BAB I
PENDAHULUAN
Telah terbukti bahwa bendungan memiliki manfaat yang sangat besar bagi manusia,
sebaliknya bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang besar bila pembangunan
dan pengelolaannya tidak dilaksanakn dengan benar sesuai kaidah-kaidah keamanan
bendungan yang tertuang pada berbagai peraturan, standar, pedoman dan manual yang
terkait. Dari pengalaman banyak kegagalan bendungan yang disebabkan oleh
pelaksanaan konstruksi yang kurang baik. Salah satu penyebabnya pengawas maupun
pelaksana konstruksi kurang memahami dengan baik kaidah-kaidah keamanan
bendungan termasuk prinsip-prinsip pelaksanaan konstruksi bendungan. .
Bahan ajar ini menjelaskan mengenai : pengertian sistem manajemen mutu, rencana
mutu, audit mutu internal, pengendalian dokumen dan produk yang tidak sesuai, langkah
pemecahan masalah dan kaji ulang manajemen.
BAB II
PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Kepemimpinan berhubungan dengan top line ” apa yang kita hasilkan ”, sedangkan
manajemen berhubungan dengan bottom line, ” bagaimana kita menghasilkan
dengan cara terbaik ”.
Kepemimpinan melaksanakan sesuatu yang tepat, manajemen melaksanakan
sesuatu dengan benar.
Kepemimpinan menentukan apakah tangga disandarkan pada dinding yang tepat,
manajemen berkaitan dengan efisiensi dalam pemanjatan tangga menuju
keberhasilan.
Kepemimpinan berkaitan dengan apa dan mengapa, manajemen berkaitan dengan
bagaimana.
Kepemimpinan berkaitan dengan kepercayaan terhadap manusia, sedangkan
manajemen berkaitan dengan sistem, pengendalian, prosedur, kebijakan dan
struktur.
Dengan demikian kinerja pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan
visi yang mengandung kewajiban untuk mewujudkannya, membawa orang lain
ketempat yang baru. Pemimpin mempunyai kemampuan untuk menarik orang lain
secara bersama-sama mewujudkan visinya. Apa yang dilakukan pimpinan adalah
menginspirasikan orang lain dan memberdayakan orang lain untuk mewujudkan
visinya, menarik orang lain, bukan mendorong orang lain.
Seorang manajer pelaksanaan pekerjaan bendungan harus mempunyai
jiwa/karakter yang benar-benar seorang pemimpin, harus tegas, konsisten, komited,
jujur, adil, serta dapat menerima pendapat/kritikan orang lain.
c. Involvement of People (Keterlibatan personil/orang lain)
Kegiatan didunia ini, tidak ada satupun kegiatan yang tidak melibatkan orang lain,
pasti memerlukannya, karena hal ini merupakan dasar utama yang diinginkan dalam
manajemen mutu.
Dalam sebuah organisasi, personil disemua tingkatan menjadi modal utama, dimana
keterlibatan kemampuannya secara penuh sangat bermanfaat bagi organisasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan untuk merencanakan, untuk
menerapkan rencana dan mengendalikannya sesuai lingkup yang menjadi
tanggungjawabnya. Kebebasan dan pemberian kewenangan perlu diberikan kepada
personil dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan keterlibatan personil secara
menyeluruh, segala keputusan dilakukan secara kolegial, team work, maka akan
menghasilkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah. Hal
ini akan memicu karyawan untuk aktif dalam melihat peluang untuk peningkatan,
kompetensi, pengetahuan, dan pengalaman, dalam arti tidak membiarkan karyawan
mengambil keputusan sendiri dalam melaksanakan tugasnya, standar yang ketat
harus dipatuhi.
Keterlibatan personil dapat dimulai dengan perekrutan SDM yang tepat, memberikan
pelatihan, memberikan tingkat tanggung jawab yang sesuai. Bagi seorang
manajer/pimpinan, keterlibatan personil merupakan proses untuk meningkatkan
keandalan diri personil yang bersangkutan agar dipercaya dalam merencanakan dan
BAB III
RENCANA MUTU
3.1 Umum
Rencana Mutu sebagai rencana kerja sistematis yang harus dipersiapkan sebelum
memulai kegiatan agar hasil pekerjaan nantinya sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki, apalagi didalam penanganan pekerjaan pembangunan suatu bendungan
yang sangat memerlukan kecermatan dari setiap langkahnya, mengingat bahwa
pekerjaan bendungan merupakan pekerjaan yang sangat komplek. Untuk itu, mulai unit
organisasi yang menanganinya sampai dengan pihak penyedia jasanya harus membuat
rencana mutu terlebih dahulu.
Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan tahun anggaran berjalan berdasarkan
kebijakan yang telah ditetapkan dalam program kerja Menteri/Eselon I.
Rencana pelaksanaan rapat koordinasi dengan Unit Kerja di lingkungan Unit Kerja
Eselon I/II untuk melihat progres secara keseluruhan beserta hal-hal- yang belum dapat
diselesaikan oleh Unit Kerja yang diberi tanggungjawab pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan rapat koordinasi disesuaikan dengan penyelenggaraan Rapat Koordinasi
yang berlaku di masing-masing Unit Kerja.
Rapat Koordinasi ditujukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Menilai pencapaian secara kuantitatif dan kualitatif dari pelaksanaan kegiatan
terhadap sasaran dan program yang telah ditentukan dalam program kerja
Menteri/Eselon I.
2. Menjadi alat pengukuran pada hasil keluaran kegiatan terhadap output,
outcome dan manfaat yang telah ditetapkan dalam sasaran dan program.
3. Menjadi dasar perbaikan untuk peningkatan kinerja di masing-masing unit
kerja dalam melaksanakan program-program rencana kerja pembangunan
jangka panjang, rencana kerja pembangunan jangka menengah, dan rencana
Kontrak pekerjaan fisik khususnya, sesuai dengan PERPRES no. 54 tahun 2010, PPK
berkewajiban melakukan audit terhadap penyedia jasa, untuk itu dalam schedule
kegiatan termasuk jadwal kapan melakukan audit mutu sampai tingkat lapangan.
Dalam pembuatan RMK sebagai acuan adalah perjanjian dalam kontrak pekerjaan
diantaranya spesifikasi teknis dan gambar. Berdasarkan kedua hal tersebut, dibuatlah
bagan alir kegiatan, mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan serah terima
pekerjaan, dengan demikian setiap proses kegiatan dapat diikuti dengan baik dan
diharapkan kualitas/mutu pekerjaan yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar pekerjaan.
BAB IV
AUDIT MUTU INTERNAL (AMI)
Pengelola Audit Internal SMM pada Unit Kerja Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang
terpisah dari Eselon II-nya) memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang sesuai
ketentuan Prosedur Audit Internal SMM yang meliputi:
a. bersama Wakil Manajemen menyusun Program Audit Internal SMM;
b. melaksanakan Audit Internal SMM;
c. melaporkan hasil Audit Internal SMM kepada Pimpinan unit kerjanya melalui Wakil
Manajemen;
d. mengevaluasi efektifitas pelaksanaan Audit Internal SMM beserta kinerja Auditor.
e. mengusulkan kebutuhan peningkatan kompetensi auditor.
Pengelolaan dan pelaksanaan AMI mengacu kepada Tahapan Proses sesuai bagan alir
dibawah ini.
TAHAPAN PROSES :
Proses Pelaksanaan AMI mengikuti bagan alir berikut ini :
MULAI
Program
Tahunan AMI,
Penyusunan Program
Temuan AMI AMI
yang lalu Tdk
Setuju
?
Ya
SK TIM AMI
Rapat Persiapan pelaksanaan
& Jadwal
AMI
AMI
Tdk
Cek
Terima ?
?
Ya
4.2 Auditor
Auditor yang melaksanakan AMI harus mempunyai kompetensi sebagai Auditor yaitu
memahami Sistem Manajemen Mutu Kementerian Pekerjaan Umum, memahami proses
kegiatan unit kerja yang diaudit, mampu berkomunikasi serta telah mengikuti pelatihan
Auditor Mutu Internal.
Pelaksanaan AMI dilaksanakan secara independen yakni auditor tidak boleh memeriksa
pekerjaannya sendiri.
Temuan yang belum bisa ditutup setelah tanggal jatuh tempo dan Ketidaksesuaian yang
berulang harus dilakukan analisis dan dijadikan sebagai bahan masukan untuk Rapat
Tinjauan Manajemen.
Verifikasi terhadap tindakan perbaikan atas temuan ketidaksesuaian harus dilakukan
dan catatan verifikasinya dicantumkan dalam Formulir temuan Ketidaksesuaian.
Setelah selesai pelaksanaan AMI, Wakil Manajemen harus melaksanakan evaluasi
keefektifan pelaksanaan AMI sebagai bahan masukan kegiatan AMI yang akan datang.
BAB V
PENGENDALIAN DOKUMEN DAN
PRODUK YANG TIDAK SESUAI
Dalam SNI 19-9001 : 2001, Pengendalian dokumen mutu, merupakan elemen 4.5, yang
termasuk dalam kelompok pengendalian sistem mutu, mensyaratkan antara lain :
a. Tersedia dan terpeliharanya prosedur untuk mengendalikan dokumen mutu (internal
dan eksternal) yang dibuat atau dikembangkan dalam rangka memenuhi persyaratan
standar manajemen mutu
b. Dokumen tersebut harus direview dan disetujui terlebih dulu oleh Wakil Manajemen
sebelum dipublikasikan
c. Dokumen yang telah dipublikasikan tersebut harus dapat tersedia di tempat kerja
yang memerlukan
d. Dokumen yang tidak belaku harus disingkirkan dari tempat kerja, tapi boleh disimpan
hanya sebagai referensi
e. Revisi dokumen mutu harus direview dan disetujui oleh unit kerja dan pejabat yang
pertama kali membuatnya
Untuk itu pengendalian dokumen mutu, minimal harus mencakup kriteria kecukupan
dokumen serta tata cara untuk :
a. Memastikan pengesahan dokumen mutu sebelum diterbitkan
Jika menggunakan alat berat, operator sangat menentukan kinerja pekerjaan, terutama
ketrampilan yang bersangkutan. Demikian pula juru ukur dan juru gambar juga harus
dilakukan pengecekan.
Sesuai dengan daftar peralatan yang diperlukan dilapangan, kedatangan peralatan
sangat penting, apakah juga sesuai dengan daftar simak, sesuai kriteria penerimaan,
spesifikasi, kapasitas, serta kondisi fisik alat tersebut, kalau perlu pengecekan dilakukan
sebelum alat dimobilisasi, sehingga tidak terjadi 2 kali mobilisasi.
Pengawas/konsultan supervisi melakukan Inspeksi & test atas produk pekerjaan
konstruksi yang sudah jadi maupun yang belum jadi, dengan menggunakan daftar simak
yang terdapat dalam rencana mutu kontrak.
Jika sesuai maka produk pekerjaan dapat diterima dan selesai, jika tidak maka produk
tersebut harus ditolak dan diminta untuk diperbaiki.
Apabila dijumpai situasi yang krusial sebagai contoh galian tanah pondasi belum cukup
elevasinya tetapi dijumpai batu besar, maka harus dibuatkan usulan ke atasan
langsungnya secara tertulis 1x 24 jam harus sudah diterima atasan langsungnya.
BAB VI
LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
6.1 Plan
Kalau terjadi masalah disuatu kegiatan, maka perlu dilakukan tahapan pemecahannya,
untuk itu, pada tahap plan dibuatlah :
Menginventarisir prioritas masalah
Mencari sebab akibatnya
Teliti masalah yang paling berpengaruh
Disusun langkah perbaikannya
6.2 Do
Dari susunan langkah-langkah perbaikan diatas, kemudian dilaksanakanlah langkah-
langkah perbaikannya.
6.3 Check
Kemudian dari pelaksanaan perbaikan, dilakukanlah :
Pemantauan & pengukuran kinerja
Audit Internal
Kemungkinan adanya complain pelanggan
6.4 Action
Tahapan berikutnya adalah :
Melakukan pencegahan terulangnya masalah
Mereview, merevisi prosedur, standar, instruksi kerja
BAB VII
KAJI ULANG MANAJEMEN
(MANAGEMENT REVIEW)
6.1 Umum
Pimpinan Puncak masing-masing Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan dibantu oleh
masing-masing Wakil Manajemen wajib melaksanakan Kaji Ulang Manajemen secara
periodik, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya penerapan
SMM. Kaji Ulang Manajemen ini harus mencakup peluang untuk peningkatan dan
kebutuhan perubahan (apabila ada) pada SMM termasuk Kebijakan Mutu dan Sasaran
Mutu.
Kaji Ulang Manajemen harus dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 tahun untuk tingkat Departemen dan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan untuk Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang bertanggungjawab langsung
kepada Eselon I-
Setiap pelaksanaan Kaji Ulang Manajemen wajib dibuat Risalah Kaji Ulang Manajemen
mencakup keputusan dan tindakan yang diperlukan untuk:
- Perbaikan pada keefektifan SMM dan prosesnya;
- Perbaikan dan peningkatan kinerja dan hasil kerja;
- Penyediaan Sumber Daya sebagai pendukung penerapan SMM.
Bentuk Risalah Kaji Ulang Manajemen agar efektif digunakan dalam pembahasan Kaji
Ulang Manajemen wajib menjelaskan ketentuan tentang:
- Uraian permasalahan yang harus ditindaklanjuti;
- Rencana Tindak lanjut dari permasalahan yang ditindaklanjuti;
- Penanggung jawab pelaksanaan tindak lanjut;
- Target waktu penyelesaian pelaksanaan tindak lanjut.
