Anda di halaman 1dari 180

IMPLEMENTASI MODEL IBL (INQUIRI BASED LEARNING) BERBANTUAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR


KIMIA
(Studi pada siswa kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah)

TESIS

AWAL KURNIA PUTRA NASUTION


NIM A2M011009

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar


Magister Teknologi Pendidikan pada Program Studi Pascasarjana (S2)
Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Bengkulu

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT penulis ucapkan karena atas berkah

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

”Implementasi Model IBL (Inquiri Based Learning) Berbantuan Multimedia

Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia (Studi pada Siswa

Kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah)” ini dengan baik.

Penulisan tesis ini merupakan sebagai persyaratan dalam mencapai

gelar Magister Teknologi Pendidikan yang diselenggarakan oleh Program

Studi Teknologi Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bengkulu (FKIP UNIB). Penulisan tesis ini juga merupakan salah

satu bentuk kontribusi penulis terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam kaitan dengan pengunaan model IBL berbantuan multimedia.

Penulis sangat menyadari apa yang tertuang dalam tesis ini masih

banyak sekali kekurangannya, karena itu berbagai kritik dan saran yang

konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bengkulu, April 2013

Penulis

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan ribuan terima

kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih ini penulis

sampaikan kepada semua nama-nama di bawah ini :

1. Rektor Universitas Bengkulu, Bapak Prof. Zainal Muktamar, M.Sc., Ph.D.

Terima kasih atas penyelenggaraan Program S-2 Teknologi Pendidikan

di mana penulis dan teman-teman menimba ilmu dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan wawasan.

2. Dekan FKIP Universitas Bengkulu, Prof. Dr. Rambat Nursasongko, M.Pd,

terima kasih atas penyelenggaraan Program S-2 Teknologi Pendidikan di

mana penulis dan teman-teman menimba ilmu dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan wawasan.

3. Bapak Direktur Prodi S-2 Teknologi Pendidikan FKIP Univeristas

Bengkulu Prof. Dr. Johanes Sapri, M.Pd., yang telah memberi masukan,

motivasi, dan kritik sarannya pada penulis.

4. Pembimbing 1 Tesis Penulis yaitu Dr. Turdja’i, M.Pd.terima kasih atas

bantuan, masukan-masukan, dan kesabaran bapak menghadapi

kekurangan-kekurangan penulis dalam menjalani proses penulisan tesis

ini.

vi
5. Pembimbing 2 Tesis Penulis yaitu Dr. Rosane Medriyati, M.Pd. Terima

kasih atas bantuan, masukan-masukan, dan kesabaran ibu menghadapi

kekurangan-kekurangan penulis dalam menjalani proses penulisan tesis

ini.

6. Kepala SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah bapak Bimas Yanto, M.Pd., yang

telah memeberi izin untuk melakukan penelitian ini.

7. Segenap civitas Akademik Universitas Bengkulu.

8. Keluarga Besar Penulis terima kasih atas doa-doa dan bantuannya

selama penulisan tesis ini. Doa dan cinta yang diberikan menjadi motivasi

penulis untuk mempersembahkan yang terbaik yang bisa penulis berikan.

Buat ibunda tercinta terimakasih atas dukungan dan bantuan yang tak

kenal lelah buat penulis. Buat Ayahanda tercinta yang sudah almarhum,

penulis kirimkan seuntai doa, ayah adalah sosok hebat yang takkan

berhenti penulis kagumi. Buat adik-adikku yang selalu memberikan

semangat, kalian sangat berarti.

9. Teman-teman kelas A Teknologi Pendidikan Angkatan ke-4 teman

seperjuangan penulis dalam menempuh studi di S-2 Teknologi

Pendidikan FKIP Universitas Bengkulu. Kebersamaan dengan kalian

semua menjadi hal yang indah untuk selalu penulis kenang.

vii
IMPLEMENTATION MODEL IBL (INQUIRI BASED LEARNING) ASSISTED
MULTIMEDIA TO ENHANCE LEARNING ACTIVITIES AND RESULTS OF
CHEMICAL
(Studies in class X SMA N 2 Central Bengkulu)
by
Awal Kurnia Putra Nasution

ABSTRACT
This study aims to improve the activity and student learning outcomes
in chemistry subjects using IBL models (the inquiry-based learning)
multimedia-assisted solution to the material oxidation and reduction reactions.
Research conducted a Mixed Method Research which is a combination of
action research (action research) and experimental research (research
experiment). Stages in each cycle includes: planning, implementation,
observation, and reflection. Experimental research conducted is Pre-
experimental one group pretest-Posttes Design. Stages in each cycle
includes: planning, implementation, observation, and reflection. Experimental
research conducted is Pre-experimental one group pretest-Posttes Design.
This classroom action research consisted of 2 cycles, each cycle consisting of
four phases: planning, implementation, observation, and reflection. In cycle I
gained an average of 70.92 students' learning outcomes with classical
completeness of 73.07%, the average value of these cognitive rose to 72.07
with classical completeness II at 100% duty cycle. After the action research
conducted Pre-experimental one group pretest-Posttes Design. From the
results of an experimental class there is a significant increase in learning
outcomes between pretest and hem posttes value after the implementation of
multimedia-aided model of IBL.

Keywords: inquiry, multimedia, activities, learning outcomes.

viii
IMPLEMENTASI MODEL IBL (INQUIRI BASED LEARNING)
BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR KIMIA
(Studi pada siswa kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah)
Oleh
Awal Kurnia Putra Nasution

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran kimia dengan menggunakan model IBL (Inquiri-
based learning) berbantuan multimedia pada materi larutan dan reaksi
reduksi oksidasi. Penelitian yang dilakukan merupakan Mixed Method
Research yang merupakan gabungan penelitian kaji tindak (action research)
dan penelitian eksperimen (experiment research). Tahapan-tahapan dalam
setiap siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ekperimen yang dilakukan adalah Pre-ekperimental One Group
Pretes-Posttes Design. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus,
masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 70,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,07%,
nilai rata-rata kognitif ini mengalami kenaikan menjadi 72,07 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 100% siklus II. Setelah dilakukan penelitian
tindakan kelas dilakukan Pre-ekperimental One Group Pretes-Posttes
Design. Dari hasil kelas eksperimen terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikan antara bilai pretes dan nilai posttes setelah implementasi model IBL
berbantuan multimedia.
Kata kunci : inkuiri, multimedia, aktifitas, hasil belajar.

ix
IMPLEMENTASI MODEL IBL (INQUIRI BASED LEARNING)
BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR KIMIA
(Studi pada siswa kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah)

RINGKASAN

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya permasalahan-


permasalahan di SMA N 2 Bengkulu Tengah, yaitu (1) rendahnya hasil belajar
kimia siswa, (2) guru belum memanfaatkan multimedia sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran, (3) guru yang berperan aktif saat proses
pembelajaran, sementara siswa hanya mendengarkan dan pasif, (4) model
pembelajaran yang dipakai guru saat proses pembelajaran belum tepat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian


dengan judul “Implementasi Model IBL (Inquiri Based Learning) Berbantuan
Multimedia Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Kimia (Studi
Pada Siswa Kelas X Sma N 2 Bengkulu Tengah)”, dengan mengambil tiga
rumusan masalah yaitu pertama, bagaimana implementasi model IBL (Inquiri
based learning) berbantuan multimedia yang tepat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa; kedua, Apakah implementasi model
IBL (Inquiri based learning) berbantuan multimedia dapat meningkatkan hasil
belajar siswa; dan ketiga, apakah terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikan setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia.

Penelitian yang dilakukan merupakan Mixed Method Research yang


merupakan gabungan penelitian kaji tindak (action research) dan penelitian
eksperimen (experiment research). Penelitian ini memadukan dua metode
yang mengkombinasikan elemen-elemen pendekatan kuantitatif dan kualitatif
dengan tujuan memperluas dan memperdalam pemahaman dan pemaknaan
dari fakta-fakta yang didapat. Penelitian kaji tindak menggunakan data
pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas, data tersebut
kemudian dianalisis melalui tahapan dalam siklus tindakan. Tahapan-tahapan
dalam setiap siklus meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Penelitian ekperimen yang dilakukan adalah Pre-ekperimental One
Group Pretes-Posttes Design.

x
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model IBL
berbantuan multimedia dengan tepat mengacu pada rekomendasi perbaikan
dari siklus ke siklus, mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, hasil belajar
psikomotorik, dan aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari data-data yang
diperoleh, baik data hasil belajar dan data aktivitas belajar siswa.

Data hasil belajar siswa selama penelitian tindakan, hasil belajar


kognitif menunjukkan peningkatan, pada siklus I ini nilai rata-rata kognitif yaitu
sebesar 70,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,07%. Nilai rata-rata
kognitif ini mengalami kenaikan menjadi 72,07 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 100% siklus II. Hasil belajar psikomotorik pada siklus I memiliki rata-
rata 76,60, dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,92%, pada siklus II nilai
aspek psikomotor meningkat, yaitu dengan rata-rata 77,53 dan ketuntasan
klasikal sebesar 100%. Peningkatan aktivitas belajar siswa juga meningkata
dari siklus ke siklus, hal ini dapata dilihat pada siklus I memilki rata-rata
aktivitas siswa sebesar 37,7, dan pada siklus II nilai rata-rata aktifitas siswa
ini meningkat menjadi 40,7, berarti nilai ini sudah masuk dalam kategori baik.

Analisis data menggunakan uji-t terhadap hasil belajar dengan


membandingkan nilai pretes dan posttes pada kelas eksperimen yang
diterapkan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah implementasi
model IBL berbantuan multimedia. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan
SPSS, diperoleh nilai t hitung -61,227 dan tabel ttabel untuk taraf signifikansi
95% dan derajat kebebasan (df) = 52 diperoleh t tabel = 2,003. Dari hasil
perhitungan, t hitung = -61,227 dan t tabel 2,006. Nilai t hitung ini berada di
luar daerah peneriman H0 ( -2,003 < Ho diterima < 2,003), dengan demikian
H0 ditolak, karena Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah implementasi model IBL
berbantuan multimedia.

Penilitian ini memberikan kesimpulan bahwa: (1) Implementasi model


IBL (Inquiri based learning) berbantuan multimedia yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Bengkulu
Tengah, (2) Implementasi model IBL (Inquiri based learning) berbantuan
multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 2
Bengkulu Tengah, (3) Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan

xi
antara nilai pretes dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan
multimedia.

xii
Daftar Isi

Cover ........................................................................... ....................... i


Persetujuan Komisi Pembimbing ........................................................ ii
Bukti Pengesahan Perbaikan Tesis .................................................... iii
Lembar Pernyataan ........................................................................... . iv
Kata Pengantar.................................................................................... v
Ucapan Terima Kasih ......................................................................... vi
Abstract................................................................................................ viii
Abstraksi ............................................................................................. ix
Ringkasan ..................................................................................... ...... x
Daftar Isi .................................................................................... .......... xii
Daftar Tabel ..................................................................................... ... xiv
Daftar Gambar dan Diagram................................................................ xv
Daftar Lampiran .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian................................................................. 8
G. Defenisi Operasional................................................................. 9

BAB II Kerangka Teoritis...................................................................... 10


A. Pembelajaran Kimia.................................................................. 10
B. Model IBL (Inquiri Based Learning)…....................................... 14
C. Multimedia dalam Pembelajaran.............................................. 18

xiii
D. IBL Berbantuan Multimedia ..................................................... 23
E. Belajar dan Hasil Belajar………………….................................. 26
F. Aktifitas Belajar …………………............................................... 30
G. Penelitian yang relevan………………….................................... 32
H. Kerangka Pikir …..………………............................................. 33
I. Hipotesis………..………..……………….................................. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 36


A. Jenis Penelitian......................................................................... 36
B. Lokasi dan subjek penelitian..................................................... 36
C. Fokus Penelitian........................................................................ 36
D. Prosedur Penelitian .................................................................. 37
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
F. Analisis Data ............................................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 48


A. Deskriptif Hasil Studi Awal…..................................................... 48
B. Deskriptif Hasil PTK………....................................................... 49
C. Deskripsi Hasil Uji Hipotesis..................................................... 65
D. Pembahasan Hasil Penelitian………………….......................... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 78


A. Kesimpulan............................................................................... 78
B. Implikasi.................................................................................... 78
C. Saran ........................................................................................ 79

Referensi ................................................................................... .......... 80


Lampiran-Lampiran 83

xiv
Daftar Tabel

Tabel 3.1 Ketentuan skor dan interval Observasi Aktifitas Siswa……. 46


Tabel 3.2 Interval kategori Penilaian Aktifitas Siswa……………..…… 46
Tabel 3.3 Ketentuan skor dan interval Observasi Aktifitas Guru….… 47
Tabel 3.4 Interval kategori Penilaian Aktifitas Guru………………..…. 48
Tabel 4.1Langkah Kegiatan Implementasi Model IBL berbantuan
Multimedia Siklus I………………………………………………………. 54
Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I…………... 59
Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I……………. 60
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Kognitif Pada Siklus I……………………. 60
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Psikomotorik Pada Siklus I……………... 61
Tabel 4.6Langkah Kegiatan Implementasi Model IBL berbantuan
Multimedia Siklus II……………………………………………………. 66
Tabel 4.7 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………….. 72
Tabel 4.8 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II………....... 73
Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Kognitif Pada Siklus II……………………. 73
Tabel 4.10. Rekapitulasi Nilai Psikomotorik Pada Siklus II………….. 74
Tabel 4.11 Rekapitulasi nilai Pretest…………………………………… 79
Tabel 4.12 Rekapitulasi nilai Posttest………………………………….. 79
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas nilai …………………………………... 80
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas nilai…….…………………………… 80
Tabel 4.15 Hasil Uji Beda Rata-rata (t-test)……………………………. 81

xv
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Model IBL Berbantuan Multimedia…….. 34
Gambar 3.1 Garis Besar Desain Penelitian……………………………. 38
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Implementasi Model IBL
berbantuan Multimedia ………………………….………………………. 39
Gambar 3.4 Prosedur Siklus PTK………………………………………. 40

: Yulia I

xvi
Daftar Lampiran
Artikel Ilmiah
RPP
Lembar Kerja Siswa
Instrumen Penelitian
Penghitungan Analisis Nilai
Pengujian Normalitas
Pengujian Homogenitas
Pengujian T-tes
Surat-Surat Ijin Penelitian
Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian
Daftar Riwayat Hidup
sratul Aini

NPM : A2M011099

Tanggal Lulus : ............................

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat

penting dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan

masyarakat, bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab atas

keberhasilan dan kemajuan pendidikan di Indonesia akan tetapi semua

pihak baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri ikut bertanggung

jawab. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup

mendasar yang diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah

pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia

adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas

pendidikan yang masih rendah.

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan

seharusnya mampu berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan

yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses

sosialisasi (proses bermasyarakat khususnya bagi anak didik), dan

proses transformasi (proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih

baik). Cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat

mempengaruhi proses pembelajaran dan motivasi siswa terhadap

pelajaran. Proses pembelajaran melalui interaksi guru-siswa, siswa-

1
2

siswa, dan siswa-guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai

komponen lain di antaranya kurikulum, materi bahan ajar dan metode

pembelajaran yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh.

Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan

pembelajaran selama program pendidikan yang dilaksanakan di kelas

yang pada kenyataanya tidak pernah lepas dari masalah.

Salah satu komponen pendidikan yang paling disorot dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Sekarang ini guru

merupakan pihak yang sering dijadikan sebagai subjek yang paling

bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Hal ini tidak

sepenuhnya benar, mengingat masih banyak sekali komponen-

komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Namun, guru merupakan komponen yang paling strategis dalam proses

pendidikan. Oleh karena itu, banyak pihak menaruh harapan besar

terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Tentunya, guru

dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan dituntut untuk bekerja

profesional, yang mampu menyelesaikan segala permasalah yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar. Guru dalam pelaksanaan

pembelajaran tentunya sering menemukan permasalahan yang berkaitan

dengan proses belajar mengajar. Bagi guru yang profesional harus


3

mampu melakukan refleksi dari permasalahan yang terjadi dan mencari

solusi yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kenyataan di lapangan banyak ditemukan ketidaksesuaian antara

harapan dan kenyataan. Kemampuan yang dimiliki guru kurang memadai,

kurang mengapresiasi perkembangan lingkungan sekitar, sangat

tergantung pada buku paket, tidak ada inspirasi dan upaya untuk

mengembangkan materi, kurang memperhatikan kebutuhan siswa,

minimnya penggunaan media dan alat peraga. Akibatnya, banyak siswa

yang pasif dalam pembelajaran, pembelajaran sarat dengan hafalan, tidak

terjadi suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan,

cenderung membosankan, seakan akan tidak ada keinginan untuk belajar.

Pada setiap proses pembelajaran, guru memiliki berbagai peranan

penting diantaranya ialah sebagai fasilitator, administrator, evaluator,

organisator, dan motifator. Sebagai fasilitator, guru harus dapat

memberikan kemudahan pada siswanya dalam pembelajaran, sebagai

administrator,guru harus dapat mengelola kelas dan siswa. Sebagai

evaluator, guru harus dapat menilai dan mengukur hasil belajar siswa.

Sebagai organisator, guru harus dapat mengelola keadaan dan seluruh

komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Sebagai motivator, guru

harus memberikan dorongan kepada siswa agar dapat membangkitkan

minat belajar siswa melalui dorongan tersebut.


4

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

di SMA N 2 Bengkulu Tengah ternyata hasil belajar kimia siswa kelas X

masih rendah yaitu nilai rata-rata untuk materi larutan adalah 55,60

dengan ketuntasan klasikal 36,10%. Rendahnya hasil belajar kimia

tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep

kimia. Pembelajaran didominasi dengan metode ceramah yang berpusat

pada guru, guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi

pengetahuan bagi siswa. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan

tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep, sehingga

siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran yang

berdampak pada rendahnya hasil belajar.

Hasil wawancara dengan siswa tentang permasalahan dalam mata

pelajaran kimia, antara lain:

a. Kesulitan dalam memahami konsep kimia yang abstrak

b. Kesulitan dalam hitungan kimia karena kurangnya latihan.

c. Kesulitan mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari yang

mereka alami atau di lingkungan sekitar.

d. Siswa kurang dilatih untuk membangun/ mengkontruksi sendiri

pengetahuan, sehingga pengetahuannya kurang bermakna bagi

kehidupan sehari-harinya.
5

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terobosan

dalam pembelajaran kimia sehingga tidak menyajikan materi yang

bersifat abstrak tetapi juga harus melibatkan siswa secara langsung di

dalam pembelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan model

pembelajaran IBL. Model ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk

belajar kimia sehingga diharapkan hasil belajarnya akan meningkat,

karena siswa diajak langsung untuk mencari informasi, melakukan

penyelidikan atau percobaan untuk menemukan konsep tentang materi

pelajaran.

Pembelajaran yang terasa kurang menyenangkan dan

menjenuhkan bagi siswa, akibatnya siswa menjadi kurang semangat dan

mendapatkan pengalaman belajar. Oleh karena itu, untuk menghadapi

permasalahan ini seorang guru dituntut untuk mampu memilih suatu

model pembelajaran yang menarik, bervariasi sehingga tidak membuat

siswa merasa jenuh dan bosan.

Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam

pembelajaran. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah

sebagai alat bantu mengajar yang turut memotivasi, mempengaruhi iklim,

kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Salah satu program software yang sedang berkembang adalah

macromedia flash. Macromedia flash merupakan salah satu program


6

software yang mampu menyajikan visual secara jelas kepada siswa dan

materi yang bersifat abstrak dapat diilustrasikan secara lebih menarik

kepada siswa dengan berbagai gambar animasi. Pernyataan ini didukung

dari hasil wawancara menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran

kimia di kelas X masih jarang menggunakan media visual meskipun dalam

bentuk presentasi, sementara di sekolah tersebut terdapat sarana yang

mendukung seperti laboratorium multimedia.

Penelitian tindakan kelas atau classroom action research

merupakan kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik

pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang

mereka lakukan dan merefleksi hasil tindakannya (Hopkins 1993).

Menurut Arikunto (2008:3) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut berasal dari guru atau berupa arahan guru yang

dilakukan oleh peserta didik.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) cukup potensial untuk membantu memecahkan

masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di dalam kelas.

Proses pembelajaran saat ini tidak lagi hanya sekedar mentransfer

pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatan pembelajaran dirancang


7

untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental

dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompetensi dasar.

Berdasarkan uraian di atas dalam rangka upaya

meningkatkan aktivitas d a n h a s il b e la jar siswa kelas X SMA N 2

Bengkulu Tengah peneliti bermaksud untuk melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan mengimplementasikan Model IBL

(Inquiri-based learning) berbantuan multimedia dalam pelajaran kimia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar kimia siswa.

2. Guru belum memanfaatkan multimedia sebagai alat bantu dalam

proses pembelajaran.

3. Siswa kesulitan dalam memahami konsep kimia yang abstrak.

4. Guru yang berperan aktif saat proses pembelajaran, sementara

siswa hanya mendengarkan dan pasif.

5. Model pembelajaran yang dipakai guru saat proses pembelajaran

belum tepat.
8

6. Siswa kurang dilatih untuk membangun/ mengkontruksi sendiri

pengetahuan, sehingga pengetahuannya kurang bermakna bagi

kehidupan sehari-harinya.

