Anda di halaman 1dari 17

Draft Final Report

Review Desain Bendungan Logung

2.1. UMUM
Gambaran umum lokasi pekerjaan merupakan daerah perbukitan. Kondisi tersebut sangat
menguntungkan untuk dibangunnya sebuah bendungan. Untuk itu diperlukan data-data tentang
kondisi lokasi pekerjaan, baik dari studi terdahulu, observasi lapangan, survei lapangan, investigasi
geoteknik maupun studi dari instansi pemerintah yang terkait.
2.2. KONDISI DAERAH ALIRAN SUNGAI LOGUNG
Daerah Aliran Sungai (DAS) Logung sampai dengan stasiun hidrometri bendungan Logung di dukuh
Sintru desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo dilakukan berdasar pada peta topografi Lembar Gembong
dan Jekulo skala 1 : 25.000 (Peta Rupabumi Digital Indonesia, Bakosurtanal, Edisi: Th. 2000). DAS
Logung adalah sebesar 43,81 km2. Tapak rencana bendungan terletak di hilir pertemuan sungai
Logung dan Kali Gajah, sejauh 400 meter. Batas DAS ditetapkan berdasarkan garis kontur punggung
yang terletak di antara G. Paluombo, dan G. Mojo. Tata guna lahan terdiri dari hutan 3 km 2,
perkebunan 1 km2, semak belukar 2,5 km2, tegalan 12,31 km2, sawah irigasi dan tadah hujan 18 km 2
dan pemukiman 7 km2 dengan koefisien pengaliran diperkirakan sebesar 0,768.
Jumlah semua sungai pada DAS Logung 37 buah dengan panjang total 40,875 km. Panjang sungai
Logung mulai dari hulu Logung pada elevasi +1.300 m sampai dengan elevasi hilir +43,30 m sepanjang
20,125 km dengan kemiringan rata-rata dasar sungai 0,062.
2.3. KEADAAN LOKASI KEGIATAN
Rencana lokasi tubuh Bendungan Logung terletak di hilir pertemuan Sungai Logung dan Sungai Gajah
di Dukuh Slalang, Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo sedangkan daerah genangan masuk wilayah
Dukuh Sintru, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Dukuh Slalang, Desa Tanjungrejo, Kecamatan
Jekulo semua masuk dalam wilayah Kabupaten Kudus. Diperlukan waktu sekitar 2 jam dari kota
Semarang dan 30 menit dari kota Kudus untuk sampai ke lokasi kegiatan dengan kendaraan roda 2
atau roda 4 dan jarak tempuh dari jalan raya Kudus - Pati sejauh  5,5 km dilanjutkan dengan jalan
kaki ± 0,5 km.

Gambar 2.1.
Rencana Jalan Akses Menuju
Lokasi Bendungan Logung
Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

Sungai Logung secara keseluruhan mempunyai luas Daerah Tangkapan Air (DTA) sebesar 43,81 km 2
(sumber data : Lap. Akhir “Review Detail Desain Embung Logung”, PT. Indra Karya, Th. 2004), yang
terdiri dari beberapa anak sungai yang besar dan kecil. Dengan luas DTA yang cukup besar tersebut,
dapat dikembangkan tidak hanya sebagai embung namun dapat dioptimalkan sebagai waduk yang
mempunyai banyak manfaat (multiguna). Di hilir rencana bendungan ini telah ada jaringan irigasi
teknis yang berfungsi dengan baik dilengkapi dengan sebuah bendung,
yaitu Bendung Logung (± 3,0 km arah hilir rencana bendungan) untuk mengairi sawah dengan areal
seluas 2.821 Ha yaitu Daerah Irigasi (DI) Logung Barat dengan luas areal 1.036 Ha dan DI Logung
Timur dengan luas areal 1.785 Ha.

II - 1
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Gambar 2.2.
Bendung Logung di Desa
Tanjungrejo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus
Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

Gambar 2.3.
Saluran Irigasi DI. Logung Barat
Luas Areal 1.036 ha

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

Berdasarkan data meteorologi yang ada, daerah Kabupaten


Kudus mempunyai kecenderungan curah hujan yang tidak
merata sepanjang tahun yaitu antara bulan Nopember s/d
April terjadi kelebihan air bahkan kadang kala sampai
menimbulkan bencana banjir. Sebaliknya antara bulan Mei s/d Oktober terjadi kekurangan air.
Dari hasil tinjauan lapangan diperoleh gambaran dan informasi singkat keadaan lokasi kegiatan
adalah sebagai berikut :
 Masyarakat di sekitar rencana bendungan sebagian besar hidupnya bergantung pada
lahan pertanian padi, jagung, tebu dan polowijo.
 Sudah mengenal pola tanam yang baik
 Sudah ada sistem irigasi teknis yang dilengkapi dengan bangunan bendung (existing
weir) sehingga memungkinkan petani untuk melakukan tiga kali panen.
 Rencana lokasi bendungan sangat strategis karena terletak di daerah cekungan
sehingga memungkinkan untuk memperoleh kapasitas tampungan yang cukup besar.
 Di rencana lokasi banyak terdapat material seperti batu, tanah dan material lainnya
yang nantinya dapat digunakan untuk bahan timbunan saat pelaksanaan konstruksi (Gambar
2.4.).
 Sudah tersediannya sarana transportasi (access road) meski masih banyak yang perlu
dilakukan perbaikan. Hal ini akan menunjang sekali pada saat pelaksanaan terutama untuk lalu
lintas kendaraan alat-alat berat (Gambar 2.4.).

