Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

INVESTASI
Dosen Pengampu : Raida Fuadi, SE.Ak, MM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Muhammad Azil 2101103010006
2. M. Fajar Al-Hadid 2101103010021
3. Veri Irawan 2101103010029
4. Naufal Adamy 2101103010051
5. Naufal Rizkya Akbar 2101103010058
6. Thariq Abdil Cholis 2101103010149

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur diucapkan atas kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Keuangan
Menengah II ini, mengenai “Investasi”. Kami selaku penulis ingin berterimakasih
kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang Akuntansi untuk Investasi, Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa adanya kekurangan dan belum
dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritikan dan masukan
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini nantinya dapat bermanfaat untuk setiap pembacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, 16 Februari 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

INVESTASI..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. 1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 BATASAN PEMBAHASAN.........................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 KERANGKA AKUNTANSI UNTUK ASET KEUANGAN........................3
2.2 INVESTASI UTANG PADA BIAYA DI AMORTISASI............................6
2.3 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI UTANG PADA NILAI WAJAR......7
2.4 AKUNTANSI UNTUK OPSI NILAI WAJAR...........................................11
2.5 INVESTASI EKUITAS PADA NILAI WAJAR.........................................12
2.6 METODE EKUITAS DAN PERBANDINGAN DENGAN METODE
NILAI WAJAR UNTUK INVESTASI EKUITAS............................................15
2.7 AKUNTANSI UNTUK PENURUNAN NILAI INVETASI UTANG........17
2.8 AKUNTANSI UNTUK PENGALIHAN INVESTASI ANTAR
KATEGORI........................................................................................................20
2.9 CONTOH LATIHAN BESERTA JAWABAN...........................................22
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN............................................................................................23
3.2 SARAN........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Zaman sekarang persaingan dunia bisnis berkembang begitu pesat.


Bermacam cara dilakukan entitas bisnis untuk meningkatkan pendapatannya,
salah satu upaya yang dilakukan yaitu melakukan investasi. Investasi
merupakan salah satu cara entitas bisnis dalam mengoptimalkan penggunaan
kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat dalam
kas tidak menganggur. Investasi dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari
suatu bentuk aktiva untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang.
Dengan adanya investasi maka suatu entitas mengharapkan beberapa
keuntungan yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan yang
erat dan memperkuat posisi keuangan. Investasi yang paling umum dilakukan
dalam entitas bisnis adalah :
1. Investasi dalam obligasi (sekuritas utang)
2. Investasi dalam saham (sekuritas ekuitas)

1.2 BATASAN PEMBAHASAN

1. Menjelaskan kerangka akuntansi untuk aset keuangan


2. Menjelaskan akuntansi untuk investasi utang pada biaya perolehan
diamortisasi
3. Menjelaskan akuntansi untuk investasi utang pada nilai wajar
4. Menjelaskan akuntansi untuk opsi nilai wajar
5. Menjelaskan akuntansi untuk investasi ekuitas pada nilai wajar
6. Menjelaskan metode ekuitas dan membandingkannya dengan metode nilai
wajar untuk invetasi ekuitas
7. Menjelaskan akuntansi untuk penurunan nilai invetasi utang
8. Menjelaskan akuntansi untuk pengalihan investasi antar kategori

1
1.3 TUJUAN

1. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam mengenai bagaimana


peran akuntansi dalam investasi utang dan investasi ekuitas
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA AKUNTANSI UNTUK ASET KEUANGAN

a. Instrumen Aset Keuangan

Instrumen Aset Keuangan adalah suatu kontrak formal dan


nonformal yang menambah nilai aset atau liabilities keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan mengatur instrumen keuangan sebagai berikut:
 PSAK 50: Penyajian (revisi 2010) adopsi dari IAS 32 Financial
instrument: presentation
 PSAK 55: Pengakuan & Penilaian (revisi 2011) adopsi dari IAS 39
Financial Instrument: Recognation and Valuation
 PSAK 60: Pengungkapan (revisi 2010) adopsi dari IFRS 7 Financial
Instrument: Disclosure.

b. Aset keuangan terdiri dari :


 Kas (termasuk saldo rekening di bank)
 Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain misal investasi dalam
saham; yang tidak diatur dalam PSAK 15/PSAK 12/ PSAK 4
 Hak Kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari
entitas lain, hak untuk mempertukarkan aset keuangan dengan entitas
lain dengan kondisi berpotensi untung.
 Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan
nonderivatif atau derivatif.

c. Klasifikasi Aset Keuangan diatur dalam PSAK 55 P8


 Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
adalah aset keuangan yang memiliki salah satu kondisi berikut:

