondisiyang memungkinkan berjalannya layanan itu secara
optimal, sehinggasegenap fungsi-fungsi dan jenis layanan serta kegiatan bimbingan
dankonseling dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai sasaran.segenap fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling melalui berbagai layananDalam bidang bimbingan dan konseling
tersebut diwujudkanlahdan kegiatan. Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi
bidangtersebut sepenuhnya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat
menunjang pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Tanggung Jawab Konselor SekolahTenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan
bimbingan dankonseling ialah konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan
sekaligusmelaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
yangtanggungmenjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan jawabnya
itu konselor menjadi "pelayan" bagi pencapaian tujuan pendidikansecara menyeluruh,
khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainyatujuan-tujuan perkembangan masing-
masing peserta didik sebagaimana telahdisebutkan di atas. Dalam kaitannya dengan tujuan
yang luas itu, konselortidak hanya berhubungan dengan peserta didik atau siswa saja
(sebagaisasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapatsecara
bersama-sama menunjang pencapaian tujuan itu, yaitu sejawat(sesama konselor, guru, dan
personal sekolah lainnya), orang tua, danmasyarakat pada urnumnya. Kepada mereka itulah
konselor menjadi"pelayan" dan tanggung jawab dalam arti yang penuh dengan
kehormatan,dedikasi, dan keprofesionalan.*)(1) Tanggung jawab konselor kepada siswa,
yaitu bahwa konselor:
(a) memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepadasiswa yang harus
diperlakukan sebagai individu yang unik;
(b) memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhanyang menyangkut
pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi, dansosial) dan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan yangoptimal bagi setiap siswa;
(d)memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingandan konseling, serta
aturan ataupun prosedur yang harus dilaluiapabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan
BIMBINGAN KONSELING 39
konseling;tidak mendesakkan kepada siswa (klien) nilai-nilai tertentu yangsebenarnya hanya
sekadar apa yang dianggap baik oleh konselor
(e) menjaga kerahasiaan data tentang siswa;
(1) memberitahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuatsaja;sesuatu yang
berbahaya akan terjadi;
(2)tahu siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana danmudah
dimengerti,menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepatdan profesional;
(1) melakukan referal kasus secara tepat.(2) Tanggung jawab kepada orang tua, yaitu bahwa
konselor:
(a) menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknyadan berusaha
sekuat tenaga membangun hubungan yang eratdengan orang tua demi perkembangan siswa;
(b)memberi tahu orang tua tentang peranan konselor dengan asaskerahasiaan yang
dijaga secara teguh;
(e) menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang bergunadan
menyampaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya untukkepentingan perkembangan siswa;
(d) memperlakukan informasi yang diterima dari orang tua denganmenerapkan asas
kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baiknya;
(e) menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanyakepada pihak-pihak
yang berhak mengetahui informasi tersebuttanpa merugikan siswa dan orang tuanya.
(3) Tanggung jawab kepada sejawat, yaitu bahwa konselor:
(a) memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan,keobjektifan, dan
kesetiakawanan;
(b) mengembangkan hubungan kerja sama dengan sejawat dan stafadministrasi demi
terbinanya pelayanan bimbingan dan konselingyang
maksimum:Kancelingkerahasiaan,pentingnya
(c) membangun kesadaran tentang perlunya asas bedaan antara data umum dan data
pribadi, sertakonsultasi sejawat;
(d) menyediakan informasi yang tepat, objektif, luas dan berguna
bagi sejawat untuk membantu menangani masalah siswa;
(e) membantu proses alih tangan kasus.
(4) Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwakonselor:
(a) mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyim.pangan-
penyimpangan yang merugikan siswa;

BIMBINGAN KONSELING 40
(b) memberitahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila adasesuatu yang dapat
menghambat atau merusak misi sekolah,personal sekolah, ataupun kekayaan sekolah;
(c) mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingandan konseling
untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsursekolah dan masyarakat;
(d) membantu pengembangan:kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik
untukkepentingan sekolah dan masyarakat;
Bprogram dan prosedur pendidikan demi pemenuhankebutuhan siswa dan masyarakat;proses
evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolahpada umumnya (fungsi bimbingan dan
konseling, kurikulumdan pengajaran, dan pengelolaan/administrasi).
(e) bekerjasama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik disekolah maupun
di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa,sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih.
(5) Tanggung jawab kepada diri sendiri, bahwa konselor:(a) berfungsi (dalam layanan
bimbingan dan konseling) secaraprofesional dalam batas-batas kemampuannya serta
menerimatanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi tersebut,(b) menyadari
kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayananyang diberikan kepada klien;(c)
memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimanatingkat keefektifan pelayanan
serta menahan segala sesuatukemungkinan merugikan klien;dan Konseling(d) selalu
mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembanganpelayanan profesional melalui
dipertahankannya kemampuanprofesional konselor, dan melalui penemuan-penemuan baru.
(6) Tanggung jawab kepada profesi, yaitu bahwa konselor:(a) bertindak sedemikian rupa
sehingga menguntungkan diri sendirisebagai konselor dan profesi;(b) melakukan penelitian
dan melaporkan penemuannya sehinggamemperkaya khasanah dunia bimbingan dan
konseling;secara aktif dalam kegiatan organisasi profesional(c) berpartsipasibimbingan dan
konseling baik di tempatnya sendiri, di daerah,maupun dalam lingkungan nasional;(d)
menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dankonseling serta
kebijaksanaan yang berlaku berkenaan denganpelayanan bimbingan dan konseling;(e)
membedakan dengan jelas mana pernyataan yang bersifat pribadidan mana pernyataan yang
menyangkut profesi bimbingan sertamemperhatikan dengan sungguh-sungguh implikasinya
terhadappelayanan bimbingan dan konseling.

RANGKUMAN
 Pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan terhadap
sasaranlayanan, baikdalam format individual maupun kelompok.

BIMBINGAN KONSELING 41
 Menurut Myrick (dalamMayers, 1992)
perkembanganindividusecaratradisionaldaridulusampaisekarangmenjadi inti
daripelayananbimbingan. Sejaktahun 1950-anpenekanan pada
perkembangandalambimbingan dan konselingsejalandengankonsepsitugas-
tugasperkembangan yang dicetuskan oleh Havighurst (Hansen, dkk., 1976).

UJI KOMPETENSI
1. Apasajakonsep-konsep yang perludipahamilebihlanjut pada babini,
Jelaskan !
2. Apasajaorientasidaribimbingan dan konseling, pada babini ?

BAB VII
PEMBELAJARAN PEMBENTUKAN DALAM UPAYA KARAKTER MAHASISWA
A. Proses Pendidikan Karakter

