Anda di halaman 1dari 9

TOPIK 5 RUANG KOLABORASI

RANCANGAN PEMBELAJARAN DALAM UBD

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU

Drs. Radiansyah, M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

ISMAIL
IRMAYANTI WURYANINGSIH
DISKA APRICIA ASTUTI
MUHAMMAD ZULFADLI
MARWIAH RAYA
SUMIYATI RAHAYU

KELAS A PGSD

PPG PRAJABATAN GELOMBANG 2 TAHUN 2023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2024
DIUPLOAD OLEH : DISKA APRICIA ASTUTI

Link video : https://youtu.be/eCZ88OCOpgY?feature=shared


A. pertanyaan
1. Pengalaman belajar apa yang paling baik sehingga dapat mengembangkan dan
memperdalam pemahaman peserta didik?

Pengalaman belajar merupakan sejumlah kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Personalisasi pengetahuan belajar peserta didik memungkinan peserta didik mengembangkan
keterampilan mereka untuk studi ilmiah dan pemahaman tentang alam. Rasa ingin tahu dan
berpikir kritis merupakan kompetensi prioritas pembelajaran di abad 21. Pendidik perlu
merencanakan pembelajaran yang memberikan peserta didik pembelajaran yang bermakna.
Beberapa model pembelajaran dapat digunakan untuk memberikan mereka pengalaman belajar
yang bermakna seperti model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning atau
PBL), pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning atau PjBL), pencarian/penemuan
(Inquiry/Discovery) dan sebagainya. Pada dasarnya proses pembelajaran yang digunakan oleh
seseorang pendidik melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selama masa belajar,
peserta didik tidak hanya belajar mata pelajaran tetapi juga mengarah pada pengalaman belajar
yang bermakna.

Contoh:

Pada materi Animalia subbab invertebrate dipaparkan dengan menggunakan model PjBL
dimana peserta didik ditugaskan untuk membuat insectrum. Jika dikaitkan dengan BAB
animalia, maka peserta didik mampu mengenal berbagai macam spesies hewan insecta yang
ada disekitar mereka begitupun jika dikaitkan dengan BAB Plantae, maka peserta didik mampu
menganalisis apa saja jenis-jenis tumbuhan yang dikonsumsi oleh masing-masing hewan
tersebut. Pada BAB ekologi tentu materi ini berkaitan erat dengan hewan-hewan yang dijadikan
insectarium terhadap lingkungan habitat alamiahnya. Seperti contoh peranan hewan kupu-kupu
dalam ekosistem sebagai polinatur yang membantu proses penyerbukan pada bunga. Dengan
adanya pengalaman belajar yang bervariasi ini maka optimal effectiveness akan tercapai dalam
suatu pembelajaran.

Tentunya contoh di atas dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan tujuan proyek
lainnya, seperti perawatan hewan untuk dikembangkan, perawatan tanaman pohon mangga,
kerajinan tangan dll. Pada dasarnya proyek tersebut harus disesuaikan dengan capaian
pembelajaran yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran.

2. Bagaimana meminimalkan kemungkinan kesalahpahaman?

1. Menyederhanakan hal yang rumit pendidik harus mampu menyampaikan materi dengan kata
kata yang jelas dan tepat sehingga peserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.

2. Menyiapkan diri dan materi ajar dengan baik serta lengkap agar proses transfer materi dalam
kelas mampu berjalan dengan lancar agar tidak memancing kesalahpahaman peserta didik.
3. Berbicara dengan baik di lingkungan sekolah supaya komunikasi dengan peserta didik berjalan
kondusif, nyaman dan efektif.

4. Menghargai perbedaan kebudayaan. Peserta didik memiliki budaya yang beragam. Pendidik
harus menghormati perbedaan budaya masing-masing peserta didik agar komunikasi bisa
berjalan dengan baik.

5. Memberikan umpan balik yang baik. Etika komunikasi adalah mendengarkan apa yang
dikatakan oleh lawan bicara. Setelah itu pendidik menanggapi atau bereaksi terhadap apa yang
disampaikan oleh peserta didik.

6. Menjadi sosok yang humoris dan menyenangkan. Komunikasi akan efektif jika diisi dengan
humor. Suasana menjadi rileks dan lancar, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar
sehingga mampu menghindari kesalahpahaman.