3
1. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan
2. Saat pengakuan awal ditetapkan oleh entitas untuk diukur melalui
laba rugi
 Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh
temponya telah ditetapkan, serta entitas memiliki maksud dan
kemampuan untuk memiliki aset tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:
1. Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai asset
keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi,
2. Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia
untuk dijual, dan
3. Investasi yang memenuhi kriteria sebagai pinjaman yang
diberikan dan piutang.
 Pinjaman yang diberikan dan piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap dan tidak memiliki kuotasi
pasar aktif, kecuali pinjaman yang diberikan dan piutang:
1. Dimaksudkan dijual dalam waktu dekat dan diklasifikasikan
dalam kelompok diperdagangkan dan yang pada saat pengakuan
awal ditetapkan sebagai aset keuangan untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi,
2. Saat pengakuan awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual,
atau
3. Dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembalai
investasi awal secara substansial kecuali disebabkan penurunan
kualitas, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk
dijual
 Tersedia untuk dijual
Aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia dijual
adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia
untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai:

4
1. Pinjaman yang diberikan dan piutang,
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo , atau
3. Aset keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Dengan kata lain, aset yang diklasifikasikan ke dalam kategori
available for sale adalah aset non-derivatif yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam ketiga kategori sebelumnya.

d. Pengakuan Awal Aset Keuangan (PSAK 55 P14)


Entitas mengakui aset keuangan, jika dan hanya jika, menjadi salah
satu pihak pada kontrak instrumen tersebut.

e. Pengukuran Awal Aset Keuangan (PSAK 55 P43)


 Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi diukur
dengan nilai wajar (biaya transaksi dibebankan)
 Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo diukur dengan nilai wajar
+ biaya transaksi
 Pinjaman yang diberikan dan piutang diukur dengan nilai wajar +
biaya transaksi
 Tersedia untuk dijual diukur dengan nilai wajar + biaya transaksi
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan
atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Biaya transaksi adalah
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset
keuangan.

f. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Keuangan (PSAK 55 P46)


 Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi diukur
dengan nilai wajar
 Investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur dengan biaya perolehan
diamortisasi
 Pinjaman yang diberikan dan piutang biaya perolehan diamortisasi

5
 Tersedia untuk dijual diukur dengan nilai wajar, tetapi instrumen
ekuitas yang tidak ada kuotasi pasar aktif dan nilai wajar tidak dapat
diukur dengan andal namun diukur dengan biaya perolehan.

2.2 INVESTASI UTANG PADA BIAYA DI AMORTISASI

a. Investasi Efek Utang


Biaya perolehan diamortisasi adalah jumlah aset keuangan atau
liabilitas keuangan yang diukur saat pengakuan awal, ditambah atau
dikurangi amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif
yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh tempo, dan
dikurangi penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

b. Metode Suku Bunga Efektif


 Suku bunga yang menyamakan antara nilai awal aset dengan nilai kini
dari pembayaran yang diterima di masa mendatang.
 Nilai awal aset keuangan termasuk biaya transaksi dan biaya lain terkait
dengan perolehan/penerbitan aset/liabilitas keuangan
 Suku bunga efektif tidak selalu sama dengan suku bunga yang
ditetapkan.
 Suku bunga efektif digunakan untuk menghitung amortisasi premium
atau diskon.

c. Klasifikasi Efek Utang dan Efek Ekuitas (SAK ETAP)


 Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity);
 Diperdagangkan (trading);
 Tersedia untuk dijual (available for sale).

d. Penyajian Efek pada SAK ETAP (SAK ETAP)


 Held to Maturity (Biaya perolehan dikurangi amortisasi premi)
 Trading (Nilai wajar pada tanggal neraca)
 Available for Sale (Nilai wajar pada tanggal neraca)

6
e. Pengukuran Efek Akibat Perubahan Nilai Wajar (SAK ETAP)
 Untuk ketiga kelompok efek
Dividen dan pendapatan bunga, termasuk amortisasi premi dan
diskonto yang timbul saat perolehan, dan laba yang telah direalisasi
 Laba/rugi belum direalisasi
1) Trading diakui sebagai penghasilan
2) Available for sale dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang
disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai
penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi.

f. Investasi Instrumen Utang


 Terdapat kontrak pembayaran yang telah ditentukan tanggalnya atas :
1) Pokok Utang
2) Bunga
 Klasifikasi Investasi Instrumen Utang :
1) Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
2) Tersedia untuk dijual
3) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
Pengukuran setelahnya dari investasi di instrumen utang yang
merupakan aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui Laba Rugi
serta aset keuagan yang tersedia untuk dijual adalah menggunakan nilai
wajar. Perbedaannya adalah investasi di instrumen utang yang merupakan
aset keuangan tersedia untuk dijual adalah sebelum melakukan
penyesuaian nilai wajar diakhir periode, terlebih dahulu dilakukan
penyesuaian untuk nilai tercatat menggunakan biaya perolehan
diamortisasi.

