Anda di halaman 1dari 8

POTENSI PENGEMBANGAN PROGRAM MENGHAFAL AL-

QURA’N PADA LANSIA SEBAGAI INOVASI PENCEGAHAN


DEMENSIA
Fiqham Muhamad Putra

Latar Belakang

Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia (ODD) diperkirakan akan


makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi 1.890.000 di tahun 2030
dan 3.980.000 ODD di tahun 2050.1 Beban biaya yang harus ditanggung untuk
orang dengan demensia yang dikeluarkan oleh negara-negara berpenghasilan
menengah keatas, diperkirakan mencapai US$ 32,5 Milliar atau 325 Triliun rupiah
per tahun.1

Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul


karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesif yang ditandai dengan
gangguan fungsi luhur multiple, termasuk gangguan memori, dan setidak-tidaknya
disertai satu gangguan kognitif berikut : afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan
dalam mengambil keputusan sehingga berdampak menurunnya aktivitas sehari-
hari yang bila tidak dikendalikan akan menyebabkan bertambahnya beban sosial
bahkan ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah.2 Penyebab yang mendasari demensia adalah kehilangan fungsi saraf
progresif di otak yang mengakibatkan kematian sel saraf tersebut dan semakin
lama akan menyebar dan memburuk.3

Progresifitas demensia sangat bergantung pada secepat dan setepat


mungkin terapi efektif tersebut diberikan. Namun, untuk demensia sendiri tidak
ada terapi spesifik yang dapat mengeradikasi faktor etiologik karena kompleksitas
biologi dan biokimia otak, belum diketahuinya batas-batas biologik gangguan
yang ada, dan tidak adanya hubungan antara perilaku, gejala neuropsikologik, dan
perubahan metabolik yang ada.2 Selain itu, seperti yang terdapat dalam sebuah
hadist riwayat Ashabussunnah berikut :
Nabi bersabda, “ Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan
pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)”.
(HR. Ashabussunnah).

Saat ini tata laksana terhadap pasien demensia adalah dengan memberikan
obat golongan kolinesterase inhibitor, antipsikotik, dan antidepresan yang hanya
sebagai obat simptomatis.2 Maka, terapi demensia bukan sekedar pemberian obat-
obatan, tapi perlu adanya solusi dalam mencegah dan memperlambat progresifitas
dari demensia. Salah satu faktor protektif yang efektif dan efisien pada pasien
demensia adalah cognitive training atau latihan kognitif yang meliputi latihan
memori, latihan pengambilan keputusan atau fungsi eksekutif, dan latihan
kecepatan dalam berpikir.4

Demensia

Demensia adalah kelainan di sistem saraf pusat yang berhubungan dengan


gangguan fungsi kognitif akibat kerusakan pada sel saraf.5 Penyebab yang
menyertai demensia sangat bermacam-macam sehingga demensia dikategorikan
oleh DSM IV menjadi 3 kategori utama berdasarkan penyebabnya yaitu : penyakit
alzheimer yang merupakan penyakit degeneratif progresif, demensia vascular
yang dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang menyebabkan
kerusakan otak, demensia tipe lain seperti akibat depresi, defisiensi vitamin B12,
hipotiroid, keracunan obat, dan lain-lain.5

Secara umum gejala demensia dapat dibagi atas dua kelompok yaitu
gangguan kognisi dan gangguan non-kognisi.6 Keluhan kognisi terdiri dari
gangguan memori terutama kemampuan belajar materi baru yang sering
merupakan keluhan paling dini.. Pasien biasanya mengalami disorientasi di sekitar
rumah atau lingkungan yang relatif baru. Penurunan kemampuan membuat
keputusan dan pengertian diri tentang penyakit juga sering ditemukan. Keluhan
non-kognisi meliputi keluhan neuropsikiatri seperti agitasi, agresif, depresi,
gangguan tidur, delusi, dan halusinasi.6

