A. Analisis Pasar
1. Segmenting
2. Targeting
Fase ini merupakan proses follow-up dari segmentasi dengan secara riil
meentukan bagian mana dari pasar yang dituju serta merencanakan perangkat
periklanan yang sesuai untuk menarik segmen yang telah ditentukan (Levens, 2012).
Targeting merupakan domain yang terus berubah dan menyesuaikan dengan
perubahan zaman. Praktik tradisional targeting dilakukan dengan menggunakan
media cetak sementara itu, targeting mutakhir mengandalkan cara yang berfokus
pada jaringan (web-connected focus) yang mengandalkan media sosial dalam ranah
digital (Jaworska & Sydow, 2008). Targeting berbasis perilaku merupakan by-prduct
dari perubahan tersebut dan berfokus pada optimalisasi periklanan secara online dan
pengumpulan data untuk mengirimkan pesan pada segmen potensial. Pengumpulan
data dilakukan dengan menyesuaikan produk periklanan dengan minat segmen
potensial dengan mengacu pada algoritma penggunaan sosial media serta aktivitas
digital dari segmen.
3. Positioning
Fase ini merupakan tahapan akhir dari proses STP dan berfokus pada
bagaimana pelanggan melihat dan membandingkan produk yang ditawarkan dengan
competitor yang terdapat pada pasar. Hal ini penting untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif (competitive advantage) dalam proses pemasaran produk (Klever, 2009).
Oleh karena itu, persepsi pelanggan memiliki dampak yang besar terhadap
positioning merk di pasar. Terdapat tiga tipe positioning yang memungkinkan suatu
produk atau jasa untuk mendapatkan keuntungan kompetitif; functional positioning,
symbolic positioning, dan experiential positioning. Functional positioning berfokus
pada aspek dari produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Symbolic positioning berdasarkan pada karakteristik merk atau brand
yang memenuhi “gengsi” dari pelanggan. Experiential positioning berdasarkan pada
karakteristik merk atau brand yang dapat menstimulus koneksi indrawi atau
emosional pelanggan. Kombinasi dari ketiga jenis positioning merupakan kunci untuk
mendapatkan keuntungan kompetitif dalam kompetisi pasar. Selain itu, positioning
secara normatif harus mampu memberikan nilai yang lebih baik pada produk
dibandingkan yang ditawarkan oleh competitor dan memungkinkan komunikasi
perbedaan pada produk secara efektif pada pelanggan (Kotler & Lee, 2008).
B. Bauran Pemasaran
Istilah "Bauran Pemasaran" adalah model dasar untuk bisnis, yang secara
historis berpusat pada product, price, place, dan promotion (juga dikenal sebagai "4
Ps"). Bauran pemasaran telah didefinisikan sebagai "serangkaian alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya di pasar sasaran"
(Adams dkk., 2019). Teori pemasaran muncul pada awal abad kedua puluh satu.
Bauran pemasaran kontemporer yang telah menjadi kerangka dominan untuk
keputusan manajemen pemasaran pertama kali diterbitkan pada tahun 1984.
Isoraite (2016) menyatakan bahwa bauran pemasaran atau marketing mix merupakan
strategi produk, penetapan harga, distribusi dan promosi dengan menyalurkannya ke
pasar sasaran. Sereikienė Abromaitytė (2013) dalam Isoraite (2016) bauran
pemasaran merupakan serangkaian tindakan dn solusi dalam memenuhi kebutuhan
konsumen dan mencapai tujuan pemasaran perusahaan. Pruskus (2015) bauran
pemasaran merupakan satu set faktor-faktor dan solusi yang memampukan konsumen
dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan. McCharty diawal tahun 1960 dalam Pour, Nazari, Emami (2013)
menyatakan bahwa bauran pemasaran dapat dikelompokkan dalam empat kelompok
besar yang dikenal dengan 4P, yaitu product, price, place, promotion. Booms and
Bitner (1980) dalam Pour, Nazari, Emami (2013) dan Uzeme dan Ohen (2015)
menambahkan kembali 3P yaitu participants, physical evidence, and process pada
original 4P untuk penerapan konsep bauran pemasaran pada jasa (service).
Pogorelova, Yakhneeva & Anna (2016) dan Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen
(2019) bauran pemasaran terdiri dari 7P (product, price, place, promotion, people,
process & physical evidence). Bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran
taktis perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Product
A Baidi (2015) dan Uzeme dan Ohen (2015) Produk dapat berupa jasa
(services), barang (goods), kegunaan (utilities), tidak hanya barang berwujud atau
jasa namun segala sesuatu yang terkait denga napa yang ditawarkan produsen.
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019), produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
konsumen. Menurut Kotler & Armstrong (2018) beberapa karekteristik dari atribut
produk adalah sebagai berikut:
c. Product style and design (gaya dan desain produk) menjelaskan penampilan
produk yang sensasional dan bernilai seni akan mendapat perhatian
konsumen.
d. Product variety (varian produk) merupakan varian tipe atau jenis produk
yang dibuat dan ditawarkan suatu perusahaan kepada konsumen.
g. Sizes (ukuran) merupakan bentuk atau berat produk yang dihasilkan oleh
perusahaan untuk menarik perhatian konsumen.
Al Badi (2015) dan Uzeme dan Ohen (2015) menyatakan dalam konsep
manajemen produk, semua produk baik produk baru maupun produk alam mengalami
siklus hidup produk (product life cycle). Pada tahap pengenalan (introduction),
strategi produk fokus pada pengenalan produk dan penetapan harga produk yang
berdampak pada biaya tinggi. Pada tahap pertumbuhan (growth), produk sudah mulai
diterima pasar dan pendapatan dari penjualan dan keuntungan mulai meningkat
melalui perluasan saluran distribusi dan promosi dalam membentuk pangsa pasar.
Pada tahap kedewasaan (maturity), penjualan dan keuntungan terus diraih hingga
mencapai puncak penjualan dan puncak keuntungan dan puncak pangsa pasar. Pada
tahap penurunan (decline), penjualan mulai terus menurun dikarenakan perubahan
teknologi, perubahan selera konsumen, semakin banyaknya pesaing, dan juga
berbagai faktor insternal dan eksternal.
2. Price
Al Baidi (2015), Uzeme dan Ohen (2015), dan Kotler, Keller, Brady,
Goodman, Hansen (2019) menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang
dimana konsumen membayar untuk memperoleh produk maupun jasa atau sejumlah
uang yang ditukarkan konsumen atas nilai dari suatu produk guna memperoleh
manfaat atau kepemilikan atau penggunaan atas produk. Harga merupakan elemen
bauran pemasaran yang paling fleksibel yang dapat berubah dengan cepat dalam
jangka pendek dibandingkan dengan elemen bauran pemasaran lainnya. atau jasa
tersebut. Kotler dan Amstrong (2018) menjelaskan ada beberapa indikator dalam
menetapkan harga yaitu:
3. Promotion
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019) dan Uzeme dan
Ohen (2015), promosi merupakan sesuatu yang digunakan untuk
mengkomunikasikan dan membujuk pasar terkait dengan produk atau jasa yang baru
melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, maupun publikasi. Bauran
promosi (promotion mix) terdiri dari delapan model komunikasi pemasaran yaitu:
e. Online and social media marketing, yaitu aktivitas daring yang dirancang
dengan melibatkan pelanggan atau pelanggan prospek secara langsung
maupun tidak langsung daam rangka meningkatkan kesadaran, meningkatkan
citra, atau menimbulkan penjualan produk dan jasa.
f. Mobile marketing, suatu bentuk khusus dari pemasaran daring yang
menempatkan promosi melalui perangkat bergerak milik konsumen seperti
handphone, smartphone, maupun tablet konsumen.
4. Place
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019), Uzeme dan Ohen
(2015), Nurseto (2018), dan Kotler dan Armstrong (2018) distribusi merupakan
tindakan dalam memilih dan mengelola saluran pemasaran produk atau jasa dengan
menggunakan kumpulan perusahaan atau individu-individu yang membantu dalam
pendistribusian produk atau jasa dalam melayani pasar sasaran sehingga konsumen
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu, didalam penetapan
saluran distribusi, produsen hendaknya memperhatikan unsur-unsur yang terkait
dalam bauran distribusi (distribution mix) yang terdiri dari: sistem saluran, daya
jangkau, lokasi, persediaan dan transportasi.
5. People
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019), Uzeme dan Ohen
(2015) dan Hurriyati (2010) yaitu proses seleksi, pelatihan, dan pemberian motivasi
kepada karyawan sebagai pembeda dalam mempengaruhi persepsi pembeli dan
memenuhi kepuasan pelanggan.
6. Physical Evidence
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019), Uzeme dan Ohen
(2015), Sari dan Medyani (2018) yaitu bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa
sebagai nilai tambah yang ditujukan kepada konsumen, pelanggan maupun calon
pelanggan.
7. Process
Menurut Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019), Uzeme dan Ohen
(2015), Hurriyati (2010) yaitu semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas
sistem penyajian jasa kepada konsumen.
BAB III
1. Strategi Branding
Selain itu, strategi branding terbaru yang diadopsi oleh Linfox adalah melalui
tagline “Vision Zero” yang menekankan pada aspek keamanan layanan yang
diberikan. Sektor logistik berkaitan dengan pergerakan barang dalam waktu yang
cepat mengingat sektor ekonomi bergerak secara dinamis, hal ini membawa resiko
keamanan yang cukup substansial sehingga konsumen akan mempertimbangkan
penyedia layanan yang dapat menjamin keamanan produknya dalam proses distribusi
dan penyimpanan. Linfox menerjemahkannya sebagai comparative advantage
melalui tagline “Vision Zero”; Zero Fatalities, Zero Injuries, Zero Motor Vehicle
Incidents, Zero Net Environmental Emission, dan Zero Tolerance of Unsafe Behavior
and Practices. Tagline tersebut kemudian diaplikasikan melalui beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh Linfox sebagai upaya untuk mendorong actionability dari brand
image perusahaan, antara lain:
Adams, P., Bodas Freitas, I. M., & Fontana, R. (2019). Strategic orientation,
innovation performance and the moderating influence of marketing
management. Journal of Business Research, 97.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.12.071
Hajibaba, H., Grün, B., & Dolnicar, S. (2020). Improving the stability of market
segmentation analysis. International Journal of Contemporary Hospitality
Management, 32(4). https://doi.org/10.1108/IJCHM-02-2019-0137
Hooley, G., Piercy, N. F., Nicoulaud, B., & Rudd, J. M. (2017). Book: Marketing
Strategy & Competitive Positioning Sixth edition. In Dictionary of Marketing
Communications (Vol. 6).
Jaworska, J., & Sydow, M. (2008). Web Information System Engineering - WISE
2008. Warszawa: Springer Berlin Heidelberg, 62–76.
Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2017). Marketing 4.0 Bergerak Dari
Tradisional Ke Digital.
Kotler, P., & Lee, N. (2008). Corporate social responsibility, doing the most good for
your company. In Corporate Social Responsibility, Doing The Most Good For
Your Company.