7. Kesulitan mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari yang

mereka alami atau di lingkungan sekitar.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Agar pembahasan lebih terarah maka dibuat pembatasan

masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar kimia siswa.

2. Guru belum memanfaatkan multimedia sebagai alat bantu dalam

proses pembelajaran.

3. Guru yang berperan aktif saat proses pembelajaran, sementara

siswa hanya mendengarkan dan pasif.

4. Model pembelajaran yang dipakai guru saat proses pembelajaran

belum tepat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


9

1. Apakah implementasi model IBL (Inquiri based learning)

berbantuan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa?

2. Apakah implementasi model IBL (Inquiri based learning)

berbantuan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah

implementasi model IBL berbantuan multimedia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk:

1. Mendeskripsikan implementasi model IBL (Inquiri based learning)

berbantuan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Mendeskripsikan implementasi model IBL (Inquiri-based learning)

berbantuan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar setelah implementasi

model IBL berbantuan multimedia.


10

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teorotis hasil penelitian ini bermanfaat sebagai alternative

untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami pelajaran kimia,

untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa, dan meningkatkan

aktifitas belajar siswa

2. Manfaat praktis

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan

wawasan dan pengalaman tentang belajar struktur atom dengan

menggunakan Pendekatan IBL (Inquiri-based learning)

berbantukan multimedia.

b. Bagi guru

Penelitian ini menjadi wawasan atau masukan bagi guru dalam

memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran kimia.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memperoleh gambaran aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan dan reaksi
11

reduksi oksidasi menggunakan Pendekatan IBL (Inquiri-based

learning) berbantukan Multimedia.

d. Bagi lembaga

Penelitian ini menjadi bahan masukan dalam pengajaran

kimia,khususnya model pembelajaran pada pokok bahasan

bahasan larutan dan reaksi reduksi oksidasi.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-

istilah dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu

definisi operasional dari istilah-istilah tersebut.

1. Model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran

adalah pembelajaran model IBL (Inquiri Based Learning), adapun

langkah-langkah pembelajaran model inkuiri ini sebagai berikut : (1)

Mengajukan pertanyaan dan permasalahan; (2) Merumuskan

hipotesis; (3) Mengumpulkan data; (4) Menganalisis data; dan (5)

Membuat kesimpulan.

2. Multimedia yang digunakan selama proses pembelajaran berupa

power point, macromedia flash, dan infokus.

3. Aktifitas yang diamati selama proses pembelajaran adalah aktifitas

siswa dan guru. Pengamatan aktifitas ini dilakukan oleh guru mitra.
12

4. Hasil belajar kimia adalah kemampuan yang telah dicapai siswa baik

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengalami

proses belajar.
13

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pembelajaran Kimia

Pada hakikatnya belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan

yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar

manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Aktualisasi potensi amat berguna bagi manusia untuk dapat

menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Belajar (Slameto,

2003:2) adalah suatu proses, usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Winkel (2004:59) yaitu suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Hasil dari belajar tidak hanya

sekedar perubahan tingkah laku namun juga perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Menurut Hamalik (2008:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun dari manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur, yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan pembelajaran kimia merupakan suatu upaya

13
14

guru dalam menyampaikan ilmu kimia serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran kimia dibutuhkan

strategi, metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran kimia dapat tercapai dengan optimal. Strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan

belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Metode

pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan

tugasnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teknik

pembelajaran merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan guru

untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran (Hamzah, 2007:2).

Tujuan pembelajaran yang pencapaiannya diusahakan pada

pengetahuan dan keterampilan disebut instructional effect. Adapun

tujuan pembelajaran yang pencapaiannya diusahakan pada kemampuan

berpikir kritis dan kreatif disebut nurturant effect (Anitah, 2007:1.3).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran harus dipilih strategi pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik konsep yang diajarkan. Oleh karena itu,

proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan

strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan

pengalaman belajar
15

Kegiatan pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh

didaktik-metodik apa yang digunakan, tetapi juga oleh bagaimana

peranan guru memilih dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang

dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Depdiknas,

2003:56)

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh

siswa sebagai peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2003: 2). Sementara itu tujuan pembelajaran kimia menurut

Tresna (1988:113) adalah memperoleh pemahaman yang tahan lama

perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah,

mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium, serta

mempunyai sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Belajar kimia

dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai.

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan

bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur

dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata
16

pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang

meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika

zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang

berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai

produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,

dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (Mulyasa, 2006:

132-133).

Adapun menurut Keenan (1992:2) ilmu kimia mempelajari bangun

(struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam

proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Melalui kimia, kita mengenal susunan (komposisi) zat dan penggunaan

bahan-bahan kimia, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-

proses penting pada makhluk hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Mata

pelajaran kimia diklasifikasikan sebagaimata pelajaran yang cukup sulit

bagi sebagian siswa SMA/MA . Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-

ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean (1985: 5-9), yaitu

sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu

media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep

yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan

penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang

dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal,


17

dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat

banyak.

Menurut Mulyasa (2004:133-134), mata pelajaran kimia di SMA/MA

bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan


dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dapatbekerja sama dengan orang lain.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah
melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan
pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran
data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis.
d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
e. memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Dalam Depdiknas (2006:460) menyatakan bahwa mata pelajaran

kimia di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari


keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dapat bekerjasama dengan orang lain
18

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah


melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik
melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan
melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan
penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis
4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat
5. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara siswa

dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

kimia. Kualitas pembelajaran atau ketercapaian tujuan pembelajaran

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, strategi belajar

mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar

yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan

lain-lain. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu

keterbatasan guru dalam menyampaikan informasi maupun keterbatasan

jam pelajaran di sekolah. Media berfungsi sebagai sumber informasi

materi pembelajaran maupun sumber soal-soal latihan. Kualitas

pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu siswa, baik

perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan

belajar, latar belakang, dan sebagainya.


19

Berkaitan dengan pembelajaran kimia di kelas, Kean dan

Middlecamp (1985: 5-8) menyatakan bahwa ilmu kimia yang dipelajari

dikelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) Ruang lingkup kimia sebagian

besar bersifat abstrak; (b) Merupakan penyederhanaan dari objek kimia

yang sebenarnya; (c) Tidak hanya sekadar memecahkan soal-soal

numeric; (d) Materi pambelajaran kimia bersifat berurutan dan

berkembang dengan cepat.

B. Model IBL (Inquiri Based Learning)

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inkuiri yang dapat diartikan

sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan

ilmiah yang yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang

dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek

pertanyaan dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk

mcmperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi

dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan

mencari tahu.

Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegatan-

kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,

mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,

merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereviu apa yang telah


20

diketahui, melaksnakan percobaan alau eksperimen dengan

menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan

menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan

mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997:120).

Berdasarkan berbagai macam variabel strategi pembelajaran,

maka strategi pembelajaran inkuiri termasuk dalam strategi

pengorganisasian. Dimana dalam strategi ini siswa ditunjukkan

bagaimana hubungan/ keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur atau

prinsip suatu pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi siswa.

Pembelajaran barbasis inkuiri merupakan pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah

mendorong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual

dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran diberikan secara tidak langsung, peran

siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi

pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan

pembimbing siswa untuk belajar (Suyanti, 2010:45).

Ciri utama pembelajaran model inkuiri adalah (1) inkuiri

menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan


21

menemukan. Artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar

sehingga mampu menemukan sendiri inti dari materi pelajaran, (2)

seluruh aktivitas dilakukan oleh siswa diarahkan untuk menemukan

jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakannya sehingga

timbul rasa percaya diri. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator atau

motivator belajar bagi siswa. (3) tujuan dari penggunaan strategi

pembelajaran model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan

demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut

untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka

dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (Kamboja, 2010).

Proses pembelajaran dengan model inkuiri, siswa perlu

dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan. Keterampilan inkuiri

atau keterampilan proses sehingga pada akhirmya dapat

menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain,

terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis, jujur dan kreatif

(Prayitno. 2004).

Menurut Suyanti (2010 : 46). Secara umum proses

pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:


22

1. Langkah orientasi
Merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guna merangsang dan mengajak
siswa untuk berfikir mcmecahkan masalah. Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah : (1) Menjelaskan
topik, tujuan atau hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa,
(2) Menjelaskan pokok kegiatan untuk mcncapai tujuan, 3.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar sebagai
motivasi bagi siswa.
2. FASE I : Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah mcmbawa siswa
kcpada suatu pcrsoalan yang mcngandung teka-teki. Persoalan
yang disajikan adalah pcrsoalan yang menantang untuk berfikir.
Teka-teki yang menjadi pcrsoalan dalam inkuiri hams mcngadung
konsep yang jelas dan pasti. Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah dikctahui terlebih dahulu oleh
siswa.

3. FASE II : Merumuskan Hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jalaban sementara, hipotesis perlu
diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa
adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari statu permasalahan.
4. FASE III : Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses
pengumpulan data membutuhkan motivasi yang kuat dalam
belajar, ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berfikimya. Tugas guru dalam tapan ini adalah mengajukan
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
5. FASE IV : Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses mcnentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat
mcngembangkan kemampuan berfikir rasional siswa. Artinya,
kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi
23

didukung oleh data yang ditemukan dan dapat


dipertanggungjawabkan.
6. FASE V : Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk
memperoleh kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa mana data yang relevan.

Adapun kelebihan dari Strategi Pembelajaran Inkuiri adalah (1)

Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan keterampilan dan penguasaan keterampilan

dan proses kognitif siswa; (2) Strategi penemuan mampu membangkitkan

gairah siswa; (3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak

maju sesuai dengan kemampuannya; (4) Siswa dapat mengarahkan

sendiri cara belajarnya; (5) Strategi berpusat pada siswa.

C. Multimedia dalam Pembelajaran

1. Multimedia dalam pembelajaran

Konsep multimedia telah banyak diterapkan dalam dunia pendidikan.

Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif berkembang atas dasar

pembelajaran konvensional yang tidak bisa memenuhi kebutuhan peserta

didik dalam pembelajaran (Sigit, 2008:12). Multimedia dapat menjadikan

suatu aplikasi menjadi sangat interaktif dan menyajikan interface yang

menarik.

Perkembangan teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar

dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi,


24

menyesuaikan informasi dan sebagainnya. Multimedia juga menyediakan

peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran sehingga

menghasilkan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi pelajar, dengan

multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah untuk menentukan dengan

apa dan bagaimana siswa untuk dapat menyerap informasi secara cepat dan

efisien. Sumber informasi tidak lagi terfokus pada teks dari buku semata mata

tetapi lebih luas dari itu. Kemampuan teknologi multimedia yang telah

terhubung internet akan semakin menambah kemudahan dalam

mendapatkan informasi yang diharapkan.

Multimedia merupakan kombinasi dari teks, gambar, seni grafik, suara,

animasi dan elemen-elemen video yang dimanipulasi secara digital. Tampilan

dan cita rasa dari proyek multimedia harus menyenangkan, estetis,

mengundang dan mengikat. Proyek harus memuat konsistensi visual, hanya

dengan menggunakan elemen-elemen yang mendukung pesan keseluruhan

dari program. (Vaughan, 2004:89). Multimedia merupakan suatu sistem

komunikai interaktif berbasis komputer yang mampu menciptakan,

menyimpan, menyajikan, dan mengakses kembali informasi berupa teks,

grafik, suara, video, atau animasi.

Menurut Sigit, (2008:3), kriteria multimedia adalah sebagai

berikut: (1) Memilki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya

menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat interaktif, dalam


25

pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon

pengguna; (3) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan

dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa

menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi

multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan kata

lain multimedia digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,

keterampilan, dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan pembelajar, sehingga secara sengaja proses

belajar terjadi, betujuan dan terkendali (Amatunisa, 2010:24).

Teknik penyajian pelajaran adalah sebagai teknik penyajian

yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran

kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,

dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roetiyah, 1991:1).

Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan bentuknya yaitu: (1)

Media berbasis manusia (Guru, instruktur, tutor, kegiatan kelompok),

media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan

untuk mengirim dan mengkomunikasikan pesan atau informasi; (2)

Media berbasis cetak (Buku penuntun, buku latihan), materi

pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah

buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas; (3)
26

Media berbasis visual (buku, alat batu kerja, grafik, peta, gambar,

transparan, slide), media ini memegang peranan yang sangat penting

dalam proses belajar. Media ini dapat memperlancar pemahaman dan

memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa

dan dapat memberikan hubungan antarmateri pelajaran dengan dunia

nyata; (4) Media berbasis Audio Visual (Vidio, film, Tv), salah satu hal

yang penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah

penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang

banyak rancangan, dan penelitian; (5) Media berbasis computer,

Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang

pendidIkan dan latihan. Komputer sebagai manajer dalam proses

pembelajaran.

“Adapun fungsi atau peranan media pembelajaran


adalah sebagai berikut : (1) Sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; (2)
Merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi; (3) Alat peraga dalam pembelajaran,
penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran;
(4) Penggunaan alat peraga bukan semata alat hiburan;
(5) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan
membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
diberikan oleh guru; (6)Untuk mempertinggi mutu belajar
mengajar (Sudjana, 1987:23).”

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa

Pemanfaatan teknologi multimedia dalam pembelajaran merupakan


27

penggunaan media secara majemuk untuk pencapaian kompetensi

tertentu, yang didalamnya terdapat proses integrasi berbagai jenis

media yang digunakan dalam suatu penyajian yang tersusun secara

baik, yang medianya dirancang untuk saling melengkapi sehingga

secara keseluruhan media yang digunakan akan menjadi lebih besar

perannya dalam proses belajar mengajar, sehingga masyarakat identik

dengan teknologi multimedia yang berbasis komputer, interaktif dan

pembelajaran mandiri. Adapun manfaat media pembelajaran adalah

sebagai berikut: (1) Dapat mengefektikan metode mengajar; (2) Dapat

membantu siswa dalam menyamakan persepsi terhadap konsep; (3)

Memperkecil verbalisme; (4) Meningkatkan pemahaman terhadap

materi; (5) Membangkitkan minat dan aktivitas siswa; (6) Menghemat

waktu belajar; (7) Menambah kegiatan belajar mengajar; (8)

Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.

2. Animasi Macromedia Flash

Kemampuan membuat objek seperti shockwave Flash maupun

animasi gif, dapat dikatakan bahwa macromedia flash adalah aplikasi

pencipta objek animasi yang powerful. Ditambah dengan pembuatan

objek grafis vektor yang terkandung di dalamnya, pemprograman


28

actionscript dan transisi layernya yang dinamis membuat produk ini

lebih produktif dibandingan produk penciptaan animasi sejenis.

Macromedia flash merupakan standar profesional yang

digunakan untuk membuat animasi di web. Sejak keberadaannya

pertama kali dan digunakan oleh beberapa situs web untuk membuat

animasi intro dan permainan, banyak orang dibuat kagum olehnya. Ini

disebabkan karena ukurannya yang begitu kecil tetapi dapat

menampilkan animasi di web yang luar biasa mengagumkan.

3. Kelebihan Flash Sebagai Media Presentasi

Presentasi adalah salah satu contoh komunikasi langsung

dimana presenter (pembawa materi presentasi) berhadaapan dengan

audiens (pendengar persentasi). Pendengar tentu tidak memiliki

beban karena mereka tinggal menerima apa yang dikatakan persenter,

persenterlah yang memiliki beban karena harus membawakan materi

daan harus bertanggung jawab atas apa yang disampaikaannya

(Pramono, 2006: 1). Presentasi yang baik adalah presentasi yang

komunikatif. Banyak faktor yang dapat menyebabkan orang tidak

dapat memperhatikan apa yang disaampaikan oleh presenter. Salah

satunya adalah karena media yang digunakan untuk presentasi.


29

Ada beberapa alasan mengapa memilih flash sebagai media

presentasi, yaitu karena flash memiliki kelebihan-kelebihan sebagai

berikut : (1) Hasil akhir file flash memiliki ukuran yang lebih kecil

(setelah di publish); (2) Flash mampu mengimpor hampir semua file

gambar dan file-file audio hingga presentasi dengan flash dapat lebih

hidup; (3) Animasi dapat dibentuk, dijalankan, dan dikontrol; (4) Flash

mampu membuat file executable (*.exe) sehingga dapat dijalankan

pada komputer manapun tanpa harus menginstall terlebih dahulu

prograam flash; (5) Font presentase tidak akan berubah meskipun PC

yang digunakan tidak memiliki font tersebut; (6) Gambar flash

merupakan gambar vektor sehingga tidak akan pernah pecah

meskipun di-zoom beratus kali; (7) Flash mampu dijalankan pada

sistem operasi windows maupun macintosh; (8) Hasil akhir dapat

disimpan dalam berbagai macam bentuk, seperti *.avi, *.gif, *.mov,

ataupun file dengan format yang lain. (Andi Pramono, 2006: 2).

D. IBL Berbantuan Multimedia

Model pembelajaran sebagai suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.


30

Dalam model pembelajaran tersebut dapat terlihat tahap-tahap kegiatan

guru dan siswa yang dikenal dengan sintaks pembelajaran. Komponen

utama yang secara langsung membentuk model pembelajaran adalah

materi subjek yang dibahas, tujuan pembelajaran, strategi dan teknik

guru, serta evaluasi yang digunakan.

Setiap model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain

pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikan rupa sehingga

tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran memiliki makna yang

lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Empat ciri khusus

model pembelajaran (Trianto, 2007:16): (1)Rasional teoritik logis yang

disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) Landasan pemikiran

tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang

akan dicapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model

tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) Lingkungan belajar

yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan kajian terhadap teori-teori pembelajaran yang menjadi

kerangka rasional bagi pengembangan sebuah model pembelajaran, dan

dengan maka dikembangkanlah sebuah model pembelajaran inkuiri

terbimbing berbantuan multimedia

Dasar-dasar esensial dari pembelajaran inkuiri yang efektif dalam

National Research Council (1999:102) adalah: (1) Melihat pola dan makna
31

bukan kejelasan pada hal yang baru; (2) Memiliki kedalaman

pengetahuan pada disiplin ilmu, terstruktur sehingga lebih bermanfaat; (3)

Pengetahuan tidak hanya sekedar menyusun fakta-fakta, melainkan

terstruktur menjadi accessible, transferable, dan applicable untuk berbagai

situasi; (4) Mereka yang belajar secara inkuiri dapat dengan mudah

mendapatkan kembali pengetahuannya dan belajar informasi yang baru

dengan mudah.

Model inkuiri menuntut guru untuk melibatkan siswa memulai inkuiri

sedini mungkin. Peran guru adalah menyeleksi atau menciptakan suatu

masalah, mewasiti prosedur, memberikan respon terhadap inkuiri yang

ditunjukkan siswa, memulai inkuiri, dan memfasilitasi diskusi siswa (Joyce,

2000:55).

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa sesungguhnya model

pembelajaran inkuiri adalah suatu usaha nyata dalam rangka mengubah

paradigma tugas utama guru yang selama ini disebut “mengajar siswa” ke

paradigma baru “membelajarkan siswa” yang merupakan inti dari model

pembelajaran inkuiri, sehingga mampu menciptakan aktivitas-aktivitas

utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran melalai strategi

inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin

intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
32

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered

approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang

peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam

merubah cara seseorang dalam belajar, untuk memperoleh informasi dan

menyesuaikan informasi. Penggunaan media secara kreatif akan

memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak,

mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan

penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk

mengembangkan teknik pembelajaran sehingga menghasilkan hasil yang

maksimal. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam

pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik,

mental dan emosional. Tidak selamanya guru mampu membuat siswa

aktif hanyadengan ceramah, Tanya jawab dan lain-lain namun diperlukan

media untukmenarik minat atau gairah belajar siswa. Memiliki teknologi

yang betul merupakan salah satu dari keperluan untuk menghasilkan

proses pengajaran dan pembelajaran yang berkesan. Multimedia bukan


33

terletak semata-mata kepada teknologinya, tetapi sebenarnya adalah

terletak kepada kreativitas dan usaha guru itu sendiri.

Proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi,

penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran

yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-

kata dan tulisan) maupun non-verbal. Penafsiran simbol-simbol

komunikasi tersebut adakalanya berhasil, dan adakalanya tidak berhasil

atau gagal. Dengan kata lain dapat dikatakan

kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar,

dibaca, dilihat atau diamati. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak

pemahaman yang diterima.

E. Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan

belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung

kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai

anak didik. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami sebaik-
34

baiknya tentang proses belajar murid agar ia dapat memberikan

bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi

bagi murid-murid.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli

pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat

mereka masing-masing. Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa

belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Hamalik (2003:16) mengemukakan bahwa

belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk

mencapai tujuan. Siswa akan mendapat pengalaman dengan

menempuh langkah-langkah atau prosedur yang disebut belajar.

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan

mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan

pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan

pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik


35

tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak

memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak

bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Slameto (2003: 27-28) prinsip-prinsip belajar meliputi:

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional dan belajar dapat menimbulkan reinforcement dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional.

b) Sesuai hakikat belajar

Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya, belajar adalah proses organisasi,

adaptasi, eksplorasi dan discovery, belajar adalah proses

kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang

diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang

diharapkan.

c) Sesuai materi yang harus dipelajari


36

Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

menangkap pengertiannya dan belajar harus dapat

mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan

instruksioanl yang harus dicapainya.

d) Syarat keberhasilan belajar

Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

dapat belajar dengan tenang dan repetisi dalam proses belajar

perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ ketrampilan/sikap itu

mendalam pada siswa.

