Anda di halaman 1dari 9

UAS PRAGMATIK

Nama : Nurul Sinta Dewi Mulyani Dosen: Makyun Subuki, M. Hum


NIM : 11200130000004 Mata Kuliah: Pragmatik
PBSI/5A

SENARAI ISTILAH

4. Lokusi (locution/locutionary act), illokusi (illocution/illocutionary act), dan perlokusi


(perlocution/perlocution act)
1. Locutionary act: the production of an utterance, with a particular intended structure,
meaning, and reference. (Tindak lokusi: produksi ujaran dengan struktur, makna, dan
referensi tertentu yang dimaksudkan)
2. Illocutionary act: an act performed by a speaker in saying something (with an
appropriate intention and in an appropriate context). (Tindak ilokusi: suatu tindakan
yang dilakukan oleh pembicara dalam mengatakan sesuatu (dengan niat yang tepat dan
dalam konteks yang tepat)
3. Perlocutionary act: a speech act which depends on the production of a specific effect.
For instance, for the verbal act of persuasion to have occurred. (Tindak perlokusi: tindak
tutur yang bergantung pada produksi efek tertentu)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman.167-168.

1. a locutionary act: the act of using words to form sentences, those wordings making sense
in a language with correct grammar and pronunciation. (Tindakan lokusi: tindakan
menggunakan kata-kata untuk membentuk kalimat, kata-kata itu masuk akal dalam
bahasa dengan tata bahasa dan pengucapan yang benar)
2. an illocutionary act: the intended action by the speaker, the force or intention behind the
words, within the framework of certain conventions. (tindakan ilokusi: tindakan yang
dimaksudkan oleh pembicara, kekuatan atau niat di balik kata-kata, dalam kerangka
konvensi tertentu)
3. a perlocutionary act: the effect that an utterance has on the thoughts, feelings, attitudes,
or actions of the hearer. (Tindakan perlokusi: efek yang dimiliki ucapan pada pikiran,
perasaan, sikap, atau tindakan pendengar)
Sumber:
Jacob L. Mey. 2009. Concise Encyclopedia Of Pragmatics. Oxford: Elsevier, halaman
1011.

Penjelasan:
1. Lokusi merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu dengan kata-
kata yang membentuk kalimat dan bermakna. Contoh ketika Lina bermain di rumah
Alya. Lina mengatakan : Aku sangat lapar (lokusi)
2. Ilokusi merupakan makna yang terkandung dalam tuturan pembicara atau maksud
tersembunyi dibalik tuturan tersebut. Contoh dari lokusi aku sangat lapar mengandung
maksud bahwa Lina ingin meminta makan pada Alya.
3. Perlokusi merupakan efek yang ditimbulkan pada pendengar akibat dari tuturan
pembicaranya. Contoh ketika Lina mengatakan hal tersebut, maka Alya mengambil
beberapa cemilan dari dapur.

14. Tindak tutur komisif


Commissives: these have the effect of committing the speaker to some action in the future:
promise, undertake, offer, threaten. (Komisif: ini memiliki efek membuat pembicara
melakukan beberapa tindakan di masa depan: berjanji, melakukan, menawarkan,
mengancam)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 168.

Commissives are those kinds of speech acts that speaker use to commit themselves to some
future action. They express what the speaker intends. (Komisif adalah jenis tindak tutur
yang digunakan penutur untuk melakukan tindakan di masa depan. Mereka
mengungkapkan apa yang dimaksudkan pembicara)
Sumber:
George Yule. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press, halaman 54.
Penjelasan:
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang menimbulkan efek pada pembicara untuk
melakukan sesuatu yang mengikat dan dilakukan di masa yang akan datang. Contoh ketika
seorang laki-laki berjanji untuk menikahi kekasihnya.
Perempuan : Kapan kamu nikahin aku?
Laki-laki : Nanti kalo naik pangkat, saya akan langsung menikahimu.
Terdapat tindak tutur komisif berjanji yang dilakukan laki-laki tersebut yaitu akan menikahi
kekasihnya. Janji yang diungkapkan oleh laki-laki tersebut bersifat mengikat dan akan
dilakukan di masa yang akan datang.

