INVESTASI
Dosen Pengampu : Raida Fuadi, SE.Ak, MM
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Muhammad Azil 2101103010006
2. M. Fajar Al-Hadid 2101103010021
3. Veri Irawan 2101103010029
4. Naufal Adamy 2101103010051
5. Naufal Rizkya Akbar 2101103010058
6. Thariq Abdil Cholis 2101103010149
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
INVESTASI..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. 1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 BATASAN PEMBAHASAN.........................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 KERANGKA AKUNTANSI UNTUK ASET KEUANGAN........................3
2.2 INVESTASI UTANG PADA BIAYA DI AMORTISASI............................6
2.3 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI UTANG PADA NILAI WAJAR......7
2.4 AKUNTANSI UNTUK OPSI NILAI WAJAR...........................................11
2.5 INVESTASI EKUITAS PADA NILAI WAJAR.........................................12
2.6 METODE EKUITAS DAN PERBANDINGAN DENGAN METODE
NILAI WAJAR UNTUK INVESTASI EKUITAS............................................15
2.7 AKUNTANSI UNTUK PENURUNAN NILAI INVETASI UTANG........17
2.8 AKUNTANSI UNTUK PENGALIHAN INVESTASI ANTAR
KATEGORI........................................................................................................20
2.9 CONTOH LATIHAN BESERTA JAWABAN...........................................22
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN............................................................................................23
3.2 SARAN........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
1
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan
2. Saat pengakuan awal ditetapkan oleh entitas untuk diukur melalui
laba rugi
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh
temponya telah ditetapkan, serta entitas memiliki maksud dan
kemampuan untuk memiliki aset tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:
1. Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai asset
keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi,
2. Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia
untuk dijual, dan
3. Investasi yang memenuhi kriteria sebagai pinjaman yang
diberikan dan piutang.
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap dan tidak memiliki kuotasi
pasar aktif, kecuali pinjaman yang diberikan dan piutang:
1. Dimaksudkan dijual dalam waktu dekat dan diklasifikasikan
dalam kelompok diperdagangkan dan yang pada saat pengakuan
awal ditetapkan sebagai aset keuangan untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi,
2. Saat pengakuan awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual,
atau
3. Dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembalai
investasi awal secara substansial kecuali disebabkan penurunan
kualitas, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk
dijual
Tersedia untuk dijual
Aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia dijual
adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia
untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai:
4
1. Pinjaman yang diberikan dan piutang,
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo , atau
3. Aset keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Dengan kata lain, aset yang diklasifikasikan ke dalam kategori
available for sale adalah aset non-derivatif yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam ketiga kategori sebelumnya.
5
Tersedia untuk dijual diukur dengan nilai wajar, tetapi instrumen
ekuitas yang tidak ada kuotasi pasar aktif dan nilai wajar tidak dapat
diukur dengan andal namun diukur dengan biaya perolehan.
6
e. Pengukuran Efek Akibat Perubahan Nilai Wajar (SAK ETAP)
Untuk ketiga kelompok efek
Dividen dan pendapatan bunga, termasuk amortisasi premi dan
diskonto yang timbul saat perolehan, dan laba yang telah direalisasi
Laba/rugi belum direalisasi
1) Trading diakui sebagai penghasilan
2) Available for sale dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang
disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai
penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi.
7
komponen yang penting dalam untuk menjaga pertumbuhan ekonomi
seseorang maupun organisasi.
a. Klasifikasi Investasi utang
Efek hutang mengemban hubungan kreditor dengan entitas lain.
Perusahaan biasanya mengelompokkan investasi hutang kedalam 3
kategori terpisah untuk tujuan akuntansi dan pelaporan :
Dimiliki hingga jatuh tempo : efek hutang yang bertujuan
mendapatkan hasil positif untuk memegang hingga jatuh tempo
Perdagangan : efek hutang dibeli dan dimiliki terutama untuk dijual
dalam waktu dekat dan menghasilkan pendapatan dari selisih harga.
Tersedia untuk dijual : efek hutang yang tidak diklasifikasikan sebagai
dimiliki hingga jatuh tempo atau diperdagangkan sekuritas.