2.4. SUNGAI LOGUNG


Sungai Logung secara keseluruhan mempunyai luas Daerah Tangkapan Air (DTA) sebesar 43,81 km 2,
yang terdiri dari beberapa anak sungai yang besar dan kecil. Daerah pengaliran Sungai Logung
terletak di lereng tenggara Gunung Muria, berbentuk memanjang arah utara-selatan, mulai dari
puncak G. Argojembangan (+ 1.300 m) sampai ke Dukuh Slalang, di kaki perbukitan Gunung Patiayam
(+ 350 m). Panjang utama Sungai Logung adalah 20,125 km.
Bagian hilir, Sungai Logung menginduk dengan Sungai Silugonggo. Dengan luas DTA yang cukup besar
tersebut, dapat dikembangkan tidak hanya sebagai Embung namun dapat dioptimalkan sebagai waduk
yang mempunyai banyak manfaat (multiguna).

II - 2
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

LOKASI POTENSIAL UNTUK


BAHAN MATERIAL
JALAN AKSES LOKASI
BENDUNGAN

LOKASI RENCANA TUBUH


BENDUNGAN LOGUNG

Sumber Data : Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1 : 25.000 Lembar 1409 – 324 Jekulo, Edisi
I-2000 , oleh Bakosurtanal

Gambar 2.4. Peta Lokasi Potensial


Bahan Material Dan Jalan Akses
Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

2.5. KONDISI TOPOGRAFI


Keadaan topografi daerah rencana Bendungan Logung berupa perbukitan dengan batas lembah
berbentuk V dengan lebar dasar sekitar 50 m dan kemiringan tebing kiri sekitar 45-70° bagian kanan
30-50°. Pada rencana lokasi bendungan elevasi dasar sungainya adalah +43,30 dan elevasi punggung
bukit kiri +115,00 dan punggung bukit kanan +110,00. Bentuk topografi rencana daerah genangan
berupa tampungan yang memanjang dan menyempit ke hulu, tidak memiliki daerah kantong yang
melebar.

II - 3
Gambar 2.5.
Kondisi Daerah Tangkapan Air
(DTA) Sungai Logung
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Gambar 2.6.
Kondisi Topografi Lokasi Rencana
Bendungan Logung

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

Dari hasil studi (peta situasi) dan alternatif pemilihan lokasi pada waktu peninjauan lapangan
didapatkan luas daerah genangan dan kapasitas tampungan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Tampungan Bendungan Logung


Elevasi Luas Genangan Kapasitas Tampungan
(Ha) (juta m3)
50,0 3,64 0,10
62,5 22,42 1,49
75,0 65,75 7,03
87,5 119,37 18,60
93,2 144,06 20,06
100,0 190,99 38,00
Sumber Data : Lap. Akhir “Review Detail Desain Embung Logung”, PT. Indra Karya, Th. 2004

2.6. KONDISI GEOLOGI


Dari hasil peninjauan lapangan, secara visual dan mempelajari peta geologi yang tersedia, dapat
digambarkan kondisi geologi di daerah studi sebagai berikut :
2.6.1. Geologi Regional.
Lokasi rencana bendungan Logung terletak pada bagian Pulau Jawa yang relatif stabil. Daerah ini
secara fisiografis termasuk dalam Lajur Muria-Lasem, yaitu pada kerucut Gunung Muria yang berumur
Kuarter (van Bemmelen, 1949). Pada kaki tenggara Gunung Muria, tersingkap perbukitan Patiayam
yang berumur lebih tua.

II - 4
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Gambar 2.7. Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmellen, 1949)
1. Morfologi
Daerah penyelidikan dari rencana Bendungan Logung dan sekitarnya merupakan Satuan Morfologi
Perbukitan yang ditempati oleh batupasir, konglomerat dan breksi, berpola aliran semi sejajar,
trails dan semi anular. Sedangkan satuan Dataran Rendah ditempati oleh alluvium, dengan pola
aliran sejajar dan bermeander.
2. Stratigrafi
Stratigrafi dari daerah penyelidikan dan sekitarnya berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar
Kudus skala 1 : 100.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun
1992 dari yang tua sampai muda adalah sebagai berikut :
- Formasi Patiayam (Tpp), berupa perselingan batupasir tufan dan konglomerat tufan dengan
sisipan batulempung, batugamping dan breksi.
- Tuf Muria (Qvtm), terdiri dari tuf, lahar dan tuf pasiran.
- Lava muria (Qvlm), terdiri dari lava basalt atau andesit, leusit, tefrit, leusitit, trakhit dan
seinit.
- Aluvium (Qa), terdiri dari bahan kerikil, pasir, lempung, lanau, sisa tumbuhan dan
bongkahan gunung api.
Struktur geologi yang dominan di daerah ini adalah perlapisan dan kekar. Peta geologi regional
daerah penyelidikan dan sekitarnya Gambar berikut :

Qvlm

Lokasi Penyelidikan

Sumber Data : Peta Geologi Bersistem Indonesia, Lembar Kudus : 1409-3,6 skala 1 : 100.000, oleh
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung, Th. 1993

Gambar 2.8. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan (P3G, 1992)