24. Communicative principle of relevance


According to the communicative principle of relevance, a bona fide communicator, simply
by producing an utterance, implicates his or her belief that it is optimally relevant. The
speaker is the more active participant in two-way communication; the hearer is more
passive. The speaker’s task is to produce an utterance which will enable the hearer to
construe the intended message by following the standard procedure. (Menurut prinsip
relevansi komunikatif, seorang komunikator yang sejati, hanya dengan menghasilkan
ucapan, mengimplikasikan keyakinannya bahwa ucapan itu relevan secara optimal.
Pembicara adalah peserta yang lebih aktif dalam komunikasi dua arah; pendengar lebih
pasif. Tugas pembicara adalah menghasilkan ucapan yang memungkinkan pendengar
menafsirkan pesan yang dimaksud dengan mengikuti prosedur standar)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman. 153.

Communicative Principle of Relevance: Every act of ostensive communication (e.g., an


utterance) communicates a presumption of its own optimal relevance. ( Prinsip
Komunikatif Relevansi: setiap tindakan komunikasi ostensif (misalnya, ucapan)
mengkomunikasikan anggapan relevansi optimalnya sendiri)
Sumber:
Jacob L. Mey. 2009. Concise Encyclopedia Of Pragmatics. Oxford: Elsevier, halaman
372.

Penjelasan:
Prinsip komunikasi relevan terjadi ketika seorang pembicara meyakinkan lawan bicaranya
dengan ucapan yang relevan. Contoh ketika seseorang ditanya mengenai pesanan tiket
pesawat.
“Saya pesan tiket ke Palembang hari Senin tanggal 03 Desember 2022 jam 09.00
menggunakan pesawat Garuda dengan kelas tiket ekonomi”
Seorang penutur tersebut memberikan informasi dalam komunikasi secara relevan karena
memberikan penjelasan dengan memberikan penjelasan yang dapat meyakinkan pendengar
sehingga pendengar memahami maksud penutur.

34. Maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim kerendahatian (modesty maxim)


• Generosity Maxim: Minimise benefit to self. Maximise cost to self.
(Maksim Kedermawanan: Minimalkan manfaat untuk diri sendiri. Memaksimalkan biaya
untuk diri sendiri.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman . 178.
• Modesty Maxim: Minimise praise of self. Maximise dispraise of self.
(Maksim kesopanan: Minimalkan pujian terhadap diri sendiri. Maksimalkan
kecemburuan terhadap diri sendiri.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman. 15.

• Generosity maxim states: 'Minimize the expression of benefit to self; maximize the
expression of cost to self.' I think this formulation reads very oddly, and that it would be
better to say: 'Minimize the expression of cost to other; maximize the expression of benefit
to other.' (Pepatah Kedermawanan Leech menyatakan: 'Minimalkan ekspresi manfaat
bagi diri sendiri; memaksimalkan ekspresi biaya untuk diri sendiri.' Saya pikir formulasi
ini terdengar sangat aneh, dan akan lebih baik untuk mengatakan: 'Minimalkan
pengungkapan biaya ke pihak lain; memaksimalkan ekspresi manfaat bagi orang lain.' )
Sumber:
Thomas, Jenny. 2013. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New
York: Rotlegde, halaman 162.
• The Modesty maxim states: 'Minimize the expression of praise of self; maximize the
expression of dispraise o f self'. This is another maxim which varies enormously in its
application from culture to culture. (Maksim Kerendahan Hati menyatakan:
'Minimalkan ekspresi memuji diri sendiri; memaksimalkan ekspresi mencela diri
sendiri'. Ini adalah pepatah lain yang sangat bervariasi dalam penerapannya dari budaya
ke budaya)
Sumber:
Thomas, Jenny. 2013. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New
York: Rotlegde, halaman 163.

Penjelasan:
• Maksim kedermawanan adalah maksim yang sederhana dan mudah dipahami dengan
kriteria meminimalkan manfaat untuk diri sendiri dan memaksimalkan biaya untuk
diri sendiri. Contoh: Dita: Ibu istirahat saja di rumah. Saya saja yang pergi ke pasar.
Pada contoh tersebut, Dita telah berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain
yaitu Ibu dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan
dengan cara menawarkan bantuan agar Dita saja yang pergi ke pasar.

