Anda di halaman 1dari 42

BUNCIS

( Phaseolus vulgaris L. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis
tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-
Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad
16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara
Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun
1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-
1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi
168.829 ton.
 
1.2. Sentra Penanaman
Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu
(Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur). Sedangkan
pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa Barat).
 
1.3. Jenis Tanaman
Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
 
Kacang buncis dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu Phaseolus
vulgaris L., yang berbeda adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya. Kacang
buncis tumbuh merambat (pole beans) dan dipanen polong mudanya, sedangkan
kacang jogo (kacang merah) merupakan kacang buncis jenis tegak (tidak merambat)
umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga disebut Bush bean.
Nama umum kacang buncis di pasaran internasional disebut Snap beans atau French
beans, kacang jogo dinamakan Kidney beans.
 
1.4. Manfaat Tanaman
Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan
gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan
produktivitas tanah. Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang
murah dan mudah dikembangkan.
Kacang jogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung protein 21-27%,
sehingga menu makanan yang terdiri atas campuran nasi dan kacang jogo (90%+10%)
merupakan komposisi makanan yang mencukupi karbohidrat dan protein tubuh.
 
II. SYARAT PERTUMBUHAN
 
2.1. Iklim

a. Tanah yang cocok bagi tanaman buncis ternyata banyak terdapat di daerah yang
mempunyai iklim basah sampai kering dengan ketinggian yang bervariasi.
b. Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan curah hujan yang khusus,
hanya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun.
c. Umumnya tanaman buncis memerlukan cahaya matahari yang banyak atau
sekitar 400-800 feetcandles. Dengan diperlukan cahaya dalam jumlah banyak,
berarti tanaman buncis tidak memerlukan naungan.
d. Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buncis adalah 20-25 derajat C. Pada suhu <
20 derajat C, proses fotosintesis terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat,
jumlah polong menjadi sedikit. Pada suhu ³ 25 derajat C banyak polong hampa
(sebab proses pernafasan lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga
energi yang dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian
polong.
e. Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis ± 55% (sedang). Perkiraan
dari kondisi tersebut dapat dilihat bila pertanaman sangat rimbun, dapat
dipastikan kelembapannya cukup tinggi.
f. . Ketinggian Tempat
g. Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m
dpl. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah
dengan ketinggian antara 300-600 meter. Dewasa ini banyak dilakukan
penelitian mengenai penanaman buncis tegak di dataran rendah ketinggian: 200-
300 m dpl., dan ternyata hasilnya memuaskan. Beberapa varietas buncis tipe
tegak seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat
ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl.
h.  
http://leuitkuring.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18774/5/Chapter%20I.pdf

<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?
n=a22ad6b1&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?
zoneid=471&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a22ad6b1' border='0'
alt='' /></a>
Kompasiana KOMPAS.com Cetak ePaper Kompas TV Bola Entertainment Tekno Otomotif
Female Health Properti Urban Serpong Images Games KompasKarier PasangIklan
GramediaShop Forum Mobile More

Registrasi | Masuk

Tentang Kami | Tata Tertib | Bantuan Kompasianer

Senin, 13 Pebruari 2012


 Berita
 Politik
 Humaniora
 Ekonomi
 Hiburan
 Olahraga
 Lifestyle
 Wisata
 Kesehatan
 Tekno
 Media
 Green
 Lipsus

Edukasi
Jadikan Teman | Kirim Pesan

Ketut Juliantara

I WANNA BE A LECTURER.. THAT IS MY DREAM... jika ada saran dan kritik


mengenai tulisan saya: silahkan kirim pesan ke: ikpj_biology@yahoo.com Jika berkenan untuk
menjadi sahabat saya, bisa add saya di fb dengan nama account 'Ketut Juliantara' Terima Kasih
^_^

Ekologi Tumbuhan (Cahaya, Suhu, dan Air)


OPINI | 17 December 2009 | 13:00 10468 0 Nihil

CAHAYA, SUHU, DAN AIR

1. CAHAYA

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat
kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.

Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.

Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiap hari.

1. Kualitas Cahaya

Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan


berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan
atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak
memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga
tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting.

Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39
– 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan
demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat
bermanfaat bagi fotosintesis.

Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk
mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton
yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih
bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.

Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini
dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan
(menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang
menjadi panjang

2. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor
lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya
ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit
cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus
atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer
yang tembus berada dalam ketebalan minimum.

Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang
tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan
atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan
mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan
pencemar di atmosfer.

Kepentingan Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan
jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat
berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim
akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan
di dalam mensisntesis protein.

Titik Kompensasi

Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima


sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam
mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua
faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan
konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah
intensitas cahaya tertentu.

Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat


mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.

Heliofita dan Siofita

Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan intensitas
cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup
baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang
rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan
respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan
siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk
klorofil.

Cahaya Optimal bagi Tumbuhan


Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya
melebihi titik kompensasinya.

Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya


dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal.
Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya
berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya
oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga
menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.

3. Lama Penyinaran

Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis
dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran
sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.

Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan
sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam
pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.

Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu:

Tumbuhan berkala panjang

Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya
proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.

Tumbuhan berkala pendek

Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya
proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.

Tumbuhan berhari netral

Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses
perbungaannya, misalnya tomat.

Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal,
maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah
laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh
yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor
lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.
2. SUHU

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada
setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya
terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.

Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor
lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya
diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk
mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.

Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu
yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga
rata- ratanya yang penting.

1. Variasi suhu

Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada dalam kondisi
terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik
secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan
dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut.

Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan.
Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar
hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.

Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama
dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat
tumbuhan hidup.

Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan,
bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.

Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas
dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik
dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah
lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar
dibandingkan dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan
bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi
berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara
disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang
paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :

a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang
dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon
pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan
penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas
maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi.
Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan
yang rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari.
Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah
banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu
udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh
lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh
terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi.
Partikel- partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses
kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi
matahari tadi.
e. Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi
suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.

Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi
ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.

1. Suhu dan Tumbuhan

Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 0 0 C sampai dengan
500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan
optimum yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan
organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal.

Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran
suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya.

Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika, semangka,
tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup
dengan suhu di bawah minus 20 C – minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih
bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai
kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.

Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda
tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.
3. AIR

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air
seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting
karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam
tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di
daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km 3. Air terdapat
dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di
danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan
dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu
(Effendi, 2003).
a. Sifat air
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki karakteristik yang
khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa maka
pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair. Sebaliknya jika
ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air yang berat molekulnya sebesar
18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara
molekul-molekul air, sehingga tiap molekul air akan tidak mudah terlepas dan berubah
bentuk menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan
panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam
seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah terjadinya stress pada makhluk
hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai
dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten fusi adalah
energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0 oC. Besarnya energi panas
laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi
yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya
menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen harus
diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air akan tinggi.
Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam keadaan cair, setiap
ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan
hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah yang menyebabkan viskositas air
rendah. Viskositas air yang rendah ini menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat
ini memungkinkan unsur hara terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk
hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke
luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik antara
molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan polisakarida penyusun
dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya tarik menarik antara molekul air
yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya
kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan
melalui jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan adanya tegangan permukaan yang
tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini berarti es
memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah dibandingkan air.
Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini mengakibatkan air permukaan
yang berada di daerah beriklim dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga
organisme akuatik masih bisa bertahan hidup.
b. Jenis –jenis air

Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat
dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat
porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah
sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air
(residence time) berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis
dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan
tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan
air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.

2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak
terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa,
empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan
tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk,
kolam dan rawa. Pada umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-
0,01 m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Perairan
mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang
dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik.
c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung atau melalui
pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi secara
langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM yang akan
diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang belum tersedia
diberbagai tempat.

2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara
yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan
mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu, kotoran
burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah di tampung
dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan pencemar
yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal penampungan
air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari
ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata
air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar
tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis
mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik dan bisa
digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum diminum.

