FIKIH IBADAH
PUASA
DISUSUN OLEH :
SULAIMAN AJO WIBOWO(22531141)
TEGAR AGSAB(22531145)
MUHAMMAD KEVIN(22531147)
WAHYU WALHIDAYA(22531155)
Dosen Pengampu:
Sri Wihidayati., MHI
1
KATA PENGANTAR
ﺣَﻤﺔ ﷲ ِ َوَﺑَﺮَﻛﺎُﺗﻪ
ْ ﻢ َوَر
ْ ﻋﻠٌﻴًﻜ
َ ﺴَﻠﺎُم
َّ َاٌﻟ
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Fiqih Ibadah - Puasa” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Terimakasih kami sampaikan khususnya Dosen pengampu mata kuliah,
yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada kami dalam
menyusun makalah ini. Kami yakin makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
ِ َوَﺑَﺮَﻛﺎُﺗﻪ ﺣَﻤﺔ ﷲ
ْ ﻢ َوَر
ْ ﻋﻠٌﻴًﻜ
َ ﺴَﻠﺎُم
َّ َواٌﻟ
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Ibadah 3
B. Hakikat Ibadah 4
C. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah 5
D. Definisi Puasa 6
E. Dasar Hukum Puasa 6
F. Syarat – syarat dan Rukun Puasa 6
G. Macam – Macam Puasa 7
H. Waktu – waktu yang diharamkan untuk berpuasa 11
I. Orang – orang yang Dibolehkan Tidak Berpuasa 11
J. Hal – Hal yang Disunnahkan pada Saat Berpuasa 11
K. Hal – hal yang Membatalkan Puasa 11
L. Hikmah Puasa 12
BAB III PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang
intinya adalah keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas
alam raya, dan kerinduan manusia untuk mengagumkan dan
berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai macam cara
pengabdian, pemujaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun
mempunyai cara yang berbeda-beda. Misalnya, para penganut
kepercayaan animisme memuja roh yang dipercaya mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan manusia. Meraka yang beragama
dinamisme memuja kekuatan yang terdapat pada benda-benda
tertentu yang dianggap kramat, misalnya benda-benda alam seperti
matahari dan bintang-bintang. Sedangkan kaum paganis memuja
berhala-berhala sebagai peragaan dari dewa-dewa gaib, dan lain
sebagainya.
Sejak dilahirkan di dunia, kita telah membawa beberapa
kecenderungan alami yang tidak berubah. Salah satunya ialah
mengabdi kepada Yang Maha Kuasa sekaligus mengagungkan-Nya.
Karena itu, perpindahan dari satu bentuk U
‘ budiyyah ke bentuk
U
‘ budiyyah yang lain dapat dilihat sebagai tindakan substitutif belaka.
Sebab, kenyataannya hampir tidak seorangpun yang bebas
sepenuhnya dari bentuk ekspresi pengagungan bernilai ibadah dan
ketundukan. Jika seseorang tidak melakukan suatu bentuk ibadah
tertentu, Ia pasti sedang melakukan bentuk ibadah yang lain.
Oleh karena itu, Allah mengajarkan bahwa pentingnya diutus
para rasul untuk memberi petunjuk tentang siapa yang berhak
disembah dan bagaimana cara melakukan penyembahan kepada-Nya.
Allah berfirman dalam surat An-Nahl (16):36 yang berbunyi:
َ ﻋُﺒُﺪواﷲ
ْ نا
ِ ﺳْﻮًﻟﺎَا
ُ ﻞ ُاَّﻣٍﺔ َر
ِّ ﻲ ُﻛ
ْ ِ َوَﻟَﻘْﺪ َﺑَﻌْﺜَﻨﺎﻓ
َ ﻏْﻮ
ت ُ ﻄﺎ
َّ ﺟَﺘِﻨُﺒﻮااﻟ
ْ َوا....
1
Artinya:” Sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada
tiap-tiap umat (untuk mengajarkan), beribadahlah kamu sekalian
kepada Allah, dan hindarilah penyembahan kepada selain Allah “ .
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Puasa berarti
menahan diri dengan niat beribadah dari makan minum, hawa nafsu
dan dari segala perbuatan yang membatalkannya, dari terbit fajar
sampai tenggelamnya matahari. Sebagai seorang muslim, sudah
menjadi suatu kewajiban untuk menjalankan perintah dan larangan
Allah SWT. Tentunya kita sebagai umat muslim juga ikut
melaksanakan ibadah ini, namun akan terasa rugi jika hanya puasa dan
tidak mendapatkan apa- apa melainkan hanya lapar. Oleh karena itu
dimakalah ini kami akan membahas mengenai materi puasa mulai
definisi, dasar hukum, syarat-syarat, rukun dan lain sebagainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ibadah ?
2. Apa Hakikat Ibadah ?
3. Apa Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah ?
4. Apa yang dimaksud dengan puasa?
5. Apa saja syarat dan rukun puasa?
6. Apa saja macam-macam puasa?
7. Kapan saja waktu yang diharamkan untuk berpuasa?
8. Apa saja hikmah dari puasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Ibadah
2. Mengetahui Hakikat Ibadah
3. Mengetahui Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah
4. Mengetahui yang dimaksud dengan puasa
5. Mengetahui saja syarat dan rukun puasa
6. Mengetahui saja macam-macam puasa
7. Mengetahui waktu yang diharamkan untuk berpuasa
8. Mengetahui hikmah dari puasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah ( jamak: ‘ibadat ) yang
berarti pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari
akar kata yang sama kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang
menghimpun makna kekurangan, kehinaan, dan kerendahan. Karena itu,
inti ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan
kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur
atas segala nikmat. Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi abdi, seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh
kepada orang lain. Dengan demikian, segala bentuk sikap pengabdian
dan kepatuhan merupakan ibadah walaupun tidak dilandasi suatu
keyakinan.
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk,
merendahkan diri dan menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun
kata “Ibadah” menurut istilah berarti penghambaan diri yang sepenuh-
penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya
di akhirat” (Ash-Shiddiqy, 1954:4).
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau
penghambaan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah
meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini, yang dilakukan
dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah. Jadi,
semua tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai
ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung
dalam firman Allah :
ِ ﺲ اَّﻟاِﻟَﻴْﻌُﺒُﺪْو
ن َ ﻦ َوْاَّﻟِﺎْﻧ
َّ ﺠ
ِ ﺖ اﻟ
ُ ﺧَﻠْﻘ
َ َو َﻣﺎ.
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi
kepada-Ku, (al-Dzariyat [51]: 56).
Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan
sepanjang hari dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk
tindakan yang dianggap sepele, seperti senyum kepada orang lain.
3
Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika dituturkan
kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks, dan
lain-lain. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala
shalat, puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang
muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya
dimakan burung, orang atau binatang ternak, semua itu menjadi
sedekah baginya.”
B. Hakikat Ibadah
Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk
beribadah kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya
merupakan suatu kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena
apabila direnungkan, hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan
agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah
melimpahkan karunia-Nya.
Hakikat ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:
٢١ ن
َۙ ﻢ َﺗَّﺘُﻘْﻮ
ْ ﻢ َﻟَﻌَّﻠُﻜ
ْ ﻦ َﻗْﺒِﻠُﻜ
ْ ﻦ ِﻣ
َ ﻢ َواَّﻟِﺬْﻳ
ْ ﺧَﻠَﻘُﻜ
َ ي
ْ ﻢ اَّﻟِﺬ
ُ ﻋُﺒُﺪْوا َرَّﺑُﻜ
ْ سا
ُ ٰٓﻳَﺎُّﻳَﻬﺎ اﻟَّﻨﺎ
Artinya:“Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu,
yang telah menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-
orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-
Baqarah (2) ;21).
4
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan
kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya
kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti
kehidupan adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam
bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah maupun
menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan hidupnya akan
terwujud.
C. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah
Membicarakan ruang lingkup ibadah, tentunya tidak dapat
melepaskan diri dari pemahaman terhadap pengertian ruang lingkup
itu sendiri. Oleh sebab itu, menurut Ibnu Taimiyah (661-726 H/ 1262-
1371 M) yang dikemukakan oleh Ritonga, bahwa ruang lingkup ibadah
mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah, baik dalam
perkataan maupun batin; termasuk dalam pengertian ini adalah salat,
zakat, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat
baik kepada orang tua, menjalin silahturrahmi, memenuhi janji, amar
ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada
tetangga, anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-
qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya.
Ruang lingkup ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1. Ibadah Umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek
kehidupan dalam rangka mencari keridhoan Allah. Unsur terpenting
agar dalam melaksanakan segala aktivitas kehidupan di dunia ini
agar benar-benar bernilai ibadah adalah “niat” yang ikhlas untuk
memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang halal dan
menjauhi jalan yang haram.
2. Ibadah Khusus, artinya ibadah yang macam dan cara
pelaksanaannya ditentukan dalam syara’ (ditentukan oleh Allah dan
Nabi Muhammad SAW). ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak,
manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan
5
yuntutan yang ada, tidak boleh mengybah, menambah, dan
mengurangi, seperti tuntutan bersuci (wudhu), salat, puasa
ramadhan, ketentuan nisab zakat.
Secara garis besar sistematika ibadah ini sebagaimana
dikemukakan Wahbah Zuhayli, sebagai berikut :
1. Taharah
2. Shalat
3. Penyelenggaraan jenazah
4. Zakat
5. Puasa
6. Haji dan Umroh
7. I’tikaf
8. Sumpah dan Kaffarah
9. Nazar
10. Qurban dan Aqiqah
D. Definisi Puasa
Puasa (shaum), menurut bahasa, berarti manahan diri. Adapun
menurut Terminologi yaitu menahan diri pada siang hari dari berbuka
dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak
terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat dan syarat- syarat
tertentu.
6
F. Syarat – syarat dan Rukun Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
a. Beragama Islam
b. Berakal
Orang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena
mabuk, maka tidak wajib puasa.
Jika seseorang hilang kesadaran ketika puasa, maka
puasanya tidak sah. Namun jika hilang kesadaran lalu sadar di
siang hari dan ia dapati waktu siang tersebut walau hanya
sekejap, maka puasanya sah. Kecuali jika ia tidak sadarkan diri
pada seluruh siang (mulai dari shubuh hingga tenggelam
matahari), maka puasanya tidak sah.
c. Baligh (umur 15 tahun keatas)
1) Tanda-tanda Baligh untuk laki-laki :
a) Ihtilam (Keluar mani ketika sadar atau tertidur)
b) Tumbuhnya bulu kemaluan. Namun ulama Syafi’iyah
menganggap tanda ini adalah khusus untuk anak orang
yang tidak diketahui keislamannya, bukan tanda pada
muslim dan muslimah
2) Tanda-tanda Baligh untun wanita :
a) DatangnyaHaidh
b) Hamil
Jika tanda-tanda diatas tidak didapati, maka dipakai
patokan umur. Menurut ulama Syafi’iyah , patokan umur yang
dikatakan baligh adalah 15 tahun.
d. Mampu melaksanakan puasa, bagi orang yang tidak mampu
seperti sakit, dalam bepergian atau orang tua yang sudah tidak
mampu untuk berpuasa, maka mereka boleh tidak berpuasa
dan wajib mengqodhonya setelah selesai bulan Ramadhan
2. Syarat Sah Puasa
a. Beragama Islam
b. Mumayiz (dapat membedakan hal yang baik dengan yang tidak
7
baik)
Yaitu bisa mengenal manfaat dan madhorot nya(bahaya)
setelah dikenalkan sebelumnya.
c. Suci dari hadas besar maupun hadas kecil
d. Pada waktu yang diperbolehkan untuk puasa
3. Rukun Puasa
a. Niat
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar
sampai tenggelam matahari.
8
Jadi puasa nadzar itu hukumnya wajib.