• Maksim kerendahatian adalah maksim yang meminimalkan pujian bagi diri sendiri
dengan kriteria meminimalkan ekspresi memuji diri sendiri dan memaksimalkan
ekspresi mencela diri sendiri. Contoh ketika A yang pandai melukis memuji karya B
dengan berkata “Wah bagus sekali lukisanmu”
Dalam contoh di atas ibu A tidak berkata dengan: “Oh, tentu saja. Lebih bagus
lukisanku.” A mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri dengan mengatakan: “Wah
bagus sekali lukisanmu”

5. Felicity condition
Felicity conditions are certain expected or appropriate circumstances for the performance of
a speech act to be recognized as intended. For some clear cases, the performance will be
infelicitous (inappropriate) if the speaker is not a specific person in a special context.
(Felicity condition adalah keadaan tertentu yang diharapkan atau sesuai untuk pelaksanaan
suatu tindak tutur agar diakui sebagaimana dimaksud. Untuk beberapa kasus yang jelas,
pertunjukan itu tidak tepat (tidak pantas) jika pembicaranya bukan orang tertentu dalam
konteks khusus.)
Sumber:
George Yule. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press, halaman 50.

Felicity conditions These are conditions that must be satisfied for a speech act to be properly
performed (also known as ‘happiness conditions’). They can be grouped under three
headings: preparatory conditions, sincerity conditions, and essential conditions. (Kondisi
felisitas adalah kondisi yang harus dipenuhi agar tindak tutur dapat dilakukan dengan benar
(juga dikenal sebagai 'kondisi kebahagiaan'). Mereka dapat dikelompokkan dalam tiga judul:
kondisi persiapan, kondisi ketulusan, dan kondisi esensial.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 62.

Penjelasan:
Kondisi felisitas terjadi ketika ujaran yang dibuat telah memenuhi syarat yang sesuai baik
dari segi pembicara dan konteks yang tepat. Pembicara yang memiliki otoritas atau kekuasaan
dan berada pada konteks yang tepat maka tindak tutur dapat dikatakan telah memenuhi
kondisi felisitas. Contohnya seorang penghulu dalam pernikahan. Ketika penghulu
mengatakan “Saya nikahkan Saudara A dengan Saudari B dengan mas kawin…” tuturan
semacam ini hanya diakui secara sah sebagai tindak tutur yang tepat jika penutur memenuhi
syarat yang diperlukan untuk dapat memvalidasi konteks. Ketika tuturan tersebut dituturkan
oleh orang yang tidak mempunyai otoritas dan bukan pada tempat dan saat pernikahan, maka
tindak tuturnya tidak memenuhi kondisi felisitas. Sebagai contoh ketika seorang aktor dalam
sebuah film berperan sebagai penghulu dan menuturkan tuturan “Saya nikahkan…” kepada
pasangan yang juga aktor, maka tuturan tersebut tidak valid untuk menjadikan pasangan yang
dinikahkan benar-benar menjadi suami istri.

15. Tindak tutur deklaratif


Declaratives: these are said to produce a change of some sort in the world: resign, sack,
appoint, name, christen, sentence (in court), bid (at auction).(Deklaratif: ini dikatakan
menghasilkan semacam perubahan di dunia: mengundurkan diri, memecat, menunjuk, nama,
membaptis, kalimat (di pengadilan), penawaran (di lelang).)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 169.

Declaration are those kinds of speech acts that change the world via their
utterance.(Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui ucapannya.)
Sumber:
George Yule. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press, halaman 53.

Penjelasan:
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dilakukan si petutur dengan maksud untuk
menciptakan hal atau dapat mengubah (status, keadaan, dan sebagainya yang baru),
misalnya memutuskan, membatalkan, dan memberi maaf.
Contoh: Bos: “Dengan ini, saya nyatakan Anda dipecat”
Pada contoh tersebut, tuturan yang dikatakan oleh bos/atasan terhadap karyawan tentu akan
mengubah status karyawan tersebut menjadi bukan karyawan lagi karena sudah dipecat.

25. Presupposition
Presupposition is something the speaker assumes to be the case prior to making an
utterance. Speaker, not sentences, have presupposition. (Presuposisi adalah suatu perkara
yang diasumsikan oleh penutur sebelum melakukan pengungkapan. Pembicara, bukan
kalimat, memiliki presuposisi.)
Sumber:
George Yule. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press, halaman 25.

Presupposition is a proposition whose truth is taken for granted by the producer of an


utterance and which must be known and taken account of for the utterance to make sense to
an interpreter. (Presuposisi adalah proposisi yang kebenarannya diterima begitu saja oleh
pembuat ujaran dan yang harus diketahui dan diperhitungkan agar ujaran tersebut masuk
akal bagi penafsir.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 138.
Penjelasan:
Presuposisi atau praanggapan adalah dugaan, keyakinan, atau anggapan tentang orang lain
atau suatu hal yang sudah dimiliki penutur sebelum mengutarakan suatu.
Contoh : Anto datang terlambat lagi
Pada contoh tersebut, penutur berarti telah memiliki praanggapan bahwa Anto sebelumnya
biasa terlambat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penegasan pada tuturan yaitu
dengan menggunakan kata “lagi”. Kata lagi menunjukkan bahwa terjadi pengulangan suatu
kegiatan.

35. Maksim penerimaan (approbation maxim) dan maksim kebijaksanaan (tact maxim)
• The approbation maxim states: 'Minimize the expression o f beliefs which express
dispraise of other; maximize the expression of beliefs which express approval of other.'
(Maksim penerimaan menyatakan: 'Minimalkan ekspresi keyakinan yang mencela orang
lain; memaksimalkan ekspresi keyakinan yang mengekspresikan persetujuan orang
lain.')
Sumber:
Thomas, Jenny. 2013. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New
York: Rotlegde, halaman 162.
• The Tact maxim states: 'Minimize the expression of beliefs which imply cost to other;
maximize the expression of beliefs which imply benefit to other'. ( Maksim Kebijaksanaan
menyatakan: 'Minimalkan ekspresi keyakinan yang menyiratkan kerugian bagi orang
lain; memaksimalkan ekspresi keyakinan yang menyiratkan manfaat bagi orang lain'.)
Sumber:
Thomas, Jenny. 2013. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New
York: Rotlegde, halaman 160.

• Approbation Maxim: Maximise praise of hearer. Minimise dispraise of hearer.


(Maksim penerimaan : Maksimalkan pujian dari pendengar. Minimalkan celaan terhadap
pendengar.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 15.
• Tact Maxim: Minimise cost to the hearer. Maximise benefit to the hearer.
(Maksim Kebijaksanaan: Minimalkan biaya bagi pendengar. Maksimalkan manfaat bagi
pendengar.)
Sumber:
Alan Cruse. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press, halaman 178.

Penjelasan:
• Maksim penerimaan
Maksim penerimaan berusaha untuk memaksimalkan kerugian diri sendiri dengan
mendapatkan pujian dan tidak terdapat celaan bagi pendengar.
Contoh: Saya akan meminjamkan Anda uang

Pada tuturan tersebut, penutur telah memaksimalkan kerugian diri sendiri dengan
memberikan tawaran untuk memberikan pinjaman uang. Tuturan tersebut, tidak akan
menimbulkan celaan bagi pendengar karena tuturannya sangat sopan. Penutur akan
mendapatkan pujian dari pendengar karena telah berbaik hati akan meminjamkan uang.

• Maksim kebijaksanaan
Maksim kebijaksanaan berusaha untuk meminimalkan kerugian orang lain dan
memaksimalkan keuntungan orang lain. Jadi maksim kebijaksanaan ini memberikan
keuntungan lebih bagi pendengarnya/lawan tuturnya. Contohnya:
Konteks : Rina sangat lapar karena belum sarapan dan Bela membawa Roti
Bela : “Ini makan saja roti punyaku dulu! Tadi aku sudah sarapan.”
Rina : “Wah, saya jadi tidak enak, Bel.”
Di dalam tuturan tersebut, tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan Bela
sungguh memaksimalkan keuntungan bagi Rina.

Anda mungkin juga menyukai