4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam
bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau menggali.
Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan
menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air
laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai sebagai bahan
air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat
mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar yang mengapung,
melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena sifatnya yang demikian
maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-
benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)

Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai fase, mulai dari
bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok
paling penting dalam atmosfer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000
meter. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh
permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di
atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir
cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni
hujan, hujan es, dan salju.

Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi setiap saat. Dalam
proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap
dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa
evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi.

Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan mengalir ke
permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau.
Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di dalam
tanah sebagai air tanah.

Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari akan membuat air
laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari makhluk hidup pun ikut
mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat
terbentuklah awan yang kemudian digerakkan oleh angin.

Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki tekanan
temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan,
maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur
akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung
uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh
kembali ke bumi sebagai air hujan (presipitasi).

Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan sebagian
diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena
sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan
kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya
siklus dari air yang berulang secara bergantian. Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Gambar 1. Siklus Air

(http://herrywidayat.files.wordpress.com/2009/01/water_cycle.jpg)
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/17/ekologi-tumbuhan-cahaya-suhu-dan-air/

e. Peranan Air bagi Tumbuhan


Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan yaitu antara lain :
1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari semua
makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun atas air. Cairan
yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap dalam keadaan yang tepat
untuk menjalankan fungsi metabolisme.

2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-jaringan yang


tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup air, maka sel-sel tersebut
akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada dalam sel tumbuhan tersebut nantinya
akan menghasilkan suatu tekanan yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan
turgor tersebut akan menyebabkan sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai
akan menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.

3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut materi dan
nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi tersebut ke bagian
tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.

4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses transpirasi
tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya sebagian air dari
tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan menjaga tumbuhan dari
pemanasan yang berlebihan sehingga suhu tanaman menjadi konstan.

5. Pelarut dan medium reaksi biokimia

6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)

7. Bahan baku fotosintesis

f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim


Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang tinggi bisa juga
memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan. Bila musim kering itu bersifat
periodik dan merupakan karakteristik daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya
akan memperlihatkan penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya
tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air, yaitu antara
lain :
1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang
tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan berkadar garam
tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang tidak terlalu
ekstrim.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Pollock, S. 2000. Jendela IPTEK Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka.

Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.

Sutrisno, dkk. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.

Tersiawan, M. 2005. Air Hujan Sebagai Air Bersih. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama.

Widarto, L. 1996. Membuat Alat Penjernihan Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.

Bab I

Ekologi-lingkungan dan vegetasi

1. Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, pencetusnya adalah Ernest Haekel
seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata oekologie berasal dari kata  Oikos yang artinya
rumah.dan logos yang artinya ilmu sehingga secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai
mahkluk hidup di habitat atau dalam lingkungannya.

Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping memerlukan dukungan dan bantuan
dari ilmu lain juga perkembangan tekologi serta alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan
yang sangat terkait dengan perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi
tumbuhalam serta alat yang dipergunakan untuk kajian lebih dalam.

Pengkajian pada masing masing hirarkhi makluk hidup membahas mengenai hubungan
lingkungannya dengan makhluk hidup tersebut, baik secara biotik dan aboiotik pada tingkatan 
hirarkhinya. Hubungan antara  lingkungan biotik dan abiotik dapat dilihat dalam bagan  dibawah
ini:

KOMPONE JARINGA ORGA ORGANISM EKOSISTE


N BIOTIK GEN SEL N N E POP. M
KOMPONE
N ABIOTIK BAHAN                                                                                            ENERGI
BIOSISTEM SISTEM SISTE SISTEM SISTE SISTEM SISTEM EKOSISTE
M M M
GENETIK JARINGA ORGA ORGANISM POPULAS
A SEL N N E I

Gambar 1; Hubungan antara lingkungan biotik dan abiotik  (Sumber dari Odum,EP, 1996)

Masing masing hirarkhi makluk hidup mempunyai lingkungan sehingga membentuk suatu
biosistem yang khusus dimana masing masing hirarkhi berbeda secara ekologis.

Ekologi tumbuhan adalah kajian pada tingkatan hirarkhi organisme dan populasi, serta ekosistem
yang ditempati, berkaitan dengan kondisi tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman,
analisis berdasarkan parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkatan yang paling luas
yang menutup permukaan bumi yang disebut sebagai vegetasi.

2. Lingkungan

Lingkungan hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik dan abiotik yang potensial
mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut juga merupakan habitat organisme yang terdiri
dari komponen biotik dan abiotik yang keduanya secara potensial mempengaruhi kehidupan
makluk hidup tersebut. Sebagai contoh komponen biotik adalah: kompetisi, mutualisme,
alelopaty serta beberapa interaksi antara makluk hidup. Kompenen abiotik yang dijelaskan di bab
belakang meliputi komponen phisik dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi
tanaman.

Sedangkan lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok besar, pertama: lingkungan
makro yaitu suatu lingkungan yang berpengaruh secara umum atau regional,  sedangkan yang ke
dua adalah lingkungan mikro adalah lingkungan yang paling dekat dengan tanaman yang secara
potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan suatu lingkungan dimana
tumbuhan harus bertanggap.

Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro sebagai contoh adalah
lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda dengan lingkungan luar kanopi tersebut
khususnya pada kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur tentunya,
lingkungan mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu lebih dingin dibandingkan dengan diluar
bebatuan tersebut.

Kecepatan angin pada lingkungan mikro pada  satu mm dari permukaan daun tentu mempunyai
kecepatan angin yang berbeda dengan  bagian organ lain, sehingga dikatakan lingkungan mikro
adalah lingkungan dimana tanaman mampu bertanggap.

Ekologi Tumbuhan sesungguhnya tak mungkin dapat dipisahkan dari ekologi hewan maupun
mikroba karena dalam habitat yang sama selalu dapat dijumpai keberadaan hewan dan mikroba.
Keterkaitan antara hewan, tumbuhan dan habitat hidup ditunjukan dalam skema berikut:

Gambar2: Interaksi antara hewan, tumbuhan dan habitat yang ada di alam.
Perkembangan lebih mendalam dalam ekologi tumbuhan dapat dimanfaatkan dalam reklamasi
lahan yang rusak akibat banjir, kebakaran serta penambangan. Introduce jenis tanaman tetertentu
di suatu habitat yang memungkinkan perubahan distribusi dari suatu jenis tumbuhan tetentu.
Keberhasilan suatu jenis tumbuhan mengintroduce suatu lahan yang baru adalah suatu hal yang
merupakan suatu usaha pengembangan ekologi dan fsiologi akibat interaksi dengan habitat
hidupnya.

Banyak permasalahan yang dapat dipelajari melalui ekologi tumbuhan diaranya adalah,
bagaimanakah tumbuhan mengatasi masalah penyebaran, apakah jenis tumbuhan yang mampu
diperguanakan sebagai pioner dalam lahan bekas penambahangan, banjir atau kebakaran.
Bagaimanakah distribusi tumbuhan pada suatu  lokasi atau dan bagaimana pula kompetisi serta
kelulushidupan suatu tumbuhan. Bagaimanakah tumbuhan menceritakan pada kita mengenai
kemampuan untuk mengatasi penyebaran,perkecambahan pada situs yang tepat, kompetisi,
interaksi dll.

Mempelajari permasalahan yang merupakan bagian dari tumbuhan memerlukan  bahasa yang
sama dalam membaca dan memaknai fenomena yang ditunjukan oleh tumbuhan, diantaranya
adalah pengertian vegetasi, flora, fisiognomi, formasi, asosiasi serta populasi.