Rekaman/Bukti Kerja pelaksanaan Kaji Ulang Manajemen wajib dikelola dan dipelihara
sebagaimana diatur dalam butir 4.4 tentang Pengendalian Rekaman/Bukti Kerja.
6.2 Agenda
Kaji Ulang manajemen merupakan kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh suatu
organisasi untuk meninjau ulang atau menilai kinerja penerapan sistem manajemen
mutu.
Dengan penerapan tinjauan manajemen ini diharapkan ketidak sesuaian pekerjaan
konstruksi terhadap standar dan aturan yang telah ditetapkan akan dapat dicegah, dan
intensitas pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Dalam SNI 19-9001 : 2001, aspek-aspek tinjauan manjemen merupakan salah satu
unsur dari elemen 4.1. Tanggung Jawab Manajemen. Unsur-unsur lainnya dari
elemen tersebut adalah Kebijakan Mutu dan Organisasi yang terdiri atas Tanggung
Jawab dan Wewenang, Sumber Daya dan Wakil Manajemen.
Ketentuan dalam sistem manajemen mutu tersebut, dikemukakan bahwa pimpinan suatu
organisasi harus meninjau sistem manajemen mutu secara periodik, pada periode
waktu yang memadai, untuk menjamin kesinambungan, kesesuaian, dan keefektifannya
dalam memenuhi sistem manajemen mutu, serta dalam memenuhi kebijakan dan
sasaran mutu yang telah ditetapkan. Kegiatan tinjauan manajemen tersebut harus
direkam, dan rekaman tinjauan manajemen harus selalu dipelihara dengan baik, untuk
itu diperlukan suatu prosedur yang mengatur tentang kegiatan tinjauan manajemen.
Agenda yang dibahas dalam pelaksanaan tinjauan manajemen minimal adalah :
a. Hasil audit mutu sebelumnya, baik audit mutu internal maupun eksternal
b. Umpan balik dari pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pembangunan bidang
pekerjaan umum
c. Laporan kinerja proses yang berkaitan dengan mutu konstruksi, serta kesesuaian
hasil pelaksanaan kegiatan dengan perencanaannya
d. Laporan tentang status pengambilan tindakan perbaikan dan pencegahan dari
program kegiatan atau pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dalam hal teknis,
jadwal dan biaya
e. Perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanaan program kegiatan yang
mempengaruhi sistem manajemen mutu konstruksi yang telah ditetapkan
sebelumnya
f. Rekomendasi peningkatan/perubahan sistem manajemen mutu konstruksi dari
seluruh jajaran dan unit-unit di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum yang terkait
dengan penjaminan mutu konstruksi, yang dapat berupa usulan perubahan kebijakan
mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, manual mutu, prosedur mutu, instruksi kerja
dan/atau alokasi sumber daya.
RANGKUMAN
LATIHAN (TEST) :
1) Jelaskan dengan singkat perbedaan pokok antara Quality Assurance (QA) dengan
Quality Control (QC).
2) Apakah gunanya Rencana Mutu Kerja (RMK) dari kontraktor dan konsultan?
3) Apa yang harus dilakukan bila dtemui andikasi adanya produk yang tidak sesuai?
4) Seorang tukang bakso kewalahan dalam melayani para pelanggannya,tetapi yang
bersangkutan tidak mau merekrut tenaga pembantu lagi, alasannya nanti akan
mengurangi keuntungan, menurut saudara tukang bakso tersebut tidak memahami
prinsip-prinsip manajemen yang mana saja ?
5) Dalam pekerjaan pembuatan bendungan, mengingat kompleknya permasalahan
teknis maupun social dilapangan, maka perusahaan yang bersangkutan harus
menggunakan system manajemen mutu, dengan membuat rencana mutu kontrak
sebagai alat kendali dilapangan, menurut saudara, sebagai dasar penyusunan
rencana mutu kontrak tersebut, apa saja yang digunakan dalam menyusun rencana
tersebut ?
6) Bagaimana menurut pendapat saudara hubungan antara auditor internal dan auditor
eksternal dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan dimaksud ?
7) Didalam penyusunan prosedur mutu, sebagai referensi, apakah dapat menggunakan
ketentuan-ketentuan terdahulu, jelaskan !
8) Dalam pengambilan keputusan, apabila disepakati menggunakan system manajemen
tertentu maka keputusan yang diambil berdasarkan hasil keputusan pimpinan
ataukah kolegial, jelaskan maksud saudara !
DAFTAR PUSTAKA