3. Hasil Belajar

Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting

yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan

seorang siswa dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai

apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk

selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (1989: 22) hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:
37

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam

aspek yaitu pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan/ ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar kimia adalah

kemampuan yang telah dicapai siswa baik kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotorik setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar kognitif

berasal dari nilai ulangan harian atau nilai ulangan semester dari siswa.

Pada kurikulum 1994 hanya hasil belajar kognitif yang dijadikan tolak

ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Tetapi untuk kurikulum 2004


38

sekarang, hasil belajar siswa meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan

psikomotorik. Hasil belajar psikomotorik siswa berkaitan dengan

keterampilan dan kemampuan bertindak siswa untuk pelajaran kimia, hasil

belajar psikomotorik siswa diperoleh dari hasil pengamatan terhadap

keterampilan siswa ketika melakukan percobaan atau eksperimen.

Sedangkan untuk hasil belajar afektif siswa, diperoleh dari hasil angket.

F. Aktifitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor

penting. Karena aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala

dan tidak akan tercapainya proses pembelajaran yang efektip apabila tidak

adanya aktivitas. Seperti yang diungkapkan oleh Dave Meiner (Indraeni

2009:10) bahwa “belajar berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara

fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin,

sehingga dapat membuat seluruh tubuh dan fikiran terlibat dalam proses

belejar mengajar”

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian aktivitas

adalah keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang

dilaksanakan di tiap bagian di dalam perusahaan (Depdiknas,2004).

Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar

merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.

Aktivitas merupakan azas yang terpenting dari azas-azas didaktik karena


39

belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak

mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktifitas fisik saja,

tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif

dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan

aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-

banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar siswa adalah bergerak aktif secara berkala yang melibatkan fisik,

fikiran dan semua indera yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Oeh sebab itulah aktivitas

dikatakan asas yang sangat penting dalam pembelajaran.

Dalam konsep belajar aktif, pengetahuan merupakan pengalaman

pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan

merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak

didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan

agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara

aktif dalam kegiatan belajar. Empat prinsip belajar aktif, yaitu : (1) siswa

harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara

belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan

objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat
40

pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama diberi peranan penting dalam

kelas.

Dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun

pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan

kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang

bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan

objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada

guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena sekolah

merupakan miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran

harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar berbagai komponen

yang terbaik. Pendidikan modern menitik beratkan padaaktivitas sejati,

dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang ia

pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan

pemahaman dan ketrampilan serta prilaku lainnya, termasuk sikap dan

nilai.

Menurut Usman (Indraeni 2009:11) mengemukakan bahwa aktivitas


belajar siswa dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu : (1)
Aktivitas visual (Visual activities) meliputi membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demontrasi; (2) Aktivitas lisan (Oral activities) meliputi
bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi; (3) Aktivitas
mendengarkan (Listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan dari
guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengarahan; (4) Aktivitas
gerak (Motor actifities) meliputi senam, atletik, menari; (5) Aktivitas menulis
(Writing activities) meliputi mengarang, menulis surat, membuat makalah.
41

G. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Fajarudin (2012:93) bahwa Model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website secara signifikan

dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep listrik arus searah

dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa

bantuan website. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan

website secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa pada konsep listrik arus searah dibandingkan

model pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa bantuan website.

Ariyani (2006:66) menyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran dengan pendekatan IBL pada mata pelajaran kimia

khususnya pada pokok bahasan sistem koloid dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA 12 Semarang.. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa.

Julianti (2009:115) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan

model inkuiri berbantuan multimedia dengan kelompok siswa yang

belajarnya menggunakan model konvensional pada pembelajaran

kewirausahaan dalam materi Menganalisis aspek-aspek perencanaan

usaha terhadap hasil belajar siswa, dimana hasil belajar siswa pada
42

kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang menggunakan proses pembelajaran model konvensional.

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan oleh

peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Keadaan

ideal adalah keadaan yang semestinya dapat dicapai pada saat proses

pembelajaran, tetapi pada kenyataan dilapangan aktifitas dan hasil belajar

anak rendah.

1. Kerangka pikir penelitian tindakan kelas dengan penerapan model IBL

berbantuan multimedia.

Terdapat perbedaan antara keadaan ideal dan kenyataan

dilapangan, maka dilakukan pendekatan IBL berbantuan multimedia

untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Keadaan ideal

saat proses pembelajaran adalah aktifitas belajar siswa tinggi dan hasil

belajar melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan

kenyataan dilapangan aktifitas belajar siswa rendah Hasil belajar tidak

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan keadaan

tersebut dilakukan pembelajaran model IBL (Inquiri Based Learning)

agar keadaan ideal proses pembelajaran dapat dicapai. Adapun

kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


43

Keadaan Ideal Kenyataan di lapangan

1. Aktifitas belajar siswa 1. Aktifitas belajar siswa


tinggi rendah
2. Hasil belajar melampaui 2. Hasil belajar tidak
kriteria ketuntasan mencapai kriteria
minimal (KKM) ketuntasan minimal
(KKM)

Model IBL Berbatuan


Multimedia OUTPUT

1. Aktifitas belajar
INPUT 1. Mengajukan pertanyaan meningkat
dan permasalahan 2. Hasil belajar
2. Merumuskan hipotesis melampaui
3. Mengumpulkan data KKM
4. Menganalisis data
5. Membuat kesimpulan

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Model IBL Berbantuan Multimedia


44

I. Hipotesis

Hipotesis diturunkan melalui teori, hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu

pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.

(Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008:56),

hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori.

Hipotesis merupakan gabungan dari kata ”hipo” yang artinya

dibawah, dan ”tesis” yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan

hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu benar) dan baru dapat

diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan

bukti-bukti. (Arikunto, 2000 : 57). Dengan demikian, menurut Arikunto,

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi

problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban

tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji

kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan

kedudukannya itu, menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi

kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.

Pada penelitian kaji tindak didapat hipotesis sebagai berikut :

“implementasi model IBL berbantuan multimedia dapat meningkatkan

aktifitas dan hasil belajar kimia”.


45

Hipotesis dalam penelitian eksperimen yaitu :

Ada 2 hipotesis pada penelitian ini, yaitu:

1. H0 = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara

nilai pretes dan nilai posttes setelah implementasi model IBL

berbantuan multimedia

2. H1 = Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai

pretes dan nilai posttes setelah implementasi model IBL berbantuan

multimedia
46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan Mixed Method Research

yang merupakan gabungan penelitian kaji tindak (action research) dan

penelitian eksperimen (experiment research). Penelitian ini memadukan

dua metode yang mengkombinasikan elemen-elemen pendekatan

kuantitatif dan kualitatif dengan tujuan memperluas dan memperdalam

pemahaman dan pemaknaan dari fakta-fakta yang didapat. Penelitian kaji

tindak menggunakan data pengamatan terhadap jalannya proses

pembelajaran di kelas, data tersebut kemudian dianalisis melalui tahapan

dalam siklus tindakan. Tahapan-tahapan dalam setiap siklus meliputi :

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian

ekperimen yang dilakukan adalah Pre-ekperimental One Group Pretes-

Posttes Design.

Ada beberapa jenis atau tipe metode penelitian campuran ini,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Creswell dan Plano Clark, yang

pertama adalah Covergent Parallel Design, yang kedua Explanatory

Sequential Design dan yang ketiga Exploratory Sequential Design. Angell

Bert dan Townsend Lisa (2011:21). Desain Convergent Parallel Desaign

adalah salah satu tipe model penelitian dimana implementasi penelitian

46
47

kuantitatif dan kualitatifnya dilakukan secara bersama-sama namun

terpisah antara satu dan yang lainnya. Explanatory Sequential Design

merupakan desain penelitian dimana implementasi antara kualitatif dan

kuantitatifnya dilakukan secara berurutan dengan ketentuan kuantitatif

dilakukan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan kualitatif.

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

penelitian jenis ketiga, yaitu Exploratory Sequential Design, penelitian ini

merupakan kebalikan dari model Explanatory Sequential Design.

Penelitian ini mendahulukan penelitian kualitatif kemudian dilanjutkan

dengan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif diorientasikan untuk

mengeksplorasi sumber atau konsep atau teori dan data yang didapat

guna membangun hipotesis yang kemudian hipotesis itu harus diuji

kebenarannya dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Pada

penelitian ini menggabungkan dua model penelitian yaitu model penelitian

tindakan kelas (PTK) dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian Pre-

ekperimental One Group Pretes-Posttes Design.

B. Lokasi dan subjek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah pada

bulan Februari-Maret. Subyek penelitian kaji tindak adalah siswa kelas X1

semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa dalam satu

kelas yaitu 26 anak, yang terdiri dari 10 siswa putra dan 16 siswa putri.
48

Sampel penelitian eksperimen adalah siswa kelas X3 dengan jumlah

siswa dalam satu kelas yaitu 28 anak, yang terdiri dari 11 siswa putra dan

17 siswa putri.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian atau yang menjadi pusat perhatian dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

a) Hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan larutan yang dapat

diukur dengan menggunakan tes setiap akhir siklus.

b) Kinerja guru dalam melakukan pembelajaran apakah sudah sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

c) Proses pembelajaran yang berlangsung apakah sudah dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang aktif seperti yang

direncanakan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian campuran atau mixed method

research jenis Exploratory Sequential Design yang diawali dengan

melakukan studi awal dilanjutkan dengan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research) untuk menemukan hipotesis dari

permasalahan yang ditemukan pada studi awal yang kemudian hipotesis

itu harus diuji kebenarannya dengan eksperimen model Pre-ekperimental

One Group Pretes-Posttes Design. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara


49

PTK dengan eksperimen. Garis besar desain secara umum penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Garis Besar Desain Penelitian

Penelitian Eksperimen
Tindakan HIPOTESIS (Menguji INTERPRETASI
kelas Hipotesis)

Pre-ekperimental One Group


Pretes-Posttes Design

Gambaran tentang desain Exploratory Sequential Design yang gunakan

pada peneltian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


50

Gambar 3.2

Tahapan Penelitian Implementasi Model IBL berbantuan Multimedia


51

a. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang

terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi.

Untuk lebih jelasnya lagi, peneliti akan menggambarkan prosedur

siklus pelaksanaan PTK di bawah ini.

GAMBAR 3.3 PROSEDUR SIKLUS PTK


52

b. Rencana Tindakan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam dua siklus. Alokasi waktu tiap siklus adalah 2 x 45

menit. Siklus I membahas tentang larutan dan, siklus II membahas

reaksi reduksi oksidasi. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a) Refleksi awal

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu

mengadakan observasi awal di kelas X1 SMA Negeri 2

Bengkulu Tengah, yang dilakukan adalah wawancara terhadap

guru tentang bagaimana proses belajar kimia yang biasa

dilakukan oleh guru dan bagaimana respon siswa terhadap

pelajaran kimia. Hal ini dimaksudkan agar dapat menentukan

tindakan yang tepat untuk dapat menerapkan pembelajaran

dengan model inkuiri berbantuan multimedia.

b) Persiapan tindakan

Dari hasil refleksi awal tersebut, ditentukan tindakan-

tindakan yang dilakukan sebagai berikut : membuat RPP,

membuat LKS, membuat lembar observasi guru dan siswa, dan

alat evaluasi.
53

c) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan yang

berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran model inkuiri,

seperti identifikasi masalah, pembuatan rencana pembelajaran,

pembuatan lembar kerja siswa, pembuatan lembar pengamatan

siswa dan guru, penyediaan alat yang akan digunakan untuk

percobaan.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Sebelum melaksanakan siklus I terlebih dahulu peneliti

membagi siswa ke dalam beberapa kelompok belajar.

Kelompok belajar ini terdiri dari 5 siswa, tetapi ada satu

kelompok yang terdiri dari 6 siswa, jadi total ada 5 kelompok

dalam kelas.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

sesuai dengan model inkuiri yang akan dilaksanakan pada

siklus I. Pembelajaran untuk siklus I akan dilaksanakan

selama 1 kali pertemuan.

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan

pada saat pelaksanaan siklus I.

4) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi

pelajaran baik dari segi kognitif dan psikomotorik.


54

5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan

kondisi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Observasi dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai

guru dan guru mitra secara kolaborasi untuk mengamati

aktifitas belajar siswa.

6) Lembar observasi terdiri dari dua jenis yaitu lembar

observasi untuk mengamati kondisi siswa dan lembar

observasi untuk mengamati kinerja guru.

d) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan

dilaksanakannya skenario pembelajaran yang telah

direncanakan. Untuk tiap siklus pada tahap ini dilakukan 1

pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Selama proses

pembelajaran ini pengamatan aktifitas guru dan siswa dilakukan

oleh 2 guru mitra.

e) Pengamatan

Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya

pelaksanaan tindakan untuk memantau sejauh mana efek

tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan IBL

berbantuan multimedia pada pokok materi larutan.


55

Pengumpulan data pada tahap ini meliputi data nilai hasil

belajar siswa, hasil observasi aktifitas guru dan siswa.

f) Refleksi

Refleksi berkenaan dengan proses dan dampak yang

akan dilakukan. Dengan data observasi, guru dapat merefleksi

diri apakah dengan model inkuiri berbantuan multimedia telah

dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Hasil dari

refleksi adalah diadakannya perbaikan terhadap perencanaan

yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk

memperbaiki kinerja guru pada siklus selanjutnya.

c. Prosedur penelitian ekperimen

Penelitian ekperimen yang digunakan adalah Pre-ekperimental One

Group Pretes-Posttes Design, pada desain ini dilakukan pretest

sebelum dilakukan perlakuan dan setelah perlakuan dilakukan posttes.

Penelitian ini dilakukan pada kelas X3 yang diajar dengan

pembelajaran model IBL berbantuan multimedia.

Adapun desain penelitian ekperimen ini sebagai berikut :

O1 X O2

Keterangan : O1 = Nilai pretes


56

O2 = Nilai posttes

Kedua nilai ini kemudian di uji dengan T-tes untuk mengetahui apakah

ada perbedaan yang signifikan antara nilai pretes dan posttes.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah tes. (Arikunto, 2005) Adapun langkah-langkah

penyusunan tes adalah sebagai berikut : (a) Menelaah kurikulum/silabus

yang digunakan, (b) Membuat kisi-kisi soal pretest dan posttest, c)

Membuat butir soal, d) Membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran,

e) Mengembangkan tes yang telah disusun untuk penyempurnaan lebih

lanjut dengan mengkonsultasikan test yang telah disusun kepada dosen

pembimbing, dan guru matematika yang bersangkutan agar mendapat

pertimbangan, h) Menggunakan instrument tes yang disusun untuk

penelitian. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah

pelaksanaan pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Tes yang diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dimaksudkan

untuk melihat apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen,

sedangkan tes akhir (posttest) dimaksudkan untuk melihat pengaruh

pembelajaran terhadap hasil belajar siswa khususnya kelas eksperimen.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:


57

1. Mengadakan observasi

Observasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data

yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti

serta pencatatan secara sistematis (Arikunto 2002:30). Observasi ini

digunakan untuk mengukur indikator kerja, mengetahui permasalahan

yang muncul, dan faktor-faktor yang dijadikan dalam pertimbangan

sebelum dimulainya pelaksanaan tindakan berikutnya.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini

meliputi observasi pelaksanaan tindakan guru, observasi psikomotorik

siswa,dan observasi aktivitas belajar siswa. Observasi tindakan guru

(peneliti) dan observasi aktivitas belajar siswa dilakukan oleh guru

mitra, sedangkan untuk data aktifitas psikomotorik siswa dilakukan

oleh guru.

2. Tes akhir siklus

Penelitian ini terdiri dari duasiklus, jadi tes akhir siklus dilakukan

sebanyak dua kali. Tes yang digunakan berbentuk essai, yang

berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan setelah berlangsungnya proses

tindakan. Hasil tes ini juga berfungsi sebagai indikator kerja dan

standar kesesuaian antara silabus, rencana pembelajaran dan materi

yang disampaikan.
58

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data bersumber

pada benda yang tertulis. Peneliti secara langsung dapat mengambil

bahan dokumentasi yang sudah ada dan memperoleh data yang

dibutuhkan. Dokumentasi ini diperlukan untuk mendapatkan data

berupa daftar nama siswa, dan daftar nilai.

F. Analisis Data

1. Data observasi

Data yang diperoleh dari hasil observasi tes dan angket akan dianalisis

secara deskriftif yaitu dideskripsikan dalam bentuk kalimat atau

pertanyaan-pertanyaan.

a. Lembar Observasi Aktivitas siswa

Data yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi untuk

setiap aspek yang diamati, ketentuan pemberian skor seperti pada

tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Ketentuan skor dan interval Observasi Aktifitas Siswa

Kriteria Skor
Kurang (K) 1
Cukup (C) 2
Baik (B) 3
59

Penentuan kisaran nilai untuk criteria pengamatan menggunakan

persamaan berikut:


Rata − rata Skor =

Skor tertinggi = Jumlah butir observasi X skor tertinggi tiap butir

observasi

Skor tertinggi = Jumlah butir observasi X skor terendah tiap butir

Observasi

Selisih skor = Skor tertinggi-skor terendah


Interval Kriteria =

Untuk observasi aktivitas siswa skor tertinggi tiap butir observasi

adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 8, maka skor

tertinggi adalah 24.

Jadi kisaran nilai untuk setiap kriteria pengamatan adalah:

Tabel 3.2 Interval kategori Penilaian Aktifitas Siswa

NO Interval Kriteria Penilaian


1 14 – 23 Kurang
2 24 – 32 Cukup
3 33 – 42 Baik
60

Untuk mengetahui nilai rata-rata aktifitas siswa dapat dihitung

dengan cara menjumlahkan total skor dari pengamat 1 dan

pengamat 2, kemudian dibagi 2.

∑P1 + ∑ P2
Rata − rata =
2

Keterangan :

∑P1 = Total skor pengamat pertama

∑P2 = Total skor pengamat kedua

b. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Data yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi untuk

setiap aspek yang diamati, ketentuan pemberian skor seperti tabel

berikut ini:

Tabel 3.3 Ketentuan skor dan interval Observasi Aktifitas Guru

Kriteria Skor
Kurang (K) 1
Cukup (C) 2
Baik (B) 3
Penentuan kisaran nilai untuk criteria pengamatan menggunakan

persamaan berikut:


Rata − rata Skor =

Skor tertinggi = Jumlah butir observasi X skor tertinggi tiap butir

observasi
61

Skor tertinggi = Jumlah butir observasi X skor terendah tiap butir

Observasi

Selisih skor = Skor tertinggi-skor terendah


Interval Kriteria =

Untuk observasi aktivitas siswa skor tertinggi tiap butir observasi

adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 20, maka skor

tertinggi adalah 60.

Jadi kisaran nilai untuk setiap kriteria pengamatan adalah:

Tabel 3.4 Interval kategori Penilaian Aktifitas Guru

NO Interval Kriteria Penilaian


1 20 – 33 Kurang
2 34 – 47 Cukup
3 48 – 60 Baik

2. Data Tes Hasil belajar

Data tes hasil belajar kognitif dianalisa menggunakan nilai individu,

data tes hasil belajar psikomotor dianalisa menggunakan nilai

kelompok, nilai rata-rata siswa, dan kriteria ketuntasan belajar

mengacu pada acuan patokan.

Untuk melihat peningkatan kompetensi siswa pada aspek kognitif dan

psikomotor dapat digunakan rumus :


62

a) Nilai rata-rata


X=

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑Xi = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Jumlah siswa

b) Ketuntasan belajar individual

Nilai kriteria ketuntasan minimum (kkm) yaitu sebesar 65.

ℎ ℎ
RP = X 100%

c) Ketuntasan belajar klasikal

Kriteria ketuntasan belajar klasikal yg diharapkan diatas 80%.


RP = X 100%
ℎ ℎ

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisa

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas perlu dilakukan karena

menurut Husaini dan Purnomo (Sholikhin, 2011:37) jika data tersebut

normal maka data akan lebih mudah dibandingkan, dihubungkan, dan

diramalkan. Analisis data ini menggunakan program SPSS. Uji

normalitas data variabel yang digunakan adalah teknik One Sampel


63

Kolmogorv Smirnov. Syarat data dikatakan berdistribusi normal jika

signifikansi lebih besar dari 0,05.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas yang

diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Menurut Santoso

(2003:219), pengujian homogenitas mensyaratkan kedua data harus

berdistribusi normal. Jika kedua data dalam penelitian sudah

memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji

homogenitas. Hipotesis dalam uji homogenitas ini adalah H0 kedua

varians populasi adalah sama, sementara H1 kedua varians populasi

adalah tidak sama. Sebagai dasar pengambilan keputusan hasil uji

homogenitas adalah jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima. Analisis

data ini dibantu dengan menggunakan aplikasi program statistic SPSS

16.0.

5. Uji Beda

Uji beda ini digunakan mengetahui apakah ada perbedaan hasil

belajar yang signifikan antara kelas yang di ajar dengan model inkuiri
64

berbantuan multimedia dengan kelas yang diajar dengan

pembelajaran konvensional.

Uji t (t-test) dipilih karena dalam penelitian ini digunakan untuk

mengamati perbedaan antara rata-rata dua sampel yang tidak

berhubungan satu sama lain. Uji ini khusus digunakan utuk

menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata dari dua

kelompok yang diamati. Analisa uji t (t-test) ini digunakan untuk

mengetahui signifikasi antara variable independent (X) terhadap

variable dependent (Y) secara individual. Analisis data ini dibantu

dengan menggunakan aplikasi program statistik SPSS 16.0.