7. Menerima masukan. Tidak mengecualikan kritik dan komentar dalam komentar dalam
komunikasi. Seseorang pendidik harus menerima kritik dan masukan untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.
3. Bagaimana mengatur dan mengurutkan pengajaran dan pembelajaran untuk
memaksimalkan keterlibatan dan efektivitas?
1. Seorang pendidik wajib membuat RPP. Dengan adanya RPP sebagai acuan maka pendidik
sudah memiliki bayangan terkait apa saja materi yang akan disampaikan hari ini dan
dapatkan membayangkan masalah yang mungkin akan terjadi sehingga pendidik sudah
mampu membayangkan solusi dari permasalahan tersebut bahkan sebelum memulai suatu
kelas.
2. Pendidik harus mempersiapkan kondisi fisik peserta didik untuk memulai suatu kelas.
3. Pendidik harus menyiapkan suasana dan kondisi ruangan kelas yang nyaman menyenangkan
dan efektif.
4. Pendidik membuat kesepakatan peraturan dengan peserta didik disiplin saat jam pelajaran
berlangsung.
5. Pendidik melakukan asesmen diagnostik. Pendidik bisa memulainnya dengan menanyakan
apa yang peserta didik sukai, bagaimana cara berpikir mereka dan bagaimana hal-hal yang
terjadi dalam kehidupan mereka sebagai pendidik harus memahami dan perhatian kepada
peserta didik.
6. Pendidik harus menyusun dan menyampaikan setiap materi secara menarik agar tidak
membosankan. Pendidik sesekali mengadakan ice breaking agar suasana kelas tidak
monoton serta untuk mencegah rasa bosan dan mengantuk peserta didik.

B. Ringkasan penjelasan dari masing-masing anggota kelompok mengenai aspek perspektif dalam
understanding by design

Ismail

Sumber Ramli, D. P. S. (2023). Praktik Mengajar Understanding by Design (UbD) bagi Calon Guru
Pendidikan Matematika di Universitas Sampoerna, Jakarta. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan
Link https://drive.google.com/file/d/16LxBP0uuoLpJNC2FKl2hCxWtv4H_aYFR/view?usp=drivesdk
jurnal

ringkasan Understanding by Design atau UbD merupakan model pengembangan kurikulum yang
menekankan pada tujuan pembelajaran itu sendiri, di mana dalam implementasinya memiliki alur
backward design atau alur mundur yang diawali dari mengidentifikasi hasil yang diinginkan
berupa tujuan pembelajaran, menentukan bukti penilaian melalui asesmen, dan merancang
kegiatan pembelajaran. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dalam UbD perlu
memperhatikan aspek WHERE TO seperti berikut:Dalam merancang kegiatan pemelajaran, guru
perlu mempertimbangkan WHERETO yakni:
1). Where and Why (ke mana arah pemelajaran dan kenapa mempelajarinya);
2). Hook and Hold (bagaimana memantik minat siswa dan bagaimana membuat siswa fokus );
3). Equip (keterampilan apa yang perlu dimiliki siswa sebelumnya);
4). Reflect, Rethink & Revise (bagaimana mengajak siswa berefleksi, memikirkan kembali, dan
merevisi pemelajaran);
5). ExperiencesI (pengalaman apa yang harus dimiliki siswa);
6). Tailored (bagaimana mengaitkan satu proses pemelajaran dengan proses lainnya);
7). Organize (bagaimana mengorganisir pemelajaran).

Irmayanti Wuryaningsih

Sumber Susanti, S. A., Setiawan, D., Puspitasari, F. D., Faridah, E., Jannah, I., Latifah, H., &
Hindriati, H. (2023). Understanding by Design in Teaching English as a Foreign
Language at SMK N 2 Surakarta: A Case Study.

Link https://drive.google.com/file/d/1Vvs_5nyxGdWxMLC1bwUZPhNVtYx9vBrU/view?us
jurnal p=sharing

Ringkasa
n Understanding by Design (UbD), dikenal sebagai backward design atau desain mundur,
melibatkan urutan terbalik dalam merancang proses pembelajaran. Backward design
adalah salah satu model desain pembelajaran yang efektif. Menurut Wiggins & McTighe
(2005), rencana pembelajaran yang baik pada sebuah desain pembelajaran menggunakan
acuan yang disebut dengan akronim WHERETO.
• (Where, Why), Guru perlu memastikan siswa memahami tujuan pembelajaran
dan relevansinya.
• (Hook, Hold), membuat pembelajaran menarik untuk mempertahankan
perhatian siswa.
• (Equip), menyediakan pengalaman dan alat yang diperlukan.
• (Rethink, Reflect, Revise), memberikan kesempatan refleksi dan revisi.
• (Evaluate), menyisipkan evaluasi dan penilaian diri.
• (Tailored), menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa.
• (Organized), menjaga keterorganisasian pembelajaran untuk hasil yang efektif.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut pendekatan ini dapat berdampak baik bagi
proses pembelajaran jika diimplementasikan dengan baik pada pendidikan.
Diska Apricia Astuti

sumber Efektifitas Graphic Organizer Story Map terhadap Kemampuan Menulis Narasi
Siswa di Sekolah Dasar
Ismi Zikri1, Taufina2, Marlina3 Universitas Negeri
Padang, Sumatera Barat, Indonesia1 Universitas Negeri
Padang, Sumatera Barat, Indonesia2,3

Link https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/525
jurnal

ringkasan Perancangan pembelajaran UbD terdapat konsep yang sangat menarik yaitu dengan
menggunakan modul utama yang disebut dengan WHERE TO. Menurut Wiggins dan
McTighe (dalam Brown, J.L., 2004) menyatakan bahwa WHERE TO merupakan sebuah
panduan yang sangat konkrit untuk membantu peserta didik mencapai tingkat
pemahaman yang sangat baik.
W ( Where is it going and Why), artinya guru membantu peserta didik mengetahui dari
mana pengetahuannya berasal, dan mengapa mereka mempelajari hal tersebut.
H (Hook the student), artinya guru menarik perhatian dan antusias peserta didik,
sehingga peserta didik memiliki dorongan untuk belajar disetiap awal pembelajaran.
E (explore, equip, experience), artinya guru menentukan pengalaman belajar dan
pembelajaran yang akan diperoleh peserta didik untuk meningkatkan pemahaman
R (rethink, revisit, revise), artinya guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
memperbaiki pemahaman mereka.
E (exhibit and evaluate) artinya guru berusaha mengajak peserta didik untuk
menunjukan, memperlihatkan dan menyampaikan pemahamannya dan mengikut
sertakan untuk mengevaluasi.
T (tailot to student), artinya pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
minat peserta didik.
O (organize), artinya melibatkan peserta didik dalam pembelajaran agar dapat terlaksana
secara efektif.
WHERE TO merupakan sebuah prinsip desain utama untuk mengajar dikelas
berbasis pemahaman, atau bagaimana cara peserta didik dapat memperoleh
pemahamannya dalam suatu pembelajaran. Adanya template WHERE TO ini bisa
membantu guru untuk merancang suatu pembelajaran, dengan memperhatikan terlebih
dahulu dari sudut pandang peserta didik dan bagaimana cara guru dapat memahami
peserta didik serta memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta didik

Muhammad Zulfadli

sumber Naldi, W., Suryadi, S., R, G. A., Herman, T., & Dwiana, R. (2023). Pembelajaran
Berdiferensiasi Berbasis Rancangan Understanding by Design (UbD) terhadap Minat
Belajar Siswa Sekolah Dasar. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(7), 5224–5231.
https://doi.org/10.54371/jiip.v6i7.2374

Link https://drive.google.com/file/d/1gtrrTp1Pdxir49wVrHCLZZuFoPS8Vbk7/view?usp=dri
jurnal ve_link
ringkasa Pendekatan Understanding by Design menjadi solusi untuk mengatasi
n ketidakterkaitan antar komponen. Understanding by Design menggunakan backward
design yaitu diawali dengan menentukan tujuan pembelajaran. Wiggins & McTighe
(2005) memaparkan rencana pembelajaran di tahap 3 menggunakan backward design
sebagaimana berikut ini: 1) Pengalaman belajar dan instruksi apa yang memungkinkan
peserta didik mencapai hasil yang diinginkan? Bagaimana desainnya?
W = Bantu peserta didik mengetahui where (di mana) unit berjalan dan what (apa) yang
diharapkan? Bantu guru mengetahui where (di mana) peserta didik berasal (pengetahuan
sebelumnya, minat)?
H = hook (mengaitkan) semua peserta didik dan hold (memegang) minat mereka?
E = equip (melengkapi) siswa, bantu mereka experience (mengalami) ide-ide kunci, dan
explore (mengeksplorasi) isu-isu
R = Memberikan kesempatan untuk rethink (memikirkan kembali) dan revise (merevisi)
pemahaman dan pekerjaan mereka?
E = Izinkan peserta didik untuk evaluate (mengevaluasi) pekerjaan mereka dan
implikasinya?
T = Be tailored (disesuaikan/dipersonalisasi) dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan
peserta didik yang berbeda
O = Be organized (terorganisasi) untuk memaksimalkan keterlibatan awal dan
berkelanjutan serta pembelajaran yang efektif