8
BUMN. Perusahaan yang mengeluarkan obligasi jenis ini beragam.
Mulai dari perusahaan yang bergerak di bisnis industri properti, F&B,
tambang, dan masih banyak lagi.
Hipotek atau mortgage
Hipotek atau mortgage adalah instrumen investasi utang yang
jaminannya dalam bentuk properti. Pihak peminjam memberikan hak
tanggungan properti ke pihak pemberi pinjaman sebagai suatu syarat
jaminan atas kewajiban pembayaran utang.
Meski pihak peminjam berutang, namun peminjam bisa
memanfaatkan ataupun menggunakan properti tersebut. Jika
kewajiban atau utangnya sudah dilunasi, maka tanggungan properti
pun akan dinyatakan gugur.
Umumnya, hipotek berkaitan dengan pembelian properti oleh
seseorang yang tidak memiliki uang dalam jumlah banyak dalam
suatu waktu. Sehingga, pembelian atau penyewaan properti tidak bisa
lunas di muka. Peminjam tersebut akan berutang dalam kurun waktu
tertentu (umumnya bertahun-tahun) dan membayarkan juga bunga
dari nominal pinjaman.
Peer-to-peer landing
P2P lending atau peer-to-peer lending adalah sistem yang
melalui sebuah platform, pemberi pinjaman (lender) dengan peminjam
(borrower) dapat dipertemukan secara online. Melalui sistem Peer-to-
peer Lending, peminjam harus membayar pokok pinjaman, beserta
bunga sesuai dengan tenor yang ditentukan.
Dari bunga atau tenor itu, investor atau lender akan
memperoleh imbal hasil atau return setiap bulan atau setiap tahun,
tergantung kesepakatan. Hingga saat ini, fintech Peer-to-peer Lending
menjadi salah satu industri di bidang keuangan yang semakin
berkembang di Indonesia, baik P2P lending konvensional atau
berbentuk P2P lending syariah.
9
c. Nilai wajar
Pengertian nilai wajar (fair value) menurut PSAK 68 atau IFRS 13
adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yg
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Penerapan nilai wajar akan menghabiskan banyak biaya dan
dampak yang akan ditimbulkannya. Namun jika manfaat yang didapat
lebih besar dari pada biaya dan dampak yang ditimbulkan, maka nilai
wajar dapat diterapkan. Nilai wajar dianggap lebih relevan dan dapat
diandalkan dibandingkan historical cost karena nilai wajar memberikan
informasi keuangan sesuai keadaan pasar pada saat periode pelaporan.
Laux dan Leuz (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan nilai
wajar akan menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan dan nilai
wajar dapat menimbulkan penularan disaat krisis. Omoteso dan Aziz
(2014) menyatakan bahwa nilai wajar bukan merupakan penyumbang
krisis tetapi dapat mendeteksi krisis datang lebih cepat
Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai
Wajar, teknik penilaian nilai wajar yaitu:
Pendekatan Pasar (Market Approach)
Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan
informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang
melibatkan aset, liabilitas, atau kelompok aset dan liabilitas yang
identik atau serupa seperti bisnis.
Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan jumlah yang
dibutuhkan saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service
capacity) aset atau sebagai biaya pengganti saat ini.
Pendekatan Penghasilan (Income Approach)
Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi
jumlah masa depan (contohnya arus kas atau penghasilan dan beban)
ke suatu jumlah tunggal saat ini yang didiskontokan. Ketika
10
pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar
mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan
tersebut.
Nilai wajar disini artinya ialah harga pasar pada saat hari
pengukuran aset, sedangkan nilai tercatat adalah nilai buku aset yang
dimiliki tersebut setelah disusutkan. Kesimpulan atas transaksi tersebut
adalah apabila direalisasikan maka perusahaan akan mengalami
keuntungan.
11
dapat memilih dari periode ke periode apakah akan menggunakan opsi nilai
wajar untuk yang baru investasi dalam instrumen keuangan. Dengan
mengizinkan instrumen demi instrumen pendekatan, perusahaan dapat
melaporkan beberapa instrumen keuangan pada nilai wajar tetapi tidak
lainnya.
12
memungkinkan perusahaan untuk mengklasifikasikan beberapa investasi
ekuitas sebagai tidak diperdagangkan. Investasi ckuitas tidak diperdagangkan
(non-trading equity investments) dicatat sebesar nilai wajar pada laporan
posisi keuangan, dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi akan
dilaporkan dalam penghasilan komprehensif lain.
Apabila perusahaan berinvestasi pada saham perusahaan lain, maka
perlakuan akuntansinya akan berdasarkan persentase kepemilikan:
1) Memiliki kurang dari 20% kepemilikan (metode nilai wajar)
2) Memiliki 20%-50% kepemilikan (metode ekuitas)
3) Memiliki lebih dari 50% kepemilikan (baiaya atau ekuitas +konsolidasi)
Investasi pada saham yang diukur dengan nilai wajar dapat
dikategorikan sebagai FVTPL dan AFS. Sama dengan debt investment,
perbedaan FVTPL dan AFS pada investasi saham adalah pada keuntungan
atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar.
a. Equity Investment Kategori FVTPL
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
atas investasi pada saham yang diklasifikasikan sebagai FVTPL diakui
dalam laba rugi.
Contoh soal: Pada tanggal 1 November 2018, PT. Warna membeli saham
3 perusahaan yang semuanya dengan kepemilikan di bawah 20% dengan
harga perolehan sebagai berikut:
PT. Merah Rp100.000.000
PT. Kuning Rp120.000.000
PT. Hijau Rp180.000.000
Total Rp400.000.000
Jurnal yang dibuat PT. Warna ketika membeli saham tersebut:
1 Nov 2018 Investasi pada Saham 400.000.000
Kas 400.000.000
Pada tanggal 1 Desember 2018, PT. Warna menerima dividen dari PT.
Hijau sebesar Rp20.000.000. Jurnalnya:
1 Des 2018 Kas 20.000.000
Pendapatan Dividen 20.000.000
13
b. Equity Investment Kategori AFS
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
atas investasi kerugian akibat perubahan kurs. IAI pada saham yang
diklasifikasikan sebagai AFS diakui dalam penghasilan komprehensif lain,
kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan keuntungan dan kerugian
akibat perubahan kurs.
Dengan contoh PT. Warna di atas, jurnal yang dibuat apabila kategorinya
AFS akan sama kecuali jurnal penyesuaian nilai wajar. Pada kategori
FVTPL, jurnal yang dibuat adalah:
Investasi pada Saham xxx
Keuntungan Belum Terealisasi xxx
Untuk kategori AFS, jurnalnya adalah:
Investasi pada Saham xxx
Penghasilan Komprehensif Lain xxx
14
2.6 METODE EKUITAS DAN PERBANDINGAN DENGAN METODE
NILAI WAJAR UNTUK INVESTASI EKUITAS
a. Metode Ekuitas
Metode ekuitas adalah suatu metode pencatatan investasi yang
mencatat investasi awal sebagai biaya perolehan dan akan ditambah atau
dikurangi dengan laba maupun rugi yang didapatkan setelah tanggal
perolehan.
Sementara itu, pengertian metode ekuitas berdasarkan PSAK 15
adalah sebuah metode akuntansi yang mencatat investasi pada mulanya
sebagai biaya perolehan dan selanjutnya akan disesuaikan untuk perubahan
dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih investee setelah
tanggal perolehan. Metode ini berlaku apabila kepemilikan atau kendali
perusahaan induk (investor) terhadap anak perusahaan (investee) lebih
besar dari 20%.
Metode ekuitas merupakan metode akuntansi akrual, dimana
investasi dicatat pada biaya dan disesuaikan dengan laba, rugi, dan
dividen. Selanjutnya investor melaporkan bagian atas laba investee sebagai
Laba Investasi dan bagian atas rugi investee sebagai Rugi Investee.
Dividen yg diterima dari investee adalah Disinvestasi. Dividen
mempengaruhi atau mengurangi nilai investasi. Laba investasi
merefleksikan bagian investor atas laba bersih investee, dan akun investee
merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investee.
Di metode ekuitas, Investor memiliki hak kendali terhadap investee
dan bisa memanipulasi laba, Laba perusahaan harus sama dengan laba
bersih konsolidasi sebagai entitas ekonomi tunggal antara perusahaan
induk-anak.
