Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya,
karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa
diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru
perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena
apembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan
perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang
membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. Pembelajaran
berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran (hasil tugas, ujian,
dsb), tapi juga fokus pada aspek diferensiasi yang lain, yaitu proses dan juga
konten/materi. Penerapan aspek-aspek pembelajaran diferensiasi ini dapat diterapkan
hampir pada semua mata pelajaran.
Adalah pengajaran yang berlandaskan budaya & berperan dalam membentuk gaya
belajar siswa sehingga menuntut adanya pengajaran yang sejalan dengan lensa budaya
tersebut. Prinsip pengajaran yang responsif kultur yaitu
1. pentingnya budaya;
2. pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari konstruksi sosial;
3. inklusivitas budaya;
4. prestasi akademis tidak terbatas pada dimensi intelektual;
5. keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan dan keragaman.
Dalam pandangan Gay (2002) terdapat lima elemen esensial dalam pendidikan tanggap
budaya, yakni:
2. Mengakomodasi kebutuhan siswa yang berbeda: Setiap siswa memiliki kebutuhan yang
berbeda, termasuk kebutuhan budaya mereka. Guru dapat mengakomodasi siswa dengan
memberikan bantuan yang sesuai untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi.
Misalnya, mereka dapat menyediakan terjemahan atau panduan dalam bahasa asli siswa,
memfasilitasi forum diskusi kelompok kecil, atau memberikan waktu tambahan untuk siswa
yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami materi. Khususnya apabila ada
siswa dari luar Banyumas.
4. Mengakomodasi perbedaan gaya belajar: Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda.
Beberapa siswa lebih suka belajar melalui pengalaman praktis, sementara yang lainnya lebih
suka belajar melalui bacaan atau diskusi. Guru dapat mengakomodasi perbedaan ini dengan
menawarkan berbagai jenis pengalaman pembelajaran. Bisa Video, audio atauapun
mengajak peserta didik yang kinestetik sebagai pemeran dalam pembelajaran.
Teaching at the right level merupakan pendekatan belajar yang tidak mengacu
padatingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan peserta didik.
Rancanganpembelajaran disusun berdasarkan capaian pembelajaran
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan teaching at the right level
adalah:
1. Melakukan tes diagnostik untuk mengetahui kompetensi peserta didik sesuai fase
pembelajaranya. Tes diagnostik dapat dilakukan di awal tahun ajaran atau setiap
awal memasuki semester baru. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar
pengelompokan siswa sesuai tingkat kemampuan.
2. Selanjutnya hasil dari tes diagnostik digunakan untuk mengelompokkan peserta
didik pada tingkat yang sama dan merancang pembelajaran yang sesuai guna
memberikan pendampingan yang tepat.
3. Memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar dari berbagai sumber dan
menggunakan gawai tetapi masih dalam aturan yang telah disepakati bersama. Pada
proses pembelajaran, peserta didik juga diberi kebebasan untuk memilih produk
hasil belajar sesuai dengan minat mereka.
4. Menentukan proporsi jumlah soal dari masing-masing tingkat kesulitan dan
menyesuaikannya dengan tingkat kemampuan peserta didik agar dapat mencapai
hasil belajar yang diinginkan. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan motivasi
peserta didik untuk terus meningkatkan kemampuannya.
5. Membuat refleksi pembelajaran yang ditulis oleh setiap peserta didik untuk
mengetahui tanggapan peserta didik selama pembelajaran. Sehingga dapat menjadi
bahan refleksi guru pada pembelajaran selanjutnya
Kaitan dengan mata pembelajaran Bahasa Inggris yaitu guru dapat menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi konten. Contoh: guru akan mengajar materi Passive Voice
untuk kelas IX. Guru memberikan materi berupa kalimat-kalimat yang tingkat
kesulitan vocabulary-nya disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Ada kalimat yang
masuk kategori mudah dan kategori sedang, mengingat kemampuan siswa di kelas tersebut
dalam memahami bahasa Inggris masih dalam level beginner dan baru sedikit kosa kata yang
mereka kuasai kaitanya dengan bentuk kata kerja (Verb 1, Verb 2, Verb ) dalam materi yang
diberikan.
Teaching at the right level jika dikaitkan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia dapat
diterapkan melalui materi drama. Pada materi drama guru dapat melakukan diferensiasi
konten dan produk. Pada diferensiasi konten guru menyajikan PPT yang memuat tulisan
maupun video sebagai bahan pembelajaran. Selanjutnya pada diferensiasai produk siswa
dapat menyajikan hasil drama dengan berbagai kemampuan yang dimiliki, misalnya peserta
didik diperkenankan menyajikan darama dalam bentuk podcast, video, atau membuat naskah.
Sehingga capain pembelajaran peserta didik disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki.
Produk yang dihasilkanpun menjadi lebih beragam. Peserta didik akan lebih dalam
mengeksplorasi kemampuan yang beragam.