Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Disusun Oleh : Kelompok 10


Dafiqri Noorasya F.G
M. Ligustian Ilham
M. Firjatullah Q.A

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah
mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Tidak lupa pula dukungan baik secara materil dan nonmateril yang diberikan
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, izinkan penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:

A. Bapak Abdul Rohman Rojali, Lc, MA selaku dosen Pendidikan Agama Islam
B. Orang tua yang mendukung di bidang spiritual dan moril

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusun hingga tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki ini.

Depok, 20 Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAKSI iii
BAB II 1
PENDAHULUAN 1
2.1. LATAR BELAKANG 1
2.2. RUMUSAN MASALAH 1
BAB III 2
PEMBAHASAN 2
3.1. URAIAN PEMBAHASAN 2
3.1.1 PENGERTIAN TASAWUF 2
3.1.2 PRINSIP PRINSIP TASAWUF 2
3.1.3 ALIRAN DAN DASAR ILMU TASAWUF 2
3.1.4 TAHAPAN TASAWUF 3
BAB IV 5
PENUTUP 5
4.1. KESIMPULAN 5
4.2. SARAN 5
DAFTAR PUSTAKA iv

2
ABSTRAKSI

Tasawuf merupakan latihan diri untuk membiasakan dekat dengan Tuhanya dengan
tujuan membentuk pribadi yang selalu tunduk dan patuh pada apa yang diperintahkan
juga laranganNya. Sungguh pun begitu perbedaan terus terjadi dalam kehidupan yang
berbagai banyak keyakinan. sehingga membuat manusia menjauhkan diri pada Tuhannya
karena kepercayaan yang ditanam didalam dirinya menjadi sirna dengan penyebab ego
kekuasaan yang memakan kehidupan manusia sehingga membuat ia kembali kepada
ajaran yang menafikan Tuhan. Ilmu tasawuf dalam padangan Inayat membuka mata
Agama untuk melihat perbedaan-perbedaan suatu yang fitrah bukan perlawanan atau
permusuhan oleh karenanya tertuang dalam sepuluh kesatuan universal sebagai prinsip
tasawuf yang diyakininya, yaitu: Satu Tuhan, meski dalam berbagai nama. Satu guru
sejati mesti hadir dalam berbagai sosok Kesatuan kitab suci (manuskrip alam), Kesatuan
agama (jalan kebenaran), Kesatuan persaudaraan manusia, Kesatuan prinsip moral
(cinta), Kesatuan dalam obyek pujian (keindahan), Kesatuan kebenaran sejati
(pengetahuan yang esensial tentang diri), Satu jalan kemanusiaan (pelenyapan ego palsu
menuju ego yang sejati). Prinsip dasar sufisme yang diutarakan oleh Inayat , secara garis
besar menggambarkan kepada kita akan kesatuan wilayah esoterik sekali pun berangkat
dari keragaman eksoteris. Inayat Khan adalah seorang penganjar tasawuf mistis, tasawuf
universal yang didasari oleh nilai-nilai perenial yang terkandung dalam semua agama.
Dengan konsep-konsep tasawufnya Hazrat Inayat Khan ingin menjadikan tasawuf
sebagai media yang mengantarkan pada kearifan sejati tanpa mesti terjebak pada sekat-
sekat agama, sekte, keyakinan, pemahaman, mau pun rasial. Karena sesungguhnya secara
prinsipil semuanya adalah satu dan bergerak menuju tujuan yang satu. Hanya cara
mengekspresikannya saja dalam ranah eksoteris yang berbeda-beda

3
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan pada
dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.1 Tasawuf adalah ilmu yang mulia karena
berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya. Dan tasawuf
adalah ilmu yang paling utama secara mutlak.2 Lahirnya tasawuf bersamaan dengan
timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh
Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf adalah beriman kepada Allah,
menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta
meninggalkan semua larangan-larangan Allah.3 Kajian Tasawuf merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia.

Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan
keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian kaum muslimin
Indonesia, maka dari itu kita harus selektif dan mempelajari lebih dalam tentang ilmu
tasawuf.

1
RUMUSAN MASALAH

● Apa pengertian tasawuf?