3. Vegetasi

Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang
luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tumbuhan penutup
permukaan bumi merupakan vegetasi yang dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk
komponen spesies penyusunnya, berdasarkan ukuran keluasan maka vegetasi dapat dibedakan
dalam formasi adalah suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi permukaan bumi,
sebagai contoh adalah formasi Taiga, dimana keberadan formasi Taiga terletak pada  pada
beberapa benua, komposisi formasi taiga pada beberapa benua merupakan suatu komposisi
tumbuhan yang identrik sehingga tetap dengan nama formasi Taiga. Ukuran keluasan formasi
Taiga seperti tergambar dalam peta vegetasi dibawah ini:

Gambar 3; Sebaran dan luasan formasi Taiga yng ditunjukan dengan warna hijau tua

Formasi Taiga pada beberapa tempat di belahan bumi mempunyai penyusun vegetasi yang
mempunyai kesamaan dalam hal, komposisi floristik, fisiognomi dan muncul pada habitat yang
relatif konsisten  yang disebut sebagai asosiasi. Penyusun formasi Taiga merupakan bermacam
macam Asosiasi yang  juga dapat dikatakan sebagai komunitas, dibawah ini adalah dua contoh 
asosiasi yang terdapat dalam formasi Taiga:

Gambar 4. Asosiasi dalam foramsi Taiga (gambar diambil dari situs internet)

Gambar diatas adalah salah satu dari asosiasi yang terdapat dalam formasi Taiga, sedangkan
gambar yang terdapat di bawah ini juga masih termasuk dalam salah satu asosiasi Taiga pula,
tetapi tipe dibawah mempunyai tipe phisiognomi yang berbeda dari yang pertama.
Gambar 5:
Asosiasi dalam
foramsi Taiga
(gambar diambil
dari situs internet)

Jadi.dalam suatu
tipe formasi
terdiri dari banyak
Asosiasi
penyusun yang
salah satu dan
lainnya dapat
sangat berbeda
dalam
fisiognominya.
Berdasarkan ciri
dan batasan asosiasi maka asosiasiasi dapat juga dikatakan sebagai komunitas, namun tidak
semua komunitas dapat dinyatakan sebagai suatu asosiasi.

Tipe vegetasi yang terdiri dari beberapa bagian vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan
(growth form) atau life form dari tumbuhan dominan, terbesar atau paling melimpah atau
tumbuhan yang karakteristik. Contoh bentuk pertumbuhan adalah herba tahunan, pohon yang
selalu hijau, berdaun lebar, semak meranggas pada musim kering, tumbuhan berdaun jarum
ataupun tumbuhan yang bertahan dengan umbi ataupun rhizoma.

Bentuk pertumbuhan dari vegetasi dapat termasuk dari satu atau lebih dari hal berikut:

1. Ukuran: lama hidup, kerasnya kayu, atau takson, contoh adalah : herba anual, perenial,
perenial berkayu, pohon ataupun pohon merambat
2. Derajad kebebasan suatu takson: contoh adalah tumbuhan hijau yang berakar dalam
tanah, parasit,saprophite atau epipit.
3. Morphologi takson: misalnya batang suculent (jaringan tebal dan lunak), daun suculent,
bentuk roset, berduri, berambut.
4. Sifat daun takson: Midalnya besar, kecil, kaku, selalu hijau, meranggas pada waktu
musim kering, bentuk daun jarum, atau bentuk daun lebar.
5. Phenologi, fenologi adalah waktu kejadian daur hidup dalam kaitannya dengan isyarat
lingkungan seperti menggugurkan daun, bertunas, berbunga.
6. Lokasi kuncup kala buruk (perenating) seperti yang ditetapkan oleh raunkier  pada tahun
1934.

1).  Life Form

Tipe life form dapat dilihat dengan banyak cara, satu diantaranya adalah dengan tipe life form
dari Raunkier yag berdasarkan kuncup perenating dikelompokan sebagai berikut
a)      Phanerophyte (P): kuncup perenating pada ketinggian paling tidak 25 cm diatas
permukaan tanah. Ini berupa pohon, semak tinggi, liana, tumbuhan merambat berkayu, epifit dan
batang sukulen yang tinggi.

b)      Chamaeophyte (Ch): kuncup perenaying berkedudukan dekat dengan permukaan tanah
(dibawah 25 cm). Herba, suffrutescent (suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian pangkal berkayu
dengan tunas berbatang basah), atau tumbuhan berkayu rendah, tumbuhan succulent rendah,
tumbuhan cushion (bantalan).

c)      Hemycriptophite (H): herba perenial dimana bagian aerial mati pada akhir pertumbuhan,
meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah permukaan tanah. Herba berdaun lebar musiman
dan rumput-rumputan, tumbuahn roset.

d)     Cryptophite (Cr): kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah atau terbenam dalam
permukaan air. Tumbuhan darat dengan rimpang dalam, umbi atau tuber, tumbuahn perairan
emergent, mengapung atau tenggelam dan berakar pada dasar.

e)      Therophyte (Th): tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan biji.

Komposisi tumbuhan penyusun asosiasi dapat digambarkan dalam suatu spektra life form.
Spektra tipe life form adalah suatu penggambaran yang menunjukan  kelompok prosentase
tumbuhan penyusun suatu asosiasi seperti terlihat pada gambar dibawah ini

Gambar 6: Histogram Hasil Pengamatan Penyusun Tipe Life Form dari Suatu Tegakan

Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan kajian berkepentingan
dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar daftar spesies tegakan (stand) yang berbeda
atau area geografi berbeda. Interpretasi spektra tipe life form dapat dibaca berdasarkan
spekrtrum  normal yang dibuat Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia berdasarkan pada
1000 spesies yang dipilih secara acak dipakai sebagai pembanding. Porsentase spesies dalam
berbagai klas life form untuk spektrum normal sbb:

Tabel 1. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektru berdasar Raunkier.

P Ch H Cr Th Jumlah
46 9 26 6 13 100

Data dan histogram tersebut diatas dapat dibuat melalui parameter ekologi:

2). Cover

Cover atau penutupan kanopi tumbuhan dalam suatu area tertentu dapat dihitung berdasrkan
prosentase. Penutupan penuh  suatu vegetasi merupakan prosentase 100%. Bilangan penutupan
dapat melebihi 100 %,  disebabkan tumbuhan penyusun suatu vegetasi terdiri dari beberapa 
lapisan kanopi yang saling tumpang tindih, kuang dari 100% menunjukan adanya tanah gundul
pada suau area yang diamati..
Penggunaan alat ”moosehorn”sebagai penghitung  cover suatu kanopi pohon sangat membantu
keakuratan  perhitungan luasnya cover yang ditutup kanopi. Kanopi pohon dapat  juga dihitung 
dengan potongan melintang  batang pada setinggi dada atau disebut sebagai diameter basal area
(B). Perhitungan basal area dapat menggunakan pita pengukur yang dapat menunjukan  lingkar
batang yang dapat dikonversi dalam diameter batang.

Cara pengukuran Cover dapat dihitung dengan mengukur diameter 1 (DI) dan diameter 2 (D2)
dari luas kanopi dibagi dua ( DI + D2), bagian yang lubang

dihitung masif seperti terlihat pada cara pengukuran dibawah ini:

Gambar 7:  Cara pengukukuran Cover secara teknis  dalam pengamatan langsung

Perhitungan Cover pada semak belukar, dikelompokan dihitung total Cover tumbuhan sejenis
dalam suatu lokasi pengamatan yang disebut sebagai dominansi. Alat bantu pengamatan Cover
pada semak belukar menggunakan Pantograf.

Pengamatan atas dasar kanopi Cover penutupan adalah perhitungan yang sangat subyektif karena
itu jika data kuantitatif tersedia, seperti densitas, frekuensi, dominansi atau nilai penting, maka
analisis lebih baik dibobot dengan nilai masing-masing.