Menurut Priyatno (2010:35) sebelum dilakukan uji t test

(Independent Samples T-Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan

varian (homogenitas) dengan F-test (Levene,s Test), artinya jika varian

sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed

(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan

Equal Variances Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).


65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Studi Awal

Pada tahap studi awal dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif,

tujuannya untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang pembelajaran

kimia. Penelitian terutama ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang

penerapan media pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, aktivitas

siswa dan guru, keterlaksanaan RPP, dan hasil belajar siswa. Selanjutnya

hasil studi awal ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pembuatan rencana pembelajaran dalam rangka penerapan model IBL

berbantuan multimedia.

Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi, diketahui bahwa

metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

proses belajar mengajar kimia, ini berarti proses pembelajaran masih

didominasi oleh guru. Media yang digunakan oleh guru saat mengajar juga

masih hanya sebatas papan tulis dan spidol, dan belum pernah

menggunakan media pembelajaran seperti power point dan infokus. Saat

proses pembelajaran siswa cenderung pasif, hanya sebatas duduk,

mendengar, mencatat dan hanya sedikit siswa yang mau bertanya tentang

materi yang sedang diajarkan.

65
66

Pada tahap observasi ini juga dilakukan tes awal untuk mengetahui

konsepsi awal siswa sebelum pembelajaran tentang materi larutan. Tipe soal

berupa essai sebanyak 3 butir, pada tahap ini seluruh siswa hadir yang

berjumlah 26 siswa. Dari hasil tes awal yang dilakukan didapat bahwa siswa

memang belum mempunyai pengetahuan tentang larutan elektrolit dan non

elektrolit.

B. Deskripsi Hasil PTK

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebagaimana telah dirancang pada rencana pembelajaran (RPP I),

pada tahap pendahuluan untuk melihat dan meningkatkan aktivitas atau

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, disini siswa harus dibimbing

dan diberi arahan di awal proses pembelajaran. Pada tahap inti nanti guru

telah mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-

langkah inkuiri berbantuan multimedia.

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan yang berhubungan

dengan pelaksanaan pembelajaran model inkuiri, seperti identifikasi masalah,

pembuatan rencana pembelajaran, pembuatan lembar kerja siswa,

pembuatan lembar pengamatan siswa dan guru, penyediaan alat yang akan

digunakan untuk percobaan. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


67

(RPP) sesuai dengan model inkuiri yang akan dilaksanakan pada siklus I.

Pembelajaran untuk siklus I akan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan.

Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan pada saat

pelaksanaan siklus I. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan

materi pelajaran baik dari segi kognitif dan psikomotorik. Menyiapkan

lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti yang

bertindak sebagai guru dan guru mitra secara kolaborasi untuk mengamati

aktifitas belajar siswa. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yaitu lembar

observasi untuk mengamati kondisi siswa dan lembar observasi untuk

mengamati kinerja guru.

Rencana pembelajaran disusun bersama guru mitra dengan standar

kompetensi memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta

reaksi oksidasi-reduksi, dan kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat larutan

non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan. Adapun

indicator yang ingin di capai adalah sebagai berikut : mengidentifikasi sifat-sifat

larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan, mengelompokkan

larutan ke dalam larutan elektrolit dan non-elektrolit, menjelaskan penyebab

kemampuan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik,

menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan

senyawa kovalen polar dan melakukan pengamatan dengan benar dan


68

cermat. Model pembelajaran yang digunakan adalah model IBL berbantuan

multimedia dengan metode pembelajaran berupa diskusi, tanya jawab,

praktikum.

Sumber belajar berupa buku Kimia SMA Kelas X dan buku-buku yang

penunjang lainnya. Alat yang digunakan antara lain ; infokus, whiteboard,

laptop, dan LKS. Kompenen penilaian ada 4, yaitu penilaian kognitif,

penilaian psikomotorik, penilaian aktivitas siswa, dan penilaian aktivitas guru.

Langkah-langkah kegiatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.1
Langkah Kegiatan Implementasi Model IBL berbantuan Multimedia
Siklus I

Kegiatan Pembuka
1. Membuka pelajaran dengan mengucap salam dan menanyakan kabar siswa
2. Memeriksa daftar hadir siswa
3. Menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari sifat-sifat larutan
elektrolit dan non elektrolit
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (yang telah dibentuk
sebelumnya)
Kegiatan Inti
Fase 1
1. Dengan bantuan powerpoint dan macromedia flash memberikan pengarahan
dan simulasi tentang praktikum yang akan dilakukan
2. Mengajukan permasalahan tentang larutan elektrolit non elektrolit
Fase 2
1. Meminta siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan hipotesis
dan permasalahan yang ada dan menuliskannya di LKS (hipotesis yang
diharapkan terlampir dalam lembar jawaban)
2. Menunjukkan pada siswa alat dan bahan yang akan digunakan
69

Fase 3
1. Meminta perwakilan kelompok untuk mengambil alat dan bahan yang telah
disiapkan
2. Membimbing kelompok melakukan pekerjaan dan meminta menuliskan hasil
pengamatan pada data pengamatan yang ada di LKS.
3. Melakukan penilaian psikomotorik terhadap kegiatan praktikum yang dilakukan
siswa dalam kelompok
4. Meminta siswa untuk membersihkan, merapikan dan mengembalikan alat
percobaan yang telah digunakaan
Fase 4
1. Meminta siswa untuk melengkapi LKS (analisis data) dengan mendiskusikan
secara kelompok
2. Membimbing siswa menganalisis data hasil percobaan dalam diskusi kelas
dengan meminta dua kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari hasil
diskusi dengan kelompoknya berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan
dan kelompok lain menjadi pendengar yang baik supaya dapat menanggapi
dan menyumbangkan ide saat diminta guru.
3. Mempertegas kebenaran jawaban dari kelompok penyaji
4. Meminta siswa untuk mengidentifikasi apakah hipotesisnya benar, setengah
benar atau salah
5. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
Fase 5
1. Membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat dalam menarik
kesimpulan dengan mengacu pada materi pembelajaran hari ini
2. Membagikan soal kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu
3. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar kuis
Kegiatan Penutup
1. Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan latihan soal sebagai
tugas rumah
2. Mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari dan mempersiapkan materi
pada pertemuanselanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

b. Pelaksanaan
70

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada

hari selasa tanggal 26 Februari 2013 di kelas X1. Jumlah seluruh siswa

kelas X1 adalah 26 orang. Selain siswa, pembelajaran ini dihadiri juga oleh

seorang guru mitra. Guru mitra yang terlibat adalah guru mata pelajaran

kimia di sekolah tersebut. Pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 jam

pelajaran (2 x 45 menit). Materi yang dipelajari pada pertemuan ini adalah

materi larutan.

Perencanaan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua

berpedoman pada RPP yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Pada kegiatan awal pembelajaran, kegiatan pembelajaran, guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian

menanyakan kabar siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen siswa

satu persatu. Proses selanjutnya guru menginformasikan tentang materi yang

akan dipelajari yaitu tentang sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non

elektrolit, proses ini juga diiringi dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

Pada tahap awal ini juga siswa diminta untuk membentuk kelompok sesuai

dengan pembagian kelompok yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahap

ini masih ada beberapa siswa yang bingung siapa kawan satu kelompoknya.

Pada tahap ini terdapat beberapa fase kegiatan :


71

Fase 1 : Mengajukan Pertanyaan dan Merumuskan Permasalahan.

Pada tahap ini guru memberi materi dan arahan tentang praktek dengan

bantuan multimedia, multimedia yang di gunakan berupa power point dan

macromedia flash, disini juga guru menyampaikan permasalahan tentang

larutan elektrolit dan non elektrolit. Pada tahap ini siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan dari guru. Pada tahap ini proses pembelajaran

berjalan cukup baik, walaupun masih ada kekurangan yaitu masih ada

beberapa siswa yang kurang meperhatikan penjelasan guru.

Fase 2 : Merumuskan Hipotesis, pada fase ini guru membagikan LKS

kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dengan

kelompoknya untuk merumuskan hipotesis dan permasalahan yang ada

dan menuliskannya di LKS (hipotesis yang diharapkan terlampir dalam

lembar jawaban), pada tahap ini siswa secara berkelompok berdiskusi

untuk merumuskan hipotesis. Setelah siswa selesai merumuskan hipotesis,

kemudian guru menunjukkan kepada siswa alat dan bahan yang akan

digunakan selama praktek berlangsung.

Fase 3 : Mengumpulkan data, pada tahap mengumpulkan data ini,

akan dilakukan praktek tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Kegiatan

diawali dengan guru meminta perwakilan kelompok untuk mengambil alat

dan bahan yang telah disiapkan. Pada tahap ini guru juga membimbing

siswa agar tidak salah ambil alat untuk praktek. Selanjutnya siswa akan
72

melakukan praktikum dan guru membimbing dan memperhatikan siswa

selama proses praktikum. Setiap selesai satu perlakuan pada praktek

siswa menuliskan hasilnya pada pada LKS. Tidak lupa juga guru

mengingatkan siswa bahwa waktu praktek terbatas. Pada tahap ini juga

dilakukan penilaian psikomotorik oleh guru mitra. Apabila semua kelompok

telah selesai melakukan praktikum, kemudian guru meminta siswa untuk

membersihkan, merapikan dan mengembalikan alat percobaan yang telah

digunakaan. Pada fase ini masih ada kekurangan yang terjadi yaitu ada

kelompok yang belum menyelesaikan praktikum padahal waktu praktikum

sudah habis.

Fase 4 : Menganalisis data/Menguji Hipotesis, adapun yang dilakukan

pada tahap ini guru meminta siswa untuk melengkapi LKS (analisis data)

dengan mendiskusikan secara kelompok. Disini guru membimbing siswa

menganalisis data hasil percobaan dalam diskusi kelas dengan meminta

dua kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi dengan

kelompoknya berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan dan

kelompok lain menjadi pendengar yang baik supaya dapat menanggapi dan

menyumbangkan ide saat diminta guru. Pada tahap ini hal yang terlihat

adalah bahwa siswa masih malu-malu untuk mempresentasikan hasil

penelitiannya. Pada tahap ini guru mempertegas kebenaran jawaban dari

kelompok penyaji, dan memberikan masukan tentang jawaban yang telah


73

disampikan. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengidentifikasi apakah

hipotesisnya benar, setengah benar atau salah. Pada akhir fase ini guru

memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Fase 5 : Membuat kesimpulan, pada tahap inin guru membimbing

siswa dalam menarik kesimpulan yang mengacu pada materi pelajaran yang

telah dipraktekkan. Kemudian guru membagikan soal kuis yang harus

dikerjakan secara individu oleh siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk

mengumpulan lembar jawaban kuis. Saat mengerjakan kuis masih ada

beberapa siswa yang berusaha melihat jawaban kuis yang dikerjakan oleh

teman yang berada disampingnya.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran guru

mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan latihan soal sebagai tugas

rumah dan mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari dan

mempersiapkan materi pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini akan dapat data nilai kognitif dan nilai

psikomotorik siswa, dan nilai aktifitas siswa dan guru.

1) Analisis Aktifitas siswa dan guru

a) Hasil observasi aktifitas siswa


74

Pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dipandu oleh

lembar observasi aktivitas siswa. Pengamatan memberikan penilaian

berdasarkan kriteria pengamatan pada aspek-aspek pengamatan pada

lembar observasi siswa, dengan rentang penilaian 1 sampai 3, yaitu 1

(kurang), 2 (cukup), 3 (baik). Observasi aktivitas siswa ini dilakukan

pengamatan pada tiap-tiap kelompok siswa. Hasil lembar observasi aktivitas

siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Penilaian Pengamat 1 Pengamat 2


Rata-rata skor pengamat 37,8 37,6
Kriteria Baik Baik
Rata-rata skor
37,7
Pengamat 1 dan 2
Kriteria Baik

Pada tabel diatas terlibat bahwa skor observasi aktivitas siswa pada

siklus I, menurut pengamat 1 skor aktivitas siswa sebesar 37,8 dan menurut

pengamat 2 skor aktivitas siswa sebesar 37,6. Berdasarkan rata-rata skor

pengamat 1 dan pengamat 2, kriteria observasi aktivitas siswa ini berada

dalam kategori baik.

b) Hasil observasi aktifitas guru

Pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran dipandu oleh

lembar observasi guru. Pengamat memberikan penilaian berdasarkan criteria


75

pengamatan pada aspek-aspek pengamatan dalam lembar observasi guru,

dengan rentang penilaian 1 sampai 3, yaitu 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik).

Hasil lembar observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Siklus I
Penilaian
P1 P2
Jumlah Skor 54 54
Rata-rata Skor Pengamat 54
Kriteria Baik

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa skor observasi aktivitas guru pada

siklus I, menurut pengamat 1 sebesar 54 dan menurut pengamat 2 sebesar

54. Berdasarkan kriteria penilaian observasi guru rat-rata skor aktivitas guru

berada dalam kategori baik.

2) Analisis Nilai Tes Siklus I

a) Nilai Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa dikumpulkan dengan memberikan 3 soal

tes uraian yang dilakukan pada akhir siklus. Hasil tes belajar siswa pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :


76

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Kognitif Pada Siklus I

Hasil yang diperoleh


Nilai Ketuntasan
Ketuntasan klasikal Ket
rata- individual
rata Belum
Tuntas Ketercapaian Standar
siswa Tuntas
Belum
70,92 19 7 73,07 % 80%
Tercapai

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa nilai rata-rata kognitif siswa siklus

I sebesar 70,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,07 %, dengan rincian

19 siswa telah tuntas dan 7 siswa belum tuntas. Dengan demikian ketuntasan

belajar klasikal kognitif pada siklus I belum tercapai karena masih dibawah

80%.

b) Nilai Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik siswa didapat berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama praktikum dan penilaian LKS siswa. Hasil belajar

psikomotorik siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Rekapitulasi Nilai Psikomotorik Pada Siklus I

Hasil yang diperoleh


Ketuntasan
Nilai Ketuntasan klasikal
individual Ket
rata-rata
Belum
siswa Tuntas Ketercapaian Standar
Tuntas
Belum
76,60 21 5 76,92% 80%
Tercapai
77

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa nilai rata-rata psikomotorik siswa

siklus I sebesar 76,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,92 %, dengan

rincian 21 siswa telah tuntas dan 5 siswa belum tuntas. Dengan demikian

ketuntasan belajar klasikal psikomotorik pada siklus I belum tercapai karena

masih dibawah 80%.

d. Refleksi

Setelah melakukan melalui siklus I diadakan refleksi terhadap hasil-hasil

yang telah diperoleh dari lembar observasi dan hasil belajar siswa. Hal-hal

yang telah tercapai pada siklus I adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah baik.

2) Sebagian besar siwa sudah baik dalam mengikuti proses pembelajaran.

3) Respon siswa terhadap pembelajaran positif yaitu pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri berbantuan multimedia.

Sementara itu hal-hal yang belum tercapai dan harus diperbaiki pada

siklus I adalah sebagai berikut :

1) Siswa yang berada pada kelompok 1 masih kurang maksimal saat

percobaan dan memiliki nilai masih di bawah KKM.

2) Masih ada sebagian siswa yang belum memperhatikan penjelasan guru

tentang praktikum.

3) Siswa tidak menyelesaikan praktek sampai pada prosedur terakhir.


78

4) Siswa masih malu saat di persilahkan guru untuk mempresentasikan hasil

praktek.

5) Saat mengerjakan kuis siswa masih mencoba bertanya pada siswa yang

berada di sebelahnya.

Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan pada siklus I,

yang didapat dari diskusi dengan guru pengamat

1) Pada pembagian kelompok di siklus I, siswa dipersilahkan untuk memilih

kawan kelompoknya hal ini didasarkan dari usul siswa yang ada di kelas

bahwa mereka ingin kerja kelompok dengan teman yang sudah biasa

menjadi teman kelompoknya. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa

siswa dalam kelompok 1 memiliki nilai psikomotor yang rendah dan belum

mencapai nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal), karena hal inilah maka

perlu dilakukan perombakan dalam anggota kelompok, sehingga pada

siklus selanjutnya akan dibentuk kelompok-kelompok baru yang anggota

akan dipilih sendiri oleh guru.

2) Masih ada siswa yang tidak mendengarkan pengarahan guru dengan

baik, hal ini dikarenakan guru masih kurang maksimal saat memberikan

pengarahan tentang praktikum yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan

karena suara guru saat menjelaskan terlalu pelan. Maka dari itu hal ini

harus diperbaiki pada siklus selanjutnya.


79

3) Kekurangan selanjutnya adalah dalam hal waktu percobaan, ada 2

kelompok yang tidak menyelesaikan praktikum sampai langkah terakhir,

hal ini dapat diperbaiki dengan cara guru selalu memperingatkan siswa

bahwa waktu praktek terbatas dan praktek harus sudah selesai begitu

waktunya telah habis.

4) Saat siswa akan mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis data,

disini siswa masih malu-malu dan ragu untuk mempresentasikan hasil

pengamatan dan analisis data. Perbaikan diperlukan untuk siklus

selanjutnya yaitu agar guru membimbing siswa dalam mempresentasikan

hasil pengamatan dan analisis data, diperlukan juga motivasi guru agar

siswa lebih berani untuk tampil di depan kelas.

5) Saat mengerjakan kuis di akhir siklus, masih banyak siswa yang berusaha

untuk bertanya kepada teman yang ada disebelahnya. Hal ini harus

diperbaiki dengan cara guru harus mempertegas bahwa kuis harus

dikerjakan secara mandiri dan tidak boleh bertanya pada siswa yang

berada di sebelahnya.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi dapat diidentifikasi masalah-

masalah yang dapat menghambat naiknya hasil belajar siswa

sehingga dapat diambil langkah perbaikan pada siklus II ini. Siklus II

merupakan kelanjutan dari siklus I.


80

a. Perencanaan

Pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II ini adalah

pembelajaran dengan model IBL berbantuan multimedia. Untuk menunjang

pembelajaran inkuiri pada siklus II ini, ada beberapa hal yang harus

dipersiapkan. Sebelum melaksanakan siklus I I terlebih dahulu peneliti

membagi siswa ke dalam beberapa kelompok belajar. Kelompok belajar ini

terdiri dari 5 siswa, tetapi ada satu kelompok yang terdiri dari 6 siswa, jadi

total ada 5 kelompok dalam kelas. Pada tahap ini ada perbaikan, yaitu bila

pada siklus I siswa dipersilahkan untuk memilih teman satu kelompoknya,

maka pada siklus II ini gurulah yang memilih dan mengelompokkan siswa.

Sebagaimana telah dirancang pada rencana pembelajaran (RPP II),

pada tahap pendahuluan untuk melihat dan meningkatkan aktivitas atau

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, disini siswa harus dibimbing

dan diberi arahan di awal proses pembelajaran. Pada tahap inti nanti guru

telah mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-

langkah inkuiri berbantuan multimedia. Pada tahap perencanaan ini dilakukan

persiapan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran model

inkuiri, seperti identifikasi masalah, pembuatan rencana pembelajaran,

pembuatan lembar kerja siswa, pembuatan lembar pengamatan siswa dan

guru, penyediaan alat yang akan digunakan untuk percobaan.


81

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

model inkuiri yang akan dilaksanakan pada siklus I. Pembelajaran untuk

siklus I akan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan. Menyusun Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan pada saat pelaksanaan siklus I.

Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi pelajaran baik

dari segi kognitif dan psikomotorik. Menyiapkan lembar observasi untuk

mengamati situasi dan kondisi selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru

dan guru mitra secara kolaborasi untuk mengamati aktifitas belajar siswa.

Lembar observasi terdiri dari dua jenis yaitu lembar observasi untuk

mengamati kondisi siswa dan lembar observasi untuk mengamati kinerja

guru.

Rencana pembelajaran disusun bersama guru mitra dengan standar

kompetensi memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta

reaksi oksidasi-reduksi, dan kompetensi dasar menjelaskan

perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya

dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Adapun indicator yang

ingin di capai adalah sebagai berikut : membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi

berdasarkan konsep penerimaan dan pelepasan oksigen atau elektron, serta

peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi, memahami contoh reaksi redoks,

melakukan pengamatan dengan benar dan cermat. Model pembelajaran


82

yang digunakan adalah model IBL berbantuan multimedia dengan metode

pembelajaran berupa diskusi, tanya jawab, praktikum.

Sumber belajar berupa buku Kimia SMA Kelas X dan buku-buku yang

penunjang lainnya. Alat yang digunakan antara lain ; infokus, whiteboard,

laptop, dan LKS. Kompenen penilaian ada 4, yaitu penilaian kognitif,

penilaian psikomotorik, penilaian aktivitas siswa, dan penilaian aktivitas guru.

