Anda di halaman 1dari 26

Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan taraf hidup masyarakat,
kebutuhan masyarakat akan air irigasi dan air baku untuk kehidupan sehari-hari,
semakin berkembang pula. Bendungan yang tadinya hanya dibangun untuk membantu
memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, kemudian dibangun pula untuk tujuan yang
lebih luas seperti : pengendalian banjir, pembangkit tenaga listrik, dan yang terakhir
untuk penampungan limbah industri dan limbah tambang.

Telah terbukti bahwa bendungan memiliki manfaat yang sangat besar bagi manusia,
sebaliknya bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang besar bila pembangunan
dan pengelolaannya tidak dilaksanakn dengan benar sesuai kaidah-kaidah keamanan
bendungan yang tertuang pada berbagai peraturan, standar, pedoman dan manual yang
terkait. Dari pengalaman banyak kegagalan bendungan yang disebabkan oleh
pelaksanaan konstruksi yang kurang baik. Salah satu penyebabnya pengawas maupun
pelaksana konstruksi kurang memahami dengan baik kaidah-kaidah keamanan
bendungan termasuk prinsip-prinsip pelaksanaan konstruksi bendungan. .

Pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) di lingkungan Kementerian


Pekerjaan Umum untuk mengakomodasi semua system yang terkait dengan penjaminan
mutu seluruh proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Penerapan SMM Kementerian Pekerjaan Umum harus dapat menunjukkan peningkatan
berkelanjutan dalam Unit Kerja/Unit Pelaksana di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dengan meng-aktualisasikan prinsip-prnsip manajemen mutu dalam setiap
proses kegiatan,

Bahan ajar ini menjelaskan mengenai : pengertian sistem manajemen mutu, rencana
mutu, audit mutu internal, pengendalian dokumen dan produk yang tidak sesuai, langkah
pemecahan masalah dan kaji ulang manajemen.

1.2 Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai
dasar-dasar sistem manajemen mutu pada pelaksanaan konstruksi bendungan urugan
yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


1
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami dasar-
dasar sistem manajemen mutu pada pelaksanaan konstruksi bendungan urugan.

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan pengertian sistem manajemen mutu pada pelaksanaan konstruksi
bendungan urugan.
2) Menjelaskan rencana mutu pekerjaan.
3) Menjelaskan audit mutu internal.
4) Menjelaskan pengendalian dokumen dan produk yang tidak sesuai.
5) Menjelaskan langkah pemecahan masalah.
6) Menjelaskan kaji ulang manajemen.

1.5 Pokok Bahasan


Pokok materi yang dibahas dalam modul ini adalah :
1) Pengertian sistem manajemen mutu.
2) Rencana mutu internal.
3) Audit mutu internal.
4) Pengendalian dokumen dan produk yang tidak sesuai.
5) Langkah pemecahan masalah.
6) Kaji ulang manajemen.

1.6 Petunjuk Belajar


Agar peserta diklat dapat memahami mengenai sistem manajemen mutu (SMM) pada
pelaksanaan konstruksi bendungan urugan secara lebih mendalam dan komprehensif,
sebaiknya peserta juga mempelajari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman-
pedoman yang terkait yang dikeluarkan oleh Kementerian PU atau Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air serta referensi yang digunakan dalam penyusunan modul ini.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


2
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB II
PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

2.1 Prinsip Manajemen Mutu


Sistem Manajemen mengandung arti sebagai Sistem untuk menetapkan kebijakan dan
sasaran serta untuk mencapai sasaran itu.
(Catatan: Suatu sistem manajemen sebuah organisasi dapat mencakup sistem-sistem
manajemen berbeda seperti Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Keuangan
atau Sistem Manajemen Lingkungan).

Sistem Manajemen Mutu (selanjutnya disebut SMM) sebagai Sistem Manajemen


untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu.
Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang menangani pelaksanaan pekerjaan
bendungan.

Sistem Manajemen Mutu menganut prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut :


a. Customer Focus(Fokus pada pelanggan)
Pelanggan adalah kunci untuk meraih keberhasilan, kelangsungan hidup suatu
organisasi sangat ditentukan bagaimana pandangan pelanggan terhadap organisasi
tersebut. Oleh karena itu, organisasi harus mengerti keinginan pelanggan, sekarang
dan masa depan dengan berusaha memenuhi persyaratan pelanggan dan berusaha
melebihi harapan pelanggan.
Apabila dilihat dari kedua sisi, penyedia jasa maupun pengguna jasa, sebagai
pelanggannya adalah masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari
pembangunan bendungan.
Hubungan dengan pelanggan diutamakan berada diatas, dengan demikian karyawan
garis depan bertemu, melayani dan memuaskan pelanggan secara langsung,
sedangkan manajemen madya akan menyokong kinerja karyawan garis depan agar
pelanggan terlayani dengan baik. Selanjutnya manajemen puncak akan menyokong
kinerja manajemen madya. Diharapkan, bahwa semua pimpinan organisasi tersebut
langsung terlibat dalam mengenal, bertemu dan melayani pelanggan.
Manfaat yang diperoleh organisasi dalam menerapkan prinsip ini adalah
meningkatnya keuntungan secara finansial bagi penyedia jasa serta organisasi
diberdayakan secara efektif untuk mencapai kepuasan pelanggannya, bagi pengguna
jasa akan tercapainya outcome yang telah diamanatkan dalam regulasinya.
b. Leadership (Kepemimpinan)
Manajemen dan kepemimpinan sering disama-artikan, padahal keduanya berbeda,
walaupun saling melengkapi.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