Perhitungan secara akurat untuk kelimpahan kadang kala sulit untuk dilakukan, karena itu
kelimpahan tiap-tiap life form dipakai skala rating Braun-Blanquet, Domin Krajina ataupun
Daubenmire.yang kemudian dikonversikan menjadi rerata penutupan seperti dalam tabel
berikut:

Tabel 2. Rentang Cover menggunakan Braun Blanquet, Domin Krajina dan  Daubenmire
(diambil dari Barbaur, 1992)

Braun Blanquet Domin Krajina Daubenmire


Class Range of M Class Range of M Class Range of M
Cover (%) Cover (%) Cover (%)
5 75-100 87.5 10 100 100 6 95-100 97.5
4 50-75 62.5 9 75-99 87.0 5 75-95 85.0
3 25-50 37.5 8 50-75 62.5 4 50-75 62.5
2 5-25 15.0 7 33-50 41.5 3 25-50 37.5
1 1-5 2.5 6 25-33 29.0 2 5-25 15.0
+ <1 0.1 5 10-25 17.5 1 0-5 2.5
R <<1 - 4 5-10 7.5
3 1-5 2.5
2 <1 0.5
1 <<1 +
r <<<1 +
3). Leaf  area indeks

Penutupan tanah oleh tajuk tumbuhan dinyatakan yang dinyatakan dalam koverage adalah suatu
kanopi. Area tanah yang ditutup oleh luas sejumlah daun dalam satuan  tertentu dapat dinyakan
sebagai Indeks Luas Daun (Leaf Area Indeks) atau disebut sebagai LAI.  Formula perhitungan
indeks LAI adalah sebagai berikut:

LAI = Total luas area daun, hanya satu permukaan

Unit area tanah

Pertanyannya selanjutnya adalah bagaimana mempelajari suatu vegetasi yang terdapat dalam
suatu komunitas yang terdapat dalam suatu formasi. Bagaimana pula mempelajari suatu vegetasi
yang terdapat dalam suatu tipe formasi yang tidak hanya mempunyai satu kanopi seperti yang
terlihat pada asosiasi dibawah ini.

Gambar 4. Asosiasi pada hutan hujan basah (gambar diambl dari situs internet)

Gambar 4 diatas menunjukan minimal tiga  kanopi penyusun dalam suatu asosiasi. Demikian
juga untuk asosiasi yang lainnya diatas. Dengan banyaknya pembatas yang terdapat dalam
vegetasi dan asosiasi, maka perlu pemisahan dan pembatasan dalam tujuan untuk mempelajari
vegetasi tersebut.

4. Flora

Flora tidak setara dengan vegetasi, dalam bentuk sederhana flora mengacu pada daftar spesies
atau taksa tumbuhan yang terdapat pada area tertentu. Flora dapat ditemuai dalam bentuk
dukumen yang memuat daptar floristik sampai dengan perlakuan taksonomi lengkap dengan
informasi  morphologis dan nomenklaturnya.

Flora tidak memberi informasi mengenai gabungan sifat vegetasi ataupun komunitas yang
tumbuh di tempat tersebut, flora juga tidak memberi komentar tentang kelimpahan tumbuhan
tersebut di alam, apalagi arti penting ataupun keunikan mereka. Pada flora semua spesies
mempunyai bobot yang sama.
5. Fisiognomi

Fisiognomi adalah kenampakan luar suatu vegetasi, fisiognomi dapat dibangun dari  arsitek dan
life form dari vergetasi penyusun. Arsitek vegetasi merupakan bentuk tajuk/ kanopi dari suatu
tumbuhan, suatu vegetasi dapat terdiri dari empat atau lima lapisan  kanopi tergantung pada jenis
vegetasi, seperti dicontohkan dalam gambar berikut:

Gambar 8 . Diagram Ilustrasi Penutupan pada Hutan Hujan Tropis

Sedangkan life form adalah bentuk pertumbuhan yang dapat dianalisis dengan berbagai cara.
Arsitek dan life form keduanya merupakan dua hal yang menentukan fisiognomi dari vegetasi
dan tiap vegetasi mempunyai karakteristik fisiognomi yang khusus.

Lebih lanjut lagi setelah mengamati lingkungan sekitar maka dapatkah menemukan berapa
lapisan kanopi yang ada, dapatkah anda susun dalam bentuk diagram berdasarkan lapisan kanopi
yang ada.

6. Formasi

Berdasarkan ukuran keluasan vegetasi dapat dikelompokan dalam beberapa formasi, yang
kesemuanya merupakan suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi semua permukaan
bumi, pengelompokan formasi yang sudah disetujui Unesco dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini;

Tabel 1. Klasifikasi formasi berdasarkan UNESCO Th 1973.

Klas Penyusun Spesifikasi


Formasi formasi
Hutan Dominan tinggi 5 m, tajuk saling
tertutup interlocking
1 Hutan hujan Dominan berdaun lebar, selalu hijau, ujung
basah daun tetes, tidak tahan dingin dan juga
kering
2 Hutan musiman Sejumlah mernggas kering yang terletak
selalu hijau diatas dan dibawah
tropis dan sub
tropis
3 Hutan semi Kanopi atas pohon meranggas kering, pohon
meranggas tropis ander story tetap hijau, daun kakku, daun
dan sub tropis tanpa ujung tetes
4 Hutan mangrove Terletak di daerah intertidal di daerah tropis
dan sub tropis, didominir oleh pohon
berdaun lebar, kaku, selalu hijau, dengan
pneumatophora, epifit serta vascular panjang
5 Hutan berdaun Terdapat dalam ocenic ekstrem, klimat bebas
lebar selkalu beku, hemisphere selatan seperti hutan
hijau temperate Podocarpus di New Zealand
dan sub polar
6 Hutan berdaun Didominir pohon yang selalul hijau
lebar musiman hemiscerophilus, bagian bawah kaya dengan
temoerate tumbuhan herba, sedikit epipit dan liana.
7 Hutan sclerophil Didominir oleh pohon yang selalu hijau
berdaun lebar sclerophil dengan sedikt under story tetatpi
selalu hijau banyak liana.
8 Hutan berdaun Didominir pohon selalu hijau yang berdaun
jarum sellau jarum atau sisik, epipit vascular dan liana
hijau tropis dan tidak ada.
sub tropis
9 Hutan berdaun Seperti diatas tapi dibagian belahan dunia
jarum sellau sebelah utara
hijau temperate
dan sub polar
10 Hutan Kebanyakan pohon mengguggurkan daun
meranggas bersama dalam kaitannya dengan musim
pertumbuhan
11 Hutan Daun gugur selama musim kering
meranggas
kering tropis dan
sub tropis
12 Hutan Daun gugur selama misim beku, pohon
meranggas meranggas dominan, tetapi ada pohon yang
dingin dengan selalu hijau
pohon selalul
hijau
13 Hutan Pohon meranggas mutlak dominan, epipit
meranggas vascular tidak ada
dingin dengan
tanpa pohon
selalul hijau
14 Hutan Tegakan padat dengan semak suculent dan
xeromorphus xeromorphic, bagian bawah sering
ektrem merupakan  hutan woodland
Wood Tinggi dominan  5 m, tajuk biasa tidak
bersentuhan, penutupan kanopi 40%,
Land terdapat lapisan herba
1 Woodland selalu Dominan selalu hijau
hijau
2 Woodland Dominan berbagai pohon meranggas
meranggas
3 Woodland Serupa pohon xeromorphic tapi tidak lebat
xeromorphic
ekstrem
Belukar/ Doinan semak atau pohon kerdil

Screub
1 Belukar yang Termasuk Charparal
selalu hijau
2 Belukar Termakasuk belukar
meranggas
3 Belukar dengan Tegakan semak sangat terbuka dengan
xeromorphic adaptasi xeromorphic, tumbuhan dengan duri
ekstrem
4 Belukar kerdil Dominan dengan tinggi kurang dari 0,5 m,
dan sejenis termasuk tundra artic, alpin, bog heath
Herba Dominan forb, penutupan penuh

ceus
1 Graminoid Dominan graminoid dengan tinggi 2m, bila
tinggi berbunga penutupan forb kurang dari 50%
2 Rumput tinggi Woodland terbuka dengan penutupan
dengan sinusia graminoid lebih besar dari 50%
pohon 10 -40%
3 Rumput tinggi Savana kadang kadang dengan semak
dengan sinusia
kuarang dari
10%
4 Rumput tinggi Dominan graminoid dengan tinggi antara 0,5
medium -2 m, penutupan forb kurang dari 50%
5 Rumput pendek Dominan graminoid dengan tinggi kuarang
dari 0,5 m, penutup forb kurang dari 50 %,
termasukmeadow, beberpa tipe tundra
6 Vegetasi forb Penutup forb lebih besar dari pada 50%,
penutup graminoid kuarang dari pada 50%

Penglompokan formasi berdasar UNESCO seperti diatas dapatkah ditemui di sekitar kita,
tersusun atas spesifikasi tumbuhan yang tergolong dalam formasi apakah yang anda temukan.