II - 5
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

2.6.2. Geologi Daerah Penyelidikan


1. Morfologi
Daerah rencana Bendungan Logung dan sekitarnya secara morfologi merupakan daerah perbukitan
bergelombang, dengan puncak tertinggi berupa gunung Patiayam 350 m.
Sungai Logung sebagi sungai utama di daerah ini, dengan anak sungai Gajah, mempunyai lembah
relatif agak curam. Dan pada kiri kanan sungai terdapat dataran banjir yang luas.
2. Geologi
Dari hasil penyelidikan terdahulu, maka litologi dari daerah ini dari yang tua sampai yang muda
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan sebagai berikut:
- Satuan batupasir tufan, merupakan batuan yang dominan sekali di daerah ini dan merupakan
batuan dasar yang diendapkan pada masa Pliosen, coklat muda sampai abu-abu kekuningan,
dan kadang-kadang mengandung kerikil. Pada bagian atas satuan ini telah mengalami
pelapukan, dan makin ke bawah makin segar dan keras.
- Satuan konglomerat, berwarna abu-abu kekuningan, agak kompak dan agak keras dan
fragmennya berupa andesit.
- Satuan tufa, berwarna coklat muda, kompak, agak keras.
- Satuan alluvial, meliputi endapan lempung, pasir, kerikil dan bongkahan fragmen andesit di
sepanjang sungai Logung, serta bahan rombakan yang banyak dijumpai di kaki bukit atau
lembah, dan tanah penutup yang terdapat dibagian atas perbukitan sebagian hasil proses
pelapukan yang intensif di daerah ini.
Struktur geologi berupa perlapisan dan kekar dijumpai di daerah ini baik di daerah bendungan
maupun daerah genangan, sedangkan sesar tidak dijumpai.

Gambar 2.9.
Kondisi Stuktur Geologi Lokasi
Rencana As Bendungan Logung

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th.


2010

2.6.3. Geologi Daerah Pengaliran Sungai Logung.


Daerah pengaliran Kali Logung terletak di lereng tenggara Gunung Muria, berbentuk memanjang arah
utara-selatan, mulai dari puncak G. Argojembangan (+ 1410 m) sampai ke Dusun Slalang, di kaki
perbukitan Gunung Patiayam (+ 350 m).
Sungai-sungai pada kaki Gunung Muria membentuk pola sejajar, sedangkan pada kaki Gunung
Patiayam membentuk pola annular. Sungai Logung adalah sungai yang berair sepanjang tahun,
mungkin disebabkan oleh simpanan air tanah yang cukup besar dari lereng atas Gunung Muria.
Lembah sungai pada umumnya terjal dan dalam, jika dibuat penampang membentuk huruf V dengan
dasar yang datar atau tumpul. Dasar lembah sungai yang datar dijumpai pada kaki perbukitan
Patiayam, mungkin disebabkan oleh tertahannya erosi vertikal oleh batuan dasar Formasi Patiayam
bersifat kompak dan keras.

II - 6
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Gambar 2.10.
Kondisi Stuktur Geologi Daerah
Pengaliran Sungai Logung

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th.


2010

2.6.4. Geologi Daerah Genangan.


Batuan dasar pada daerah genangan tersusun oleh Formasi Patiayam. Secara umum batuannya terdiri
dari perselingan batupasir tufan, batupasir kerikilan dan konglomerat tufan, dengan sisipan
batulempung tufan dan breksi. Batuan-batuan ini bersifat kompak dan keras, tersemen baik dan
cukup tebal. Kekar dan sesar tidak banyak dijumpai, sehingga dapat dikatakan batuan dasar di
daerah genangan ini bersifat kedap air atau merupakan aquitard basin.

Gambar 2.11.
Kondisi Geologi Daerah Genangan
Bendungan Logung

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th. 2010

2.7. KONDISI KLIMATOLOGI


Stasiun Klimatologi yang terdapat di Daerah Tangkapan Air Bendungan Logung adalah Stasiun
Klimatologi Colo. Kondisi iklim di daerah studi mempunyai karakteristik temperatur tinggi,
kelembaban udara tinggi dan curah hujan rendah sampai sedang. Temperatur rata-rata sekitar 28 C
dan kelembaban udara relatif rata-rata 93 %. Data klimatologi yang digunakan untuk analisa pada
pekerjaan ini selama 22 tahun di mulai pada Bulan Januari 1998 sampai Bulan Desember 2009.
Stasiun hujan yang terdapat di DTA Bendungan Logung yaitu stasiun hujan Rahtawu, Tanjungrejo dan
Gembong yang terletak berdekatan. Periode pencatatan stasiun ini selama 29 tahun dimulai pada
Bulan Januari 1981 sampai Bulan Desember 2009. Menurut SK SNI M-18-1989 kerapatan minimum
jaringan stasiun hujan untuk daerah berbukit/bergunung adalah 100 - 250 km 2 untuk satu stasiun
hujan. Jadi untuk DTA Bendungan Logung seluas 43,81 km 2 lebih dari cukup diwakili oleh 3 (tiga)
Stasiun Hujan tersebut.
Data debit menggunakan data debit yang tercatat di pos AWLR Logung yang terletak di hulu lokasi
rencana Bendungan Logung. Periode pencatatan pos ini selama 20 tahun mulai dipasang tahun 1990
sampai dengan tahun 2009.
Gambar 2.12.
Stasiun Automatic Water Level
Recorder (AWLR) di Sungai Logung

Sumber Data : Dokumentasi Lapangan Konsultan, Th.


