Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 2

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Psikologi Pendidikan yang diampu oleh:

Puji Gusri Handayani,S.Pd., M.Pd., Kons.

Disusun Oleh :

Intan Safitri 20045050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


GEOGRAFI

DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
Mind Mapping :

Resume :

Tahap-Tahap Perkembangan
Proses biologis, kognitif, dan sosioemosi yang saling memengaruhi satu sama lain
tersebut menghasilkan periode-periode dalam masa hidup manusia. Periode
perkembangan merujuk pada suatu kerangka waktu dalam kehidupan seseorang yang
ditandai oleh ciri-ciri tertentu.
1. Periode kelahiran (prenatal period) adalah masa dari pembuahan hingga kelahiran.
Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga
menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku. Periode ini
berlangsung kurang lebih sembilan bulan.
2. Masa bayi (infacy), adalah periode perkembangan yang dimulai sejak lahir hingga
usia 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang
dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti
bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
3. Masa kanak-kanak awal (early chidhood), adalah periode pekembangan yang
merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya
disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin
mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan
bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu
berjam jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas
satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak-anak.
4. Masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (middle and late childhood), adalah
periode perkembangan yang berlangsung antara usia 6 hingga 11 tahun, kurang lebih
bersamaan dengan masa sekolah dasar. Periode ini biasanya disebut dengan
tahun-tahun sekolah dasar. Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca,
menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia
yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia
anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
5. Masa remaja (adolescence), adalah periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa, hingga masa awal dewasa, yang dimulai pada sekitar
usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa
remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan
yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan
waktu di luar keluarga.
6. Masa dewasa awal (early adulthood), adalah periode perkembangan yang dimulai
pada awal usia 20-an sampai usia 30-an. Ini adalah masa pembentukan kemandirian
pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa
pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga,
dan mengasuh anak anak.
7. Masa dewasa menengah (middle adulthood) adalah periode perkembangan yang
berlangsung pada usia 40-an hingga usia 60. Ini merupakan masa untuk memperluas
keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi
berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
8. Masa dewasa akhir (late adulthood), adalah periode perkembangan yang bermula
pada usia 60- an atau 70-an dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian
diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya,
pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.

Konsep tugas perkembangan dan pemenuhan tugas perkembangan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus


diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila
berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka
gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan
selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang menjadi sumber dari pada
tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik,
tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu.

Tugas – tugas perkembangan anak, remaja (adolescence) dan dewasa


Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa
bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak Belajar berjalan Belajar mekan makanan padat
Belajar berbicara Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Mencapai
stabilitas fisiologik Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan
sosial Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain Belajar
mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah Belajar ketangkasan fisik untuk bermain Pembentukan
sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh Belajar
bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai Belajar
membebaskan ketergantungan diri Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok
dan lembga-lembaga
3. Masa Remaja Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita Menginginkan dan
mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social Mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Belajar bergaul dengan
kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat Persiapan
mandiri secara ekonomi Pemilihan dan latihan jabatan Mempersiapkan
perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal Mulai bekerja Memilih pasangan hidup Belajar hidup
dengan suami/istri Mulai membentuk keluarga Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga Menerima/mengambil tanggung jawab
warga Negara Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya Menerima dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik dan fisiologis Menghubungkan diri sendiri dengan
pasangan hidup sebagai individu Membantu anak-anak remaja belajar menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia Mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan Mengembangkan
kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa Mencapai tanggung jawab
sosial dan warga Negara secara penuh.

Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan


suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang
apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas
perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada
individu yang bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas
berikutnya. Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social
expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya
menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang
disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Faktor sumber munculnya
tugas – tugas perkembangan :
1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan
organisasi
3. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang
berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4. Tuntutan norma agama
Adapun tugas – tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan (Robert J.
Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) )
sebagai berikut :
1. Tugas – tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak – kanak (0 – 6 tahun)
a. Belajar berjalan.
b. Belajar memakan makanan padat.
c. Belajar berbicara.
d. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g. Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan
alam.
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang – orang
disekitarnya.
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti
mengembangkan kata hati.

Masa ini merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan
masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976 ; Kaczman & Riva, 1996).
Remaja merupakan masa berkembangnya identity (identitas) (Erik Erickson (Adams
& Gullota, 1983 : 36 – 37; Conger, 1977 : 92 – 93)). Identity adalah suatu
pengorganisasian dorongan – dorongan (drives), kemampuan – kemampuan (abilities),
keyakinan – keyakinan (beliefs), dan pengalaman – pengalaman individu kedalam
citra diri (images of self) yang konsisten (Anita E. Woolfolk).

Lustin Pikunas (1976 : 257 – 259), masa remaja akhir ditandai oleh keinginan
yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar dapat diterima oleh
teman sebaya, orang dewasa, dan budaya.
Menurut beberapa ahli tugas – tugas perkembangan pada masa ini adalah :
1. William Kay
a. Menerima fisiknya sendiri beriku keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur – figur yang
menjadi otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun
kelompok.
d. Menemukan manusia model untuk dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar prinsip atau
falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan masa kanak – kanaknya.

2. Robert J. Havighurst (1961)


a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mancapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).
g. Belajar merencanakan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual.
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.
k. Mengamalkan nilai – nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan dalam
kehidupan sehari – hari, baik pribadi maupun sosial.

3. Charlotte Buhler (1930)


Belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan
minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif
belaka.
4. Elizabeth B. Hurlock (1978) Belajar menyesuaikan diri terhadap pola – pola
hidup baru, belajar untuk memiliki cita – cita yang tinggi, mencari identitas diri dan
pada usia kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri.

Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :


1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun
sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini
remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah
sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan
terhadap pemikiran filosofis dan etis. Bermula dari perasaan yang penuh keraguan
pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri
sendiri. Rasa Percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk
melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa
ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja
mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
ditemukannya
Tugas Perkembangan Masa Dewasa
Masa Dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai
dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu
1. Masa Dewasa Dini (18-40 Tahun)
Masa dimana perubahan-perubahan fisik dan psikis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduksi. masa dewasa dini memiliki ciri-ciri yakni sebagai masa
pengaturan pengaturan, sebagai sebagai “usia reproduksi reproduksi”, masa
bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen,
masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa kreatif serta masa penyesuaian diri
dengan cara hidup baru.
2. Masa Dewasa Madya (40-60 Tahun)
Masa dimana menurunnya perubahanperubahan fisik dan psikis yang jelas
nampak pada setiap individu masa dewasa madya memiliki karakteristik seperti
seperti periode periode yang sangat ditakuti ditakuti, merupkan merupkan masa
transisi, masa stress, merupakan “usia yang berbahaya”, “usia yang canggung”, masa
berprestasi, masa evaluasi dengan standar ganda, masa sepi, serat merupakan masa
jenuh.
3. Masa Dewasa Lanjut (60 Tahun-kematian)
Masa dimana kemampuan fisik dan bahkan psikologis cepat menurun, namun
teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan,
memungkinkan antar gender berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala
mereka masih lebih muda. masa dewasa lanjut memiliki ciri-ciri yakni periode
kemunduran, perbedaan individual pada efek menua, usia tua dinilai dengan kriteria
yang berbeda, berbagai stereotipe orang lanjut usia, mempunyai status
kelompok-minoritas, membutuhkan perubahan peran, penyesuaian yang buruk, serta
keinginan menjadi lebih muda sangat kuat pada usia lanjut ini.

Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa

1. Landasan Hidup Religius Adanya pengembangan, pemahaman, pengamalan serta


pemantapan diri terhadap ajaran agama yang dianutnya.
2. Kesadaran Tanggung Jawab Sosial Adanya tanggung tanggung jawab dalam
tindakan tindakan baik dalam aspek pribadi, sosial (masyarakat), maupun karir.
3. Adanya kematangan Prilaku Etis, Emosi, Intelektual pada masa dewasa dini
sedangkannampak penurunan saat memasuki masa dwasa madya dan selanjutnya.
4. Kesadaran Gender
5. Adanya penerimaan diri dan pengembangannya, sera penyesuaian diri dengan
perubahanperubahan yang terjadi dalam aspek fisik (penurunan kemampuan dan
fungsi, serta kesehatan )
6. Adanya kemantapan dalam perilaku kewirusahaan atau perilaku ekonomis 7.
Pencapaian kemantapan dan kemampuan serta mempertahankan prestasi yang
memuaskan dalam aspek karir
7. Adanya kematangan dalam hubungan kelompok sosial (teman sebaya).
8. Adanya penyesuaian dengan orang-orang yang seusianya begitupun dengan
pasangan hidupnya juga dengan anggota anggota keluarga keluarga lainnya lainnya
serta dapat menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.

Pemenuhan tugas perkembangan dan implementasinya dalam proses


pendidikan dan pembelajaran
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses
pendidikan dan pembelajaran akan diuraikan seperti di bawah ini.
1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Di sinilah kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta didik memegang
peranan yang penting terhadap pendidikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa
perbedaan perkembangan fisik harus dihadapi dengan cara yang tepat oleh para
pendidik.
Meskipun tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan biologis maupun
perseptual anak terus berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik per-kembangan
akhirnya membawa beberapa implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah
dasar. Implikasi-imlikasi dimaksud khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan
pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan
jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku
sehat.
2. Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia.
Menurut Widiasmadi (2010:55), potensi otak manusia hanya tampak delapan persen
sebagai pikiran sadar, sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Untuk
itu, perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.
Proses perkembangan intelektual menurut pendapat Budiamin, dkk. (2009:5)
melibatkan perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa,
dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas
seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata
menjadi satu kalimat, menghapal doa, memecahkan soal-soal matematika, dan
menceritakan pengalaman kepada orang lain merupakan peran proses intelektual
dalam perkembangan anak.
3. Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada
dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga
dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang
memiliki aturan sendiri.
Budiamin, dkk. (2009:117) kemudian memaparkan implikasi perkembangan bahasa
pada peserta didik. Lihat pula Depdikbud (1999: 147).
1. Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka
perkembangan bahasa peserta didik dapat berjalan secara optimal.
2. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial.
3. Meskipun umumnya anak SD memiliki kemampuan potensial yang
berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi perkembangan
bahasa sejak dini sangat diperlukan.
4. Implikasi Perkembangan Kreativitas
Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas merupakan
suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk
menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih dikatakan
sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif.
Oleh sebab itu, Treffinger (Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah
pengalaman belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong
kreativitas peserta didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara
lain guru diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai
media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta
didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang
tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
5. Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan,
bayi sudah termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil,
mulanya anak-anak hanya mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia
mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya. Namun,
lama-kelamaan keadaan itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya hanya
mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial pada peserta
didik, terdapat beberapa implikasi menurut Budiamin, dkk. (2009:128), yaitu: (1)
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyadari dan menghayati
pengalaman sosialnya, dapat dilakukan aktivitas-aktivitas bermain peran yang
ditindaklanjuti dengan pembahasan di antara mereka; (2) keberadaan teman sebaya
bagi anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan saja sebagai
sumber kesenangan bagi anak melainkan dapat membantu mengembangkan banyak
aspek perkembangan anak. Ini mengimplikasikan perlunya aktivitas-aktivitas
pendidikan yang memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
berdialog dengan sesamanya.
6. Implikasi Perkembangan Emosional
Emosi menurut Sarwono (Yusuf, 2005:115) merupakan keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna afektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat
yang luas. Baradja (2005:221) kemudian mengemukakan beberapa contoh tentang
pengaruh emosi terhadap perilaku individu dalam pembelajaran, di antaranya: (1)
memperkuat dan melemahkan semangat apabila timbul rasa senang atau kecewa atas
hasil belajar yang dicapai; (2) menghambat konsentrasi belajar apabila sedang
mengalami ketegangan emosi; (3) menggangu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa
cemburu dan iri hati; dan (4) suasana emosional yang dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari.
7. Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat, moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku
sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja,
melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen,
bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan
negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke
dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari
anak-anak.
8. Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang
dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia
yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada
perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.
Pendidikan pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah
kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah Swt., yaitu dianugerahi fitrah (perasaan
dan kemampuan) untuk mengenal penciptanya,Fitrah ini berkaitan dengan aspek
spiritua
.

Daftar Pustaka :
Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Desmita (2007). Psikologi Perkembangan Bandung : Remaja Rosdakarya

Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan


Peserta Didik . Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006

Prayitno,Elida,1991, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.

Sumantri, M. 2014. Modul 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka

Anda mungkin juga menyukai