Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TN. F DENGAN ISOLASI SOSIAL

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS PASIEN

Inisial Pasien : Tn.W RM No. : 090106


Ruang Rawat : Ruang Salak
Umur : 21 Tahun
Informan : Pasien dan Status pasien
Tgl MRS : 09 November 2022
Tgl pengkajian : 28 November 2022
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tadulako, Ds, Masigi, Kec. Parigi

II. ALASAN MASUK

Pasien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga karena dirumah sering gelisah,
kadang mengamuk, mondar-mandir, sulit tidur, pada saat dilakukan pengkajian
pasien nampak menyendiri, tidak mau bicara, sulit bersosialisasi, bicara pelan,
selalu menunduk, kontak mata tidak ada, pasien menjawab pertanyaan singkat,
dan malu-malu, sering melamun dan sering membisu.

III. FAKTOR PREDISPOSIS

1. Riwayat penyakit lalu


Pasien baru pertama kali mengalami gangguan jiwa seperti sekarang

2. Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat gangguan jiwa

3. Riwayat trauma
Pasien tidak pernah mendapatkan penganiyaan atau kekerasan dilingkungan
tempat tinggal atau lingkungan teman-temannya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah yang ditemukan

4. Riwayat penyakit keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah yang ditemukan

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan tanggal 28 November 2020

1. Keadaan umum : Keadaan pasien kurang baik, pasien terlihat tegang,


menunduk, sering memalingkan wajah, bicara singkat dan
pelan
2. Tanda vital : TD : 130/98 mmHg N : 69 x/menit

S : 36 oc RR : 20 x/menit

3. Berat badan (BB) : 55 kg Tinggi badan (TB) : 165 cm

4. Pemeriksaan fisik :

 Bentuk kepala : Normochepal, simetris, tidak ada benjolan, tidak ada


luka, rambut warna hitam, kelit kepala kurang bersih

 Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan baik tidak memiliki gangguan

 Palpebra : Normal dan tidak ada edema, dan lembab

 Konjungtiva : Warna merah, tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Hidung : Simetris, bersih tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasan


cuping hidung, tidak ada luka

 Telinga : Simetris kiri dan kanan, normal dan lengkap, bersih,


pendengaran baik

 Mulut : Tidak ada luka, gigi bersih, lidah berwarna putih, gusi kering

 Integument : Kulit pasien hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit
baik

 Tidak dilakukan pemeriksaan jantung, dada, abdomen dan genitalia


 Ekstremitas

5 5

5 5

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram :

A B

C D

Keterangan:

= Laki-laki = Tinggal serumah

= Perempuan = Menikah

= Pasien = Keturunan

Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, pasien tinggal bersama kedua


ornag tuanya dan kedua saudaranya, pola asuh dalam keluarga baik

Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalalah


2. Konsep diri

a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, ia merasa jelek, klien juga
mengatakan kalau pria berbadan besar itu akan disegani orang

b. Identitas diri
Pasien mampu menyebutkan namanya, pasien belum pernah menikah,
pasien merupakan anak laki-laki kedua dari 3 bersaudara.

c. Peran
Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, pasien sekarang belum
memiliki pekerjaan tetapi sesekali membantu mencari nafkah, tetapi
semenjak pasien dirawat di rumah sakit pasien tidak memperdulikan
perannya lagi

d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang berkumpul dengan keluarga dan temannya layaknya orang sehat.
e. Harga diri
Pasien merasa sedih karena jauh dari keluarga, pasien merasa tidak
berharga karena tidak mampu membantu orang tuanya. Pasien sering
menyendiri di kamarnya, tidak berinteraksi dengan orang lain

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah dan Isolasi Sosial

3. Hubungan social

a. Orang yang berarti


Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
keluarganya. Keluarga pasien adalah orang yang mengerti dan memahami
pasien

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat


Pasien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang
ada di lingkungan tempat tinggalnya, tetapi ia terkadang bermain sepak
bola pada sore hari

.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena
menurut pasien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan
kepada orang lain dan juga pasien mengatakan dia bingung apa yang
ingin diceritakan. Pasien sering diam, jarang berinteraksi dengan pasien
lain di ruangan.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual

a. Nilai keyakinan
Pasien menyadari dirinya dibawah kerumah sakit karena sering
mengamuk dirumah, tetapi pasien tidak menyadari bahwa dirinya
mengalami gangguan jiwa dan merasa dirinya baik-baik saja
b. Kegiatan ibadah
Pasien tidak aktif mengikuti kegiatan keagamaan.

Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah ditemukan dalam spitual


pasien

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Dalam berpakaian, pasien terlihat kurang rapi. Rambut pasien tidak tertata.
Pasien tampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. Pasien mengatakan
ia mandi dua kali sehari namun tidak pernah pakai sabun dan shampo
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan
Pasien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara.
Pasien menjawab pertanyaan seperlunya saja dengan suara pelan dan nampak
malu-malu terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang
diajukan.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial dan Gangguan komunikasi verbal

3. Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata pasien kurang, pasienlebih banyak
diam ketika tidak ditanya, menuduk dan sering melamun, terkadang pasien
sering meninggalkan tempat wawancara
Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial
4. Suasana perasaan (emosi afek)
Afek Datar, karena selama interaksi pasien banyak diam, menjawab
pertanyaan seperlunya. Terkadang pasien langsung pergi meninggalkan
tempat wawancara
Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial

5. Alam perasaan (emosi)


Pasien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu
keluarganya, pasien merasa dirinya tidak berguna bagi keluarganya
Diagnosa keperawatan: Harga Diri Rendah
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Pasien
berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu paisen
kembali diam, mudah dialihkan bila ada pasien lain, pembicaraanya kacau,
terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial

7. Persepsi - sensorik
Pasien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-
bisikan, pasien mengatakan suara-suara itu adalah suara wanita, pasien
mengatakan suara wanita itu mengajak dia untuk bersenang-senang, dan
paling sering suara itu terdengar pada saat ia sedang melamun.
Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensorik : halusinasi
Pendengaran

8. Proses berpikir

a. Arus piker
Pasien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien
lebih suka menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata
klien tidak fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau
terkadang tidak jelas.
Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir
b. Isi piker
Pasien saat ini berpikir untuk pulang, dan pasien menyesal selama ini
berkelakuan tidak baik terhadap tetangga dan mengajak berantem orang
tua.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah pada isi pikir

c. Tingkat kesadaran
a. Kwantitatif : Compos mentis, GCS :V4, E5, M6
b. Kwalitatif : Kesadaran datar, pasien lebih sering menyendiri, melamun
dan hanya berdiam diri tidak mau berinteraksi dengan
teman sekamarnya
d. Disorientasi
Pasien dapat mengetahui kapan pasien masuk rumah sakit, dan dia
mengerti kapan saja waktu ia harus mandi pasien mengetahui saat ini
pasien berada diruangan salak, pasien sulit mengenali seseorang, jarang
memulai perkenalan, di dalam ruangan pun klien hanya hafal nama orang
3-5 orang saja.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir

e. Memori

a. Jangka panjang Saat ditanya kapan dirinya lahir, pasien tidak mampu
menjawab pertanyaan dan berkata tidak mengingat tahun lahirnya
b. Jangka pendek Saat ditanya tadi kegiatan di pagi hari, pasien mampu
menyebutkan kegiatanya dengan baik dan terarah dari bangun tidur,
mandi, sarapan, dan minum obat.

Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah ditemukan

f. Konsentrasi dan berhitung


Pasien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan,
pasien mampu menjawab dengan baik.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah ditemukan

g. Kemampuan menilai (judgement)


Pasien dapat menilai yang baik dan yang buruk dan pasien juga
mengetahui bahwa sebelum dirawat perbuatannya yang sering melawan
orang tua berkelahi, melempar batu ke rumah tetangga termasuk
perbuatan tercela (tidak baik).
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah ditemukan

h. Daya tilik diri


Pasien tidak menyadari tentang apa yang diderita pasien saat ini. Pasien
merasa sehat tidak perlu pengobatan khusus untuk dirinya.
Diagnosa keperawatan : Defisit Pengetahuan

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

1. Kemampuan memenuhi kebutuhan


Pasien mampu memenuhi kebutuhan makanan, keamanan, perawatan
kesehatan, pakaian, tempat tinggal secara mandiri

Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah ditemukan

2. ADL
Pasien mengatakan pada saat makan, mandi, pergi ke kamar mandi,
BAB/BAK, sikat gigi, berpakaian dilakukan secara mandiri tanpa bantuan
orang lain Pasien terlihat mampu melakukan ADL (makan, mandi, pergi ke
kamar mandi, BAB/BAK, sikat gigi, berpakaian) dengan mandiri. Dalam
berhias pasien mengganti bajunya sekali saja dalam sehari.

Diagnosa keperawatan : Tidak ditemukan masalah

3. Nutrisi
Pasien makan 3x sehari dengan porsi selalu habis dan sesuai jadwal, pasien
merasa puas dengan makanannya.

Diagnosa keperawatan : Tidak ditemukan masalah

4. Tidur
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pada pola tidur

Diagnosa keperawatan : Tidak ditemukan masalah

5. Kemampuan
Pasien dapat mengambil keputusan sendiri, mandi, makan, minum obat, tidur
tanpa disuruh.

Diagnosa keperawatan : Tidak ditemukan masalah

6. Pasien memiliki system pendukung


Pasien merasa memiliki keluarga dan teman yang akan selalu mendukung
dirinya

Diagnosa keperawatan : Tidak ditemukan masalah

7. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?


Pasien mengatakan mampu menikmati semua kegiatan yang dilakukanya.

Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah dengan kegiatan harian pasien

VIII. MEKANISME KOPING


Pasien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat. Pasien
mengatakan jika pasien ada masalah, pasien selalu memikirkan dan mencari
jalan keluar sendiri. Jika pasien mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
akan diselesaikan sendiri. Namun bila tidak mampu pasien akan marah-marah,
mengamuk, setelah mengamuk pasien seperti hilang ingatan dan pasien
menyendiri lagi.

Diagnosa keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Pasien mengatakan jika mengalami masalah, pasien tidak perlu bantuan orang
lain, pasien mampu menghadapi masalahnya sendiri. Pasien mengatakan
dirinya mampu berinteraksi dengan orang sekitarnya. Pasien Pasien
mengatakan selama dirumah pekerjaanya adalah sebagai wiraswasta dan
kadang mencuci baju dan kadang juga ia berkumpul dengan teman-temannya
Selama dirumah sakit, pasien mencuci baju setiap kali mandi, membersihkan
tempat tidur. Dan lebih memilih untuk berdiam diri, menyendiri daripada
berkumpul dengan temannya.

Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah yang ditemukan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG PENYAKITNYA


Pasien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa, pasien merasa
dirinya sehat seperti biasa

Diagnosa keperawatan : Defisit Pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnose medic Skizofrenia

2. Terapi medic
 Inj. Lodomer 1 amp/12 jam/IM
 Inj. Diazepam 1 amp/IM

PENGUMPULAN DATA
1. Pasien nampak menyendiri
2. Pasien tidak mau bicara
3. Pasien sulit bersosialisasi, bicara pelan, selalu menunduk
4. Kontak mata tidak ada
5. Pasien menjawab pertanyaan singkat, dan malu-malu, sering melamun dan
sering membisu
6. Pasien merasa sedih karena jauh dari keluarga
7. Pasien merasa tidak berharga karena tidak mampu membantu orang tuanya.
8. Pasien sering menyendiri di kamarnya, tidak berinteraksi dengan orang lain
9. Pasien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena menurut
pasien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang
lain dan juga pasien mengatakan dia bingung apa yang ingin diceritakan.
Pasien sering diam, jarang berinteraksi dengan pasien lain di ruangan.
10. Dalam berpakaian, pasien terlihat kurang rapi. Rambut pasien tidak tertata.
Pasien tampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. Pasien mengatakan
ia mandi dua kali sehari namun tidak pernah pakai sabun dan shampo
11. Pasien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara.
Pasien menjawab pertanyaan seperlunya saja dengan suara pelan dan nampak
malu-malu terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang
diajukan.
12. Ketika berbincang-bincang, kontak mata pasien kurang, pasienlebih banyak
diam ketika tidak ditanya, menuduk dan sering melamun, terkadang pasien
sering meninggalkan tempat wawancara
13. Pasien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu
keluarganya, pasien merasa dirinya tidak berguna bagi keluarganya
14. Afek Datar, karena selama interaksi pasien banyak diam, menjawab
pertanyaan seperlunya. Terkadang pasien langsung pergi meninggalkan
tempat wawancara
15. Pasien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Pasien
berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu paisen
kembali diam, mudah dialihkan bila ada pasien lain, pembicaraanya kacau,
terkadang tidak jelas.
16. Pasien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-
bisikan, pasien mengatakan suara-suara itu adalah suara wanita, pasien
mengatakan suara wanita itu mengajak dia untuk bersenang-senang, dan
paling sering suara itu terdengar pada saat ia sedang melamun.
17. Pasien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih
suka menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak
fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau terkadang tidak
jelas.
18. Pasien dapat mengetahui kapan pasien masuk rumah sakit, dan dia mengerti
kapan saja waktu ia harus mandi pasien mengetahui saat ini pasien berada
diruangan salak, pasien sulit mengenali seseorang, jarang memulai
perkenalan, di dalam ruangan pun klien hanya hafal nama orang 3-5 orang
saja.
19. Pasien tidak menyadari tentang apa yang diderita pasien saat ini. Pasien
merasa sehat tidak perlu pengobatan khusus untuk dirinya.
20. Pasien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat.
21. Pasien mengatakan jika pasien ada masalah, pasien selalu memikirkan dan
mencari jalan keluar sendiri. Jika pasien mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri akan diselesaikan sendiri. Namun bila tidak mampu pasien akan
marah-marah,mengamuk, setelah mengamuk pasien seperti hilang ingatan
dan pasien menyendiri lagi.

KLASIFIKASI DATA
No. Data Subjektif Data Objektif
1.  Pasien merasa sedih karena jauh  Pasien nampak menyendiri
dari keluarga  Pasien tidak mau bicara
 Pasien merasa tidak berharga  Pasien sulit bersosialisasi,
karena tidak mampu membantu bicara pelan, selalu menunduk
orang tuanya.  Kontak mata tidak ada
 Pasien mengatakan ia malas  Pasien menjawab pertanyaan
berhubungan dengan orang lain, singkat, dan malu-malu, sering
karena menurut pasien tidak ada melamun dan sering membisu
hal yang perlu dibicarakan atau  Pasien sering menyendiri di
diceritakan kepada orang lain dan kamarnya, tidak berinteraksi
juga pasien mengatakan dia dengan orang lain
bingung apa yang ingin  Pasien sering diam, jarang
diceritakan. berinteraksi dengan pasien lain
 Pasien mengatakan ia putus asa di ruangan.
karena ia takut tidak bisa  Dalam berpakaian, pasien
membantu keluarganya, pasien terlihat kurang rapi. Rambut
merasa dirinya tidak berguna bagi pasien tidak tertata. Pasien
keluarganya tampak kusam, lesu, dan kuku
 Pasien mengatakan ia marah- klien tampak kotor. Pasien
marah karena dia mendengar ada mengatakan ia mandi dua kali
bisikan-bisikan, pasien sehari namun tidak pernah
mengatakan suara-suara itu adalah pakai sabun dan shampo
suara wanita, pasien mengatakan  Pasien tidak pernah memulai
suara wanita itu mengajak dia pembicaraan terlebih dahulu
untuk bersenang-senang, dan pada lawan bicara. Pasien
paling sering suara itu terdengar menjawab pertanyaan
pada saat ia sedang melamun. seperlunya saja dengan suara
 Pasien mengatakan jika pasien pelan dan nampak malu-malu
ada masalah, pasien selalu terkadang pembicaraan
memikirkan dan mencari jalan inkoheren dengan pertanyaan
keluar sendiri. Jika pasien mampu yang diajukan.
menyelesaikan masalahnya  Afek Datar, karena selama
sendiri akan diselesaikan sendiri. interaksi pasien banyak diam,
Namun bila tidak mampu pasien menjawab pertanyaan
akan marah-marah,mengamuk, seperlunya. Terkadang pasien
setelah mengamuk pasien seperti langsung pergi meninggalkan
hilang ingatan dan pasien
menyendiri lagi. tempat wawancara
 Pasien tidak menyadari tentang  Pasien kurang kooperatif saat
apa yang diderita pasien saat ini. diwawancarai, tidak ada kontak
Pasien merasa sehat tidak perlu mata. Pasien berbicara hanya
pengobatan khusus untuk dirinya. saat diberi pertanyaan oleh
perawat, setelah itu paisen
kembali diam, mudah dialihkan
bila ada pasien lain,
pembicaraanya kacau,
terkadang tidak jelas.
 Ketika berbincang-bincang,
kontak mata pasien kurang,
pasienlebih banyak diam ketika
tidak ditanya, menuduk dan
sering melamun, terkadang
pasien sering meninggalkan
tempat wawancara
 Pasien sering terlihat melamun,
tidak suka memulai
pembicaraan. Klien lebih suka
menyendiri. Saat interaksi
selama wawancara kontak mata
klien tidak fokus,dialihkan bila
ada klien lain, pembicaraanya
kacau terkadang tidak jelas.
 Pasien dapat mengetahui kapan
pasien masuk rumah sakit, dan
dia mengerti kapan saja waktu
ia harus mandi pasien
mengetahui saat ini pasien
berada diruangan salak, pasien
sulit mengenali seseorang,
jarang memulai perkenalan, di
dalam ruangan pun klien hanya
hafal nama orang 3-5 orang
saja.
 Pasien hanya berbicara
seperlunya dengan pasien lain
dan perawat.

ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. DS: Isolasi sosial
 Pasien merasa sedih karena jauh
dari keluarga
 Pasien merasa tidak berharga
karena tidak mampu membantu
orang tuanya.
 Pasien mengatakan ia malas
berhubungan dengan orang lain,
karena menurut pasien tidak ada
hal yang perlu dibicarakan atau
diceritakan kepada orang lain dan
juga pasien mengatakan dia
bingung apa yang ingin
diceritakan.
DO:
 Pasien nampak menyendiri
 Pasien tidak mau bicara
 Pasien sulit bersosialisasi,
bicara pelan, selalu menunduk
 Pasien tidak pernah memulai
pembicaraan terlebih dahulu
pada lawan bicara. Pasien
menjawab pertanyaan
seperlunya saja dengan suara
pelan dan nampak malu-malu
terkadang pembicaraan
inkoheren dengan pertanyaan
yang diajukan.
 Kontak mata tidak ada
 Pasien menjawab pertanyaan
singkat, dan malu-malu, sering
melamun dan sering membisu
 Pasien sering menyendiri di
kamarnya, tidak berinteraksi
dengan orang lain
 Pasien sering diam, jarang
berinteraksi dengan pasien lain
di ruangan.
 Afek Datar, karena selama
interaksi pasien banyak diam,
menjawab pertanyaan
seperlunya. Terkadang pasien
langsung pergi meninggalkan
tempat wawancara
 Pasien hanya berbicara
seperlunya dengan pasien lain
dan perawat.
 Pasien kurang kooperatif saat
diwawancarai, tidak ada kontak
mata. Pasien berbicara hanya
saat diberi pertanyaan oleh
perawat, setelah itu paisen
kembali diam, mudah dialihkan
bila ada pasien lain,
pembicaraanya kacau, terkadang
tidak jelas.
 Ketika berbincang-bincang,
kontak mata pasien kurang,
pasienlebih banyak diam ketika
tidak ditanya, menuduk dan
sering melamun, terkadang
pasien sering meninggalkan
tempat wawancara
 Pasien sering terlihat melamun,
tidak suka memulai
pembicaraan. Pasien lebih suka
menyendiri. Saat interaksi
selama wawancara kontak mata
klien tidak fokus,dialihkan bila
ada klien lain, pembicaraanya
kacau terkadang tidak jelas.
2. DS: Harga diri rendah
 Pasien merasa sedih karena jauh
dari keluarga
 Pasien merasa tidak berharga
karena tidak mampu membantu
orang tuanya.
 Pasien merasa putus asa karena ia
takut tidak bisa membantu
keluarganya, pasien merasa
dirinya tidak berguna bagi
keluarga
DO:
 Pasien nampak menyendiri
 Pasien tidak mau bicara
 Pasien sulit bersosialisasi,
bicara pelan, selalu menunduk
 Kontak mata tidak ada
3. DS: Gangguan komunikasi verbal
 Pasien mengatakan jika pasien
ada masalah, pasien selalu
memikirkan dan mencari jalan
keluar sendiri. Jika pasien mampu
menyelesaikan masalahnya
sendiri akan diselesaikan sendiri.
Namun bila tidak mampu pasien
akan marah-marah,mengamuk,
setelah mengamuk pasien seperti
hilang ingatan dan pasien
menyendiri lagi.
DO:
 Pasien tidak pernah memulai
pembicaraan terlebih dahulu
pada lawan bicara. Pasien
menjawab pertanyaan
seperlunya saja dengan suara
pelan dan nampak malu-malu
terkadang pembicaraan
inkoheren dengan pertanyaan
yang diajukan.
4. DS: Defisit perawatan diri
DO:
 Dalam berpakaian, pasien
terlihat kurang rapi. Rambut
pasien tidak tertata. Pasien
tampak kusam, lesu, dan kuku
klien tampak kotor. Pasien
mengatakan ia mandi dua kali
sehari namun tidak pernah pakai
sabun dan shampo
5. DS: Gangguan interaksi sosial
DO:
 Pasien kurang kooperatif saat
diwawancarai, tidak ada kontak
mata. Pasien berbicara hanya
saat diberi pertanyaan oleh
perawat, setelah itu paisen
kembali diam, mudah dialihkan
bila ada pasien lain,
pembicaraanya kacau, terkadang
tidak jelas.
6. DS: Gangguan persepsi sensori
 Pasien mengatakan ia marah- halusinasi pendengaran
marah karena dia mendengar ada
bisikan-bisikan, pasien
mengatakan suara-suara itu
adalah suara wanita, pasien
mengatakan suara wanita itu
mengajak dia untuk bersenang-
senang, dan paling sering suara
itu terdengar pada saat ia sedang
melamun.
DO:

7. DS: Gangguan proses pikir


DO:
 Pasien sering terlihat melamun,
tidak suka memulai
pembicaraan. Pasien lebih suka
menyendiri. Saat interaksi
selama wawancara kontak mata
klien tidak fokus,dialihkan bila
ada klien lain, pembicaraanya
kacau terkadang tidak jelas.
 Pasien dapat mengetahui kapan
pasien masuk rumah sakit, dan
dia mengerti kapan saja waktu
ia harus mandi pasien
mengetahui saat ini pasien
berada diruangan salak, pasien
sulit mengenali seseorang,
jarang memulai perkenalan, di
dalam ruangan pun klien hanya
hafal nama orang 3-5 orang
saja.
8. DS: Koping individu tidak efektif
 Pasien mengatakan jika pasien
ada masalah, pasien selalu
memikirkan dan mencari jalan
keluar sendiri. Jika pasien mampu
menyelesaikan masalahnya
sendiri akan diselesaikan sendiri.
Namun bila tidak mampu pasien
akan marah-marah,mengamuk,
setelah mengamuk pasien seperti
hilang ingatan dan pasien
menyendiri lagi.
DO:
 Pasien hanya berbicara
seperlunya dengan pasien lain
dan perawat.

9. DS: Defisit pengetahuan


 Pasien tidak menyadari tentang
apa yang diderita pasien saat ini.
Pasien merasa sehat tidak perlu
pengobatan khusus untuk dirin
DO:

Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Halusinasi pendengaran
4. Gangguan interaksi sosial
5. Gangguan proses pikir
6. Gangguan komunikasi verbal
7. Koping individu tidak efektif
8. Defisit pengetahuan
9. Defisit perawatan diri
Pohon Masalah

Perubahan persepsi sensori halusinasi (Effek)

Isolasi sosial (Core Problem)

Harga diri rendah (Causa)

Mekanisme koping tidak efektif (Causa)

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Keperawatan
Senin, 28 Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah satu kali SP 1 (Senin, 28
November 1. Menyadari pertemuan diharapkan November 2022)
2022 penyebab isolasi pasien dapat: 1. Identifikasi masalah
sosial 1. Membina hubungan 2. Tanyakan keuntungan
2. Berinteraksi dengan saling percaya dan kerugian
orang lain 2. Menyadari penyebab berinteraksi dengan
isolasi sosial, orang lain
keuntungan dan 3. Tanyakan pendapat
kerugian berinteraksi pasien tentang
dengan orang lain. kebiasaan berintraksi
3. Melakukan interaksi dengan orang lain.
dengan orang lain 4. Tanyakan apa yang
secara bertahap menyebabkan pasien
tidak ingin berintraksi
dengan orang lain
5. Masukkan jadwal
kegiatan pasien
Selasa, 29 Isolasi sosial Pasien mampu: Setelah satu kali SP 2 (Selasa, 29
November, 1. Berinteraksi dengan pertemuan diharapkan November 2022)
November orang lain pasien dapat: 1. Evaluasi SP 1
2022 1. Melakukan interaksi 2. Latih untuk
dengan orang lain komunikasi dengan
secara bertahap satu orang
Rabu, 30, Isolasi sosial Pasien mampu: Setelah satu kali SP 3 (Rabu, 30 November
November 1. Berinteraksi dengan pertemuan diharpakan 2022)
2022 orang lain pasien dapat: 1. Evaluasi SP 1 dan SP 2
1. Melakukan interaksi 2. Latih untuk
dengan orang lain kumunikasi dengan
secara bertahap dua orang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
1. Senin, 28 SP 1 S:
November Fase Orientasi Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan
2022 “Selamat pagi, perkenalkan nama saya Riskayanti saya yang lain karena itu bukan urusannya, pasien
biasa dipanggil Riska saya mahasiswa praktek Ners dari juga mengatakan kalau ia malas untuk
STIK IJ saya akan dinas disini di ruangan ini selama 1 berbicara dengan temannya yang lain karena
minggu kebetulan hari ini saya dinas pagi dari jam 08.00 ia tidak suka dan tidak ada yang ingin ia
sampai 14.00 siang nanti” bicarakan dan lebih memilih untuk tidur.
“Kalau boleh tau siapa nama bapak ? senang dipanggil O:
siapa?” - Ekspresi wajah pasien datar
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini ?” - Pasien kurang sadar terhadap
“Apa boleh kita berbincang-bicang sebentar 15 menit lingkungan
saja” - Pasien nampak kurang
“Kita berbincang-bincang disini saja pak bisa ?” bertenaga/berenergi
Fase Kerja - Pasien kurang kooperatif
“Kalau saya boleh tau, apa yang menyebabkan bapak - Pasien nampak lesu
malas bergaul dengan orang lain?” A: SP 1 teratasi sebagaian
“Jadi sebab bapak tidak mau bergaul dengan yang lain itu P: Lanjutkan Intervnesi Evaluasi SP 1 dan
karena malas ya pak?” Lanjut SP 2
“Kalau di ruangan apakah ada teman bapak yang paling
sering bapak ajak bicara?”
“Apakah bapak tau kelebihan dan kekurangan kalau kita
berinteraksi dengan orang lain?”
“Coba bapak fikirkan, kalau misalnya bapak punya
banyak teman, kalau ada masalah kan bisa di ceritakan
dengan teman, kalau bosan ada teman bicara, kalau bapak
tidak punya teman, tidak suka kan ?”
Fase Terminasi
“Yasudah kalau begitu kita bertemu lagi besok ya pak kita
nanti berbincang-bincang lagi ya pak, di sini lagi nanti”
“Selamat pagi”
2. Selasa, 29 SP 2 S:
November Fase Orientasi Pasien mengatakan tidak menyukai
2022 “Selamat pagi pak F, masih ingat dengan saya ?, kita keramaian, pasien lebih suka menyendiri dan
kemarin bertemu disini” tenang
“Bagaimana kabarnya hari ini ?” apa yang dirasakan” O:
“Bisa kita lanjutkan perbincangkan kita yang kemarin ?” - Pasien tidak mampu memulai
“Bapak maunya berapa lama kita berbincang ?” pembicaraan duluan jika tidak diberi
“Oh 10 menit ya baik, kita berbincang disini saja ya pak” pertanyaan
Fase Kerja - Pasien sering memalingkan wajahnya
“Apa bapak masih ingat kemarin kita bertemu membahas - Pasien nampak menjawab atau
apa?” merespon pertanyaan dengan suara
“Oh jadi bapak tidak ingat ya, baik kalau begitu hari ini pelan
bagaimana kalau kita coba untuk berkenalan dengan satu - Kontak mata kurang
orang kemudian kita ajak dia bercerita bagaimana bapak A: SP 2 teratasi sebagaian
setuju ?” P: Lanjutkan Intervensi Evaluasi SP 1 dan SP
“Baik kita coba kenalan dengan satu orang pak ya ?” 2, Lanjut SP 3
Fase Terminasi
“Iya pak F waktu kita sudah habis, mungkin sampai disini
saja dulu nanti kita lanjut lagi besok, ingat bapak jangan
sering menyendiri apalagi melamun usahakan sering
bercerita dengan teman-teman yang ada diruangan ini ya
pak, sampai ketemu lagi besok”
3. Rabu, 30 SP 3 S:
Desember Fase Orientasi Pasien mengatakan malas berbicara, pasien
2022 “Selama pagi pak F, masih ingat dengan saya kan ?” mengatakan tidak ingin bergabung dengan
“Coba bapak sebutkan namaku siapa ?” yang lain, pasien mengatakan ia melihat dari
“Jadi bapak lupa ya ?, Kalau begitu kita kenalan lagi nama kejahuan saja
saya Riska, bapak harus ingat karena selama bapak O:
dirungan ini saya yang akan merawat bapak” - Pasien nampak sesekali merespon
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” kegiatan temannya
“Apa kita bisa berbincang-bincang melanjutkan - Pasien cenderung menyendiri dan
perbincangan kita yang kemarin ?” hanya berdiam diri
“Waktunya terserah dari bapak saja maunya berapa lama - Kontak mata pasien kurang
kita berbincang ?” - Pasien belum mampu memulai
“Oh 10 menit baik, nanti kalau misalnya waktunya tidak percakapan sendiri
cukup bisa kita tambkah lagi ya pak ?” - Pasien tidak mampu mengenali nama
Fase Kerja perawat
“Oke baik, sekarang saya mau tanya apa banyak sudah - Pasien enggan untuk melakukan
melakukan cara yang saya ajarkan kemarin ?” ajaran yang diberikan
“Belum ?, kenapa bisa bapak belum lakukan apa ada yang A: SP 3 tidak teratasi
menganggu bapak ?” P: Evaluasi SP 1 dan SP 3, Lanjutkan SP 3
“Bisa bapak ceritakan ke saya apa alas an bapak belum
melakukan yang diajarkan ?”
“Tapi bapak juga sering sesekali bercerita dengan teman
sekamar ?”
“Iya tidak apa-apa walau hanya sesekali, tapi nanti
usahakan untuk lebih sering melakukankannya ya, lebih
sering untuk bergaul sama yang lain jangan sering
berdiam diri hanya melamun saja
“Atau bapak juga bisa memanggil saya untuk bercerita
apa saja tentang perasaan bapak, hobi bapak atau yang
bapak sukai”
Fase Terminasi
“Baik pak sepertinya sampai disini dulu perbincangan kita
nanti kita akan lanjut lagi ya pak, terimakasih untuk
waktunya, sampai ketemu lagi pak F”
“Selamat pagi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Nama Mahasiswa: Riskayanti Sail


NPM :
SP :1
Hari Tanggal : Senin, 28 November 2022

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S: -
O: Klien nampak menyendiri, melamun, tidak berinteraksi dengan orang
lain, jika ditanya pasien menjawab singkat dengan suara pelan
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu menyadari penyebab isolasi sosial
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- SP 1 :
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain
3. Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berintraksi
dengan orang lain.
4. Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berintraksi dengan orang lain
5. Memasukkan jadwal kegiatan pasien

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Riskayanti saya biasa dipanggil
Riska saya mahasiswa praktek Ners dari STIK IJ saya akan dinas disini di
ruangan ini selama 1 minggu kebetulan hari ini saya dinas pagi dari jam
08.00 sampai 14.00 siang nanti”
“Kalau boleh tau siapa nama bapak ? senang dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini ?”
“Apa boleh kita berbincang-bicang sebentar 15 menit saja”
“Kita berbincang-bincang disini saja pak bisa ?”
2. Fase Kerja
“Kalau saya boleh tau, apa yang menyebabkan bapak malas bergaul
dengan orang lain?”
“Jadi sebab bapak tidak mau bergaul dengan yang lain itu karena malas ya
pak?”
“Kalau di ruangan apakah ada teman bapak yang paling sering bapak ajak
bicara?”
“Apakah bapak tau kelebihan dan kekurangan kalau kita berinteraksi
dengan orang lain?”
“Coba bapak fikirkan, kalau misalnya bapak punya banyak teman, kalau
ada masalah kan bisa di ceritakan dengan teman, kalau bosan ada teman
bicara, kalau bapak tidak punya teman, tidak suka kan ?”
3. Fase Terminasi
“Yasudah kalau begitu kita bertemu lagi besok ya pak kita nanti
berbincang-bincang lagi ya pak, di sini lagi nanti”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Nama Mahasiswa: Riskayanti Sail


NPM :
SP :2
Hari Tanggal : Selasa, 29 November 2022

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S: -
O: Klien nampak hanya melamun, ketika ditanya hanya diam saja dan
menjawab singkat
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan
1) Berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
- Membina hubungan saling percaya dengan klien
- SP 2 :
1. Mengevaluasi SP 1
2. Melatih untuk komunikasi dengan satu orang

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak F, masih ingat dengan saya ?, kita kemarin bertemu
disini”
“Bagaimana kabarnya hari ini ?” apa yang dirasakan”
“Bisa kita lanjutkan perbincangkan kita yang kemarin ?”
“Bapak maunya berapa lama kita berbincang ?”
“Oh 10 menit ya baik, kita berbincang disini saja ya pak”
2. Fase Kerja
“Apa bapak masih ingat kemarin kita bertemu membahas apa?”
“Oh jadi bapak tidak ingat ya, baik kalau begitu hari ini bagaimana kalau
kita coba untuk berkenalan dengan satu orang kemudian kita ajak dia
bercerita bagaimana bapak setuju ?”
Baik kita coba kenalan dengan satu orang pak ya ?”
3. Fase Terminasi
“Iya pak F waktu kita sudah habis, mungkin sampai disini saja dulu nanti
kita lanjut lagi besok, ingat bapak jangan sering menyendiri apalagi
melamun usahakan sering bercerita dengan teman-teman yang ada
diruangan ini ya pak, sampai ketemu lagi besok”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Nama Mahasiswa: Riskayanti Sail


NPM :
SP : III
Hari Tanggal : Rabu, 30 November 2022

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S: -
O: Klien nampak melamun, hanya berdiam diri dan sesekali merespon
aktivitas temannya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan
a. Berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
- Membina hubungan saling percaya dengan klien
- SP 3
1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2
2. Melatih untuk kumunikasi dengan dua orang

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
“Selama pagi pak F, masih ingat dengan saya kan ?”
“Coba bapak sebutkan namaku siapa ?”
“Jadi bapak lupa ya ?, Kalau begitu kita kenalan lagi nama saya Riska,
bapak harus ingat karena selama bapak dirungan ini saya yang akan
merawat bapak”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
“Apa kita bisa berbincang-bincang melanjutkan perbincangan kita yang
kemarin ?”
“Waktunya terserah dari bapak saja maunya berapa lama kita berbincang ?”
“Oh 10 menit baik, nanti kalau misalnya waktunya tidak cukup bisa kita
tambkah lagi ya pak ?”
2. Fase Kerja
“Oke baik, sekarang saya mau tanya apa banyak sudah melakukan cara
yang saya ajarkan kemarin ?”
“Belum ?, kenapa bisa bapak belum lakukan apa ada yang menganggu
bapak ?”
“Bisa bapak ceritakan ke saya apa alas an bapak belum melakukan yang
diajarkan ?”
“Tapi bapak juga sering sesekali bercerita dengan teman sekamar ?”
“Iya tidak apa-apa walau hanya sesekali, tapi nanti usahakan untuk lebih
sering melakukankannya ya, lebih sering untuk bergaul sama yang lain
jangan sering berdiam diri hanya melamun saja
“Atau bapak juga bisa memanggil saya untuk bercerita apa saja tentang
perasaan bapak, hobi bapak atau yang bapak sukai”
3. Fase Terminasi
“Baik pak sepertinya sampai disini dulu perbincangan kita nanti kita akan
lanjut lagi ya pak, terimakasih untuk waktunya, sampai ketemu lagi pak F”
“Selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai