Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASPEK IBADAH, LATIHAN SPIRITUAL, DAN

AJARAN MORAL ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Studi Islam

Dosen Pengampu : Bapak Saeful Anwar M.Ag.

Disusun oleh :

1.MUHAMMAD AIRLANGGA ADIPRATAMA (2321022)


2. SITI NAJWAL KARIM DAYARI (2321031)
3. NISA NURUL WAHIDAH (2321020)
4. AKMAL HAMNAN AL ANSORI (2321048)
5. RIKA (2321010)

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Metodologi Studi Islam Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran
serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materi dan spiritual,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami sadar dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangunakan senantiasa kami nanti dalam upaya penyusunan
makalah ini.

Tasikmalaya, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2. RUMUSAN MASALAH 4
1.3. TUJUAN PENULISAN 5
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.1 PENGERTIAN IBADAH 5
2.2 TUJUAN SHOLAT 7
A. Shalat 7
B. Zakat 7
C. Puasa 7
D. Haji 7
2.3 ASPEK IBADAH 8
A. Ibadah Asas 8
B. Ibadah cabang 9
C. Ibadah Umum 9
2.4 Latihan spiritual 9
2.5 FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN MORAL 10
A. Kurangnya Pengawasan Orang Tua 10
B. Penyalahgunaan Gadget 10
C. Pengaruh media 11
D. Ketidak Pedulian Terhadap Lingkungan Sekitar 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Ibadah menjadi salah satu ritual keagamaan yang sangat penting bagi setiap
penganut suatu agama. Ibadah ini semacam proses menyatukan jiwa dan pikiran
dalam batin manusia untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, Di Agama
Islam pengertian Islam, aspek, dan fungsi ibadah memiliki berbagai macam bentuk
yang sangat luas, Namun, tujuan beribadah tetaplah satu, yaitu untuk mendapatkan
ridho nya Allah SWT.
Agama Islam merupakan agama yang universal arti nya agama Islam terbuka
untuk, semua orang yang ingin mengikuti ajaran agama nya tapi dalam artian untuk
orang yang berniat dari dalam hati atau bersungguh-sungguh tanpa ada unsur
paksaan untuk masuk ke dalam agama Islam dan bersedia menerima segala aspek
ibadah dalam Islam. Ibadah dalam islam itu sangat penting karna seorang hamba di
nilai oleh sang pencipta atau Allah SWT lewat ibadah nya, ibadah dalam Islam
memiliki bentuk yang sangat beragam sehingga menciptakan aspek ibadah dalam
islam. Ibadah adalah aktivitas spiritual yang merupakan inti dari keyakinan dalam
beragama. Ibadah dalam Islam memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk
mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, untuk memperbaiki
akhlak, dan untuk memperkuat iman. Dan adapun Latihan spiritual dalam Islam
bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas seseorang dan menggunakan sumber
daya yang telah diberikan Tuhan untuk melayani-Nya. Sumber daya tersebut
meliputi tubuh, kekayaan, pikiran, dan indera keenam.
Prinsip dasar dalam latihan spiritual adalah menggunakan sumber daya tersebut
untuk melayani Tuhan dan meningkatkan spiritualitas, Di sisi lain adapaun
pengajaran moral dalam islam. Ajaran moral dalam Islam meliputi lima nilai moral,
yaitu tauhid (nilai pengampunan), nikah (nilai keluarga), zakat (nilai kebersamaan),
jihad (nilai keadilan), dan haji (nilai persatuan).
Ajaran moral dalam Islam bertujuan untuk membentuk karakter atau moral
seseorang.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa Pengertian dari Ibadah ?
b) Apa pentingnya pelatihan spiritual dalam Islam ?
c) Apa saja perbedaan akhlak, etika, dan moral dalam Islam ?