Adapun langkah-langkah kegiatan pada siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6
Langkah Kegiatan Implementasi Model IBL berbantuan Multimedia
Siklus II
Kegiatan Pembuka
1. Membuka pelajaran dengan mengucap salam dan menanyakan kabar siswa
2. Memeriksa daftar hadir siswa
3. Menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari sifat-sifat larutan
elektrolit dan non elektrolit
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (yang telah dibentuk
sebelumnya) (Pembagian kelompok langsung dilakukan oleh guru)
Kegiatan Inti
Fase 1
1. Dengan bantuan powerpoint dan macromedia flash memberikan
pengarahan dan simulasi tentang praktikum yang akan dilakukan
(Memastikan siswa memperhatikan penjelasan guru dan memperkuat suara
guru saat menyampaikan penjelasan)
2. Mengajukan permasalahan tentang larutan elektrolit non elektrolit
Fase 2
1. Meminta siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan hipotesis
dan permasalahan yang ada dan menuliskannya di LKS (hipotesis yang
diharapkan terlampir dalam lembar jawaban)
83

2. Menunjukkan pada siswa alat dan bahan yang akan digunakan


Fase 3
1. Meminta perwakilan kelompok untuk mengambil alat dan bahan yang telah
disiapkan
2. Membimbing kelompok melakukan pekerjaan dan meminta menuliskan hasil
pengamatan pada data pengamatan yang ada di LKS. (memperingatkan
bahwa waktu praktek terbatas dan siswa harus memaksimalkan waktu)
3. Melakukan penilaian psikomotorik terhadap kegiatan praktikum yang
dilakukan siswa dalam kelompok
4. Meminta siswa untuk membersihkan, merapikan dan mengembalikan alat
percobaan yang telah digunakaan
Fase 4
1. Meminta siswa untuk melengkapi LKS (analisis data) dengan mendiskusikan
secara kelompok
2. Membimbing siswa menganalisis data hasil percobaan dalam diskusi kelas
dengan meminta dua kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari hasil
diskusi dengan kelompoknya berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan
dan kelompok lain menjadi pendengar yang baik supaya dapat menanggapi
dan menyumbangkan ide saat diminta guru.
(memotivasi siswa agar lebih berani untuk mempresentasikan hasil
penelitian)
3. Mempertegas kebenaran jawaban dari kelompok penyaji
4. Meminta siswa untuk mengidentifikasi apakah hipotesisnya benar, setengah
benar atau salah
5. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
Fase 5
1. Membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat dalam menarik
kesimpulan dengan mengacu pada materi pembelajaran hari ini
2. Membagikan soal kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu
3. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar kuis
(menghimbau siswa agar mengerjakan kuis secara individu)
Kegiatan Penutup
1. Guru mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan latihan soal sebagai
tugas rumah
2. Mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari dan mempersiapkan materi
84

pada pertemuanselanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II untuk pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 9 maret 2013 di kelas X 1,

pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 16 Maret 2013.

Jumlah seluruh siswa kelas X 1 adalah 26 orang. Selain siswa, pembelajaran

ini dihadiri juga oleh guru mitra. Guru mitra yang terlibat adalah guru mata

pelajaran kimia di sekolah tersebut. Pembelajaran dilaksanakan dalam

waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Materi yang dipelajari pada pertemuan

ini adalah materi reaksi reduksi oksidasi (redoks).

Perencanaan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua

berpedoman pada refleksi yang dilakukan pada siklus sebelumnya,

Pertemuan pertama ini hanya dilakukan sampai pada fase 3, baru pada

pertemuan kedua dilanjutkan dengan fase 4 sampai selesai. Adapun langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut:

Pada kegiatan awal pembelajaran, kegiatan pembelajaran, guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian

menanyakan kabar siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen siswa

satu persatu. Proses selanjutnya guru menginformasikan tentang materi yang

akan dipelajari yaitu tentang sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non
85

elektrolit, proses ini juga diiringi dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

Pada tahap awal ini juga siswa diminta untuk membentuk kelompok sesuai

dengan pembagian kelompok yang telah dilakukan sebelumnya. Disini sudah

tidak terlihat lagi siswa yang bingung anggota kelompoknya.

Pada tahap inti terdapat beberapa fase kegiatan :

Fase 1 : Mengajukan Pertanyaan dan Merumuskan Permasalahan.

Pada tahap ini guru memberi materi dan arahan tentang praktek dengan

bantuan multimedia, multimedia yang di gunakan berupa power point dan

macromedia flash, disini juga guru menyampaikan permasalahan tentang

reaksi reduksi oksidasi. Pada tahap ini siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan dari guru. Pada tahap ini sudah terlihat perbaikan

yang dilakukan.

Fase 2 : Merumuskan Hipotesis, pada fase ini guru membagikan LKS

kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dengan

kelompoknya untuk merumuskan hipotesis dan permasalahan yang ada

dan menuliskannya di LKS (hipotesis yang diharapkan terlampir dalam

lembar jawaban), pada tahap ini siswa secara berkelompok berdiskusi

untuk merumuskan hipotesis. Setelah siswa selesai merumuskan hipotesis,

kemudian guru menunjukkan kepada siswa alat dan bahan yang akan

digunakan selama praktek berlangsung.


86

Fase 3 : Mengumpulkan data, pada tahap mengumpulkan data ini,

akan dilakukan praktek tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Kegiatan

diawali dengan guru meminta perwakilan kelompok untuk mengambil alat

dan bahan yang telah disiapkan. Pada tahap ini guru juga membimbing

siswa agar tidak salah ambil alat untuk praktek. Selanjutnya siswa akan

melakukan praktikum dan guru membimbing dan memperhatikan siswa

selama proses praktikum. Setiap selesai satu perlakuan pada praktek

siswa menuliskan hasilnya pada pada LKS. Tidak lupa juga guru

mengingatkan siswa bahwa waktu praktek terbatas. Peringatan ini

berdampak positif, sehingga semua kelompok dapat menyelesaikan

praktikum sesuai waktu. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian

psikomotorik oleh guru mitra. Apabila semua kelompok telah selesai

melakukan praktikum, kemudian guru meminta siswa untuk membersihkan,

merapikan dan mengembalikan alat percobaan yang telah digunakaan.

Fase 4 : Menganalisis data/Menguji Hipotesis, adapun yang dilakukan

pada tahap ini guru meminta siswa untuk melengkapi LKS (analisis data)

dengan mendiskusikan secara kelompok. Disini guru membimbing siswa

menganalisis data hasil percobaan dalam diskusi kelas dengan meminta

dua kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi dengan

kelompoknya berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan dan

kelompok lain menjadi pendengar yang baik supaya dapat menanggapi dan
87

menyumbangkan ide saat diminta guru. Setelah adanya motivasi dari guru

sudah terlihat ada perbaikan pada saat presentase siswa sudah tidak malu-

malu lagi. Pada tahap ini guru mempertegas kebenaran jawaban dari

kelompok penyaji, dan memberikan masukan tentang jawaban yang telah

disampikan. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengidentifikasi apakah

hipotesisnya benar, setengah benar atau salah. Pada akhir fase ini guru

memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Fase 5 : Membuat kesimpulan, pada tahap inin guru membimbing

siswa dalam menarik kesimpulan yang mengacu pada materi pelajaran yang

telah dipraktekkan. Kemudian guru membagikan soal kuis yang harus

dikerjakan secara individu oleh siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk

mengumpulan lembar jawaban kuis. Dengan imbauan yang dilakukan oleh

guru, siswa menjadi lebih disiplin saat mengerjakan kuis, dan siswa

mengerjakan kuis secara mandiri.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran guru

mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan latihan soal sebagai tugas

rumah dan mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari dan

mempersiapkan materi pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.


88

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini akan dapat data nilai kognitif dan nilai

psikomotorik siswa, nilai aktifitas siswa dan guru.

1) Analisis Aktifitas siswa dan guru

a) Hasil observasi aktifitas siswa

Pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dipandu oleh

lembar observasi aktivitas siswa. Pengamatan memberikan penilaian

berdasarkan kriteria pengamatan pada aspek-aspek pengamatan pada

lembar observasi siswa, dengan rentang penilaian 1 sampai 3, yaitu 1

(kurang), 2 (cukup), 3 (baik). Observasi aktivitas siswa ini dilakukan

pengamatan pada tiap-tiap kelompok siswa. Hasil lembar observasi aktivitas

siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Penilaian Pengamat 1 Pengamat 2

Rata-rata skor pengamat 40,6 40,8


Kriteria Baik Baik
Rata-rata skor
40,7
Pengamat 1 dan 2
Kriteria Baik

Pada tabel diatas terlibat bahwa skor observasi aktivitas siswa pada

siklus I, menurut pengamat 1 skor aktivitas siswa sebesar 40,6 dan menurut
89

pengamat 2 skor aktivitas siswa sebesar 40,8. Berdasarkan rata-rata skor

pengamat 1 dan pengamat 2, kriteria observasi aktivitas siswa ini berada

dalam kategori baik.

b) Hasil observasi aktifitas guru

Pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran dipandu oleh

lembar observasi guru. Pengamat memberikan penilaian berdasarkan criteria

pengamatan pada aspek-aspek pengamatan dalam lembar observasi guru,

dengan rentang penilaian 1 sampai 3, yaitu 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik).

Hasil lembar observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Siklus II
Penilaian
P1 P2
Jumlah Skor 59 59
Rata-rata Skor Pengamat 59
Kriteria Baik

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa skor observasi aktivitas guru pada

siklus II, menurut pengamat 1 sebesar 59 dan menurut pengamat 2 sebesar

59. Berdasarkan kriteria penilaian observasi guru rat-rata skor aktivitas guru

berada dalam kategori baik.


90

2) Analisis Nilai Tes Siklus II

a) Nilai Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa dikumpulkan dengan memberikan 2 soal

tes uraian yang dilakukan pada akhir siklus. Hasil tes belajar siswa pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Kognitif Pada Siklus II

Hasil yang diperoleh


Ketuntasan
Nilai Ketuntasan klasikal Ket
individual
rata-rata
Belum
siswa Tuntas Ketercapaian Standar
Tuntas
Telah
72,07 26 0 100 % 80%
Tercapai

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa nilai rata-rata kognitif siswa

siklus I sebesar 72,07 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100 %, dengan

semua siswa telah tuntas. Dengan demikian ketuntasan belajar klasikal

kognitif pada siklus II telah tercapai karena telah di atas 80%.

b) Nilai Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik siswa didapat berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama praktikum dan penilaian LKS siswa. Hasil belajar

psikomotorik siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10. Rekapitulasi Nilai Psikomotorik Pada Siklus II

Hasil yang diperoleh Ket


Nilai Ketuntasan Ketuntasan klasikal
91

rata-rata individual
siswa Belum
Tuntas Ketercapaian Standar
Tuntas
Telah
77,53 26 0 100% 80%
Tercapai

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa nilai rata-rata psikomotorik

siswa siklus I sebesar 77,53 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%,

dengan rincian seluruh siswa telah tuntas. Dengan demikian ketuntasan

belajar klasikal psikomotorik pada siklus II telah tercapai karena telah diatas

80%.

d. Refleksi

Dengan dicapainya ketuntasan nilai sebesar 100% pada nilai kognitif

dan psikomotor, maka penelitian ini selesai pada siklus 2, walaupun masih

ada kekurangan seperti menurunnya nilai tertinggi dari nilai psikomotor, tetapi

dalam hal rata-rata nilai mengalami peningkatan.

C. Deskripsi hasil Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang didapat setelah dilakukan penelitian

tindakan maka dilakukan penelitian ekperimen, penelitian eksperimen yang

dilakukan adalah Pre-ekperimental One Group Pretes-Posttes Design.

Penelitian ini dilakukan pada kelas X3 pada sekolah yang sama. Pada kelas

ini diterapkan pembelajaran model IBL berbantuan multimedia, disesuaikan


92

dengan RPP yang telah diperbaiki dari penelitian dikelas penelitian tindak

lanjut. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan uji pretes, untuk mengetahui

kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran model IBL

berbantuan multimedia, dan melakukan posttes pada akhir pembelajaran

untuk dapat mengetahui kenaikan nilai kognitif siswa.

a. Perencanaan

Pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri berbantuan multimedia. Untuk menunjang pembelajaran

inkuiri, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Sebelum melaksanakan

pembelajaran terlebih dahulu peneliti membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok belajar. Kelompok belajar ini terdiri dari 5 siswa, tetapi ada satu

kelompok yang terdiri dari 6 siswa, jadi total ada 5 kelompok dalam kelas.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

model inkuiri berbantuan multimedia yang diambil dari desain terbaik dari kelas

kaji tindak. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan pada

saat pelaksanaan pembelajaran. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur

penguasaan materi pelajaran baik dari segi kognitif.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan dengan jumlah seluruh

siswa kelas X 3 adalah 28 orang. Pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2

jam pelajaran (2 x 45 menit). Materi yang dipelajari pada pertemuan ini


93

adalah materi reaksi reduksi oksidasi (redoks). Adapun langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut:

Pada kegiatan awal pembelajaran, kegiatan pembelajaran, guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian

menanyakan kabar siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen siswa

satu persatu. Pada tahap awal guru membagikan soal pretes untuk

dikerjakan siswa sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Proses

selanjutnya guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari yaitu

tentang sifat-sifat larutan reaksi reduksi oksidasi, proses ini juga diiringi

dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Pada tahap awal ini juga siswa

diminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan pembagian kelompok

yang telah dilakukan sebelumnya.

Pada tahap inti ini terdapat beberapa fase kegiatan :

Fase 1 : Mengajukan Pertanyaan dan Merumuskan Permasalahan.

Pada tahap ini guru memberi materi dan arahan tentang praktek dengan

bantuan multimedia, multimedia yang di gunakan berupa power point dan

macromedia flash, disini juga guru menyampaikan permasalahan tentang

reaksi reduksi oksidasi. Pada tahap ini siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan dari guru.

Fase 2 : Merumuskan Hipotesis, pada fase ini guru membagikan LKS

kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dengan


94

kelompoknya untuk merumuskan hipotesis dan permasalahan yang ada

dan menuliskannya di LKS (hipotesis yang diharapkan terlampir dalam

lembar jawaban), pada tahap ini siswa secara berkelompok berdiskusi

untuk merumuskan hipotesis. Setelah siswa selesai merumuskan hipotesis,

kemudian guru menunjukkan kepada siswa alat dan bahan yang akan

digunakan selama praktek berlangsung.

Fase 3 : Mengumpulkan data, pada tahap mengumpulkan data ini,

akan dilakukan praktek tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Kegiatan

diawali dengan guru meminta perwakilan kelompok untuk mengambil alat

dan bahan yang telah disiapkan. Pada tahap ini guru juga membimbing

siswa agar tidak salah ambil alat untuk praktek. Selanjutnya siswa akan

melakukan praktikum dan guru membimbing dan memperhatikan siswa

selama proses praktikum. Setiap selesai satu perlakuan pada praktek

siswa menuliskan hasilnya pada pada LKS. Tidak lupa juga guru

mengingatkan siswa bahwa waktu praktek terbatas. Apabila semua

kelompok telah selesai melakukan praktikum, kemudian guru meminta

siswa untuk membersihkan, merapikan dan mengembalikan alat percobaan

yang telah digunakaan.

Fase 4 : Menganalisis data/Menguji Hipotesis, adapun yang dilakukan

pada tahap ini guru meminta siswa untuk melengkapi LKS (analisis data)

dengan mendiskusikan secara kelompok. Disini guru membimbing siswa


95

menganalisis data hasil percobaan dalam diskusi kelas dengan meminta

dua kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi dengan

kelompoknya berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan dan

kelompok lain menjadi pendengar yang baik supaya dapat menanggapi dan

menyumbangkan ide saat diminta guru. Pada tahap ini guru mempertegas

kebenaran jawaban dari kelompok penyaji, dan memberikan masukan

tentang jawaban yang telah disampikan. Setelah itu guru meminta siswa

untuk mengidentifikasi apakah hipotesisnya benar, setengah benar atau

salah. Pada akhir fase ini guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Fase 5 : Membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa

dalam menarik kesimpulan yang mengacu pada materi pelajaran yang telah

dipraktekkan. Kemudian guru membagikan soal kuis yang harus dikerjakan

secara individu oleh siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk

mengumpulan lembar jawaban kuis.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran guru

mengevaluasi pembelajaran dengan memberikan latihan soal sebagai tugas

rumah dan mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari dan

mempersiapkan materi pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini akan dapat data nilai pretes dan posttes.
96

a) Nilai pretes siswa dikumpulkan dengan memberikan 3 soal tes uraian

yang dilakukan pada awal pembelajaran. Hasil pretes siswa pada dapat

dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai pretes

Hasil yang diperoleh


Nilai Ketuntasan
Ketuntasan klasikal Ket
rata- individual
rata Belum
Tuntas Ketercapaian Standar
siswa Tuntas
Belum
1,29 0 28 0% 80%
Tercapai

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes siswa

sebesar 1,29 dengan ketuntasan klasikal sebesar 0 %, dengan rincian semua

siswa belum tuntas.

b) Nilai posttes siswa dikumpulkan dengan memberikan 3 soal tes uraian

yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hasil posttes siswa pada dapat

dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai posttes

Hasil yang diperoleh


Nilai Ketuntasan
Ketuntasan klasikal Ket
rata- individual
rata Belum
Tuntas Ketercapaian Standar
siswa Tuntas

66,89 23 5 82,14 % 80% Tercapai


97

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa nilai rata-rata posttes siswa

sebesar 66,89 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,14 %, dengan rincian

23 siswa telah tuntas dan 5 siswa belum tuntas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas data variabel yang digunakan adalah teknik One Sampel

Kolmogorv Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisa

berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas nilai dapat dilihat pada

tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13

Hasil Uji Normalitas Nilai

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai posttest dan pretes

kelas eksperimen berdistribusi normal.


98

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan jika nilai Sig F > 0,05 maka uji t

menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika

nilai Sig F < 0,05 menggunakan Equal Variances Not Assumed (diasumsikan

varian berbeda). Hasil dari uji homogenitas ditunjukkan pada tabel 4.14

berikut.

Tabel 4.14

Hasil Uji Homogenitas nilai

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui homogenitas posttest adalah

nilai sig = 0.043 dengan Sig = 0.043 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

tidak homogen dengan melihat nilai Sig F < 0,05, sehingga untuk pengujian

t-test menggunakan Equal variances not assumed.

4. Uji Beda

Uji beda rata-rata (t-test) digunakan untuk menguji apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan implementasi Model

IBL (Inquiri-based learning) berbantukan Multimedia dengan hasil belajar

dengan pembelajaran konfensional. Hasil uji beda rata-rata (Independent


99

Samples T Test) menggunakan Equal variances assumed karena nilai Sig.F

> 0,05. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15

Hasil Uji Beda Rata-rata (t-test)

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa ada dua hasil perhitungan yaitu

Groups Statistics dan Independent Sample T Test. Pada Group Statistics

dipaparkan hasil perhitungan SPSS tentang jumlah data, nilai rata-rata,

standar deviasi dan standar error rata-rata. Dari hasil terlihat bahwa rata-rata

nilai pretest adalah 1,28 dengan standar deviasi 2,19 sedangkan nilai posttes

adalah 66,89 dengan standar deviasi 5,22.


100

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Aktifitas Siswa

Penilaian aktifitas ini dilakukan pada tiap kelompok, penilaian ini

sendiri dilakukan oleh guru dan oleh guru mitra, data yang diperoleh

kemudian dijumlahkan untuk kemudian dicari nilai rata-ratanya. Untuk aspek-

aspek yang dinilai pada segi aktifitas ini, diambil dari RPP yang telah disusun

di tiap awal siklus, jadi tidak ada penilaian yang dilakukan dari aspek di luar

RPP.

Aktifitas siswa pada siklus I memilki rata-rata 37,7, berarti aktifitas ini

masih dalam kategori baik, pada tahap ini diperlukan perbaikan dalam aspek

mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis data, disini siswa masih

malu-malu dan ragu untuk mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis

data. Perbaikan diperlukan untuk siklus selanjutnya yaitu agar guru

membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis

data, diperlukan juga motivasi guru agar siswa lebih berani untuk tampil di

depan kelas.

Setelah hal ini diperbaiki, maka pada siklus II nilai rata-rata aktifitas

siswa ini meningkat menjadi 40,7, berarti nilai ini sudah masuk dalam kategori

baik. Dari hal ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa aktifitas siswa akan

meningkat dengan penerapan pendekatan inkuiri berbantuan multimedia.


101

Hasil pengamatan aktivitas siswa ini sesuai dengan pendapat Kamboja

bahwa inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar

sehingga mampu menemukan sendiri inti dari materi pelajaran.

2. Aktifitas Guru

Penilaian aktifitas guru ini dilakukan oleh 2 orang guru mitra, kedua

nilai ini akan dijumlahkan untuk kemudian dihitung rata-rata nilai aktifitasnya,

untuk aspek yang dinilai pada akatifitas guru ini diambail dari RPP yang telah

disusun di awal siklus. Nilai aktifitas guru pada siklus I adalah sebesar 54,

masuk dalam kategori baik, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan nilai

aktifitas guru menjadi 59 dalam kategori baik. Hal ini menandakan bahwa

perbaikan yang dilakukan pada siklus II berhasil meningkatkankan aktifitas

guru.

3. Hasil Belajar Siswa

a. Hasil Belajar Kognitif

Penilaian hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes pada tiap

akhir siklus. Soal tes siklus yang digunakan untuk mengukur penguasaan

kompetensi dan tingkat pemahaman siswa. Soal yang diujikan pada siswa

merupakan soal essay, yang harus dikerjakan tepat waktu.

Hasil belajar kognitif ini mengalami peningkatan bila dibandingkan

dengan nilai hasil belajar kognitif sebelumnya, pada siklus I ini nilai rata-rata
102

kognitif yaitu sebesar 70,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,07%.

