Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI SECARA LISAN DAN MENDENGARKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Komunikasi Pendidikan

DOSEN PENGAMPU :

MISLAINA PANJAITAN, S.Ag, MA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. MUNAWAROH SIRAIT (2001020082)

2. RARA EKA FADILLA (2001020087)

3. SITI KHOLIJAH BATU BARA (2001020095)

4. SINTIA SARI (2001020105)

5. YUSRA MUNIFAH (2001020103)

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEMESTER : 5 (Lima)

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM

ASAHAN-KISARAN

TA. 2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diharapkan mampu
menambah pengetahuan pembaca mengenai “ KOMUNIKASI SECARA LISAN DAN
MENDENGARKAN”
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, baik yang terlibat
secara langsung maupun tidak secara langsung, dengan membantu memberikan
tambahan data, informasi, serta motivasinya. Khususnya kepada ummi dosen Mislaina
Panjaitan S.Ag, MA atas bimbingannya, karena tanpa hal tersebut kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini yang mungkin tidak disengaja. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan masukan beberapa kritik dan saran untuk membangun demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sehingga dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman kita mengenai sistem komunikasi
Wassalamualaikum Wr. Wb

Kisaran, 29 Oktober 2022


Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Komunikasi Lisan ...................................................................................... 2
B. Komunikasi Dengan Mendengarkan ......................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia pasti
melakukan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal termasuk juga bahasa.
Bahasa dalam sebuah komunikasi yang baik sangat diperlukan agar kegiatan
penyampaian pesan dapat berjalan dengan baik. Sejak lahir dan selama proses
kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi.
Komunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktivitas, agar timbul pengertian
dalam menyelesaikan tugas masing-masing.
Komunikasi sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial setiap individu,
karena komunikasi dapat terjadi jika antaras atu individu dengan individu lainnya dan
keduanya mengetahui cara berkomunikasi dengan baik. Selain itu, komunikasi sangat
erat kaitannya dengan panca indera, salah satunya pendengaran. Untuk dapat
memahami apa yang disampaikan secara verbal kita harus mendengarkan.
Jika pendengaran terganggu maka informasi yang disampaikan secara lisan akan
sulit dipahami, jadi setiap komunikasi akan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan
rencana jika dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pembicara dan pendengar. Keduanya
memiliki peran masing-masing sehingga dapat berjalan secara efektif.

B. RumusanMasalah
1. Apakah Yang Dimaksud dengan komunikasi secara lisan?
2. Apakah Yang dimaksud Komunikasi dengan mendengarkan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian komunikasi secara lisan.
2. Untuk Mengetahui Komunikasi dengan mendengarkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Secara Lisan


Komunikasi lisan atau juga sering disebut komunikasi oral adalah bentuk
komunikasi verbal melalui interaksi langsung atau tatap muka antara komunikator dan
komunikan. Percakapan ada komunikasi lisan bisa melibatkan lebih dari dua individu.
Komunikasi lisan kerap disebut sebagai komunikasi yang kaya akan konten. Hal ini
dikarenakan komunikasi lisan melibatkan interaksi yang intens antara komunikator dan
komunikan sehingga menghasilkan produk komunikasi yang berkualitas.

Lisan merupakan segala bentuk komunikasi yang diucapkan atau dilafalkan baik
secara langsung maupun menggunakan media tertentu sepeti telepon, radio, dan lain
sebagainya..

Jenis komunikasi verbal yang satu ini memiliki kekurangan dan kelebihan
menurut India National Institute of Agricultural Extension Management. Beberapa
kelebihan komunikasi lisan diantaranya:
1. Komunikasi lisan adalah bentuk dari komunikasi verbal yang tidak memakan
waktu karena memiliki kemungkinan distorsi yang rendah. Karena
disampaikan secara langsung, kebingungan atau ambiguitas yang mungkin
terjadi selama proses komunikasi bisa dikonfirmasi oleh komunikan saat itu
juga.
2. Komunikasi lisan juga termasuk dalam bentuk komunikasi verbal yang
paling sederhana karena tidak membutuhkan media, instrumen, atau alat
komunikasi lainnya.
3. Komunikasi lisan tidak menghabiskan banyak biaya atau disebut sebagai
jenis komunikasi yang paling murah. Ini disebabkan oleh karakteristik
komunikasi lisan yang tidak memakan waktu ataupun membutuhkan alat
penghubung.