1.3. TUJUAN PENULISAN


a) Bagamaina Mengetahui Pengertian dari Ibadah ?
b) Bagaimana Mengetahui Ada berapa prinsip latihan Spiritual ?
c) Bagaimana Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan moral ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IBADAH


Ibadah secara bahasa (etimology) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminology) ibadah mempunyai banyak definisi.
Tetapi makna dan maksud nya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai berupa
ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.
Secara umum ibadah berarti mencakup semua perilaku-perilaku dalam
semua aspek kehidupan. Yang dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapatkan ridha Allah SWT.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل نَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن َم ا ُأِريُد ِم ْنُهم ِّم ن ِّر ْز ٍق َو َم ا ُأِريُد َأن ُيْطِع ُم وِن ِإَّن َهَّللا ُهَو الَّر َّز اُق‬
‫ُذ و اْلُقَّو ِة اْلَم ِتيُن‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan
kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Menurut makna umum, ibadah adalah segala sesuatu yang disukai dan
diridhai Allah Swt, baik ibadah tersebut berupa perkataan maupun
perbuatan, baik yang terang (eksplisit) maupun yang tersirat (implisit).
2.2 TUJUAN IBADAH
Ibadah berasal dari Bahasa Arab yang berarti pelayanan atau
penghambaan. Dalam Islam, ibadah biasanya diterjemahkan sebagai
“menyembah”, dan ibadah mengacu pada yurisprudensi Islam tentang ritual
keagamaan Muslim. Kata tersebut secara linguistic berarti “ketaatan dan
ketundukan” dan memiliki konotasi ketaatan dan ketundukan, dan kerendahan
hati. Adapun jenis-jenis ibadah yang di sebutkan dalam Rukun Islam yaitu sebagai
berikut.
A. Shalat
Kita semua tahu bahwa solat adalah hubungan hamba dengan tuhannya, tapi
apa tujuan dan hasil yang diberikan oleh solat?

‫َّن الَّص اَل َة َتْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اء َو اْلُم نَك ِر‬


“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-
Ankabut 45)

B. Zakat
Allahberfirman,
١٠٣- ‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِهم ِبَها‬
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka.”

C. Puasa
Berkaitan dengan tujuan puasa, teringat kisah tentang seorang wanita yang
ahli ibadah dan selalu berpuasa. Seorang sahabat memuji ibadah wanita ini
dihadapan Rasulullah saw, lalu ia berkata bahwa di sisi lain wanita ini sering
menyakiti tetangganya dengan lisannya. Rasulullah hanya berkomentar, “Dia di
neraka.”

Seluruh ritual ibadah tidak akan berarti tanpa akhlak dan budi pekerti yang baik,
Bukankah Rasulullah juga pernah bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali
lapar dan haus”

D. Haji
Allah jelaskan dalam Al-Qur’an tentang larangan dalam ibadah haji adalah,
‫اْلَح ُّج َأْش ُهٌر َّم ْع ُلوَم اٌت َفَم ن َفَرَض ِفيِهَّن اْلَح َّج َفَال َر َفَث َو َال ُفُسوَق َو َال ِج َداَل ِفي اْلَح ج‬

(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah diketahui. Barangsiapa


mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia
berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan
ibadah) haji. (Al-Baqarah 197)

2.3 ASPEK IBADAH


Sebenarnya ibadah mencakup setiap aspek kehidupan manusia sebagaimana
yang disyariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-
hari asalkan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Allah
menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara
kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita,
pergaulan kita semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita berdiam diri juga dapat
berbentuk ibadah. Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan
pelajaran, perekonomian, dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal
kenegaraan dan perhubungan antar bangsa pun, semua itu perlu menjadi ibadah
kita kepada Allah. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh kehidupan kita
baik yang lahir maupun yang batin.

Maka disini diuraikan tiga peringkat ibadah yang mencakup aspek


kehidupan kita.
1. Ibadah Asas.
2. Ibadah cabang-cabang.
3. Ibadah yang lebih umum.

A. Ibadah Asas
Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada
Allah, para malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan
ketetapan Allah baik ataupun buruk. Itulah yang kita sebut rukun iman.
Termasuk dalam uraian ibadah yang asas itu ialah rukun Islam yaitu syahadat,
shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji (bagi mereka yang mampu).
Kedua bentuk ibadah yang asas yaitu rukun iman dan rukun islam adalah wajib
ain atau fardhu ain bagi setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat melaksanakan
ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu perlu ada pada diri kita dan telah
dapat kita tanamkan dalam jiwa kita.
B. Ibadah cabang
Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang
bertalian erat dengan asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan)
jenazah, menegakan jihad, membangun gelanggang pendidikan dan pelajaran
atau mewujudkan perancangan ekonomi Islam seperti mewujudkan perusahaan-
perusahaan asas yang melayani keperluan umat Islam

C. Ibadah Umum
Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang
merupakan pelaksanaan mubah saja tetapi bisa menjadi ibadah dan
mendatangkan pahala. Amalan seperti itu dapat menambah bakti kita kepada
Allah agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini tidak menjadi sia-sia. Tergolong
dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur, berjalan-jalan, berwisata
dan sebagainya.