BIMBINGAN KONSELING 42
Adagium yang bijakmenyatakan:"Siapa yang menanampikiranakanmenebarperkataan, siapa
yangmenaburperkataanakanmenuaiperbuatan, siapa yang
menaburperbuatanakanmenuaikebiasaan, siapa yang menaburkebiasaan/habitus
akanmenuaikarakter, siapa yang menaburkarakterakanmenuaitakdir." (Stephen R.Covey:
199).
Kata dan kalimatbijak di
atasmenunjukanbahwasuatukarakterakanterbentukataudapatdiberdayakandengan proses yang
panjang. Proses terbentuknyasuatukarak-terbukanhanyadiawali oleh proses berpikir yang
memilikinalarkecerdasanyanberjalan normal, artinya yang
dimaksudmenanampikiranbukanasalberpikir, atausembarangpikiran yang
munculdalamotak/nalarseseorang, tetapitelahterbentuknyapengetahuan, dan piker yang
cerdas.Dayanalarberjalandenganbaik,
makaakanmelahirkansuatuaktivitasataukegiatan/perbuatansebagaihasildariberpikir. Aktivitas
dan perbuataninimelahirkangerakan-gerakanfisik.
Semuastrukturtubuhfisikbekerjasesuaidenganarahandariotakpikirannya.
Karaktertidakakantumbuhdengantiba-tiba dan
bersifatinstantetapijustrumemerlukanperubahan (change) tubuh yang terusmenerusberpikir
dan berbuat,makaakanmuncul habitus ataupembiasaan. Orang bisakarenabiasa;
kebiasaandapat juga disebut 'adah, Al-'Adah Muhakkamah.
B. KondisiPendukung Pendidikan Bermartabat
Pemberdayaankarakter yang diinginkanbaik yang menyangkut,
moral/akhlakkarimahdisiplinetoskerja, percayadiri, hargadiri, kemandirianmaupunkeilmuan
dan keindo-nesiaan, memerlukankondisi-kondisi dan potensi yang
jelasterarahsertalingkunganyang kondisipendidikan Indonesia, tetapimerupakaninformasi
yang perludiwaspadaidenganpenuhkehati-hatianbagipemberdayaan.Prof. Dr.
HeruNugrahadari UGM dan sejarawanArifin MT, sependapatbahwa,Negara
gagalmemproteksipendidikan, yaituseharusnya Vox Universiteit atau Uni-versitas Rakyat
yaitupendidikan yang yangmembebaskantelahgagal. Kondisipendi-dikankitasebagaiakibat
Indonesia 'membebek' sistempendidikan barat sertapolitisasiterhadap dunia
pendidikansemasaordebaru yang lebihmenekankan pada
materialisme.Kaumintelektualataucendekiawan yang seharusnya "berumah di
atasangin"sekarangmemilih "berumah di gedungbeton".
Merekasulitmemposisikandiriuntukmenjagakeseimbangansebagai "Raja Pamandita".
Profesor, doctor dan gelarakademik[19.58, 19/1/2023] FAI~Nitaeonni: lainnya,
BIMBINGAN KONSELING 43
sekaranginihanyasebatas status sosialsepertigelarradenatau haji, spiritUniversitas
MAGISTERORUM et SCHLORARRUM, yaitusebagaipengajaran,penelitian,
diskusipengetahuan, justrusemakinjauh, kondisiiniselaluakan meng-
ganggupendidikanbermutu dan berkarakter.Pendekatan dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhipendidikankarakter, dianta-ranyasebagaiberikut: Pertama, keteladanan.
Pendidikan bermartabatberkualitas,berakhlakmuliabukanhanyatanggungjawab guru dikelas
dan kepalasekolahtetapipendidikandilakukanbersama. Secaramakrosepertisistemkenegaraan,
para penyelenggara Negara, mulaipresiden, menteri, gubernur, bupati,
walikotasampaikepadaketua RT sekalipun.
Memberikankontribusiketeladananterbentuknyakarakterpesertadidik. Juga
sistempolitiksosialekonomiditengahmasyarakat, sistemhukum, keamanandan
kativitaskeagamaanmemberikanpengaruhsecaratidaklangsungkepadapemberdayaanumat.
1. Pendidikan yang Membebaskan dan MenyenangkanGuru/dosen yang cerdas, humanis dan
Islamipastiakanmenyenangkanbagimurid, karenaiamenguasaibahan ajar yang baik.
Manajemenpembelajaransangat menarikkomunikasiantar guru murid, murid dengan murid
terjadi trans-paranmanusiawisehinggatumbuhmotivasi, minat yang tinggi. Karena menye-
nangkan dan lahirmyaminatsertamotivasi, belajarbukanbeban, tetapimerupakankebutuhan
yang akhirnyasikapingintahu, belajarsendirimerupakanpanggilanhidupnya.Jika
initidakdilakukandalamdinamikapendidikanbebas, adakekhawatiranyang
hanyabertindakkarenatakut pada peraturan dan tata tertib.
Manusiaselalumenginginkankebebasan, apalagiremajapelajar yang
notabenemasihdalamproses pencairanjatidiri. J.J. Rousseau mengatakan,
"manusiadilahirkanbebas,dan di mana-mana iaterbelenggu, halinilah yang
kerapdialamikaummuda".Munculnyaberbagaipelanggaranaturanhanyauntukmemperolehkebe
basan,mombolos dan aksi vandalism oleh pelajarmerupakancontohproduk yang
kurangmelandasipendidikandengankebebasan. Secarasederhanaterdapat dua
macamkebebasan, yaitu "bebasuntuk" dan "bebasdari". "bebasuntuk"
artinyakitamampumenentukantindakan yang kitaambil. "bebasdari" cenderung pada artyang
dibuatbebasitulepasdaribelenggu, mencobamelepasakndiridariikatanorang
lain.Dalamkitatakbisalepasdaripilihan, bahkanketikatidakmemilih,
bukankahberartimemilihuntuktakmembuatpilihan? Kebebasan yang
kitamilikimembuatkitabisamenentukanpilihan yang berkualitas.Kita