Nilai rata-rata kognitif ini mengalami kenaikan menjadi 72,07 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 100% siklus II. Karena pada siklus I ketuntasan

masih di bawah < 85% maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II, setelah

siklus II dilakukan maka ketuntasan klasikal ini naik menjadi 100%,

ketuntasan ini sudah lebih dari cukup, yaitu lebih besar dari 85% maka

penelitian ini cukup dilakukan sampai pada siklus II saja. Dengan hasil yang

baik ini maka dapat dinilai bahwa pendekatan inkuiri dengan berbantuan

multimedia ini mampu meningkatkan nilai kognitif siswa.

Hasil belajar kognitif ini sesuai dengan tujuan dari penggunaan strategi

pembelajaran model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir

secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan

intelektual sebagai bagian dari proses mental. (Kamboja, 2010).

b. Hasil Belajar Psikomotorik

Penilaian psikomotor siswa diukur dari pengamatan langsung saat

melakukan praktikum. Aspek yang diamati berupa keterampilan alat dan

bahan, melakukan percobaan, keterampilan membaca hasil percobaan, dan

keterampilan menyimpulkan hasil percobaan. Pada siklus I nilai aspek

psikomotorik memiliki rata-rata 76,60, dengan ketuntasan klasikal sebesar

76,92%, karena ketuntasan klasikal yang masih belum mencapai < 85%

maka penelitian ini masih perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus I ini
103

kekurangan yang ditemui adalah masalah waktu percobaan, ada 2 kelompok

yang belum melakukan semua prosedur praktikum, padahal waktu telah

habis, hal ini disiasati dengan mengingatkan siswa bahwa waktu praktek

terbatas. Pada siklus II nilai aspek psikomotor meningkat, yaitu dengan rata-

rata 77,53 dan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dengan ketuntasan yang

telah mencapai 100%, maka penelitian ini hanya dilakukan sampai pada

siklus II

Dari peningkatan nilai kognitif, psikomotorik, pada tiap siklus, maka

penerapan pendekatan inkuiri dengan berbantuan multimedia ini telah

berhasil meningkatkan nilai mata pelajaran kimia, khususnya untuk materi

larutan dan reaksi reduksi dan oksidasi. Hal ini juga dipengaruhi dari

peningkatan aktifitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran di

kelas.

Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran model inkuiri yang menekankan kepada proses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran diberikan secara tidak langsung, peran siswa

dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk

belajar (Suyanti, 2010).


104

4. Uji Hipotesis

Ada 2 hipotesis pada pengujian ini,

H0 = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai

pretes dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia

H1 = Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai pretes

dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai t hitung -61,227

dan tabel ttabel untuk taraf signifikansi 95% dan derajat kebebasan (df) =52

diperoleh t tabel = 2,003. Dari hasil perhitungan, t hitung = -61,227 dan t tabel

2,006. Nilai t hitung ini berada di luar daerah peneriman H 0 ( -2,003 < Ho

diterima < 2,003), dengan demikian H0 ditolak.

Karena Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai pretes dan posttes

setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia.


105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pembelajaran

kimia dengan pendekatan IBL berbantuan multimedia pada pokok

bahasan larutan dan reaksi reduksi oksidasi di kelas X1 SMA Negeri 2

Bengkulu Tengah dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi model IBL (Inquiri based learning) berbantuan

multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X1 SMA

Negeri 2 Bengkulu Tengah.

2. Implementasi model IBL (Inquiri based learning) berbantuan

multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA

Negeri 2 Bengkulu Tengah.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai pretes

dan nilai posttes setelah implementasi model IBL berbantuan

multimedia.

B. Implikasi

Implementasi model IBL berbantuan multimedia untuk meningkatkan

aktifitas dan hasil belajar mengimplikasikan sebagai berikut:

105
106

1. Bagi guru, implementasi model IBL berbantuan multimedia dapat

digunakan guru sebagai acuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil

belajar kimia khususnya pada pokok bahasan larutan dan reaksi

reduksi oksidasi.

2. Bagi siswa, , implementasi model IBL berbantuan multimedia

membawa dampak yang baik pada hasil belajar siswa dan membuat

aktifitas belajar siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

C. Saran

1. Guru sebaiknya memilih metode pembelajaran yang cocok untuk

menumbuhkan aktivitas, minat, dan motivasi siswa untuk belajar

dengan cara melakukan refleksi awal, yaitu dengan pengamatan

langsung di sekolah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

2. Guru kimia sebaiknya menggunakan pembelajaran dengan

pendekatan IBL berbantuan multimedia untuk meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan yang

melakukan praktek dilaboratorium.

3. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan subjek diperluas pada kelas

dan materi yang lainnya, kemudian melihat apakah pembelajaran


107

kimia dengan pendekatan IBL berbantuan multimedia dapat

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.


108

DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsudin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.

Angel, Beth and Townsend Lisa. 2011. Designing and Conducting Mixed
Methods Studies. Workshop for the 2011 Society for Social Work and
Research Annual Meeting. Institute for Health, The State University Of
New Jersey.

Anitah W., Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Ariyani, Rosyda Safrida. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia


Melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan Ibl (Inquiry-Based
Learning) Pada Kelas Xi Sma 12 Semarang. Semarang: tidak
diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan


Silabus dan Penilaian. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:


PT.Gramedia.

Fajarudin, Mokhamad Fauji. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing Berbantuan Website Terhadap Penguasaan Konsep Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X Pada Topik Listrik
Arus Searah. Jakarta : tidak diterbitkan.

Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.

Hamalik, O. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, 2007:2. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analis di Bidang


Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to classroom research. Second


edition. Buchingkam-philadeplia: Open University Press.
109

Indraeni, Iis. (2009). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam


Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan CTL di kelas VI SDN
Banjarsari Kota Bandung. Skripsi FIP UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan

Joyce, Bruce and Weil. 2000. Models of Teaching. Sixth Edition. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.

Julianti, Yanti. Perbandingan Hasil Belajar Kewirausahaan Antara Siswa


Yang Belajarnya Menggunakan Model Inkuiri Berbantuan Multimedia
dengan Siswa yang Belajarnya menggunakan Model Konvensional.
Jakarta : Tidak diterbitkan.

Kean, Elizabeth dan Middlecamp, Catherine. (1985). A Survival Manual for


General Chemistry (Panduan Belajar Kimia Dasar). Penerjemah: A.
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Gramedia.
Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL, 1992,Kimia Untuk Universitas,Jilid
1, Erlangga, Bandung.

Kurniasih, E. 2008. Karakteristik Motivasi Belajar Jurusan IPA dan IPS Siswa
Madrasah Aliyah. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP
UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Makmun, A. S. 2000. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Bandung.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristi,


Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

National Research Council. (1999). Nation Science Education Standars.


Washington DC: The National Academic Press.

Nurhayati, A. 2003. Beberapa Faktor Non-Intelektual yang Melatarbelakangi


Siswa Berprestasi Kurang.Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan FIP
UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Pramono, Andi. 2004. Presentasi Multimedia Dengan Flash. Yogyakarta:


ANDI.

Prayitno, 2004.Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Asdi


Mahasatya.

Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga.


110

Roestiyah, K, N. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Press.

Sigit, dkk, 2008. Pengembangan Pembelajaran dengan menggunakan


multimedia interaktif untuk pembelajaran yang berkualitas. Karya Tulis
Ilmiah : Universitas Negeri Semarang.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


PT.Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan R & D. Bandung : Alfabet.

Surya, M. 2003. Menuju Guru yang Profesional dan Bermoral. Makalah


Simposium Guru Tingkat Nasional Tahun 2003. Malang: tidak
diterbitkan.

Susiwi. 2007. Pendekatan Pembelajaran Dalam Pembelajaran Kimia. Jakarta


: tidak diterbitkan.

Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha


Ilmu.
Tresna, Sastrawijaya, 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta :
Depdikbud.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar


Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi


111

LAMPIRAN
112

ARTIKEL ILMIAH

IMPLEMENTASI MODEL IBL (INQUIRI BASED LEARNING) BERBANTUAN MULTIMEDIA


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA

(Studi pada siswa kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah)

AWAL KURNIA PUTRA NASUTION

e-mail : putranovic@yahoo.co.id
phone : 081 373220229

Thesis, Study Progamme of the Magister of Education Technology,


Post Graduate
Bengkulu University, 2013: 135 Pages

ABSTRACT

This study aims to improve the activity and student learning outcomes
in chemistry subjects using IBL models (the inquiry-based learning)
multimedia-assisted solution to the material oxidation and reduction reactions.
Research conducted a Mixed Method Research which is a combination of
action research (action research) and experimental research (research
experiment). Stages in each cycle includes: planning, implementation,
observation, and reflection. Experimental research conducted is Pre-
experimental one group pretest-Posttes Design. Stages in each cycle
includes: planning, implementation, observation, and reflection. Experimental
research conducted is Pre-experimental one group pretest-Posttes Design.
This classroom action research consisted of 2 cycles, each cycle consisting of
four phases: planning, implementation, observation, and reflection. In cycle I
113

gained an average of 70.92 students' learning outcomes with classical


completeness of 73.07%, the average value of these cognitive rose to 72.07
with classical completeness II at 100% duty cycle. After the action research
conducted Pre-experimental one group pretest-Posttes Design. From the
results of an experimental class there is a significant increase in learning
outcomes between pretest and hem posttes value after the implementation of
multimedia-aided model of IBL.

Keywords: inquiry, multimedia, activities, learning outcomes.

1. Pendahuluan
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting
dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat, bukan
hanya pemerintah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan
pendidikan di Indonesia akan tetapi semua pihak baik guru, orang tua,
maupun siswa sendiri ikut bertanggung jawab. Pendidikan nasional sedang
mengalami perubahan yang cukup mendasar yang diharapkan dapat
memecahkan berbagai masalah pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi
dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan
mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah.
Salah satu komponen pendidikan yang paling disorot dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Sekarang ini guru merupakan
pihak yang sering dijadikan sebagai subjek yang paling bertanggung jawab
terhadap kualitas pendidikan. Hal ini tidak sepenuhnya benar, mengingat
masih banyak sekali komponen-komponen pendidikan yang berpengaruh
114

terhadap kualitas pendidikan. Namun, guru merupakan komponen yang


paling strategis dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, banyak pihak
menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Tentunya, guru dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan
dituntut untuk bekerja profesional, yang mampu menyelesaikan segala
permasalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran tentunya sering menemukan permasalahan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Bagi guru yang profesional harus
mampu melakukan refleksi dari permasalahan yang terjadi dan mencari
solusi yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan seharusnya
mampu berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan yang
menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi
(proses bermasyarakat khususnya bagi anak didik), dan proses transformasi
(proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik). Cara guru dalam
menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses pembelajaran
dan motivasi siswa terhadap pelajaran. Proses pembelajaran melalui interaksi
guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru, secara tidak langsung menyangkut
berbagai komponen lain di antaranya kurikulum, materi bahan ajar dan
metode pembelajaran yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh.
Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan
pembelajaran selama program pendidikan yang dilaksanakan di kelas yang
pada kenyataanya tidak pernah lepas dari masalah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di
SMA N 2 Bengkulu Tengah ternyata hasil belajar kimia siswa kelas X masih
rendah yaitu nilai rata-rata untuk materi larutan adalah 55,60 dengan
ketuntasan klasikal 36,10%. Rendahnya hasil belajar kimia tersebut
menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia.
115

Pembelajaran didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru,


guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan
bagi siswa. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih
untuk menemukan pengetahuan dan konsep, sehingga siswa cenderung
lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran yang berdampak pada
rendahnya hasil belajar.
Hasil wawancara dengan siswa tentang permasalahan dalam mata
pelajaran kimia, antara lain: (1) Kesulitan dalam memahami konsep kimia
yang abstrak; (2) Kesulitan dalam hitungan kimia karena kurangnya latihan;
(4) Kesulitan mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari yang mereka
alami atau di lingkungan sekitar; (4) Siswa kurang dilatih untuk membangun/
mengkontruksi sendiri pengetahuan, sehingga pengetahuannya kurang
bermakna bagi kehidupan sehari-harinya.
Penelitian tindakan kelas atau classroom action research merupakan
kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh
sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan
merefleksi hasil tindakannya (Hopkins 1993). Menurut Arikunto (2008:3)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut berasal dari guru atau
berupa arahan guru yang dilakukan oleh peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) cukup potensial untuk membantu memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di dalam kelas. Proses
pembelajaran saat ini tidak lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan
dari guru kepada siswa. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
116

melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan
dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Berdasarkan uraian di atas dalam rangka upaya meningkatkan
aktivitas d a n h a s il b e la ja r siswa kelas X SMA N 2 Bengkulu Tengah
peneliti bermaksud untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan mengimplementasikan Model IBL (Inquiri-based learning)
berbantuan multimedia dalam pelajaran kimia.

2. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
campuran (Mixed Method Research) yang merupakan gabungan penelitian
kaji tindak (action research) dan penelitian eksperimen (experiment
research). Penelitian ini memadukan dua metode yang mengkombinasikan
elemen-elemen pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan tujuan
memperluas dan memperdalam pemahaman dan pemaknaan dari fakta-fakta
yang didapat. Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah
penelitian jenis ketiga, yaitu Exploratory Sequential Design. Sugiyono dalam
Gustion, Dono (2012) menyatakan “metode penelitian yang menggabungkan
metode kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap awal
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan tahap ke dua
menggunakan metode kualitatif”.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah pada
bulan Februari-Maret. Subyek penelitian kaji tindak adalah siswa kelas X1
semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa dalam satu
kelas yaitu 26 anak, yang terdiri dari 10 siswa putra dan 16 siswa putri.
Sampel penelitian eksperimen adalah siswa kelas X3 dengan jumlah siswa
dalam satu kelas yaitu 28 anak, yang terdiri dari 11 siswa putra dan 17 siswa
putri. Tahap-tahap penelitian menurut Wardani, I. G. A. K dkk (2004) yaitu: 1)
117

perencanaan (planning) merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan,


2) tindakan (action) merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat, 3)
observasi (observation) bertujuan untuk mengetahui kualitas tindakan yang
dilakukan, 4) refleksi (reflection) bertujuan untuk melihat/merenungkan
kembali apa yang telah dilakukan dan dampaknya bagi proses belajar siswa.
Adapun instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada
penelitian tindakan ini adalah :
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis (Arikunto 2002:30). Observasi ini digunakan
untuk mengukur indikator kerja, mengetahui permasalahan yang muncul, dan
faktor-faktor yang dijadikan dalam pertimbangan sebelum dimulainya
pelaksanaan tindakan berikutnya. Observasi yang dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas ini meliputi observasi pelaksanaan tindakan guru, observasi
psikomotorik siswa,dan observasi aktivitas belajar siswa. Observasi tindakan
guru (peneliti) dan observasi aktivitas belajar siswa dilakukan oleh guru mitra,
sedangkan untuk data aktifitas psikomotorik siswa dilakukan oleh guru.

2. Tes Hasil Belajar


Penelitian ini terdiri dari duasiklus, jadi tes akhir siklus dilakukan
sebanyak dua kali. Tes yang digunakan berbentuk essai, yang berguna
untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan setelah berlangsungnya proses tindakan. Hasil tes ini juga
berfungsi sebagai indikator kerja dan standar kesesuaian antara silabus,
rencana pembelajaran dan materi yang disampaikan.
118

3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis. Menurut Guba dan Lincoln dalam Winarni, Endang Widi, (2011:156)
dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang sering digunakan
untuk keperluan penelitian, karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dokumen merupakan sumber data yang digunakan
untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto),
dan karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi
proses penelitian.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Data hasil belajar siswa berupa tes adalah data kuantitatif dan di
analisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan pengujian
hipotesis (t test) terhadap hasil belajar kimia dan aktivitas siswa secara
keseluruhan baik Kelas PTK maupun Kelas Pembanding. Adapun pengujian
persyaratan analisis pada penelitian ini yaitu :

1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusikan
pengamatan tersebut merupakan sampel atau bukan dari populasi yang
memiliki distribusi normal.
Uji normalitas data dilakukan dengan uji chi kuadrat, dengan rumus
( )
sebagai berikut : =∑

Keterangan :

= Chi kuadrat
∑ = banyaknya kelas
= Frekuensi
= Frekuensi harapan
Kriteria pengujian : di tolak Jika < (1- )(K – 1 )
119

Uji normalitas data variabel yang digunakan adalah teknik One Sampel
Kolmogorv Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisa
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan SPSS 16.

2. Uji Homogenitas

Dengan ketentuan :
< , data homogen
> ,data tidak homogen
data telah normal dan homogen maka kedua sampel dapat dijadikan
sebagai sampel penelitian ini dan hasilnya dapat dianalisis lebih lanjut.
Uji homogenitas untuk posttest bertujuan jika nilai Sig F > 0,05 maka
uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan
jika nilai Sig F < 0,05 menggunakan Equal Variances Not Assumed
(diasumsikan varian berbeda). Uji homogenitas ini menggunakan SPSS 16.

3. Pengujian Hipotesis (t-test)


Suatu hipotesis diterima atau ditolak, harus dilakukan uji keberartian
antar variabel dengan menggunakan t test. Sedangkan untuk melihat hasil
penggunaan model dan media pembelajaran yang dikembangkan terhadap
hasil belajar siswa ini adalah dengan menggunakan t test.
120

Rumus yang dipakai adalah :


t= Md

∑ X2d
N(N-1)

Keterangan:
Md = Mean dari perbedaan pre dan post test (post – pre test)
Xd = Deviasi masing-masing subyek (d – Md)
2
∑X d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Jumlah sampel
(Arikunto, Suharsimi,
2010:349)
Selanjutnya nilai t-hitung dibandingkan dengan t-tabel sesuai jumlah
subyek yang menjadi sampel penelitian pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01,
jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka hipotesis diterima dan sebaliknya.
Uji beda rata-rata (t-test) digunakan untuk menguji apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan penerapan model role
playing berbantukan powerpoint dengan hasil belajar dengan pembelajaran
konvensional. Pengujian t test ini menggunakan SPSS 16.

3. Hasil dan Pembahasan


e. Uji Normalitas

Uji normalitas data variabel yang digunakan adalah teknik One Sampel

Kolmogorv Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisa

berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas nilai dapat dilihat pada

tabel berikut.
121

Hasil Uji Normalitas Nilai

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai posttest dan pretes

kelas eksperimen berdistribusi normal.

f. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan jika nilai Sig F > 0,05 maka uji t

menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika

nilai Sig F < 0,05 menggunakan Equal Variances Not Assumed (diasumsikan

varian berbeda). Hasil dari uji homogenitas ditunjukkan pada tabel berikut.

Hasil Uji Homogenitas nilai

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui homogenitas posttest adalah nilai


sig = 0.043 dengan Sig = 0.043 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
122

tidak homogen dengan melihat nilai Sig F < 0,05, sehingga untuk
pengujian t-test menggunakan Equal variances not assumed.

5. Aktifitas Siswa
Penilaian aktifitas ini dilakukan pada tiap kelompok, penilaian ini
sendiri dilakukan oleh guru dan oleh guru mitra, data yang diperoleh
kemudian dijumlahkan untuk kemudian dicari nilai rata-ratanya. Untuk aspek-
aspek yang dinilai pada segi aktifitas ini, diambil dari RPP yang telah disusun
di tiap awal siklus, jadi tidak ada penilaian yang dilakukan dari aspek di luar
RPP.

Aktifitas siswa pada siklus I memilki rata-rata 37,7, berarti aktifitas ini
masih dalam kategori baik, pada tahap ini diperlukan perbaikan dalam aspek
mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis data, disini siswa masih
malu-malu dan ragu untuk mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis
data. Perbaikan diperlukan untuk siklus selanjutnya yaitu agar guru
membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil pengamatan dan analisis
data, diperlukan juga motivasi guru agar siswa lebih berani untuk tampil di
depan kelas.

Setelah hal ini diperbaiki, maka pada siklus II nilai rata-rata aktifitas
siswa ini meningkat menjadi 40,7, berarti nilai ini sudah masuk dalam kategori
baik. Dari hal ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa aktifitas siswa akan
meningkat dengan penerapan pendekatan inkuiri berbantuan multimedia.

Hasil pengamatan aktivitas siswa ini sesuai dengan pendapat Kamboja


bahwa inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar
sehingga mampu menemukan sendiri inti dari materi pelajaran.
123

6. Aktifitas Guru
Penilaian aktifitas guru ini dilakukan oleh 2 orang guru mitra, kedua
nilai ini akan dijumlahkan untuk kemudian dihitung rata-rata nilai aktifitasnya,
untuk aspek yang dinilai pada akatifitas guru ini diambail dari RPP yang telah
disusun di awal siklus. Nilai aktifitas guru pada siklus I adalah sebesar 54,
masuk dalam kategori baik, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan nilai
aktifitas guru menjadi 59 dalam kategori baik. Hal ini menandakan bahwa
perbaikan yang dilakukan pada siklus II berhasil meningkatkankan aktifitas
guru.

7. Hasil Belajar Siswa


c. Hasil Belajar Kognitif
Penilaian hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes pada tiap
akhir siklus. Soal tes siklus yang digunakan untuk mengukur penguasaan
kompetensi dan tingkat pemahaman siswa. Soal yang diujikan pada siswa
merupakan soal essay, yang harus dikerjakan tepat waktu.