2.4 Latihan spiritual


Pelatihan spiritual adalah aspek penting dalam Islam, dan ini sangat penting bagi
umat Islam. Berikut beberapa alasan mengapa pelatihan spiritual penting dalam
Islam:

A. Memperkuat jiwa : Pelatihan spiritual membantu memperkuat jiwa dan


mengendalikan keinginan. Puasa Ramadhan merupakan salah satu contoh
latihan spiritual yang membantu menguatkan jiwa dan mengendalikan
hawa nafsu.
B. Mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Allah : Pelatihan
spiritual membantu mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan
Allah dan mencapai tingkat kesalehan, pengabdian, dan kedekatan yang
lebih tinggi dengan Tuhan. Sholat adalah contoh latihan spiritual yang
membawa manusia ke dalam persekutuan dengan Tuhan lima kali sehari,
menghidupkan kembali ingatannya, mengulangi rasa takutnya,
mengembangkan cintanya, mengingatkan manusia akan Perintah Ilahi
berulang kali, dan dengan demikian, mempersiapkannya.
C. Mensucikan hati : Latihan spiritual membantu menyucikan hati dan
menghilangkan penyakit spiritual hati (amrāḍ al-qulūb). Penyucian diri
(Tazkiyat al-Nafs) merupakan salah satu contoh pelatihan spiritual yang
erat kaitannya dengan spiritualitas dalam Islam.
D. Mencapai keseimbangan dan kepuasan : Memupuk spiritualitas kita sangat
penting untuk mencapai keseimbangan dan kepuasan dalam hidup kita,
terutama di dunia yang serba cepat dan materialistis saat ini. Terlibat
dalam praktik spiritual, seperti doa dan meditasi, dapat membantu
meringankan stres dan kecemasan serta memberikan rasa kedamaian dan
ketenangan batin yang sering kali kurang dalam kehidupan kita yang
sibuk.

2.5 PERBEDAAN ANTARA AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL

Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks
namun sarana pemenuhan kenutuhan terbatas. Ada sebagian orang yang belum
dapat memenuhi kebutuhanya, sehingga menyebabkan beberapa dari mereka
menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhanya. Terutama pada saat
ini banyak orang beranggapan bahwa harta adalah prioritas utama.

Akhlak tercela tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja namun juga terjadi
pada sebagian besar para remaja. Remaja sering dikaitkan dengan masalah.
Banyak pengaruh serta tekanan dari luar yang kebanyakan menjerumuskan kepada
hal-hal yang negatif. Apabila sudah terpedaya pada hal-hal yang negatif, akhlak
remaja mudah rusak sehingga menimbulkan berbagai masalah. Padahal pemuda
adalah generasi penerus bangsa, namun pada kenyatanya sebagian besar remaja
pada saat ini sudah terjerumus dalam hal negatif, seperti seks bebas, narkoba, dan
lain-lain.

● Pengertian Etika, moral, dan akhlak

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,
karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika
dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral
bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.

Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena
itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya
suatu perbuatan.

Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di renungkan
lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil,
rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut
akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri
hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber
nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

● Perbedaan antara Akhlak, Moral, dan Etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat
lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.
Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :“ Aku
hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).

Akhlak kepada Allah, Sesama manusia, dan Lingkungan.

1. Akhlak kepada Allah


A) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
B) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada
Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
C) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan
dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan
Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat
luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh
karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia
yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang
tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
D) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
E) Tawaddu kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh
karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau
memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah.

1. Akhlak kepada diri sendiri


A) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
B) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan
dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
C) Tawaddu, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang
menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

● ETIKA

Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dari segi etimologi, etika berasal dari
bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak
(moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat. Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa
dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme.

a) Obyektivisme

Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada
substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham
rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan
karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak
masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak
kita untuk berbuat begitu.

b) Subyektivisme

Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan


kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa
subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.

● MORAL

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara
etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika,
untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada
dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul
dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian tolak ukur
yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat
istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. pada suatu
kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup
yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup
tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan
dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai
tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk
kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat
melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

Anda mungkin juga menyukai