2.3 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI UTANG PADA NILAI WAJAR

Instrumen investasi adalah platform atau media yang digunakan


investor menjaga nilai aset yang dimiliki agar target finansialnya tercapai.
Oleh karena itu, aspek tabungan dan investasi dalam sebuah instrumen adalah

7
komponen yang penting dalam untuk menjaga pertumbuhan ekonomi
seseorang maupun organisasi.
a. Klasifikasi Investasi utang
Efek hutang mengemban hubungan kreditor dengan entitas lain.
Perusahaan biasanya mengelompokkan investasi hutang kedalam 3
kategori terpisah untuk tujuan akuntansi dan pelaporan :
 Dimiliki hingga jatuh tempo : efek hutang yang bertujuan
mendapatkan hasil positif untuk memegang hingga jatuh tempo
 Perdagangan : efek hutang dibeli dan dimiliki terutama untuk dijual
dalam waktu dekat dan menghasilkan pendapatan dari selisih harga.
 Tersedia untuk dijual : efek hutang yang tidak diklasifikasikan sebagai
dimiliki hingga jatuh tempo atau diperdagangkan sekuritas.

b. Jenis investasi instrument utang


 Surat Pembendaharaan Negara (SPN)
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) merupakan surat berharga
yang berbentuk surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia. Pembayaran bunga Surat Perbendaharaan
Negara dilakukan secara diskonto dalam jangka waktu sampai dengan
12 bulan sehingga Surat Perbendaharaan Negara dapat dikategorikan
sebagai utang jangka pendek.
 Obligasi Negara
Dalam Obligasi Negara, terdapat tiga jenis obligasi yaitu
Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), dan Sukuk
Ritel (SR). Obligasi termasuk ke dalam Surat Utang Negara, namun
memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari 12 bulan dengan
pembayaran kupon atau bunga secara diskonto. Sehingga, obligasi
dapat dikategorikan ke dalam utang jangka panjang.
 Obligasi Perusahaan
Obligasi korporasi atau swasta merupakan surat utang yang
dikeluarkan oleh perusahaan swasta maupun pemerintah seperti

8
BUMN. Perusahaan yang mengeluarkan obligasi jenis ini beragam.
Mulai dari perusahaan yang bergerak di bisnis industri properti, F&B,
tambang, dan masih banyak lagi.
 Hipotek atau mortgage
Hipotek atau mortgage adalah instrumen investasi utang yang
jaminannya dalam bentuk properti. Pihak peminjam memberikan hak
tanggungan properti ke pihak pemberi pinjaman sebagai suatu syarat
jaminan atas kewajiban pembayaran utang. 
Meski pihak peminjam berutang, namun peminjam bisa
memanfaatkan ataupun menggunakan properti tersebut. Jika
kewajiban atau utangnya sudah dilunasi, maka tanggungan properti
pun akan dinyatakan gugur.
Umumnya, hipotek berkaitan dengan pembelian properti oleh
seseorang yang tidak memiliki uang dalam jumlah banyak dalam
suatu waktu. Sehingga, pembelian atau penyewaan properti tidak bisa
lunas di muka. Peminjam tersebut akan berutang dalam kurun waktu
tertentu (umumnya bertahun-tahun) dan membayarkan juga bunga
dari nominal pinjaman.
 Peer-to-peer landing
P2P lending atau peer-to-peer lending adalah sistem yang
melalui sebuah platform, pemberi pinjaman (lender) dengan peminjam
(borrower) dapat dipertemukan secara online. Melalui sistem  Peer-to-
peer Lending, peminjam harus membayar pokok pinjaman, beserta
bunga sesuai dengan tenor yang ditentukan. 
Dari bunga atau tenor itu, investor atau lender akan
memperoleh imbal hasil atau return setiap bulan atau setiap tahun,
tergantung kesepakatan. Hingga saat ini, fintech Peer-to-peer Lending
menjadi salah satu industri di bidang keuangan yang semakin
berkembang di Indonesia, baik P2P lending konvensional atau
berbentuk P2P lending syariah. 

9
c. Nilai wajar
Pengertian nilai wajar (fair value) menurut PSAK 68 atau IFRS 13
adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yg
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Penerapan nilai wajar akan menghabiskan banyak biaya dan
dampak yang akan ditimbulkannya. Namun jika manfaat yang didapat
lebih besar dari pada biaya dan dampak yang ditimbulkan, maka nilai
wajar dapat diterapkan. Nilai wajar dianggap lebih relevan dan dapat
diandalkan dibandingkan historical cost karena nilai wajar memberikan
informasi keuangan sesuai keadaan pasar pada saat periode pelaporan.
Laux dan Leuz (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan nilai
wajar akan menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan dan nilai
wajar dapat menimbulkan penularan disaat krisis. Omoteso dan Aziz
(2014) menyatakan bahwa nilai wajar bukan merupakan penyumbang
krisis tetapi dapat mendeteksi krisis datang lebih cepat
Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai
Wajar, teknik penilaian nilai wajar yaitu:
 Pendekatan Pasar (Market Approach)
Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan
informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang
melibatkan aset, liabilitas, atau kelompok aset dan liabilitas yang
identik atau serupa seperti bisnis.
 Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan jumlah yang
dibutuhkan saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service
capacity) aset atau sebagai biaya pengganti saat ini.
 Pendekatan Penghasilan (Income Approach)
Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi
jumlah masa depan (contohnya arus kas atau penghasilan dan beban)
ke suatu jumlah tunggal saat ini yang didiskontokan. Ketika