7. Asosiasi

Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah yang dapat digunakan
pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan sembarang umur, komunitas dapat
merupakan satu unit ekologi yang sangat luas namun juga dapat merupakan  satuan yang sangat
sempit. Istilah  komunitas juga dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil sekalipun seperti
halnya menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon tertentu.
Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu komunitas tumbuhan
demikian juga dengan  perubahan komponen vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas
tetap berlaku untuk vegetasi yang mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan
penyusun vegetasinya.

Seringkali vegetasi serupa mudah dan sering ditemukan pada lokasi yang mempunyai kondisi
yang sama, sebagai contoh adalah hadirnya vegetasi yang berupa padang rumput yang mudah
ditemui di manapun. Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi. 
Suatukomunitas besar  dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas kecil  yang didalamnya
terdapat banyak spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut, pertanyannya adalah  apakah
masing masing asosiasi tersebut merupakan suatu kesatuan atau masing masing asosiasi
merupakan satuan yang terpisah?

Asosiasi yang dapat merupakan bentuk komunitas dalam suatu formasi umumnya terdiri dari
banyak asosiasi penyusun dimana salah satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam
fisiognominya. Asosiasiasi dapat dikatakan juga sebagai komunitas, namun tidak semua
komunitas menunjukan suatu asosiasi. Komunitas dapat dilabel sebagai asosiasi jika mempunyai
ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai komposisi floristik yang seragam


2. Fisiognomi yang seragam
3. Terdapat [pada habitat yang relatif konsisten

Bagaimanakah dengan tumbuhan yang ada di sekitar kita, coba temukan di sekitar anda ada
berapa asosiasi yang anda temukan. Pertanyannya selanjutnya adalah bagaimana mempelajari
suatu vegetasi yang terdapat dalam suatu komunitas yang terdapat dalam suatu formasi.
Bagaimana pula mempelajari suatu vegetasi yang terdapat dalam suatu tipe yang tidak hanya
mempunyai satu kanopi seperti yang terlihat pada asosiasi dibawah ini.

Gambar 4. Asosiasi pada hutan hujan basah

Gambar diatas menunjukan minimal tiga  kanopi penyusun dalam suatu asosiasi. Demikian juga
untuk asosiasi yang lainnya yang sudah anda pelajari diatas. Dengan banyaknya pembatas yang
terdapat dalam vegetasi, maka perlu pemisahan dan pembatasan dalam tujuan yang berfungsi
untuk lebih detail dalam mempelajari vegetasi tersebut.

8. Populasi

Populasi  adalah suatu kelompok individu yang spesiesnya sama dan menempati dalam suatu
habitat yang cukup kecil sehingga memungkinkan terjadinya interbreding diantara anggota
semua kelompoknya.

Beberapa populasi tidak berinterbreding namun melakukan penyerbukan sendiri (self


polination) atau bereproduksi secara seksual. Luas wilayah yang ditempati memungkinkan
potensi terjadinya pertukaran gen melalui penyerbukan sendiri ataupun tetangga.
9. Spelisasi dalam ekologi tumbuhan

a. Synekologi

Synekologi mempunyai banyak sinonim kata diantaranya adalah: ekologi komunitas,


fitososiologi,geobotani, ilmu vegetasi ataupun ekologi vegetasi. Syekologi mempunyai fase fese
yaitu:

1)   Sosiologi tumbuhan

Sosiologi tumbuhan membicarakan mengenai diskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dalam suatu
komunitas

2)   Dinamika tumbuhan

Dinamika tumbuhan termasuk didalamnya adalah: transfer nutrien, transfer energi, hubungan
antaginis atau simbiotik antara anggota, proses dan sebab terjadinya suksesi ataupun perubahan
komunitas menurut waktu.

Kajian dinamika  komunitas dapat diabstrakan dalam level matematika dimana rumus yang
dipergunakan dapat memvisualisasi  dan mensimulasikan sistem dinamika yang khusus diamati,
kajian demikian dapat disebut sebagai ekologi sistem

3)   Deduksi evolusi untuk menentukan sifat alam dari suatu komunitas

Pernahkan terpikirkan apakah yang menetukan  jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
habitat. Apapula yang ,memyebabkan spesies tersebut eksis dalam habitatnya. Jawaban dalam
suatu permasalahan ini seringkali tumpang tindih dengan aut ekologi.

b. Aut ekologi

Kajian lain dari ekologi tumbuhan adalah mengenai adaptasi dan kelakuan spesies individu atau
populasi dalam kaitannya dengan lingkungan hidup meraka. Sub sub dari aut ekologi diantaranya
adalah: ekofisiologi, gene ekologi ekologi populasi.

 visitor
h
tt
Copyright © 2012 widoretno. Search Engine Optimization by Star Nine. Distributed by
Wordpress Themes

http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/

http://usupress.usu.ac.id/files/EKOLOGI%20TANAMAN_Final_Bab%201.pdf
Pengertian Dasar Dalam Ekologi Tumbuhan
Posted by endyjung on December 5, 2011

PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN

Disusun oleh:

NANI KUSMIATI                             201010070311053

LUBERTI INDRI S                           201010070311058

REZA SYAIFULLAH                      201010070311080

HENDY DESNIKO                          201010070311082

KELOMPOK I

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup dan hubungan diantara
keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan keberadaan
ilmu ekologi. Dimulai dari pengabsorsian tumbuhan (biotik) dari dalam tanah (abiotik) hingga
berubah menjadi substansi energi, diikuti dengan perpindahan yang terjadi hingga kembali lagi
ke tanah.
Peristiwa-peristiwa alam dan hubungan-hubungan inilah yang ada didalam kajian ilmu ekologi.
Namun, ekologi tidak dapat berdiri tanpa bantuan dari ilmu-ilmu lainnya seperti biologi,
biofisika, biokimia, seperti ilmu tanah, geologi, geomorfologi, klimatologi ilmu lingkungan, dsb.
Kontribusi ilmu-ilmu lain sangat berperan dalam memahami konsep-konsep ekologi karena
dengan mempelajarinya, seseorang akan lebih mengerti kedudukan ilmu ekologi itu sendiri.

Jika kita telusuri, pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul OPUSRURALIUM
COMMODORUM oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang masalah-masalah lingkungan
pertanian. Terbitnya buku tersebut membuka sejarah baru di bidang pertanian, terutama yang
bersangkutan dengan masalah lingkungan tanaman, hingga menjelma menjadi ilmu lingkungan
tanaman yang lazim disebut dengan ekologi tanaman (Hardi, 2009).

Di  Indonesia konsep ekologi sudah banyak diterapkan, baik dalam pelestarian sumberdaya alam,
perlindungan plasma nutfah, perlindungan ekosistem mangrove  hingga pengendalian dalam
jumlah populasi manusia yakni dengan program keluarga berencana. Melihat segala potensi yang
dapat diraih dengan mendalami ilmu ekologi khususnya ekologi tumbuhan menandakan begitu
pentingnya konsep dasar ekologi untuk disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, konsep dasar ilmu ekologi dan penerapannya sangat penting itu untuk dipelajari.
Dengan mengaplikasikannya ke dunia nyata, hal-hal seperti global warming, pembalakan liar
yang terjadi di negara ini pun dapat teratasi jika ada reaksi positif dari masyarakat.

1.2   Rumusan Masalah

1.2.1        Apakah konsep dan tujuan mempelajari ekologi tumbuhan?

1.2.2        Bagaimanakah sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan?

1.2.3        Bagaimanakah pendekatan ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi?

1.2.4        Apakah manfaat dan aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan, wilayah
perkotaan,perairan

1.3  Tujuan

1.3.1        Menjelaskan pengertian dan tujuan mempelajari ekologi tumbuhan

1.3.2        Menjelaskan sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan

1.3.3        Menjelaskan pendekatan ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi

1.3.4        Menjelaskan manfaat dan aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan,
wilayah perkotaan, perairan

 
 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ekologi Tumbuhan


2.1.1 Konsep Ekologi

Menurut Ernest Haeckel (1869). Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga)
dan “logos” (ilmu). Secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
Berikut ini ada beberapa definisi mengenai konsep ekologi diantaranya :

 Ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk
hidup.
 Ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungan.
 Ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia
denganlingkungan dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka
ada di situ.
 Secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau
kelompok organisme terhadap lingkungannya.
 Menurut Odum dan Cox (1971), ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur
dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur
mencirikan keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya.
Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di
alam.
o Pada dasarnya, ekologi adalah ilmu dasar yang tidak mempraktekkan sesuatunya
tempat mempertanyakan dan menyelidik, berkaitan dengan berbagaiilmu
pengetahuan yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia.
o Seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang berbagai hal, sbb. :
 Bagaimana alam bekerja
 Bagaimana suatu species beradaptasi dalam habitatnya
 Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dapatdimanfaatkan
guna kelangsungan hidupnya
 Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara(materi) dan
energi
 Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya
 Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi
sebagai populasi
 Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan matarantai fisik dan
proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial
(Odum, 1983).

2.1.2 Konsep Ekologi Tumbuhan

Ekologi tumbuhan mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tumbuhan
sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu.Ekologi tumbuhan
yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang terdapat antara
tumbuhan dengan lingkungannya serta antara kelompok-kelompok tumbuhan.

Dalam hal ini penting disadari bahwa tumbuhan tidak terdapat sebagai individu atau kelompok
individu yang terisolasi. Semua tumbuhan berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan
sejenisnya, dengan tumbuhan lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya.Dalam proses
interaksi ini, tumbuhan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan
sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidupnya. Ciri khas
ekologi tumbuhan (plant ecology), adalah tumbuhan dapat mengubah energi kimia menjadi
energi potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik (Tambunan,tanpa
tahun).

2.1.3 Tujuan Mempelajari Ekologi Tumbuhan

Pelajaran mengenai lingkungan hidup organisme sudah dipelajari sebelum kata ekologi itu
sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman dahulu telah berupaya untuk
memelihara lingkungan, yang terbukti dari beberapa mitos yang muncul seperti ”jangan
menebang pohon yang rindang karena ada penghuninya”. Ini adalah salah satu upaya mereka
untuk memelihara ketersediaan air. Mitos-mitos mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif
cukup banyak, karena masing-masing suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini
memperlihatkan bahwa manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh yang
mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya. Pengetahuan Ekologi berkembang sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia itu sendiri.

Sesuai dengan firman Allah swt, dalam Qs. Al-Kahfi : 45

Tujuan mempelajari ekologi tanaman adalah agar kita mengetahui teknik dan cara yang tepat
untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya
Allah telah memberi peluang kepada kita melalui hasil ciptaannya. Namun, tentunya kita juga
perlu menjaga lingkungan (hasil ciptaannya) sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.

2.2 Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan

2.2.1 Sejarah Ekologi Tumbuhan

Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila
ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama
Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “oekologie” yang berasal dari kata oikos
yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme
di habitatnya atau di tempat hidupnya.

Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu
kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927)
ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara
ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran
(distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1983) menyatakan
bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs
(1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang
menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme (Marlina,2010).Sekarang definisi ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan
biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya,
bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh
tersebut. Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari
berbagai makhluk hidup.

Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh
Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik
untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika,
seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan
dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice
(1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan
dan hewan.Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak
dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan
Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an
Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan
agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan
Edward (1960) secara mendalam di Inggris.Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin
(1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi,
dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme,
sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi (Anonymous,2010)

2.2.2 Perkembangan Ekologi Tumbuhan

Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang mendukung dan


berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke
arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan
kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub
atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui hasil penemuan yang sudah ada,
dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat
berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang
lainnya dan dengan lingkungannya.

Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti;
Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada tempat yang cocok,
kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan terhadap
keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau panjang dan
lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan
jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka?.
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa
digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang
tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi,
tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi dasar tersebut,
sehingga memunculkan ekologi terapan.

Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak,


rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungannya, Sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada pada
habitatnya.
Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt (1769-1859)
ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term assosiasi, fisiognomi,
hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-¬faktor lingkungan seperti elevasi,
ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Anton
Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya yang
berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian dari
suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas dan telah
mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia
menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain
yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890
dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin
yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.

Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik meneliti
ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600 spesimen
tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi (1982), dimana di dalamnya diuraikan
tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan subdominan,
nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari
suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901)
ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis
(1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan
Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan
fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah
melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya
dengan zona elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-
1945) besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia
telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak
menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian lokal dan lain-
lain.  Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi karena
sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara
ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis
tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940
dan 1950 an.  Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di
Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling
vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias
Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data,
dan nomenklatur asosiasi.

2.3 Pendekatan dalam Ekologi tumbuhan

2.3.1 Sinekologi (Ekologi komunitas)

Sinekologi berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas.
Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani, Ilmu Vegetasi dan
Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan dalam hal:
1. Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas.
2. Komposisi dan struktur komunitas
3. Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrien dan
energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, dan proses,
dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
4. Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas secara
evolusioner.

Contoh kajian sinekologi :

Mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi
dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan
rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam,
hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.

2.3.2 Autekologi (Ekologi Spesies)

Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau
populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi meliputi demekologi
(spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran populasi), ekologi fisiologi atau
ekofisiologi, dan genekologi (genetika).Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu
spesies dapat terdistribusi. Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau
genetik dari suatu spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba
menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, organismik dan sub
organismik. Autekologi dapat bergerak ke dalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti
fisiologi, genetika, evolusi dan biosistematik.

Contoh kajian autekologi :

 Mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.


 Mempelajari pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan jenis Pinus merkusi

 Selain itu mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya
terhadap lingkungan. Misalnya mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii
dengan lingkungannya.
 mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-
alang, dan lain sebagainya

Manusia memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia
menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implisit bahwa sudah sejak lama
telah dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia.
Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam. Dengan pandangan antroposentrik yang
disertai dengan keinginan taraf hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi
yang amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu
ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh
dikatakan tidak ada yang memiliki. Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup
agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita jaga.

2.4 Manfaat dan aspek terapan ekologi tumbuhan

2.4.1 Manfaat dan aspek terapan di bidang pertanian

Pemanfaatan Pertanian Organik

Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1980 mengeluarkan definisi tentang pertanian
organik adalah suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian besar tidak
menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zat additive. Tujuan
yang utama dari pertanian organik adalah untuk mendapatkan hasil yang setingi-tingginya. Jika
kita kilas balik, Indonesia pernah mengalami revolusi hijau dimana Indonesia berswasembada
beras. Salah satu input dari revolusi hijau adalah dikembangkannya varietas-varietas yang
berdaya hasil tinggi, tetapi memerlukan pupuk dalam jumlah yang besar.

Definisi pertanian organik yang dikenal pada saat ini dikeluarkan oleh IFOAM dan Departemen
Pertanian Amerika Serikat. Menurut IFOAM (FAO,1998) tujuan, prinsip dari pertanian organik
dan prosesnya berdasarkan sejumlah prinsip penting dan ide-ide, yaitu :

 Memproduksi makanan dengan gizi berkualitas tinggi


 Mengedepankan siklus biologis di dalam sistem pertanian, meliputi mikroorganisme,
flora dan fauna tanah, ternak dan tanaman
 Menginteraksikan suatu kehidupan yang konstruktif dengan sistem dan siklus yang alami
 Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
 Memproduksi dan menggunkan air yang sehat dan menjaga air, sumber air dan
kehidupannya
 Membantu konservasi tanah dan air
 Menggunakan sejauh mungkin, sumber daya lokal yang dapat diperbaharui yang dikelola
dalam sistem pertanian
 Bekerja sejauh yang bisa dilakukan, dalam sistem tertutup yang menyediakan bahan
organik dan unsur hara bagi tanaman
 Bekerja sejauh yang mungkin menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang
berasal dari dalam maupun luar sisitem pertanian
 Meminimalkan semua bentuk polutan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang
dilakukan
 Mempertahankan keragaman genetik di dalam sistem pertanian dan disekitarnya,
termasuk melindungi tanaman dan habitat liarnya
 Memberikan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja
 Memperhatikan pengaruh sosial dan ekologis dari sistem yang diterapka
 Menghasilkan produk non-pangan dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang
sepenuhnya dapat dihancurkan secara alami
 Memperkuat fungsi asosiasi pertanian organik
 Memajukan keseluruhan rantai pertanian yang bertanggung jawab secara sosial maupun
ekologis
Keuntungan yang diperoleh dari diterapkannya diversifikasi tanaman pada pertanian organik
adalah :

 Meningkatkan jumlah dan komposisi tanaman yang dipanen


 Meningkatkan stabilitas panen
 Mengurangi serangan penyakit
 Mengurangi pemakaian pestisida
 Mengontrol gulma
 Mengurangi erosi tanah

Dengan sistem pertanian organik contohnya biofertilizer untuk membantu penyediaan unsur hara
bagi tanaman yakni dengan bantuan mikroba yang membantu dalam ketersediaan hara dan
mempercepat dekomposisi bahan organik (Rahmawati,2005).
2.4.2 Penerapan ekologi dalam bidang kehutanan

Ovington (1974) melaporkan bahwa lebih kurang setengah dari seluruh luas hutan didunia (1.800
juta hektar) terletak dikawasan tropika. Dari seluruh kawasan hutan di daerah tropika kira-kira
seperempatnya (400 juta hektar) terletak diwilayah Asia-Pasifik. Hampir seluruh hutan yang
terdapat di kawasan Asia-Pasifik adalah hutan alam, artinya, hutan yang tidak ditanam. Oleh
karena itu, eksploitasi hutan untuk keperluan perdagangan mula-mula terhalang oleh kesukaran
menempuh hutan tropika dan pengetahuan yang masih terbatas mengenai kekayaan hutan
tropika. Tetapi setelah pengetahuan serta kebutuhan kayu meningkat, produksi kayu per hektar di
kawasan Asia-Pasifik meningkat pula dengan sangat pesatnya. Volume kayu yang ditebang dari
kawasan ini semakin hari semakin besar, bahkan sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan
masa depan wilayah bekas hutannya. Belum lagi ditambah oleh suatu kenyataan umum, bahwa
kalau kita memerlukan wilayah baru untuk pemukiman atau pertanian, wilayah hutan pulalah
yang harus menjadi korban. Terlebih-lebih dinegara yang padat penduduknya seperti di negara
kita ini, masa depan wilayah hutan itu memang jelas dapat diramalkan. Hutan akan semakin
habis, kecuali kalau ada usaha untuk melakukannya.  Maka dari itu, pelestarian atau pengawetan
hutan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Memperbaiki klasifikasi lahan hutan melalui klasifikasi ulang beberapa daerah seperti
hutan lindung, dengan tujuan untuk menetapkan kawasan lindung yang mewakili semua
jenis habitat di Indonesia dan melindungi daerah unik yang kerusakannya relatif rendah,
sedemikian rupa sehingga regenerasi alami dapat berlangsung.
2. Melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan proses mengelola lahan
hutan permanen untuk mencapai satu atau beberapa tujuan, yang dikaitkan dengan
produksi hasil dan jasa hutan secara terus menerus dengan mengurangi dampak
lingkungan fisik dan sosial yang tidak diinginkan.Pengelolaan hutan berkelanjutan
sebagai bentuk pengelolaan hutan yang memiliki sifat ‘hasil yang lestari’, ditunjukkan
oleh terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi hutan, fungsi ekologis hutan dan
fungsi sosial-ekonomi-budaya hutan bagi masyarakat lokal.
Keuntungan dari pengelolaan hutan berkelanjutan adalah :

a)      Hasil yang terus mengalir dan berkelanjutan dalam bentuk kayu dan hasil serta hasil hutan
lainnya
b)      Mempertahankan keanekaragaman hayati yang tinggi dalam konteks perencanaan tata guna
lahan terpadu yan meliputi jaringan kawasan lindung dan kawasan konservasi

c)      Mempertahankan ekosistem hutan yang stabil

1. Mengadakan reboisasi

Reboisasi bertujuan untuk menghutankan kembali kawasan hutan kritis di wilayah daerah aliran
sungai (DAS) yang dilaksanakan bersama masyarakat secara partisipatif.Kegiatan utamanya
adalah penanaman kawasan hutan dengan tanaman hutan dan tanaman kehidupan yang
bermanfaat yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat setempat. Penanaman ini
bertujuan untuk meningkatkan tingkat penutupan lahan yang optimal sekaligus memberi manfaat
bagi masyarakat setempat sehingga tercipta keharmonisan antara hutan dan masyarakat.  Dengan
reboisasi dan penghijauan lahan, laju evapotranspirasi dan air simpanan meningkat. Reboisasi
dan penghijuan yang berhasil akan menurunkan aliran air permukaan tetapi sekaligus
meningkatkan air simpanan dalam tanah. Namun kenyataan yang ada rebosisasi dan penghijauan
seringkali tidak hanya menurunkan aliran air tetapi juga mengurangi air simpanan, karena
adanya evapotranspirasi dan intersepsi oleh tajuk hutan. Apabila reboisasi dan penghijauan yang
hanya menanam pohon yang tinggi tanpa memperhatikan adanya tumbuhan bawah dan serasah
justru akan menaikkan erosi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penghijauan dan reboisasi
sebaiknya memperhatikan sebagai berikut:

a)      pohon yang dipilih mempunyai ujung penetes yang sempit

b)      ada tumbuhan bawah dan serasah, tumbuhan bawah dapat berupa rumput

1. Rehabilitasi lahan kritis

Penetapan lahan kritis ini mengacu pada definisi lahan kritis yang ditetapkan sebagai lahan yang
telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atua berkurang fungsinya sampai pada batas
toleransi. Sasaran rehabilitasi adalah lahan-lahan kritis di kawasan hutan.  Rehabilitasi lahan
adalah usaha memperbaiki ,memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak
agar dapat berfungsi secara optimal. Baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air
maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Konservasi lahan adalah
pengelolaan lahan yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya.

1. Pengelolaan hutan berdasarkan penerapan system agroforestry

Pengelolaan kehutanan terdapat berbagai struktur sistem agroforestri sehingga terdapat


bermacam bentuk antara lain :

1. agrisilvikultur
2. silvopastur
3. silvofisheri
4. hutan serbaguna
5. (Farm forestry) kebun campuran atau multipurpose forest tree production system.
6. Agrisilvikultur adalah suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan
kehutanan dengan pertanian lainnya. Tumpangsari merupakan istilah yang banyak
digunakan di Perhutani yaitu cara pengelolaan hutan yang memperbolehkan petani
membudidayakan tanaman pangan seperti padi, jagung, kacangtanah, kedelai, kentang,
kol di lahan kawasan hutan disamping tanaman pokok kehutanan (Jati, Pinus, Damar,
Sonokeling dan Mahoni).
7. Silvopastur merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan dengan
peternakan yaitu lahan diantara tegakan pohon hutan ditanami rerumputan atau hijauan
pakan ternak dalam waktu bersamaan. Silvofisheri adalah bentuk agroforestri dengan
campuran kegiatan kehutanan didaerah pantai (hutan payau) dengan perikanan. Di sini
petani tambak membudidayakan ikan (udang atau bandeng) sekaligus menghutankan
kembali dan merehabilitasi hutan payau.
8. Hutan serbaguna merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan
dengan tanaman pangan, peternakan, tanaman obat, pemeliharan lebah madu,
pemeliharaan ulat sutera, wisata, pendidikan (perkemahan) dan latihan militer.
9. Kebun campuran (Farm Forestry atau multipurpose forest tree production system) yang
merupakan campuran kegiatan pertanian (berbagai jenis tanaman) dengan penanaman
pohon di luar kehutanan (pohon bukan merupakan tanaman utama) antara lain seperti
pekarangan atau talun. (Yani,2010)

Pengaruh negatif pohon yang merupakan kendala sistem agroforestri antara lain:

I.            Terjadi kompetisi akan cahaya antara pohon dan tanaman sela

II.            Kompetisi akan air dan unsur hara antara pohon dan tanaman sela

III.            Pepohonan dapat menjadi inang hama atau penyakit bagitanaman semusim.

pengaruh negatif pohon terhadap tanaman semusim dapat dikurangi antara lain : dengan
pemangkasan pohon secara teratur, memilih pohon bertajuk tidak melebar, mengatur jarak
pohon, menanam tanaman tahan naungan atau memilih pohon yang berakar dalam. Sistem
agroforestri dapat berjalan seperti yang diharapkan (produksi atau pendapatan) apabila cahaya
cukup tersedia. Namun demikian, tajuk pohon seringkali menghalangi cahaya yang seharusnya
diterima oleh tanaman budidaya. Di sisi lain, naungan menguntungkan bagi faktor tanah, karena
peneduhan oleh tajuk pohon mencegah terpaan hujan dan cahaya langsung pada permukaan
tanah sehingga degradasi sifat fisik tanah dan laju oksidasi bahan organik di lapisan atas
terhambat.

2.4.3 Penerapan ekologi dalam bidang perkembangan wilayah perkotaan

Kota mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan fisik. Duckworth dan
sandberg (1954) mencatat adanya penelitian yang sudah lama mengenai kesan suhu udara kota
yang lebih panas dari lingkungan disekelilingnya, seolah-olah sebuah “pulau panas” yang
terapung diatas media yang lebih dingin. Penelitian selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu udara
maksimum di sebuah kota biasanya dicapai didaerah padat penduduk yang merupakan pusat kota
yang terpanas. Yang terendah suhunya dicapai di tepi kota yaitu di pinggir “pulau panas” tadi.
Kesan “pulau panas” terhadap wilayah di tepi kota bergantung pada berapa besar dan luasnya
kota itu. Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu ditata pola penyebaran
tamanya. Penataan taman diperkotaan tidak asal jadi, tetapi tujuan penyebaran tamannya harus
jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa penempatan lokasi luas taman, keelengkapan sarana dan
prasarana taman sesuai dengan kebutuhan standart kota. Apabila luas taman kota dan jumlah
taman seimbang maka tercipta kota yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota dapat
dipandang dari paham biologisme atau suatu jaringan utuh yang terdiri atas dua subsistem yaitu
city’s hardware atau jasmani kota dan city’s soft ware atau rohani kota.
Untuk membentuk kota yang asri dan mengurangi suhu panas dalam kota maka diperlukan
peranan sebagai berikut :

1. a.      Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan
kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan.
Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan
struktur vegetasinya. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang
Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang
dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk
area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya
tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

1. b.      Hutan Kota

Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan
kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam
kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya. Hutan kota
merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan
lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Hutan di perkotaan ini tidak memungkinkan berada
dalam areal yang luas. Bentuknya juga tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota
dapat dibangun pada berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria untuk
menetapkan bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat dipergunakan adalah
kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat penting hutan kota berupa manfaat
lingkungan yang terdiri atas konservasi mikroklimat, keindahan, serta konservasi flora dan
kehidupan liar. Kehadiran pohon dalam lingkungan kehidupan manusia, khususnya diperkotaan,
memberikan nuansa kelembutan tersendiri. Perkembangan kota yang lazimnya diwarnai dengan
aneka rona kekerasan, dalam arti harfiah ataupun kiasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan
elemen alamiah seperti air (baik yang diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan aneka
tanaman (mulai dari rumput, semak sampai pohon) (Budihardjo, 1993). Dalam pelaksanaan
pembangunan hutan kota dan pengembangannya, ditentukan berdasarkan pada objek yang akan
dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan
kota dapat dibagi menjadi lima kelas yaitu :

1)      Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk membantu
menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat menangkal pengaruh
polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus
meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.

2)      Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal darilimbah yang
dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat, cair, maupun gas.

3)      Hutan Kota Wisata/Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi
bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak atau remaja,
tempat peristirahatan, perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan
tempat produksi oksigen.

4)      Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk mencegah
kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun
faunanya di alam.

5)      Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan kenyamanan,
keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti pasar, terminal, perkantoran,
pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di
pinggir jalan yang berlalulintas padat.

Mengenai luasan dan persentase adalah bahwa luas hutan kota dalam suatu hamparan yang
kompak paling sedikit 0,25 (dua puluh lima per seratus) hektar (pasal 8 ayat 2), sedangkan
mengenai persentase luas hutan kota paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus) dari wilayah
perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat (pasal 8 ayat 3) (PP No. 63 tahun 2002).

Bentuk hutan kota

a)      Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik, di
tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan.

b)      Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian
rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia,untuk mendapatkan komposisi
tertentu yang indah.

c)      Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari
jenis yang dapat menghasilkan buah.

d)     Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang
dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah
setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun luar negeri.
e)      Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena
rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut.

Fungsi Hutan Kota

 Nilai Estetika

Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai
keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata
ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk
memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi
yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat
bersedia untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan
kenyamanan.

 Penyerap Karbondioksida (CO2)

Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-plankton,
ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam
menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan
kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan
tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota, hutan
alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah
gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses kimia
pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O + Energi dan
klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada
proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan beracun bagi
manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis
menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang
baik sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar (Agathis
alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia
(Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan
kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida
sebanyak 800 ton per tahun.

 Pelestarian Air Tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat
erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan
sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi
yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan
manfaat bagi kehidupan di lingkungan perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah
hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah
sejumlah 10.219 m3 setiap tahun.

 Penahan Angin
Hutan kota berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 – 80
%. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain hutan kota untuk menahan angin
adalah sebagai berikut :

 Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat.

a)      Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang

b)      Memiliki jenis perakaran dalam.

c)      Memiliki kerapatan yang cukup (50 – 60 %).

d)     Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang
diinginkan.

 Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin
pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50
persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah.
Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan
kesejukan di dalam ruangan.

2.4.4 Penerapan ekologi dalam bidang perairan

Taman pengelolaan limbah

Budidaya air untuk keperluan makanan, melibatkan ekosistem yang sangat berbeda dengan
budidaya untuk keperluan pemancingan. Yang pertama didasarkan atas rantai makanan yang
pendek, ditopang oleh banyak masukan pupuk, pakan, benih dari tempat pembenihan dan energy
kerja. Salah satu penerapan yang efisien adalah menampung buangan dari jenis-jenis tertentu
dari limbah organik rumah tangga dan industri yang mengalir melalui serangkaian kolam, dapat
menyediakan subsidi energi untuk jenis-jenis ikan, molusca, crustacea, dan organisme lain yang
telah beradaptasi dan dapat menghasilkan makanan untuk manusia atau binatang, atau produk
berguna lainnya. Budi daya air yang diatur secara demikian dapat membantu mengubah polusi
menjadi sebuah sumber daya.

KESIMPULAN

 Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu). Secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
 Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan
proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antarailmu alam dan ilmu sosial
(Odum, 1983)
 Tujuan mempelajari ekologi tanaman adalah agar kita mengetahui teknik dan cara yang
tepat untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Karena
sesungguhnya Allah telah memberi peluang kepada kita melalui hasil ciptaannya.
Namun, tentunya kita juga perlu menjaga lingkungan (hasil ciptaannya) sebagai wujud
rasa syukur kepada-Nya
 Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi
alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut
C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam
(natural history) secara ilmiah,
 Sinekologi mengkaji hubungan antara 2 spesies atau lebih terhadap lingkungannya
contohnya mengkaji populasi kijang dilingkungannya
 Autekologi mengkaji hubungan antara 1 spesies terhadap lingkungannya contohnya
mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.
 Terapan yang dapat dilakukan sebagi implementasi ilmu ekologi tumbuhan diantaranya
melalui : Pemanfaatan Pertanian Organik ,Penerapan system agroforestry, Ruang
Terbuka Hijau, Hutan Kota, Taman pengelolaan limbah

Anda mungkin juga menyukai