Hasil belajar kognitif ini mengalami peningkatan bila dibandingkan


dengan nilai hasil belajar kognitif sebelumnya, pada siklus I ini nilai rata-rata
kognitif yaitu sebesar 70,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,07%.
Nilai rata-rata kognitif ini mengalami kenaikan menjadi 72,07 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 100% siklus II. Karena pada siklus I ketuntasan
masih di bawah < 85% maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II, setelah
siklus II dilakukan maka ketuntasan klasikal ini naik menjadi 100%,
ketuntasan ini sudah lebih dari cukup, yaitu lebih besar dari 85% maka
penelitian ini cukup dilakukan sampai pada siklus II saja. Dengan hasil yang
baik ini maka dapat dinilai bahwa pendekatan inkuiri dengan berbantuan
multimedia ini mampu meningkatkan nilai kognitif siswa.
124

Hasil belajar kognitif ini sesuai dengan tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. (Kamboja, 2010).

d. Hasil Belajar Psikomotorik


Penilaian psikomotor siswa diukur dari pengamatan langsung saat
melakukan praktikum. Aspek yang diamati berupa keterampilan alat dan
bahan, melakukan percobaan, keterampilan membaca hasil percobaan, dan
keterampilan menyimpulkan hasil percobaan. Pada siklus I nilai aspek
psikomotorik memiliki rata-rata 76,60, dengan ketuntasan klasikal sebesar
76,92%, karena ketuntasan klasikal yang masih belum mencapai < 85%
maka penelitian ini masih perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus I ini
kekurangan yang ditemui adalah masalah waktu percobaan, ada 2 kelompok
yang belum melakukan semua prosedur praktikum, padahal waktu telah
habis, hal ini disiasati dengan mengingatkan siswa bahwa waktu praktek
terbatas. Pada siklus II nilai aspek psikomotor meningkat, yaitu dengan rata-
rata 77,53 dan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dengan ketuntasan yang
telah mencapai 100%, maka penelitian ini hanya dilakukan sampai pada
siklus II

Dari peningkatan nilai kognitif, psikomotorik, pada tiap siklus, maka


penerapan pendekatan inkuiri dengan berbantuan multimedia ini telah
berhasil meningkatkan nilai mata pelajaran kimia, khususnya untuk materi
larutan dan reaksi reduksi dan oksidasi. Hal ini juga dipengaruhi dari
peningkatan aktifitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran di
kelas.

Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan tujuan


pembelajaran model inkuiri yang menekankan kepada proses mencari dan
125

menemukan. Materi pelajaran diberikan secara tidak langsung, peran siswa


dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk
belajar (Suyanti, 2010).

8. Uji Hipotesis
Ada 2 hipotesis pada pengujian ini,

H0 = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai


pretes dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia.

H1 = Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai pretes


dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan multimedia

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai t hitung -61,227


dan tabel ttabel untuk taraf signifikansi 95% dan derajat kebebasan (df) =52
diperoleh t tabel = 2,003. Dari hasil perhitungan, t hitung = -61,227 dan t tabel
2,006. Nilai t hitung ini berada di luar daerah peneriman H 0 ( -2,003 < Ho
diterima < 2,003), dengan demikian H0 ditolak. Karena Ho ditolak maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara
nilai pretes dan posttes setelah implementasi model IBL berbantuan
multimedia.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pembelajaran
kimia dengan pendekatan IBL berbantuan multimedia pada pokok bahasan
larutan dan reaksi reduksi oksidasi di kelas X1 SMA Negeri 2 Bengkulu
Tengah dapat disimpulkan bahwa:
126

4. Implementasi model IBL (Inquiri based learning) berbantuan


multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X1 SMA
Negeri 2 Bengkulu Tengah.
5. Implementasi model IBL (Inquiri based learning) berbantuan
multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA
Negeri 2 Bengkulu Tengah.
6. Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara nilai pretes
dan nilai posttes setelah implementasi model IBL berbantuan
multimedia.
5. Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to classroom research. Second
edition. Buchingkam-philadeplia: Open University Press.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Tresna, Sastrawijaya, 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta :
Depdikbud.
Winarni, Endang Widi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. FKIP Universitas
Bengkulu

\
127

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


SIKLUS I

A. IDENTITAS
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X /2
Pokok Bahasan : Larutan
Sub pokok Bahasan : Larutan Elektrolit dan non elektrolit
Pertemuan : I (pertama) dan II (kedua)
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit

B. STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta
reaksi oksidasi-reduksi
C. KOMPETENSI DASAR
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit
berdasarkan data hasil percobaan
D. INDIKATOR
1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit
melalui percobaan
2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non-
elektrolit
3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik
4. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion
dan senyawa kovalen polar
5. Melakukan pengamatan dengan benar dan cermat
E. TUJUAN PEMBELAJARAN KOGNITIF
1. Siswa dapat membedakan sifat-sifat larutan elektrolit kuat,
elektrolit lemah, dan non elektrolit melalui percobaan
2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit
dan non-elektrolit
3. Siswa dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
dapat menghantarkan arus listrik
4. Siswa dapat menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa kovalen polar
128

TUJUAN PEMBELAJARAN PSIKOMOTOR


5. Siswa dapat menunjukkan keterampilan pada saat pelaksanaan
percobaan dan penyusunan hasil percobaan melalui kerja
kelompok
TUJUAN PEMBELAJARAN KARAKTER
6. Siswa dapat menunjukkan sikap kerja sama, minat, kreatifitas,
serta komitmen melaksanakan tugas dalam kerja kelompok
7. Siswa dapat menunjukkan sikap disiplin dalam pembelajaran

F. MATERI AJAR
Larutan non-elektrolit dan elektrolit, meliputi
 Pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit
 Sifat daya hantar listrik dalam larutan
 Cara larutan elektrolit menghantarkan arus listrik
 Senyawa pembentuk larutan elektrolit

G. MODEL/METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Inkuiri terbimbing
Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab, Praktikum

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO TAHAP WAKTU Kegiatan


Kegiatan Siswa
1 Awal Pembukaan
6. Membuka pelajaran dengan
mengucap salam dan 4. Menjawab salam
menanyakan kabar siswa
7. Memeriksa daftar hadir siswa
5. Mendengarkan dan
8. Menginformasikan tentang
memperhatikan
materi yang akan dipelajari
guru memeriksa
sifat-sifat larutan elektrolit dan
daftar hadir
non elektrolit
6. Mendengarkan
9. Menyampaikan tujuan
penjelasan guru
pembelajaran
10.Mengorganisasikan siswa ke
7. Membentuk
dalam kelompok (yang telah
kelompok
129

dibentuk sebelumnya)

2 Inti Kegiatan Inti


Fase 1 : Mengajukan Pertanyaan
dan Permasalahan
3. Dengan bantuan powerpoint
7. Mendengarkan
dan macromedia flash pengarahan guru
memberikan pengarahan dan tentang praktikum
simulasi tentang praktikum
yang akan dilakukan 8. Mendengarkan dan
4. Mengajukan permasalahan memperhatikan
tentang larutan elektrolit non permasalahan yang
di sampaikan guru
elektrolit
1) Fenomena apa saja
yang teramati saat
pengujian larutan?
2) Bagaimana sifat larutan
elektrolit dan sifat larutan
non elektrolit?
3) Apa definisi larutan
elektrolit dan larutan non
elektrolit?
4) Dari larutan yang diuji,
larutan mana yang
termasuk larutan elektrolit
dan mana yang termasuk
130

larutan non elektrolit?


5) Mengapa larutan elektrolit
mampu menghantarkan
listrik, sedangkan larutan
non elektrolit tak dapat
menghantarkan arus 9. Secara
listrik? berkelompok siswa
berdiskusi untuk
Fase 2 : Merumuskan Hipotesis merumuskan
3. Meminta siswa berdiskusi hipotesis dan
dengan kelompoknya untuk menuliskan pada
LKS
merumuskan hipotesis dan
permasalahan yang ada 10. Mendengarkan dan
dan menuliskannya di LKS memperhatikan
(hipotesis yang diharapkan penjelasan guru
terlampir dalam lembar
jawaban)
4. Menunjukkan pada siswa
alat dan bahan yang akan
digunakan.
11. Mengambil dan
Fase 3 : Mengumpulkan data mengecek alat yang
5. Meminta perwakilan di butuhkan
kelompok untuk mengambil
alat dan bahan yang telah 12. Melakukan
percobaan dan
disiapkan menuliskan hasil
6. Membimbing kelompok percobaan pada
melakukan pekerjaan dan LKS
meminta menuliskan hasil
pengamatan pada data
pengamatan yang ada di 13. Mencuci,
merapikan, serta
LKS.
mengembalikan alat
7. Melakukan penilaian percobaan yang
psikomotorik terhadap telah di gunakan
kegiatan praktikum yang
dilakukan siswa dalam
131

kelompok
8. Meminta siswa untuk
membersihkan,
merapikan dan
mengembalikan alat
percobaan yang telah 14. Mendiskusikan hasil
digunakaan pengamatan dan
analisis data dalam
Fase 4 : Menganalisis data kelompoknya
 Meminta siswa untuk
15. Perwakilan
melengkapi LKS (analisis kelompok penyaji
data) dengan mempresentasikan
mendiskusikan secara hasil analisis data
kelompok diskusi dengan
 Membimbing siswa kelompoknya dan
menganalisis data hasil kelompok lain
mendengarkan
percobaan dalam diskusi
serta
kelas dengan meminta dua memperhatikan
kelompok untuk dengan
mempresentasikan memberikan respon
jawaban dari hasil diskusi berupa tanggapan
dengan kelompoknya maupun pertanyaan
berdasarkan hasil
pengamatan pada
percobaan dan kelompok
lain menjadi pendengar
yang baik supaya dapat
menanggapi dan
menyumbangkan ide saat
diminta guru.
 Mempertegas kebenaran
jawaban dari kelompok
penyaji
 Meminta siswa untuk 16. Mendengarkan
mengidentifikasi apakah penjelasan guru
hipotesisnya benar, 17. Mengidentifikasikan
setengah benar atau kebenaran hipotesis
salah. yang telah di buat
132

 Memberi kesempatan dalam kelompoknya


siswa untuk bertanya 18. Mengerjakan kuis
secara mandiri
19. Mengumpulkan
Fase 5 : Membuat kesimpulan
lembar jawaban
4. Membimbing siswa kuis
untuk menyampaikan
pendapat dalam
menarik kesimpulan
dengan mengacu pada
materi pembelajaran
hari ini
5. Membagikan soal kuis
kepada siswa untuk
dikerjakan secara
individu
6. Meminta siswa untuk
mengumpulkan lembar
soal dan lembar kuis

3 Akhir Penutupan
8. Guru mengevaluasi 11. Mendengarkan
penjelasan guru
pembelajaran dengan
memberikan latihan soal
sebagai tugas rumah
9. Mengingatkan kepada
siswa untuk mempelajari
dan mempersiapkan
materi pada 12. Menjawab salam
pertemuanselanjutnya.
10. Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan
salam

I. SUMBER BELAJAR/MEDIA PEMBELAJARAN


1. Sumber Belajar
 Kimia SMA Kelas X, Waljdinah, Intan Pariwara, 2010
133

 Buku-buku yang menunjang lainnya.


2. Media Pembelajaran
 Infokus, laptop
 Software pembelajaran: materi larutan non-elektrolit dan
elektrolit

J. PENILAIAN

1. Teknik Penilaian
a. Tes Tertulis
b. Unjuk Kerja
2. Bentuk Penilaian
a. Kognitif
b. Psikomotorik

Taba Penanjung, 25 Februari 2013


Peneliti

Awal Kurnia Putra Nasution


134

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

K. IDENTITAS
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X /2
Pokok Bahasan : Reaksi Reduksi Oksidasi
Subpokok Bahasan : Reaksi Reduksi Oksidasi
Pertemuan : I (pertama) dan II (kedua)
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit

L. STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta
reaksi oksidasi-reduksi
M. KOMPETENSI DASAR
3.2. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi
dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta
penerapannya
N. INDIKATOR
6. Membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi berdasarkan
konsep penerimaan dan pelepasan oksigen atau electron, serta
peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi
7. Memahami contoh reaksi redoks
8. Melakukan pengamatan dengan benar dan cermat

O. TUJUAN PEMBELAJARAN KOGNITIF


8. Siswa dapat membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi
berdasarkan konsep penerimaan dan pelepasan oksigen atau
electron, serta peningkartan dan penurunan bilangan oksidasi
9. Siswa dapat memahami contoh reaksi redoks
TUJUAN PEMBELAJARAN PSIKOMOTOR
10. Siswa dapat menunjukkan keterampilan pada saat pelaksanaan
percobaan dan penyusunan hasil percobaan melalui kerja
kelompok
TUJUAN PEMBELAJARAN KARAKTER
11. Siswa dapat menunjukkan sikap kerja sama, minat, kreatifitas,
serta komitmen melaksanakan tugas dalam kerja kelompok
12. Siswa dapat menunjukkan sikap disiplin dalam pembelajaran
135

P. MATERI AJAR
Reaksi Reduksi dan Oksidasi, meliputi
 Konsep reaksi reduksi oksidasi
 Cara menentukan bilangan oksidasi, oksidator, dan reduktor
dalam reaksi reduksi oksidasi

Q. MODEL/METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Inkuiri terbimbing
Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab, Praktikum

R. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO TAHAP WAKTU Kegiatan


Kegiatan Siswa
1 Awal Pembukaan

11.Membuka pelajaran dengan 13. Menjawab salam


mengucap salam dan
menanyakan kabar siswa 14. Mendengarkan dan
12.Memeriksa daftar hadir siswa memperhatikan
13.Menginformasikan tentang guru memeriksa
materi yang akan dipelajari daftar hadir
14.Menyampaikan tujuan 15. Mendengarkan
pembelajaran penjelasan guru
15.Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok (yang telah 16. Membentuk
dibentuk sebelumnya) kelompok
(Pembagian kelompok
langsung dilakukan oleh guru)
2 Inti Kegiatan Inti

Fase 1 : Mengajukan Pertanyaan


dan Permasalahan
5. Memberikan pengarahan 23. Mendengarkan
tentang praktikum yang akan pengarahan guru
dilakukan tentang praktikum
136

(Memastikan siswa
memperhatikan penjelasan 24. Mendengarkan dan
guru dan memperkuat suara memperhatikan
permasalahan yang
guru saat menyampaikan
di sampaikan guru
penjelasan)
6. Mengajukan permasalahan
tentang reaksi reduksi oksidasi

Fase 2 : Merumuskan Hipotesis


5. Meminta siswa berdiskusi
dengan kelompoknya untuk
merumuskan hipotesis dan
permasalahan yang ada
dan menuliskannya di LKS
(hipotesis yang diharapkan
terlampir dalam lembar
jawaban)
6. Menunjukkan pada siswa
alat dan bahan yang akan
digunakan.

Fase 3 : Mengumpulkan data


9. Meminta perwakilan
kelompok untuk mengambil
alat dan bahan yang telah 25. Secara
berkelompok siswa
disiapkan berdiskusi untuk
10.Membimbing kelompok merumuskan
melakukan pekerjaan dan hipotesis dan
meminta menuliskan hasil menuliskan pada
pengamatan pada data LKS
pengamatan yang ada di
26. Mendengarkan dan
LKS.
memperhatikan
(memperingatkan bahwa penjelasan guru
waktu praktek terbatas dan
siswa harus
memaksimalkan waktu)
137

11.Melakukan penilaian
psikomotorik terhadap 27. Mengambil dan
kegiatan praktikum yang mengecek alat yang
di butuhkan
dilakukan siswa dalam
kelompok 28. Melakukan
12.Meminta siswa untuk percobaan dan
membersihkan, menuliskan hasil
merapikan dan percobaan pada
mengembalikan alat LKS
percobaan yang telah
digunakaan
29. Mencuci,
Fase 4 : Menganalisis data merapikan, serta
 Meminta siswa untuk mengembalikan alat
melengkapi LKS (analisis percobaan yang
data) dengan telah di gunakan
mendiskusikan secara 30. Mendiskusikan hasil
kelompok pengamatan dan
 Membimbing siswa analisis data dalam
menganalisis data hasil kelompoknya
percobaan dalam diskusi
kelas dengan meminta dua 31. Perwakilan
kelompok penyaji
kelompok untuk
mempresentasikan
mempresentasikan hasil analisis data
jawaban dari hasil diskusi diskusi dengan
dengan kelompoknya kelompoknya dan
berdasarkan hasil kelompok lain
pengamatan pada mendengarkan
percobaan dan kelompok serta
memperhatikan
lain menjadi pendengar dengan
yang baik supaya dapat memberikan respon
menanggapi dan berupa tanggapan
menyumbangkan ide saat maupun pertanyaan
diminta guru. 32. Mendengarkan
(memotivasi siswa agar penjelasan guru
33. Mengidentifikasikan
lebih berani untuk
kebenaran hipotesis
mempresentasikan hasil yang telah di buat
138

penelitian) dalam kelompoknya


 Mempertegas kebenaran 34. Mengerjakan kuis
jawaban dari kelompok secara mandiri
penyaji 35. Mengumpulkan
 Meminta siswa untuk lembar jawaban
mengidentifikasi apakah kuis
hipotesisnya benar,
setengah benar atau
salah.
 Memberi kesempatan
siswa untuk bertanya

Fase 5 : Membuat kesimpulan


20. Membimbing siswa
untuk menyampaikan
pendapat dalam
menarik kesimpulan
dengan mengacu pada
materi pembelajaran
hari ini
21. Membagikan soal kuis
kepada siswa untuk
dikerjakan secara
individu
22. Meminta siswa untuk
mengumpulkan lembar
soal dan lembar kuis
(menghimbau siswa agar
mengerjakan kuis secara
individu)
139

3 Akhir Penutupan
17. Guru mengevaluasi 20. Mendengarkan
penjelasan guru
pembelajaran dengan
memberikan latihan soal
sebagai tugas rumah
18. Mengingatkan kepada
siswa untuk mempelajari
dan mempersiapkan
materi pada 21. Menjawab salam
pertemuanselanjutnya.
19. Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan
salam

S. SUMBER BELAJAR/MEDIA PEMBELAJARAN


3. Sumber Belajar
 Kimia SMA Kelas X, Waljinah, Intan Pariwara, 2010
 Buku-buku yang menunjang lainnya.
4. Media Pembelajaran
 Infokus, laptop
 Software pembelajaran: materi reaksi reduksi oksidasi

T. PENILAIAN

3. Teknik Penilaian
c. Tes Tertulis
d. Unjuk Kerja
4. Bentuk Penilaian
c. Kognitif
d. Psikomotorik

Taba Penanjung, Maret 2013


Peneliti

Awal Kurnia Putra Nasution


140

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


LARUTAN ELEKTROLIT
SIKLUS I

A. PENEMUAN MASALAH
Perhatikan fenomena
berikut!
Natrium khlorida, NaCl sehari-hari dikenal sebagai garam dapur. Senyawa ini
tak asing bagi kita karena perannya sangat penting dalam kehidupan kita.
Tiada hari tanpa garam. Ya, tiap hari kita selalu memerlukannya. Tidak hanya
kita, tanaman dan hewanpun juga memerlukannya.
Pada saat uji daya hantar listrik larutan di kelas X semester genap, beberapa
kelompok siswa yang mengamati larutan NaCl menyatakan terjadi
gelembung gas yang relatif banyak, namun lampu tidak menyala. Kelompok
lain menyatakan terjadi gelembung gas dan lampu redup, sebagian lagi
menunjukkan bahwa lampunya menyala terang. Mengapa hasil pengamatan
itu berbeda? Bagaimana kesimpulan yang dapat diambil untuk larutan NaCl?
NaCl(aq) tergolong elektrolit lemah, elektrolit kuat, ataukah non elektrolit?
Ataukah data pengamatan itu ada yang salah? Data manakah yang benar?

Berdasarkan fenomena tersebut, diskusikan dengan kelompokmu masalah


apa yang terdapat pada fenomena tersebut.

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
141

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena tersebut, diskusikan dengan kelompokmu masalah
apa yang terdapat pada fenomena tersebut.

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………
C. HIPOTESIS
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tuliskanlah rumusan masalahnya.

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
D. PRAKTIKUM
……………………………………………………………………………………………………………………………………
1. ……………………………………………………………………………………………………………………………………
Alat dan Bahan
 Rangkaian alat penguji elektrolit
………………………
 Gelas beker 250 ml
 Akuades
142

 Larutan asam klorida


 Larutan natrium klorida
 Air jeruk nipis
 Cuka makan
 Larutan gula

2. Cara Kerja
 Susunlah rangkaian alat penguji elektrolit dan gelas beker seperti
gambar berikut!

 Tuangkan 100 ml akuades ke dalam gelas beker! Ujilah aquades


dengan rangkaian alt penguji elektrolit! Amati peristiwa yang
terjadi
 Gantilah akuades dengan larutan yang telah tersedia dengan
terlebih dahulu membersihkan gelas beker dan electrode hingga
kering!
 Ulangi cara kerja tersebut untuk setiap larutan dan catat hasil
pengamatan.
143

E. DATA HASIL PENGAMATAN


NO LARUTAN NYALA LAMPU GELEMBUNG
GAS
1 Akuades
2 Asam klorida
3 Natrium klorida
4 Air jeruk nipis
5 Cuka makan
6 Gula

F. ANALISIS DATA
1. Larutan apa yang dapat menyalakan lampu dengan terang dan dapat
menimbulkan gelembung gas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Larutan apa yang menyebabkan lampu menyala redup dan menimbulkan
sedikit gelembung gas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Larutan apa yang tidak dapat menyalakan lampu, tetapi menimbulkan


sedikit gelembung gas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Larutan apa yang tidak dapat menyalakan lampu dan tidak menimbulkan
gelembung gas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
144

5. Kelompokkan larutan-larutan tersebut berdasarkan hasil pengamatan ke


dalam larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan non-
elektrolit!