10
pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar
mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan
tersebut.
Nilai wajar disini artinya ialah harga pasar pada saat hari
pengukuran aset, sedangkan nilai tercatat adalah nilai buku aset yang
dimiliki tersebut setelah disusutkan. Kesimpulan atas transaksi tersebut
adalah apabila direalisasikan maka perusahaan akan mengalami
keuntungan.

2.4 AKUNTANSI UNTUK OPSI NILAI WAJAR

Sebelumnya, perusahaan memiliki opsi untuk melaporkan sebagian besar


keuangan instrumen pada nilai wajar, dengan semua keuntungan dan kerugian
terkait dengan perubahan nilai wajar dilaporkan dalam laporan laba rugi. Opsi
ini diterapkan pada instrumen-instrumen dasar. Opsi nilai wajar umumnya
hanya tersedia pada saat perusahaan pertama membeli aset keuangan atau
menimbulkan kewajiban keuangan. Jika suatu perusahaan memilih untuk
gunakan opsi nilai wajar, itu harus mengukur instrumen ini pada nilai wajar
sampai perusahaan tidak lagi memiliki kepemilikan.
Misalnya, asumsikan bahwa Laboratorium Abbott membeli sekuritas
utang pada tahun 2017 bahwa itu diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga
jatuh tempo. Abbott tidak memilih untuk melaporkan keamanan ini
menggunakan opsi nilai wajar. Pada 2018, Abbott membeli keamanan utang
yang dimiliki hingga jatuh tempo. Abbott memutuskan untuk melaporkan
keamanan ini menggunakan opsi nilai wajar. Setelah itu memilih adil opsi
nilai untuk keamanan yang dibeli pada tahun 2018, keputusan tersebut tidak
dapat dibatalkan (mungkin tidak dapat dibatalkan berubah). Selain itu, Abbott
tidak memiliki opsi untuk menilai dimiliki hingga jatuh tempo sekuritas dibeli
pada 2017 dengan nilai wajar pada 2018 atau pada periode berikutnya.
Banyak yang mendukung penggunaan opsi nilai wajar sebagai langkah
lebih dekat ke total nilai wajar pelaporan untuk instrumen keuangan. Mereka
percaya perawatan ini mengarah pada perbaikan dalam pelaporan keuangan.
Yang lain berpendapat bahwa opsi nilai wajar membingungkan. Perusahaan

11
dapat memilih dari periode ke periode apakah akan menggunakan opsi nilai
wajar untuk yang baru investasi dalam instrumen keuangan. Dengan
mengizinkan instrumen demi instrumen pendekatan, perusahaan dapat
melaporkan beberapa instrumen keuangan pada nilai wajar tetapi tidak
lainnya.

2.5 INVESTASI EKUITAS PADA NILAI WAJAR

Investasi intrumen ekuitas merepresentasikan kepemilikan investor di


saham biasa, preferen atau intrumen modal lainnya. Tingkat pengaruh investor
terhadap entitas yang dimiliki intrumen ekuitasnya (investee) menentukan
metode pencatatan yang diterapkan.

Berdasarkan IFRS, anggapan bahwa investasi ekuitas yang dimiliki


efek tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga. Seperti
halnya investasi obligasi yang dimiliki untuk diperdagangkan, akuntansi
umum dan aturan pelporan untuk investasi ini adalah untuk menilai efek pada
nilai wajar dan mencatat keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas
laba neto (metode nilai wajar – fair value methode).
Namun, beberapa investasi ekuitas dimiliki untuk tujuan selain
diperdagangkan Misalnya, perusahaan mungkin perlu untuk memiliki
investasi ekuitas untuk menjual produknya di daerah tertentu. Dalam situasi
ini, pencatatan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dalam laba
rugi, seperti yang diperlukan untuk investasi perdagangan, tidak menunjukkan
kinerja perusahaan sehubungan dengan investasi ini. Akibatnya, IFRS