2010

II - 7
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

2.8. KONDISI PENYEDIAAN AIR BERSIH SAAT INI


2.8.1. Umum
Untuk memenuhi air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Kudus, Pemerintah melalui Direktorat Air
Bersih, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum telah membangun sarana
penyediaan air bersih melalui sistem perpipaan. Pengelolaan sarana yang telah dibangun tersebut
dilakukan oleh Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) yang merupakan embrio dari adanya Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM).
Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini merupakan hasil pengembangan bertahap yang
awalnya dibangun tahun 1980.
Kondisi PDAM saat ini, dibagi 2 (dua), yaitu kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal, meliputi :
 Sistem Pelayanan Langganan
 Produksi/Operasi dan Teknik
 Alat bantu Manajemen
 Keuangan
Kondisi eksternal, meliputi :
 Kondisi fisik daerah pelayanan
 Sarana dan prasarana kota (ketersediaan teknologi)
 Sosial, ekonomi dan budaya
 Kurangnya pasokan air baku
2.8.2. Kondisi Internal
A. Sistem Pelayanan Langganan
Menurut data dari PDAM Kabupaten Kudus hingga saat ini jumlah sambungan rumah PDAM adalah
sebesar 20.814 pelanggan yang mencakup 7 kecamatan dengan asumsi setiap rumah tangga 5 jiwa,
dan 166 rumah hidran umum dengan asumsi setiap hidran umum dipakai 200 jiwa. Jadi, sampai saat
ini cakupan pelayanan yang dicapai PDAM sebesar 70,67 % dari penduduk daerah pelayanan.
Kualitas pelayanan yang diberikan PDAM kepada pelanggan telah memadai dengan frekuensi
pelayanan 24 jam/hari dan operasi produksi berkisar 16 jam/hari.
Secara umum kualitas air yang diberikan kepada pelanggan memiliki kualitas baik. Hal ini terbukti,
selama periode 6 bulan terakhir tidak ada keluhan dari pelanggan tentang kualitas yang diterima,
disamping itu juga adanya rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
B. Produksi/Operasi dan Teknik
Sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Kudus merupakan pengaliran dengan sistem gravitasi,
sekalipun yang disebabkan adanya hambatan pada jaringan distribusi maupun tingkat kebocoran yang
tinggi.
Sumber air yang dimanfaatkan sampai saat ini adalah sebanyak 16 sumur dalam (di Desa Bae,
Sudimoro, Gondangmanis, Karangsambung, Jurang, Gondosari, Kadilangon dan Cendono) dengan total
kapasitas 156 liter/detik. Sedangkan, yang dimanfaatkan sebesar 99,23 lt/dt atau 63,61 % dari
kapasitas maksimum.

II - 8
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Kondisi bangunan sumber air yang ada (existing) adalah bangunan reservoir di Desa Bae yang terbuat
dari konstruksi beton bertulang dengan kapasitas 1.400 lt/dt yang terdiri dari 2 (dua) bak penampung
yang dilengkapi dengan dosering chlorinisasi 1 (satu) unit serta 1 (satu) unit bangunan untuk ruang
operator dan kegiatan laboratorium.
Kondisi jaringan pipa distribusi, untuk sistem BNA (Basic Net Area)/Pusat : jaringan pipa distribusi
terbuat dari PVC diameter 100 mm sampai 350 mm untuk pipa distribusi induk dan diameter 40
sampai 75 mm untuk pipa distribusi tersier yang dipasang untuk daerah konsumen.
Sedangkan, untuk sistem IKK :
 IKK Bae, jaringan pipa distribusi dari jenis PVC dengan diameter 40 mm sampai 100
mm.
 IKK Undaan, jaringan pipa distribusi dari jenis PVC dengan diameter 40 mm sampai
150 mm.
 IKK Gebog, jaringan pipa distribusi dari jenis PVC dengan diameter 40 mm sampai 250
mm.
Peralatan elektro mekanis untuk operasi sistem terdapat dalam satu lokasi yaitu di instalasi
pengolahan air berikut panel-panel intake yang masing-masing meliputi pompa dengan motor
penggerak (digerakkan dengan listrik dari PLN) dan perlengkapanya.
Dengan melihat pemakaian air rata-rata per bulan, dapat diketahui bahwa tingkat kehilangan air
mencapai 19,43 %. Tingginya tingkat kehilangan air disebabkan oleh faktor-faktor, diantaranya :
 Adanya pelanggan yang belum dilengkapi dengan meter air/sambungan gelap.
 Meter induk yang kepekaannya kurang
 Adanya kebocoran pipa dinas
 Belum adanya sistem zone sehingga kehilangan air tidak dapat dimonitor
 Instalasi pengolahan belum lengkap, sehingga memerlukan banyak air untuk pencucian
filter atau pengurasan bak pengendap.
2.8.3. Kondisi Eksternal
Secara administrasi wilayah Kabupaten Kudus terdapat 9 (sembilan) wilayah Kecamatan yang terdiri
dari 130 (seratus tiga puluh) desa. Pemerintahan Kabupaten Kudus, memiliki batas-batas sebagai
berikut :
- Utara : Kabupaten Jepara dan Pati
- Timur : Kabupaten Pati
- Barat : Kabupaten Demak dan Jepara
- Selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati
Secara geografis Kabupaten Kudus terletak pada koordinat 110 36’ – 110 5’ Bujur Timur dan 6 51’
– 716’ Lintang Selatan. Secara keseluruhan topografi kawasan Kabupaten Kudus merupakan daerah
rendah dengan ketinggian sekitar 55 meter diatas permukaan laut.
Sarana dan prasarana antara lain sarana jalan/jembatan di Kabupaten Kudus sudah menjangkau
sebagian besar wilayah yang ada, sarana listrik sebagai sumber energi disupply oleh PT. PLN (Persero)
yang menggunakan interkoneksi Jawa-Bali. Serta, sarana pos dan telekomunikasi disediakan oleh PT.
POS Indonesia (Persero) dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Cakupan pelayanan yang dapat dicapai PDAM saat ini sebesar 12,10 % dari total penduduk Kabupaten
Kudus. Sehingga peluang PDAM untuk mengembangkan sistem jaringan distribusi yang ada sangat
memungkinkan. Cakupan pelayanan (service area) akan semakin sempit seiring perkembangan

II - 9
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

penduduk, dimana menurut data statistik perkembangan penduduk rata-rata setiap tahun mencapai
0,79 %, sehingga untuk 5 (lima) tahun mendatang jumlah penduduk Kabupaten Kudus akan mencapai
697.464 jiwa.
Kesadaran masyarakat terhadap air cukup baik, dimana penduduk hanya menggunakan air yang
berkualitas baik, sedangkan pada lokasi yang tidak memiliki sumber air yang baik, penduduk akan
secara bersama-sama untuk mendapatkan air bersih, misalnya dengan membuat saringan secara
tradisional.
Rata-rata pemakaian air melalui sumber perorangan adalah 100 liter per orang per hari dan
pemakaian air penduduk melalui sumber kolektif adalah sebesar 30 liter per orang per hari, pola
tersebut sedikit lebih rendah dari pola pemakaian air secara umum yaitu sebesar 150 liter per orang
per hari.
2.9. KONDISI TATA GUNA LAHAN
Kabupaten Kudus mempunyai luas 42.516 ha, terdiri dari tanah sawah sebesar 21.857,81 ha dan
sisanya berupa tanah kering, hutan negara, perkuburan. Luas tanah di kabupaten Kudus yang dirici
memuat penggunaannya dapat dilihat dalam tabel 2.2. Sedang jenis tanah dirinci menurut jenis
pengairannya dapat dilihat dalam tabel 2.3.
Tabel 2.2. Luas Tanah di Kab. Kudus, menurut penggunaannya tahun 2008.
No. Jenis Penggunaan Tanah Luas ( ha )
1. Tanah Sawah 20.687
2. Bukan Tanah Sawah :
a. Tegala/Kebun 5.944
b. Ladang 321
c. Perkebunan 112
d. Hutan Rakyat 123
e. Tambak 4
f. Bangunan 9.142
g. Hutan Negara 1.882
h. Rawa-Rawa 60
i. Lainnya 4.241
JUMLAH (1+2) 42.516
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan / Irigasi th.2008
No. Jenis Pengairan Luas ( ha )
1. Irigasi Teknis 3.973
2. Irigasi Setengah Teknis 6.126
3. Irigasi Sederhana 3.360
4. Irigasi Desa / Non PU 862
5. Tadah Hujan 6.364
20.685

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.4 Pembagian/perincian masing-masing lahan menurut Kecamatan di tahun 2008


Luas Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah
No. Kecamatan
( ha ) ( ha ) ( ha )

II - 10
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

1. Kaliwungu 1.984 1.287 3.271


2. Kota 176 871 1.047
3. Jati 1.038 1.582 2.620
4. Undaan 5.805 1.372 7.177
5. Mejobo 1.755 1.922 3.677
6. Jekulo 4.307 3.985 8.292
7. Bae 881 1.451 2.332
8. Gebog 2.052 3.454 5.506
9. Dawe 2.689 5.895 8.584
Jumlah 21.703 20.813 42.506

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.5 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan & Kecamatan Tahun 2008
Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi Tadah
Jumlah
No. Kecamatan Teknis ½ Teknis Sederhana Desa/Non PU Hujan
( ha )
( ha ) ( ha ) ( ha ) ( ha ) ( ha )
1. Kaliwungu 321 178 130 0 1.355 1.984
2. Kota 12 98 0 0 66 176
3. Jati 224 302 0 0 512 1.038
4. Undaan 2.303 2.017 776 54 653 5.806
5. Mejobo 209 618 26 0 902 1.755
6. Jekulo 824 1.084 1.003 0 1.396 4.307
7. Bae 0 377 80 6 418 881
8. Gebog 0 976 885 0 191 2.052
9. Dawe 80 478 458 802 871 2.689
JUMLAH 3.973 6.128 3.360 862 6.364 20.687

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.6 Luas Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2008 ( ha )
Lahan Kering
No. Kecamatan Hutan
Tegal/kebun Ladang Perkebunan Tambak Lainnya
Rakyat
1. Kaliwungu 251 0 0 0 0 156
2. Kota 49 0 0 0 0 49
3. Jati 0 165 0 0 0 165
4. Undaan 196 0 0 0 0 208
5. Mejobo 0 156 0 0 0 160
6. Jekulo 1.090 0 2 0 2 1.093
7. Bae 286 0 0 0 0 236
8. Gebog 1.304 0 0 0 0 1.895
9. Dawe 2.768 0 110 123 2 3.297
JUMLAH 5.944 321 112 123 4 1.059

II - 11
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.7 Luas Lahan Bukan Pertanian Menurut Kecamatan Tahun 2008 ( ha )
Hutan Rawa-
No. Kecamatan Bangunan Lainnya Jumlah
Negara Rawa
1. Kaliwungu 523 0 0 257 880
2. Kota 707 0 0 115 822
3. Jati 1.039 0 0 388 1.427
4. Undaan 720 88 0 356 1.164
5. Mejobo 862 0 0 900 1.762
6. Jekulo 1.620 809 60 400 2.889
7. Bae 1.089 0 0 76 1.165
8. Gebog 1.029 250 0 280 1.559
9. Dawe 1.453 735 0 410 2.598
JUMLAH 9.142 1.882 60 3.182 14.266
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Gambar 2.13. Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di Kab. Kudus Th. 2008

Tabel 2.8. Luas Tanah Menurut Status Tanah & Kecamatan th 2008 ( ha )
Hak Guna Hak Guna
No. Kecamatan Hak Milik Hak Pakai Wakaf
Bangunan Usaha
1. Kaliwungu 36.227 544 145 0 34
2. Kota 35.573 3.263 361 0 65
3. Jati 51.453 1.998 387 0 94
4. Undaan 17.670 2 98 0 32
5. Mejobo 28.295 421 47 0 58
6. Jekulo 37.916 375 202 0 38
7. Bae 26.690 1.541 250 0 62
8. Gebog 23.009 62 84 0 58
9. Dawe 20.984 51 87 0 68
JUMLAH 277.817 8.257 1.661 0 509

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus
Tabel 2.9. Luas Tanah Menurut Status Tanah & Kecamatan th 2008 ( ha )

II - 12
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Satuan Hak
No. Kecamatan Jumlah
Rumah Susun Pengelolaan
1. Kaliwungu 0 0 36.950
2. Kota 843 3 40.108
3. Jati 449 5 54.386
4. Undaan 0 0 17.802
5. Mejobo 0 0 28.821
6. Jekulo 0 0 38.531
7. Bae 0 1 28.544
8. Gebog 0 0 23213
9. Dawe 0 0 21.190
JUMLAH 1.292 9 289.545
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

2.10. KONDISI UMUM SOSIAL EKONOMI


2.10.1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2008 tercatat sebesar 752.921 jiwa, terdiri dari
372.761 laki-laki (49,51%) dan 380.160 perempuan (50,49%).
Apabila dilihat dari penyebarannya, kecamatan tertinggi prosentase jumlah pendudukannya adalah
kecamatan Jekulo, yakni sebesar 12,78%, Jati 12,55%, Kec. Dawe 12,50%, terkecil Kec. Bae sebesar
8,09%.
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2004-2008). Cenderung mengalami kenaikan
seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Tahun 2008, tercatat sebesar 1.771 jiwa tiap km 2 , dengan
penyebaran penduduk masih belum merata. Kecamatan Kota merupakan kecamatan terpadat dengan
8.730 jiwa/ km2. Sedang terendah kepadatannya di Kecamataan Undaan dengan 946 jiwa/km 2.
Jumlah Kelahiran selama tahun 2008 sebanyak 9.337 bayi. Tahun 2008 diperoleh angka kelahiran
kasar sebesar 12,45, terdapat penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007, yaitu 13,16.
Sedangkan jumlah kematian selama tahun 2008 sebanyak 4.679 jiwa.
Tabel 2.10. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Kudus
Tahun 1988 - 2008

Laki-Laki Perempuan Jumlah


No. Tahun Sex Ratio
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
1. 1988 291.994 305.800 597.794 95,49
2. 1989 295.084 308.869 603.953 95,54
3. 1990 298.018 311.586 609.604 95,65
4. 1991 300.757 314.558 615.315 95,61
5. 1992 303.560 317.165 620.725 95,71
6. 1993 306.481 320.084 626.565 95,75
7. 1994 310.738 324.242 634.980 95,84
8. 1995 314.270 327.352 641.622 96,00
9. 1996 319.424 332.187 651.611 96,16
10. 1997 339.675 350.068 689.743 97,03
11. 1998 342.744 352.858 695.602 97,13
12. 1999 345.453 355.079 700.532 97,29
13. 2000 348.938 358.391 707.329 97,36
14. 2001 352.491 361.953 714.444 97,39
15. 2002 354.899 364.294 719.193 97,42
16. 2003 358.255 366.714 724.969 97,69
17. 2004 361.282 369.472 730.754 97,78
18. 2005 364.074 372.165 736.239 97,83
19. 2006 367.143 374.897 742.040 97,93
20. 2007 369.884 377.604 747.488 97,96
21. 2008 372.761 380.160 752.921 98,05

II - 13
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.11. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan


Di Kabupaten Kudus Tahun 2008
Laki-Laki Perempuan Jumlah
No. Kecamatan Sex Ratio
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
1. Kaliwungu 44.050 44.579 88.629 98,81
2. Kota 44.217 47.181 91.398 93,72
3. Jati 46.178 48.336 94.514 95,54
4. Undaan 33.827 34.036 67.863 99,39
5. Mejobo 33.514 34.008 67.522 98,55
6. Jekulo 47.888 48.355 96.243 99,03
7. Bae 30.238 30.643 60.881 98,68
8. Gebog 45.907 45.826 91.733 100,18
9. Dawe 46.942 47.196 94.138 99,46
JUMLAH
2008 372.761 380.160 752.921 98,05
2007 369.884 377.604 747.488 97,96
2006 367.143 374.897 742.040 97,93
2005 364.074 372.165 736.239 97,83
2004 361.282 369.472 730.754 97,78
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.12. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, tahun 2004-2008


Luas
No. Kecamatan Daerah 2004 2005 2006 2007 2008
( Km2 )
1. Kaliwungu 32,710 2.626 2.648 2.672 2.686 2.710
2. Kota 10,470 8.784 8.752 8.762 8.748 8.730
3. Jati 26,300 3.394 3.448 3.504 3.550 3.594
4. Undaan 71,770 923 928 935 941 946
5. Mejobo 36,770 1.767 1.784 1.801 1.817 1.836
6. Jekulo 82,920 1.113 1.125 1.137 1.147 1.161
7. Bae 23,320 2.555 2.570 2.576 2.595 2.611
8. Gebog 55,060 1.610 1.623 1.637 1.651 1.666
9. Dawe 85,840 1.072 1.079 1.084 1.092 1.097
JUMLAH 425,160 1.705 1.719 1.732 1.745 1.771

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

Tabel 2.13. Banyaknya Transmigran yang mendaftar dan berangkat menurut Kecamatan Tahun
2008.
Yang Mendaftar Yang Berangkat Prosentase
No. Kecamatan
KK JIWA KK JIWA KK JIWA
1. Kaliwungu 1 3 0 0 0,00 0,00
2. Kota 3 14 1 4 33,33 28,57
3. Jati 6 24 1 4 16,67 16,67
4. Undaan 22 84 0 0 0,00 0,00
5. Mejobo 12 46 0 0 0,00 0,00
6. Jekulo 36 96 5 16 13,89 16,67
7. Bae 4 15 1 4 25,00 26,67
8. Gebog 7 22 2 9 28,57 40,91
9. Dawe 8 26 0 0 0,00 0,00
JUMLAH
2008 99 330 10 37 10,10 11,21
2007 72 280 20 63 27,78 22,50

II - 14
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

2006 65 253 11 46 16,92 18,18


2005 64 250 5 18 7,81 7,20
2004 85 295 17 73 20,00 24,75
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus
2.10.2. Ekonomi Regional
Potensi ekonomi Kabupaten Kudus dapat dilihat berdasarkan kajian terhadap perkembangan PDRB
Kab. Kudus. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Kudus tahun 2008 mencapai Rp. 27,14
trilyun atas dasar harga berlaku, atau tumbuh sebesar 13,01% dari tahun sebelumnya. Namun atas
dasar harga konstan 2000 PDRB Kabupaten Kudus sebesar Rp. 11,66 trilyun atau secara riil
mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,71 %.

Tabel 2.14. Perkembangan PDRB & Pertumbuhan Ekonomi, Th 2004-2008


Harga Berlaku Harga Konstan
Tahun Nilai Pertumbuhan Nilai
Pertumbuhan (%)
(juta Rp.) (%) (juta Rp.)
2004 16.456.678,24 11,25 10.169.415,92 8,71
2005 19.784.423,33 20,16 10.619.525,79 4,43
2006 21.562.981,38 8,99 10.881.159,81 2,46
2007 24.013.158,41 11,36 11.242.693,33 3,32
2008 27.138.456,44 13,01 11.659.252,20 3,71
Rata-Rata 21.792.939,56 13,75 10.914.409,41 4,53

Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus
Bila diamati menurut sektor (lapangan usaha), seluruh sektor pembentuk PDRB Kabupaten Kudus,
pada tahun 2008, secara riil mengalami pertumbuhan positif sejalan dengan pertumbuhan PDRB
Kabupaten Kudus yang positif sebesar 4,53 %, yang paling rendah tingkat pertumbuhannya adalah
sektor bangunan yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,02 %.
Apabila dilihat dari kontribusi masing-masing sektor s/d tahun 2008, sektor industri pengolahan masih
memberikan konstribusi terbesar (lebih dari 68,25 %) terhadap PDRB, Dari tahun 2004 konstribusi dari
sektor industri terlihat fluktuatif stabil. Hal ini menunjukkan kemajuan dalam proses industrialisasi.
Berdasarkan analisa LQ (Location Quotient) yang mengukur konsentrasi kegiatan sektoral di suatu
daerah, ternyata hanya sektor industri dan perdagangan, hotel & restoran yang terkonsentrsi di
Kabupaten Kudus. Hali ini ditunjukkan oleh angka indeks LQ kedua sektor tersebut yang nilainya lebih
besar dari satu.
Tabel 2.15. Indeks LQ Sektoral Kabupaten Kudus.