Firman Allah SWT yang berbunyi :
ﻄﻴًﺮا
ِ ﺴَﺘ
ْ ﺷُّﺮُه ُﻣ
َ ن
َ ن َﻳْﻮًﻣﺎ َﻛﺎ
َ ﺨﺎُﻓﻮ
َ ن ِﺑاﻟَّﻨْﺬِر َوَﻳ
َ ُﻳﻮُﻓﻮ
Artinya : “Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari
yang azabnya merata di mana-mana” (QS. al-Insaan
[76]:7)
.... َ ق َوَﺑا
ل َ ﺻَﻴﺎًﻣﺎ ِّﻟَﻴُﺬو
ِ ﻚ
َ ل َذِﻟ
ُ ﻋْﺪ
َ ﻦ َأو
َ ﺴﺎِﻛﻴ
َ ﻃَﻌﺎُم َﻣ
َ َأْو َﻛَّﻔﺎَرٌة
َأْﻣِﺮِه....
Artinya: .... atau (dendanya) membayar kafarat dengan
memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa
seimbang dengan makanan yang di keluarkan itu,
supaya dia merasakan akibat buruk dari
perbuatannya....
2. Puasa Sunnah
Beberapa puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan
bagi seorang muslim, yaitu :
a. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
b. Puasa ‘Arafah yaitu puasa pada tanggal 9/12 Dzulhijjah,
kecuali orang yang sedang ibadah haji
Abu Qatadah meriwayatkan, Rasulullah bersabda,
9
“ Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa
selama 2 tahun yang akan datang. Dan puasa Asyura dapat
menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu” . (HR. Al
Jama’ah selain Bukhari dan Tirmidzi)
c. Puasa ‘Asyura dan Tasu’a yaitu puasa pada tanggal 10 dan 9
Muharram
d. Puasa Sya’ban yaitu berpuasa pada bulan Sya’ban
Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya’ban.
Aisyah meriwayatkan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah
berpuasa sebulan penuh selain dibulan Ramadhan. Dan aku
tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan
Sya’ban”. (HR. Bukhari dan Muslim)
e. Puasa pada hari Senin dan Kamis
Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW
sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis, Ketika ditanya
mengenai hal itu beliau menjawab, “Amalan (anak Adam)
diserahkan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, Dia
pun mengampuni setiap orang yang berserah diri dan
beriman kecuali mereka yang berbuat dosa secara terang-
terangan” . (HR. Ahmad dengan sanad yang Shahih)
f. Puasa pada setiap pertengahan bulan Qomariyah yaitu
tanggal 13,14, dan 15
g. Puasa daud yaitu berpuasa sehari tidak dan tidak berpuasa
sehari
Abdullah bin Umar meriwayatkan, Rasulullah SAW
bersabda, “Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah
puasanya Nabi Dawud. Dan shalat (sunnah) yang paling
disukai oleh Allah adalah shalat (sunnahnya) Nabi Dawud ia
tidur di setengah malam (pertama), shalat di sepertiga
malam,dan tidur (lagi) di seperenam malamnya. Ia puasa
sehari dan tidak puasa sehari”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majjah)
3. Puasa Makruh
Puasa Makruh yaitu puasa yang apabila ditinggalkan lebih baik
dan utama.
a. Puasa Arafah bagi orang yang sedang melakukan wukuf
disana, karena Nabi Muhammad SAW melarang puasa
Arafah bagi siap saja yang sedang berada di Arafah
b. Puasa yang dikhususkan pada hari Jum’at saja
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hari
Jum’at adalah hari raya kalian maka janganlah kalian
berpuasa pada hari itu kecuali bila kalian juga berpuasa
10
sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya”
c. Puasa yang dikhususkan pada hari sabtu saja
d. Rasulullah SAW bersabda,“Janganlah kalian berpuasa pada
hari sabtu kecuali puasa yang diwajibkan Allah atas kalian.