3
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Kepemimpinan berhubungan dengan top line ” apa yang kita hasilkan ”, sedangkan
manajemen berhubungan dengan bottom line, ” bagaimana kita menghasilkan
dengan cara terbaik ”.
Kepemimpinan melaksanakan sesuatu yang tepat, manajemen melaksanakan
sesuatu dengan benar.
Kepemimpinan menentukan apakah tangga disandarkan pada dinding yang tepat,
manajemen berkaitan dengan efisiensi dalam pemanjatan tangga menuju
keberhasilan.
Kepemimpinan berkaitan dengan apa dan mengapa, manajemen berkaitan dengan
bagaimana.
Kepemimpinan berkaitan dengan kepercayaan terhadap manusia, sedangkan
manajemen berkaitan dengan sistem, pengendalian, prosedur, kebijakan dan
struktur.
Dengan demikian kinerja pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan
visi yang mengandung kewajiban untuk mewujudkannya, membawa orang lain
ketempat yang baru. Pemimpin mempunyai kemampuan untuk menarik orang lain
secara bersama-sama mewujudkan visinya. Apa yang dilakukan pimpinan adalah
menginspirasikan orang lain dan memberdayakan orang lain untuk mewujudkan
visinya, menarik orang lain, bukan mendorong orang lain.
Seorang manajer pelaksanaan pekerjaan bendungan harus mempunyai
jiwa/karakter yang benar-benar seorang pemimpin, harus tegas, konsisten, komited,
jujur, adil, serta dapat menerima pendapat/kritikan orang lain.
c. Involvement of People (Keterlibatan personil/orang lain)
Kegiatan didunia ini, tidak ada satupun kegiatan yang tidak melibatkan orang lain,
pasti memerlukannya, karena hal ini merupakan dasar utama yang diinginkan dalam
manajemen mutu.
Dalam sebuah organisasi, personil disemua tingkatan menjadi modal utama, dimana
keterlibatan kemampuannya secara penuh sangat bermanfaat bagi organisasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan untuk merencanakan, untuk
menerapkan rencana dan mengendalikannya sesuai lingkup yang menjadi
tanggungjawabnya. Kebebasan dan pemberian kewenangan perlu diberikan kepada
personil dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan keterlibatan personil secara
menyeluruh, segala keputusan dilakukan secara kolegial, team work, maka akan
menghasilkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah. Hal
ini akan memicu karyawan untuk aktif dalam melihat peluang untuk peningkatan,
kompetensi, pengetahuan, dan pengalaman, dalam arti tidak membiarkan karyawan
mengambil keputusan sendiri dalam melaksanakan tugasnya, standar yang ketat
harus dipatuhi.
Keterlibatan personil dapat dimulai dengan perekrutan SDM yang tepat, memberikan
pelatihan, memberikan tingkat tanggung jawab yang sesuai. Bagi seorang
manajer/pimpinan, keterlibatan personil merupakan proses untuk meningkatkan
keandalan diri personil yang bersangkutan agar dipercaya dalam merencanakan dan

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


4
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

mengendalikan implementasi rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.


Sedangkan bagi organisasi,keterlibatan personil menimbulkan antusiasme dan rasa
bangga karena merasa menjadi bagian dari perusahaan yang akhirnya memberikan
nilai tambah bagi pelanggan.
Untuk mencapai keterlibatan personil ini, tingkat pencapaiannya dipengaruhi sejauh
mana organisasi mengidentifikasi sistem dan prosedur yang ada.
Suatu organisasi yang dapat membuat karyawan mengambil inisiatif dan terlibat aktif
maka organisasi tersebut telah mencapai adaptif. Sedangkan organisasi yang kondisi
pemberdayaan dan preverensi individual lemah dikatagorikan sebagai organisasi
tunduk/mengalah(compliant).

d. Proccess Approach (Pendekatan dengan proses)


Proses dalam ISO-9000:2000 didefinisikan sebagai kumpulan aktifitas yang saling
berhubungan/mempengaruhi, dimana berubahnya input (material, persyaratan,
peralatan, instruksi) menjadi output (barang, jasa).
ISO mengembangkan pemakaian pendekatan proses pada masa pembuatan,
penerapan, dan peningkatan system manajemen mutu yang efektif.
Karena banyaknya proses yang berlangsung, maka perlu dilakukan penataan proses-
proses tersebut yang bertujuan agar pencapaian hasil yang diinginkan lebih efisien
dengan cara mengelola sumber daya dan kegiatan.
Proses-proses tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan bagan alir
kegiatan, yang disusun berdasarkan prosedur yang berlaku, sebagai contoh dalam
pekerjaan pengecoran beton, harus melalui tahapan-tahapan diantaranya begisting,
pemadatan, prosedur pengecoran pada bagian sambungan, dan tahapan lainnya
sesuai dengan prosedur masing-masing kriteria teknis yang berlaku(SNI, Peraturan
beton Indonesia dan lain-lain). Apabila proses-proses tersebut dilakukan dengan
benar maka akan diperoleh hasil yang benar-benar sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan dalam kontrak pekerjaan
Keuntungan dari pendekatan proses adalah pengawasan secara terus menerus yang
menyediakan hubungan lebih pada masing-masing proses didalam sistemnya, begitu
pula dengan kombinasi dan interaksi proses-proses tersebut.
e. System Approach to Management (Pendekatan sistem untuk pengelolaan)
Pendekatan system untuk pengelolaan, baru dapat dilakukan jika pendekatan proses
telah diterapkan.
Kedua belah pihak, pemilik maupun pelaksana menggunakan system yang sama
dalam menangani pekerjaan bendungan misalnya, maka akan diperoleh kesamaan
pendapat dalam memahami spesifikasi teknis maupun isi daripada kontrak
pekerjaan.
Pendekatan system dapat didefinisikan sebagai kumpulan pendekatan proses.
Pendekatan system ke manajemen didefinisikan sebagai pengidentifikasian,
pemahaman, dan pengelolaan system dari proses yang saling terkait untuk
pencapaian dan peningkatan sasaran organisasi dengan efektif dan efisien.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


5
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

f. Continual Improvement (Peningkatan Berkesinambungan)


Pemahaman peningkatan berkesinambungan berkaitan erat dengan peningkatan
terus menerus (Continuous Improvement) yang dikembangkan melalui ISO edisi
1994. Pada continuous improvement terjadi proses pendekatan yang terus menerus
dan dilakukan dengan segera setelah terjadi penyempurnaan. Peningkatan yang
baru terjadi, direvisi dan diganti untuk mencapai nilai yang baru yang lebih baik.
Dengan kata lain bahwa terjadi peningkatan terus menerus tiada henti.
Khususnya dipelaksanaan pekerjaan bendungan, pada saat dilakukan kaji ulang
manajemen/management review akan dijumpai ketidaksesuaian dalam
melaksanakan pekerjaan, hal dapat disebabkan kekurangfahaman masalah, ataupn
sumber daya yang tidak mendukung, untuk itu perlu dilakukan peningkatan
khususnya Sumber daya manusianya dengan memberikan bimbingan, pelatihan dan
sebagainya.
Pada pemahaman continual improvement, setelah dilakukan peningkatan yang
pertama kali, maka sebelum ditingkatkan terlebih dahulu dilakukan stabilisasi. Bila
stabilisasi sudah berjalan, baru dilanjutkan dengan meningkatkan standar, dan hal ini
dilakukan terus menerus.
g. Factual Approach to Decision Making (Pengambilan Keputusan berdasarkan
Fakta)
Pada saat ini, banyak terjadi pengambilan keputusan terutama di lingkungan birokrasi
berdasarkan feeling, kedekatan maupun faktor lain, dilain pihak kondisi menuntut
adanya profesionalitas terutama pengambilan keputusan untuk menempatkan
seorang top manajemen dari suatu organisasi. Hal ini akan menimbulkan dampak
terhadap keputusan nantinya setelah yang bersangkutan duduk dijabatannya,
sehingga segala sesuatu kebijakan yang diambilnya tidak berorientasi secara
professional dan mengakibatkan dampak sosial terhadap masyarakat.
Hal ini akan tercermin apabila dibandingkan dengan negara-negara yang sama-sama
negara berkembang, Indonesia akan terlihat kesan lambat dan tidak professional,
baik dibidang eksekutif, yudikatif maupun legislative, padahal dilain pihak era
globalisasi sudah berjalan. Apabila diibaratkan Indonesia digambarkan sebagai bola,
maka bola tersebut tidak akan dapat menggelinding dengan baik, dimana sebagai
kunci pokok adalah ketersediaan sumber daya manusia yang memadai disertai
lingkungan yang kondusif.
Untuk mengejar ketinggalan, maka pengambil keputusan harus berdasarkan
keputusan yang efektif berdasarkan analisa data dan informasi yang akurat,
akuntable dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dilingkup pekerjaan pembuatan bendungan, seluruh unit kerja harus menerapkan
pendokumentasian sesuai prosedur yang diberlakukan, sehingga data-data yang
diperoleh selama pelaksanaan pekerjaan dapat diperoleh kembali dengan cepat dan
benar, dengan demikian akurasi dalam menganalisa dapat dipergunakan disaat
pemgambilan keputusan.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


