DI LABORATORIUM
PT. NAGAMAS PALMOIL LESTARI
DUMAI
DISUSUN OLEH:
Jl. Bukit Datuk Lama No. 100, Bukit Datuk, Dumai Selatan, Kota Dumai
Tahun Ajaran 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh:
Mengetahui
Kepala Sekolah SMKN 2 Dumai,
ADITIYAWARMAN. S.Pd
ii
NIP: 196804102000031004
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
ridho dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL).
Laporan ini berjudul “Analisa Parameter Kualitas Minyak Kelapa Sawit”. Laporan ini dibuat
karena merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas khusus pada sekolah berbasis
kejuruan.
Penyusunan laporan ini juga tersusun dan terselsaikan berkat dukungan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan PKL ini masih terdapat banyak
kekeurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran, gagasan, dan kritik yang bersifat
membangun sangat harapkan untuk koreksi dan memperbaiki laporan ini.
iii
Metha Nabillah Azzahra
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2Tujuan dan Manfaat ...........................................................................................2
1.3Provil Perusahaan................................................................................................3
1.4Visi Misi dan Value Perusahaan.........................................................................6
1.5Usahan 7
1.6Alat Pelindung Diri.............................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................9
2.1 Kelapa Sawit ....................................................................................................9
2.2 Morfologi Kelapa Sawit .................................................................................10
2.3 Minyak Kelapa Sawit CPO dan CPKO...........................................................11
2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit..................................................................13
2.4.1 Penimbangan & Penyortiran Bahab Baku CPO.......................................13
2.4.2 Sterilisasi..................................................................................................13
2.4.3 Threshing .................................................................................................14
2.4.4 Digester....................................................................................................15
2.4.5 Press Ulir atau Screw Press......................................................................15
2.4.6 Sand Trap & Vibrating Screen.................................................................15
2.4.7 Bleachig....................................................................................................15
2.5 Prodak dan Turunan Minyak Crude Palm Oil (CPO).....................................19
2.5.1 BPO (Bleached Palm Oil)........................................................................19
iv
2.5.2 PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)........................................................20
2.5.3 RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).................................21
2.5.4 RBDOL (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).................................22
2.5.5 RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)...........................24
v
2.8.5 Sodium Hydroxide...................................................................................34
2.8.6 Phenolphthalein Indicator........................................................................34
2.8.7 Wijis Solution..........................................................................................35
2.9 K3 Laboratorium.............................................................................................35
vi
4.2.9 Metode Analisa Alkalinitas......................................................................82
4.2.10 Metodea Analisa pH...............................................................................84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................86
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................88
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.1.3 Lovibond Colour…………………………………………………………….60
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Industri perkebunan sawit merupakan salah satu sektor penting dalam membangun
perekonomian Indonesia. Peningkatan dan pengembangan sektor perkebunan yang dilakukan
secara kontinu, segi metode maupun teknologi. Salah satu nya sektor perkebunan di Indonesia
adalah perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan minyak sawit
mentah yangdigunakan sebagai bahan baku oleh industri.Indonesia merupakan salah satu
negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Padatahun 2002 Indonesia memproduksi
minyak sawit sebanyak 9 juta Ton dan bahkanmencapai 15,9 juta Ton pada tahun 2006. Lebih
dari setengah produksi minyak sawit Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri khususnya industry minyak goreng dan sisanya diekspor. Produksi minyak sawit
mentah merupakan rangkaian kegiatan yang diawali denganmengolah tandan buah segar
(TBS). Umumnya TBS diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Crude palm kernel oil
(CPKO).
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah merupakan salah satu komoditas
pertanian yang menjadi andalan di Indonesia.Pengembangan sektor perkebunan dapat
dilakukan dengan berpartisipasinya paraakademisi dalam sektor yang terkait. Salah satu
partisipasi akademisi adalah denganPraktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja Lapangan
adalah salah satu persyaratan wajib yang masuk dalam kurikulum, dan harus dilakukan siswa
Sekolah Menengah Kejuruan, sebagai salah satu syarat kelulusan dari SMK . Siswa mencoba
terjun dan berinteraksi secara langsung, juga sekaligus sebagai pembelajaran dan
pengaplikasian ilmu yang sudah diperoleh selama di bangku sekolah serta mencari
pengalaman di luar sekolah yang bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu, PKL dilakukan di PT.Nagamas Palmoil Lestari siswa
diharapkan mampu memahami dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku sekolah
dan tempat praktek kerja industri.
1
1.2 Tujuan dan manfaat
2
1.3 Provil Perusahaan
1.3.1 Sejarah Perusahaan
Permata Hijau Group (PHG) merupakan perusahaan minyak sawit yang, terintegrasi,
yang didirikan pada tahun 1984 di daerah Sosa – Tapanuli Selatan dengan bisnis utama
yaitu perkebunan kelapa sawit, inti sawit, dan penyulingan minyak nabati. Bidang usaha
PT. Permata Hijau Group (PHG) merupakan operasi terpadu dari seluruh rantai pasok
minyak kelapa sawit yaitu usaha perkebunan (hulu), produksi minyak sawit dan
turunannya (industri hilir) dan kegiatan transportasi produknya melalui darat (truk) dan
laut (pengapalan). PT. Permata Hijau Group (PHG) didukung oleh beberapa pabrik yang
tersebar di Sumatra Utara dan Riau, yaitu:
PT. Nubika Jaya (Labuhan Batu Selatan)
PT. Nagamas Palmoil Lestari (Dumai)
PT. Pelita Agung Agrindustri (KID Pelintung, Simpang Bangko)
PT. Permata Hijau Sawit (Sosa)
PT. Victorindo Alam Lestari (Padang Lawas)
PT. Permata Hijau Palm Oleo (Belawan, KIM)
PT. Nagamas Palmoil Lestari adalah bagian dari Permata Hijau Group (PHG) yang
didirikan pada tahun 2004, menghasilkan produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO), Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), Palm Fatty Acid
Distilate (PFAD), Palm Kernel Fatty Acid Distilate (PKFAD), Refined Bleached
Deodorized Olein (RBDOL), Refined Bleached Deodorized Stearin (RBDST) di Dumai.
PT. Nagamas Palmoil Lestari didukung Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 286
orang terdiri dari :
KDP : 1 orang
Staf KDP : 8 orang
Manager : 1 orang
Staff : 39 orang
Karyawan : 233 orang
Buruh Harian Lepas (BHL) : 4 orang
3
Bidang Usaha PT. Nagamas Palmoil Lestari terdiri dari:
1. Bulking, yaitu stasiun penerimaan dan penyimpanan bahan baku dan produk.
2. Produksi, terdiri dari Refinery dan Fraksinasi minyak CPO.
3. Shipping, yaitu kegiatan pengapalan.
PT. Nagamas Palmoil Lestari menerapkan kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015, Sistem Jaminan Halal
(MUI), Kosher (Halal Yahudi), Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK 3) dan Hazard Anaysis Critical Control Points (HACCP).
4
6. Secara berkesinambungan mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta pencemaran lingkungan dengan cara menghilangkan faktor-faktor yang
menimbulkan bahaya atau meminimalkan resiko terhadap K3 serta dampak negatif
terhadap lingkungan melalui pemenuhan peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya yang relevan (Health Safety Enviromental Perspective).
7. Meningkatkan kompetensi seluruh karyawan melalui pelaksanaan pelatihan,
menumbuhkembangkan budaya Mutu, Lingkungan K3, Keamanan pangan dan
Keamanan pakan melalui pembinaan karyawan serta menanamkan nilai-nilai
perusahaan sebagai suatu faktor penting menuju kesuksesan secara menyeluruh
(Learning & Growth Perspective).
Kebijakan Sistem Manajemen Terintegrasi ini harus dipahami dan diterapkan secara
konsisten dan penuh rasa tanggung jawab di seluruhw jajaran Manajemen dan Karyawan
PT Nagamas Palmoil Lestari.
5
1.4 Visi Misi dan Value Perusahaan
1.4.1 Visi
To be the leading and sustainable palm oil company by producing quality products that
benefits the communities.
(Menjadi yang terbaik dan berkelanjutan dalam industri minyak sawit dengan
menghasilkan produk masyarakat berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat).
1.4.2 Misi
To fulfill customers' demands;
(Memenuhi permintaan pelanggan).
To develop professional human capital;
(Mengembangkan SDM yang professional).
To strive for continuous improvements;
(Mengupayakan peningkatan yang berkelanjutan).
To maximise profits for stakeholders;
(Memaksimalkan keuntungan bagi stakeholder).
1.4.3 Value
1. TEAMWORK :
2. INTEGRITY :
Acting with honesty and honor by adhering to the highest ethical standard.
(Bertindak dengan kejujuran yang mengikuti standar etika tertinggi).
3. PROFESSIONALISME :
4. COMMUNICATION :
5. EXCELLENCE :
6
1.5 Usaha
1.5.1 Tangki Timbun
1.5.3.Pengapalan (Shipping)
1.5.4 Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Nagamas Palmoil Lestari antara lain
adalah RBDPOL (Olein)
7
1.6 Alat Pelindung Diri (APD)
● Safety helmet, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya seperti
kejatuhan benda-benda, terbentur benda keras yang dapat membahayakan kepala saat
bekerja.
● Safety shoes, berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya seperti tertimpa benda-
benda berat, terkena benda-benda tajam, terkena tumpahan bahan-bahan kimia yang
dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
● Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dari bahaya pada saat bekerja
sehingga terhindar dari cedera tangan seperti teriris, tergores ataupun terkena bahan-
bahan kimia.
● Kacamata pengaman, berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya yang dapat
mengganggu mata seperti masuknya debu, radiasi, percikan bahan kimia yang dapat
berakibat fatal seperti kebutaan. Penutup telinga, berfungsi untuk melindungi telinga
dari bahaya seperti kebisingan pada saat bekerja.
● Masker, berfungsi untuk menyaring udara yang akan dihirup pada saat bekerja
sehingga tidak membahayakan pernapasan.
● Pelindung wajah, berfungsi untuk melindungi wajah agar tidak terkena benda -benda
berbahaya dan bahan-bahan kimia.
● Pakaian pelindung, berfungsi untuk melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin
yang ekstrem, paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas,
benturan, radiasi, gigitan atau sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan
bakteri..
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asal tanaman kelapa sawit (Elcies guensis) tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guenia), spesies Elaiesmelanocca ofeier diduga berasal dari
Amerika Selatan dan spesies Eluses guineeaberasal dari Afrika. Kelapa sawit menyebar
hampir keseluruh negara beriklim tropis, termasuk Indonesin. Orang pertama yang
dimasukkan tamaan ini ke Indonesia adalah Andrien Halle, seorang berkebangsaan Belgia
pada tahun 1911 Andrien mendirikan perkebunan kelapa sawit di Asuhan, Sumatra Utara dun
di sungai Liput, Aceh Timur. Perkebunan tersebut bernama PT Selindo
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan,
karena menghasilkan minyak nabati dan memiliki peluang besar dipangsa pasar
internasional, minyak nabati yang dihasilkan dari kelapa sawit memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki
kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Minyak nahati merupakan produk utama
yang dihasilkan oleh kelapa sawit. Potensi produksi yang dihasilkan dapat mencapai 6
Ton/Ha/Tahun. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya yang hanya
mencapai 4,5 Ton/Ha/Tahun minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit berupa minyak
mentah atau mimyak sawit mentah yang berwarna kuning dan minyak inti sawit yang tidak
berwarna
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang cukup tinggi di Indonesia dan
masih memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik
berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang
devisa nomigas terbesar bagi Indonesia setelah karet dan kopi. Prospek pasar bagi olahan
kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun mengalami peningkatan yang
cukup besa, tidak hanya didalam negeri tetapi juga diluar negeri. Oleh Karena itu, indonesia
sebagai negara yang memiliki lahan tropis yang cukup luas memiliki pelang besar untuk
mengembangkan perkebunan kelapa sawit baik dengan penanaman modal asing maupun
perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).
9
2.2 Morfologi Kelapa Sawit
Morfologi kelapa sawit terdiri atas 2 bagian yaitu bagian generatif dan bagian
vegetatif. Bagian generatif terdiri atas akar, batang, daun. Sementara bagian vegetatif,
terdiri dari bunga, dan buah. Bagian generatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan
daun. Akar kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap tidak yakin hara dalam tanah dan
pernafasan tanaman. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping
membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Kelapa sawit merupakan tanaman
monokotil, yaitu batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang.
Batang berfungsi sebagai penyangga serta tempat menyimpan dan mengangkut makanan.
Daun kelapa sawit membentuk susunan majemuk, bersirip genap, dan sejajar. Daun
sebagai tempat fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses berlangsung,
semakin banyak bahan makanan yang maka produksi meningkat.
Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi bunga dan daun. Kelapa sawit merupakan
tanaman berumah satu berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat
dalam satu taraman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Proses penyerbukan
tanaman kelapa sawit dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin. Buah disebut
juga buah tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah siap panen pada umur 3,5
tahun. buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu penyerbukan
mulai dari buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Buah kelapa sawit
memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kulit luar (eksokarp) yang keras dan licin, ketika buah masih muda warna hitam atau
ungu atau hijau muda. Semakin tua berubah menjadi warna oranye merah
2. Sabut (mesokarp) yang merupakan jaringan-jaringan sel pengisi seperti karet busa
yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Tempurung (endokarp) yaitu bagian buah yang keras dan berwarna hitam jika sudah
tua. Ketika buah masih muda, tempurung bertekstur lunak dan berwarna putih.