12
memungkinkan perusahaan untuk mengklasifikasikan beberapa investasi
ekuitas sebagai tidak diperdagangkan. Investasi ckuitas tidak diperdagangkan
(non-trading equity investments) dicatat sebesar nilai wajar pada laporan
posisi keuangan, dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi akan
dilaporkan dalam penghasilan komprehensif lain.
Apabila perusahaan berinvestasi pada saham perusahaan lain, maka
perlakuan akuntansinya akan berdasarkan persentase kepemilikan:
1) Memiliki kurang dari 20% kepemilikan (metode nilai wajar)
2) Memiliki 20%-50% kepemilikan (metode ekuitas)
3) Memiliki lebih dari 50% kepemilikan (baiaya atau ekuitas +konsolidasi)
Investasi pada saham yang diukur dengan nilai wajar dapat
dikategorikan sebagai FVTPL dan AFS. Sama dengan debt investment,
perbedaan FVTPL dan AFS pada investasi saham adalah pada keuntungan
atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar.
a. Equity Investment Kategori FVTPL
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
atas investasi pada saham yang diklasifikasikan sebagai FVTPL diakui
dalam laba rugi.
Contoh soal: Pada tanggal 1 November 2018, PT. Warna membeli saham
3 perusahaan yang semuanya dengan kepemilikan di bawah 20% dengan
harga perolehan sebagai berikut:
PT. Merah Rp100.000.000
PT. Kuning Rp120.000.000
PT. Hijau Rp180.000.000
Total Rp400.000.000
Jurnal yang dibuat PT. Warna ketika membeli saham tersebut:
1 Nov 2018 Investasi pada Saham 400.000.000
Kas 400.000.000
Pada tanggal 1 Desember 2018, PT. Warna menerima dividen dari PT.
Hijau sebesar Rp20.000.000. Jurnalnya:
1 Des 2018 Kas 20.000.000
Pendapatan Dividen 20.000.000

13
b. Equity Investment Kategori AFS
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
atas investasi kerugian akibat perubahan kurs. IAI pada saham yang
diklasifikasikan sebagai AFS diakui dalam penghasilan komprehensif lain,
kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan keuntungan dan kerugian
akibat perubahan kurs.
Dengan contoh PT. Warna di atas, jurnal yang dibuat apabila kategorinya
AFS akan sama kecuali jurnal penyesuaian nilai wajar. Pada kategori
FVTPL, jurnal yang dibuat adalah:
Investasi pada Saham xxx
Keuntungan Belum Terealisasi xxx
Untuk kategori AFS, jurnalnya adalah:
Investasi pada Saham xxx
Penghasilan Komprehensif Lain xxx

14
2.6 METODE EKUITAS DAN PERBANDINGAN DENGAN METODE
NILAI WAJAR UNTUK INVESTASI EKUITAS

a. Metode Ekuitas
Metode ekuitas adalah suatu metode pencatatan investasi yang
mencatat investasi awal sebagai biaya perolehan dan akan ditambah atau
dikurangi dengan laba maupun rugi yang didapatkan setelah tanggal
perolehan.
Sementara itu, pengertian metode ekuitas berdasarkan PSAK 15
adalah sebuah metode akuntansi yang mencatat investasi pada mulanya
sebagai biaya perolehan dan selanjutnya akan disesuaikan untuk perubahan
dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih investee setelah
tanggal perolehan. Metode ini berlaku apabila kepemilikan atau kendali
perusahaan induk (investor) terhadap anak perusahaan (investee) lebih
besar dari 20%.
Metode ekuitas merupakan metode akuntansi akrual, dimana
investasi dicatat pada biaya dan disesuaikan dengan laba, rugi, dan
dividen. Selanjutnya investor melaporkan bagian atas laba investee sebagai
Laba Investasi dan bagian atas rugi investee sebagai Rugi Investee.
Dividen yg diterima dari investee adalah Disinvestasi. Dividen
mempengaruhi atau mengurangi nilai investasi. Laba investasi
merefleksikan bagian investor atas laba bersih investee, dan akun investee
merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investee.
Di metode ekuitas, Investor memiliki hak kendali terhadap investee
dan bisa memanipulasi laba, Laba perusahaan harus sama dengan laba
bersih konsolidasi sebagai entitas ekonomi tunggal antara perusahaan
induk-anak.
Ketika kehilangan pengaruh signifikan, investor mengakui
investasi yang tersisa di entitas asosiasi pada nilai wajar. Investor
mengakui dalam laporan keuangan laba rugi setiap selisih antara:
 Nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan sebagian
kepemilikan pada entitas asosiasi, dengan

15
 Jumlah tercatat investasi dalam tanggal ketika hilangnya pengaruh
signifikan
Ketika kehilangan pengaruh signifikan dan investasi tersisa dicatat
sesuai PSAK 55, nilai wajar investasi saat dihentikan sebagai investasi
pada entitas asosiasi dianggap sebagai nilai wajar pada saat pengakuan
awal sesuai PSAK 55.

b. Metode Nilai Wajar/Biaya


Metode biaya/ nilai wajar adalah suatu metode pencatatan investasi
yang mencatat nilai investasi sebagai harga perolehan. Dalam hal ini,
penghasilan investasi dianggap sebagai bagi hasil dan tidak mempengaruhi
besaran investasi dari investor bersangkutan.
Metode biaya digunakan apabila besar kendali atau kepemilikan
investor terhadap perusahaan tersebut lebih kecil dari 20%.
Dalam metode nilai wajar, Investasi dalam saham biasa dicatat
pada biayanya dan dividen dari laba berikutnya dicatat sebagai pendapatan
dividen. Dividen yang diterima melebihi bagian investor atas laba setelah
saham diperoleh dianggap pengembalian modal (dividen likuidasi) dan
dicatat sebagai pengurang terhadap akun investasi. Kedua klasifikasi itu
dicatat pada nilai wajar dan melaporkan keuntungan, kerugian, dan dividen
yang di Realisasi sebagai Laba, namun dividen tidak mempengaruhi nilai
investasi.
Di dalam metode nilai wajar keuntungan dan kerugian yang belum
direalisasikan dari klasifikasi sekuritas perdagangan dimasukkan dalam
Laba. Sementara keuntungan dan kerugian yg belum direalisasi dari
sekuritas karena belum dijual dicatat sebagai Laba Komprehensif. Item
laba komprehensif lainnya dilaporkan pada laporan laba rugi, sebagai
laporan terpisah laba komprehensif, atau pada laporan perubahan ekuitas.
Jumlahnya akan diakumulasikan dalam bagian ekuitas di neraca pada
akun Akumulasi Laba Komprehensif.

16
2.7 AKUNTANSI UNTUK PENURUNAN NILAI INVETASI UTANG

a. Investasi Instrumen Utang


Investasi instrumen utang adalah kesepakatan mengikat yang
menyediakan dana pada peminjam. Dalam instrumen investasi ini, terdapat
kesepakatan tentang agunan yang terlibat, tingkat bunga, jangka waktu,
hingga tempo pembayaran bunga.
Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat lebih
besar daripada nilai diperoleh kembali. Evaluasi dilakukan setiap tanggal
neraca untuk menilai apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai.
Pada setiap tanggal pelaporan, entitas mengevaluasi apakah
terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan
mengalami penurunan nilai. Bukti objektf meliputi peristiwa-peristiwa
yang merugikan bagi pemegang aset keuangan, seperti:
 Kesulitan keuangan signifikan yang dialami oleh penerbit atau
peminjam,
 Pelanggaran kontrak, seperti terjadi tunggakan pembayaran pokok
atau bunga,
 Pemberi pinjaman, karena alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan peminjam, memberi keringanan pada
pihak peminjam,
 Terdapat kemungkinan pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan,
 Hilangnya pasar aktif aset keuangan akibat kesulitan keuangan, atau
 Adanya penurunan estimasi arus kas masa depan dari aset keuangan
atau kelompok aset keuangan.
Penurunan nilai atas suatu aset tetap ini dapat terjadi secara tak
terduga baik disebabkan oleh karena kerusakan fisik aset, penurunan nilai
pasar, kenaikan suku bunga pasar, aset sebagai bagian dari restrukturisasi
atupun dibuang atau usang akibat inovasi dari teknologi baru yang dapat
menggantikan suatu aset tetap.
Rugi penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat aset
keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang

17
didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset
keuangan serupa.

b. Resiko Investasi Instrumen Utang


 Risiko Kredit atau Risiko Gagal Bayar
Ketika berinvestasi di instrumen pendapatan tetap atau
obligasi, investor akan memperoleh pembayaran bunga yang tetap
secara rutin sampai waktu jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, sang
investor akan kembali dibayarkan pokok investasinya.
Tetapi terdapat resiko bahwa si penerbit obligasi tidak selalu
patuh terhadap jadwal pembayaran bunga ataupun pokok pinjaman.
Bahkan bisa jadi sang penerbit surat utang tidak sanggup membayar
bunga dan pokok pinjamannya sama sekali. Hal inilah yang kemudian
disebut sebagai risiko gagal bayar.
Investor bisa menaksir kemungkinan gagal bayar dari sebuah
obligasi dengan melihat peringkat utang sang obligor. Laporan
peringkat utang korporasi diterbitkan setiap bulan atau triwulan oleh
suatu lembaga pemeringkat utang seperti Standard & Poor dan
Moody’s. Lembaga ini memberikan penilaian mereka akan
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar suatu jenis obligasi
yang mereka terbitkan. Semakin baik peringkatnya, maka semakin
kecil pula risiko gagal bayar yang dihadapi investor.

 Risiko Suku Bunga


Risiko suku bunga adalah kemungkinan kerugian investasi
yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga, misalnya tingkat
suku bunga acuan di pasar atau suku bunga acuan resmi seperti Bank
Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate. Risiko ini timbul lantaran tingkat
suku bunga memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi.
Jika tingkat suku bunga di pasar menanjak, maka tingkat imbal
hasil suatu obligasi akan menjadi kurang menarik. Ini memicu

18
investor yang memilikinya untuk menjual obligasi tersebut yang
mengakibatkan harganya turun.
Penurunan harga akan terus terjadi sampai harganya dirasakan
cukup rendah bagi investor lain yang bersedia masuk untuk
menampung penjualan tersebut. Investor baru ini menganggap di
tingkat harga baru yang lebih murah ini, obligasi dan kupon bunganya
tersebut sekarang telah menghasilkan tingkat imbal hasil yang kembali
menarik dan telah menyesuaikan dengan penanjakan suku bunga di
pasar.