Marwiah Raya

sumber Setiyawati, N., Milianti, M., Septiani, U. R., & Titin, T. (2023). Analisis Pengembangan
Rancangan Pembelajaran dengan Pendekatan Ubd. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan
Pengajaran: JPPP, 4(3), 170-174.
Dari, Wulan, Saleh Hidayat, and Eka Wulandari. "The Understanding by Design
Strategy in 21st-Century Education." Biosfer: Jurnal Tadris Biologi 14.2 (2024): 169-
179.

Link https://drive.google.com/file/d/1mzDtSr3tgVUHJ7eT-
jurnal nOxtYe_pwX2nS_y/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/14mIsd_5HjKSmlaPehJaWvog3X7JNjFZ_/view?usp=sh
aring

ringkasa Understanding by design (UBD) adalah kerangka kerja yang lebih fokus dan menarik
n untuk melihat karakteristik desain yang ingin kita pahami,selain itu UbD juga merupakan
cara pandang dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan
menggunakan teknik backward design. Understanding by Design (UbD) bisa dikatakan
pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada tujuan pembelajaran dan
menitikberatkan pada pembelajaran dan pemahaman siswa. Understanding by Design
diimplementasikan dalam pembelajaran menggunakan metode Backward Design atau
yang lebih dikenal dengan alur mundur. Berbeda dari urutan pembelajaran sebelumnya,
alur mundur dalam UbD terdiri dari 3 tahapan yang
disesuaikan dengan template UbD yang dibuat oleh Wiggin dan Tighe, yaitu sebagai
berikut ini:
a. Menentukan hasil yang diinginkan
b. Tentukan bukti penilaian
c. Merencanakan Pembelajaran
UbD menggunakan desain WHERETO dalam perencanaan dan pengajaran
pembelajaran:
W: Ke mana arahnya (dimulai dari mana); dengan memberikan siswa gambaran umum
tentang apa yang akan mereka pelajari
H: minat; gunakan strategi yang menarik minat siswa
E: Melengkapi, Mengalami, Menjelajahi; berikan siswa alat dan sumber daya untuk
memahami ide ide utama
R: Memikirkan Kembali & Merevisi;berikan siswa kesempatan untuk merevisi pekerjaan
E: Evaluasi;berikan siswa kesempatan untuk mengevaluasi pekerjaan
T: Disesuaikan;sesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan ,minat dan kemampuan siswa
O: Terorganisir.menyusun kegiatan pembelajaran dilakukan secara runtut dan terstruktur.
Guru memberikan pengalaman belajar dapat mengembangkan dan memperdalam
pemahaman peserta didik misalnya melalui kegiatan praktikum/ study tour, (2) Guru
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi tiap pertemuan serta menggunakan
media pembelajaran berbasis teknologi, (3) Guru membuat kesepakatan kelas kemudian
menyampaikannya secara berulang pada setiap awal pembelajaran.

Sumiyati Rahayu

Sumber D’Angelo, T. L., Thoron, A. C., & Bunch, J. C. (2019). What is Understanding By
Design (UbD)? AEC-659/WC322, 1/2019. EDIS 019(1).
https://doi.org/10.32473/edis-wc322- 2019

Link https://drive.google.com/file/d/1W0KzSo_XZzNbKnZlPIYNkA8_C9GtXN0j/view?us
jurnal p=drivesdk

ringkasan Understanding by Design atau UbD merupakan model pengembangan kurikulum