4. Biji atau inti berbentuk padat dan tidak berisi air buah. Inti mengandung minyak
minyak kelapa sebesar 3% (CPKO) dari berat tandan, berwarna jemih dan bermutu
sangat tinggi.
10
2.2 1 Gambar Morfoligi Kelapa Sawit
Minyak sawit digunakan sebagai produk makanan seperti margarin, biskuit, es krim
dan minyak goreng dan lain-lain. Selain itu, minyak sawit juga dimanfaatkan untuk
produk-produk non-makanan seperti dalam pembuatan sabun, detergen, kosmetika, dan
lain-lain. Pemisahan Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dapat
menghasilkan oleo kimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Crude Palm
Oil (CPO) adalah minyak atau lemak yang merupakan perpaduan dari ester-ester asam
lemak dan gliserol.
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dengan asam lemak. CPO berupa minyak yang agak kental berwarna kuning
jingga kemerah-merahan karena kandungan karotenoida (terutama β-karotena).
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis
11
tenera kurang lebih 500-700 ppm. Karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-
paru dan payudara, dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A didalam tubuh. β-
karotena merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam proses
metabolisme dalam tubuh. Minyak kelapa sawit mengandung kolesterol rendah,12-19
ppm (rata-rata 16 ppm); sebagai perbandingan minyak kedele mengandung 20-35 ppm
(28 ppm), minyak rape 25-50 ppm, dan minyak jagung 10-95 ppm. Adapun Standar
Minyak CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel O) adalah sebagai
berikut:
NO PARAMETER STANDART
1. FFA, as Palmitic 5% max
2. M & I, % wt 0,5% max
3. IV 50-53 I2/100g
4. DOBI 2,0 min
5. Carotene 400 ppm min
2.3.1 Tabel Standar Minyak CPO
Sumber : PT. Nagamas Palmoil Lestari
12
a b
2.4.2 Sterilisasi
Buah kelapa sawit dimasukan kedalam alat sterilizer untuk dilakukan proses
sterillisasi melalui proses perebusan pada bejana bertekanan, denga beberpa tahapan
yang pertama Deaerasi yangdimana pipa uap masuk dibuka, katup deaerasi atau
katup kondensat dibuka dan udara dibuang dengan cara memasukan uap. Karea
udara lebih berat ia akan berada dilapisa bawah dan dibuang melalui pipa kondensat,
proses Deaerasi akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat selama
proses perebusan juga juga berlangsung.
13
Selanjut nya Pemasukan dan Pembuangan Uap, frekuensi pemasukan uap dan
pembuangan air kondensat umumnya memiliki tekanan mencapai 1,5 kg/cm² selama 7
menit pada puncak perebusan pertama.
2.4.3 Threshing
Threshing atau disebut juga dengan penebahan buah dilakukan dengan membanting
buah dalam drum berputan yang memiliki kisaran putar 23 – 25 rpm, proses ini dilakukan
untuk memisahkan dari brondolan dan tangkai menggunakan alat bernama Thresser.
Buah akan masuk melalui kisi – kisi dan ditampung dibawah dan akan didistribusikan
menggunakan konveyor.
14
2.4.4 Digester
Pelumatan buah yang sebagian besar dagin sudah terleps dari biji kelapa sawit
dengan cara pengdukan didalam digester.
Pengempanan atau disebut juga dengan pengepressan yang dimana kelapa sawit
yang telah terpisah diproses digester akan dipress dan menghasilkan minyak (north),
sedangkan ampas dan biji akan di alirkan menuju CBC.
Minyak atau nort tadi akan dibawa oleh Konveyor menuju sand trap untuk
dilakukan pengendapan dan penyaringan seperti serabut, pasir, dan tanah. MInyak yang
sudah disaring akan ditampung dalam tanki dan dipanaskan dengan sushu 90°-95° C.
Minyak akan dilakukan proses pengendapan agar terpisah dari lumpur, berdasarkan
perbedaan massa jenis jadi minyak akan berada diatas dan lumpur berada dibawah
2.4.7 Bleaching
Minyak dipanaskan untuk mengurang kadar air, dan di alirkan ke oil purifier
untuk dimurnikan, tetapi dalam proses ini minyak masih mengandung air jadi minyak
akan dikeringkan dengan metode divakum, dab hasil dari proses ini dinamakan minyak
Crude Palm Oil atau sering disebut CPO. Minyak CPO yang telah melewati proses
vakun dryer akan disimpan dalam CPO Storage Tank yang nantinya akan
didistribusikan sebagai bahan baku suatu prodak.
15
B. Proses Pengolahan Minyak Crude Palm Oil (CPKO)
Tempat pengolahan int sawit sering disebut dengan pabrik biji Proses pemisahan bisi
dari serabut yang terdapat dalam ampas hasil pengempaan borijuan untuk memperoleh
hiji (inti) sawit yang berkualitas Pemisahan dilakukan dengan tarikan atau hisapan udara
pada sebuah kolom pemisah Pongolahan biji dan ampas kelapa sawit, hasil proses
pemisahan minyak dan nut di stasiun press, selanjutnya nut dan sisa ampas yang
merupakan sisa dari stasiun press dibawa oleh Cake Breaker Conveyor menuju Stasiun
Kernel. Stasiun kernel berfungsi untuk memisahkan fiiber dengan nut, serta memisahkan
cangkang dengan inti. Alat utama dalam stasiem kernel yaitu Depericerper, Secondary
depericerper, Ripple mill, Ligh Tenera Dry Separating (LTDS1), Ligh Tener Dry
Separating 2 (LTDS-2), Vibrating Through Polishing Drum Hydrocyclone, Silo Kernel
Banker dan lain-lain.
Hasil dan stasiun press yaitu ampas berupa fiber dan nut, dibawa oleh Cake
Breaker Comeyor dengan putaran 71 rpm dan daya 18.5 KW menuju Depericerper.
Depericener berfungsi untuk memisahkan ampas dan hiji. Alat ini tendiri atas
Separating on dan Polishing Drum.Pemisahan dilakukan dengan adanya hisapan flower,
dimana ampas kering akan terhisap dan masuk ke konveyor bahan bakar, sementara biji
akan masuk ke Nut Polishing Drum. Nut Polishing Drum berfungsi untuk
menghaluskan permukaan nut dari fiber yang masih menempel. Selanjutnya akan
masuk ke Secondary Deperice per melalui Inclened Wet Nut Conveyor desgan puturan
49 rpm dan daya 2.2 KW. Pemisahan lanjutan akan dilakukan dengan prinsip yang
sama pada Deperieerper sebelumnya, dimana yang ringan akan disedot air lock dan
yang berat akan jatuh kebawah. Selanjutnya nat akan dibawa oleh Wet Nut Elevator
dengan putaran 27 rpm dan daya 4 KW menuju Nut Grading Dram berdasarkan
diameter-diameter yang sejenis yaitu kecil, sedang, dan besar. Selanjutnya makan
masuk ke Nut Buffer Hopper sebagai tempat penampungan sementara sebelum masuk
ke Ripple Mill. Hal yang perlu diperhatikan bahwa saat proses tidak berjalan, maka
hopper harus dalam keadaan kosong agar pada saut proses selanjutnya, tidak
meningkatkan beban Ripple Mill.
16
Ripple mill berfungsi untuk memecah cangkang dari sehingga kernel dapat
dipisahkan. Ripple mill terdiri atas rotating rotor dan stationary plate. Sistern kerja ripple
mill adalah dipecalikan oleh rotor bar dan ripple plate, sehingga nut akan masuk disela-
sela keduanya. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemecahan yamu sebagai
berikut:
1. Cracking Efisiensi >95%, dan
2. Spot check efisiensi dilakukan secara periodik
1. Kecepatan rotor
2. Jarak antara rutor dengan plat bergigi.
3. Ketajaman gerigi plat, dan
4. Bentuk dan ukuran biji
Hasil dari Ripple Mill adalah cracked misture yang akan dipisahkan di Ligh Tenera
Dry Separating (LTDS-1) melalui Cracked Misture Conveyor dengan puturan 49 rpm
dan daya 2,2 KW. LTDS-1 berfungsi untuk memisahkan cangkang dan kernel. Sistem
kerja LTDS-1 yaitu pemisahan cangkang dengan hisapan yang seridiri atas fiber halus,
cangkang halus, cangkang sedang, cangkang tebal, kernel ringan (prinsip yang ringan
akan terhisap dan yang berat akan turun kebawah) Sementara,nut yang masih utuh akan
dikembalikan ke Wet Nut Elevator dengan putaran 27 rpm dan daya 4 KW melalui Mar
Recycle Conveyor agac dilakukan pemisahan kembali di Ripple Mill. Pemisahan
cangkang akan dilakukan kembali di LIDS-2 dengan prinsip yang sama pada LTDS-1,
dimana memisahkan cangkang dari kernel yang masih tersisa dari pemisahan LTDS-1.
Pemisahan lanjutan dilakukan di Hydrocyclone mengggunakan media air
Hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan kernel dari cangkang dengan media air dan
memisahkan Kernel pecah dan cangkang yang tidak terhisap pada pemisahan
sebelumnya. Cangkang hasil pemisahan akan masuk ke shell bunker dengan kapasitas 30
Ton melalui Wer Shell Elevator dan Wet Shell Conveyor, Sementara kernel akan masuk
ke Kernel Silo melalui Wet Kernel Elevator dan kernel Drier Distribution Conveyor.
Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi Moisture Kernel sampai 6,3% -7,5%.
17
Kernel produksi yung masuk kedalam Kernel dryer akan dipanasi dengan bantuan
heater bank yang menghembuskan udara pas melalui louvred bed yang memiliki kisi-
kisi. Pengeringan dilakukan dengan suhurendah dengan tujuan agar penguapan berjalan
lambat dan merata untuk permukaan dan bagian dalam ini. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut:
1. Temperatur deck atas 65°C-70° C
2. Temperatur deck bawah 75° -80° C
3. Ketebalan kernel ± 1 cm (merata)
4. Moisture Kernel 6,5% – 7,5%
Selanjutnya kernel murni akan dibawa ke Kernel Bunker melalui Kernel
Discharge Conveyor untuk disimpan.
18
2.5 Prodak & Turunan Minyak Crude Palm Oil (CPO)
NO PARAMETER STANDART
1 FFA,as Palmitic 5 % max
2 Lovibond Colour,51/4” 17 %Red max
3 M & I , % wt NIL
2.5.1 Tabel Standar Parameter Minyak BPO
Sumber : PT. Nagamas Palmoil Lestari
19
2.5.2 PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)
Palm fatty acid distillate (PFAD) merupakan produk samping bernilai rendah yang
dihasilkan dari proses deodorisasi pada tahapan refinery crude palm oil (CPO) menjadi
minyak goreng sawit. Kandungan PFAD yaitu asam lemak bebas (ALB) sebagai
komponen utama (>80 %) dan komponen minor berupa karoten (pro-vitamin A),
tokoferol dan tokotrienol (vitamin E), sterol, fosfolipid, glikoloid, serta hidrokarbon
terpenik dan alifatik. Potensi PFAD dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai
produk dalam upaya peningkatan nilai tambah industri minyak sawit, seperti sebagai
bahan baku dalam sintesis mono-digliserida (MDAG).
Produk MDAG merupakan emulsifier yang telah banyak digunakan sebagai
pengemulsi dalam industri pangan dan bukan pangan. Emulsifier berfungsi menyatukan
dua fase cairan yang berbeda kepolaran sehingga membentuk suatu sistem emulsi. Hal ini
disebabkan oleh karena bahan tersebut memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik di dalam
senyawanya. Sintesis MDAG dari PFAD dapat dilakukan melalui esterifikasi enzimatis
dan kimiawi dengan bantuan katalis. Sintesis MDAG dari PFAD merupakan reaksi yang
bersifat reversible, sehingga konversi reaktan menjadi produk dalam jumlah tinggi sulit
untuk diperoleh. Spesifikasi kemurnian MDAG tentang aditif makanan standar Uni
Eropa (UE) tahun 2012. Adapun tantangan dalam produksi MDAG dari PFAD adalah
rendemen dan spesifikasi produk MDAG yang dihasilkan relatif rendah, sehingga
diperlukan berbagai upaya dalam peningkatan rendemen dan spesifikasi produk MDAG
hasil sintesis.
Makalah ini mereview tentang proses pengolahan dan karakterisik PFAD serta
aplikasinya dalam sintesis MDAG dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan rendemen dan spesifikasi serta aplikasi MDAG pada berbagai produk
untuk dapat diteliti lebih lanjut. Sintesis MDAG secara kimiawi dilanjutkan dengan
pemurnian produk hasil esterifikasi menggunakan metode distilasi molekuler berpeluang
untuk dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan rendemen dan spesifikasi produk
MDAG sesuai standar.
20
Adapun Standar Minyak PFAD adalah sebagai berikut:
NO PARAMETER STANDART
RBDPO merupakan hasil refinery (pemurnian) dari minyak sawit mentah crude palm oil
(CPO). RBDPO biasanya digunakan sebagai minyak goreng, salah satu bahan pangan yang
memiliki tingkat konsumsi tinggi RBDPO merupakan hasil rafinasi dan fraksinasi dari
minyak sawit mentah crude palm oil (CPO). RBDPO biasanya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan minyak goring (RBDOL) yang merupakan bahan pangan yang memiliki tingkat
konsumsi tinggi. RBDPO juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel,
pembuatan oleo kimia dasar dan lain-lain.
21
Adapun Standar Minyak RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) adalah
sebagai berikut:
NO PARAMETER STANDART
Refined Bleached Deodorized Palm Olein (RBDOL) ialah produk hasil fraksinasi dari
RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). RBDOL merupakan fraksi cair dari proses
fraksinasi RBDPO. RBDOL digunakan sebagai minyak goreng untuk rumah tangga dan
industri makanan seperti makanan ringan dan makanan siap saji.
Adapun Standar Minyak RBDOL (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) adalah
sebagai berikut :
22
NO PARAMETER STANDART
23
2.5.5 RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
Refined Bleached Deodorized Palm stearin (RBDST) adalah minyak fraksi padat dari
proses fraksinasi RBDPO yang berwarna putih kekuningan. Adapun Standar Minyak RBDPS
(Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) adalah sebagai berikut :
NO PARAMETER STANDART
24
2.6 Parameter Kualitas Minyak
2.6.1 Titrasi Alkalimetri
Alkalimetri diambil dari kata alkali yang berarti basa. Merujuk dari namanya, titrasi
alkalimetri adalah metode pengukuran konsentrasi basa suatu larutan dengan menggunakan
larutan baku asam. Jenis titrasi ini adalah jenis yang paling sering digunakan.
Dalam titrasi alkalimetri, basa digunakan sebagai titran yang kemudian diteteskan ke larutan
titrat yang bersifat asam, sehingga larutan menjadi netral. Ketika mol basa bereaksi sama
dengan jumlah mol asam dalam larutan titrat, maka titik ekuivalen titrasi akan tercapai.
Berikutnya, titik akhir titrasi akan diketahui menggunakan indikator titrasi tertentu.
Langkah terakhir dari titrasi alkalimetri adalah penentuan kadar atau konsentrasi sampel.
Tentu saja penentuan ini dilakukan dengan menerapkan rumus umum titrasi, di mana jumlah
mol basa harus sama dengan jumlah mol asam. Jumlah mol basa sendiri diketahui dengan
perkalian total volume yang dibutuhkan agar bisa mencapai titik akhir titrasi dengan
menggunakan konsentrasi larutan basa yang konsentrasinya sudah diketahui.
2.6.2 Volumetri
Volumetri adalah metode pengukuran dalam analisis kimia kuantitatif berdasarkan
volume larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya dengan cara mereaksikannya dengan
sejumlah volume larutan standar Volumetri disebut juga titrasi. pengukuran volume dalam
larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara sempurna dengan sejumlah atau sevolume
berat zat yang akan ditetapkan. Pada setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara
komponen analit dan zat pendeteksi (titran).
2.6.3 Kolormetri
Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna. Metode
kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih
digunakan sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap
suatu zat. Dalam kimia fisik dan analitik, kolorimetri atau adalah teknik "yang digunakan
untuk menentukan warna konsentrasi senyawa dalam larutan." penerapan hukum bir-Lambert,
yang menyatakan bahwa konsentrasi zat terlarut sebanding dengan absorbansi (disebu tjuga
densitas optis) Absorba nsi disebut juga polarisasi cahayayang diserap oleh bahan (komponen
kimia) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu
terhadap bahan. Kolorimetri yaitu metode yang terjadi karena adanya perubahan warna akibat
adanya ion/senyawa (Sari et al, 2017). Prinsip kerja kolorimeter berdasarkan hukum Beer-
Lambert yang menyatakan bahwa jumlah cahaya yang diserap oleh solusi warna berbanding
lurus dengan konsentrasi larutan dan panjang jalur cahaya melalui solusi. banyaknya unsur
atau ion yang ada ditentukan dari intensitas warna larutan yang disebabkan oleh adanya
25
senyawa yang berwarna atau telah dibuat menjadi berwarna. Semakin kuat intensitas
warnanya, maka semakin besar pula konsentrasi unsur atau ion tersebut dalam larutan.
Apabila pada dua larutan pada kondisi dan kandungan senyawa berwarna yang sama
memiliki intensitas warna yang sama, maka konsentrasi unsur atau ion yang terjadi di
dalamnya juga sama. Oleh karena itu, jika dibuat dengan pengenceran warna larutan analit
yang sama dengan warna larutan standar, maka dapat diperkirakan bahwa konsentrasi kedua
larutan tersebut adalah sama.
Asam lemak bebas (Free Fatty Acid) adalah asam lemak yang sudah lepas dari
trigliseraldehida yang dikandung pada minyak. Asam lemak bebas ini dianalisa sebagai angka
asam dengan menggunakan metode titrasi alkalimetri. Semakin tinggi nilai angka asam maka
semakin banyak asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dan menyebabkan
kualitas minyak semakin rendah. Pada prinsipnya, analisa asam lemak bebas (Free Fatty
Acid) dilakukan dengan menitar sampel menggunakan larutan basa yang telah distandarisasi.
Larutan basa yang umumnya digunakan adalah Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) atau
Kalium Hidroksida (KOH). Volume hasil titrasi akan dimasukkan ke dalam rumus berikut
untuk menghitung total asam lemak bebas yang terkandung minyak.
Free Fatty Acid (FFA) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa lemak. Asam lemak
bebas dalam konsentrasi tinggi yang terkait dalam minyak sawit sangat merugikan. Reaksi
ini dipercepat dengan adanya faktor- faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi berlangsung maka banyak FFA yang terbentuk. Minyak atau lemak
dapat dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak karena adanya air. Minyak yang telah
terhidrolisis menjadi berwarna coklat. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak dan lemak tersebut
(Keteran. S, Op.Cit., halaman 28).
26
dapat dilakukan dengan metode wijs. Adanya ikatan rangkap dalam struktur asam lemak
minyak menyebabkan minyak dapat dioksidasi. Proses oksidasi dapat dilakukan dengan
menggunakan oksidator salah satunya dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4).
Analisa bilangan permanganat dilakukan dengan metode titrasi oksidasi reduksi dalam
suasana asam, dimana ikatan rangkap yang terdapat pada minyak dioksidasi dengan kalium
permanganat direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan asam oksalat dititrasi kembali
dengan kalium permanganat. Dari hasil analisa yang telah dilakukan diperoleh persamaan
linier mol bilangan permanganat mol bilangan iodin adalah y = 0,11111x atau mol I2 =
0,11111 mol bilangan permanganat. Dengan demikian semakin tinggi mol bilangan iodin
akan semakin besar pula mol bilangan permanganatnya.
2.6.6 Colour
Pengujian colour dilakukan untuk mengetahui warna dari minyak goreng. Pucat tidaknya
warna minyak goreng tergantung kualitas CPO serta BE (bleaching earth) yang ditambahkan
saat proses dalam bleacher. Pengujian colour dilakukan menggunakan alat lovibond
tintometer.
Pengujian M&I (Moisture & Impurities) diuraikan menjadi 2, yaitu pengujian moisture
digunakan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam minyak goreng. Hal ini
dikarenakan air dalam minyak dapat mempercepat proses kerusakan minyak, yaitu terjadi
reaksi hidrolisa. Semakin rendah kadar airnya maka ketahanan minyak serta kualitas minyak
semakin bagus. Impurities digunakan untuk mengetahui kadar kotoran yang terdapat dalam
minyak goreng. Sama halnya seperti moisture, semakin rendah kadar kotorannya maka
kualitas minyak goreng semakain bagus. Oleh karena itu, nilai M&I yang baik adalah
serendah mungkin. Minyak goreng dengan nilai M&I yang rendah maka dalam
penggunaannya pada saat minyak goreng dipanaskan tidak akan menimbulkan percikan
minyak.
27
2.6.9 PV (Peroxide Value)
Peroxide value atau disebut juga bilangan peroksida merupakan adalah suatu nilai
terpenting untuk menentukan derajat kerusakan minyak akibat oksidasi. Pengujian peroxide
value digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat oksidasi pada minyak tak jenuh
yang disebabkan oleh udara. Semakin kecil nilai PV maka semakin baik kualitas minyak
tersebut dan sebaliknya semakin besar nilai PV maka semakin buruk kualitas minyak tersebut
(menandakan minyak sudah rusak).
MP (Melting Point) adalah keadaan suatu zat yang memiliki suhu tertentu sehingga dapat
berubah bentuk dari zat padat menjadi zat cair. Perubahan zat air dihasilkan dari proses
pemanasan. Selain itu, titik leleh suatu zat tergantung pada tekanan dan biasanya ditentukan
pada tekanan standar seperti 1 atmosfer atau 100 kPa.
28
2.7Parameter Kualitas Air
2.7.1 Jartes
Suatu metode percobaan yang dilakukan untuk menentukan dosis optimum dari
koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Metode ini dilakukan secara
tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam
mengoptimalkan proses koagulasi, flokulasi dan perjenihan. Data yang didapat dengan
melakukan jartest antara lain dosis optimum penambahan koagulan, volume endapan yang
terbentuk, membandingkan atau menganalisis bahan kimia koagulan yang bisa menghasilkan
koagulasi dengan pemakaian yang sedikit mungkin juga harga yang tejangkau. Jartest
dilakukan pada alat bernama Flocculator.
Total Dissolved Solid merupakan jumlah zat padat terlarut. TDS merupakan indikator
dari jumlah partikel atau zat tersebut baik berupa senyawa organic maupun non-organic.
Pengertian terarut pada partikel padat di dalam air yang memiliki ukuran dibawah 1
nanometer satuan yang di gunakan adalah ppm, untuk pengukuran konsentrasi massa yang
menunjukkan berapa banyak gram dari suatu zat yang ada dalam 1 L cairan.
2.7.3 pH
29
antara 7,0-8,2 namun ada beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau di atas 9,5 (Permenkes
RI, 2010). Umumnya indikator sederhana yang digunakan untuk mengukur kualitas pH
adalah kertas lakmus berubah merah jika kesamaannya tinggi dan berubah biru jika
kesamaannya rendah. Selain itu indikator asam dan basa dapat diukur dengan pH meter.
30
sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari
CaCO3.Kesadahan total adalah jumlah ion–ion kalsium dan magnesium yang dapat ditentukan
melalui titrasi menggunakan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asam asetat) sebagai titran serta
indikator EBT (Eriochrom Black T) yang peka terhadap kation valensi dua.
2.7.6 Sulphite
Sulphite adalah senyawa untuk mengikat oksigen yang terlarut di dalam air, apabila
sulphite tidak sesuai standart akan mengkibatkan oksigen terlalu banyak dan dinding pipa air
boiler akan mengalami pitting corrosion.
2.7.7 Silika
Sulfida digunakan dalam boiler industri dan saluran umpan boiler untuk mengontrol
jumlah oksigen terlarut. Namun ion sulfida di dalam air meningkatkan kekerasan air dan
mempercepat korosi yang terjadi di boiler.
Silika adalah mineral dengan formula SiO2 berbentuk kristal, tahan terhadap panas, larut
dalam alkali dan tidak larut dalam air dan asam.
2.7.8 Phospate
Phospate adalah kandungan zat yang dapat membentuk kerak/endapan di pipa air boiler,
dalam hal ini akan mengurangi efisiensi kerja boiler. Maka dari itu perlunya quality control
dengan tepat dan benar
2.7.9 Chloride
Choride adalah ion yang bermuatan negatif yang dapat berekasi dengan garam-garam
mineral lainnya. Klorida dalam bentuk ion Cl- adalah anion anorganik yang banyak terdapat
dalam air. Adanya klorida yang berlebihan dalam air dapat menyebabkan gangguan pada sifat
fisis air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan. Tujuan pemeriksaan klorida ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kadar klorida yang terkandung dalam air. Kadar
klorida dalam air ditetapkan dengan metode Argentometri Mohr yaitu dengan menggunakan
larutan standar AgNO3 dan indikator K2CrO4. Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya endapan warna merah bata dari Ag2CrO4.
31
2.7.10 Alkalinitas
Mengetalmi kadar alkalinitas yang terkandung dalam suatu perairan. digunakan 2
indikator yaitu fenolftalein dan metil jingga, Indikator fenolftalein (pp) dipakai untuk
mengetahui titik akhir litrasi dalam penentuan alkalinitas karbonat, sedangkan indikator
metil jingga dipakai untuk mengetahui titik akhir titrasi dalam penentuan alkalinitus total.
Penyebab alkalinitas di dalam air adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida yrag
Jumlahnya ditenitikan dengan titrasi menggunakan larutan standar asam kuat, sampai titik
ekuivalen bikarbonat atau asam karbonat secara elektrometris atau perubahan warna.
Penyusun alkalinitas perairan adalah anion karbonat, bikarbonat, hidrofoaci, boral, fosfat,
silikat dan sebagainya. Penyusun alkalinitas yang utama adalah karbonat, bikarbonat dan
hidroksida.. Sebagian besar alkalinitas dalam air alam disebabkan oleh adanya bikarbonat
dan sisanya disebabkan oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu, seperti pada
siang hari adanya ganggang dan lumut dalam perairan merupakan faktor turunnya kadar
karbondioksida dan bikarbonat, sedangkan dalam suasana seperti ini kadar karbonat dan
hidroksida naik dan menyebabkan pH larutan juga naik.
32
2.8.2 Phosphoric acid
2.8.3 n-Heksana
Heksana atau n-heksana adalah alkana hidrokarbon alifatik dengan enam atom karbon.
Bentuk kimianya adalah C6H14. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan
rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH 3(CH2)4CH3). Awalan heks-
merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari
alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut.
Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang
inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.
Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam
air. N Heksana merupakan jenis pelarut non polar. Ada beberapa isomer zat ini, yang paling
terkenal dan penting adalah n-heksana:
33
2.8.4 Isopropil Alkohol
isopropanol atau IPAAlkohol adalah cairan bening tidak berwarna yang dapat
bercampur dengan air, kloroform, etanol, dan eter. Ini memiliki bau yang kuat dan cukup
mudah terbakar. Mengingat volatilitasnya yang tinggi, ia menguap dengan cepat saat terkena
udara.
34
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat lebih
asam atau lebih basa.[3] Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi.
Fenolftalein memiliki empat kondisi yang berbeda dalam larutan: Pada kondisi asam sangat
kuat, ia dalam bentuk terprotonasi, menghasilkan warna jingga. Pada kondisi asam kuat, ia
berbentuk lakton yang tak berwarna. Dalam bentuk fenolat terdeprotonasi tunggal (bentuk
anion dari fenol) memberikan warna merah muda yang sangat dikenal. Dalam larutan basa
kuat, warna merah muda fenolftalein perlahan memudar dan menjadi tak berwarna di atas pH
13,0. Reaksi pemudaran yang menghasilkan ion InOH3− yang tak berwarna terkadang
digunakan dalam mata pelajaran kinetika reaksi.
2.9 K3 Laboratorium
Keselamatan dan kesehatan kerja K3 Laboratorium adalah semua upaya untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja laboratorium dari risiko-risiko yang ada di
laboratorium. Keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium sangat penting untuk dipahami
35
mengingat banyaknya laboratorium yang digunakan baik itu di pabrik ataupun di Lembaga
Pendidikan dan penelitian.
Bahaya-bahaya pada laboratorium kimia meliputi substansi reaktif, substansi mudah
terbakar, substansi beracun, bahaya radiasi, bahaya listrik, bahaya mekanis, bahaya kondisi
operasi dan bahaya pelepasan air.
1. Substansi reaktif: ketika substansi reaktif ini diangkat atau diproses, setiap usaha harus
dilakukan untuk menemukan informasi dari perilaku substansi reaktif tersebut dan
bagaimana cara mengendalikannya.
2. Substansi mudah terbakar: banyak cairan dan gas yang dipakai di laboratorium adalah
mudah terbakar. Panduan untuk memakai bahan mudah terbakar telah dibahas oleh
NFPA termasuk NFPA 45 tentang laboratorium
3. Substansi beracun: Ketika substansi beracun dipakai, kita harus menyadari 3 rute masuk
substansi beracun yaitu inhalasi, ingesti dan kontak kulit serta efek yang ditimbulkan
baik itu efek jangka pendek ataupun jangka Panjang. Panduan pengendalian bahaya
beracun ini telah ada pada Control of Substance Hazardous to
Health (COSHH) Regulations tahun 1988. Bahaya pada nanomaterial dan nano tekhnolgi
juga harus diperhatikan.
4. Bahaya radiasi: Banyak bahaya radiasi yang muncul pada aktivitas di laboratorium
seperti aktivitas yang menggunakan alat dengan sumber radioaktif seperti petunjuk level
cairan, detektor gas kromatograf, detektor kebocoran, alat anti static pada timbangan dan
detektor kebakaran; peralatan yang memproduksi voltase di atas 5 kV mungkin saja
menjadi sumber X-ray; peralatan dengan radiasi non-ionisasi seperti laser, microwave
dan peralatan ultraviolet serta infrared.
5. Bahaya listrik: Personel bisa saja mendapatkan risiko tersetrum dalam perbaikan kabel
atau komponen yang belum dibumikan. Bahaya listrik yang ada pada laboratorium
berbeda dengan yang ada di industri, namun tetap saja berbahaya jika tidak dilakukan
pengendalian yang tepat.
6. Bahaya mekanik: bahaya mekanik muncul dari alat-alat seperti mesin-mesin bengkel,
perkakas tangan dan energi, peralatan lifting, peralatan yang berputar, dan mesin
penekan. Kecelakaan sangat mungkin muncul ketika personel laboratorium
menggunakan peralatan yang mereka tidak familiar.
7. Bahaya operasional: bahaya yang terkait dengan temperature yang tinggi atau paling
rendah, cairan cryogenic, sumber tekanan tinggi (uap, udara, gas bertekanan dan air), dan
vakum.
36
8. Bahaya pelepasan air: terlepasnya air misalnya dalam bentuk jet dapat menimbulkan
risiko korslet, kejutan termal, kemunculan gas dalam bentuk jet serta reaksi air dengan
zat kimia yang reaktif.
1. Karsinogenik
Bahaya : Menyebabkan Kanker
2. Korosif
Bahaya : Merusak Jaringan Hidup
3. Toxic
Bahaya : Menyebabkan Kematian
37
Bahaya : Bahaya bagi lingkungan
5. Campuran
Bahaya : Menyebabkan iritasi kulit
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
adalah dokumen yang berisi informasi mengenai potensi bahaya (kesehatan, kebakaran,
reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang aman dengan produk kimia.
1. Isopropil Alkohol
Akibat:
- Menyebabkan iritasi mata yang serius.
- Dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
Pencegahan:
- Jauhkan dari panas/percikan, api terbuka/permukaan yang panas.
- Dilarang merokok.
- Tanam/Bond wadah dan peralatan penerima.
Respon:
- Jika terkena mata : bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
Penyimpanan:
38
- Simpan di tempat berventilasi baik. Jaga wadah tertutup kedap/rapat.
2. Sodium Hydroxide
Akibat:
- Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
Pencegahan:
- Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung
mata/pelindung wajah.
Respon:
- Jika tertelan : basuh mulut. jangan merangsang muntah.
- Jika terkena mata : bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
- Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi sentra informasi keracunan atau
dokter/tenaga medis.
Penyimpanan:
- Simpan di tempat berventilasi baik. Jaga wadah tertutup kedap/rapat.
3. Phenolphthalein Indicator.
Akibat:
- Dapat meyebabkan kanker.
- Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
- Diduga dapat merusak kesuburan.
Pencegahan:
- Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya. Jangan menghirup debu.
Respon:
- Jika terpapar atau dikuatirkan : dapatkan nasehat/perhatian pengobatan. Terbatas
hanya untuk pengguna profesional.
Penyimpanan:
- Simpan di tempat berventilasi baik. Jaga wadah tertutup kedap/rapat.
4. Wijs Solution
Akibat:
- Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
39
Pencegahan:
- Jauhkan dari panas/percikan/api terbuka/permukaan yang panas.
- Dilarang merokok.
Respon:
- Jika terkena kulit (atau rambut): Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilas kulit dengan air.
- Jika terkena mata: Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya. Lanjutkan membilas.
Penyimpanan:
- Jaga wadah tertutup rapat.
- Ikat wadah dan peralatan penerima.
5. Potassium Iodide
Akibat:
- Menyebabkan iritasi kulit.
- Menyebabkan gangguan mata berat.
Pencegahan:
- Jika terkena mata: Bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak, jika ada dan mudah dilakukan. Lanjutkan membilas.
6. Potassium Dichromat.
Akibat:
- Dapat meyebabkan kerusakan genetik.
- Dapat meyebabkan kanker.
- Dapat merusak kesuburan.
- Dapat merusak janin.
- Dapat mengintensifkan api; pengoksidasi.
- Toksik bila tertelan.
- Berbahaya jika terkena kulit.
- Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
- Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
- Fatal jika terhirup.
- Dapat menyebabkan alergi atau gejala asma atau kesulitan bernafas jika terhirup.
- Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan.
40
- Menyebabkan kerusakan organ-organ melalui eksposur yang lama atau berulang-
ulang.
- Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
Pencegahan:
- Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya.
- Ambil segala langkah pencegahan untuk menghindari percampuran dengan zat-zat
yang mudah menyala, senyawa logam berat, asam dan basa.
- Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
- Pakai sarung tangan pelindung/pakaian pelindung/pelindung mata/pelindung wajah.
Respon:
- Jika tertelan : Basuh mulut. Jangan merangsang muntah.
- Jika terkena kulit : Cuci dengan banyak sabun dan air.
- Jika terhirup : Pindahkan korban ke tempat berudara segar dan jaga tetap relaks pada
posisi yang nyaman untuk bernafas.
- Jika terkena mata : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya. Lanjutkan membilas.
- Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi sentra informasi keracunan atau
dokter/tenaga medis.
41
BAB III
42
normal, yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhu udara tersebut akan meningkat
menjadi 230°C.
Energi panas tersebut selanjutnya untuk proses pendidihan (boiling) air untuk
menghasilkan air panas atau uap air. Mula-mula bahan bakar dibakar di ruang bakar (furnace)
boiler. Panas pembakaran akan berpindah kedinding-dinding pemanas boiler melalui proses
perpindahan panas radiasi dan konveksi. Kemudian panas berpindah ke fluida air melalui
proses perpindahan panas konduksi dan konveksi, Panas kemudian akan diserap oleh fluida
air dan digunakan untuk menaikkan temperatur yang kemudian air akan berubah menjadi uap.
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air
umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2)
Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dan luar ruang boiler dan
plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer
untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
43
3.1.2 Turbin
Turbin adalah suatu mesin rotari yang berfungsi untuk mengubah energi dari aliran fluida
menjadi energigerak yang bermanfaat dapat digunakan pada berbagai bidang industri, seperti
untuk pembangkit listrik. Uap yang berfungsi sebagai fluida kerja dihasilkan oleh katel uap,
yaitu suatu alat yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap.
Kamar mesin (Enginee Room) merupakan stasiun penghasil power dan pengontrol
power dan steam (high pressure dan low pressure) yung dibutuhkan oleh plant produksi
seperti refinery fracsinasi, bulking serta power plant itu sendiri. Power yang dihasilkan
berasal dari turbin alternator dan diesel genset. Prinsipnya steam yang dihasilkan boiler
dialirkan ke kamar mesin dengan main inlet pipe kemudian ditampung pada steam header
kemudian diteruskan ke steam separator lalu dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan
sudu-sudu (blades) turbin dan mengasilkan putaran untuk menggerakkan generator.
Sementara steam sisa putaran turbin akan ditampung pada BPV (Back Pressure Vessel)
yang kemudian akan dibagi keseluruh plant yang membutuhkan untuk kelancaran
operasional. Faktor yang mempengaruhui pemakaian jumlah power dan steam pada suatu
pabrik adalah design pabrik, peralatan dan instalasi pabrik. Bahan baku yang digunakan, dan
keragaman perikatan power dan steam unit pengolahan.
44
Secara alami proses osmosis adalah proses aliran air yang bergerak dari larutan garam rendah
ke larutan garam konsentrasi tinggi.Namun pada reverse osmosis larutan garam konsentrasi
tinggi bergerak mengalir ke konsentrasi rendah. Pemaksaan ini karena adanya pompa
tekanan tinggi, yang membalikkan aliran. Isitlah inilah yang disebut “reverse” (kebalikan).
Cara kerja reverse osmosis adalah berdasarkan pemisahan ukuran partikel yang terbawa
dalam air. Partikel tersebut bisa berasal dari kimia fisika ataupun mikrobiologi seperti coli
dan virus.
Adapun caranya adalah dengan menekan air dengan tekanan tertentu melalui membrane
RO semi permeabel. Akibat dari tekanan yang tinggi ini, maka akan menghasilkan dua jenis
air yaitu air hasil (permeate) dan air buangan (concentrate). Air yang berkonsentrasi tinggi
akan melewati pori – pori membrane RO yang ukurannya kecil. Ukuran membrane RO
hanya 0,0001 micron, sehingga hanya partikel lebih kecil dari 0,0001-micron saja bisa
melewati. Air yang menembus pori-pori adalah air PERMEATE (air hasil), sedangkan yang
tidak bisa menembus pori-pori adalah air CONCENTRATE (air buangan). Partikel atau
polutan yang berukuran besar akan terbuang bersama air reject ke saluran pembuangan.
Permeate adalah air yang bisa menembus pori-pori membrane lebih kecil dari 0,0001 micron.
Sedangkan isitlah concentrate adalah air yang tidak bisa menembus pori-pori, selanjutnya
keluar melalui saluran pembuangan.
3.1.3 Gambar RO
Sumber PT. Nagamas Palmoil Lestari
45
3.1.4 Incoming Bahan Baku
Dalam kegiatan sebuah perusahaan tentunya tidak lepas dari kegiatan seperti penerimaan
bahan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan perusahaan agar menghasilkan produk yang
dapat dijual dipasar industry atau diimport. Bahan baku merupakan komponen penting dalam
seuah perusahaan yang digunakan untuk membuat produk dimana bahan tersebut secra
menyeluruh tampak pada produk jadinya. Pembelian dan penerimaan bahan baku yang
dikembangkan oleh perusahaan merupakan garis pertahanan awal kemanan dalam pabrik,
kualitas barang dan memberikan konstribusi terhadap keuntungan perusahaan.
Kualitas bahan baku dalam sebuah perusahaan sangat penting dan berperan aktif dalam
memajukan perusahaan, karna semakin berkualitas bahan baku yang digunakan oleh
perusahaan tersebut, maka hasil produk yang dihasilkan juga semakin baik dan berkualitas,
mampu bersaing dengan pasar. Dalam hal ini perencanaan dan pengendalian bahan baku
dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani kebutuhan bahan baku dengan tepat dan
dengan biaya yang rendah. Selama ini perusahaan pada umumnya melakukan perencanaan
dan pengendalian bahan baku tidak berdasarkan metode-metode yang sudah ada, tetapi
berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya.Untuk itu sangat diperlukan untuk
pengendalian bahan baku baik dari segi pembelian maupun kualitas bahan baku tersebut.
Untuk mengetahui apakah bahan baku tersebut berkualitas atau tidak, maka perlu diadakan
pengecekan awal sebelum bahan baku tersebut masuk ke tanki penyimpanan. Dalam hal ini
yang bertugas untuk inspeksi bahan baku dalam sebuah perusahaan adalah quality control
bagian incoming. Quality control bertugas dalam inspeksi bahan baku, apakah bahan baku
tersebut sesuai dengan standar atau tidak. Adapun ketika bahan baku tersebut tidak sesuai
dengan standar atau bahan baku tersebutdikatakan outspek, harus segera menginformasikan
ke supplier agar segera ditindaklanjuti dan diganti dengan bahan baku yang sesuai dengan
standar. Inspector Quality Incoming sebagai berikut:
1. Melakukan pengecekan bahan baku dan komponen yang dibeli dari pemasok untuk
memastikan kesesuaian mutu dengan standar yang berlaku dalam perusahaan.
2. Melakukan sampling terhadap material yang datang dari supplier untuk memastikan
kualitas material tersebut.
3. Membuat laporan hasil inspeksi berupa material inspection ceklist.
46
Dari tahap penerimaan bahan baku yang berupa CPO, RBDPO, RBDPOL selanjutnya
CPO tersebut akan diproses melalui proses refinery dan fraksinasi. Proses refinery merupakan
proses pengolahan CPO menjadi RBDPO. Sedangkan proses fraksinasi masih dibagi lagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan proses kristalisasi, yaitu pembentukan RBD
kristal. Tahap berikutnya disebut tahap fraksinasi atau filtrasi, yaitu pemisahaan antara RBD
Stearin dan RBD Olein. Untuk selanjutnya RBD Olein akan masuk ke proses
filling/pengemasan. Sedangkan RBD Stearin biasanya akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan margarin (marsho plant).
47
3.1.5 Proses Refinery
Merupakan proses mengurangi ataupun menghilangkan pengotor yang larut ataupun tidak
larut dalam CPOn(Crude Palm Oil) melalui 3 tahap yaitu Bleaching, Filtration, dan
Deodorizing Produk yang dihasilkan dari tahap ini disebut RBDPO (Refined, Bienched and
Deodorizing Palm Oil) Kemudian RBDPO ini difraksinasi menjadi minyak sawit padat (RBD
stearin) dan minyak sawit cair (RB) olein) Bleaching plant akan proses pemucatan wama,
mengurangi kelembaban, dan menyerap impurities baik yang larut dalam minyak maupun
48
tidak larut dalam minyak Pada tahap ini juga terjadi penambahan asam yang berfungsi
mengkonversi fosfatida menjadi gum (drums) Filtration Plant/Niagara Filer Plant merupakan
proses penisahan gum dengan minyak Pemisahaan ini dilakukan di dalam alat yang bernama
Niagara Filter Deodorizing Plant merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan bau
dan mengurangi Jumlah FFA (Free Famy Acid) di dalam minyak.
CPO dari dalam tangki penyimpanan (mah 40-50°C) dipampak menuju ke strainer. Stainer
berfungsi untuk menyaring kotoran yang masih ada di dalam CPO Dari stainer kemudian
CPO dialirkan masuk ke dalam economizer Economizer mupakan he exchanger yang
berbentuk plate dengan jumlah plate sebanyak 56 plate Tujuannya agar suhu minyak dapat
naik, serta menghemat kinerja heater Didalam economizer, suhu CPO dinaikkan melalui
perpindahan panas dengan RRDPO Selanjutnya CPO dialirkan masuk ke dalam heater hingga
suhu naik menjadi 90-110°C. Selanjutnya CPO diaikan masuk ke dalam dryer. Drye ini
berfungsi untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam CPO. Setelah dari dryer, CPO
dialirkan menuju pompa dyamic mixer. Sebelum melewati pompa dynamic mixer, CPO
ditambah dengan PA (Phasporic Acid) sebanyak 0,05 - 0,07% dari flowrate CPO. PA
berfungsi untuk mengkonversi fosfatida yang ada di dalam minyak sehingga bisa terpisah dari
minyak. Selanjutnya CPO yang sudah tercampur dengan PA dialirkan masuk ke dalam
bleacher. Di dalam bleacher ini CPO dicampurkan dengan BE (Bleaching Earth) berfungsi
untuk mengikat gun yang sudah terpisah dari minyak, menyerap impurities dalam minyak,
dan memucatkan warna minyak.
Tahap selanjutnya adalah tahap filtrasi/Niagara plant. Minyak yang sudah dalam bentuk
slurry dialirkan ke dalam Buffer, minyak hasil proses ini disebut sebagai DBPO (Degummeld
Bleached Palm Oil) Kemudian minyak DBPO ini akan disaring melalui niagara filter. Prinsip
kerja niagara filer yaitu:
1. Filling merupakan pengisian niagara filter dengan minyak dari buffer hingga tangki
niagara penuh. Proses filling dilakukan selama 15 menit
2. Resirkulasi merupakan proses sirkulasi minyak dari dalam niagara-buffer niagara agar
terjadi penempelan spent earth ke filter leaf Tujuannya agar sent earth mampu menjadi
penyaring sekunder bagi minyak sehingga minyak yang akan masuk ke dalam filter
receiver merupakan minyak hasil filtrasi yang sudah terlihat jernih Resirkulasi dilakukan
selama 15 menit
3. Filtrasi merupakan proses penyaringan minyak Minyak yang sudah jemih kemudian
dialiran menuju filtrate receiver tank Proses filtrasi dilakukan selama 70 menit
49
4. Emptying merupakan proses pengosongan niagara filter Minyak sisa yang ada didalam
tangki dialirkan ke dalam slope tank
5. Steam blowing merupakan proses pengeringas spent earth yang masih menempel di
dalam filter leaf
6. Decompression merupakan proses penarikan uap yang ada di dalam Niagara filter
7. Cake discharge merupakan proses pengeluaran cake yang ada di dalam gara filter,
sedangkan yang masih menempel pada niagara filer dihilangkan dengan digetarkan
menggunakan vibrator selama 15 detik, setting time 5 dmik Proses cake discharge
dilakukan selama 5 menit.
Minyak yang berasal dari ningara filter dimasukkan ke dalam filter receiver tank minyak
dialirkan melalui bug filter menju derator untuk menghilangkan O2. minyak dialirka
melewati SHE (Spiral Heat Exchanger Didatan spiral heat exchanger RDBPO akan
disilangkan dengan RBDPO yang sulunya tinggi Sehingga suhu RDBPO dapat naik
Kemudian minyak dipanaskan lag melalai Shelf and Tube. Disini, sahu RDBPO dinaikkan
karena adanya perpindahan panas dan steam yang dihasilkans HPB (High Pressure Hosler)
Lalu minyak dialirkan masuk ke dalam fase vessel merupakan rangka pengumpul yang
digunakan sebagai tempat mengumpulkan minyak, agar minyak yang masuk ke dalam pack
column dalam kondisi lanca (tidak terjadi letupan-letupan) Di dalam flash wessel sendiri juga
terjadi pengupan FFA (Free Fatty Acid) dalam jumlah kecil (karena FFA mulai menguap
pada suhu 180 c).
Minyak dari dalam flash vessel kemudian dialirkan masuk ke dalam pack column. Di
dalam pack column terjadi penguapan, minyak yang dialirkan menuju picking material dalam
kondisi vakum (tekanan kurung stari 5 ton). Tujuannya untuk memperbesar luas permukaan
area minyak, agar FFA yang menguap lebih banyak Karena uap FFA masih dapat
dimanfaatkan lagi, maka pada bagian pack column diberi tempat bernama scrubber tujuannya
mengkondensasi uap FFA yang dihasilkan sehingga terbentuk PFAD, minyak yang telah
dupkan FFA nya schingga FFA yang tersisa kurang lebih 0,1% Kemudian masuk ke dalam
deodorizer. Di dalam deodorizer minyak mengalami proses penghilangan bau (senyawa
aldehid dan keton) Minyak dialirkan dari tray 1 sampai tray 11 dengan sistem overflow. Di
dalam pack column dan dekorizer terdapat steam yang berfunsi sebagai stipping steam,
minyak dilewatan dalam SHE (Spiral How changer). Kemudian suhunya diturunkan lagi
dengan dilewatkan melalui www yang berben plan hout exchanger tcross dengan CPO), dan
yang terakhir minyak dilewatkan melalui cooler (Plate Heat Exchanger, fluida panasanya
50
adalah RBDPO dan fluida dinginya adalah air )sehingga suhunya turun sampai 80 C Proses
yang terakhir, minyak disaring lagi dengan catridge filter.
Proses fraksinasi hanya terdiri dari 2 tahap yaitu proses kristalisasi dan filtrasi. Proses
kristalisasi dilakukan di dalam crystalizer. Sedangkan untuk proses filtrasi dilakukan dengan
menggunakan filter press.
3.1.7 Kristalisasi
Proses kristalisasi minyak terjadi di dalam crystalizer, dengan lama proses ± 20 jam. Mula-
mula minyak hasil refinery (RBDPO) dialirkan masuk ke dalam crystalizer. Kemudian
dilakukan pengisian crystalizer hingga penuh. Untuk crystalizer kecil ukuran 39 ton, waktu
yang dibutuhkan untuk mengisi penuh crystalizer adalah 1,5 jam. Suhu awal minyak masuk
dalam crystalizer adalah 65-70°C, tujuannya agar semua kristal yang masih terdapat didalam
crystalizer dapat melting. Di dalam crystalizer juga dilakukan agitasi, tujuannya agar suhu
minyak dapat homogen. Selama pengisian, juga dilakukan agitasi. Agitasi dilakukan selama
proses kristalisasi berlangsung. Agitasi dilakukan dengan 2 kecepatan yaitu high speed (14
rpm/jam) dan low speed (8 rpm/jam). Pada awalnya, agitator berputar dengan kecepatan high
51
speed, namun kecepatan agitator akan diturunkan ke low speed ketika mencapai suhu 33°C,
agar bibit-bibit kristal yang terbentuk tidak pecah. Setelah selesai pengisian lalu dilanjutkan
dengan proses pendinginan. Proses ini terjadi di dalam crystalizer.
Proses pendinginan sendiri dibagi menjadi 3 tahap yaitu fast cooling, slow cooling, dan
fast cooling. Proses fast cooling ini dibantu dengan menggunakan air yang berasal dari
cooling tower, suhunya sekitar 38°C. Selisih suhu antara suhu minyak dan suhu air ini disebut
dengan ATI. AT1 ini akan mengikuti suhu minyak. Jika suhu minyak terlalu tinggi, maka
suhunya diturunkan dengan cara menambah jumlah air dalam coil (suhu ATI diusahakan
tetap sama). Pendinginan dengan menggunakan air cooling tower hanya hingga suhu minyak
mencapai 38-40°C. Selanjutnya pendinginan dilakukan dengan menggunakan air chiller (suhu
5°C). Tahap fast cooling berakhir ketika air mencapai suhu water W1. Pada saat air mencapai
suhu water W1, maka minyak mulai memasuki proses slow cooling. Proses ini merupakan
proses yang sangat kritis karena pada tahap ini mulai terjadi pembentukan bibit-bibit kristal
yang nantinya akan dipisahkan. Suhu minyak pada proses ini adalah 30,5-31°C. Selisih suhu
antara suhu minyak dan suhu air ini disebut dengan AT2. Proses pembentukan kristal ini
terjadi selama 420 menit (7 jam). Tahap slow cooling berakhir ketika air chiller telah mecapai
suhu water W2.
Proses fast cooling yang kedua ini bertujuan untuk menurunkan suhu minyak hingga
mencapai suhu holding yaitu 16,5°C. Proses ini berlangsung ketika suhu air mencapai water
W2. Proses ini berlangsung selama + 3-4 jam. Proses holding time merupakan proses
pembesaran bibit Kristal yang telah terbentuk.
3.1.8 Separasi
Proses selanjutnya merupakan proses separasi, yaitu proses pemisahaan RBD kristal hasil
dari proses kristalisasi menjadi RBD Stearin dan RBD Olein. Proses separasi dilakukan
dengan menggunakan mesin filter press jenis Netzch dan Choqueenet. Proses filtrasi dengan
menggunakan filter press dibagi dalam beberapa tahap, antara lain closing, loading,
sequeezing, blowing, dan opening/release. Closing merupakan tahap awal dari filter press.
Pada tahap ini, filter press dalam posisi menutup setelah melakukan release RBD Stearin.
Loading merupakan proses pengisian filter press dengan RBD kristal yang berasal dari
crystalizer. Pada proses pengisian juga terjadi proses filtrasi RBD kristal. Hasil filtrasi disebut
RBD Olein dan filtrat yang tertinggal di filter press disebut RBD Stearin. Proses loading
dilakukan secara otomatis hingga tekanan mencapai 2 bar. Sequeezing adalah proses
52
pengepresan RBD kristal dengan bantuan udara yang bertekanan. Dalam proses sequeezing
terjadi penggembungan membran plate oleh udara dan membran plate yang menggembung
tersebut akan ditahan oleh chamber plate. Tujuannya untuk memfiltrasi RBD Olein yang
masih tertinggal di dalam kristal. Pada filter press jenis Netzsch proses squeezing terjadi
dalam lima tahap, yakni:
1. Tahap pertama: udara yang masuk memiliki tekanan 0,8 bar. Proses ini terjadi
selama 100 detik.
2. Tahap kedua udara yang masuk memiliki tekanan 1,8 bar. Proses ini terjadi selama
150 detik.
3. Tahap ketiga: udara yang masuk memiliki tekanan 2,3 bar. Proses ini terjadi selama
180 detik.
4. Tahap keempat: udara yang masuk memiliki tekanan 2,8 bar. Proses ini terjadi
selama 410 detik.
5. Tahap kelima: udara yang masuk memiliki tekanan 3 bar. Proses ini terjadi selama
60 detik.
Blowing merupakan proses pembersihan jalur RBD kristal dan RBD Olein. Blowing
dilakukan dengan meniupkan udara yang memiliki tekanan 2,5/3 bar. Tahapan blowing dalam
filter press yaitu blowing 1 selama 30 detik, blowing 2 selama 30 detik dan yang terakhir
blowing 3 selama 60 detik Blowing 1 dan 2 merupakan core blowing. Sedangkan blowing 3
merupakan filtrat blowing. Core blowing bertujuan untuk membersihkan inlet RBD kristal.
Sisa pembersihan ini akan masuk ke dalam slope tank. Filtrat blowing bertujuan unutuk
membersihkan jalur filtrat (RBD Olein). Sisa pembersihan ini dimasukkan ke dalam
intermediate tank. Opening / Release merupakan proses pelepasan RBD stearin ke dalam bak
stearin. RBD Olein hasil dari proses separasi, akan ditampung di dalam intermediate/olein
tank. Jika intermediate tank telah penuh, maka olein akan di alirkan menuju tangki
penyimpanan dengan melewati catridge filter dan olin akan dialirkan menuju filling plant.
53
BAB IV
Analisa asam lemak bebas pada sampel minyak sawit menggunakan metode titrasi asam basa.
4.1.1.1Referensi
- Buret
- Erlenmeyer Dispenser
- Hotplate
- Desikator
- Neraca analitik
- Sodium hydroxide
- Isopropanol (2-propanol)
- Ethanol absolute
- Phenolphthalein indicator.
4.1.1.3 Persiapan Reagent
- Larutan Natrium Hidroksida 0.1N.
Cara membuat :
1. Timbang 1 gram NaOH,
2. Masukkan NaOH yang sudah ditimbang dalam gelas kimia,
3. Larutkan NaOH menggunkan akuades secukupnya,
4. Masukkan NaOH yang sudah dilarutkan ke dalam labu ukur
250 mL,
5. Tambahkan akuades pada labu ukur sampai tanda garis
yang terdapat pada labu,
54
6. 250 mL larutan NaOH 0,1 N siap digunakan.
- Indikator Phenolphthalein.
Cara membuat :
1. Timbang 1 gram serbuk phenolftalein,
2. Masukkan ke dalam alkohol (etanol) 95% 50 mL,
3. Aduk sampai rata,
4. Kemudian encerkan dengan air sampai 100 mL.
- Isopropil Alkohol.
55
neutral sebelum ditambahkan sampel, warna harus bertahan
selama 30 detik.
3.1.1.1 Perhitungan
- Persentase asam lemak bebas dalam beberapa jenis lemak dan
minyak dihitung sebagai oleic acid, walau dalam minyak kelapa
dan minyak palm kernel dinyatakan sebagai asam laurat dan
palm oil sebagai palmitat.
mL of alkali x N x 28.2
Free fatty acids as oleic, % =
mass , g of test portion
mL of alkali x N x 20.0
Free fatty acids as lauric, % =
mass , g of test portion
mL of alkali x N x 25.6
Free fatty acids as palmitic, % =
mass , g of test portion
56
- Current AOCS Official method Cd 1b-87 edition VI.
4.1.2.4 Alat dan Bahan
- Neraca analitik
- Buret 50 ml
- Labu yodium 300 ml
- Pipet volume
- Labu Erlenmeyer 300 ml
- Glass stoppered volumetric flask 1000 ml
- Magnet stirrer
- Timer
- Desikator
- Wijs solution
- Potassium iodide
- Cyclohexane
- Soluble starch
- Potassium dichromate
- Sodium thiosulfate pentahydrate
- Hydrochloric acid furning 37%
4.1.2.5 Persiapan Larutan
Larutan kalium idodide 15%
- Larutkan 15g KI reagent grade dalam 100 ml air suling.
- Setelah disaring, biarkan sampel tersaring dan mencapai suhu
68-71°C sebelum sampel ditimbang.
- Jika suhu sampel mencapai suhu 68-71°C, secepatnya timbang
sampel kedalam iodine flask 300 mL untuk berat sampel
gunakan berat dan ketelitian penimbangan.
- Tambahkan 20 ml cyclohexane dari bagian atas pada sampel
yang diuji dan aduk untuk memastikan sampel yang diuji larut
dengan sempurna.
- Tambahkan 25 ml larutan Wijs kedalam labu yang berisi
sampel, tutup labu dan aduk untuk memastikan campuran
merata. Segera atur waktu untuk 1.0 atau 2.0 jam, tergantung
pada nilai yodium : IV <150, 1jam IV> 150, 2.0 jam.
- Simpan labu ditempat gelap pada suhu 25 +- 5°C.
57
- Siapkan dan buat sekurang-kurangnya satu blanko dengan
perlakuan yang sama dengan sampel.
- Ambil labu dari ruang penyimpanan dan tambahkan 20 ml
laritan KI, diikuti 100 ml air aquades.
- Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N penambahan secara
perlahan dan terus menerus pengadukan yang konstan.
Teruskan titrasi sampai warna kuning pucat hampir hilang.
Tambahkan +- 2 ml larutan indicator amilum dan lanjutkan
titrasi sampai warna biru hilang.
4.1.2.6 Perhitungan
( Vb−Vt ) x N x 12,69
Iodine Value, IV =
W
Dimana :
Vb = Volume blanko
Vt = Volume sampel yang terpakai
N = Normalitas larutan tiosulfat
W = Berat sampel
Metode ini menentukan warna dengan cara mencocokkan warna dari cahaya yang
ditransmisikan kedalam lemak atau minyak dengan warna cahaya yang berasal dari
sumber yang sama, ditularkan melalui standar warna kaca.
3.1.3.1 Referensi
58
Red 1.0 - 0.9, 1.0 - 9.0, 10.0 and 70.0
Yellow 0.1 – 0.9, 1.0 – 9.,10.0 – 70.0
Blue 0.1 – 0.9, 1.0 – 9.0, 10.0 – 40.0
Neutral 0.1- 0.9, 1.0 – 3.0
- Spillage tray
- Glass cells
1.6 mm (1/16 in), 3.2 mm (1/8 in), 6.4 mm (1/4 in)
12.7 mm (1/2 in), 25.4 mm (1 in), 76.2 mm (3 in)
133.4 mm (51/4 in)
3.1.3.3 Persiapan Sampel
- Siapkan sampel yang akan diuji sesuai dengan standar prosedur,
akan lebih baik jika sampel minyak atau lemak benar-benar cair
terlebih dahulu. Pemanasan diatas temperature ruangan harus
dihindari karena dapat menyebabkan perubahan warna. Jika
sampel yang akan diuji tidak cair pada suhu kamar, maka
lakukan pemanasan 100°C diatas titik cair.
59
- Catatan - Untuk memastikan bahwa jumlah permukaan kaca di
kedua bagian pengujian dan bidang filter warna yang sama,
diberikan adanya kompensasi.
- Dibutuhkan pengulangan untuk mencapai repeatability yang
memuaskan, maka operator ketiga melakukan analisa. Mean
dari dua bacaan terdekat (tiga) harus diambil.
- Catat hasil dari pembacaan perbandingan ukuran dari merah,
kuning, biru, atau netral.
3.1.4.1Referensi
60
- Sampel harus benar-benar kering sebelum melakukan analisa.
Jika sampel mengandung air, harus disaring melalui kertas
saring yang sesuai. Panaskan 60-75 g sampel dengan 10-15 °C
di atas titik leleh sampel sebelum melakukan tes. Tuangkan 45
ml minyak kedalam botol lalu panaskan.
- Dinginkan sampel didalam water bath, aduk cukup menjaga
suhu stabil. Ketika sampel telah mencapai suhu 10°C di atas
titik kabut, mulai mengaduk dengan cepat dalam gerakan
melingkar untuk mencegah pendinginan dan pemadatan kristal
lemak di sisi atau bawah botol.
- Dari posisi ini, termometer tidak boleh diangkat dari bagian
sampel, karena akan mungkin terjadi balon udara, yang akan
mengganggu tes. Botol sampel dipertahankan dalam posisi
sedemikian rupa sehingga level atas dari bagian sampel dalam
botol adalah setingkat dengan water bath.
- Angkat botol dari water bath dan periksa secara teliti. Titik
kabut adalah suhu dimana thermometer yang tenggelam dalam
minyak tidak lagi terlihat bila dilihat secara secara horizontal
melalui botol sampel.
61
4.1.5Metode Analisa M&I (Moisture & Impurities)
Metode ini mententukan kadar air dan material lain yang mudah menguap dalam
sampel.
3.1.5.1 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Current AOCS Official Method Ca 2c-2 edition VI.
- Manual book Moisture analyzer Precisa MX 50.
3.1.5.2 Analisa Kadar Air dengan Oven
3.1.5.2.1 Persiapan Larutan
- Karena air cenderung berada di sampel yang telah
cair,maka lakukan pencampuran sampel secara merata
dan menyeluruh dilaboratorium. Panaskan sampel
secara perlahan kecil sampai mencair aduk sampai
merata.
3.1.5.2.2 Cara Kerja
- Timbang 5 gr sampel masukan kedalam cawan yang
telah dikeringkan dan didinginkan didalam desikator.
- Letakkan didalam oven dan keringkan selama 30 min
pada suhu 130 ± 1oC, pindahkan dari oven, dinginkan
sampai suhu ruangan didalam desikator dan timbang.
- Lakukan pengulangan cara kerja 2, sampai selisih
berat tidak lebih dari 0.05% per 30 menit pengeringan.
3.1.5.2.3 Perhitungan
TOBS∈mass , g x 100
Moisture and volatile matter, % =
Mass of test portion , g
62
3.1.5.3.2 Operasional
- Input parameters
- Analysis mode........standard mode.
- Drying temperature...130oC.
- ACCURACY [1.0]
- Sampel Quanity.... Approximately 1 g (Automatic
selection).
- Analysis mode..... 0.10% / min (Automatic selection).
- Stored Parameters (Factory Setting for the MX-50).
- Heating pattern.... Standard drying.
- Measurement unit... Moisture content is
[%MOIST/W] based on a wet sampel.
- Minimum scale value of gram display.... 0.001 g.
- Data memory function...Not used.
- Hidupkan analyzer.
- Unit gram (mode berat)ditampilkan.
- Tekan tombol "SELECT"untuk menampilkan mode
analisa dan tekan tombol atau lalu pilih "STD".
- Tekan tombol "SELECT"untuk ACCURACY,
kemudian pilih ACCURACY, HI, MID, atau LO
ketika berkedip.
- Tekan tombol "↓" atau "↑" pilih "LO" dari
ACCURACY.
- Tekan tombol "SELECT" untuk pilih suhu
pengeringan.
- Tekan tombol "↓" atau "↑" untuk atur suhu 103°C.
- Tekan tombol "ENTER" untuk menyimpan
parameter.Modus berat secara otomatif muncul
dilayar.
- Pasang breeze break ring, pan support, pan handle,
dan pan sampel,(tanpa sampel).
- Tutup penutup pemanas.
- Ketika menampilkan nilai yang stabil,tekan tombol
"RESET".menghindari getaran, angin dan lingkungan
63
kebisingan mekanik selama pengukuran.jika
menyimpang dari layar nol, tekan tombol "RESET".
- Buka penutup pemanas dimasukkan kedalam sampel
menggunakan level indikator.
- Perhatian: sampel dibutuhkan lebih dari 0.1 g kondisi
menyebar.
- Jika tombol "tanda panah keatas" yang ditekan selama
tampilan gram, modus analisa, unit pengukuran dan
nilai skala minimum ditampilkan. Jika tombol
"ENTER" yang ditekan, massa sampel keluar.
- Tutup penutup pemanas. Tekan tombol "START"
setelah nilai yang muncul dilayar stabil.
- Jika tombol "SELECT"ditekan selama pengukuran
unit lain dapat ditampilkan sementara dan nilai
pengukurannya dapat keluar.
- Ketika perubahan dari kadar air per satu menit (laju
pengeringan) mencapai nilai torminasi lebih
dulu,pengukuran selesai dan berbunyi bip buzzer.
- Buka penutup pemanas, dan pindahkan sampel,
menggunakan pan handle.
- Tekan tombol berikut untuk kembali menampilkan
gram.
- Tombol ENTER keluar hasil(print).
- Tombol SELECT kembali kemodus penimbangan.
- Tombol RESET kembali Ke modus penimbangan dan
layar nol.
64
Gambar 3.1.5 Moisture Analyzer
Sumber PT. Nagamas Palmoil Lestari
3.1.5.4 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Malaysian Palm Oil Board (MPOB) test method p2.3:2004.
3.1.5.5 Alat dan Bahan
- Neraca Analitik, akurat 0.0001 g.
- Burette, glass class A 25 mL or 50 mL.
- Conical Flasks 250 mL.
- Pipette 0.5 ml
- Timer
- Asam asetat glasial (Korosif)
- Kalium Iodida (Iritasi)
- Sodium Thiosulfate (Iritasi)
- Soluble Starch
- Isooctane
3.1.5.6 Persiapan Larutan
1. Larutan Asam Asetat Glacial - Iso Octane (60 : 40)
- Siapkan campuran 3 volume asam asetat glasial dengan 2
volume isooctane
65
2. Larutan Potasium lodide jenuh
- Pastikan larutan tetap jenuh seperti adanya Kristal tidak
larut. Simpan dalam gelap. Uji setiap hari dengan
menambahkan 2 tetes larutan kanji kedalam 0,5 ml larutan
KI dalam 30 ml larutan asam asetat-iso octane. Jika warna
biru terbentuk yang membutuhkan lebih dari 1 tetes sodium
thiosulphate untukmenghilangkan warna, buang larutan KI
dan buat larutan baru.
3. Larutan Sodium Thiosulfate 0.1M
- Standarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Larutkan 24.9 g sodium thiosulphate pentahydrate dalam air
dan cairkan sampai 1L.
4. Larutan Sodium Thiosulfate 0.01M
- Standarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan, siapkan
dengan pengenceran (3).
5. Larutan Amilum
- Campurkan 1 g kanji dan sedikit air dingin. Tambahkan
campuran ini, saat diaduk, tambahkan 200 ml air panas.
Tambahkan 250mg asam salisilat sebagai bahan pengawet
dan panaskan selama 3 menit. Segera angkat dari panas yang
didinginkan.
- Jika penyimpanan panjang diperlukan, larutan harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 4-10 C larutan kanji
harus segar dipersiapkan, ketika titik akhir titrasi dari biru
langsung tak berwarna. Jika disimpan dilemari es, larutan
kanji tahan sekitar dua sampai tiga minggu.
- Sensitivitas dari larutan kanji dapat diuji sebagai berikut.
Untuk 5 ml larutan kanji dalam 100 ml air tambahkan larutan
kalium iodide 0,05 ml dan 1 tetes larutan natrium hipoklorit
0.05ml, warna biru akan hilang dengan sekali tetes larutan
natrium tiosulfat 0.05 ml.
3.1.5.7 Cara Kerja
- Pastikan labu kerucut benar - benar kering. Masukan sample
kedalam labu timbang sesuai dengan akurasi yang diberikan
66
dalam tabel 1 dan sesuai dengan bilangan peroxide yang
diharapkan.
67
- Dalam kasus kelarutan lemak rendah, seperti stearin keras,
prosedur berikut harus digunakan. Tambahkan 20 ml iso oktana
ke dalam labu, kembali tutup, dan aduk sampai sampel larut.
Segera tambahkan 30 ml asam asetat.
- Lakukan dengan perlakuan yang sama untuk blanko. Jika hasil
blanko melebihi dari 0.1 ml Na2S203 (9.2.4), ganti reagen
murni dan ulangi penentuan sampel.
3.1.5.8 Perhitungan
Peroxide Value
( S−B ) x M x 1000
Mass of test portion , g
Dimana :
- B = volume of titrant, ml of blank.
- S = volume of titrant, ml of test portion.
- M = Molarity of sodium thiosulfate solution.
68
4.1.7.3 Cara Kerja
- Cairkan sampel, dan saring melalui kertas saring untuk
menghilangkan kotoran dan adanya kadar air. Sampel harus
dipastikan benar - benar kering.
- Celupkan setidaknya 3 pipa kapiler bersih di bagian sampel
benar-benar cair sehingga sampel naik sekitar tinggi di tabung
10 mm. Dinginkan bagian sampel sekaligus dengan memegang
ujung tabung yang berisi bagian sampel menambahkan sepotong
es hingga lemak membeku.
- Letakkan pipa kapiler dalam sebuah beaker dan letakkan dalam
kulkas pada suhu 4 - 10°C selama 16 jam
- Pindahkan pipa kapiler dari kulkas dan letakkan karet gelang,
atau dengan cara yang lain, sehingga termometer berada di ujung
bawah dari tabung melting point bahkan dengan bagian bawah
bola mekuri termometer.
- Suspend termometer dalam beaker 600 mL air suling. Bagian
bawah termometer direndam dalam air sampai pada tanda batas.
- Sesuaikan suhu wadah 8-10°C di bawah titik leleh sampel. Aduk
waterbath dengan aliran kecil air, atau cara lain yang cocok, dan
memberikan panas sehingga dapat meningkatkan suhu wadah
1°C/min, memperlambat temperatut 0.5°C /min pada saat
mendekati titik leleh.
- Lanjutkan pemanasan sampai kolom lemak naik di masing-
masing tabung. Amati suhu di mana setiap kolom naik, dan
menghitung suhu rata-rata semua tabung. Laporkan ini sebagai
titik slip.
4.1.7.4 Catatan
- Waterbath dengan termostat dapat ditunakan untuk kontrol suhu
lebih dekat.
- Minyak kelapa sawit dan produk minyak kelapa sawit harus
disimpan (ditempering) pada suhu 10 +- 1°C selama 16 jam.
69
4.2 Parameter Air
3.2.1.1 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1; 8.2.3.
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6.
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
- Prosedur Pengambilan Sampel Analisa (PAA-PM-QC-01).
- Prosedur Analisa Laboratorium (PAA-PM-QC-02).
3.2.1.2 Alat dan Bahan
- Beaker gelas 250 ml.
- TDS Meter
- Termometer.
- TDS/ Conductivity Standard soultion Myron L 30 ppm, 300 ppm
dan 3000 ppm.
3.2.1.3 Cara Kerja
- Pastikan TDS Meter telah dikalibrasi.
- Pastikan suhu sample sudah sesuai dengan suhu kamar. Suhu
sample yang tinggi akan menimbulkan kerusakan pada TDS
Meter. Pastikan cell cup dan upper electroda bersih.
- Atur switch TDS Meter sesuai dengan kisaran nilai TDS sample
(puluhan, ratusan dan ribuan). Jika TDS sample melebihi
pembacaan TDS meter, lakukan pengenceran yang sesuai.
- Bilas cell cup dan upper electroda dengan menggunakan sampel
yang akan dianalisa.
- Tuangkan sample ke dalam cell cup sampai tanda batas (upper
electroda harus dibawah permukaan sampel).
- Tekan tombol black botton. Angka yang ditunjukkan oleh jarum
pada pointer adalah nilai TDS sampel yang dianalisa.
70
- Jika analisa sudah selesai dilakukan, bersihkan cell cup dan
upper electroda dengan aquadest. Bersihkan dengan tissue dan
pastikan tidak ada endapan tersisa di cell cup dan upper
electroda.
- Analisa atau pembersihan TDS meter dengan pelarut organik
sperti thiner, acetone, benzena dll, tidak dibenarkan.
71
- Siapkan blanko, tuangkan 10 ml aquadest ke dalam cell sample
sebanyak 10 ml. Bersihkan cell sample blanko.
- Masukkan Blanko ke dalam cell holder.
- Tekan ZERO. Display akan menunjukkan 0 FAU.
- Siapkan sampel. Tuangkan sampel ke dalam Cell sample
sebanyak 10 ml.
- Bersihkan cell sampel yang sudah disiapkan.
- Keluarkan cell sample blanko dari cell holder. Masukkan cell
sample yang sudah disiapkan ke dalam cell holder HACH DR
900
- Tekan READ. Display akan menunjukkan hasil analisa dalam
satuan Formazin Attenuation Units (FAU).
72
- Buffer solution (boric acid / potassium chloride / sodium
hydroxide), traceable to SRM from NIST and PTB pH 10.00
CertiPUR available from merck. Cat no : 1.09438.1000
- Eriochrome Black T (C.I. 14645) indicator for complexometry
ACS, Reag, Ph Eur available from merck. Cat no: 1.03170.0025
- Ethylenediaminetetraacetic acid dipotassium salt dehydrate for
synthesis, available from merck, Cat no : 8.19040.0100.
- Hardness Reagent set (Cat no. Hach 2319900).
- Alkali solution, for calcium and magnesium test (Cat no. Hach
2241732)
- Calcium and Magnesium indicator Solution (Cat no. Hach
2241832)
- EDTA Solution 1 M (Cat no. Hach 2241926)
- EGTA Solution (Cat no. Hach 2229726)
3.2.1.10 Persiapan reagent
Buffer Solution pH 10
- Larutkan 16.9 g ammonium klorida dalam 142.5 ml ammonia
25% (atau 142.5 ml ammonium hidroksida pekat) dan encerkan
sampai 250 ml dengan aquades. Simpan larutan dalam botol
plastic atau gelas borosilikat selama tidak lebih dari satu bulan.
Tutup rapat – rapat untuk mencegah hilangnya ammonia atau
terserapnya CO2. Jika penambahan 1 atau 2 ml kedalam sampel
tidak memberikan pH 10 ± 0.1 pada titik akhir titrasi, buang
larutan buffer tersebut.
- Timbang 0.1 g EBT dan 100 gr kalium klorida dan giling dengan
mortal.
Eriochrome Black T (EBT) indicator.
- Timbang 0.1 g EBT dan 100 gr kalium klorida dan giling dengan
mortal.
3.2.1.11 Cara Kerja
73
- Ukur 50 ml sampel kedalam labu erlemeyer dan tambahkan 0.5
ml larutan buffer pH 10.
- Tambahkan indicator EBT secukupnya dan aduk hingga
bercampur dengan baik.
- Titrasi dengan larutan EDTA 0.01 M sampai titik akhir berwarna
biru.
3.2.1.12 Perhitungan
V 1 × M ×50
Total Hardness (ppm) =
V
Dimana :
V = Volume sample, ml
V1 = Volume of EDTA yang dibutuhkan,
M = Molaritas larutan EDTA.
74
- Starch Soluble GR for analysis, ISO, available from merck, cat
no: 1.01252.1000.
3.2.1.15 Persiapan Reagent
- Larutan asam sulfat 6.5% / Sulphuric acid solution 6.5%.
Larutan asam sulfat 6.5% adalah 3,61 ml asam sulfat pekat
dipipet kedalam 50 ml aquades dalam labu ukur 100 ml dan
encerkan sampai tanda batas.
- Potassium iodate (KIO3) standard solution 0.0125 N
Keringkan kalium iodat anhydrous grade selama 4 jam 120oC.
Larutkan 0.4458 gr kalium iodat, 4.335 gr Ki, dan 0.31 gr
Natriumhydrogencarbonate dalam aquades dan encerkan sampai
1000 ml. (Larutkan ini sama dengan 500 ppm SO3).
- Starch Indiator Solution, 10%.
Buat pasta dari 10g starch dengan sedikit air dingin. Tambahkan
sambil diaduk dengan 100 ml aquades mendidih.
3.2.1.16 Cara Kerja
- Ukur 50 ml sampel ke dalam labu erlemeyer.
- Tambahkan 4 ml asam sulfat 6,5 % dan 1 ml indicator amylum,
aduk hingga bercampur dengan baik.
- Titrasi dengan larutan kalium iodat 0.0125 N sampai titik akhir
berwarna biru.
3.2.1.17 Perhitungan
V 1 × N × 4 × 40
Sulphite (ppm) =
Vs
Dimana :
Vs = Volume sampel, ml
75
3.2.1.18 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Manual Sistem Manajemen Terintegrasi PT Pelita Agung
Agrindustri.
- Prosedur Pengambilan sample (PAA-PM-QC-01).
