Anda di halaman 1dari 5

Rangkuman Perkuliahan Permukiman Kota pertemuan 3

Nama : Sharon Angelique


NPM : 6112001038
Kelas : D

Kebijakan Perumahan di Indonesia

Policy and Planning


Kebijakan / Policy -> pernyataan kehendak/maksud yang dilakukan sebagai bentuk prosedur
-> prinsip untuk mengarahkan keputusan dan mendapatkan hasil rasional
-> perlu ada peraturan atau program yang mendorong

Perancanaan / Planning -> proses berpikir tentang rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tertentu
-> langkah pertama dan terpenting untuk memperoleh yang diinginkan lewat
rencana yang disusun dan diimplementasikan
-> bersifat reaktif/antisipatif, mengurangi resiko/ketidakpastian (risk/uncertainty),
meningkatkan efisiensi dan objektivitas

4 Issue Kebijakan Perumahan

1. Tenure -> hak kepemilikan/menempati


Menyediakan rumah sehingga membuat seeseorang mempunyai hak untuk menempati rumah
tersebut secara legal di mata hukum : beli, sewa, sertifikat SHM (hak milik), kontrak sewa, hak
guna bangunan (HGB untuk apartement)

2. Land Acquisition -> lahan kota tidak dikuasai oleh sebagian kecil orang, mengatur perolehan
lahan di perkotaan
Perolehan lahan di perkotaan bisa terjangkau, murah, tidak dijadikan spekulasi -> mengatur land
ownership, land price selling, memanage/mengurangi spekulasi lahan : tidak ada yang membeli
lahan sebebasnya dan menjualnya kembali bertahun-tahun kemudian dengan harga lebih tinggi

3. Financial Scheme -> bantuan secara finansial untuk memiliki tenure (enabling policy)
Bantuan bagi masyarakat dalam segi pembiayaan agar dapat memiliki rumah yang sesuai
dengan minatnya : mortgage (cicilan), KPR (pinjaman), subsidi

4. Technical Asistance -> bantuan teknik (standarisasi)


Kebijakan standarisasi perumahan agar layak dan sehat untuk dihuni

2 Sifat kebijakan perumahan :


1. Providing Policies : pemerintah yang menyediakan perumahan lewat perumnas
2. Enabling Policies : pemerintah mempermudah/membantu masyarakat membeli rumah sendiri
*contoh enabling policies : secara financial scheme -> KPR dengan bunga rendah
Sejarah Kebijakan di Indonesia -> Referensi PUPR
Perencanaan Masa Kolonial Belanda

 Era kolonial : mayoritas masyarakat tinggal di rumah swadaya sesuai adat dan budaya
 Jan Pieterszoon Coen (1619-1623) : memperkenalkan penataan kota modern -> Indische
Koloniaale Stad : gaya perencanaan kota di Eropa -> Tropische Stad (1920an)
 Kota Hindia Belanda terpengaruh modernisasi kota Paris (abad 17) dan konsep Garden City :
perkebunan dan tambang -> kota besar, konsep Tropische Stad
 Bandung -> tempat pelesir warga Belanda, hub perkebunan dan perdagangan kopi dan teh.
 Perusahaan Perumahan Rakyat NV Volkshuisvesting -> lembaga penyedia perumahan rakyat,
hanya untuk pekerja sipil dan hanya ada di beberapa kota di Jawa.
 Batavia -> permukiman Hindia Belanda bercampur dengan kehidupan kampung rakyat
 Penyediaan perumahan berfokus kepada warga Belanda, perusahaan-perusahaan Belanda
dan pekerja sipil.
 Isu kesehatan dan sanitasi di kampung -> muncul penyakit dan masalah kesehatan di
kampung -> Kampung Verbetering (perbaikan kampung) dan program penanggulangan
penyakit / wabah pest.
Perencanaan Pasca Kemerdekaan 1945-1950

 Suasana politik transisi : tidak banyak kemajuan


 Kementrian PU (kabinet awal) -> membangun dan memelihara gedung
 Perumahan rakyat focus di pembangunan di daerah-daerah untuk menstabilkan kondisi politik.
 1948 : penetapan Stadsvorming Ordonantie SVO (UU Pembentukan Kota)
 1949 : penetapan Stadsvorming Verordening SVV
 SVO dan SVV memunculkan perumahan kota Kebayoran Baru (Moh. Soesilo.) -> perencanaan
kota dan perumahan modern pertama

Kongres Perumahan Rakyat 1950 -> diprakarsai Bung Hatta

 Tonggak sejarah penting kebijakan perumahan Indonesia -> perumahan rakyat adalah tanggung
jawab negara yang penting dilaksanakan secepatnya, perlu persyaratan teknis, kelembagaan
pembangunan dan pembiayaan dalam penyelenggarannya

Perencanaan 1950-1965

 1951 : terbentuknya Yayasan Kas Pembangunan (YKP) -> mengatur pembiyaan


 1952 : terbentuknya Djawatan Perumahan Rakyat (bagian dari Departemen PU)
 1953 : terbentuknya Lembaga Penelitian Masalah Bangunan (LPMB)
 1958 : dampak Kongres -> pergeseran pemegang urusan perumahan : militer -> Kementrian
Sosial
 1962 : Asian Games -> mendorong pembangunan skala kota di Jakarta : pembangunan
infrastruktur besar-besaran : Senayan (kawasan pusat olahraga dan budaya) dan Stadion
Utama Gelora Bung Karno
Perencanaan Pasca Kemerdekaan 1965-1998

 Orde Baru : peningkatan kesejahteraan -> Rencana Pembangunan Lima Tahun (Pelita)
Sejak Pelita 1 (1969-19974) -> pembangunan perumahan sebagai fokus
 1974 : Tonggak sejarah kebijakan -> perumusan 3 lembaga penyelenggara perumahan :
1. Badan Kebijakan Perumahan Nasiona; / BKPN -> merumuskan dan menyelenggarakan
kebijakan perumahan
2. Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional / Perum Perumnas ->
menyediakan perumahan murah dan bank tanah
3. Bank Tabungan Negara / BTN -> bank perumahan penyedia akses pembiayaan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Perum Perumnas

 Perumnas direncanakan sebagai penyedia utama perumahan di Indonesia


 Peran Perumnas : menyediakan perumahan rakyat sebagai kebutuhan publik, mengembangkan
aset publik (land banking), menyelenggarakan kegiatan produktif aset-aset negara, dan
menerapkan kebijakan perumahan -> diharapkan paling berpengaruh di pasar perumahan
 Realisasi fokus perumnas dalam perumahan terjangkau -> pembangunan Rumah Sederhana
(RS), Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Susun serta Rumah Tumbuh.

 1975-1980 : Rumah Susun pertama dibangun di Pasar Jumat Jakarta


 Proyek perumahan skala besar yang dibangun : Banyumanik Semarang, Ilir Barat Palembang
dan Antapani Bandung.
 Masalah Perumnas masa Orde Baru -> mulai menghadapi krisis lahan kota dan harga lahan
perkotaan yang mahal
Real Estate Indonesia (REI)

 Pemerintah butuh pihak lain untuk membantu penyediaan perumahan -> pengusaha real estate
dilibatkan
 Sektor real estate berkembang pesat terutama di Jakarta dan kota-kota besar.
 REI didirikan tahun 1974 -> wadah pengusaha real estate, ketua: Ir. Ciputra.

 Dalam REI terlibat Kementrian PU, Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan Dirjen Cipta Karya.
Kampung Improvement Program
 Permasalahan mendesak penanggulangan perumahan kumuh di kampung kota, terutama kota
besar -> pendekatan dengan perbaikan belum populer di kalangan perencanaan kota.

 KIP memperbaiki kawasan kampung kota dengan pembangunan infrastruktur perumahan yang
dibutuhkan
 KIP Jakarta (Proyek Husni Thamrin) mendapatkan Aga Khan Award pada masa Gubernur Ali
Sadikin.
 KIP -> memperbaiki harkat martabat kehidupan rakyat miskin di kampung
 Kampung Verbetering -> melindungi warga Belanda dari penyakit / wabah menular

Kasiba - Lisiba
 Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun -> pemerintah membuka kesempatan
kepada sektor swasta untuk menyediakan perumahan rakyat
 1975 – 1996 : pembangunan kawasan skala besar diatas 1000 ha : Kelapa Gading, BSD, PIK->
disebut Kota Mandiri.

 Muncul kawasan yang menjadi Kota Mandiri dan pemekaran kota Jakarta -> mayoritas
perumahan bukan utk MBR

 Muncul tantangan penataan ruang -> pembangunan skala besar oleh developer swasta belum
tentu sejalan rencana pemerintah daerah.
Lingkungan Hunian Berimbang 1:3:6
 Kesadaran eratnya hubungan sektor perumahan dengan tata ruang kota -> Inpres No. 05 tahun
1990 : solusi rumah susun untuk penataan permukiman kumuh yang mengokupasi tanah negara

 Perkembangan permukiman kumuh lebih cepat daripada pembangunan rumah susun -> aset
landbanking pemerintah jumlahnya tidak ideal
 Sektor swasta disertakan dalam penyediaan perumahan MBR -> kebijakan Lingkungan Hunian
Berimbang : komposisi perumahan 1 unit rumah mewah : 3 unit rumah menengah : 6 unit rumah
sederhana.
Perencanaan 1998 – sampai sekarang

 Krisis ekonomi dan politik 1998 -> daya beli menurun, pengusaha tidak bisa bertahan -> Jumlah
MBR meningkat
 Sektor perumahan – pemerintah – asosiasi pengembang kecil ASPERSI -> menyediakan
perumahan menengah bagi pegawai negeri -> pengembang kecil dapat keringanan pajak
 1999 : kebijakan Hunian Vertikal sebagai solusi krisis lahan kota
 Kebijakan adanya kegiatan usaha di rumah susun -> blok hunian vertikal + pusat belanja :
Thamrin City tanah Abang.

Perencanaan 1998 – sampai sekarang


Isu kemiskinan dan Lingkungan
 Kesadaran pro poor / pro MBR dan kesadaran pro – environment
 Permasalahan utama : backlog perumahan, rumah tidak layak huni dan kawasan kumuh (slum)

 2004 : Pembentukan Kementrian Perumahan Rakyat -> 3 kebijakan perumahan : Perumahan


Formal, Perumahan Swadaya dan Kawasan Permukiman
 Kebijakan perumahan swadaya penting karena sebagian besar (hingga 85%) penyediaan
perumahan di Indonesia diselenggarakan sendiri oleh masyarakat
 Kebijakan Seribu Tower -> mengurangi backlog : pembangunan seribu rumah susun

 Lingkungan Hunian Berimbang 1:2:3 -> revisi kebijakan Lingkungan Hunian Berimbang 1:3:6

Anda mungkin juga menyukai