 Risiko Durasi
Durasi kerap dikaitkan dengan kepekaan atau sensitivitas
harga obligasi terhadap setiap 1% perubahan suku bunga acuan.
Sehingga, durasi bisa dikatakan sebagai bagian dari risiko suku bunga
acuan. Dengan asumsi tidak ada perubahan faktor lainnya, maka
semakin panjang waktu jatuh tempo obligasi, semakin tinggi pula
risiko durasi obligasi tersebut. Artinya, instrumen surat utang tersebut
akan lebih peka terhadap perubahan suku bunga acuan dibanding
instrumen surat utang bertenor pendek.
Hal ini bisa kita mengerti secara naluriah. Jika suku bunga
acuan meningkat, maka harga suatu obligasi yang masih berkewajiban
membayar bunga selama 10 tahun lagi akan melihat harga obligasi itu
turun lebih besar dibandingkan obligasi lain yang sebentar lagi akan
membayar bunga terakhirnya dan akan jatuh tempo dalam waktu
dekat.

 Risiko Likuiditas
Likuiditas merujuk pada kemampuan sebuah aset untuk cepat
dicairkan menjadi uang tunai. Untuk mencairkan instrumen sekuritas
yang kurang likuid, investor biasanya harus menjual instrumen
tersebut pada harga yang lebih rendah dibandingkan nilai seharusnya.

19
Obligasi adalah aset yang diterbitkan dengan denominasi
tinggi di mana hanya investor bermodal besar seperti investor institusi
yang mampu membelinya. Kebanyakan investor ini lebih senang
menggenggamnya hingga jatuh tempo (maturity).
Namun, jika investor ingin menjualnya, ia harus menemukan
pembeli yang juga bermodal besar yang menyukai jenis obligasi
tersebut dari segi resiko, jangka waktu, dan aspek lainnya. Sehingga
apabila sang penjual terdesak waktu dan terpaksa cepat menjual
obligasinya, ada resiko bahwa ia harus menerima harga yang lebih
rendah dibandingkan nilai seharusnya dari obligasi tersebut.

 Risiko Reinvestasi
Risiko ini merujuk pada kondisi di mana investor tidak bisa
menggunakan pendapatan kupon obligasi untuk diinvestasikan lagi di
instrumen yang memberikan imbal hasil yang sama (atau secara ideal,
pada tingkat yang lebih tinggi). Memang seperti kita lihat di
penjelasan risiko suku bunga sebelumnya, penurunan suku bunga
seharusnya bisa meningkatkan harga obligasi.
Namun penurunan suku bunga acuan juga akan melemahkan
efek majemuk (compounding) dari investasi yang dijalankan, karena
dana dari kupon yang diterima dari obligasi tersebut sekarang hanya
dapat diinvestasikan pada tingkat suku bunga yang lebih rendah.

2.8 AKUNTANSI UNTUK PENGALIHAN INVESTASI ANTAR


KATEGORI

Pengalihan investasi dari satu klarifikasi ke klarifikasi harus terjadi


jika model bisnis untuk mengelola investasi juga berubah. IASB berharap
perubahan tersebut jarang terjadi. Perusahaan mencatat pengalihan
antarklasifikasi secara prospektif, pada awal periode akuntansi setelah adanya
perubahan model bisnis.

20
a. Perubahan Kelompok pada SAK ETAP
 Dinilai pada nilai wajar pada saat perubahan
 Dari trading ke kelompok lain, maka unrealised gain loss dicatat
sebagai penghaslan dan tidak boleh dihapus.
 Ke kelompok trading, maka unrealised gain loss diakui pada tanggal
perubahan
 Dari HTM ke AFS, maka unrealised gain loss diakui dalam kelompok
ekuitas
 Dari AFS ke HTM, maka unrealised gain loss tetap diakui di ekuitas
dan diamortisasi sesuai amortisasi premi dan diskonto.

b. Tainting Rule
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai
dimiliki hingga tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu
dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi
dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang
tidak signifikan sebeulm jatuh tempo (lebih dari jumlah yang tidak
signifikan dibanding dengan total nilai investasi dimiliki hingga jatuh
tempo), kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut:
 Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati waktu jatuh tempo,
 Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh
pokok aset keuangan sesuai jadwal pembayaran atau pelunasan
dipercepat, atau
 Terkait kejadian yang di luar kendali entitas, tidak berulang, dan
tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.