- Prosedur Analisa sample (PAA-PM-QC-02).
- Manual book HACH DR 900.
- Hach Silicomolybdate Method, Method 8185
3.2.1.21 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Manual Sistem Manajemen Terintegrasi PT Pelita Agung
Agrindustri.
- Prosedur Pengambilan sample (PAA-PM-QC-01).
- Prosedur Analisa sample (PAA-PM-QC-02).
- Manual book HACH DR 900.
- Hach Molybdovanadate Methode, HACH Method 8114.
3.2.1.22 Alat dan Bahan
- Hach DR 900
- Sample cell Hach DR 900 (Cat No. 2401906).
- Beaker gelas 50 ml.
77
- Stoppers for 18 mm tubes and AccuVac Ampuls
- Moybdovanadate reagent AccuVac.
78
- Keluarkan cell sample blanko dari cell holder. Masukkan cell
sample yang sudah disiapkan kedalam cell holder HACH DR
900.
- Tekan READ. Display akan menunjukkan hasil analisa dalam
satuan mg/L PO4.
4.2.7 Iron
4.2.7.1 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Manual Sistem Manajemen Terintegrasi PT Pelita Agung
Agrindustri.
- Prosedur Pengambilan sample (PAA-PM-QC-01).
- Prosedur Analisa sample (PAA-PM-QC-02).
- Manual book HACH DR 900.
- Absorptometric Method, Method 8237
79
3.2.2 Gambar Photometer
Sumber PT. Nagamas Palmoil Lestari
4.2.7.3 Cara Kerja
- Start program 265 Iron, FerroVer.
- Siapkan Sampel : Masukkan 10 ml sampel ke dalam sample
cell.
- Tambahkan bubuk reagent FerroVer Iron ke dalam sample cell.
- Gunakan corong untuk menambahkan salah satu Total Nitrogen
Persulfate Reagent
- Siapkan sampel, masukkan 0.5 ml sampel ke salah satu vial.
- Siapkan Blanko, Masukkan 0.5 ml Aquadest ke vial kedua.
Gunakan aquades yang bebas dari semua kontaminasi nitrogen
- Pasang tutup di kedua vial. Aduk sekuat-kuatnya selama 30
detik agar homogen. Padatan yang tidak larut tidak akan
mempengaruhi keakuratan test.
- Masukkan vial ke dalam reaktor dan tutup penutup reaktor.
Biarkan vial di dalam reaktor selama 30 menit.
- Setelah 30 menit, gunakan pinset untuk memindahkan vial dari
reaktor. Dinginkan vial hingga suhu vial sampai pada suhu
kamar.
- Start Program 394 N, Total HR TNT.
- Tambahkan salah satu reagen padatan A Total Nitrogen ke
salah satu vial
- Pasang tutup vial. Aduk selama 30 detik.
80
- Aktifkan penghitung waktu dari instrument tersebut selama 3
menit untuk memulai waktu reaksi.
- Setelah penghitung waktu selesai, buka penutup dari vial.
Tambahkan salah satu satu reagen padatan B Total Nitrogen ke
vial yang berbeda.
- Pasang tutup vial. Aduk sekuat-kuatnya agar homogen. Padatan
reagen tidak akan terlarut secara sempurna. Padatan yang tidak
larut tidak akan mempengaruhi keakuratan test.
- Aktifkan penghitung waktu dari instrument tersebut selama 2
menit untuk memulai waktu reaksi .
- Siapkan sampel, ketika penghitung waktu selesai guanakan
pipet untuk mengambil 2 ml dari campuran, masukkan ke
dalam vial yang berisi sampel sebagai TN Reagent C.
- Siapkan blanko, ketika penghitung waktu selesai gunakan pipet
untuk mengambil 2 ml dari campuran, masukkan ke dalam vial
yang berisi blanko sebagai TN Reagent C.
- Pasang penutup di kedua vial. Homogenkan dengan membolak-
balikkan sebanyak 10 kali. Vial terasa hangat saat disentuh.
- Aktifkan penghitung waktu dari instrument. Waktu reaksi
dimulai selama 5 menit. Warna kuning akan tampak lebih
meningkat.
- Ketika waktu reaksi selesai bersihkan vial blanko.
- Masukkan vial blanko ke cell holder ukuran 16 mm.
- Tekan ZERO. Display akan menunjukkan 0 mg/L N
- Bersihkan Vial Sampel
- Masukkan vial sampel ke cell hoder ukuran 16 mm.
- Tekan READ. Hasil yang terbaca dalam satuan mg/L N.
4.2.8 Chloride
Choride adalah ion yang bermuatan negatif yang dapat berekasi dengan
garam-garam mineral lainnya.
4.2.8.1 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1; 8.2.3.
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6.
81
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
- Prosedur Pengambilan Sampel Analisa (PAA-PM-QC-
01).
- Prosedur Analisa Laboratorium (PAA-PM-QC-02).
- Manual book Hach DR 900.
4.2.8.2 Alat dan Bahan
- Erlemeyer flask, 250 ml.
- Graduated cylinder (labu ukur), 50 ml.
- Pipette 0.5 ml dan 1.0 ml.
- Pottasium Chromat.
- Silver Nitrate.
- Graduated Cylinder (labu Ukur) 1000 ml.
4.2.8.3 Persiapan Reagent
- Indicator Pottasium Chromat
Larutkan 5 Gram Pottasium Chromat dalam Aquades dan
encerkan sampai 100 ml.
- Silver Nitrate (AgNO3)
Larutkan 3.399 gram dalam aquades dan encerkan sampai 1000
ml.
4.2.8.4 Cara Kerja
- Ukur 20 ml sampel kedalam labu erlemeyer.
- Tambahkan 5 tetes larutan Indikator Pottasium Chromat dan
aduk hingga homogen.
- Titrasi dengan Larutan Silver Nitrate (AgNO3) 0.02 N sampai
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata dan
catat volumenya.
4.2.8.5 Perhitungan
( V 1−0.2 ) x 709
Chloride =
V
Dimana :
V = Volume sample, ml
82
4.2.9 Alkalinity
4.2.9.1 Referensi
- ISO 9001:2008 Klausul 7.5.1 : 8.2.4.
- ISO 14001:2004 Klausul 4.4.6.
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
- Prosedur Pengambilan Sampel Analisa (PAA-PM-QC-01).
- Prosedur Analisa Laboratorium (PAA-PM-QC-02).
- 2340 Method Standard Methods, for examination of water and
waste water.
4.2.9.2 Alat dan Bahan
- Erlemeyer flask, 250 ml.
- Graduated cylinder, 100 ml.
- Micro-burette, 5 ml.
- Hydrochloric acid fuming 37% for analysis EMSURE ACS,
ISO, Reag. Ph Eur, available from merck 1.00317.2500.
- Phenolpthalein indicator ACS, Reag. Ph Eur, available from
merck 1.07233.0100.
- Methyl Orange (C.I 13025) indicator ACS, Reag. Ph Eur,
available from merck 1.01322.0100.
4.2.9.3 Persiapan Reagent
- Larutan Asam Sulfat 0,02N
Pipet 0.55 ml Asam Sulfat pekat kedalam 1000 ml aquades
dalam sebuah labu ukur 1000 ml, goyang perlahan dan
encerkan sampai tanda batas.
- Larutan indikator phenolphthalein, 1%
Larutkan 1.0 g phenolphthalein dalam alcohol dan encerkan
sampai 100 ml.
- Larutan indicator metil orange, 0.5% dalam air
Larutkan 0.5 gr methyl orange dalam aquades dan encerkan
sampai 100 ml.
4.2.9.4 Cara Kerja
- Ukur 20 ml sampel kedalam labu erlemeyer.
- Tambahkan 3 – 4 tetes indicator phenopthalein dan aduk agar
bercampur.
83
- Titrasi dengan larutan Asam Sulfat 0.02N, sampai warna pink
tepat hilang. Catat volume larutan Asam Sulfat yang terpakai =
V1.
- Tambahkan 3 – 4 tetes indicator metil jingga dan aduk agar
bercampur.
- Tanpa menolkan, lanjutkan titrasi dengan larutan Asam Sulfat
yang sama sampai warna larutan berubah menjadi merah. Catat
volume larutan Asam Sulfat yang terpakai = V2.
4.2.10 pH
pH adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
dari suatu larutan, asam (<7) netral (7) basa (>7).
4.2.10.1 Referensi
- ISO 9001:2015.
- ISO 14001:2015.
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Prosedur Pengambilan Sampel Analisa (PAA-PM-QC-
01)
- Prosedur Analisa Laboratorium (PAA-PM-QC-02)
4.2.10.2 Mesin dan Peralatan
- pH indicator strips (Uneversal Indicator).
- pH Meter pH Meter HI 98127/ HI 98128.
- Larutan Standar (buffer standard) pH meter.
- Beker gelas 250 ml.
4.2.10.3 Cara Kerja
Analisa pH dengan Menggunakan pH indicator strips.
- Tempatkan sampel dalam beaker gelas 250 ml yang bersih atau
bebas dari bahan kimia tau kontaminan lainnya. Dinginkan
sample sampai pada suhu kamar.
84
- Ambil 1 lembar pH indicator strips kemudian pH indicator
strips dicelupkan kedalam sample ± 2 menit, tunggu sampai
terjadi perubahan warna pada kertas lakmus.
- Cocokkan warna pH indicator strips tersebut dengan warna
yang tertera pada kotak, tetapkanlah warna yang mendekati atau
sama sebagai pH sampel.
85
- Untuk kalibrasi dengan menggunakan larutan standard yang
berbeda nilai pH, lakukan langkah seperti dari point 5.2.3.5 s/d
5.2.3.8.
- Tekan untuk melanjutkan pengukuran.
- Jika pada display tampil "ECAL” berati kalibrasi tidak sukses.
Langkah selanjutnya periksa trouble shooting pH Meter.
BAB V
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri selama - bulan -hari yang dilaksanakan
dari tanggal -2022 sampai dengan - 2022 di PT. Nagamas Palmoil Lestari, penulis mengambil
beberapa kesimpulan :
1. PT. Nagamas Palmoil Lestari adalah bagian dari Permata Hijau Group (PHG)
yang didirikan pada tahun 2004.
2. PT. Nagamas Palmoil Lestari menghasilkan produk Refined Bleached
Deodorized Palm Oil (RBDPO), Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil
(RBDPKO), alm Fatty Acid Distilate (PFAD), Palm Kernel Fatty Acid Distilate
(PKFAD), Refined Bleached Deodorized Olein (RBDOL), Refined Bleached
Deodorized Stearin (RBDST).
3. Disamping itu juga saya dapat mengetahui bagaimana pengalaman bekerja di
industri. Dengan hal tersebut, penyusun menjadi dewasa dan lebih menghormati
kerja keras orang tua. Dapat memahami konsep-konsep non akademis dan non-
86
teknis di dunia kerja, seperti menjaga hubungan atasan dengan bawahan,
menjaga hubungan relasi dan sebagainya.
4.2Saran
Dari hasil selama saya melakukan kegiatan PRAKERIN, saya memberikan saran agar
PRAKERIN dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik kedepannya serta saya berharap bagi
siswa atau siswi yang melakukan kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) saran yang
paling penting adalah menjaga nama baik sekolah di mana perusahaan tempat di laksanakan
kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dan mematuhi peraturan yang ada di
perusahaan. Bagi sekolah sebaiknya siswa atau siswi yang akan diterjunkan ke perusahaan
untuk mengikuti PRAKERIN dibekali terlebih dahulu mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan dalam perusahaan, sehingga siswa atau siswi merasa siap baik secara mental
maupun fisiknya.
Saya juga memiliki harapan kepada pihak perusahaan agar dapat memberikan tugas
dengan melakukan bimbingan terlebih dahulu kepada setiap siswa. Terutama sebelum tugas
tersebut dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar nantinya setiap anak yang melakukan PKL bisa
mendapatkan hasil yang jauh lebih baik.
87
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2006.Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil) SNI
01-2901-2006
Si Peto Eksperiment, 2015, sharing ilmu perminyakan, could point, cold point dan pour point,
powered by blogger
Mapurna, 2020, Reverse Osmosis, Yogyakarta: Gajah Mada University.
Aries, R.S. and Newton, R.D. 1955. Chemical Engineering Cost Estimation, New
York, McGraw-Hill.
Tim Penyusun Pusat Data dan Informasi. 2007. Gambaran Sekilas Tentang Minyak Kelapa
Sawit. Jakarta Selatan: Departemen Perindustrian.
(http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/KelapaSawit/Minyak%20Kelap a%
20Sawit.pdf). Diakses 13 Maret 2009
Dale H. Besterflid, Ph.d.P. “Quality Control”. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs,
New Jersey.
88
Chuango, Lina, Process Flow Diagram, Lurgi GmbH, Germany, 2012
Gaspert. V. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2011
Keteran. S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke 1. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Bagian Control Room Refinery dan Fraksinasi PT. Nagamas Palmoil Lestari.
Bagian Reverse Osmosis PT. Nagamas Palmoil Lestari.
Bagian Laboratorium PRD PT. Nagamas Palmoil Lestari.
Buku Panduan SOP Laboratorium PRD PT. Nagamas Palmoil Lestari.
89