memangmemerlukanUrgensiBimbingan dan Konselingkebebasan,
tapijanganlupabertanggungjawab. Tanggungjawabtakhanyaterletakpada
BIMBINGAN KONSELING 44
penanggungkonsekuensi, tanggungjawab yang lebihbesarjustruadasaatkitamembuatpilihan.
Pilihan yang bertanggungjawabartinyapilihanituberkua-litas. Keduatanggungjawabtersebut di
atastentutidakberjalansendiri-sendiri.Ketika kitamembuatpilihan yang berkualitas juga
harusmenerimakonsekuensidarisetiaptindakan.Kebebasanmenurutseseorangmemahamikonse
kuensidalammemilih. Hal inimerupakanpergulatan guru dalammendidiksiswanya.
Kebebasanmengandalkansetiap personal mampumenjatuhkanpilihan pada
kegunaanbukankesenanganatauselera. Pendidikan bebasadalahmenggunakankompetensi,
hatinurani, dankepedulianuntukmemilihsaranakehidupan agar menuaicita-cita yang
telahdipilih. Jadi, di balikkebebasanselalumunculkesiapanuntukmemilih yangbenar dan
berguna, bukanhanya yang popular, menarik dan disukai.
2. KampusBerasrama
Pendidikan berkarakterakanberjalanmulus, bilapesertadidik, guru dan
tenagamkependidikanhanyaberadadalamsatukampus, hidupbersama di asrama, selamam24
jam. Kultur
strukturlembagamaupunkehidupanakademikdapatdengancepatmempengaruhisikap dan
keteladanansertapembiasaanakanterusmenerusberjalan di sampingkontaminasibudaya-
budayaluarterhindarsulituntukmempe-ngaruhinya. Sebagai mana terhadap para santri yang
berada pada kampuspondikpesantrendapatdibuktikan, santrimemilikikarakterPanca Jiwa,
yang terdiri:pertama, keikhlasan; kedua, kebersamaan; ketiga, kesederhanaan; keempat, kebe-
basan; dan kelimakemandirian.Internalisasi yang berupaketeladanan, pembiasaan,
pemotivasian dan lingkunganyang kondusiftumbuhsubur di kampuspondokpesantren.
Pendidikan karakterdi sekolahakanmudahtumbuh, apabilasekolahtersebutmemiliki asrama
sepertitempattinggalsiswa, paling
tidaksekolahberupayauntukmenyelenggarakanpembelajarandengansistem full day. Di
Amerika Serikat, Jepang dan Negaramaju lain
telahmenyelenggarakanpendidikansekolahdasarnyamenggunakanwaktubelajar minimal
selama 8 jam setiapharinya, dan komunikasisekolah gurudan orangtuamelalui internet
setiaphariuntukmengkomunikasikanperkemba-nganpembelajaransiswa, antara
guru/sekolahdenganorangtuasiswa.
3. Pembelajaran Harus KooperatifModel pembelajaran Dill, hapalan dan
metodepaksaansemata agar lulus ujian
4.UpayaMembentukKarakterMahasiswa-
Negara tidaksepenuhnyamemajukansiswa, baikdalambidangkeilmuanmaupunkehidupan.
Saatinisiswadihadapkankepada dua model pembelajaran, yaitukompetensi dan model
BIMBINGAN KONSELING 45
kooperatif. Model kompetensimemangtumbuhmotivasisemangatuntukmenang pada dirisiswa
dan model inimengarahkansiswauntukmengejarnilaitertinggi. Namun,
kelemahannyasiswalambanakantertinggaldan terpinggirkan, mempunyaiperasaan negative
diantaralawan, menolakberbagai dan tindaksalingmembantu. Karena focus pada
menangkalah, bukanpada proses belajar. Kegiatankompetensi pun
merupakantujuanbukanjaluruntukbelajar. Kegiatankompetensi pun
merupakantujuanbukanjaluruntuk
belajar. Model kompetensimenyebabkansiswaberusahamenangdengansegalacara (Anita Lie,
2010).
Sedangkan model kooperatif, menyiapkansiswasebagaiagenperubahanuntukmasa depan yang
lebihdamaidenganpendidikan yang berkualitas. Modelkooperatifpembelajaran pada
siswadapatlebihberlanjut. Relasiantarinterper-sonal pun lebihbaik,
ikatansiswadenganlatarbelakangberagamlebihkuat, disampingakanmemiliki rasa
percayadirilebihbaik.
Guru Cerdas, Humanis dan IslamiGuru merupakanujungtombak paling
depanaktivitaspemelajaran. Walaupuntidak dan bukansatu-satunya paling
bertanggungjawabdalampemberdayaankaraktersiswa, paling tidak guru memilikiposisi paling
strategisdalampembinaan,pengembangankaraktersiswa. Tentunyasebelumsiswaberkarater,
maka guru/
dosenlebihdahuluuntukmemilikikarakter yang tangguh.HarianRepublikaedisi 18 januari
2010, tertulisbahwa "Pendidikan budaya dankaraktermenurun",
sayaberpendapatbukanhanyamenuruntetapihampirhilangdarisistempembelajaran. Nilai-
nilaibudaya dan karakter yang tangguh, langkadi tengah-
tengahsosialmasyarakatkitakekinianseperti, kebersamaan, tata karma,etika, kreativitas,
etoskerja, keteguhanhati (istiqamah), pantangmenyerah, disiplin,
berprestasisecara optimal dan lain-lain sepertitelahluntur.Posisi guru
dalampendidikankarakterbukanhanyamentransformasikanpenge-tahuansaja, tetapi juga
harusmenjadicontoh, melatihmembiasakanperbuatanyang terusmenerus,
karenaitusistemPendidikan karakteradalahcaraberpikirsiswa, perkataan, perbuatan,
fisikmaupunpsikologissampaidengan behavioratauperilakusiswasendiri. Karena itu guru yang
cerdasartinyatidakhanyamumpuni di dalampenguasaanbahan,
bukanhanyamemilikikompentensi for-mal sepertiakademik, sosial personal dan profesional,
akantetapicerdasdalam

