OLEH :
(187018023)
Dosen Pengampu :
2019
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................4
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................5
III. PEMBAHASAN.............................................................................................................14
2
4.1. Kesimpulan......................................................................................................17
4.2. Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kritik buku (critical book
report) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih saya ucapkan kepada
Bapak Dr. Ahmad Albar Tanjung, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ekonomi
industri yang telah membimbing kami mahasiswa/i semester tiga tahun ajaran 2018/2019.
Dalam makalah ini membahas mengenai integrasi vertikal dengan buku utama yang
berjudul The Economics of Franchising oleh Roger D. Blair dan Francine Lafontaine serta
buku pembanding I yang yang berjudul Handbook of New Institutional Economics oleh
Claude Ménard dan Mary M. Shirley, buku pembanding II berjudul Hukum Persaingan
Usaha oleh Dr. Andi Fahmi Lubis, SE, ME, dkk, buku pembanding III berjudul Managerial
Economics and Business Strategy oleh Michael R. Baye, dan buku pembanding IV
berjudul The Vertical Integration of Production: Market Failure Considerations oleh Oliver
E Williamson bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang
konsep serta pemahaman mengenai integrasi vertikal di dalam pasar perdagangan. Selaku
manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam hasil makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik
dansaran. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada
mata kuliah ekonomi industri Magister Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas
pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan
teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau
resensi sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai
kekurangan dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, diharapkan
kepada pembaca agar mengetahui dan memahami mengenai laporan buku atau resensi
sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar
membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku
tersebut secara mendalam.
Tinjauan buku secara kritis (critical book review) ini dibuat sebagai salah satu
referensi ilmu yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca
dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan
pertimbangan,
5
dan juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Ekonomi Industri
Magister Ilmu Ekonomi Sumatera Utara.
BUKU UTUMA
Judul Buku : The Economics of Franchising 1
Penulis : Roger D. Blair dan Francine Lafontaine
Penerbit : Cambridge University Press
Tebal Buku : 350 halaman
Tahun Terbit 2005
ISBN-10 0521772524
ISBN-13 : 978-0521772525
BUKU PEMBANDING I
Judul Buku : Handbook of New Institutional Economics2
Penulis : Claude Ménard dan Mary M. Shirley
Penerbit : Springer, Berlin, Heidelberg
Tebal Buku : 884 halaman
Tahun Terbit 2008
ISBN : 978-3-540-69305-5
6
BUKU PEMBANDING II
Judul Buku : Hukum Persaingan Usaha3
Penulis : Dr. Andi Fahmi Lubis, SE, ME, dkk
Penerbit : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Tebal Buku : 454 halaman
Tahun Terbit 2017
ISBN : 978-602-97269-0-9
BUKU PEMBANDING IV
Judul Buku : The Vertical Integration of Production: Market Failure
Considerations5
Penulis : Oliver E Williamson
Penerbit : The American Economic Review
Tebal Buku : 11 halaman
Tahun Terbit 1971
7
BAB II
Π = P Q – (MCP + MCR)Q,
di mana harga dan kuantitas yang dijual di pasar ini adalah P and Q, masing-masing,
marjinal (dan rata-rata) biaya produksi adalah MCP, dan marjinal (dan rata-rata) biaya ritel
adalah MCR. Kondisi pertama untuk memaksimum adalah :
d Π / d Q = P + Q d P / d Q - MCP - MCR = 0,
P*
π
C* MCP + MCR
MCP
MR D
MCR
0 Q* Q
8
Pendapatan marjinal harus sama dengan jumlah dari biaya marjinal produksi dan
distribusi. Hal ini ditunjukkan pada gambar 1 untuk kasus sederhana dari permintaan linear
dan biaya marginal konstan. Harga dan kuantitas optimal ditunjukkan sebagai P* dan Q*.
Dapat dilihat bahwa pada Q* pendapatan marjinal (MR) sama dengan jumlah dari biaya
marjinal produksi dan ritel. Berdasarkan asumsi tersebut, perusahaan yang terintegrasi
secara vertikal akan menghasilkan laba maksimum yang dapat diperoleh dari pasar ini,
yaitu:
Dimana C* menunjukkan jumlah dari MCP dan MCR. Solusi ini memberikan tolak ukur
yang dapat menilai kemanjuran berbagai kerjasama perusahaan.
Berdasarkan penelitian Paul L. Joskow disimpulkan bahwa tidak ada satu pun teori
integrasi vertikal tunggal itu ada pada saat ini atau kemungkinan ada di masa depan. Ada
banyak jenis ketidaksempurnaan pasar yang dapat menyebabkan pihak-pihak yang
bertransaksi beralih ke integrasi vertikal sebagai pengaturan tata kelola alternatif untuk
transaksi pasar, yang mengakui bahwa integrasi vertikal adalah salah satu dari banyak
alternatif tata kelola dengan mengandalkan kerjasama pasar. Beberapa teori mendukung
motivasi efisiensi untuk integrasi vertikal. Beberapa karya teoritis juga mendukung
motivasi pengurangan anti persaingan untuk integrasi vertikal. Secara keseluruhan, Paul L.
Joskow berpendapat bahwa ada dukungan substansial dalam literatur empiris untuk
berbagai motivasi efisiensi integrasi vertikal. Ada juga dukungan empiris minimal untuk
motivasi pengurangan antikompetitif.
Ini menunjukkan bahwa ada sedikit dukungan empiris pada kecurangan dan hukum
tradisional undang-undang antimonopoli terhadap integrasi vertikal dan pengaturan
kerjasama vertikal non-standar terkait, kecuali dalam kondisi ekstrim di mana perusahaan
mengendalikan kemacetan fasilitas monopoli yang memiliki insentif dan kemampuan
untuk melakukan strategi pengurangan yang anti-kompetitif.
Ketika suatu pelaku usaha ingin pangsa pasar yang dimilikinya menjadi lebih besar,
pertumbuhan perusahaan dan perolehan laba yang semakin meningkat, tingkat efesiensi
yang semakin tinggi dan juga untuk mengurangi ketidakpastian akan pasokan bahan baku
yang dibutuhkan dalam berproduksi dan pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan
9
akan melakukan penggabungan ataupun kerja sama dengan pelaku-pelaku usaha lain yang
secara vertikal berada pada level yang berbeda pada proses produksi, maka kerja sama ini
disebut integrasi vertikal. Jadi integrasi vertikal terjadi ketika satu perusahaan melakukan
kerja sama dengan perusahaan lain yang berada pada level yang berbeda dalam suatu
proses produksi, sehingga membuat seolah-olah mereka merupakan satu perusahaan yang
melakukan dua aktivitas yang berbeda tingkatannya pada satu proses produksi.
Dengan terjadinya integrasi vertikal (ke bagian hulu), maka risiko akan kekurangan
bahan baku tentunya menurun. Dan dari segi pengelolaan, jika sebelumnya dikelola secara
terpisah, maka setelah integrasi dapat menjadi manajemen tunggal. Dengan pengelolaan di
bawah manajemen tunggal, maka pengembangan pemasaran mungkin dapat dilakukan
lebih baik, sehingga dengan terjadinya integrasi antar pelaku usaha, perusahaan pelaku
usaha tersebut dapat meningkatkan efisiensinya, yang kemudian pada akhirnya dapat
menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi. Integrasi antar pelaku usaha
dapat juga dilakukan untuk saling menutupi kelemahan dari masing masing pelaku usaha
yang melakukan integrasi, karena sudah pasti setiap pelaku usaha memiliki kelemahan-
kelemahan tersendiri, misalkan satu perusahaan memiliki kelemahan dalam pengelolaan
sumber daya manusia, tetapi unggul dalam berproduksi dapat bergabung dengan pelaku
usaha lain yang mungkin memiliki kelebihan dalam pengelolaan sumber daya manusia
tetapi kurang dalam proses produksi, kemudian diharapkan dengan terjadinya integrasi
kelemahan- kelemahan yang ada dapat ditutupi atau bahkan dihilangkan.
Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang integrasi vertikal juga dapat
10
menimbulkan efek-efek negatif bagi persaingan di antara pelaku usaha, seperti:
11
1. Integrasi vertikal ke arah hulu (upstream) dapat mengurangi kompetisi di antara
penjual di tingkat hulu (upstream level), contohnya: seandainya pelaku
usaha/perusahaan perakitan kendaraan dihadapkan pada suatu keadaan di mana
pelaku usaha tersebut harus membeli bahan baku dari pelaku usaha pemasok bahan
baku (perusahaan pembuat besi baja) dengan harga oligopoli (umumnya pada
industri pembuatan besi baja hanya terdapat beberapa perusahaan besar saja).
Dalam keadaan seperti ini perusahaan perakitan kendaraan akan lebih
menguntungkan jika melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan pembuat besi
baja, sehingga perusahaan perakitan kendaraan memiliki perusahaan pembuat besi
baja sendiri, yang kemudian perusahaan perakitan mobil tidak lagi menjadi korban
dari perilaku oligopoli (yang biasanya menerapkan harga di atas kewajaran) dari
perusahaan pembuat besi baja, tetapi kemungkinan nantinya perusahaan pembuat
besi baja yang melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan perakitan kendaraan
tidak bisa lagi menjual produknya ke perusahaan perakitan kendaraan lain.
Akibatnya harga besi baja untuk perusahaan perakitan dapat menjadi lebih mahal
lagi, karena semakin berkurangnya pemasok besi baja bagi perusahaan-perusahaan
perakitan kendaraan. Dan ini juga dapat menjadi insentif bagi perusahaan perakitan
kendaraan untuk melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan pembuat besi
baja, yang pada akhirnya semakin berkuranglah persaingan di antara perusahaan
pembuat besi baja yang memasok untuk industri perakitan kendaraan.
2. Memfasilitasi kolusi di antara pelaku usaha di tingkat hulu (upstream level),
di mana dengan semakin meluasnya integrasi vertikal dapat memfasilitasi kolusi
antar perusahaan manufaktur karena pemotongan harga terlalu mudah dideteksi
(alasan yang digunakan untuk kasus ini sama dengan yang digunakan untuk
menolak resale price maintenance).
3. Integrasi vertikal ke arah hilir (downstream integration) dapat memfasilitasi
diskriminasi harga, di mana integrasi sampai di tingkat retailer dapat
memungkinkan perusahaan manufaktur mempraktikan diskriminasi harga tanpa
harus mengkhawatirkan terhadap tindakan dari perusahaan retailer lainnya.
Contohnya sebuah perusahaan manufaktur yang menjual produknya di boutique
dan di toko diskon, harga yang diterapkan oleh boutique terhadap produknya
biasanya lebih mahal dibandingkan dengan harga yang diterapkan oleh toko diskon,
hal tersebut terjadi karena pemilik boutique melakukan mark-up yang setinggi-
tingginya
12
terhadap pruduk yang dijual di gerainya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya. Memperhatikan perilaku dari boutique ini terkadang
membuat tidak jarang perusahaan manufaktur juga membuat sendiri boutique yang
akan menjual produk mereka dengan harga yang jauh lebih tinggi, sehingga dapat
menikmati juga keuntungan sebagai pemilik boutique.
4. Meningkatnya hambatan masuk (entry barriers) di mana pelaku usaha yang
harus melalui dua tahap jika ingin masuk ke dalam pasar, dengan semakin
meluasnya praktik integrasi vertikal, kemudian membuat perusahaan manufaktur
yang ingin masuk kedalam suatu industri, harus memiliki perusahaan pemasok
sendiri yang menjamin pasokannya karena perusahaan pemasok yang ada sudah
terintegrasi dengan perusahaan manufaktur yang lain, atau perusahaan manufaktur
untuk memasarkan produknya terpaksa harus memiliki perusahaan ritel tersendiri
karena perusahaan ritel yang ada juga sudah terintegrasi dengan perusahaan
manufaktur yang lain.
Integrasi vertikal mengacu pada situasi di mana berbagai tahapan dalam produksi
produk tunggal dilakukan dalam satu perusahaan. Misalnya, produsen mobil yang
memproduksi baja sendiri, menggunakan baja untuk membuat badan dan mesin mobil
dan akhirnya menjual mobil yang terintegrasi secara vertikal. Ini berbeda dengan
perusahaan yang membeli badan mobil dan mesin dari perusahaan lain dan kemudian
merakit semua bagian yang disediakan oleh pemasok yang berbeda. Merger Vertikal
adalah integrasi dua atau lebih perusahaan yang menghasilkan komponen untuk satu
produk. Dalam buku dengan topik integrasi vertikal ini dipelajari bahwa perusahaan
berintegrasi secara vertikal untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan
memperoleh input.
Pasar produk adalah koordinasi properti yang luar biasa, setidaknya di antara para
ekonom, ini merupakan posisi yang aman. Pada saat pasar produk mengalami
kegagalan dalam berbagai hal dan pada saat organisasi internal dapat disubstitusikan
terhadap beberapa pasar. Perlakuan sistematis terhadap kegagalan pasar seperti inilah
yang terjadi pada integrasi vertikal.
13
Sebagian hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pada organisasi
internal: sifat luar biasa perusahaan yang membedakan internal dari koordinasi pasar
telah diabaikan. Tetapi sifat terpecah-pecah dari literatur kegagalan pasar seperti yang
dikenakan pada integrasi vertikal juga berkontribusi terhadap kondisi ini; yaitu
beragamnya keadaan di mana internalisasi cenderung tidak sepenuhnya dihargai.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pembahasannya menganai integrasi vertikal, buku ini sudah sangat bagus
dan cukup jelas karena dalam bab ini di jelaskan secara lengkap mengenai pengertian
integrasi vertikal yaitu dimana suatu perusahaan hulu memutuskan untuk mendistribusikan
serta memproduksi produknya, atau memiliki semua outletnya. Topik integrasi vertikal
dalam buku ini juga disertai dengan model serta grafik yang menunjukkan hasil integrasi
vertikal.
Buku ini berisi tentang kumpulan penelitian beberapa orang yang membahas
beberapa topik. Dalam makalah ini yang di bahas yaitu mengenai integrasi vertikal yang
dilakukan oleh Paul L. Joskow, dimana hasil kesimpulan dari penelitian Paul L. Joskow
mengatakan bahwa tidak ada satu pun teori integrasi vertikal tunggal itu ada pada saat ini
atau kemungkinan ada di masa depan. Ada banyak jenis ketidaksempurnaan pasar yang
dapat menyebabkan pihak-pihak yang bertransaksi beralih ke integrasi vertikal sebagai
pengaturan tata kelola alternatif untuk transaksi pasar, yang mengakui bahwa integrasi
vertikal adalah salah satu dari banyak alternatif tata kelola dengan mengandalkan
kerjasama pasar.
Dalam buku ini hanya di bahas secara deskriptif mengenai integrasi vertikal. Buku
ini sudah cukup baik bahwa secara teori dapat di mengerti mengenai integrasi vertikal.
Akan
15
tetapi buku ini belum memberikan penjelasan melalui grafik yang menunjukkan hasil
integrasi dan juga tidak menggunakan model dalam penelitiannya.
Buku pembanding II berjudul Hukum Persaingan Usaha yang di buat oleh Dr. Andi
Fahmi Lubis, SE, ME, dkk yang dalam bagian ini membahas mengenai integrasi vertikal.
Buku ini diterbitkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan tebal buku
454 halaman.
Buku ini berisi tentang hubungan bidang perekonomian dengan bidang hukum.
Dalam pembahasan mengenai integrasi vertikal di buku ini, lebih rinci di jelaskan
mengenai pengertian integrasi vertikal tersebut dan di tambahkan lagi dengan penjelasan
efek-efek negatif dari integrasi vertikal bagi persaingan di antara pelaku usaha.
Karena buku ini merupakan buku yang berhubungan dengan hukum perekonomian,
dalam buku ini tidak dijelaskan model maupun grafik terkait dengan dengan hasil integrasi
vertikal.
Buku pembanding III berjudul Managerial Economics and Business Strategy yang
di buat oleh Michael R. Baye yang dalam bagian ini membahas mengenai integrasi
vertikal. Buku ini diterbitkan oleh McGraw-Hill dengan tebal buku 620 halaman.
Buku ini hanya sekilas saja membahas mengenai integrasi vertikal. Sehingga tidak
cukup jelas untuk mendalami ilmi pengetahuan mengenai integrasi vertikal antar
perusahaan.
16
Ini merupakan jurnal penelitian mengenai integrasi vertikal. Penelitiannya sudah
sangat lama dilakukan yaitu pada tahun 1971. Akan tetapi pembahasannya tetap sama dan
sesuai dengan teori integrasi vertikal.
Berdasarkan isi dari buku utama dan keempat buku pembanding, semuanya sudah
cukup jelas membahas mengenai integrasi vertikal. Buku utama sangat baik apabila ingin
dijadikan referensi dalam penelitian karena buku ini lengkap membahas mengenai
pengertian, model dan juga grafik hasil integrasi vertikal.
Meskipun isi dari buku utama dan keempat buku pembanding berbeda-beda dalam
menjelaskan mengenai integrasi, akan tetapi apabila digabungkan, kelima buku ini bisa
menjadi referensi yang lengkap karena dari tiap bukunya membahas pengertian dengan
contoh-contoh integrasi vertikal yang berbeda namun intinya tetap sama dan juga lengkap
menjelaskan mengenai model, grafik dan juga efek negatif dari integrasi vertikal tersebut.
17
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Integrasi vertikal adalah sebuah keadaan dimana seluruh tahap dalam rantai suplai
dimiliki oleh sebuah perusahaan. Integrasi ini berbeda dengan Integrasi Horizontal, dimana
sebuah perusahaan akan mengintegrasikan produksi beberapa produk yang masih dalam
satu tahap dalam rantai suplai. Integrasi vertikal dapat menjadi strategi bisnis yang sangat
baik, tetapi sangat sulit untuk diimplementasikan, dan jika gagal
mengimplementasikannya, akan sangat mahal untuk memperbaikinya.
4.2. Saran
Buku utama dan keempat buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi
kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-masing
buku tersebut. Baik dari segi fisik buku maupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki
dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang kurang
jelas pemahamannya didalam buku utama maupun keempat buku pembanding hendaknya
bisa diperluas.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Blair, R. D. & Lafontaine, F. The Economics of Franchising. The Economics of
Franchising (2005) doi:10.1017/CBO9780511753879.
2. Ménard, C. & Shirley, M. M. Handbook of New Institutional Economics. (2008)
doi:10.1007/978-3-540-69305-5.
3. Lubis, A. F. et al. Hukum Persaingan Usaha. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), 2017).
4. Baye, M. R. Managerial Economics and Business Strategy, Fifth Edition. (2006).
5. Williamson, O. E. The Vertical Integration of Production: Market Failure
Considerations. Am. Econ. Rev. 61, 112–123 (1971).
19