2
4. Apabila ingin menerapkan komunikasi yang efektif, maka komunikasi verbal
melalui lisan adalah pilihan yang sesuai. Komunikasi yang dilakukan melalui
tatap muka langsung dapat terhindari dari urusan birokrasi yang rumit,
penundaan, dan formalitas.
5. Salah satu kategori keberhasilan komunikasi dilihat dari adanya umpan balik
yang disampaikan oleh komunikan. Lewat komunikasi lisan, komunikator
akan menerima umpan balik langsung. Umpan balik langsung ini sangat
menguntungkan karena komunikan bisa mendapatkan respons dari
komunikator sesaat setelah pertanyaan diajukan.
6. Komunikasi lisan bisa menyampaikan informasi secara utuh, sebab banyak
informasi yang tidak dapat diterjemahkan dengan tulisan dan hanya bisa
disampaikan melalui instruksi langsung.1

Namun, komunikasi verbal juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan


tersebut adalah:

1. Informasi yang bersifat penting tapi panjang, luas, dan banyak tidak dapat
disampaikan secara efektif dengan komunikasi lisan. Penuturan secara
langsung yang terlalu lama akan membuat pendengar menjadi jenuh. Ini
akan mengganggu fokus komunikan sehingga informasi yang disampaikan
mungkin tidak dimengerti dengan baik.
2. Komunikasi lisan sering terdistorsi saat komunikator dan komunikan
kehilangan motivasi atau minat pada komunikasi yang berlangsung.
Menempatkan perhatian penuh pada suatu percakapan tatap muka memang
tidak mudah terlebih jika berlangsung dalam durasi waktu yang lama.
3. Kata-kata yang diucapkan dalam komunikasi lisan lebih mudah
disalahpahami dibandingkan tulisan. Sebab, komunikasi lisan tidak hanya

1 Effendy Onong. 1993. Komunikasi dan Praktek (Grasindo: Jakarta)

3
mengandalkan susunan kata tapi juga intonasi, nada berbicara, pelafalan
yang sering disalahartikan. Komunikasi lisan memang sangat bergantung
pada keahlian dalam berbicara.
4. Informasi yang dihasilkan dari komunikasi lisan berpotensi tidak memadai
karena komunikan sering membutuhkan informasi yang permanen dan
dalam format tetap untuk ditinjau kembali.
5. Terkadang, komunikasi lisan menciptakan kesenjangan komunikasi. Ini
diakibatkan dari berbagai macam faktor seperti perbedaan status,
keterbatasan fisik, atau hambatan personal lainnya. Misalnya seorang
wirausahawan akan kesulitan menjelaskan konsep bisnis di hadapan
audiens yang duduk di bangku sekolah dasar. Situasi ini menyebabkan
komunikasi menjadi tidak lengkap.
6. Komunikasi lisan menciptakan fitur yang unggul yakni umpan balik
langsung. Namun, hal ini juga dapat menjadi celah bagi komunikan
melemparkan respons spontan yang terkadang mengganggu proses
komunikasi.2

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-isra’ ayat 53 Sebagai
berikut :

ۗ ۗ‫اۗوق ْل‬ ْ ‫سنۗۗاَ ِه َيۗالَّتِ ْيۗيَق ْولواۗد‬


َ َ‫ِي ِۗل ِعب‬ َ ‫شي ْٰطنَ ۗاِنَّۗ ْح‬ َّ ‫بَ ْينَ ۗه ْمۗيَ ْن َزغۗال‬
َّۗ ِ‫شي ْٰطنَ ۗا‬
‫ن‬ َ ‫ُّم ِب ْينًاۗ ِنۗعَد ًّواۗ ْن‬
َّ ‫ساۗاِۗ ِل ْۗل ۗنَ ۗكَاۗال‬
wa qul li'ibaadii yaquulullatii hiya ahsan, innasy-syaithoona yangzaghu bainahum,
innasy-syaithoona kaana lil-ingsaani 'aduwwam mubiinaa

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, "Hendaklah mereka mengucapkan


perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan

2 http://repository.upi.edu/14923/4/S_SEJ_1008934_Chapter1.pdf

4
perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi
manusia." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 53)3
Dijelaskan dalam surah Al isra’ ini bahwasannya Allah memerintahkan kepada
hambanya agar berkata yang baik dan benar, karna sesungguhnya syaitan yang
membuat perselisihan kepada manusia, kita dilarang untuk berkata kasar dan dusta.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
kata atau lebih. Hampir semua stimulus wicara yang kita sadari termasuk ke dalam
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi 1994
mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional , Bahasa
diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara
formal bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat
menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-
kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Ilmu tentang tata bahasa mencakup tiga unsur yakni fonologi, sintaksis,
dan semantic. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa.
Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara-cara pembentukan suatu kalimat.
Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata.
Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan pikiran perasaan, dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai
aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita
yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep
yang diwakili kata-kata itu. Misalnya, kata rumah, kursi, mobil, atau mahasiswa.
Realitas apa yang diwakili oleh setiap kata itu? Begitu banyak ragam rumah. Ada

3 https://quran-id.com

5
rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana.
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana
bahasa itu muncul dipermukaan bumi (Bahasan mengenai asal-usul bahasa ini terutama
disarikan dari Melvin L.DeFleur dan Sandra Ball-Rockeach.Theories of Mass
Communication. Edisi ke-5 New York: Logman, 1989, hal.xii). Ada dugaan kuat
bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan
bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung
pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat diberbagai
lokasi dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara
kontras yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan. Kemampuan ini kemungkinan
berhubungan dengan kemampuan manusia lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-
isyarat jari-jemari dan tangan yang memudahkan komunikasi non verbal (Michael
Shaw Findlay. Language and Communication. Santa Barbara, California: ABC-
Clio, 1998, hal xii).
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, 2011),
bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau
labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada mengidentifikasi objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang
disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. 4
Berbicara tentang komunikasi verbal, yang porsinya hanya 35% dari
keseluruhan komunikasi kita (menurut Raymond S. Ross dalam Deddy Mulyana, Ilmu
Komunikasi, 2011), banyak orang tidak sadar bahwa bahasa itu terbatas. Keterbatasan
itu antara lain dalam hal:

4 Deddy Mulyana. 2011. Ilmu Komunikasi (PT. Rosdakarya: Bandung)

6
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk
pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri.
Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu
secara eksak. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya
baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.
2. Kata kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan
interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya
yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka
ragam, misalnya tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu
memberikan sangsi yang berat pada mahasiswa yang nyontek.
3. Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai
kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengherankan
bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara
berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya,
dua orang yang berasal dari budaya berbeda boleh jadi memahami kesalahpahaman
ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak, untuk orang minang
adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa melayu (di Palembang dan Malaysia)
berarti kamu.
4. Mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa
yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria biasa sedang membelah kayu
pada hari kerja pukul sepuluh pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu
sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: pertama, apa
yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?
Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah,
maka orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu sebagai

7
Dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu
bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan diantara jam-jam
kerjanya.5

B. Komunikasi Dengan Mendengarkan


komunikasi verbal erat kaitannya dengan proses mendengarkan. Menurut
Burhan (1971:81) dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi
“mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan
sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan orang lain
kepadanya.” Dalam konsep tersebut terdapat tiga tahapan proses mendengarkan, yang
antara lain adalah:
a. Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
b. Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
c. Tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
Tahap mendengarkan dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya merupakan
tahap awal. Tahap ini sangat penting untuk menentukan keberhasilan mendengarkan
dalam berkomunikasi. Pada tahap ini dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, agar
hasil dengaran sesuai dengan apa yang disampaikan orang lain kepadanya. Selanjutnya
hasil dengaran tersebut harus dipahami, lalu diterjemahkan dengan kata-kata sendiri
dengan tujuan agar mudah diingat. Oleh karena itu tahapan selanjutnya adalah
mengingat dengan baik apa yang orang lain sampaikan kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkomunikasi lisan dengan orang lain
untuk berbagai tujuan. Dalam komunikasi tersebut kita akan menyampaikan dan
menerima informasi. Proses penyampaian informasi secara lisan disebut berbicara,
sedangkan proses menerima informasi disebut mendengarkan.

5 Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi (Remaja Rosdakarya: Bandung)

8
Tujuan orang melakukan mendengarkan adalah bermacam-macam, menurut
Tarigan dalam buku Psikologi Komunikasi menjelaskan tujuan mendengarkan adalah
untuk:
a. Memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan profesi
b. Meningkatkan keefektifan berkomunikasi
c. Mengumpulkan data untuk membuat suatu keputusan
d. Memberikan respon yang tepat
e. Memperoleh pengetahuan secara langsung atau melalui radio/televisi
f. Menikmati keindahan audio yang diperdengarkan atau dipagelarkan
g. Mengevaluasi hasil dengaran
h. Mengapresiasi bahan dengaran agar dapat menikmati serta menghargainya.
Mendengarkan adalah salah satu komponen kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang ketika mereka memiliki kecakapan interpersonal skills yang baik. Sebuah
komunikasi yang efektif dapat dilakukan oleh seseorang bila memiliki kemampuan
mendengarkan yang baik, dan kemampuan mendengarkan menjadi hal yang pokok
harus dimiliki seseorang bila menginginkan terjalinnya komunikasi secara efektif.
Mendengarkan bukan hanya secara harafiah menggunakan alat pendengaran (telinga),
tetapi memiliki arti yang lebih luas. Kemampuan dasar dapat mendengarkan dibawa
sejak lahir dan akan berkembang melalui proses belajar. Proses belajar yang dilaluinya
itu akan menjadikan yang bersangkutan memiliki kemampuan mendengarkan yang
efektif. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa “pada umumnya orang setiap hari
menggunakan waktu konsumsinya 45% untuk mendengarkan, 35% untuk berbicara,
16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis” Burhan (1971: 83). Peranan kemampuan
mendengarkan yang baik dalam berbagai kehidupan nyata sangat penting. Kepandaian
mendengarkan penting sekali peranannya dalam kehidupan manusia. Dalam lapangan
apapun kita bekerja dan perbuatan kita sehari-hari akan lebih banyak ditentukan dari
apa yang kita dengarkan daripada yang kita lihat dan kita rasakan (Burhan, 1971: 72).
Mendengarkan sering kali dianggap sebagai tindakan pasif dan tidak penting. Padahal,
mendengarkan dengan baik merupakan proses aktif dan membutuhkan usaha sungguh-
sungguh. Banyak yang menganggap berbicara di depan umum itu sulit tetapi terdapat

9
yang lebih sulit lagi yaitu kemauan dan kesadaran untuk mendengar. Keterampilan
mendengarkan ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. 6

6 Eugene Erlich & Gene R. Hawes. 1993. Komunikasi Lisan (Dahara Prize: Semarang)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi lisan atau juga sering disebut komunikasi oral adalah bentuk
komunikasi verbal melalui interaksi langsung atau tatap muka antara komunikator dan
komunikan. Percakapan ada komunikasi lisan bisa melibatkan lebih dari dua individu.
Komunikasi lisan kerap disebut sebagai komunikasi yang kaya akan konten. Hal ini
dikarenakan komunikasi lisan melibatkan interaksi yang intens antara komunikator dan
komunikan sehingga menghasilkan produk komunikasi yang berkualitas.
komunikasi verbal erat kaitannya dengan proses mendengarkan. Menurut dalam
buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi “mendengarkan adalah
suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang
didengarnya atau sesuatu yang dikatakan orang lain kepadanya.” Dalam konsep
tersebut terdapat tiga tahapan proses mendengarkan, yang antara lain adalah:
a. Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
b. Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
c. Tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

B. Saran
Sebagai Mahasiswa/mahasiswi Islam sebaiknya, kita lebih berkepribadian yang
baik, berakhlak mulia, dan mengedepankan agama dan negara agar kita menjadi contoh
untuk semua orang dan sukses dunia akhirat. Dan dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak sekali kekurangan, untuk itu kami
memohon maaf dan kami mengharapkan adanya kritikan dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Onong, Effendy. 1993. Komunikasi dan Praktek. Grasindo: Jakarta


http://repository.upi.edu/14923/4/S_SEJ_1008934_Chapter1.pdf
Mulyana, Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi, PT. Rosdakarya: Bandung
Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung
Erlich, Eugene & R. Hawes, Gene. 1993. Komunikasi Lisan. Dahara Prize: Semarang
https://quran-id.com

12

Anda mungkin juga menyukai