BIMBINGAN KONSELING 46
RANGKUMAN
 Adagium yang bijak menyatakan: "Siapa yang menanam pikiran akan
menebar perkataan, siapa yang menabur perkataan akan menuai perbuatan,
siapa yang menabur perbuatan akan menuai kebiasaan, siapa yang menabur
kebiasaan/habitus akan menuai karakter, siapa yang menabur karakter akan
menuai takdir." (Stephen R.Covey: 199).
 Pemberdayaankarakter yang diinginkanbaik yang menyangkut,
moral/akhlakkarimahdisiplinetoskerja, percayadiri, hargadiri,
kemandirianmaupunkeilmuan dan keindo- nesiaan, memerlukankondisi-
kondisi dan potensi yang jelasterarahsertalingkungan yang kondisipendidikan
Indonesia, tetapimerupakaninformasi yang
perludiwaspadaidenganpenuhkehati-hatianbagipemberdayaan. Prof. Dr.
HeruNugrahadari UGM dan sejarawan Arifin MT, sependapatbahwa, Negara
gagalmemproteksipendidikan, yaituseharusnya Vox Universiteit atau Uni-
versitas Rakyat yaitupendidikan yang yangmembebaskantelahgagal.

UJI KOMPETENSI
1. ApapendapatProf. Dr. HeruNugraha,
tentangkondisipendukungpendidikanbermartabat ?
2. Apa kata-kata bijakdariStephen R.Covey?

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, EmanAmti. 2015. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING, Jakarta: PT
RINEKA CIPTA

BIMBINGAN KONSELING 47
Fatriadi, Fajar. 2014. URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI PERGURUAN TINGGI
MERAJUT ASA FUNGSI DIMENSI DOSEN SEBAGAI KONSELOR, Bandung: PT.
RefikaAditama.

JuntikaNurihsan, Ahmad. 2018. BIMBINGAN KONSELING DALAM BERBAGAI LATAR


KEHIDUPAN, Bandung: PT. RefikaAditama.

JuntikaNurihsan, Ahmad. 2021. STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING,


Bandung: PT. RefikaAditama

Salahudin, Anas. 2019. BIMBINGAN DAN KONSELING, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA

JuntikaNurihsan, Ahmad. 2014. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING , Bandung:


PT. REMAJA ROSDAKARYA.

BIMBINGAN KONSELING 48

Anda mungkin juga menyukai