Pemeriksaan fisik yang paling sering dilakukan oleh klinis untuk


mengetahui demensia adalah Mini Mental State Examination (MMSE) yang
merupakan salah satu alat untuk pemeriksaan penurunan kognitif pada dewasa tua
dan lanjut usia, dan dikembangkan untuk membedakan antara lanjut usia dengan
atau tanpa gangguan neuropsikiatri awal dalam proses penyakit 7. Hal ini juga
digunakan selama masa tindakan pada pasien yang menderita gangguan kognitif
untuk menilai perkembangan penyakit. MMSE mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menilai lima bidang fungsi kognitif (orientasi, memori langsung,
perhatian / konsentrasi, daya ingat, bahasa). Beberapa komponen ini telah diteliti
ulang dan menunjukan bahwa pada demensia memang terdapat beberapa
gangguan tersebut.8

Patogenesis Demensia

Terutama pada proses penuaan, terjadi degenerasi otak akibat penurunan


jumlah neuron secara bertahap meliputi area girus temporal superior yang
merupakan tempat proses kognisi manusia, girus presentralis, dan area striata.9
Penurunan jumlah neuron diartikan sebagai kematian sel saraf akibat gangguan
aktivitas neurotransmitter seperti kolinergik, noradregenik, serotoneregik baik di
substansia alba maupun di subtansia nigra. 10 Defisit kolinergik yang merupakan
neurotransmitter yang berperan sebagai penghantar impuls saraf membuat
hantaran impuls antar saraf menjadi terputus sehingga fungsi yang ingin
dijalankan menjadi berkurang atau gagal.10 Bila hal tersebut terjadi terus menerus
akan menjadi sebuah kematian sel otak yang berakibat pada perubahan struktural
dan fungsional otak, salah satunya fungsi kognitif.

Pada penelitian Han et al telah dibuktikan bahwa pelatihan kognitif yang


meliputi pelatihan memori, pelatihan penggunaan bahasa, pelatihan kecepatan
berpikir, pelatihan fungsi visual-motor, dan pelatihan fungsi eksekutif dengan
latihan berbasis komputer selama 3 bulan mampu meningkatkan neuroplastisitas
positif terutama di jaringan cingulo-opercular dan fronto-parietal yang berperan
sebagai fungsi kognitif, secara signifikan pada orang dengan risiko demensia. 11
Neuroplastisitas positif merupakan kemampuan sistem saraf dan otak untuk
berubah secara struktural dan fungsional akibat input dari lingkungan yang
berdampak reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf.12
Mekanisme yang terjadi adalah sprouting yaitu respon dari neuron yang tidak
mengalami cedera dengan mensekresi nerve growth factor yang dikirim pada
neuron yang mengalami denervasi.13 Selain itu, ada unmasking yaitu merupakan
mekanisme homeostasis ketika penurunan difusi ion akibat kerusakan neuron
akan menyebabkan kenaikan eksitabilitas sinapsnya, sehingga neuron akan cepat
diambil alih oleh akson dari sinaps yang lain.13

Program Menghafal Al-Quran pada Lansia

Kesehatan spiritual yang tinggi meliputi hubungan seseorang dengan


Tuhan lebih berpeluang memiliki kesehatan jiwa yang tinggi terkhusus pada
lansia.14 Spiritual yang tinggi dapat memberikan ketenangan batiniah sehingga
lansia lebih tenang dan mampu menghadapi perubahan atau stres yang terjadi
dalam hidupnya dan dalam menghadapi kematian dengan pasrah kepada Allah
SWT bahwa Dia dapat memberikan harapan atau kekuatan. 14 Hubungan seseorang
dengan Tuhan dapat dilihat dari aktivitas keagamaan seperti ibadah sholat,
pengajian, membaca kitab-Nya, mengikuti ceramah dan lain-lain.15 Hal tersebut
berkorelasi dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Ahmad :

Maukah aku tunjukkan manusia terbaik di antara kalian? Mereka


menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Manusia terbaik di
antara kamu adalah yang paling panjang usianya dan semakin baik amalnya.

Pengaplikasian dari latihan kognitif pada orang dengan risiko demensia


maupun pada pasien demensia salah satunya adalah latihan memori. 4 Media yang
digunakan oleh para klinisi maupun perawat dalam melakukan intervensi pada
pasien demensia sangat beragam mulai dengan pengisian borang secara manual
sampai menggunakan komputer.7 Hasil dari tes tersebut dapat dilihat secara
langsung tentang perkembangan kognitif pasien selama intervensi.

Al-Qur’an sebagai media dalam latihan memori pada lansia merupakan


salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan sebagai peningkatan fungsi
kognitif. Proses menghafal Al-Quran pada usia lansia menjadi tantangan
tersendiri, namun bukan mustahil jika itu dilakukan dan perlu bimbingan yang
intensif dan berkelanjutan serta dukungan dari pihak keluarga maupun
lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Qamar ayat
17 :

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur`ân untuk (menjadi)


pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran?” (QS 54:17).

Dalam praktiknya, metode yang digunakan akan mengutamakan terlebih


dahulu hubungan interpersonal dengan pembimbing yang telah dilatih baik dari
segi keagamaan maupun kesehatan lansia sehingga hasil yang didapatkan lebih
maksimal dan para lansia juga nyaman. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengembangan metode menghafal sesuai kemampuan masing-masing individu
dengan kombinasi pelatihan kognitif lainnya. Selanjutnya dapat dikombinasikan
dengan pemberian asupan asam folat, vitamin B12, maupun beraktivitas fisik
bersama sehingga para lansia dapat menikmati program kegiatan tersebut. 16
Dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka juga akan
menambah ketaqwaan diri dan juga meningkatkan kesehatan jiwa terkhusus pada
lansia.14 Hal ini menunjukkan nilai positif yang lebih dibandingkan media lain
yang digunakan dalam pelatihan kognitif lansia yang telah dilakukan di klinik,
yayasan lansia, maupun panti werdha.

Respon otak dalam pelatihan memori dengan menghafal Al-Quran dapat


mencegah dan memperlambat proses degenerasi sel-sel otak baik akibat defisiensi
kolinergik maupun penimbunan plak di parenkim otak yang dapat menghambat
fungsi kognitif otak.4 Mekanisme yang mendukung adalah dengan melatih
memori seseorang, maka akan merangsang perbaikan secara struktural dan
fungsional dengan proses neuroplastisitas positif yaitu sekresi dari nerve growth
factor dan regenerasi neuron yang rusak oleh neuron yang masih baik.13

Penggunaan program menghafal Al-Quran pada orang berisiko demensia


dalam kehidupan cukup aplikatif karena alat yang digunakan cukup sederhana dan
mudah diterima masyarakat banyak baik dari pihak pasien, keluarga, maupun
lingkungan karena selain mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, manfaat
dari program ini lebih dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Program ini juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk berkontribusi dalam
“Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya:
Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif” dengan fokus pada bidang nomor 6
yaitu sistem penguatan program kesehatan kognitif sebagai faktor utama
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pendekatan siklus kehidupan, yang
sudah didengungkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun
2015.1 Berikut ini adalah analisis SWOT dari program menghafal Al-Quran pada
lansia.

Strong Weakness Opportunity Threat


Alat yang Belum diketahui Telah ada Terdapat kesulitan
digunakan cukup secara pasti penelitian pada lansia yang
sederhana, regimen program mengenai mengalami
manfaat lebih yang efektif pada pelatihan kognitif keterbatasan fisik
banyak dibanding seorang lansia seperti gangguan
metode lain, dan melihat,
mayoritas mendengar
penduduk
Indonesia beragam
Islam
Tabel 1. Analisis SWOT Program Menghafal Al-Quran Pada Lansia

Kesimpulan dan Saran

Program menghafal Al-Quran pada lansia dapat mencegah penurunan


kognitif akibat demensia dan dapat memperlambat progresifitas demensia karena
terjadinya proses neuroplastisitas positif pada neuron otak sehingga mampu
mencegah dan memperlambat kerusakan neuron yang disebabkan oleh proses
degenerasi seperti defisit kolinergik. Dalam pengembangan program tersebut
didukung oleh banyak penelitian yang membahas peningkatan fungsi kognitif
signifikan setelah dilakukan intervensi latihan kognitif yang salah satunya adalah
pelatihan memori. Namun sebelum diterapkan lebih luas, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang regimen dan metode yang efisien, efektif, serta
nyaman pada lansia sehingga hasil yang diharapkan bisa optimal untuk mencegah
progresifitas demensia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit


Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif.
Jakarta : KEMENKES RI. 2015.
2. Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 2005.
3. Gemmell, E., Bosomworth H., Allan, L., Hall, R., Khundakar, A., Oakley,
A.E., Deramecourt, V., Polvikoski, T.M., O'brien, J.T., Kalaria, R.N.
Hippocampal neuronal atrophy and cognitive function in delayed poststroke
and aging-related dementias. Stroke J. 2012 ;43(3):808-14.
4. Ball, K., Berch, D.B., Helmers, K.F., Jobe, J.B., Leveck, M.D., Marsiske, M.,
Morris, J.N., Rebok, G.W., Smith, D.M., Tennstedt, S.L., Unverzagt, F.W.
Effects of cognitive training interventions with older adults: a randomized
controlled trial. Jama J. 2002 13;288(18):2271-81.
5. Smith, G.E., Bondi, M.W. Mild cognitive impairment and dementia:
Definitions, diagnosis, and treatment. Oxford: Oxford University Press.2013.
6. Perdossi. Panduan Praktik Klinis Neurologi. 2016.
7. Ramadian, D.A. 1 Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Tiga Yayasan
Manula Di Kecamatan Kawangkoan. e-CliniC. 2013;1(1).
8. Creavin, S.T., Wisniewski, S., Noel‐Storr, A.H., Trevelyan, C.M., Hampton,
T., Rayment, D., Thom, V.M., Nash, K.J., Elhamoui, H., Milligan, R., Patel,
A.S. Mini‐Mental State Examination (MMSE) for the detection of dementia
in clinically unevaluated people aged 65 and over in community and primary
care populations. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2016; 1(1).
9. Raz, L., Knoefel, J., Bhaskar, K. The neuropathology and cerebrovascular
mechanisms of dementia. J of Cerebral Blood Flow & Metab. 2016;
36(1):172-86
10. van Dalen, J.W., Caan, M.W., van Gool, W.A., Richard, E. Neuropsychiatric
symptoms of cholinergic deficiency occur with degradation of the projections
from the nucleus basalis of Meynert. Brain imaging and behavior. 2017;
11(6):1707-19.
11. Han, K., Chapman, S.B., Krawczyk, D.C. Neuroplasticity of cognitive control
networks following cognitive training for chronic traumatic brain injury.
NeuroImage: Clinical. 2018; 18:262-78.
12. Vance, D.E., Roberson, A.J., McGuinness, T.M., Fazeli, P.L. How
neuroplasticity and cognitive reserve protect cognitive functioning. J of
psychosocial nurs and mental health serv. 2010; 48(4):23-30.
13. Hallett, M. Neuroplasticity and rehabilitation. J of rehab research and
developm. 2005; 42(4):R17.
14. Yuzefo, M.A., Sabrian, F., Novayelinda, R. Hubungan Status Spiritual
dengan Kualitas Hidup Pada Lansia. J On Mahasiswa Prodi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. 2015; 2(2):1266-74.
15. Gultom, P., Bidjuni, H., Kallo, V. Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan
Tingkat Depresi Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah
Kota Manado. Jurnal Keperawatan. 2016; 4(2).
16. Tani, J., Tedja, I., Widjaja, I.R., Bardosono, S., Amri, Z. Dietary vitamins B,
folic acid and cognitive impairment in the elderly. Journal of the Indonesian
Medical Association. 2011; 58(3).

Anda mungkin juga menyukai