Ketika kehilangan pengaruh signifikan, investor mengakui
investasi yang tersisa di entitas asosiasi pada nilai wajar. Investor
mengakui dalam laporan keuangan laba rugi setiap selisih antara:
Nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan sebagian
kepemilikan pada entitas asosiasi, dengan
15
Jumlah tercatat investasi dalam tanggal ketika hilangnya pengaruh
signifikan
Ketika kehilangan pengaruh signifikan dan investasi tersisa dicatat
sesuai PSAK 55, nilai wajar investasi saat dihentikan sebagai investasi
pada entitas asosiasi dianggap sebagai nilai wajar pada saat pengakuan
awal sesuai PSAK 55.
16
2.7 AKUNTANSI UNTUK PENURUNAN NILAI INVETASI UTANG
17
didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset
keuangan serupa.
18
investor yang memilikinya untuk menjual obligasi tersebut yang
mengakibatkan harganya turun.
Penurunan harga akan terus terjadi sampai harganya dirasakan
cukup rendah bagi investor lain yang bersedia masuk untuk
menampung penjualan tersebut. Investor baru ini menganggap di
tingkat harga baru yang lebih murah ini, obligasi dan kupon bunganya
tersebut sekarang telah menghasilkan tingkat imbal hasil yang kembali
menarik dan telah menyesuaikan dengan penanjakan suku bunga di
pasar.
Risiko Durasi
Durasi kerap dikaitkan dengan kepekaan atau sensitivitas
harga obligasi terhadap setiap 1% perubahan suku bunga acuan.
Sehingga, durasi bisa dikatakan sebagai bagian dari risiko suku bunga
acuan. Dengan asumsi tidak ada perubahan faktor lainnya, maka
semakin panjang waktu jatuh tempo obligasi, semakin tinggi pula
risiko durasi obligasi tersebut. Artinya, instrumen surat utang tersebut
akan lebih peka terhadap perubahan suku bunga acuan dibanding
instrumen surat utang bertenor pendek.
Hal ini bisa kita mengerti secara naluriah. Jika suku bunga
acuan meningkat, maka harga suatu obligasi yang masih berkewajiban
membayar bunga selama 10 tahun lagi akan melihat harga obligasi itu
turun lebih besar dibandingkan obligasi lain yang sebentar lagi akan
membayar bunga terakhirnya dan akan jatuh tempo dalam waktu
dekat.
Risiko Likuiditas
Likuiditas merujuk pada kemampuan sebuah aset untuk cepat
dicairkan menjadi uang tunai. Untuk mencairkan instrumen sekuritas
yang kurang likuid, investor biasanya harus menjual instrumen
tersebut pada harga yang lebih rendah dibandingkan nilai seharusnya.
19
Obligasi adalah aset yang diterbitkan dengan denominasi
tinggi di mana hanya investor bermodal besar seperti investor institusi
yang mampu membelinya. Kebanyakan investor ini lebih senang
menggenggamnya hingga jatuh tempo (maturity).
Namun, jika investor ingin menjualnya, ia harus menemukan
pembeli yang juga bermodal besar yang menyukai jenis obligasi
tersebut dari segi resiko, jangka waktu, dan aspek lainnya. Sehingga
apabila sang penjual terdesak waktu dan terpaksa cepat menjual
obligasinya, ada resiko bahwa ia harus menerima harga yang lebih
rendah dibandingkan nilai seharusnya dari obligasi tersebut.
Risiko Reinvestasi
Risiko ini merujuk pada kondisi di mana investor tidak bisa
menggunakan pendapatan kupon obligasi untuk diinvestasikan lagi di
instrumen yang memberikan imbal hasil yang sama (atau secara ideal,
pada tingkat yang lebih tinggi). Memang seperti kita lihat di
penjelasan risiko suku bunga sebelumnya, penurunan suku bunga
seharusnya bisa meningkatkan harga obligasi.
Namun penurunan suku bunga acuan juga akan melemahkan
efek majemuk (compounding) dari investasi yang dijalankan, karena
dana dari kupon yang diterima dari obligasi tersebut sekarang hanya
dapat diinvestasikan pada tingkat suku bunga yang lebih rendah.