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008


1. Sektor Pertanian 0,16 0,15 0,15 0,17
1. Tanaman Bahan Makan 0,17 0,16 0,16 0,17
2. Tanaman Perkebunan 0,26 0,32 0,31 0,38
3. Peternakan 0,18 0,17 0,17 0,21
4. Kehutanan - - - -
5. Perikanan 0,01 0,01 0,01 0,01
2. Sektor Penggalian 0,03 0,03 0,03 0,03
3. Sektor Industri Pengolahan 1,97 1,97 1,94 1,98
4. Sektor Listrik, Gas & Air 0,62 0,59 0,58 0,53
5. Sektor Bangunan 0,33 0,24 0,25 0,24
6. Sektor Perdangan, Hotel dan 1,29 1,27 1,25 1,17
Restoran
7. Sektor Angkutan Umum & Kom 0,36 0,37 0,35 0,36
8. Sektor Lembaga Keuangan 0,40 0,40 0,43 0,61
9. Sektor Jasa-jasa 0,24 0,25 0,25 0,26
Sumber Data : Identifikasi Komoditi Unggulan Daerah, Kab. Kudus 2009
Angka / laju inflasi tahun 2008 untuk Nasional adalah sebesar 11,06 %, untuk Semarang sebesar 10,34

II - 15
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

%, sedangkan kabupaten Kudus mengalami inflasi sebesar 11,99 %, itu menandakan telah terjadi
kenaikkan harga barang/jasa secara umum sebesar 11,99 % dari harga-harga di tahun sebelumnya.

Tabel 2.16. Laju Inflasi di Kab Kudus th 1995-1998.


No. Jenis 2004 2005 2006 2007 2008
1. Bahan Makanan 6,01 15,60 16,52 8,16 13,91
2. Makanan Jadi,Rokok,Tembakau 4,35 15,08 7,98 9,39 10,12
3. Perumahan 10,39 6,21 5,46 7,29 12,14
4. Sandang 3,84 6,11 4,31 7,72 8,81
5. Kesehatan 7,18 5,47 4,57 9,69 14,30
6. Pendidikan, Rekreasi 1,39 4,67 4,67 3,20 4,77
7. Transpotasi - 4,20 56,58 - 5,85 0,34 13,69
8. Umum 6,11 17,73 6,18 6,79 11,99
Sumber Data : Kudus Dalam Angka 2009 oleh BPS Kab. Kudus

2.11. DATA RENCANA PENERIMA MANFAAT BENDUNGAN LOGUNG


Yang dimaksud adalah data yang memungkinkan akan memanfaatkan air dari Bendungan Logung,
yaitu untuk air baku desa-desa di Kabupaten Kudus dan untuk air irigasi DI. Logung.
Tabel 2.17. Data Rencana Penerima Manfaat Bendungan Logung

No. Nama Daerah Manfaat Sungai / Kecamatan Keterangan

IRIGASI
1. DI. Logung Barat S. Logung / Kec. Jekulo 1.036 ha
2. DI. Logung Timur S. Logung / Kec. Jekulo 1.785 ha
Jumlah 2.821 ha
AIR BAKU
1. Desa – Desa pada Kec. Kaliwungu Kec. Kaliwungu 88.629 jiwa
2. Desa – Desa pada Kec. Kota Kec. Kota 91.398 jiwa
3. Desa – Desa pada Kec. Jati Kec. Jati 94.514 jiwa
4. Desa – Desa pada Kec. Undaan Kec. Undaan 67.863 jiwa
5. Desa – Desa pada Kec. Mejobo Kec. Mejobo 67.522 jiwa
6. Desa – Desa pada Kec. Jekulo Kec. Jekulo 96.243 jiwa
7. Desa – Desa pada Kec. Bae Kec. Bae 60.881 jiwa
Jumlah 567.050 jiwa

2.12. RONA LINGKUNGAN


Rona Lingkungan Sosial Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat
(Sumber Data : Laporan Sosial Ekonomi “Review Detail Desain Embung Logung” Th. 2004 oleh PT. Indra Karya) :

1. Pola Hubungan Sosial


Pola hubungan sosial budaya disekitar tapak proyek masih memperlihatkan ciri kegotong-
royongan, pola hubungan sosial penduduk pendatang dan lokal tidak mengalami masalah dan
tetap terbina dengan baik.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Sosial Umum, kondisi ekonomi masyarakat disekitar tapak relatif cukup baik - diatas
prasejahtera. Mereka umumnya menyatakan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Kondisi
kesehatan di pengaruhi oleh kondisi pemukiman dan lingkungan. Pada umumnya kondisi fisik
rumah disekitar tapak , cukup baik dengan kondisi tempat tinggal yang relatif cukup nyaman.
3. Distribusi Responden, Sex dan Dependensif Ratio.
Jumlah responden adalah 40 orang, yang terdiri dari 3 formal kader (7,5 %), 7 informal kader
(17,5 %) dan 30 masyarakat biasa (75 %), sex ratio normal (dibawah 100) meliputi Desa
Kandangmas dan Tanjung Rejo dengan Dependency Ratio tergolong rendah.

II - 16
Draft Final Report
Review Desain Bendungan Logung

4. Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Mata Pencaharian


Tingkat pendidikan masyarakat di daerah studi tergolong relatif sedang-rendah (SMP > 54 %).
Namun tingkat pendapatan masyarakat tergolong cukup sejahtera (diatas angka kritis, 30
kg/bulan/keluarga). Sedang mayoritas mata pencaharian di daerah studi sebagian besar adalah
sektor petani 28 (75,6%).
5. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap proyek adalah sebagai berikut:
25 Orang menyatakan setuju (62,5%), 10 Orang menyatakan tidak setuju (27,02%), Abstain 2
Orang (5 %).
Alasan Setuju :
- Terpenuhinya kebutuhan air
- Menambah Penghasilan
Alasan Tidak Setuju :
- lahan tergenang
6. Bentuk Ganti Rugi yang Diharapkan
Bentuk ganti rugi yang diharapkan adalah uang 78,37 % Alternatif pengganti (relokasi) 64,86 %.

II - 17

Anda mungkin juga menyukai