Jika salah seorang diantara kalian tidak mendapatkan
makanan kecuali kulit pohon kurma atau kayu pohon maka
hendaklah dia menggigitnya”
11
2. Berbuka dengan kurma ruthab atau kurma tamar, atau air. Yang
paling Afdhal dari tiga makanan itu adalah yang pertama, yang
paling akhir adalah yang paling rendah keutamaanya, yakni air.
Disunnahkan untuk berbuka puasa dengan makanan yang ganjil
jumlahnya.
3. Berdoa ketika berbuka puasa
4. Sahur, yakni makan dan minum diwaktunya, yakni di akhir malam
dengan niat untuk berpuasa. Mengakhirkan sahur sampai bagian
akhir dari waktu malam
5. Bersiwak
Orang yang berpuasa disunnahkan bersiwak di tengah-
tengah puasanya, baik pada waktu siang maupun malam hari
6. Memperbanyak sedekah
7. ShalatLail
Pada malam bulan Ramadhan kita disunnahkan
mengerjakan shalat lail yaitu shalat tarawih atau shalat malam
12
6. Orang yang makan dan minum karena menyangka sudah masuk
waktu malam hari, lalu dia mendapatkan kepastian bahwa saat itu
masih siang
7. Orang yang makan atau minum karena lupa, kemudian di tidak
menghentikannya ketika ingat.
8. Masuknya sesuatu yang bukan makanan dan bukan minuman ke
rongga perut melalui mulut, seperti menelan permata atau jarum.
9. Tidak berniat untuk puasa, walaupun dia tidak makan atau minum
10. Murtad atau keluar dari agama islam
11.Haid dan Nifas, meski sesaat sebelum matahari terbenam
12. Hilang akal seperti gila atau ayan
L. Hikmah Puasa
1. Dapat menjaga kesehatan
2. Melatih kesabaran dan menahan jiwa
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir – miskin
4. Menciptakan umat menjadi disiplin, persatuan dan kesatuan terjaga
5. Mendidik kepercayaan (melaksanakan perintahNya dan menjauhi
LarangannNya)
6. Tanda terima kasih kepada Allah karena semua ibadah
mengandung arti terima kasih kepada Allah atas nikmat
pemberianNya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai
harganya.
7. Meningkatkan iman dan taqwa
8. Melatih kedisiplinan dan ketelaturan dalam hidup
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah ( jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. ibadah
13
ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri
dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas segala
nikmat.
2. Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk
beribadah kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah
sebenarnya merupakan suatu kemampuan yang besar kepada
makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah
beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
3. Definisi Puasa (Shaum), menurut bahasa, berarti menahan diri.
Adapun menurut terminologi yaitu menahan diri pada siang hari dari
berbuka dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah
diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat
dan syarat-syarat tertentu.
4. Rukun dan Syarat Puasa
1) Beragama islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Mengetahui wajib puasa
1) Beragama islam
2) Mumayiz
3) Suci dari hadas besar maupun hadas kecil
4) Pada waktu yang diperbolehkan untuk puasa
c. Rukun Puasa
1) Niat
2) Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar
14
sampai tenggelam matahari
5. Macam-macam Puasa
a. Puasa Wajib
1) Puasa Ramadhan
2) Puasa Nadzar
3) PuasaKafarat
b. Puasa Sunnah
c. Puasa Makruh
7. Hikmah puasa
15
a. Dapat menjaga kesehatan
b. Melatih kesabaran dan menahan jiwa
c. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin
d. Menciptakan umat menjadi disiplin, persatuan dan kesatuan
terjaga
e. Mendidik keprcayaan (melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya)
16
DAFTAR PUSTAKA
aprililmuttaqin.blogspot.co.id
http://khoirulabror.blospot.com/2013/10/sepintas-arti-ibadah.html?m=1,
http://lppk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-i-penegrtian-
hakikat-dan-hikmah.html?m=1,
https://muslim.or.id/16739-fikih-puasa-1-syarat-wajib-puasa.html
Sidik Tono, dkk,1998, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII
Press.
Tim MGMP Fiqih,2012, Fiqih Kelas VIII, Ungaran Timur: KKM 2 Tsanawiyah
Kab. Semarang
17