● Apa saja tahapan tahapan dalam tasawuf?

● Pandangan umat islam terhadap tasawuf?

2
PEMBAHASAN

I.2. URAIAN PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Tasawuf


Terdapat beberapa versi tentang munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa
tasawuf telah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang
meyakini bahwa tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi.
Tasawuf sendiri muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Sebagian
pendapat kemudian mengatakan bahwa paham tasawuf sebagai paham yang telah
berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Hal ini kemudian berasal
dari orang-orang daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam (sekitar abad ke-8 M).
Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan serta menjauhkan diri
dari berbagai kemewahan dan kesenangan keduniaan.
Tasawuf yang berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagian pendapat lainnya
menyatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW.
Berasal dari kata “beranda” (suffa), dan pelakunya disebut juga dengan ahl al-suffa,
seperti telah disebutkan diatas. Mereka kemudian dianggap sebagai penanam benih
paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad.
Pendapat lainnya mengungkapkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam di
zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya disebabkan oleh
faktor politik.

2
I.2.1 PENGERTIAN TASAWUF

Tasawuf atau yang dikenal juga sebagai sufisme merupakan suatu ajaran tentang
bagaimana menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, serta membangun dhahir dan batin
untuk dapat memperoleh kebahagian abadi.
Sejarah, madzhab, dan inti ajarannya memiliki sejumlah versi berbeda setidaknya
terdapat enam pendapat dalam hal itu, seperti berikut.

● Kata shuffah yang berarti emperan masjid Nabawi dan didiami oleh sebagian
sahabat Anshar. Hal ini sendiri dikarenakan amalan ahli tasawuf hampir sama dengan apa
yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah
dan hidup dalam kesederhanaan.
● Kata Shaf juga dapat berarti barisan. Istilah ini kemudian dianggap oleh sebagian
ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf merupakan seorang atau sekelompok
orang yang membersihkan hati, mereka kemudian diharapkan berada pada barisan (shaf)
pertama di sisi Allah SWT.
● Kata shafa juga dapat berarti bersih, karena ahli tasawuf kemudian berusaha
untuk membersihkan jiwa mereka untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
● Kata shufanah, sebagai sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal
ini karena ajaran tasawuf dapat bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan, ketika
umat muslim terbuai oleh materialisme serta kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah
yang tahan hidup di tengah-tengah padang pasir yang tandus.
● Kata Teosofi, kemudian berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan,
karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan.
● Kata shuf dapat juga bermakna bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa
awalnya menggunakan pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (wol).

Meski memiliki definisi beragam, tasawuf kemudian memiliki arti yang satu yaitu upaya
untuk mendekatkan diri pada Tuhan serta menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi serta
penyatuan antara hamba dan Tuhan serta mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki
(ma’rifat) serta inti rasa agama.

3
I.2.2 PRINSIP TASAWUF

1. Zikir
Zikir sebagai suatu proses pemurnian hati, pembersihan serta pelepasan. Orang-orang
yang melakukan zikir kemudian bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa
serta melantunkan lafaz zikir.
2. Fikr (Meditasi)
Saat pikiran merasa bingung atau bertanya-tanya, pusatkanlah perhatianmu yang kamu
miliki ke dalam diri dengan berkonsentrasi pada satu titik. Meditasi sebagai suatu
perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju suatu esensi diri.
3. Sahr (Bangkit)
Dengan Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran mata
dan telinga. Selain itu juga sebagai suatu proses mendengarkan hati, serta proses meraih
akses menuju potensi diri yang tersembunyi.
4. Ju’i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar pada hati dan pikiran untuk kemudian bertahan mencari serta
mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini kemudian melibatkan hasrat dan keinginan
yang mendalam untuk tetap tabah serta sabar dalam mencari jati diri.
5. Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir serta mengatakan berbagai hal yang tidak perlu. Kedua hal ini
merupakan proses menenangkan lidah serta otak serta mengalihkan dari godaan eksternal
menuju Tuhan.
6. Shawm (Puasa)
Tidak hanya pada tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini kemudian
termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk dapat melepaskan diri dari hasrat dan keinginan
otak serta pandangan atau persepsi indera eksternal.
7. Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kondisi sunyi atau kesunyian, baik secara eksternal maupun internal akan
membantu melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap akan mendekatkanmu dengan orang
lain atau di tengah orang banyak.
8. Khidmat (Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang yang menemukan jalan jiwa untuk
pelayanan dan pertumbuhan diri.

4
I.2.3 ALIRAN DAN DASAR ILMU TASAWUF

Berikut di bawah ini adalah dasar-dasar ilmu tasawuf, yakni:


● Surat Al-Baqarah Ayat 115 berbunyi “Dan kepunyaan Allah-lah dari timur dan
barat, maka kemanapun kamu menghadap maka di situlah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Luas (rahmat-Nya) dan Maha Mengetahui.”
● Surat Al-Baqarah Ayat 186 berbunyi “Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku sangat dekat. Aku
mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka kemudian memenuhi (segala perintahKu) serta hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka kemudian selalu berada dalam kebenaran.”
● Surat Qaf Ayat 16 berbunyi “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia serta mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami menjadi lebih
dekat kepadanya dibandingkan urat lehernya.”
● Surat Al-Kahfi Ayat 65 berbunyi “Lalu mereka akan bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari
sisi Kami, serta yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”

Berikut di bawah ini adalah dasar-dasar ilmu tasawuf, yakni:


1. Tasawuf Akhlaki (Sunni)
Tasawuf akhlaki merupakan suatu tasawuf yang berkonsentrasi kepada teori-teori
perilaku akhlak serta teori budi pekerti.
2. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan suatu tasawuf yang didasarkan kepada gabungan teori-teori
tasawuf serta berbagai filsafat atau yang bermakna metafisis atau mistik. Tasawuf ini
juga kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filsuf.
3. Tasawuf Syi’i
Tasawuf syi’i kemudian beranggapan bahwa manusia dapat meninggal dengan Tuhannya
karena ia memiliki kesamaan esensi dengan Tuhannya.

5
I.2.4 TAHAPAN TASAWUF

1.SYARIAT

Istilah syari’at, dirumuskan definisinya oleh As-Sayyid Abu Bakar


Al-Ma’ruf dengan mengatakan: “Syari’at adalah suruhan yang telah diperintahkan oleh
Allah, dan larangan yang telah dilarang oleh-Nya.”
Kemudian Asy-Syekh Muhammad Amin AL-Kurdiy mengatakan:
“Syari’at adalah hukum-hukum yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW., yang
telah ditetapkan oleh Ulama (melalui) sumber nash Al-Qur’an dan Sunnah ataupun
dengan (cara) istirahat: yaitu hukum-hukum yang telah diternagkan dalam ilmu Tauhid,
Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawuf.”
Bila syari’at diartikan secara sempit, sebagaimana dimaksudkan dalam
pembahasan ini, maka hanya meliputi perbuatan yang nyata, karena perbuatan yang tidak
nyata (perbuatan hati), menjadi lingkup pembahasan Tarekat. Oleh karena itu, syariat
hanya mengemukakan perbuatan-perbuatan lahir, misalnya perbuatan manusia yang
merupakan fenomena keimanan, yang telah dibahas dalam Ilmu Tauhid. Fenomena
keimanan itu, terwujud dalam bentuk perbuatan ma’ruf dan menjauhi yang mungkar.

2. TAREKAT

Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada Hakikat atau dengan
kata lain pengalaman Syari’at, yang disebut “Al-Jaraa” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-
Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-
turut disebutkan:

1) Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan
menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak
boleh dipermudah.
2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan
kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah
(yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang

6
disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif
(Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.

Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan
perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik
yang dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-
aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqaamaat”
dan “Al-Akhwaal”, meskipun kedua istilah ini ada segi prbedaannya. Latihan kerohanian
itu, sering juga disebut “Suluk”, maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila
dilihat dari sisi amalannya (prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya
(perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama.

3. HAKIKAT:

Istilah hakikat berasal dari kata Al-Haqq, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu
Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran. Kemudian Asy-
Syekh Abu Bakar Al-Ma’ruf merumuskan definisinya sebagai berikut:

“Hakikat adalah (suasana kejiwaan) seorang Saalik (Shufi) ketika ia mencapai suatu
tujuan sehingga ia dapat menyaksikan (tanda-tanda) ketuhanan dengan mata hatinya”.
maka dari itu, Ulama Shufi mengalami tiga macam tingkatan keyakinan:

1) “Ainul Yaqin; keyakinan yang ditimbulkan oleh pengamatan indera terhadap alam
semesta, sehingga menimbulkan keyakinan tentang kebenaran Allah sebagai penciptanya;
2) “Ilmul Yaqiin; keyakinan yang ditimbulkan oleh analisis meliputi pemikiran
3) “Haqqul Yaqin; yaitu suatu keyakinan yang didominasi oleh hati

maka jika dilihat dari pengalaman batin yang sering dialami oleh Sufi, melukiskan bahwa
betapa erat kaitan antara hakikat dengan makrifat, dimana hakikat itu merupakan tujuan
awal Tasawuf, sedangkan makrifat merupakan tujuan akhirnya.

7
4. MARIFAT:

Istilah Ma’rifat berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang berarti mengetahui atau mengenal
sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma’rifat di
sini berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.

Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan
ma’rifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan ma’rifat, memiliki tanda-tanda
tertentu, sebagaimana keterangan Dzuun Nuun Al-Mishriy yang mengatakan;

ada beberapa tanda tingkatan ma’rifat, antara lain:


a. Selalu memancar cahaya ma’rifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Karena
itu, sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata,
karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa
membawanya kepada perbuatan yang haram.

Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak membutuhkan kehidupan yang
mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan
ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy-Syekh Muhammad binvAl-Fadhal
mengatakan bahwa ma’rifat yang dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan
batin padanya, karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuha

8
PENUTUP
I.3. KESIMPULAN

Tasawuf adalah ilmu yang mengandung ajaran-ajaran tentang kehidupan


kerohanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari berbagai penyakit hati,
godaan nafsu, kehidupan duniawi, cara-cara mendekatkan diri kepada Allah seta fana
dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yang dalam akan Allah.
Sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf. Sedangkan tarekat adalah jalan yang
ditempuh oleh para sufi untuk dapat dekat kepada Allah. Thariqah juga mengandung
pengertian organisasi.

Kepribadian manusia telah disemai sebagai sebaik-baik penciptaan yang Allah SWT
mengutamakan atas segala penciptaan yang lain. Kecemerlangan penciptaan yang
dinamakan insan ini memerlukan panduan yang sebaik-baiknya, baik mengharungi
buaian gelora dunia. Tujuannya tiada lain melainkan supaya insan ini akan pulang ke
pangkuan Allah dalam keadaan sebaik-baiknya sebagaimana keadaannya ketika dalam
mula-mula kejadian.

I.4. SARAN

1. Bagi dosen Dosen dalam dunia pendidikan adalah orang tua bagi mahasiswa,
maka figur seorang dosen merupakan hal terpenting dalam dunia kampus. Oleh karena itu
penulis mengharapkan lebih meningkatkan cakrawala pandangannya tentang ajaran
agama Islam yang benar, dan mengantisipasi perkembangan dunia luar, sehingga dapat
mempengaruhi akhlak mahasiswa dalam menghadapi segala ujian maupun cobaan hidup.
“Mengajarlah dengan hati maka apa yang disampaikan akan diterima dengan baik”.

2. Bagi Mahasiswa Untuk mahasiswa, untuk selalu bersungguh-sungguh dalam


perkuliahan di mana perkuliahan tasawuf akan memberikan dampak yang positif
terhadap kehidupan yang nantinya akan dijalani di masa yang akan datang terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

5
DAFTAR PUSTAKA
http://dms-k.blogspot.com/2013/06/tahapan-tahapan-tasawuf.html
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tasawuf/#Pengertian_Tasawuf
http://jalantasawuf.blogspot.com/2007/03/tahapan-tahapan-tasawuf.html

Anda mungkin juga menyukai