……………………………………………………………………………………………………………………………………
KUNCI JAWABAN LKS
……………………………………………………………………………………………………………………………………
SIKLUS I

A. DATA HASIL PENGAMATAN


NO LARUTAN NYALA LAMPU GELEMBUNG
GAS
1 Akuades Tidak menyala Tidak ada
gelembung gas
2 Asam klorida Menyala terang Banyak gelembung
gas
3 Natrium klorida Menyala terang Banyak gelembung
gas
4 Air jeruk nipis Tidak menyala Sedikit gelembung
gas
5 Cuka makan Menyala redup Sedikit gelembung
gas
6 Gula Tidak menyala Tidak ada
gelembung gas

B. ANALISIS DATA
1. Larutan apa yang dapat menyalakan lampu dengan terang dan dapat
menimbulkan gelembung gas?
Larutan asam klorida dan natrium klorida
2. Larutan apa yang menyebabkan lampu menyala redup dan menimbulkan
sedikit gelembung gas?
Larutan cuka makan
3. Larutan apa yang tidak dapat menyalakan lampu, tetapi menimbulkan
sedikit gelembung gas?
Larutan jeruk nipis
4. Larutan apa yang tidak dapat menyalakan lampu dan tidak menimbulkan
gelembung gas?
145

Larutan aquades dan larutan gula


5. Kelompokkan larutan-larutan tersebut berdasarkan hasil pengamatan ke
dalam larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan non-
elektrolit!
larutan elektrolit kuat : Asam klorida dan Natrium klorida
larutan elektrolit lemah : Larutan asam cuka dan larutan jeruk nipis
larutan non-elektrolit : Akuades dan larutan gula

PEDOMAN PENSKORAN LKS


SIKLUS I

A. DATA HASIL PENGAMATAN


No Jawaban Skor
1 Tidak menyala, Tidak ada gelembung gas 2
2 Menyala terang, Banyak gelembung gas 2
3 Menyala terang, Banyak gelembung gas 2
4 Tidak menyala, Sedikit gelembung gas 2
5 Menyala redup, Sedikit gelembung gas 2
6 Tidak menyala, Tidak ada gelembung gas 2
Jumlah Skor 12

B. ANALISIS DATA
No Jawaban Skor
1 Larutan asam klorida dan natrium klorida 2
2 Larutan cuka makan 1
3 Larutan jeruk nipis 1
4 Larutan aquades dan larutan gula 2
5 larutan elektrolit kuat : Asam klorida dan Natrium klorida 6
larutan elektrolit lemah : Larutan asam cuka dan larutan
jeruk nipis
larutan non-elektrolit : Akuades dan larutan gula
Jumlah Skor 12
146

SOAL PENILAIAN ASPEK KOGNITIF


SIKLUS I

Kerjakanlah soal berikut ini !


1. Apakah yang dimaksud dengan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit ?
2. Sebutkan ciri-ciri larutan yang bersifat :
a. Elektrolit kuat,
b. Elektrolit lemah, dan
c. Non elektrolit
3. Diketahui beberapa larutan berikut :
a. Sukrosa
b. Asam asetat
c. Asam nitrat
d. Asam fosfat
e. Etanol
f. Asam klorida
Tentukan larutan di atas yang termasuk elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan
non elektrolit.
4. Data hasil pengamatan terhadap beberapa larutan sebagai berikut.
Larutan Bola lampu Pengamatan lain
1 Tidak menyala Ada gelembung
2 Menyala Ada gelembung
3 Tidak menyala Tidak ada gelembung
4 Redup Ada gelembung
5 Tidak menyala Ada gelembung

Dari data tersebut, tentukan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit
147

PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR

SIKLUS I

Kompetensi Dasar 3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit


: berdasarkan data hasil percobaan
Pokok Bahasan : Larutan
Indikator Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit
: melalui percobaan
Kelompok
:

Hari/Tanggal
:

A. Penilaian

NO ASPEK SKOR
1 Persiapan
Menyediakan alat-alat dan bahan untuk percobaan
yaitu:
 Rangkaian alat penguji elektrolit
 Gelas beker
 Aquades
 Larutan asam klorida
 Larutan natrium klorida
 Air jeruk nipis
 Cuka makan
 Larutan gula
2 Proses
 Merangkai alat penguji elektrolit
 Menuangkan 100 ml akuades ke dalam gelas
beker
 Menguji akuades dengan rangkaian alat
penguji elektrolit
 Menguji larutan asam klorida dengan
rangkaian alat penguji elektrolit
 Menguji larutan natrium klorida dengan
rangkaian alat penguji elektrolit
148

 Menguji larutan jeruk nipis dengan rangkaian


alat penguji elektrolit
 Menguji larutan cuka makan dengan
rangkaian alat penguji elektrolit
 Menguji larutan gula dengan rangkaian alat
penguji elektrolit
3 Hasil Pengamatan
1. Menuliskan hasil pengamatan uji
pendahuluan,
2. Menyimpulkan hasil uji larutan
TOTAL

B. Rubrik Penilaian

NO ASPEK SKOR
1 Persiapan
Menyediakan alat-alat dan bahan untuk percobaan
yaitu: 1
 Rangkaian alat penguji elektrolit 1
 Gelas beker 1
 Aquades 1
 Larutan asam klorida 1
 Larutan natrium klorida 1
 Air jeruk nipis 1
 Cuka makan 1
 Larutan gula
0
Tidak Menyediakan alat-alat dan bahan untuk percobaan
2 Proses
 Merangkai alat penguji elektrolit 2
 Menuangkan 100 ml akuades ke dalam gelas 2
beker 2
 Menguji akuades dengan rangkaian alat 2
penguji elektrolit
 Menguji larutan asam klorida dengan 2
rangkaian alat penguji elektrolit
2
 Menguji larutan natrium klorida dengan
rangkaian alat penguji elektrolit 2
 Menguji larutan jeruk nipis dengan rangkaian
alat penguji elektrolit 2
149

 Menguji larutan cuka makan dengan


rangkaian alat penguji elektrolit
 Menguji larutan gula dengan rangkaian alat 1
penguji elektrolit
0
Melakukan tahapan proses tetapi kurang
tepat

Tidak Melakukan tahapan proses


3 Hasil Pengamatan
1. Menuliskan hasil pengamatan uji 12
pendahuluan
2. Menyimpulkan hasil uji larutan 12
TOTAL 48
150

ANALISIS AKTIFITAS GURU

Siklus I Siklus II
No Aspek yang dinilai
P1 P2 P1 P2
1 Memberikan pengarahan tentang praktikum
yang akan dilakukan dengan bantuan 2 2 3 3
multimedia
2 Mengajukan permasalahan tentang larutan
3 2 3 3
elektrolit non elektrolit
3 Meminta siswa berdiskusi dengan
kelompoknya untuk merumuskan hipotesis
3 3 3 3
dan permasalahan yang ada dan
menuliskannya di LKS
4 Menunjukkan pada siswa alat dan bahan
3 3 3 3
yang akan digunakan.
5 Meminta perwakilan kelompok untuk
mengambil alat dan bahan yang telah 3 3 3 3
disiapkan
6 Membimbing kelompok melakukan pekerjaan
dan meminta menuliskan hasil pengamatan 2 2 3 3
pada data pengamatan yang ada di LKS
7 Melakukan penilaian psikomotorik terhadap
kegiatan praktikum yang dilakukan siswa 3 3 3 3
dalam kelompok
8 Meminta siswa untuk membersihkan,
merapikan dan mengembalikan alat 3 3 3 3
percobaan yang telah digunakaan
9 Meminta siswa untuk melengkapi LKS
(analisis data) dengan mendiskusikan secara 3 3 3 3
kelompok
10 Membimbing siswa menganalisis data hasil
2 3 3 3
percobaan dalam diskusi
11 Meminta dua kelompok untuk
mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi
2 2 3 3
dengan kelompoknya berdasarkan hasil
pengamatan pada percobaan
12 Meminta kelompok lain menjadi pendengar
yang baik supaya dapat menanggapi dan 2 2 3 3
menyumbangkan ide saat diminta guru.
13 Mempertegas kebenaran jawaban dari
3 3 3 3
kelompok penyaji
14 Meminta siswa untuk mengidentifikasi
apakah hipotesisnya benar, setengah benar 3 3 3 3
atau salah
15 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya 3 3 2 3
16 Membimbing siswa untuk menyampaikan
pendapat dalam menarik kesimpulan dengan 3 3 3 2
mengacu pada materi pembelajaran
17 Membagikan soal kuis kepada siswa untuk 2 2 3 3
151

dikerjakan secara individu


18 Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar
3 3 3 3
soal dan lembar kuis
19 Mengevaluasi pembelajaran 3 3 3 3
20 Mengingatkan kepada siswa untuk
mempelajari dan mempersiapkan materi 3 3 3 3
pada pertemuan selanjutnya
Jumlah Skor 54 54 59 59
Rata-rata Skor Pengamat 54 59
Kriteria Baik Baik
152

ANALISIS AKTIFITAS SISWA

SIKLUS I SIKLUS II
No Aspek yang dinilai P1 P2 P1 P2
K1 K2 K3 K4 K5 K1 K2 K3 K4 K5 K1 K2 K3 K4 K5 K1 K2 K3 K4 K5
1 Siswa membentuk kelompok saat diminta oleh 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
guru
2 Siswa mendengarkan pengarahan guru 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
tentang praktikum yang akan dilakukan
3 Siswa mendengarkan dan memperhatikan 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
permasalahan yang di sampaikan guru
4 Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
merumuskan hipotesis dan menuliskan pada
LKS
5 Siswa mengambil dan mengecek alat yang di 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
butuhkan
6 Siswa melakukan percobaan dan menuliskan 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
hasil percobaan pada LKS
7 Siswa mencuci, merapikan, serta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
mengembalikan alat percobaan yang telah di
gunakan
8 Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dan 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
analisis data dalam kelompoknya
9 Siswa mempresentasikan hasil analisis data 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
diskusi dengan kelompoknya
10 Siswa mendengarkan serta memperhatikan 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2
presentasi kelompok penyaji dan kemudian
memberikan respon berupa tanggapan
maupun pertanyaan
11 Siswa mendengarkan dan memperhatikan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
arahan guru untuk membuat kesimpulan
12 Siswa mengidentifikasikan kebenaran 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
hipotesis yang telah di buat dalam
kelompoknya
13 Siswa mengerjakan kuis secara mandiri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
14 Siswa mengumpulkan lembar jawaban kuis 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
JUMLAH SKOR 33 35 40 40 41 33 35 39 41 40 41 41 40 40 41 41 41 41 40 41
153

RATA-RATA SKOR PENGAMAT 37,8 37,6 40,6 40,8

KRITERIA BAIK BAIK BAIK BAIK


RATA-RATA SKOR PENGAMAT 1 DAN 2 37,7 40,7
KRITERIA BAIK BAIK
154

ANALISIS NILAI SIKLUS I

NO NAMA KOGNITIF PSIKOMOTORIK


Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 Alil Muttaqin 60 TMK 62,5 TMK
2 Desi herlina 76 MK 75 MK
3 Diana 80 MK 87,5 MK
4 Dida Asmari 72 MK 70,83 MK
5 Enny Lestari 80 MK 75 MK
6 Eno Susanto 56 TMK 70,83 MK
7 Fevi Widianti 64 TMK 87,5 MK
8 Fitri Hayati 76 MK 87,5 MK
9 Frengki Yoba 56 TMK 62,5 TMK
10 Handi Wanda 72 MK 87,5 MK
11 Heni Aprianti 72 MK 87,5 MK
12 Hepriansah 64 TMK 62,5 TMK
13 Heru Andrio 56 TMK 62,5 TMK
14 Ina 68 MK 75 MK
15 Jefri Ardiyanto 68 MK 70,83 MK
16 Lidia Panca Putri 68 MK 70,83 MK
17 Meike sella 72 MK 87,5 MK
18 Morinda 76 MK 75 MK
19 Nadia Vavileta 76 MK 75 MK
20 Pangku fatullah 72 MK 62,5 TMK
21 Puja rani 84 MK 87,5 MK
22 Putriyani 68 MK 87,5 MK
23 Refi Lestari 64 TMK 87,5 MK
24 Reski barokah 84 MK 87,5 MK
25 Tita Purnama sari 80 MK 75 MK
26 Tommi harianto 80 MK 70,83 MK
Nilai Maksimum Siswa 84 62,5
Nilai Minimum Siswa 56 87,5
Total 1844 1991,65
Rata-rata 70,92 76,60
Ketuntasan klasikal 73,07 % 76,92%

Keterangan
TMK : Tidak Melampaui Ketuntasan
MK : Melampaui Ketuntasan
155

ANALISIS NILAI SIKLUS II

NO NAMA KOGNITIF PSIKOMOTORIK


Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 Alil Muttaqin 70 MK 80 MK
2 Desi herlina 70 MK 80 MK
3 Diana 85 MK 74 MK
4 Dida Asmari 70 MK 84 MK
5 Enny Lestari 80 MK 71 MK
6 Eno Susanto 65 MK 74 MK
7 Fevi Widianti 65 MK 80 MK
8 Fitri Hayati 75 MK 80 MK
9 Frengki Yoba 65 MK 84 MK
10 Handi Wanda 70 MK 71 MK
11 Heni Aprianti 70 MK 74 MK
12 Hepriansah 70 MK 71 MK
13 Heru Andrio 65 MK 80 MK
14 Ina 70 MK 84 MK
15 Jefri Ardiyanto 75 MK 80 MK
16 Lidia Panca putrid 70 MK 71 MK
17 Meike sella 75 MK 80 MK
18 Morinda 75 MK 80 MK
19 Nadia Vavileta 70 MK 71 MK
20 Pangku fatullah 70 MK 74 MK
21 Puja rani 84 MK 84 MK
22 Putriyani 65 MK 74 MK
23 Refi Lestari 65 MK 80 MK
24 Reski barokah 85 MK 84 MK
25 Tita Purnama sari 75 MK 71 MK
26 Tommi Harianto 75 MK 80 MK
Nilai Maksimum Siswa 65 84
Nilai Minimum Siswa 85 71
TOTAL 1874 2016
RATA-RATA 72,07 77,53
Ketuntasan Klasikal 100% 100%

Keterangan
TMK : Tidak Melampaui Ketuntasan
MK : Melampaui Ketuntasan
156

ANALISIS NILAI PRETES SISWA KELAS EKSPERIMEN

NO NAMA KOGNITIF
Nilai Kriteria
1 Alil Muttaqin 0 TMK
2 Desi herlina 0 TMK
3 Diana 4 TMK
4 Dida Asmari 0 TMK
5 Enny Lestari 4 TMK
6 Eno Susanto 0 TMK
7 Fevi Widianti 0 TMK
8 Fitri Hayati 4 TMK
9 Frengki Yoba 0 TMK
10 Handi Wanda 0 TMK
11 Heni Aprianti 0 TMK
12 Hepriansah 0 TMK
13 Heru Andrio 0 TMK
14 Ina 0 TMK
15 Jefri Ardiyanto 4 TMK
16 Lidia Panca Putri 0 TMK
17 Meike sella 4 TMK
18 Morinda 0 TMK
19 Nadia Vavileta 0 TMK
20 Pangku fatullah 0 TMK
21 Puja rani 4 TMK
22 Putriyani 0 TMK
23 Refi Lestari 0 TMK
24 Reski barokah 8 TMK
25 Tita Purnama sari 0 TMK
26 Tommi harianto 4 TMK
Nilai Maksimum Siswa 8
Nilai Minimum Siswa 0
Total 36
Rata-rata 1.38
Ketuntasan klasikal 0%

Keterangan
TMK : Tidak Melampaui Ketuntasan
MK : Melampaui Ketuntasan
157

ANALISIS NILAI PRETES SISWA KELAS EKSPERIMEN

NO NAMA KOGNITIF
Nilai Kriteria
1 Acah Kamelia 0 TMK
2 Dekarsih 0 TMK
3 Dwi Idha roni 0 TMK
4 Elmiza 4 TMK
5 Erwin Kantona 8 TMK
6 Fuji Utara 0 TMK
7 Habzi Efendi 0 TMK
8 Hendra Suryadi 4 TMK
9 Indah kurnia Wati 0 TMK
10 Juniarta Tri Ananda 0 TMK
11 Lala Veronika 0 TMK
12 M Reki Vernando 0 TMK
13 Nopriandi 4 TMK
14 Putri Nengsih 0 TMK
15 Rafika Sari 4 TMK
16 Reni Fitriani 0 TMK
17 Reta Purwasi 0 TMK
18 Rizki Arianda 0 TMK
19 Robin Tanaka 4 TMK
20 Sella Elviana 0 TMK
21 Selvia ade 0 TMK
22 Silmi Haryati 0 TMK
23 Sulasmi 4 TMK
24 Titi mayani 0 TMK
25 Yahani 0 TMK
26 Yani Juliani 4 TMK
27 Yuli Fitriani 0 TMK
28 Edo Yuliandi 0 TMK
Nilai Maksimum Siswa 8
Nilai Minimum Siswa 0

Total 36
Rata-rata 1,29
Ketuntasan Klasikal 0%
Keterangan :
Nilai KKM : 65
TMK : Tidak Melampaui Ketuntasan
MK : Melampaui Ketuntasan
ANALISIS NILAI POSTES
158

SISWA KELAS KONTROL/PEMBANDING

NO NAMA KOGNITIF PSIKOMOTORIK


Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 Acah Kamelia 67 MK 67 MK
2 Dekarsih 53.75 TMK 63 TMK
3 Dwi Idha roni 55.25 TMK 60 TMK
4 Elmiza 70.9 MK 72 MK
5 Erwin Kantona 78.5 MK 78 MK
6 Fuji Utara 68.95 MK 68 MK
7 Habzi Efendi 59.7 TMK 61 TMK
8 Hendra Suryadi 68.8 MK 58 TMK
9 Indah kurnia Wati 68 MK 68 MK
10 Juniarta Tri Ananda 68.6 MK 68 MK
11 Lala Veronika 70.9 MK 70 MK
12 M Reki Vernando 67.8 MK 67 MK
13 Nopriandi 59 TMK 60 TMK
14 Putri Nengsih 68 MK 68 MK
15 Rafika Sari 69.4 MK 64 TMK
16 Reni Fitriani 49.5 TMK 60 TMK
17 Reta Purwasi 67.7 MK 68 MK
18 Rizki Arianda 68.8 MK 69 MK
19 Robin Tanaka 69.8 MK 67 MK
20 Sella Elviana 72.5 MK 72 MK
21 Selvia ade 59 TMK 68 MK
22 Silmi Haryati 69.2 MK 69 MK
23 Sulasmi 69 MK 69 MK
24 Titi mayani 66 MK 66 MK
25 Yahani 66.5 MK 63 TMK
26 Yani Juliani 63.4 TMK 64 TMK
27 Yuli Fitriani 67.2 MK 68 MK
28 Edo Yuliandi 58 TMK 69 MK
Nilai Maksimum Siswa 78.5 78
Nilai Minimum Siswa 49.5 58
Total 1841.15 1864
Rata-rata 65.75 66.57
Ketuntasan Klasikal 71.42 67.85
Keterangan
Nilai KKM : 65
TMK : Tidak Melampaui Ketuntasan
MK : Melampaui Ketuntasan
159

HASIL UJI NORMALITAS NILAI SISWA KELAS EKSPERIMEN

HASIL UJI HOMOGENITAS NILAI SISWA KELAS EKSPERIMEN


160

HASIL UJI T-TEST NILAI SISWA KELAS EKSPERIMEN


161

HASIL UJI T-TEST NILAI SISWA

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa ada dua hasil perhitungan yaitu Groups Statistics
dan Independent Sample T Test. Pada Group Statistics dipaparkan hasil perhitungan
SPSS tentang jumlah data, nilai rata-rata, standar deviasi dan standar error rata-rata.
Dari hasil terlihat bahwa rata-rata nilai pada metode IBL berbantuan multimedia adalah
162

70,92 dengan standar deviasi 8,35 sedangkan pada metode konfensional adalah 65,75
dengan standar deviasi 6,33.
Tabel Independent Sample T Test pertama memaparkan uji apakah kedua
kelompok memiliki varian yang sama. Karena nilai Sig (0,113) > α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama.

H0 =Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan implementasi
Model IBL (Inquiri-based learning) berbantukan Multimedia dengan hasil belajar dengan
pembelajaran konfensional tara

H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan implementasi


Model IBL (Inquiri-based learning) berbantukan Multimedia dengan hasil belajar dengan
pembelajaran konfensional

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai t hitung 2,572 dan tabel ttabel
untuk taraf signifikansi 95% dan derajat kebebasan (df) =52 diperoleh t tabel = 2,006.Dari
hasil perhitungan, t hitung = 2,572 dan t tabel 2,006. Nilai t hitung ini berada di luar
daerah peneriman H0 ( -2,006 < Ho diterima < 2,006), dengan demikian H0 ditolak.
Karena Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar dengan implementasi Model IBL (Inquiri-based learning)
berbantukan Multimedia dengan hasil belajar dengan pembelajaran konfensional.
163

Anda mungkin juga menyukai