20
a. Perubahan Kelompok pada SAK ETAP
Dinilai pada nilai wajar pada saat perubahan
Dari trading ke kelompok lain, maka unrealised gain loss dicatat
sebagai penghaslan dan tidak boleh dihapus.
Ke kelompok trading, maka unrealised gain loss diakui pada tanggal
perubahan
Dari HTM ke AFS, maka unrealised gain loss diakui dalam kelompok
ekuitas
Dari AFS ke HTM, maka unrealised gain loss tetap diakui di ekuitas
dan diamortisasi sesuai amortisasi premi dan diskonto.
b. Tainting Rule
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai
dimiliki hingga tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu
dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi
dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang
tidak signifikan sebeulm jatuh tempo (lebih dari jumlah yang tidak
signifikan dibanding dengan total nilai investasi dimiliki hingga jatuh
tempo), kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut:
Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati waktu jatuh tempo,
Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh
pokok aset keuangan sesuai jadwal pembayaran atau pelunasan
dipercepat, atau
Terkait kejadian yang di luar kendali entitas, tidak berulang, dan
tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
c. Reklasfikasi
Hal yang tidak dapat dilakukan entitas :
1. Tidak dapat mereklasifikasi instrumen keuangan ke dalam kategori
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi setelah pengakuan awal,
21
2. Tidak dapat mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi selama dimiliki atau diterbitkan,
3. Tidak dapat mereklasifikasi instrumen keuangan dari diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi jika pada pengakuan awal intrumen
ditetapkan oleh entitas sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi,
Hal yang dapat dilakukan entitas :
1. Dapat mereklasifikasi aset keuangan dari diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi dalam kondisi saat langka dengan ketentuan dan
direklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang (setelah
memenuhi kriteria pinjaman yang diberikan dan piutang), jika aset
keuangan tidak lagi dimiliki untuk diperdagangkan atau pembelian
kembali aset keuangan tersebut dalam waktu dekat.
2. Dapat mereklasifikasi aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo
ke tersedia untuk dijual, dengan memperhatikan ketentuan tainting
rule, dan diukur kembali nilai wajarnya. Reklasifikasi dari dan ke
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus memperhatikan
ketentuan tainting rule.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
23
diterapkan pada instrumen-instrumen dasar. Opsi nilai wajar umumnya
hanya tersedia pada saat perusahaan pertama membeli aset keuangan atau
menimbulkan kewajiban keuangan. Jika suatu perusahaan memilih untuk
gunakan opsi nilai wajar, itu harus mengukur instrumen ini pada nilai
wajar sampai perusahaan tidak lagi memiliki kepemilikan.
Investasi intrumen ekuitas merepresentasikan kepemilikan investor di
saham biasa, preferen atau intrumen modal lainnya. Tingkat pengaruh
investor terhadap entitas yang dimiliki intrumen ekuitasnya (investee)
menentukan metode pencatatan yang diterapkan.
Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat lebih besar
daripada nilai diperoleh kembali. Evaluasi dilakukan setiap tanggal neraca
untuk menilai apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai
Pengalihan investasi dari satu klarifikasi ke klarifikasi harus terjadi jika
model bisnis untuk mengelola investasi juga berubah. IASB berharap
perubahan tersebut jarang terjadi. Perusahaan mencatat pengalihan
antarklasifikasi secara prospektif, pada awal periode akuntansi setelah
adanya perubahan model bisnis.
3.2 SARAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Eddy Winarso, dkk, Akuntansi Keuangan Lanjutan Berbasis IFRS & SAK
Terbaru Buku 1. Jakarta. Salemba Empat
Faatihah, N. A. (2022, june 28). Google. Retrieved from Landx:
https://landx.id/blog/risikoinvestasi-instrumen-utang-dan-opsi-investasi-
profitabel lainnya
Kieso, dkk. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta. Salemba Empat
modul.(n.d.).modulakuntansi.Retrievedfrom
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/ak/index.html#p=258
https://pintu.co.id/blog/perbedaan-metode-biaya-dan-metode-ekuitas
https://purnamiap.blogspot.com/2017/01/perbedaan-metode-ekuitas-
dengan-nilai.html
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/ak/index.html#p=258
25