c. Reklasfikasi
 Hal yang tidak dapat dilakukan entitas :
1. Tidak dapat mereklasifikasi instrumen keuangan ke dalam kategori
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi setelah pengakuan awal,

21
2. Tidak dapat mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi selama dimiliki atau diterbitkan,
3. Tidak dapat mereklasifikasi instrumen keuangan dari diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi jika pada pengakuan awal intrumen
ditetapkan oleh entitas sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi,
 Hal yang dapat dilakukan entitas :
1. Dapat mereklasifikasi aset keuangan dari diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi dalam kondisi saat langka dengan ketentuan dan
direklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang (setelah
memenuhi kriteria pinjaman yang diberikan dan piutang), jika aset
keuangan tidak lagi dimiliki untuk diperdagangkan atau pembelian
kembali aset keuangan tersebut dalam waktu dekat.
2. Dapat mereklasifikasi aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo
ke tersedia untuk dijual, dengan memperhatikan ketentuan tainting
rule, dan diukur kembali nilai wajarnya. Reklasifikasi dari dan ke
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus memperhatikan
ketentuan tainting rule.

2.9 CONTOH LATIHAN BESERTA JAWABAN

22
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Investasi merupakan salah satu cara entitas bisnis dalam mengoptimalkan


penggunaan kas jika terjadi surplus.
 Aset keuangan terdiri dari : Kas (termasuk saldo rekening di bank);
Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain misal investasi dalam
saham; yang tidak diatur dalam PSAK 15/PSAK 12/ PSAK 4; Hak
Kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas
lain, hak untuk mempertukarkan aset keuangan dengan entitas lain dengan
kondisi berpotensi untung; Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan
dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan
merupakan nonderivatif atau derivatif.
 Biaya perolehan diamortisasi adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas
keuangan yang diukur saat pengakuan awal, ditambah atau dikurangi
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang
dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh tempo, dan dikurangi
penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.
 Efek hutang mengemban hubungan kreditor dengan entitas lain.
Perusahaan biasanya mengelompokkan investasi hutang kedalam 3
kategori terpisah untuk tujuan akuntansi dan pelaporan : Dimiliki hingga
jatuh tempo : efek hutang yang bertujuan mendapatkan hasil positif untuk
memegang hingga jatuh tempo; Perdagangan : efek hutang dibeli dan
dimiliki terutama untuk dijual dalam waktu dekat dan menghasilkan
pendapatan dari selisih harga; Tersedia untuk dijual : efek hutang yang
tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo atau
diperdagangkan sekuritas.
 perusahaan memiliki opsi untuk melaporkan sebagian besar keuangan
instrumen pada nilai wajar, dengan semua keuntungan dan kerugian terkait
dengan perubahan nilai wajar dilaporkan dalam laporan laba rugi. Opsi ini

23
diterapkan pada instrumen-instrumen dasar. Opsi nilai wajar umumnya
hanya tersedia pada saat perusahaan pertama membeli aset keuangan atau
menimbulkan kewajiban keuangan. Jika suatu perusahaan memilih untuk
gunakan opsi nilai wajar, itu harus mengukur instrumen ini pada nilai
wajar sampai perusahaan tidak lagi memiliki kepemilikan.
 Investasi intrumen ekuitas merepresentasikan kepemilikan investor di
saham biasa, preferen atau intrumen modal lainnya. Tingkat pengaruh
investor terhadap entitas yang dimiliki intrumen ekuitasnya (investee)
menentukan metode pencatatan yang diterapkan.
 Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat lebih besar
daripada nilai diperoleh kembali. Evaluasi dilakukan setiap tanggal neraca
untuk menilai apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai
 Pengalihan investasi dari satu klarifikasi ke klarifikasi harus terjadi jika
model bisnis untuk mengelola investasi juga berubah. IASB berharap
perubahan tersebut jarang terjadi. Perusahaan mencatat pengalihan
antarklasifikasi secara prospektif, pada awal periode akuntansi setelah
adanya perubahan model bisnis.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya. Adapun


penyusun menyadari jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat terbuka bagi pembaca

24
DAFTAR PUSTAKA

Eddy Winarso, dkk, Akuntansi Keuangan Lanjutan Berbasis IFRS & SAK
Terbaru Buku 1. Jakarta. Salemba Empat
Faatihah, N. A. (2022, june 28). Google. Retrieved from Landx:
https://landx.id/blog/risikoinvestasi-instrumen-utang-dan-opsi-investasi-
profitabel lainnya
Kieso, dkk. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta. Salemba Empat
modul.(n.d.).modulakuntansi.Retrievedfrom
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/ak/index.html#p=258
https://pintu.co.id/blog/perbedaan-metode-biaya-dan-metode-ekuitas
https://purnamiap.blogspot.com/2017/01/perbedaan-metode-ekuitas-
dengan-nilai.html
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/ak/index.html#p=258

25

Anda mungkin juga menyukai