6
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

h. Mutually Beneficial Supplier Relationships (Hubungan saling menguntungkan)


Dalam dunia konstruksi, yang disebut sebagai organisasi adalah pengelola satuan
kerja/proyek, sedangkan sebagai supplier/pemasok adalah para penyedia jasa baik
konsultan maupun kontraktor.
Pemahaman dari prinsip ke 8 ini adalah saling menguntungkan dan saling tergantung
satu dengan lainnya dalam rangka meningkatkan kemampuan keduanya dalam
memberikan nilai/hasil, pihak pemilik pekerjaan sebagai mewakili negara diuntungkan
dari segi manfaat dari hasil pekerjaan, sedangkan dari sisi penyedia jasa diuntungkan
secara finansial.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan prinsip ini antara
lain :
1. Mengidentifikasi dan menseleksi para penyedia jasa utama.
2. Melibatkan penyedia jasa dalam mengidentifikasi kebutuhan organisasi pemilik
pekerjaan.
3. Melibatkan penyedia jasa dalam proses pengembangan strategi organisasi
pemilik pekerjaan.
4. Membina hubungan dengan penyedia jasa dan memperlakukannya sebagai mitra
kerja.
5. Menetapkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang yang seimbang
sekaligus membina untuk peningkatan kinerja penyedia jasa.
6. Berkomunikasi dan berbagi informasi dengan penyedia jasa.
7. Memastikan bahwa output penyedia jasa sudah sesuai dengan persyaratan
pemilik pekerjaan.
8. Membuat aktifitas bersama dalam pengembangan dan peningkatan.
9. Mengilhami, menganjurkan, dan menghargai peningkatan dan prestasi oleh para
penyedia jasa.

2.2 Perbedaan QA (Quality Assurance) dan QC (Quality Controle)


Quality Assurance/Jaminan Mutu sebagai proses untuk menjamin mutu yang
dipersyaratkan, apabila prosesnya dilakukan/diikuti dengan baik, maka akan
menghasilkan mutu yang dipersyaratkan, sedangkan Quality controle/mengecek mutu
terfokus pada hasilnya, keduanya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain, dapat diibaratkan sebagai sebuah mata uang dimana salah satu sisinya QA
sedangkan sisi lainnya adalah QC.
Kedua hal tersebut akan menghasilkan Quality Management yang diharapkan
organisasi, walaupun demikian tidaklah mudah untuk dilaksanakan, memerlukan
kediplinan serta konsistensi yang tinggi.
Dalam penerapannya tidak bisa seperti membalik tangan, memerlukan waktu, pimpinan
yang berjiwa leadership, dan organisasi yang kompak.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


7
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB III
RENCANA MUTU

3.1 Umum
Rencana Mutu sebagai rencana kerja sistematis yang harus dipersiapkan sebelum
memulai kegiatan agar hasil pekerjaan nantinya sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki, apalagi didalam penanganan pekerjaan pembangunan suatu bendungan
yang sangat memerlukan kecermatan dari setiap langkahnya, mengingat bahwa
pekerjaan bendungan merupakan pekerjaan yang sangat komplek. Untuk itu, mulai unit
organisasi yang menanganinya sampai dengan pihak penyedia jasanya harus membuat
rencana mutu terlebih dahulu.

3.2 Rencana Mutu Unit


Rencana Mutu Unit (RMU) disusun dalam rangka memberikan arahan penyelenggaraan
kegiatan sesuai dengan program kerja Eselon I/II yang mengacu kepada program kerja
Eselon I/II.
Rencana Mutu Unit ini berisi uraian rencana kerja yang berkaitan dengan Tugas Pokok
dan Fungsi dari Unit Kerja Eselon I/II, menunjang program kerja Menteri/Eselon I.
Rencana Mutu Unit ini merupakan uraian rencana kegiatan berikut pencapaian sasaran
dalam kurun waktu satu tahun anggaran yang berdasarkan program kerja
Menteri/Eselon I, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat ditinjau kesesuaian terhadap
program kerja Menteri/Eselon I.

Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan tahun anggaran berjalan berdasarkan
kebijakan yang telah ditetapkan dalam program kerja Menteri/Eselon I.
Rencana pelaksanaan rapat koordinasi dengan Unit Kerja di lingkungan Unit Kerja
Eselon I/II untuk melihat progres secara keseluruhan beserta hal-hal- yang belum dapat
diselesaikan oleh Unit Kerja yang diberi tanggungjawab pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan rapat koordinasi disesuaikan dengan penyelenggaraan Rapat Koordinasi
yang berlaku di masing-masing Unit Kerja.
Rapat Koordinasi ditujukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Menilai pencapaian secara kuantitatif dan kualitatif dari pelaksanaan kegiatan
terhadap sasaran dan program yang telah ditentukan dalam program kerja
Menteri/Eselon I.
2. Menjadi alat pengukuran pada hasil keluaran kegiatan terhadap output,
outcome dan manfaat yang telah ditetapkan dalam sasaran dan program.
3. Menjadi dasar perbaikan untuk peningkatan kinerja di masing-masing unit
kerja dalam melaksanakan program-program rencana kerja pembangunan
jangka panjang, rencana kerja pembangunan jangka menengah, dan rencana

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


8
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

kerja pembangunan tahunan yang mengacu kepada rencana strategi


(RENSTRA) pembangunan Departemen.

3.3 Rencana Mutu Pelaksanaan- Satuan Kerja


Seperti Rencana Mutu Unit, Rencana Mutu Pelaksanaan-Satuan Kerja disusun oleh
Satuan Kerja yang menggambarkan kegiatan satuan kerja selama satu tahun
kedepan/berjalan, diantaranya adalah proram kerja, jenis kegiatan, jumlah masing-
masing anggaran, jangka waktu pelaksanaan, sasaran mutu yang akan dicapai, struktur
organisasi beserta uraian tugas, tanggung jawab serta wewenang, kebutuhan sumber
daya, bagan alir kegiatan, rencana verifikasi dari seluruh laporan yang masuk, rencana
monitoring dan evaluasi, jadwal pelaksanaan kegiatan serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Rincian format RMP-Satker dapat dilihat pada lampiran 3 PERMEN PU


no.04/PRT/M/2009.

3.4 Rencana Mutu Pelaksanaan-PPK


Seperti Rencana Mutu Pelaksanaan- Satker, Rencana Mutu Pelaksanaan-PPK disusun
oleh para PPK yang menggambarkan kegiatan PPK selama satu tahun
kedepan/berjalan, diantaranya adalah proram kerja, jenis kegiatan, jumlah masing-
masing anggaran, jangka waktu pelaksanaan, sasaran mutu yang akan dicapai, struktur
organisasi beserta uraian tugas, tanggungjawab serta wewenang, kebutuhan sumber
daya, bagan alir kegiatan, rencana verifikasi dari seluruh laporan yang masuk, rencana
monitoring dan evaluasi, jadwal pelaksanaan kegiatan serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Dengan demikian karena kegiatan tersebut tergantung tersedianya anggaran, dan
diulang setiap tahunnya maka seluruh kegiatannya harus direncanakan secara cermat,
mulai dari pengadaan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan akhir.

Kontrak pekerjaan fisik khususnya, sesuai dengan PERPRES no. 54 tahun 2010, PPK
berkewajiban melakukan audit terhadap penyedia jasa, untuk itu dalam schedule
kegiatan termasuk jadwal kapan melakukan audit mutu sampai tingkat lapangan.

Rincian format RMP-PPK dapat dilihat pada lampiran 3 PERMEN PU


no.04/PRT/M/2009.

3.5 Rencana Mutu Kontrak


Seperti dalam penyajian Regulasi SMM telah disebutkan bahwa Penyedia jasa baik
kontraktor maupun konsultan berkewajiban membuat Rencana Mutu Kontrak sebelum
kegiatan lapangan dimulai dan menyajikan RMK tersebut pada Pre Construction
Meeting(PCM), untuk mendapatkan pengesahan dari pihak PPK.

Dalam pembuatan RMK sebagai acuan adalah perjanjian dalam kontrak pekerjaan
diantaranya spesifikasi teknis dan gambar. Berdasarkan kedua hal tersebut, dibuatlah

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


9
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

bagan alir kegiatan, mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan serah terima
pekerjaan, dengan demikian setiap proses kegiatan dapat diikuti dengan baik dan
diharapkan kualitas/mutu pekerjaan yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar pekerjaan.

Rincian format RMP-PPK dapat dilihat pada lampiran 4 PERMEN PU


no.04/PRT/M/2009.

3.6 Penggunaan Rencana Mutu sebagai alat kendali


Apabila kita simak bersama butir 2.1. s/d 2.4., bahwa rencana mutu tersebut bukan
hanya sekedar dibuat, tetapi diterapkan, dimonitor dan dievaluasi untuk dilakukan
perbaikan dan peningkatan yang berkelanjutan.

Manajemen representatif ditingkat kementerian sampai ditingkat lapangan dapat


melakukan evaluasi terhadap kinerja aparatnya, ada peningkatan atau tidak, dikaji dan
diambil langkah-langkah, kalau perlu didiklatkan agar kompetensinya dapat terpenuhi.

Khususnya dipekerjaan konstruksi, apabila terdapat konsultan pengawas/supervisi maka


RMK kontraktor dipergunakan oleh konsultan pengawas/supervisi untuk mengawasi
pekerjaan dilapangan, sedangkan RMK konsultan dipergunakan oleh PPK/Direksi
mengawasi kegiatan konsultan, tidak menutup kemungkinan pihak PPK/direksi
melakukan checking secara acak terhadap RMK Kontraktor yang dipergunakan
konsultan.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


10
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB IV
AUDIT MUTU INTERNAL (AMI)

4.1 Program AMI


Audit Mutu adalah proses sistematis, mandiri dan terdokumentasi untuk memperoleh
bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria
audit telah terpenuhi.

Pengelola Audit Internal SMM pada Unit Kerja Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang
terpisah dari Eselon II-nya) memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang sesuai
ketentuan Prosedur Audit Internal SMM yang meliputi:
a. bersama Wakil Manajemen menyusun Program Audit Internal SMM;
b. melaksanakan Audit Internal SMM;
c. melaporkan hasil Audit Internal SMM kepada Pimpinan unit kerjanya melalui Wakil
Manajemen;
d. mengevaluasi efektifitas pelaksanaan Audit Internal SMM beserta kinerja Auditor.
e. mengusulkan kebutuhan peningkatan kompetensi auditor.

Didalam kegiatan audit didominasi unsur pembinaan, sedangkan unsur pengawasan


memperoleh bobot/porsi lebih kecil. Kegiatan audit dilakukan pada saat proses kegiatan
sedang berlangsung, sehingga kalau terjadi ketidaksesuaian maka langsung dapat
dilakukan perbaikan.

AMI dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan.


Program Tahunan AMI disusun oleh Wakil Manajemen dan disetujui oleh Pimpinan
Puncak pada setiap awal tahun anggaran.
Setiap akan melaksanakan AMI, Wakil Manajemen menyusun Program AMI yang
mencakup penyusunan Tim Audit & jadwal AMI dan harus mendapat persetujuan dari
Pimpinan.
Program AMI harus direncanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain
mengenai status dan tingkat kepentingan unit kerja yang akan diaudit, memperhatikan
hasil audit yang terdahulu, termasuk program Audit lainnya (bila ada) yang dilakukan
oleh Tim Audit dari Kementerian ( Audit dari Inspektorat) dan Tim Audit Eksternal (BPK,
BPKP).

Tim Audit sekurang-kurangnya terdiri dari : 1.Ketua Tim


2.Anggota

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


11
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pengelolaan dan pelaksanaan AMI mengacu kepada Tahapan Proses sesuai bagan alir
dibawah ini.

TAHAPAN PROSES :
Proses Pelaksanaan AMI mengikuti bagan alir berikut ini :

MULAI
Program
Tahunan AMI,
Penyusunan Program
Temuan AMI AMI
yang lalu Tdk

Setuju

?
Ya
SK TIM AMI
Rapat Persiapan pelaksanaan
& Jadwal
AMI
AMI

Pengiriman Informasi &


Jadwal AMI

Tdk

Cek
Terima ?

?
Ya

Pelaksanaan AMI Penyusunan Laporan AMI

Verifikasi Tindak Lanjut Distribusi Laporan AMI


SELESAI
Temuan

Setiap akan melaksanakan AMI, Wakil Manajemen harus melaksanakan Rapat


Persiapan dengan Tim AMI untuk memberikan arahan tentang pelaksanaan AMI serta
penyiapan Dokumen untuk pelaksanaan AMI yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
Daftar Pertanyaan, Blangko/formulir temuan & Observasi & Catatan Auditor serta Surat
Pemberitahuan AMI untuk Unit Kerja yang akan diaudit.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


12
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Surat Pemberitahuan pelaksanaan AMI sekurang-kurangnya berisikan :


1. Tujuan dan Sasaran Audit
2. Unit kerja yang akan diaudit
3. Kegiatan yang akan diaudit
4. Target waktu pelaksanaan audit
5. Kriteria Audit
6. Tim AMI

4.2 Auditor
Auditor yang melaksanakan AMI harus mempunyai kompetensi sebagai Auditor yaitu
memahami Sistem Manajemen Mutu Kementerian Pekerjaan Umum, memahami proses
kegiatan unit kerja yang diaudit, mampu berkomunikasi serta telah mengikuti pelatihan
Auditor Mutu Internal.
Pelaksanaan AMI dilaksanakan secara independen yakni auditor tidak boleh memeriksa
pekerjaannya sendiri.

Pelaksanaan AMI dilakukan dengan agenda sebagai berikut :


1. Rapat Pembukaan yang menjelaskan Program AMI
2. Pelaksanaan pemeriksaan atau observasi dengan cara wawancara, interview,
pengamatan terhadap kegiatan atau rekaman.
3. Auditor Review yaitu seluruh Auditor berkumpul untuk membahas temuan yang
dihasilkan dan akan dilaporkan pada Rapat Penutupan.
4. Rapat Penutupan yang menjelaskan hasil pelaksanaan kegiatan AMI.

Hasil temuan AMI dikategorikan sebagai berikut :


1. Ketidaksesuaian Mayor : adalah temuan bila tidak ada bukti-bukti yang memadai
bahwa Dokumen Sistem Manajemen Mutu telah diterapkan, dan / atau Dokumen
Sistem Manajemen Mutu tidak memenuhi persyaratan Sistem Manajemen Mutu
Kementerian Pekerjaan Umum atau terdapat pelanggaran yang bersifat mendasar
terhadap persyaratan sistem mutu yang berdampak tidak terpenuhinya mutu sesuai
persyaratan.
2. Ketidak sesuaian Minor : adalah temuan bila ada bukti-bukti bahwa Dokumen
Sistem Manajemen Mutu diterapkan kurang lengkap / kurang konsisten dan / atau
sistem mutu masih ada kekurangan yang tidak mendasar.
3. Catatan Observasi : adalah temuan yang diangkat untuk memperoleh perhatian agar
dapat lebih meningkatkan sistem mutu yang telah diperoleh (tidak termasuk dalam
kategori ketidaksesuaian).
Penyusunan Laporan AMI dilaksanakan setelah semua Auditee mengirimkan Rencana
Tindakan Perbaikan kepada Wakil Manajemen.
Laporan hasil AMI harus disampaikan kepada Atlas unit kerja yang diaudit dan Auditee.
Auditee harus melaksanakan Tindakan Perbaikan sesegera mungkin untuk
mengeliminasi ketidaksesuaian dan penyebab-penyebab yang telah ditemukan.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


13
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Temuan yang belum bisa ditutup setelah tanggal jatuh tempo dan Ketidaksesuaian yang
berulang harus dilakukan analisis dan dijadikan sebagai bahan masukan untuk Rapat
Tinjauan Manajemen.
Verifikasi terhadap tindakan perbaikan atas temuan ketidaksesuaian harus dilakukan
dan catatan verifikasinya dicantumkan dalam Formulir temuan Ketidaksesuaian.
Setelah selesai pelaksanaan AMI, Wakil Manajemen harus melaksanakan evaluasi
keefektifan pelaksanaan AMI sebagai bahan masukan kegiatan AMI yang akan datang.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


14
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB V
PENGENDALIAN DOKUMEN DAN
PRODUK YANG TIDAK SESUAI

5.1 Pengendalian Dokumen


Pengendalian dokumen mutu adalah perumusan, penetapan, pengesahan,
pendokumentasian, penerapan, serta pemeliharaan dokumen mutu, dalam kerangka
penjaminan mutu dan sistem manajemen mutu.

Dalam SNI 19-9001 : 2001, Pengendalian dokumen mutu, merupakan elemen 4.5, yang
termasuk dalam kelompok pengendalian sistem mutu, mensyaratkan antara lain :
a. Tersedia dan terpeliharanya prosedur untuk mengendalikan dokumen mutu (internal
dan eksternal) yang dibuat atau dikembangkan dalam rangka memenuhi persyaratan
standar manajemen mutu
b. Dokumen tersebut harus direview dan disetujui terlebih dulu oleh Wakil Manajemen
sebelum dipublikasikan
c. Dokumen yang telah dipublikasikan tersebut harus dapat tersedia di tempat kerja
yang memerlukan
d. Dokumen yang tidak belaku harus disingkirkan dari tempat kerja, tapi boleh disimpan
hanya sebagai referensi
e. Revisi dokumen mutu harus direview dan disetujui oleh unit kerja dan pejabat yang
pertama kali membuatnya

Dalam penerapan sistem manajemen mutu khususnya didalam pekerjaan


pembangunan, bendungan yang mempunyai demikian banyak dokumen, maka semua
dokumen mutu yang berkaitan dengan penjaminan mutu harus dapat dipantau dan
dievaluasi secara terus menerus, sehingga diperlukan suatu sistem dokumentasi yang
tertib, teratur dan mudah dicari bilamana diperlukan.
Dengan demikian pengendalian dokumen mutu mencakup pula tata cara identifikasi,
pengumpulan atau penarikan kembali dokumen yang sudah tidak berlaku, pemberian
nomor indeks, pengarsipan, penyimpanan dan pemeliharaan.
Dalam SMM Konstruksi, dikemukakan bahwa Wakil Manajemen tingkat Kementerian,
Direktorat Jenderal, dan Unit Pelaksana bertanggung jawab atas perumusan prosedur
pengendalian dokumen muru di lingkungan masing-maing. Semua dokumen yang telah
dipublikasikan dalam rangka penjaminan mutu konstruksi, harus dikendalikan dan
dipelihara, yang pelaksanaannya dilakukan oleh satu bagian organisasi khusus sesuai
dengan lingkup kegiatannya.

Untuk itu pengendalian dokumen mutu, minimal harus mencakup kriteria kecukupan
dokumen serta tata cara untuk :
a. Memastikan pengesahan dokumen mutu sebelum diterbitkan

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


15
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

b. Menjamin pengesahan ulang dokumen mutu, bila dilakukan peninjauan atau


perubahan dokumen sesuai keperluan
c. Memastikan bahwa perubajhan dan status revisi dokumen mutu telah diindentifikasi
dalam daftar dokumen, lengkap dengan nama dokumen, nomor dokumen, perubahan
yang dilakukan, serta distribusi dokumen
d. Memastikan bahwa revisi dokumen mutu yang berlaku, tersedia pada lokasi/tempat
digunakannya dokumen tersebut, serta dipastikan pula bahwa dokumen tersebut
mudah untuk didapatkan apabila diperlukan
e. Memastikan bahwa dokumen mutu dapat dengan jelas dibaca dan mudah
diindentifikasi, terutama untuk dokumen yang digunakan di lokasi kegiatan
f. Mengidentifikasi dan memastikan bahwa dokumen mutu yang berasal dari luar
lingkungan kementerian Pekerjaan Umum yang terkait dengan mutu konstruksi,
adalah versi terakhir, dan hal ini perlu diperkuat dengan pembuktian
g. Mencegah penggunaan dokumen mutu yang kadaluarsa, dengan menetapkan tata
cara penarikan dan penyimpanan dokumen mutu yang sudah tidak berlaku lagi

Dengan melakukan pengendalian dokumen mutu sesuai prosedur yang ditetapkan,


maka akan dapat diwujudkan sistem dokumentasi mutu yang baik, tertib dan teratur, dan
dapat menunjang pelaksanaan kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pelaporan, maupun pemeriksaan, serta dapat memberi kepastian siapa
yang bertanggung jawab bilamana terjadi penyimpangan.

5.2 Pengendalian Produk tidak sesuai


Dimulai dari awal tahapan pekerjaan, pengawas lapangan/konsultan supervisi
pengawasan melakukan tes terhadap material yang datang dengan mempergunakan
daftar simak yang telah dibuat penyedia jasa.
Apabila hasil cek sesuai maka bahan dapat diterima dan selesai, tetapi apabila tidak
sesuai dengan daftar simak maka material/bahan ditolak dan dipisahkan untuk
mencegah bahan yang tidak sesuai tersebut tidak digunakan, sengaja maupun tidak
sengaja.
Demikian pula terhadap gambar kerja dan buku ukur yang dibuat kontraktor perlu di cek
apakah sesuai dengan daftar simak ataukah tidak.
Apabila pihak penyedia jasa tidak sanggup memenuhi daftar simak karena disebabkan
oleh ketidak tersediaan bahan misalnya, maka pengawas/konsultan pengawasan
mengajukan usulan tertulis keatasan langsungnya untuk dilakukan kaji ulang, dan bahan
yang tidak sesuai tersebut dipisahkan, menunggu keputusan atasannya.
Demikian pula mobilisasi personil apakah sesuai daftar personil yang diajukan atau
tidak, baik jabatan, kualifikasi maupun kuantitasnya.
Keberadaan yang bersangkutan dilapangan juga perlu dilakukan pengecekan terus
menerus.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


16
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Jika menggunakan alat berat, operator sangat menentukan kinerja pekerjaan, terutama
ketrampilan yang bersangkutan. Demikian pula juru ukur dan juru gambar juga harus
dilakukan pengecekan.
Sesuai dengan daftar peralatan yang diperlukan dilapangan, kedatangan peralatan
sangat penting, apakah juga sesuai dengan daftar simak, sesuai kriteria penerimaan,
spesifikasi, kapasitas, serta kondisi fisik alat tersebut, kalau perlu pengecekan dilakukan
sebelum alat dimobilisasi, sehingga tidak terjadi 2 kali mobilisasi.
Pengawas/konsultan supervisi melakukan Inspeksi & test atas produk pekerjaan
konstruksi yang sudah jadi maupun yang belum jadi, dengan menggunakan daftar simak
yang terdapat dalam rencana mutu kontrak.
Jika sesuai maka produk pekerjaan dapat diterima dan selesai, jika tidak maka produk
tersebut harus ditolak dan diminta untuk diperbaiki.
Apabila dijumpai situasi yang krusial sebagai contoh galian tanah pondasi belum cukup
elevasinya tetapi dijumpai batu besar, maka harus dibuatkan usulan ke atasan
langsungnya secara tertulis 1x 24 jam harus sudah diterima atasan langsungnya.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


17
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VI
LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

6.1 Plan
Kalau terjadi masalah disuatu kegiatan, maka perlu dilakukan tahapan pemecahannya,
untuk itu, pada tahap plan dibuatlah :
 Menginventarisir prioritas masalah
 Mencari sebab akibatnya
 Teliti masalah yang paling berpengaruh
 Disusun langkah perbaikannya

6.2 Do
Dari susunan langkah-langkah perbaikan diatas, kemudian dilaksanakanlah langkah-
langkah perbaikannya.

6.3 Check
Kemudian dari pelaksanaan perbaikan, dilakukanlah :
 Pemantauan & pengukuran kinerja
 Audit Internal
 Kemungkinan adanya complain pelanggan

6.4 Action
Tahapan berikutnya adalah :
 Melakukan pencegahan terulangnya masalah
 Mereview, merevisi prosedur, standar, instruksi kerja

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


18
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Dalam Pengendalian produk tidak sesuai akan dapat menghasilkan beberapa


alternative, diantaranya diturunkan mutunya, dilakukan perbaikan, atau dibongkar dan
dibangun kembali sesuai yang dipersyaratkan.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


19
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VII
KAJI ULANG MANAJEMEN
(MANAGEMENT REVIEW)

6.1 Umum
Pimpinan Puncak masing-masing Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan dibantu oleh
masing-masing Wakil Manajemen wajib melaksanakan Kaji Ulang Manajemen secara
periodik, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya penerapan
SMM. Kaji Ulang Manajemen ini harus mencakup peluang untuk peningkatan dan
kebutuhan perubahan (apabila ada) pada SMM termasuk Kebijakan Mutu dan Sasaran
Mutu.

Kaji Ulang Manajemen harus dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 tahun untuk tingkat Departemen dan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan untuk Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang bertanggungjawab langsung
kepada Eselon I-

Kaji Ulang Manajemen dapat diselenggarakan bersamaan dengan rapat koordinasi


lainnya;
Kaji Ulang Manajemen harus mengagendakan acara sebagai berikut:
a) Laporan tindak lanjut Kaji Ulang Manajemen sebelumnya;
b) Laporan Audit Internal SMM;
c) Masukkan/umpan balik pelanggan;
d) Laporan kinerja proses dan pencapaian hasil pekerjaan;
e) Status tindakan pencegahan dan tindakan koreksi;
f) Perubahan yang dapat mempengaruhi SMM;
g) Saran-saran untuk peningkatan SMM.

Setiap pelaksanaan Kaji Ulang Manajemen wajib dibuat Risalah Kaji Ulang Manajemen
mencakup keputusan dan tindakan yang diperlukan untuk:
- Perbaikan pada keefektifan SMM dan prosesnya;
- Perbaikan dan peningkatan kinerja dan hasil kerja;
- Penyediaan Sumber Daya sebagai pendukung penerapan SMM.

Bentuk Risalah Kaji Ulang Manajemen agar efektif digunakan dalam pembahasan Kaji
Ulang Manajemen wajib menjelaskan ketentuan tentang:
- Uraian permasalahan yang harus ditindaklanjuti;
- Rencana Tindak lanjut dari permasalahan yang ditindaklanjuti;
- Penanggung jawab pelaksanaan tindak lanjut;
- Target waktu penyelesaian pelaksanaan tindak lanjut.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


20
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Rekaman/Bukti Kerja pelaksanaan Kaji Ulang Manajemen wajib dikelola dan dipelihara
sebagaimana diatur dalam butir 4.4 tentang Pengendalian Rekaman/Bukti Kerja.

6.2 Agenda
Kaji Ulang manajemen merupakan kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh suatu
organisasi untuk meninjau ulang atau menilai kinerja penerapan sistem manajemen
mutu.
Dengan penerapan tinjauan manajemen ini diharapkan ketidak sesuaian pekerjaan
konstruksi terhadap standar dan aturan yang telah ditetapkan akan dapat dicegah, dan
intensitas pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Dalam SNI 19-9001 : 2001, aspek-aspek tinjauan manjemen merupakan salah satu
unsur dari elemen 4.1. Tanggung Jawab Manajemen. Unsur-unsur lainnya dari
elemen tersebut adalah Kebijakan Mutu dan Organisasi yang terdiri atas Tanggung
Jawab dan Wewenang, Sumber Daya dan Wakil Manajemen.
Ketentuan dalam sistem manajemen mutu tersebut, dikemukakan bahwa pimpinan suatu
organisasi harus meninjau sistem manajemen mutu secara periodik, pada periode
waktu yang memadai, untuk menjamin kesinambungan, kesesuaian, dan keefektifannya
dalam memenuhi sistem manajemen mutu, serta dalam memenuhi kebijakan dan
sasaran mutu yang telah ditetapkan. Kegiatan tinjauan manajemen tersebut harus
direkam, dan rekaman tinjauan manajemen harus selalu dipelihara dengan baik, untuk
itu diperlukan suatu prosedur yang mengatur tentang kegiatan tinjauan manajemen.
Agenda yang dibahas dalam pelaksanaan tinjauan manajemen minimal adalah :
a. Hasil audit mutu sebelumnya, baik audit mutu internal maupun eksternal
b. Umpan balik dari pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pembangunan bidang
pekerjaan umum
c. Laporan kinerja proses yang berkaitan dengan mutu konstruksi, serta kesesuaian
hasil pelaksanaan kegiatan dengan perencanaannya
d. Laporan tentang status pengambilan tindakan perbaikan dan pencegahan dari
program kegiatan atau pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dalam hal teknis,
jadwal dan biaya
e. Perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanaan program kegiatan yang
mempengaruhi sistem manajemen mutu konstruksi yang telah ditetapkan
sebelumnya
f. Rekomendasi peningkatan/perubahan sistem manajemen mutu konstruksi dari
seluruh jajaran dan unit-unit di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum yang terkait
dengan penjaminan mutu konstruksi, yang dapat berupa usulan perubahan kebijakan
mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, manual mutu, prosedur mutu, instruksi kerja
dan/atau alokasi sumber daya.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


21
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

6.3 Keluaran Tinjauan Manajemen.


Keluaran dari tinjauan manajemen minimal harus mencakup keputusan dan tindakan
yang berhubungan dengan :
a. Perencanaan proses efektifitas sistem manajemen mutu konstruksi lengkap dengan
penerapannya pada seluruh bagian yang terkait dengan penjaminan mutu konstruksi
dilingkungan organisasi masing masing
b. Rekomendasi proses untuk penyesuaian sistem manajemen mutu karena adanya
perubahan peraturan perundang-undangan
c. Re-alokasi kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan program
atau kegiatan selanjutnya.

6.4 Tanggung Jawab


a. Wakil manajemen bertanggung jawab atas pelaksanaan tinjauan manajemen pada
tingkatan masing-masing
b. Pelaksanaan tinjauan manajemen tingkat Departemen melibatkan jajaran Direktorat
Jenderal.
c. Pelaksanaan tinjauan manajemen tingkat Direktorat Jenderal melibatkan jajaran
Eselon II, serta Unit Pelaksana yang berada dibawah pembinaannya.
d. Tinjauan manajemen harus dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali untuk
tingkat Departemen dan Direktorat Jenderal, serta setiap 3 bulan untuk tingkat
Atasan Langsung dan Unit Pelaksana.
e. Risalah pelaksanaan tinjauan manajemen diperlakukan sebagai catatan mutu
konstruksi, yang harus dipelihara.
f. Tinjauan manajemen dapat diselenggarakan bersamaan dengan rapat koordinasi
lainnya.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


22
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

RANGKUMAN

Pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) di lingkungan Kementerian


Pekerjaan Umum dilakukan untuk mengakomodasi semua system yang terkait dengan
penjaminan mutu seluruh proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum.

Sistem Manajemen Mutu (selanjutnya disebut SMM) sebagai Sistem Manajemen


untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Sistem Manajemen
Mutu menganut prinsip-prinsip manajemen adalah : mementingkan pelanggan,
kepemimpinan (leadership), keterlibatan personil, pendekatan proses, pendekatan
sistem pengelolaan, perbaikan/peningkatan secara berkesinambungan, pengambilan
keputusan secara fakta, dan hubungan saling menguntungkan.

Quality Assurance/Jaminan Mutu sebagai proses untuk menjamin mutu yang


dipersyaratkan, apabila prosesnya dilakukan/diikuti dengan baik, maka akan
menghasilkan mutu yang dipersyaratkan, sedangkan Quality controle/mengecek mutu
terfokus pada hasilnya, keduanya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain, dapat diibaratkan sebagai sebuah mata uang dimana salah satu sisinya QA
sedangkan sisi lainnya adalah QC.
Rencana Mutu sebagai rencana kerja sistematis harus dipersiapkan sebelum memulai
kegiatan agar hasil pekerjaan nantinya sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki,
dalam menangani pekerjaan pembangunan suatu bendungan yang sangat
memerlukan kecermatan dari setiap langkahnya, mengingat bahwa pekerjaan
bendungan merupakan pekerjaan yang sangat komplek. Pengelola Audit Internal SMM
pada Unit Kerja Eselon I, Eselon II dan Eselon III (yang terpisah dari Eselon II-nya)
memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang sesuai ketentuan Prosedur Audit Internal.
Pada pelaksanaan konstruksi bendungan, apabila terdapat konsultan
pengawas/supervisi maka Rencana Mutu Kerja (RMK) kontraktor dapat digunakan oleh
konsultan pengawas/supervisi untuk mengawasi pekerjaan dilapangan, sedangkan RMK
konsultan dipergunakan oleh PPK/Direksi mengawasi kegiatan konsultan, tidak menutup
kemungkinan pihak PPK/direksi melakukan pemeriksaan secara acak terhadap RMK
Kontraktor yang dipergunakan konsultan.

Dalam penerapan sistem manajemen mutu khususnya didalam pekerjaan pembangunan


bendungan yang mempunyai demikian banyak dokumen, maka semua dokumen mutu
yang berkaitan dengan penjaminan mutu harus dapat dipantau dan dievaluasi secara
terus menerus, sehingga diperlukan suatu sistem dokumentasi yang tertib, teratur dan
mudah dicari bilamana diperlukan, mencakup tata cara identifikasi, pengumpulan atau
penarikan kembali dokumen yang sudah tidak berlaku, pemberian nomor indeks,
pengarsipan, penyimpanan dan pemeliharaan.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


23
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Sesuai dengan daftar peralatan yang diperlukan dilapangan, kedatangan peralatan


sangat penting, apakah sesuai dengan daftar simak, sesuai kriteria penerimaan,
spesifikasi, kapasitas, serta kondisi fisik alat tersebut, kalau perlu pengecekan dilakukan
sebelum alat dimobilisasi, sehingga tidak terjadi 2 kali mobilisasi. Pengawas/konsultan
supervisi harus melakukan Inspeksi & test atas produk pekerjaan konstruksi yang sudah
jadi maupun yang belum jadi, dengan menggunakan daftar simak yang terdapat dalam
rencana mutu kontrak.
Pimpinan Puncak masing-masing Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan dibantu oleh
masing-masing Wakil Manajemen wajib melaksanakan Kaji Ulang Manajemen secara
periodik, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya penerapan
SMM. Kaji Ulang Manajemen ini harus mencakup peluang untuk peningkatan dan
kebutuhan perubahan (apabila ada) pada SMM termasuk Kebijakan Mutu dan Sasaran
Mutu.

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


24
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

LATIHAN (TEST) :
1) Jelaskan dengan singkat perbedaan pokok antara Quality Assurance (QA) dengan
Quality Control (QC).
2) Apakah gunanya Rencana Mutu Kerja (RMK) dari kontraktor dan konsultan?
3) Apa yang harus dilakukan bila dtemui andikasi adanya produk yang tidak sesuai?
4) Seorang tukang bakso kewalahan dalam melayani para pelanggannya,tetapi yang
bersangkutan tidak mau merekrut tenaga pembantu lagi, alasannya nanti akan
mengurangi keuntungan, menurut saudara tukang bakso tersebut tidak memahami
prinsip-prinsip manajemen yang mana saja ?
5) Dalam pekerjaan pembuatan bendungan, mengingat kompleknya permasalahan
teknis maupun social dilapangan, maka perusahaan yang bersangkutan harus
menggunakan system manajemen mutu, dengan membuat rencana mutu kontrak
sebagai alat kendali dilapangan, menurut saudara, sebagai dasar penyusunan
rencana mutu kontrak tersebut, apa saja yang digunakan dalam menyusun rencana
tersebut ?
6) Bagaimana menurut pendapat saudara hubungan antara auditor internal dan auditor
eksternal dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan dimaksud ?
7) Didalam penyusunan prosedur mutu, sebagai referensi, apakah dapat menggunakan
ketentuan-ketentuan terdahulu, jelaskan !
8) Dalam pengambilan keputusan, apabila disepakati menggunakan system manajemen
tertentu maka keputusan yang diambil berdasarkan hasil keputusan pimpinan
ataukah kolegial, jelaskan maksud saudara !

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


25
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

DAFTAR PUSTAKA

a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 602/PRT/M/2006, tentang Tata


Persuiatan dan Kearsipan.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/PRT/2008, tanggal ll-Februari-
2008, tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum
yang merupakan kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan sendiri.
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 03/PRT/2008, tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan
Pemerintah dan dilaksanakan melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
d) SNI Nomor 19-9001-2001. Tentang Sistem Manajemen Mutu Persuaratan.
e) SNI Nomor 19-9001-2003. Tentang Pedoman Pengauditan Sistem Manajemen
Mutu dan Sistern Manajemen Lingkungan.
f) SNI Nomor 19-9001-2005. Tentang Sistem Manajemen Mutu Dasar-Dasar dan
Kosakata.
g) Undang-Undang No.18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi
h) Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
i) Peraturan Pemerintah No: 102 Tahun 2000, tentang Standar Nasional Indonesia
j) Peraturan Menteri PU, No. 04/PRT/M/2009, Sistem Manajemen Mutu, Dep. PU.
k) Departemen Pekerjaan Umum (2005). "Pedoman Umum Sistem Pengendalian
Manajemen (Sisdalmen) Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana
Bidang Pekerjaan Umum". Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
l) ISO 9001 : 2000, Quality Management Systems – Requirements

Dasar Dasar Pelaksanaan Konstruksi


26

Anda mungkin juga menyukai