yang menekankan pada tujuan pembelajaran itu sendiri, di mana dalam implementasinya
memiliki alur backward design atau alur mundur yang diawali dari mengidentifikasi
hasil yang diinginkan berupa tujuan pembelajaran, menentukan bukti penilaian melalui
asesmen, dan merancang kegiatan pembelajaran. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dalam UbD perlu memperhatikan aspek WHERE TO seperti berikut:
1. Where and Why yaitu kemana dan mengapa tujuan pembelajaran dilakukan
2. Hook and Hold yaitu menarik dan menahan minat belajar peserta didik
3. Equip and Experience yaitu merancang aktivitas pembelajaran
4. Reflect, Rethink, Revise yaitu merefleksikan kemajuan, memikirkan ide, dan merevisi
pekerjaan peserta didik
5. Evaluate work and progress yaitu mengevaluasi pekerjaan dan progres peserta didik
6. Tailored yaitu menyesuaikan kegiatan pembelajaran untuk peserta didik
7. Organized yaitu mengorganisir dan mengoptimalkan pemahaman peserta didik
Pada tahap organized guru sebagai perancang perlu mengorganisir dengan optimal
setiap alur pembelajaran yang efektif. Guru perlu mengatur rancangan pembelajaran
menjadi sebuah urutan yang tepat untuk pemahaman yang mendalam bagi setiap
pelajar. Guru perlu memastikan bahwa setiap materi yang dipelajari tidak lewat begitu
saja, namun berkesinambungan yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Naskah Rangkuman Mengenai Aspek Understanding by Design

Understanding by Design adalah model pengembangan kurikulum yang mengimplementasikan


alur backward design atau alur mundur dalam penerapannya. Hal ini bertujuan agar guru dapat
merancang pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam praktiknya, rangkaian ini dimulai dari
merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan bukti penilaian dan merencanakan kegiatan
pembelajaran.

Rancangan pembelajaran dalam Understanding by Design ini perlu memperhatikan beberapa


aspek yang disusun atas WHERE TO yang terdiri dari:

W (Where and Why) adalah aspek yang membantu guru untuk mengetahui kemana dan mengapa tujuan
pembelajaran akan dilakukan

H (Hook and Hold) sebagai aspek yang perlu diperhatikan agar dapat menarik dan menahan perhatian
peserta didik selama proses pembelajaran

E (Explore and Experience, Enable and Equip) untuk mengeksplorasi dan memberikan pengalaman
balajar kepada peserta didik, sehingga perlu menyiapkan rancangan aktivitas pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik

R (Reflect, Rethink, Revise) sebagai aspek dalam merefleksikan pembelajaran peserta didik,
memikirkan ide untuk proses pembelajaran ke depannya, dan merevisi proses rancangan pembelajaran
agar dapat memberikan pengalaman belajar yang berpusat pada peserta didik.

E (Evaluate work and progress) mengevaluasi pembelajaran dan hasil belajar pesera didik sebagai
proses umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar

T (Tailor and personalize the work) menyesuaikan kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan
karakteristik dan kompetensi peserta didik yang beragam.

O (Organized for optimal effectiveness) untuk mengorganisasikan dan mengoptimalkan pemahaman


peserta didik secara aktif dan efektif dalam pembelajaran.

Ketujuh aspek ini merupakan elemen-elemen penting yang perlu dipertimbangkan dalam
melaksanakan tahap 3 dalam backward design yaitu merencanakan kegiatan pembelajaran, salah
satunya pada aspek O (Organized for optimal effectiveness). Pada tahap organized guru sebagai
perancang perlu mengorganisir dengan optimal setiap alur pembelajaran yang efektif. Guru perlu
mengatur rancangan pembelajaran menjadi sebuah urutan yang tepat untuk pemahaman yang mendalam
bagi setiap pelajar. Guru perlu memastikan bahwa setiap materi yang dipelajari tidak lewat begitu saja,
namun berkesinambungan yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Contohnya pada materi Animalia subbab invertebrate dipaparkan dengan menggunakan model
PjBL dimana peserta didik ditugaskan untuk membuat insectrum. Jika dikaitkan dengan BAB animalia,
maka peserta didik mampu mengenal berbagai macam spesies hewan insecta yang ada disekitar mereka
begitupun jika dikaitkan dengan BAB Plantae, maka peserta didik mampu menganalisis apa saja jenis-
jenis tumbuhan yang dikonsumsi oleh masing-masing hewan tersebut. Pada BAB ekologi tentu materi
ini berkaitan erat dengan hewan-hewan yang dijadikan insectarium terhadap lingkungan habitat
alamiahnya. Seperti contoh peranan hewan kupu-kupu dalam ekosistem sebagai polinatur yang
membantu proses penyerbukan pada bunga. Dengan adanya pengalaman belajar yang bervariasi ini
maka optimal effectiveness akan tercapai dalam suatu pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai